STROKE HAEMORRHAGIC
Disusun oleh:
Hilyatus Shalihat S.Ked
110.2010.125
Pembimbing:
dr. Mukhdiar Kasim, Sp. S
BAB I
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Tn. H
Umur
52 tahun
Jenis kelamin
Laki-laki
Alamat
Agama
Islam
Status perkawinan
Menikah
Pekerjaan
Wiraswasta
Tanggal Masuk RS
08 Juli 2014
Medical Record
04 42 20
II. ANAMNESIS
terasa terdorong ke sebelah kiri. Mata terbuka atau mata tertutup juga terasa
berputar. Adanya mual muntah diakui oleh keluarga pasien, dikatakan pasien
muntah kira-kira < 10 kali dan hanya berisikan cairan, pingsan disangkal.
Pandangan terhadap sekeliling tidak terlihat ganda. Tangan dan kaki dapat
digerakkan. Pasien tidak pernah merasa kesemutan tangan dan kaki. Pasien tidak
merasa telinga berdengung, tidak ada keluar cairan atau nanah dari telinga. Lalu
setelah dirawat di RS diketahui bahwa pasien mengalami kelumpuhan pada
salah satu otot lidah, suara sengau dan bicaranya pelo. Adanya kejang disangkal
keluarga pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, terdapat
riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu. Penyakit jantung dan kencing manis
disangkal oleh keluarga pasien.
Riwayat Kebiasaan
Pasien punya riwayat merokok selama 6 tahun, dan sering mengkonsumsi
kopi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga pasien tdk ada yang menderita pnyakit yang sama, riwayat
hipertensi dalam keluarga disangkal oleh keluarga pasien.
II.
PEMERIKSAAN
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Tanda Vital
Tekanan darah
Denyut nadi
Suhu
Pernapasan
Kepala
3
Bentuk
: Normocephali
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
B. STATUS NEUROLOGIK
GCS : E4 M6 V5 = 15
SARAF KRANIAL
1. N. I (Olfactorius )
Normal tidak ditemukan kelainan
2. N.II (Opticus)
Daya penglihatan
Kanan
Baik
Kiri
Baik
Keterangan
Normal
Lapang pandang
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Baik
Normal
Pengenalan warna
Baik
3. N.III (Oculomotorius)
Kanan
(-)
Kiri
(-)
Keterangan
Normal
Bentuk
Bulat
Bulat
Normal
Ukuran
3 mm
3 mm
Normal
(+)
(+)
Normal
Ptosis
Pupil
Refleks pupil
Langsung
(+)
(+)
Normal
Tidak langsung
(+)
(+)
Normal
Kanan
(+)
Kiri
(+)
Keterangan
Normal
4. N. IV (Trokhlearis)
Gerak bola mata
5. N. V (Trigeminus)
Motorik
Kanan
Baik
Kiri
Baik
Keterangan
Normal
Sensibilitas
Baik
Baik
Normal
Refleks kornea
Tidak dilakukan
6. N. VI (Abduscens)
Gerak bola mata
Kanan
(+)
Kiri
(+)
Keterangan
Normal
Strabismus
(-)
(-)
Normal
Deviasi
(-)
(-)
Normal
7. N. VII (Facialis)
Kanan
Kiri
Baik
Baik
Baik
- mengangkat alis
Baik
Baik
- lipatan nasolabial
Baik
Baik
-menggembungkan
Tidak baik
Tidak Normal
Motorik:
- sudut mulut
pipi
8. N. VIII (Akustikus)
Kanan
Kiri
Pendengaran
9. N. IX (Glossofaringeus)
5
Keterangan
Tidak dilakukan
Keterangan
Arkus farings
Kanan
SDN
Kiri
SDN
Keterangan
Tidak dilakukan
Daya perasa
SDN
SDN
Tidak dilakukan
Refleks muntah
10. N. X (Vagus)
SDN
SDN
Tidak dilakukan
Bicara
Keterangan
terganggu
Menelan
terganggu
11. N. XI (Assesorius)
Kiri
SDN
Keterangan
Mengangkat bahu
