Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

MK. MESIN DAN PERALATAN PERTANIAN


KALIBRASI MESIN PENANAM DAN PEMUPUK
Oleh
Shift/Kelompok

: B-2/IV

Hari, Tanggal Praktikum

: Selasa, 9 Desember 2013

Anggota Kelompok

: Ali Idhharuddin

Asisten

240110100077

Annisa Oktaviani

240110100092

Erika Agustina

240110100095

Sayyidatun Nisa

240110100097

Elsa Debora S.

240110100098

Muhamad Akbar A.

240110100099

Randika Yuliansyah

240110100107

: 1. Humam Medikaramdhan
2. M. Arief Maruf
3. Primayoga Harsana S.
4. Rizqi Hasan

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu tujuan dari mekanisasi pertanian adalah meningkatkan kapasitas
kerja manusia. Dalam pengolahan tanah misalnya, untuk mengolah lahan sawah
pada saat ini menggunakan tenaga manusia yang lebih banyak dan waktu yang
cukup lama. Sementara di negara maju dengan ada mekanisasi hanya
membutuhkan tenaga manusia yang sedikit dan waktu yang lebih singkat.
Kegiatan yang krusial dalam pertanian secara mekanis adalah penanaman
dan pemupukan karena pada kegiatan ini diperlukan ketelitian yang lebih besar
dibandingkan dengan kegiatan yang lain. Penanaman akan sangat dipengaruhi
oleh akurasi dalam kegiatan sebelumnya. Kesalahan dalam kegiatan ini akan terus
mempunyai akibat pada kegiatan pemupukan, penyiangan, dan pemanenan.
Pada praktikum sebelumnya telah dilaksanakan kalibrasi mesin
penanaman dan pemupukan. Dalam kalibrasi ini, skid roda penggerak tidak dapat
diukur sedangkan pada kenyataannya hal ini sangat berpengaruh. Keadaan tanah
di lapangan sangat bervariasi sehingga dapat menyebabkan bervariasinya nilai
skid ini. Oleh karena itu, agar perhitungan dalam kalibrasi di lapangan dapat
menghasilkan nilai yang sesuai dengan kenyataan di lapangan, maka diperlukan
pengukuran skid saat penanaman yang sebenarnya. Selain itu juga perlu diamati
mekanisasi mesin penanaman dan pemupukan secara langsung serta hal-hal yang
dapat mempengaruhi kinerja mesin-mesin tersebut.
1.2. Tujuan Praktikum
1. Memahami proses penanaman dan pemupukan secara mekanis
2. Memahami mekanisme mesin penanaman dan pemupukan
3. Mengukur skid roda penggerak mesin penanaman dan pemupukan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jarak Tanam Tanaman Jagung
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangan dalam menentukan jarak tanam,
antara lain, adalah: kondisi tanah, musim, dan varietas. Pada tanah yang subur
jarak tanam pada umumnya semakin lebar. Hal ini karena pertumbuhan jagung
juga semakin subur sehingga kemungkinan tanaman saling menutupi. Sedangkan
pada tanah yang kurang subur jarak tanam dapat dipersempit. Pada musim hujan
kecukupan akan air lebih terjamin sehingga pertumbuhan tanaman semakin baik.
Oleh karena itu, pada musim hujan jarak tanam diperlebar, sedangkan pada musim
kemarau jarak tanam dapat dipersempit. Terdapat beberapa varietas yang
pertumbuhannya cepat (jagur) dengan batang dan daun-daun yang tumbuh lebih
besar dibandingkan dengan varietas lain. Untuk varietas seperti ini jarak tanam
dapat dibuat lebih lebar.
Jarak tanam menentukan populasi. Semakin rapat jarak tanamnya semakin
banyak populasinya. Pada kondisi seperti ini kemungkinan terjadinya persaingan
semakin besar dalam hal mendapatkan faktor-faktor tumbuh (CO2, cahaya, air
dan hara). Akan tetapi, dengan jarak tanam yang lebar populasinya semakin
sedikit, tidak efisien dalam pemanfaatan lahan, terjadi kebocoran energi matahari,
tanah terbuka sehingga memacu pertumbuhan gulma terutama gulma berdaun
sempit. Oleh karena itu jarak tanam harus diatur untuk mendapatkan populasi
yang optimum sehingga diperoleh hasil yang maksimum.
Pada umumnya untuk mendapatkan populasi yang optimum (66.000 75.000 tanaman per hektar), jarak tanam dapat dibuat 75 cm x 20 cm (1 tanaman
per lubang) atau 75 cm x 40 cm (2 tanaman per lubang) untuk tanah-tanah subur
atau tanaman di musim hujan. Jarak tanam 70 cm x 20 cm (1 tanaman per lubang)
atau 70 cm x 40 cm (2 tanaman per lubang) untuk tanah-tanah yang kurang subur
atau tanaman di musim kemarau. Penanaman 2 biji dalam satu lubang
kemungkinan terjadinya persaingan antar tanaman lebih besar.

