Anda di halaman 1dari 51

Presentasi Kasus Benign

Prostat Hiperplasia
Pembimbing: dr. Waluyo Eko, SpU
Wurry Devian Putra
11.2014.055

Identitas Pasien

Nama : Tn. M
Tanggal lahir: 13 Mei 1957
Umur : 64 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan: Wiraswasta
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Pademangan VII, no. 31, RT.011 RW.010
No. CM : 00-25-72-30
Di rawat di ruang : Dahlia lantai 5(bedah laki-laki)
Tanggal Masuk RS : 28 Juni 2015

Anamnesis:
Auto anamnesis/ allo anamnesis, tanggal 29 Juni 2015
pukul : 09.00 WIB
Keluhan utama:
Pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke UGD RSUD Koja dengan keluhan nyeri saat buang
air kecil dan kesulitan untuk buang air kecil. Pasien menyatakan
pertama kali dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengeluh
harus mengedan agar air kencingnya keluar, selain itu pasien
merasakan buang air kecil tidak tuntas atau tidak puas. Pasien
menyatakan gejala yang dirasakan

menjadi bertambah, pasien

merasa BAK menjadi lebih sering dan air kencing yang keluar
menetes dan terasa sakit. Gejala ini tanpa disertai dengan demam.

Os merasa kesulitan buang air kecil(BAK) sejak 3 hari yang


lalu. Os mengeluhkan air kencing yang keluar hanya
sedikit-sedikit, menetes dan terasa nyeri saat BAK, os juga
perlu mengejan untuk BAK. Setelah BAK os merasa tidak
puas, masih terasa seperti tidak tuntas.

Satu minggu yang lalu os sudah di pasang kateter, karena os


mengeluhkan kesulitan dan nyeri saat BAK. Karena merasa
nyaman saat setelah 4 hari menggunakan kateter os
melepaskan kateternya sendiri dengan di bantu keluarga.

Tiga hari setelah kateter dilepas os tiba-tiba merasa


kesulitan dan nyeri untuk BAK, akhirnya os di bawa
kembali ke UGD RSUD Koja dan dipasng kateter.

Os menyangkal ada keluar darah dari kemaluan maupun


selang kateternya, terasa panas dan sensari seperti berpasir
saat BAK disangkal oleh os. Os juga menyangkal memiliki
riwayat hipertensi, DM, batu saluran kemih/ginjal, Alergi
obat maupun makanan, menjalani operasi sebelumnya, dan
mengeluhkan keluhan yang sama sebelumnya.

Ananmesa International Prostate Symptom Score Lower


Urinary Tract Symptom
Seberapa sering anda masih ada sisa selesai kencing < 1 5x ( Score
1)
Seberapa sering anda harus kembali kencing dalam waktu kurang dari
2 jam setelah kencing < 1 5x ( Score 1 )
Seberapa sering anda kencing terputus-putus <1 5x ( Score 1 )
Seberapa sering anda sulit menunda kencing < Setengah ( Score 2 )
Seberapa sering pancaran kencing anda lemah < Setengah ( Score 2 )
Seberapa sering anda mengejan untuk mulai kencing < 1 5x
( Score 1 )
Seberapa sering anda harus bangun untuk kencing, sejak mulai tidur
pada malam hari hingga bangun di pagi hari ? < 1 5x ( Score 1 )
Total Score : 9 Bergejala Sedang

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya
Riwayat pernah kencing mengeluarkan batu disangkal
Riwayat pernah nyeri buang air kecil disertai buang air kecil
berwarna kemerahan disangkal
Riwayat hipertensi, DM, alergi, dan jantung disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Darah Tinggi (-)
Riwayat Diabetes Mellitus (-)
Riwayat Alergi (-)
Riwayat memiliki keluhan yang sama (-)

Status Umum (Tanggal 29 Juni 2015, Pk 09.00)


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: E4 V5 M6
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit
Suhu
: 36,6 oC
Keadaan gizi
: Gizi Cukup