Kanan
SDN
Memalingkan
(+)
(+)
Normal
Kanan
(-)
Kiri
(+)
Keterangan
Tidak Normal
kepala
12. N. XII (Hipoglossus)
Pergerakan lidah
Artikulasi
Bicara pelo
Tonus
normal
Kekuatan
5555 5555
5555 5555
V. SISTEM SENSORIK
Raba
Kanan
Baik
Kiri
Baik
Keterangan
Normal
Nyeri
Suhu
Proprioseptif
Baik
SDN
SDN
Baik
SDN
SDN
Normal
Kanan
Kiri
Keterangan
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Normal
Normal
Normal
Normal
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
VI. REFLEKS
Fisiologis
Biseps
Triseps
KPR
APR
Patologis
Babinski
Chaddock
HoffmanTromer
schaefer
Oppenheim
Gordon
VII. FUNGSI KORDINASI
Test telunjuk hidung
Test tumit lutut
Tandem Gait
Romberg
Disdiadokokinesis
Rebound Phenomen
Kanan
TN
Normal
TDN
TN
TN
TN
Kiri
Normal
Normal
TDN
TN
TN
TN
: Normal
Defekasi
Keterangan
TN
Normal
TDN
TN
TN
TN
Leukosit
13.520 (3.8-10.6)
SGOT
16 (13-33)
GDS
167 (75-140)
SGPT
12 (6.0-30.0)
Hb
Ht
: 42,6 % (40-54%)
Leukosit
: 13.520/mm3 (5000-10.000)
Trombosit
: 255.000/mm3 (150.000-400.000)
SGOT
: 16 u/l (5-40)
SGPT
: 12 u/l (5-41)
Ureum
: 27 mg/dl (15-40)
Kreatinin
Natrium
Kalium
Chlorida
LED
: 30mm/jam (0-10)
GDS
CT Scan
V. RESUME
Pasien laki-laki, 52 tahun datang dengan keluhan sakit kepala berputar.
Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien tidak pernah mengalami
sakit kepala berputar. Adanya mual muntah diakui oleh keluarga pasien, dikatakan
pasien muntah kira-kira < 10 kali dan hanya berisikan cairan, pingsan disangkal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien tampak sakit
sedang, kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 160/120 mmHg, nadi 80
kali/menit, laju napas 20 kali/ menit, suhu 36C. Status generalis dalam batas
normal. Pada status neurologis, ditemukan keadaan pasien sebagai berikut :
GCS
: E4M6V5
Pupil
TRM
Nervus cranialis
Motorik
: 5555 5555
5555 5555
Refleks fisiologis
: ekstremitas atas
: biseps
triseps
Ekstremitas bawah : patella
Achilles
Refleks patologis
: negatif
Sensorik
: normal
: +/+
: +/+
: +/+
: +/+
c.
d.
e.
f.
g.
h.
10
MRA, dan venografi MR (AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B). (Lihat Bab
X Pemeriksaan Diagnostik pada Stroke Akut).
2. Tatalaksana Medis Perdarahan Intrakranial
a. Pasien dengan defisiensi berat factor koagulasi atau trombositopenia berat
sebaiknya mendapat erapi penggantian factor koagulasi atau trombosit
(AHA/ASA, Class I, Level of evidence C).
b. Pasien dengan perdarahan intracranial dan peningkatan INR terkait obat
antikoagulan oral sebaiknya tidak diberikan walfarin, tetapi mendapat terapi untuk
menggganti vitamin K-dependent factor dan mengkoreksi INR, serta mendapat
vitamin K intravena (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C). Konsentrat
kompleks protrombin tidak menunjukkan perbaikan keluaran dibandingkan
dengan Fresh Frozen Plasma (FFP). Namun, pemberian konsentrat kompleks
protrombin dapat mengurangi komplikasi dibandingkan dengan FFP dan dapat
dipertimbangkan sebagai alternative FFP (AHA/ASA, Class IIa, Level of
evidence B).