Sistem tanam jajar legowo dapat juga dilakukan, dengan pengaturan jarak
tanam (100 cm - 50 cm) x 20 cm. Pada musim penghujan saluran drainase dapat
dibuat di antara baris tanaman yang berjarak lebar.
Untuk mendapatkan jarak tanam dan baris tanam yang lurus dan teratur,
dilakukan penganjiran. Penganjiran dilakukan dengan tali yang telah diberi tanda
jarak tanam tertentu. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Siapkan pancang atau patok pada sudut lahan. Tarik tali sepanjang bedengan
untuk menentukan jarak tanam pada baris.
2. Tentukan jarak barisan tanaman dengan menentukan sudut siku-siku sehingga
tanaman antar baris dengan baris yang lain terlihat lurus dan siku.
3. Sebaiknya barisan tanaman dalam bedengan dibuat menurut arah TimurBarat. Hal ini dimaksudkan agar tanaman mendapatkan penyinaran yang
penuh dari pagi hingga sore. Setelah anjir terpasang penanaman dapat segera
dimulai.
2.2 Mesin Penanam
Pekerjaan penanaman dapat meliputi penempatan benih atau umbi-umbian
dalam tanah pada kedalaman tertentu, penyebaran benih secara acak atau
penyebaran benih pada permukaan tanah. Mesin-mesin yang menempatkan benih
dalam tanah dan menutupnya pada suatu pekerjaan yang sama akan menghasilkan
barisan yang teratur.
Prinsip kerja alat tanam mekanis pada dasarnya sama dengan alat tanam
semi mekanis. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran lebar kerja dan
kebutuhan tenaga penggeraknya. Biasanya alat tanam mekanis mempunyai lebar
kerja yang lebih besar atau mempunyai alur yang lebih banyak dan seringkali
dioperasikan bersama-sama dengan alat pemupukan. Alat ini biasanya digerakkan
oleh tenaga traktor atau hewan
Fungsi yang utama dari setiap kegiatan penanaman adalah untuk
mendapatkan pertumbuhan dan jarak tanam yang optimum, sehingga tujuan akhir
dapat tercapai yaitu menghasilkan produksi bersih maksimum per satuan luas.
Penanaman dapat dilakukan pada permukaan datar dari suatu lahan, dalam alur
atau pada permukaan guludan (Gambar 1). Penanaman pada permukaan datar

adalah yang paling banyak dilakukan pada daerah penanaman jagung karena
adanya kelembaban tanah yang baik

Gambar 1. Beberapa tipe profil permukaan tanah untuk penanaman sistem


barisan/alur.
Dengan alat tanam yang tepat benih dapat ditanam menurut beberapa
pola/metoda:
a. Disebar atau broadcasting (menyebar biji di atas permukaan tanah secara
acak).
b. Drill Seeding (menjatuhkan biji secara acak dalam alur dan sekaligus
menutup biji tersebut).
c. Precission Drilling (menempatkan sebuah biji dengan jarak yang sama
dalam barisan tanaman).
d. Hill Dropping (menempatkan sekelompok biji di dalam tanah dengan jarak
yang sama dalam barisan tanaman)
e. Checkrow Planting (menempatkan sekelompok biji dalam barisan
tanaman sedemikian rupa sehingga barisan tanaman yang dihasilkan
saling tegak lurus satu sama lain).

Gambar 2. Tiga macam posisi lempeng penjatuh benih, (a) vertikal, (b) miring, (c)
datar
2.3 Mesin Pemupuk