1.Kepala Leher
a.Kepala: Normochepali, deformitas (-), tanda radang pada kulit kepala (-)
b.Mata: Konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterus +/+, pupil isokor, refleks pupil langsung dan tak
langsung (+/+)
c.THT: tidak ditemukan kelainan
d.Leher: massa (-), tidak terdapat pembesaran KGB
2.Thoraks Kardiovaskuler
a.Inspeksi : tampak pergerakan dinding thoraks simetris, iktus kordis tidak tampak.
b.Palpasi: Teraba pergerakan dinding thorak simetris, iktus kordis teraba pada ICS V midclavicular line.
c.Perkusi:
Paru: sonor pada daerah dinding thorak sinistra dan dekstra
Jantung : pekak dengan batas kanan ICS V sternalis dekstra, batas atas pada ICS II sternalis sinistra, batas
pinggang jantung pada ICS III parasternalis sinistra, batas kiri pada ICS V 1 cm medial axilaris anterior
sinistra.
d.Auskultasi: terdengan suara jantung S1 S2 reguler tunggal, suara murmur -/-, suara gallop -/-

3.Abdomen
a.Inspeksi: kulit tampak normal, dinding abdomen tidak tampak distensi, tidak tampak pelebaran
pembuluh darah, tidak terdapat jaringan sikatrik, tidak tampak massa.
b.Auskultasi: terdengar bising usus pada lapang abdomen
c.Perkusi: timpani pada lapang abdomen, batas hepar pada ICS VI sampai subcostalis dektra.
d.Palpasi: nyeri tekan abdomen region suprapubis(+), hepar tidak teraba, tidak teraba massa
pada ke empat kuadran abdomen
4.Pelvic-inguinal
Tidak tampak adanya massa, pembesaran KGB (-).
5.Ekstrimitas atas Axilla
Edema -/-, deformitas -/-, motorik dan sensibilitas baik
Pembesaran KGB -/6.Ekstrimitas bawah
Edema -/-, deformitas -/-, motorik dan sensibilitas baik

Status lokalis : Urogenital


Regio Costovertebralis
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, tanda
radang tidak ada, hematom tidak ada, alignment tulang
belakang normal, gibbus tidak ada, tidak tampak massa
tumor, tidak tampak bekas luka operasi.
Palpasi
: Tidak teraba massa tumor, ballotemen ginjal
tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Nyeri ketok CVA (-)

Regio Suprapubic
Inspeksi : Kesan datar, warna kulit sama dengan
sekitar, tidak tampak massa tumor, hematom tidak ada,
edema tidak ada, tidak tampak bekas luka operasi
Palpasi
: Nyeri tekan (+), buli-buli tidak teraba
penuh, massa tumor tidak teraba.
Regio Genitalia Eksterna
Inspeksi : Tampak penis tersirkumsisi, OUE normal,
tanda radang (-), skrotum tampak normal, hematom (-),
edema (-), terpasang DC.
Palpasi
: Pada penis tidak teraba massa tumor, tidak
nyeri tekan. Pada skrotum teraba dua buah testis, kesan
normal, massa tumor tidak ada, nyeri tekan (-)

Anal perianal
Anus (+), mukosa anus tampak licin, massa (-), abses
(-)
RT: Spincter ani adekuat, mukosa anus licin, ampula
rekti tidak kolaps, tidak teraba massa konsistensi padat
kenyal, permukaan licin, tidak terdapat nyeri tekan.
Prostat: Teraba pada arah jam 12 dengan konsistensi
kenyal, ukuran 2-3 cm, polus superior teraba, nyeri
tekan (-)
Pada sarung tangan, feses (-), darah (-), lendir (-)

Diagnosis Banding
Batu buli-buli
Striktur uretra
Karsinoma prostat

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 28-06-15
Darah rutin
Hemoglobin : 14,0 g/dL
Leukosit : 14,00/L
Hematokrit : 40,9 %
Jumlah Trombosit : 192/L
Hemostasis
PT : 9,7 detik
APTT : 34,8 detik
Elektrolit
Natrium : 138 mEq/L
Kalium : 3,59 mEq/L
Klorida : 108 mEq/L
SGOT : 17 U/L
SGPT : 20 U/L
Ureum : 27,2 mg/dL
Kreatinin :1,03 mg/dL