c. Apabila terjadi gangguan koagulasi maka dapat dikoreksi sebagai berikut:
Vitamin K 10 mg IV diberikan pada penderita dengan peningkatan INR dan
diberikan dalam waktu yang sma dengan terapi yang lain karena efek akan timbul
80
6 jam kemudian. Kecepatan pemberian <1 mg/menit untuk meminimalkan risiko
anafilaksis.2,3,4
FFP 2-6 unit diberikan untuk mengoreksi defisiensi factor pembekuan darah
bila ditemukan sehingga dengan cepat memperbaiki INR atau aPTT. Terapi FFP
ini untuk mengganti pada kehilangan factor koagulasi.2,3,4
d. Faktor VIIa rekobinan tidak mengganti semua factor pembekuan, dan walaupun
INR menurun, pembekuan bias jadi tidak membaik. Oleh karena itu, factor VIIa
rekombinan tidak secara rutin direkomendasikan sebagai agen tunggal untuk
mengganti antikoagulan oral pada perdarahan intracranial. (AHA/ASA, Class III,
Level of evidence C). Walaupun factor VII a rekombinan dapat membatasi
perluasan hematoma pada pasien ICH tanpa koagulopati, risiko kejadian
tromboemboli akan meningkat dengan factor VIIa rekombinan dan tidak ada
keuntungan nyata pada pasien yang tidak terseleksi (AHA/ASA, Class III, Level
of evidence A).
e. Kegunaan dari transfuse trombosit pada pasien perdarahan intracranial dengan
riwayat penggunaan antiplatelet masih tidak jelas dan dalam tahap
penelitian(AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence B).
f. Untuk mencegah tromboemboli vena pada pasien dengan perdarahan
intracranial, sebaiknya mendapat pneumatic intermittent compression selain
dengan stoking elastis (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B).
g. Setelah dokumentai penghentian perdarahan LMWH atau UFH subkutan dosis
rendah dapat dipertimbangkan untuk pencegahan tromboembolin vena pada
11
pasien dengan mobilitas yang kurang setelah satu hingga empat hari pascaawitan
(AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence B).
h. Efek heparin dapat diatasi dengan pemberian proamin sulfat 10-50 mg IV
dalam waktu 1-3 menit. Penderita dengan pemberian protamin sulfat perlu
pengawasan ketat untuk melihat tanda-tanda hipersensitif (AHA/ASA, Class I,
Level of evidence B).
3. Tekanan Darah
Lihat Bab V.A Penatalaksanaan Tekanan Darah pada Stroke Akut.
4. Penanganan di Rumah Sakit dan Pencegahaan Kerusakan Otak Sekunder
a. Pemantauan awal dan penanganan pasien penrdarahan intracranial sebaiknya
dilakukan di ICU dengan dokter dan perawat yang memiliki keahlian perawatan
intensif neurosains (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B).1
b. Penanganan Glukosa
Lihat Bab V.B Penatalaksanaan Gula Darah pada Stroke Akut 81
12
13
14
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanasionam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Stroke
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara
cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke
yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.5, 12
Epidemiologi Stroke dan Stroke Hemoragik
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab utama kecacatan. 2
Sekitar 0,2% dari populasi barat terkena stroke setiap tahunnya yang sepertiganya
akan meninggal pada tahun berikutnya dan sepertiganya bertahan hidup dengan
kecacatan, dan sepertiga sisanya dapat sembuh kembali seperti semula. Dari
keseluruhan data di dunia, ternyata stroke sebagai penyebab kematian mencapai
9% (sekitar 4 juta) dari total kematian per tahunnya.5
Insidens kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000 pertahunnya
dimana 10-15% merupakan stroke hemoragik kuhusnya perdarahan intraserebral.
Mortalitas dan morbiditas pada stroke hemoragik lebih berat dari pada stroke
iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20% saja pasien yang mendapatkan kembali
kemandirian fungsionalnya. Selain itu, ada sekitar 40-80% yang akhirnya
meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50% meninggal pada
48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada 47%
wanita dan 53% kali-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78% berumur lebih dari
60 tahun. Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan berjenis kelamin laki-laki
menunjukkan outcome yang lebih buruk.2
16
hati,
komplikasi
obat
trombolitik
atau
anti
koagulan,
Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis, diseksi arteri vertebral, dan
acute necrotizing haemorrhagic encephalitis.
Faktor Risiko Stroke Hemoragik
Faktor-faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya stroke
hemoragik dijelaskan dalam tabel berikut. 7
Faktor Resiko
Umur
Keterangan
Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk
stroke. Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70%
terjadi pada mereka yang 65 ke atas. Risiko stroke adalah
Hipertensi
Seks
Riwayat keluarga
dizigotik
17
yang
menunjukkan
kecenderungan
Penyakit jantung
septum atrium,
Karotis bruits
aneurisma
septum atrium,
dan lesi
Merokok
bahwa
risiko
merokok
stroke
untuk
jelas
menyebabkan
segala
usia
dan
hematokrit
adalah
dari
isi
sel
darah
merah;
atau
paraproteinemia,
biasanya
trombosit
akibat
trombositosis.