Pemupukan merupakan usaha memasukan zat hara ke dalam tanah dengan


maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumpbuhan tanaman
agar didapatkan hasil (produksi) yang diharapkan.
Konstruksi dari alat/mesin penyebar pupuk tersebut tergantung dari
macam pupuk yang akan diberikan. Pada prinsipnya, antara jenis alat penanam
dan alat pemupuk terdapat beberapa persamaan dalam prinsip kerja.
Persamaannya antara lain adanya pembuka alur, mekanisme penjatuhan pupuk
atau benih, penutup alur dan tempat pupuk atau benih.
Beberapa sifat yang harus dimiliki sebuah alat pemupuk yaitu :
1. Alat mudah mengalirkan pupuk,
2. Laju pengeluaran pupuk tidak tergantung pada ketinggian pupuk di dalam
kotak pupuk,
3. Pengatur pengeluaran pupuk menghasilkan keluaran yang tepat,
4. Perlengkapan untuk menentukan laju pengeluaran pupuk,
5. Kotak pupuk dapat dipisahkan dari pengatur pengeluaran pupuk sehingga
mudah dibersihkan,
6. Bagian-bagian penting dibuat dari bahan anti karat
Metode pemberian pupuk, di antaranya :
1. Menyebar di atas permukaan,
2. Diletakkan pada dasar alur pemupukan kemudian ditutup,
3. Diberikan bersamaan dengan benih ketika tanam, seperti menjatuhkan
benih
4. Diberikan saat tanam di sisi dekat benih,
5. Diberikan ketika penyiangan, yaitu diletakan di bawah permukaan tanah
dekat tanaman,
6. Diberikan sebelum dilakukan penanaman, yaitu terlebih dahulu dibuat alur
dengan sobsoiler/chissel
7. diberikan bersamaan dengan air irigasi.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Traktor Poros ganda

2.
3.
4.
5.

Mesin pemupuk
Mesin penanam benih (seeder)
Meteran
Plastik

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
1. Benih Jagung
2. Pupuk
3.2

Prosedur Praktikum
1. Memasukkan benih dan pupuk kedalam tempatnya masing-masing pada
mesin penanaman dan pemupukan.
2. Menentukan batas-batas lahan yang akan ditanami dan buat perencanaan
penanaman dengan kontinyu.
3. Memulai penanaman dan melakukan pengukuran skid masing-masing
untuk roda penggerak metering device penanaman dan pemupukan.
Metode pengukurannya sama dengan pengukuran slip roda penggerak
traktor.
4. Setelah selesai penanaman membuka sebagian dari alur yang telah
ditanami dengan sangat hati-hati dan mengukur kedalaman dan jarak
antara benih untuk sekitar 31 butir benih.
5. Menghitung kembali jarak antara benih dengan memasukkan bilai skid
hasil pengukuran dalam praktikum.
6. Melakukan hal yang serupa pada mesin pemupukan. Membuka kembali
alur tanahnya, mengukur kedalaman dan mengambil pupuk yang terdapat
pada tanah untuk arak 5 cm. Melakukan sebanyak 5 kali., kemudian
menimbang dan merata-ratakan hasilnya.
7. Menghitung kembali laju pemupukan dengan menggunakan nilai skid dari
praktikum ini dan membandingkan dengan hasil pengukurandi lapangan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Data Pengukuran Seeder
Tabung besar (pupuk)
a. Diameter dalam
= 24 cm
b. Diameter atas
= 34 cm
c. Tinggi
= 33 cm
Tabung kecil (benih)
a. Tinggi
= 35 cm
b. Diameter
= 23 cm
c. Jumlah Lubang
= 20 lubang (N)
Diameter penggerak matering device = 36 cm = 0,36 m (D)
a. Jumlah putaran
= 4 putaran
b. P
= 4/5
c. Pcf
=1
d. Vb (Vabilitas Benih)
= 0,88
e. JB (jarak antar barisan)
= 0,63 cm
Massa pupuk (M)
= 106,76 gram = 106,76 x 10-3 kg
Massa jagung
= 23,6 gram = 23,6 x 10-3 kg
Jumlah benih
= 62 butir dari 4 putaran device
4.1.2. Data Perhitungan
Skid
So =

D n = 3,14 . 0,36. 4 = 4,5216 m

Sa = 41,40 m
S=

= 0,891

Jarak antar benih dalam barisan (JAB)


Dik : Diameter metering device (D)
= 36 cm = 0,36 m
Jumlah lubang piringan benih (N) = 20
Fraksi pengisian benih (Pcf)
= 4/5
Jumlah putaran piringan benih untuk tiap putaran metering device
(P) = 4
Skid (s) = 0,891

Kebutuhan benih (KB)


Dik : Jarak antar barisan (JB)
Viabilitas benih (VB)

= 530 cm = 0,53 m
= 0,88

Laju pemupukan (LP)


