Anda di halaman 1dari 4

LATAR BELAKANG

Pengaruh globalisasi di segala bidang telah mengakibatkan perubahan pada perilaku


dan gaya hidup masyarakat seperti perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya
aktivitas fisik dan meningkatnya perilaku merokok. Perubahan ini telah memberikan
kontribusi terhadap semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular.
Menurut Riskesdas 2007 proporsi angka kematian penyakit tidak menular meningkat
dari 41,7 % pada tahun 1995 menjadi 59,5 % pada tahun 2007. Stroke merupakan penyebab
utama kematian pada semua umur dimana jumlahnya mencapai 15,4 %.
Selain stroke, pada saat ini penyakit jantung (kardiovaskuler) merupakan penyebab
kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30,0
% kematian diseluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Di Indonesia, penyakit
jantung juga cenderung meningkat sebagai penyebab kematian. Sensus nasional tahun 2001
menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung
koroner adalah sebesar 26,4%, dan sampai dengan saat ini PJK juga merupakan penyebab
utama kematian dini pada sekitar 40% dari sebab kematian laki-laki usia menengah.(Sulistyo,
2012)
Penyakit tidak menular yang menduduki peringkat pertama terbanyak menyebabkan
kematian di dunia adalah penyakit jantung dan stroke.(Kemenkes, 2012) Dari sekian banyak
faktor risiko, kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor penyebab utama. Semakin tinggi
kadar kolesterol darah, semakin tinggi risiko untuk menderita penyakit jantung vaskuler dan
kemungkinan untuk meninggal akibat penyakit itu. Risiko itu dapat dikurangi dengan cara
menurunkan kadar kolesterol.
Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak yang ada dalam tubuh. Senyawa
ini dikaitkan dengan pola makan tinggi lemak. Jika ditelaah lebih lanjut kolesterol merupakan

zat yang diperlukan oleh tubuh yaitu untuk membantu hati menghasilkan empedu yang
diperlukan untuk mencerna lemak, namun hal ini dikatakan baik jika kadar kolesterol normal.
Selain kolesterol diproduksi oleh tubuh, kolesterol juga didapat dari makanan yaitu yang
bersumber dari hewani contohnya cumi-cumi, telur, produk susu dan daging.(Herlinawati,
2006)
Anwar (2004) ( dalam Christian, 2008) mengatakan bahwa penurunan kolesterol
sebesar 1% akan menurunkan risiko PJK sebesar 2%. Penyakit jantung yang dipengaruhi oleh
tingginya kadar kolesterol, banyak terjadi pada individu dengan kelas ekonomi menengah ke
atas. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan makanan yang menjadi faktor penting
penentu kadar kolesterol individu. Gaya hidup masyarakat kerja, dewasa ini lebih cenderung
mengejar hal-hal yang bersifat praktis, termasuk di dalamnya jenis makanan yang
dikonsumsi. Makanan cepat saji (fast food) atau yang juga dikenal sebagai makanan sampah
(junk food) menjadi pilihan bagi individu yang mengutamakan kecepatan pelayanan karena
waktu menjadi sangat berharga di dunia kerja. Namun di sisi lain, makanan ini sebenarnya
tidak memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan utama yang
dimilikinya adalah kolesterol yang tinggi.
Aktivitas fisik yang sedikit dan makanan cepat saji menjadi bagian dari kehidupan
pekerja kantor dewasa ini. Hal ini disebabkan oleh beratnya tuntutan pekerjaan sehingga
tidak ada kesempatan untuk berolah raga dan merujuk kepada perilaku hidup yang instan,
misalnya makanan. Gaya hidup yang demikian akan menyebabkan terjadinya penumpukan
karbohidrat dan kolesterol di dalam tubuh, yang kemudian dapat menyebabkan dislipidemia
yang merupakan faktor risiko terjadinya PJK.
Di sisi lain, pekerja kasar umumnya memiliki aktivitas fisik yang berat namun tidak
diimbangi dengan makanan dengan kandungan gizi yang cukup. Keterbatasan ekonomi pada
pekerja kasar membuat mereka jarang memakan makanan hewani seperti daging dan ikan,

makanan cepat saji, atau makanan-makanan lain yang cenderung berkolesterol tinggi.
Walaupun demikian, dewasa ini PJK bukan hanya menjadi penyakit bagi golongan ekonomi
menengah ke atas, namun juga sering terjadi pada masyarakat ekonomi bawah. Diduga hal ini
terjadi akibat kebisaan sering meminum kopi, kebiasaan merokok dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung minyak tak jenuh dan trans yang bisa
terdapat pada minyak goreng kualitas rendah atau minyak goreng bekas (American Heart
Association, 2008).
Dengan aktivitas fisik berat namun tidak diimbangi dengan makanan dengan
kandungan gizi yang cukup pada para pekerja kasar ini membuat para pekerja kasar ini
memiliki resiko mengalami kolesterol tinngi. Hal ini yang mendorong peneliti unyuk
melakukan penelitian tentang tinjauan kadar kolesterol darah pada para pekerja kasar.

Kerangka konsep

Pekerja kasar

Faktor resiko
pengganggu
kesehatan

normal

kolesterol
tinggi

PJK

stroke

Aktivitas fisik
berat
Makanan tidak
bergizi
Kebiasaan

Anda mungkin juga menyukai