Perdarahan
Peningkatan
tingkat fibrinogen
dan kelainan
Penyalahgunaan
obat
Hiperlipidemia
subarachnoid
dan
difarction
otak
telah
hiperkolesterolemia
menurun
dengan
lakunar.
Pil KB, estrogen tinggi yang dilaporkan meningkatkan risiko
stroke pada wanita muda. Penurunan kandungan estrogen
menurunkan masalah ini, tetapi tidak dihilangkan sama
sekali. Ini adalah faktor risiko paling kuat pada wanita yang
lebih dari 35 tahun . Mekanisme diduga meningkat
koagulasi, karena stimulasi estrogen tentang produksi
Diet
20
pembuluh darah
perifer
Infeksi
Homosistinemia
atau
homosistinuria
Migrain
Suku bangsa
Lokasi geografis
sering, stroke
dewasa,
dan
perdarahan
lebih
umum
dari
aterosklerosis.
Variasi sirkadian dari stroke iskemik, puncaknya antara pagi
21
faktor musim
waktu onset
Hipertensi
Sedang, normotensi
Berat, kadang-kadang
Rangsangan meningen
Defisit neurologis fokal
Tidak ada
Sering kelumpuhan dan
sedang
Ada
Defisit neurologik cepat
CT-Scan kepala
terjadi
Massa intrakranial dengan
area hiperdensitas
Dapat dijumpai aneurisma,
penyumbatan, penyempitan
dan vaskulitis
atau vasospasme
Angiografi
22
sangat tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah protein abnormal yang disebut
amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid)
melemahkan arteri dan dapat menyebabkan perdarahan.7
Penyebab umum yang kurang termasuk kelainan pembuluh darah saat
lahir, luka, tumor, peradangan pembuluh darah (vaskulitis), gangguan perdarahan,
dan penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi.
Pendarahan
B. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala. Namun, perdarahan
karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dianggap
sebagai stroke.7
Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara spontan
yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti
kecelakaan atau jatuh. Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari pecahnya
aneurisma mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang
menonjol di daerah yang lemah dari dinding arteri itu.7
Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat
muncul pada saat kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu
setelah bertahun-tahun dimana tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri.
Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah hasil dari aneurisma kongenital.7
Mekanisme lain yang kurang umum adalah perdarahan subaraknoid dari
pecahnya koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalam
atau di sekitar otak. Sebuah malformasi arteri dapat muncul pada saat kelahiran,
tetapi biasanya hanya diidentifikasi jika gejala berkembang. Jarang sekali suatu
bentuk bekuan darah pada katup jantung yang terinfeksi, perjalanan (menjadi
emboli) ke arteri yang memasok otak, dan menyebabkan arteri menjadi meradang.
arteri kemudian dapat melemah dan pecah.7
Patofisiologi Stroke Hemoragik
23
arteri
serebri
posterior
menyebabkan
hemianopsia
kontralateral parsial dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan
terjadi kehilangan memori.8
24
total
arteri basilaris
menyebabkan
paralisis
semua
eksteremitas dan otot-otot mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri
basilaris dapat menyebabkan infark pada serebelum, mesensefalon, pons, dan
medula oblongata. Efek yang ditimbulkan tergantung dari lokasi kerusakan:8
Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus [X]). Paralisis otot
lidah (saraf hipoglosus [XII]), mulut yang jatuh (saraf fasial [VII]),
strabismus (saraf okulomotorik [III], saraf abdusens [V]).
25
26
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang
disebut sakit kepala halilintar)
Penglihatan ganda
meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap berada dalam
koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan
mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin menjadi
tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan. 2,9
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak
mengiritasi lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher
kaku serta sakit kepala terus, sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang. 2
Sekitar
25%
dari
orang
yang
mengalami
gejala-gejala
yang
mengindikasikan kerusakan pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut: 2,9
menit atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama.