Dik : Jumlah putaran roda penggerak (n) = 4

Ali Idhharuddin
240110100077
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai penanaman menggunakan mesin
planter. Praktikum dilaksanakan di lahan praktikum FTIP UNPAD didaerah
Ciparanje. Kondisi yang dilalui praktikan kali ini adalah lahan cukup kering dan
cuaca yang cukup cerah. Sebelum melakukan praktikum, praktikan diberi
pengarahan oleh asisten praktikum dan 4 kelompok yang sudah ada dibagi
menjadi 2 shift sehingga setiap shift terdiri dari 2 kelompok. Setiap shift 2
kelompok praktikan berbagi tugas yaitu menjadi pengoperasi traktor + mesin
planter, penentu patok dan mengambil benih jagung yang jatuh, pengumpul pupuk
setiap jarak adanya benih, ada yang mengukur jarak. Benih jagung dan pupuk
yang dikumpul dimasukan kedalam plastic masing-masing. Pupuk diambil dengan
jarak setiap 30 cm sebanyak 5 kali sampel.
Pada saat memulai praktikum setelah tugas dibagikan kepada praktikan di
setiap shift tidak ada kendala yang berarti. Pengoperasian traktor tidak begitu
banyak kendala dikarenakan kondisi lahan yang cukup kering. Untuk pengukuran
dan pengambilan bahan yang harus diambil pada praktikum kali ini pun tidak
begitu banyak kendala yang berarti. Namun terjadi mal fungsi pada alat planter,
alat planter yang diisikan dengan benih jagung beserta dengan pupuk granul tidak
berjalan dengan semestinya. Hal ini disebabkan oleh tidak tepatnya pengoperasian
posisi planter pada traktor ditambah dengan lahan yang tidak rata. Tidak
berfungsinya alat planter hanya pada jalur 2 yaitu jalur yang berada ditengah
kedua jalur lainnya. Namun hal tersebut cepat diantisipasi oleh praktikan dan
asisten praktikum.
Apabila telah terkumpul, kemudian benih dan pupuk yang diperoleh
ditimbang dengan hasil berat masing-masing yaitu sebesar 23,6 gram dan 106,76
gram. Setelah itu dihitunglah nilai skid yaitu sebesar 0,891 yang berarti nilainya
tidak besar karena kondisi tanah kering. Dari data tersebut diperoleh hasil jarak
antar benih dalam barisan (JAB) sebesar 0,65 m , sedangkan besarnya kebutuhan
benih (KB) sebanyak
kg/ha.

butir/ha dan laju pemupukan (LP) sebesar

Ali Idhharuddin
Setelah menyelesaikan praktikum dan perhitungannya

240110100077
diharapkan

praktikan dapat mengetahui prosedur penggunaan mesin planter dan kebutuhan


benih dan pupuk suatu lahan agar terjadi optimasi pada setiap pembibitan di
lahan.

Annisa Oktaviani
240110100092
4.2 Pembahasan
Praktikum Mesin dan Peralatan Pertanian kali ini membahas mengenai
penanaman dengan mesin penanam benih. Penanaman merupakan salah satu
kegiatan yang sangat penting dalam budi daya palawija. Mesin penanam memiliki
keunggulan, yaitu dapat melakukan kegiatan menugal, menjatuhkan benih, dan
menutup lubang benih sekaligus sehingga menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
Bila benih dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan
memengaruhi penempatan benih di dalam tanam, yaitu berpengaruh pada
kedalaman tanam, jumlah benih tiap lubang, jarak antar lubang dalam baris, dan
jarak antar baris. Kaliberasi sangat penting dilakukan sebelum melakukan
penanaman di lapangan.
Parameter yang diamati selama kaliberasi agar dapat menghitung jarak antar
benih dalam barisan, kebutuhan benih, dan laju pemupukan di antaranya adalah
Diameter efektif roda penggerak metering device (D), Jumlah lubang piringan
benih (N), Jumlah putaran piringan benih untuk tiap putaran roda penggerak
metering device (P), Fraksi pengisian benih (Pcf), Skid (s), Jarak antar barisan
(JB), Viabilitas benih (VB), Masa pupuk dari pengeluaran pupuk untuk putaran
roda penggerak (M), Jumlah putaran roda penggerak metering device (n). Seed
Metering Device merupakan alat untuk mengatur pengeluaran benih sehingga
benih dapat jatuh dengan jumlah tertentu dan jarak tertentu, bagian dari alat tanah
yang berada pada posisi tengah ataupun bawah. Jarak antar barisan disebut juga
jarak antar alur tanam, umumnya dibuat cukup lebar untuk keperluan penyiangan.
Hasil pengukuran dan perhitungan tersebut tergantung dari kecepatan putar roda
penggerak, kecepatan yang baik adalah konstan sehingga menghasilkan jumlah
benih yang konstan. Pemutaran yang dilakukan secara manual oleh praktikan
menyebabkan keluaran jumlah benih tidak konstan pada setiap putaran roda
penggerak.