Sebuah perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius
lainnya, seperti: 2,9
27
Kemudian,
jaringan otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati,
seperti pada stroke iskemik. Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip
dengan stroke iskemik, seperti kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu
sisi tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami bahasa, vertigo, dan
koordinasi terganggu.
manifestasi
perdarahan
intraserebral,
terdapat
pembagian
28
WFNS grade
0
1
2
3
4
5
GCS Score
15
13-14
13-14
7-12
3-6
+
+ or + or -
waktu onset
Hipertensi
Sedang, normotensi
Berat, kadang-kadang
Rangsangan meningen
Defisit neurologis fokal
Tidak ada
Sering kelumpuhan dan
sedang
Ada
Defisit neurologik cepat
CT-Scan kepala
terjadi
Massa intrakranial dengan
Angiografi
area hiperdensitas
Dapat dijumpai aneurisma,
penyumbatan, penyempitan
dan vaskulitis
atau vasospasme
1. Penurunan kesadaran
2. Sakit kepala
3. Refleks patologi
30
Stroke
Hemoragi
Fisher grade
Dari keempat grading tersebut yang dipakai dalam studi cedera kepala
yaitu modified Hijdra score dan Fisher grade. Sistem skoring pada no 1 dan 2
dipakai pada kasus SAH primer akibat rupturnya aneurisma. 10
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendukung diagnosis stroke dan
menyingkirkan diagnosis bandingnya. Laboratorium yang dapat dilakukan pada
penderita stroke diantaranya adalah hitung darah lengkap, profil pembekuan
darah, kadar elektrolit, dan kadar serum glukosa.2
Pemeriksaan pencitraan juga diperlukan dalam diagnosis. Pencitraan otak
adalah langkah penting dalam evaluasi pasien dan harus didapatkan dalam basis
kedaruratan. Pencitraan otak membantu dalam diagnosis adanya perdarahan, serta
dapat menidentifikasi komplikasi seperti perdarahan intraventrikular, edem otak,
dan hidrosefalus. Baik CT non kontras ataupun MRI otak merupakan pilihan yang
dapat digunakan.2
31
daripada
mengidentifikasi
CT
scan,
malformasi
terutama
vaskular
yang
stroke
iskemik.
mendasari
atau
MRI
dapat
lesi
yang
menyebabkan perdarahan.2
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah elektrokardiogram (EKG)
untuk memulai memonitor aktivitas hantung. Disritmia jantung dan iskemia
miokard memiliki kejadian signifikan dengan stroke.2
Stroke dapat didiagnosa banding dengan penyakit-penyakit lain seperti:
ensefalitis, meningitis, migrain, neoplasma otak, hipernatremia, stroke iskemik,
perdarahan
subaraknoid,
hematoma
subdural,
kedaruratan
32
hipertensif,
Eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa]) adalah obat
haemostasis yang dianjurkan untuk pasien hemofilia yang resisten
terhadap pengobatan faktor VIII replacement dan juga bermanfaat
untuk penderita dengan fungsi koagulasi yang normal.
Pemberian rF VIIa pada PIS pada onset 3 jam hasilnya adalah highlysignificant, tapi tidak ada perbedaan bila pemberian dilakukan setelah
lebih dari 3 jam.
b. Reversal of anticoagulation 1
Pasien PIS akibat dari pemakaian warfarin harus secepatnya diberikan
fresh frozen plasma atau prothrombic complex concentrate dan vitamin
K.
Prothrombic-complex concentrates suatu konsentrat dari vitamin K
dependent coagulation factor II, VII, IX, dan X, menormalkan INR
lebih cepat dibandingkan FFP dan dengan jumlah volume lebih rendah
sehingga aman untuk jantung dan ginjal.
Dosis tunggal intravena rFVIIa 10-90g/kg pada pasien PIS yang
memakai warfarin dapat menormalkan INR dalam beberapa menit.
Pemberian obat ini harus tetap diikuti dengan coagulation-factor
replacement dan vitamin K karena efeknya hanya beberapa jam.
Pasien PIS akibat penggunaan unfractionated atau low moleculer
weight heparin diberikan Protamine Sulfat, dan pasien dengan
trombositopenia atau adanya gangguan fungsi platelet dapat diberikan
dosis tunggal Desmopressin, transfusi platelet, atau keduanya.
Pada pasien yang memang harus menggunakan antikoagulan maka
pemberian obat dapat dimulai pada hari ke-7-14 setelah erjadinya
perdarahan.
c. Tindakan bedah pada PIS berdasarkan EBM
Keputusan mengenai apakah dioperasi dan kapan dioperasi masih tetap
kontroversial.
Tidak dioperasi bila: 1
33
34
b. Penderita dengan grade III, IV, atau V (H&H PSA), perawatan harus lebih
intensif: 1
Lakukan penatalaksanaan ABC sesuai dengan protocol pasien di
ruang gawat darurat.
Intubasi endotrakheal untuk mencegah aspirasi dan menjamin
jalang nafas yang adekuat.
Bila ada tanda-tanda herniasi maka dilakukan intubasi.
Hindari pemakaian sedatif yang berlebhan karena aan menyulitkan
penilaian status neurologi.
35
hasil akhir tidak berbeda dengan operasi yang ditunda. Operasi yang
segera dianjurkan pada pasien dengan grade yang lebih baik serta lokasi
aneurisma yang tidak rumit. Untuk keadaan klinis lain, operasi yang
segera atau ditunda direkomendasikan tergantung pada situasi klinik
khusus.
c. Aneurisma yang incompletely clipped mempunyai resiko yang tinggi
untuk perdarahan ulang.
4. Tatalaksana pencegahan vasospasme 1
a. Pemberian nimodipin dimulai dengan dosis 1-2 mg/jam IV pada hari ke-3
atau secara oral 60 mg setiap 6 jam selama 21 hari. Pemakaian nimodipin
oral terbukti memperbaiki deficit neurologi yang ditimbulkan oleh
vasospasme. Calcium antagonist lainnya yang diberikan secara oral atau
intravena tidak bermakna.
b. Pengobatan dengan hyperdinamic therapy yang dikenal dengan triple H
yaitu
hypervolemic-hypertensive-hemodilution,
mempertahankan
cerebral
perfusion
pressure
dengan
sehingga
tujuan
dapat
36
Delayed vasospasm:
Stop Nimodipine, antihipertensi, dan diuretika.
Berikan 5% Albumin 250 mL IV.
Pasang Swan-Ganz (bila memungkinkan), usahakan wedge
pressure 12-14 mmHg.
Jaga cardiac index sekitar 4 L/menit/m2.
Berikan Dobutamine 2-15 g/kg/menit.
5. Antifibrinolitik
Obat-obat anti-fibrinolitik dapat mencegah perdarahan ulang. Obat-obat yang
sering dipakai adalah epsilon aminocaproic acid dengan dosis 36 g/hari atau
tranexamid acid dengan dosis 6-12 g/hari.1
6. Antihipertensi 1
a. Jaga Mean Arterial Pressure (MAP) sekitar 110 mmHg atau tekanan darah
sistolik (TDS) tidak lebih dari 160 dan tekanan darah diastolic (TDD) 90
mmHg (sebelum tindakan operasi aneurisma clipping).
b. Obat-obat antihipertensi diberikan bila TDS lebih dari 160 mmHg dan
TDD lebih dari 90 mmHg atau MAP diatas 130 mmHg.
c. Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah Labetalol (IV) 0,5-2
mg/menit sampai mencapai maksimal 20 mg/jam atau esmolol infuse
dosisnya 50-200 mcg/kg/menit. Pemakaian nitroprussid tidak danjurkan
karena menyebabkan vasodilatasi dan memberikan efek takikardi.
d. Untuk menjaga TDS jangan meurun (di bawah 120 mmHg) dapat diberikan
vasopressors, dimana hal ini untuk melindungi jaringan iskemik penumbra
yang mungkin terjadi akibat vasospasme.