Erika Agustina
240110100095

4.2 Pembahasan
Dalam praktikum mesin peralatan pertanian yang terakhir kami melakukan
praktikum mengenai mesin penanaman benih dan pemupukan secara langsung di
lahan praktikum FTIP di ciparanje. Traktor yang di gunakan untuk menarik
implemen penanaman dan pemupukan adalah traktor poros ganda karena
implemen yang digunakan cukup besar sehingga tidak bisa menggunakan traktor
poros tunggal. Proses praktikum kali ini praktikan menjalankan traktor dengan
jarak 41,40 meter kemudian menghitung jumlah benih jagung dan pupuk yang
keluar pada jarak tertentu. Praktikan mengambil 5 sampel jarak tanaman dan
pupuk pada saat di lahan.
Dari data praktikum kali ini dapat diperoleh nilai skid saat praktikum yaitu
89,1% nilai ini cukup besar, mungkin di sebabkan oleh keadaan lahan yang basah
akibat dari hujan yang terjadi sebelum kegiatan praktikum yang menyebabkan
roda penggerak traktor sulit yang tidak berputar dengan baik dan kesalahan
praktikan saat proses pengukuran di lapangan.
Jarak antar benih barisan untuk tiap putaran meteringdevice adalah 0,65
meter dengan Fraksi pengisian benih (P cf) 4/5, sedangkan dapat di ketahui dari
tinjauan pustaka 70 cm atau 0,70 m dengan hasil perhitungan kami ini cukup baik
berarti kalibrasi yang dilakukan saat praktikum sebelumnya dapat kami
aplikasikan pada lahan. Jarak antar benih dalam barisan penting untuk diketahui
karena berpengaruh pada pola tanam dan jarak tanam tanaman itu sendiri. Maka
dari itu, jarak antar benih dapat disesuaikan tergantung dari tanaman yang akan
ditanam. dari jarak tanam 0,65m dapat diketahui kebutuhan benihnya yaitu 3298,
58 butir/ha yang dapat diperkirakan dari daya tumbuh biji akan menghasilkan
66.000 - 75.000 tanaman jagung per hektar berdasarkan tinjauan pustaka.
Untuk nilai laju pemupukan pada saat praktikum dilapangan sebesar 4,85
kg/ha hal ini hal ini disebabkan oleh massa pupuk 106,76 x 10 -3 kg dan JB (jarak
antar barisan) 0,63 cm dan skid 0,891 kami membutuhkan pupuk sebanyak 4,85
kg untuk 1ha lahan yang akan ditanami oleh benih jagung. Bila dibandingkan
dengan nilai kalibrasi mesin yang dilakukan pada praktikum ke-9 nilainya cukup
jauh yaitu sebesar 13,86 kg/ha. Perbedaan nilai ini mungkin dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu kesalahan praktikan dalam mengambil data, prosedur

Erika Agustina
240110100095
praktikum dan perhitungannya beserta kondisi lahan saat dilakukan ujicoba mesin
penanam dan pemupuk yang licin ketika praktikum dilakukan saat setelah hujan
sehingga roda-roda traktor sering tergelincir hal ini dapat di lihat dari nilai skid
yang mencapai 89,1%.

Sayyidatun Nisa
240110100097
4.2

Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas mengenai pengujian kinerja suatu

implemen pertanian yaitu alat penanaman benih dan pemupukan. Benih yang
ditanamkan pada praktikum kali ini yaitu berupa benih jagung dan pupuk yang
dipakai diperkirakan adalah pupuk KCL. Pada praktikum ini pula akan diketahui
perbandingan nilai jarak antar benih/pupuk dan kebutuhan benih/pupuk per
hektarnya secara teoritis dan aktual.
Berdasarkan pengukuran, implemen Seeder saat ditarik traktor, traktor
tersebut mengalami skid sebesar 0,891 atau 89,1% dan memiliki nilai jarak antar
benih (JAB) secara teoritis sebesar 0,65 m dan kebutuhan benih secara teoritis
adalah sebanyak 2775,003 butir/ha. Nilai teoritis tersebut memiliki perbedaan
yang besar jika dibandingkan dengan JAB dan kebutuhan benih secara actual yang
terjadi pada saat di lapangan. Nilai jarak antar benih yang terukur secara aktual
yaitu 98,6 cm atau 0,986 m dan nilai benih yang tersebar yaitu sebanyak 62
butir/ha (23,6 gram). Nilai aktual tersebut sangat berbeda daripada yang
diharapkan (teoritis). Hal tersebut dapat terjadi diduga karena nilai skid yang
besar yaitu 89,1%, diperkirakan terdapat hambatan yang besar pada tanah yang
dilalui pada saat implement ditarik sehingga tidak banyak benih yang dapat
tersebar dan ditanam secara jarang (jaraknya terlalu jauh).
Sedangkan apabila ditinjau dari sisi pemupukan, secara teoritis dengan
pengukuran komponen-komponen seeder, implement tersebut dapat menyebarkan
benih sebanyak 4,96059 kg/ha. Akan tetapi, berdasarkan pengamatan praktikum di
lapangan laju pemupukan yang terjadi hanya menunjukkan nilai 45,51 gram. Hal
tersebut jika dibandingkan sangat jauh berbeda yang seharusnya implement dapat
menyebarkan 4960,59 gram/ha, yang terukur di lapangan hanya 45,51 gram/ha.
Hal tersebut dapat terjadi kemungkinan dikarenakan traktor yang menarik
implement tersebut mengalami skid yang besar (89,1%) sehingga pupuk kurang
dapat tersebar. Selain itu, ketidakcermatan pengukuran praktikan pada saat
praktikum