7. Hiponatremi
37
Bila Natrium di bawah 120 mEq/L berikan NaCl 0,9% IV 2-3 L/hari. Bila perlu
diberikan NaCl hipertonik 3% 50 mL, 3 kali sehari. Diharapkan dapat terkoreksi
0,5-1 mEq/L/jam dan tidak melebihi 130 mEq/L dalam 48 jam pertama.1
Ada yang menambahkan fludrokortison dengan dosis 0,4 mg/hari oral atau
0,4 mg dalam 200 mL glukosa 5% IV 2 kali sehari. Cairan hipotonis sebaiknya
dihindari karena menyebabkan hiponatremi. Pembatasan cairan tidak dianjurkan
untuk pengobatan hiponatremi.1
8. Kejang
Resiko kejang pada PSA tidak selalu terjadi, sehingga pemberian antikonvulsan
tidak direkomendasikan secara rutin, hanya dipertimbangkan pada pasien-pasien
yang mungkin timbul kejang, umpamanya pada hematom yang luas, aneurisma
arteri serebri media, kesadaran yang tidak membaik. Akan tetapi untuk
menghindari risiko perdarahan ulang yang disebabkan kejang, diberikan anti
konvulsan sebagai profilaksis.1
Dapat dipakai fenitoin dengan dosis 15-20 mg/kgBB/hari oral atau IV.
Initial dosis 100 mg oral atau IV 3 kali/hari. Dosis maintenance 300-400
mg/oral/hari dengan dosis terbagi. Benzodiazepine dapat dipakai hanya untuk
menghentikan kejang.1
Penggunaan antikonvulsan jangka lama tidak rutin dianjurkan pada
penderita yang tidak kejang dan harus dipertimbangkan hanya diberikan pada
penderita yang mempunyai faktor-faktor risiko seperti kejang sebelumnya,
hematom, infark, atau aneurisma pada arteri serebri media.1
9. Hidrosefalus 1
a. Akut (obstruksi)
Dapat terjadi setelah hari pertama, namun lebih sering dalam 7 hari pertama.
Kejadiannya kira-kira 20% dari kasus, dianjurkan untuk ventrikulostomi
(atau drainase eksternal ventrikuler), walaupun kemungkinan risikonya
dapat terjadi perdarahan ulang dan infeksi.
b. Kronik (komunikan)
Sering terjadi setelah PSA. Dilakukan pengaliran cairan serebrospinal secara
temporer atau permanen seperti ventriculo-peritoneal shunt.
38
Antagonis H2
Antasida
39
40
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Definisi stroke berdasarkan WHO adalah suatu tanda klinis yang berkembang
secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke
yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
Dari keseluruhan kasus stroke, mortalitas dan morbiditas pada stroke
hemoragik lebih berat dari pada stroke iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20%
saja pasien yang mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya. Selain itu, ada
sekitar 40-80% yang akhirnya meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan
dan sekitar 50% meninggal pada 48 jam pertama.
Beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain
hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak,
diplopia. Vertigo, afasia, disfagia, disartria, ataksia, kejang atau penurunan
kesadaran yang keseluruhannya terjadi secara mendadak. Diagnosis stroke
hemoragik dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
neurologis, dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium, CT
scan, dan MRI.
Penatalaksanaan stroke hemoragik berbeda berdasarkan manifestasi
perdarahan yang terjadi. Pada stroke hemoragik dengan perdarahan intraserebral,
penatalaksanaan yang diberikan berupa terapi hemostatik, penghentian pemberian
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Guideline Stroke 2011. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia: Jakarta, 2011.
2. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010.
[diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
3. Rohkamm, Reinhard. Color Atlas of Neurology. Edisi 2. BAB 3.
Neurological Syndrome. George Thieme Verlag: German, 2003.
4. Tsementzis, Sotirios. A Clinicians Pocket Guide: Differential Diagnosis in
Neurology and Neurosurgery. George Thieme Verlag: New York, 2000.
5. Sjahrir, Hasan. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan, 2003
6. Ropper AH, Brown RH. Adams and Victors Principles of Neurology.
Edisi 8. BAB 4. Major Categories of Neurological Disease:
Cerebrovascular Disease. McGraw Hill: New York, 2005.
7. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New
York. Thieme Stuttgart. 2000.
8. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC:
Jakarta, 2007.
9. MERCK, 2007. Hemorrhagic Stroke. Diperoleh dari:
http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.html [Tanggal: 23 Mei
2010].
10. Mesiano, Taufik. Perdarahan Subarakhnoid Traumatik. FK UI/RSCM,
2007. Diunduh dari:
http://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@u
uzQoKCrsAAFbxtPE1/SAH%20traumatik%20Neurona%20by%20Taufik
%20M.doc?nmid=88307927 [Tanggal: 24 Mei 2010]
42
43