juga

mempengaruhi

perhitungan.

Kemungkinan

pada

saat

pengumpulan pupuk banyak pupuk yang tidak terbawa sehingga tidak terukur.
Selain itu, karakteristik pupuk yang digunakan juga mudah menguap dan mudah
menyatu atau bereaksi dengan tanah sehingga pupuk yang tersebar oleh Seeder

Sayyidatun Nisa
240110100097
tidak sempat terbawa dan terhitung oleh praktikan sehingga nilai pupuk yang
terukur hanya sebanyak 45,51 gram saja.
Berdasarkan hasil dan pengamatan pada kejadian dan kondisi di atas,
maka dibutuhkan keterampilan pengguna untuk memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi proses penanaman benih dan pemupukan. Sesorang agpabila akan
melakukan penanaman dan pemupukan dengan seeder perlu memperhatikan
karakteristik lahan yang akan diolah, traktor yang digunakan berikut kehandalan
operator menjalakan traktornya, kalibrasi seeder yang detail, serta karakteristik
pupuk dan benih yang digunakan.

Elsa Debora
240110100098
4.2 Pembahasan
Dalam kalibrasi mesin penanam dan pemupuk ini beberapa hal perlu
diperhatikan antara lain jarak tanam, metering device, slip dan waktu yang
diperlukan dalam melakukan penanaman serta berapa banyak benih atau pupuk
yang diperlukan. Pada praktikum sebelumnya praktikan diberikan pengetahuan
tentang cara kerja dan cara kalibrasi alat penanam benih dengan pupuk, praktikum
tersebut bertujuan untuk menprediksi kejadian yang akan terjadi pada saat di
lapangan. Oleh karena itu praktikum kali ini akan membahas tentang bagaimana
kerja alat Transplanter saat dilakukan penanaman dilahan dengan bantuan gerak
dari traktor poros ganda.
Praktikum kali ini juga dilakukan dilokasi yang sama di lahan ciparanje dan
menggunakan traktor roda empat sebagai sumber penggerak.
Sebenarnya ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan Planter tidak
bekerja secara maksimal, diantaranya : Terjadinya slip dan skid, yang
mengakibatkan kerja mattering device bekerja tidak sempurna.Ketinggian lahan
yang tidak sama tiap titik, mengakibatkan mattetring device tidak berjalan ( gear
tidak menyentuh tanah ), dan terkadang mattering device tertahan jalannya karena
gundukan tanah. Kondisi alat planter, kondisi alat planter yang sudah termasuk
lama mengakibtkan tidak semua mattering device menyentuh tanah. Sehingga
seringkali asdos ataupun praktikan berdiri diatas alat planter agar alat planter
dapat tertekan ke bawah ( menyentuh tanah ).
Langkah awal yaitui dengan melakukan perhitungan skid, skid dihitung
sampai putaran roda traktor mencapai 10x putaran, panjang lintasan yang dilalui
traktor adalah 41.40 m. Didapatkan skid yang terjadi sebesar 89%. Dengan skid
sebesar ini dapat dipastikan pengeluaran bibit dan pupuk dari alat planter tidak
akan sama tiap sirkulasinya.
Untuk perhitungan JAB ( jarak antar benih ) diasumsikan nilai P ef ( fraksi
pengisian benih 1 ). Maka dihasilkan nilai JAB 0,65 m, namun pada keadaan
lapangan hasilnya berbeda, diakibatkan faktor diatas.
Sementara nilai LP ( laju penanaman ) adalah 4,85 Kg/ha. Terlebih lagi,
kondisi lahan yang kurang rata karena pengolahan tanah ke 2 yang kurang
sempurna, mengakibatkan penanaman menggunakan planter tidak sesuai dengan
kalibrasi yang seharusnya nilainya mendekati.

Randika Yuliansyah
240110100107

4.2

Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai penanaman benih dan pemupukan secara

mekanis. Praktikum dilaksanakan di lahan praktikum FTIP Ciparanje. Benih yang


digunakan adalah benih jagung. Traktor yang digunakan adalah traktor poros
ganda dengan menarik

alat penanam benih (seeder). Pengukuran dilakukan

dengan cara mengamati benih yang keluar dari seeder.


Data yang dihasilkan menunjukan skid yang dihasilkan adalah 89.1%. Skid
yang dihasilkan sangat besar sehingga mempengaruhi efisiensi pemupukan. Nilai
skid yang tinggi diakibatkan oleh lahan dalam keadaan basah yang cenderung
berlumpur sehingga roda sulit untuk berputar dan berputar pada titik yang sama.
Kondisi slip yang tinggi akan menyebabkan proses pemupukan dan penanaman
benih menjadi tidak efektif, karena proses tersebut memanfaatkan putaran roda.
Sehingga hal ini akan menyebabkan penyebaran pupuk dan benih tidak seragam
dan efisien.
Jarak antar benih dalam barisan sangat penting untuk diketahui karena
berkaitan dengan pola tanam dan jarak tanam tanaman itu sendiri sehingga dapat
disesuaikan dengan tanaman yang akan ditanam. Nilai jarak antar benih aktual
secara teoritis yang dihasilkan adalah 0,65 meter dengan kebutuhan benih 3298,58
butir / ha. Hal ini menunjukan bahwa jika akan menanam pada jarak 0,65 meter
maka kebutuhan benih yang harus disediakan dalah 3298,58 butir / ha dengan
jumlah benih 62 butir dari 4 putaran device.
Laju pemupukan 4,85 kg / ha.Jarak antar benih dilapangan/actual 0,65
meter dimana jarak antar benih teoritis adalah 0,53 meter. Jarak antar benih (JAB)
memiliki perbedaan yang cukup signifikan dimana JAB aktual teoritis < JAB
teoritis < JAB aktual di lapangan. Nilai JAB dilapangan yang cukup jauh
menunjukan bahwa penanaman benih yang dilakukan tidak seragam dan efisien.
Hal ini dapat disebabkan oleh skil operator yang tidak terlalu baik atau
dipengaruhi oleh nilai skid yang besar sehingga penanaman tidak sesuai dengan
JAB teoritis.

Ali Idhharuddin
240110100077
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum kali ini dapat dinyatakan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Jumlah bBerat benih dan pupuk di lahan yaitu sebesar 23,6 gram dan
106,76 gram.
2. Skid sebesar 0,891 serta hasil jarak antar benih dalam barisan (JAB)
sebesar 0,65 m , besarnya kebutuhan benih (KB) sebanyak
butir/ha dan laju pemupukan (LP) sebesar

kg/ha.

3. Jarak antar benih dalam barisan (JAB) yang terjadi di lahan tidak benarbenar sesuai dengan perhitungan sebelumnya saat melakukan kaliberasi
pada mesin planter.
4. Praktikan telah mengetahui prosedur penggunaan mesin planter dan
kebutuhan benih sehingga besarnya jarak antar tanaman dapat disesuaikan
dengan optimasi yang diinginkan oleh petani.

Annisa Oktaviani
240110100092
BAB V
KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Kaliberasi sangat penting dilakukan sebelum melakukan penanaman di
lapangan.
2. Mekanisme kerja alat akan memengaruhi penempatan benih di dalam tanam,
yaitu berpengaruh pada kedalaman tanam, jumlah benih tiap lubang, jarak antar
lubang dalam baris, dan jarak antar baris bila benih menggunakan alat tanam.
3. Parameter yang diamati adalah Diameter efektif roda penggerak metering
device (D), Jumlah lubang piringan benih (N), Jumlah putaran piringan benih
untuk tiap putaran roda penggerak metering device (P), Fraksi pengisian benih
(Pcf), Skid (s), Jarak antar barisan (JB), Viabilitas benih (VB), Masa pupuk
dari pengeluaran pupuk untuk putaran roda penggerak (M), Jumlah putaran
roda penggerak metering device (n).
4. Hasil pengukuran dan perhitungan tersebut tergantung dari kecepatan putar
roda penggerak. Pemutaran yang dilakukan secara manual oleh praktikan
menyebabkan keluaran jumlah benih tidak konstan pada setiap putaran roda
penggerak.

Erika Agustina
240110100095
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan:
1. nilai skid saat praktikum yaitu 89,1% nilai ini cukup besar, mungkin di
sebabkan oleh keadaan lahan yang basah
2. Jarak antar benih barisan untuk tiap putaran meteringdevice adalah 0,65
meter dengan Fraksi pengisian benih (Pcf) 4/5, sedangkan dapat di ketahui
dari tinjauan pustaka 70 cm atau 0,70 m
3. dari jarak tanam 0,65m dapat diketahui kebutuhan benihnya yaitu 3298, 58
butir/ha yang dapat diperkirakan dari daya tumbuh biji akan menghasilkan
66.000 - 75.000 tanaman jagung per hektar berdasarkan tinjauan pustaka
4. nilai laju pemupukan pada saat praktikum dilapangan sebesar 4,85 kg/ha
5. praktikan telah mencoba melakukan proses penanaman dan pemupukan
secara mekanis dan mengetahui mekanisme mesin penanam dan pemupuk

Sayyidatun Nisa
240110100097
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada praktikum mengenai analisa jarak
antar benih dan kebutuhan benih serta laju pemupukan kali ini maka dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut.
1.

Traktor poros ganda yang digunakan untuk menarik seeder mengalami skid
yang besar yaitu 89,1% diduga karena karakteristik lahan yang diolah pada

2.

saat itu keras.


Nilai jarak antar benih yang terbentuk di lapangan terlalu jarang yaitu sebesar
98,6 cm tidak sesuai dengan jarak antar benih yang diharapkan secara teoritis

3.

yaitu sebesar 65 cm.


Nilai kebutuhan benih yang tersebar di lapangan jumlahnya sedikit yaitu
sebanyak 62 butir/ha dan tidak sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan

4.

secara teoritis yaitu sebanyak 2775 butir/ha.


Nilai pupuk yang tersebar oleh implemen seeder yang terjadi dilapangan
hanya tersebar 45,51 gram/ha sedangkan secara teoritis diharapkan seeder

5.

dapat menyebarkan 4960,59 gram/ha.


Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian nilai aktual dengan nilai
teoritis yang diharapkan yaitu dipengaruhi oleh karakteristik lahan yang
diolah, kurangnya keterampilan pengendara traktor, karakteristik pupuk dan
benih, serta keterampilan praktikan menghitung pupuk dan benihyang
tersebar.

Elsa Debora
240110100098
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
1. Kerja mattering device tidak sempurna dikarenakan, skid atau slip yang
terlalu besar.
2. Kerja mattering device tidak menghasilkan JAB yang sama dengan
perhitungan dikarenakan lahan yang tidak rata ( akibat pengolahan lahan
ke 2 yang kurang sempurna ).
3. Umur alat yang termasuk cukup tua mengakibatkan alat planter tidak
tertekan ke tanah ( menyentuk permukaan tanah ).

Randika Yuliansyah
240110100107

BAB V
KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum kali ini maka praktikan dapat menarik
beberapa kesimpulan yaitu :
1. Nilai skid sebesar 89,1 % menyebabkan proses penanaman benih dan
pemupukan tidak efektif dan efisien.
2. Nilai skid yang tinggi diakibatkan oleh lahan dalam keadaan basah yang
cenderung berlumpur sehingga roda sulit untuk berputar dan berputar
pada titik yang sama
3. Nilai jarak antar benih aktual secara teoritis yang dihasilkan adalah 0,65
meter dengan kebutuhan benih 3298,58 butir / ha.
4. Untuk menanam pada jarak 0,65 meter maka kebutuhan benih yang harus
disediakan dalah 3298,58 butir / ha dengan jumlah benih 62 butir dari 4
putaran device.
5. Nilai laju pemupukan yang dihasilkan adalah 4,85 kg / ha.
6. Jarak antar benih dilapangan/actual 0,65 meter dimana jarak antar benih
teoritis adalah 0,53 meter
7. JAB aktual teoritis < JAB teoritis < JAB aktual di lapangan.

Daftar Pustaka
Hadi, Khaerudin. 2010. Disain Mesin Penanam dan Pemupuk Jagung Terintegrasi
Dengan Tenaga Penggerak Traktor Roda Dua. Available at:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/62215. diakses pada 6
Januari 2014. 20:30
Iskandar, Miftahuddin S.TP. 2012. Alat dan mesin pemupukan. Available at:
http://www.slideshare.net/lielo23/alsin-pemupukan.
diakses pada 6 januari 2014. 20:08
Kementrian pertanian. menentukan jarak tanam pada jagung. Available at:
http://cybex.deptan.go.id/lokalita/menentukan-jaraktanam-pada-jagung. diakses pada 6 Januari 2014. 20:00

LAMPIRAN

Gambar 1. Tabung Benih


dan Pupuk

Gambar 3. Keluarnya
Benih dan Pupuk

Gambar 5. Alat Pemberian


Benih dan Pupuk

Gambar 2. Penanaman Benih


dan Pemberian Pupuk

Gambar 4. Penanaman Benih


Secara Manual

Gambar 6. Pengukuran Lahan

Anda mungkin juga menyukai