Pemeriksaan Anjuran
USG abdomen
BNO-Cystogram-Cystografi
PSA

Resume
Anamnesis
Pasien laki-laki berumur 64 tahun datang dengan keluhan :
Nyeri pada saat buang air kecil
Keluhan dirasakan sudah satu minggu yang lalu
Pasien harus mengedan agar air kencingnya keluar
Pasien merasakan buang air kecil tidak tuntas atau tidak puas
Pasien merasa BAK menjadi lebih sering dan air kencing yang
keluar menetes dan terasa sakit
Pada daerah pubis nyeri apabila di tekan
Tanpa disertai dengan demam
IPSS Total Score : 9 Bergejala Sedang

Pemeriksaan fisik
Status generalisata: dalam batas normal
Status lokalis
- Regio Costovertebra: Tidak Ada Kelainan
- Regio Suprapubik: Nyeri tekan (+)
- Regio Genetalia Eksterna: Terpasang DC
- Regio Anal
Rectal Toucher: Spincter ani adekuat, mukosa anus licin,
ampula rekti tidak kolaps, tidak teraba massa konsistensi
padat kenyal, permukaan licin, tidak terdapat nyeri tekan.
Prostat: Teraba pada arah jam 12 dengan konsistensi kenyal,
ukuran 2-3 cm, polus superior teraba, nyeri tekan (-)
Pada sarung tangan, feses (-), darah (-), lendir (-)

Diagnosa
Benign Prostat Hiperplasia dengan retensi urin

Terapi
Medika Mentosa
Alpha 1 Blocker Tamsulosin 0,4 mg oral 1 kali
sehari
Non-Medika Mentosa
Tindakan Operatif
TURP
Cystoscopy
Cystostomi

Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam

Tinjauan Pustaka
BPH
Adalah pertumbuhan berlebihan dari sel-sel
prostat yang tidak ganas. Pembesaran prostat
jinak diakibatkan sel-sel prostat memper
banyak diri melebihi kondisi normal, Biasanya
di alami laki-laki berusia di atas 50 tahun
yang menyumbat saluran kemih.

Anatomi
Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus :
lobus medius
lobus lateralis (2 lobus)
lobus anterior
lobus posterior

Epidemiologi
Pada usia lanjut beberapa pria mengalami
pembesaran prostat benigna.Keadaan ini
dialami oleh 50% pria yang berusia 60
tahun dan kurang lebih 80% pria yang
berusia 80 tahun.
Prevalensi BPH yang bergejala pada pria
berusia 40-49 tahun mencapai hampir 15%,
usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai
hampir 25%, dan pada usia 60 tahun
mencapai angka sekitar 43%.

Etiologi
Umur
Pria berumur lebih dari 50 tahun, kemungkinannya
memiliki BPH adalah 50%. Ketika berusia 80-85
tahun, kemungkinan itu meningkat menjadi 90%.
Faktor Hormonal
Testosteron > hormon pada pria.Beberapa
penelitian menyebutkan karenaadanya peningkatan
kadar testosteron pada pria(namun belum dibuktikan
secara ilmiah) .

Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai


penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah:

Teori Hormonal
Teori Growth Factor (Faktor Pertumbuhan)
Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)
Teori Dehidrotestosteron (DHT)
Teori Reawakening

Patofisiologi
HiperplasiaProstat
Penyempitanuretra
Tekanan Intravesikal
Hipertofi M.dekstruksor
Refluks vesikoureter
Hidronefrosis
Gagal Ginjal

Gambaran Klinis
Gejala Umum:
Sering kencing
Sulit kencing
Nyeri saat berkemih
Urin berdarah
Nyeri saat ejakulasi
Cairan ejakulasiberdarah
Gangguan ereksi
Nyeri pinggul atau
punggung

BPH:
Tanda klinis terpenting
BPH adalah ditemukannya
pembesaran konsistensi kenyal
pada pemeriksaan colok
dubur/digital rectalexamination
(DRE). Apabila teraba indurasi
atau terdapat bagian yang
teraba keras,perlu dipikirkan
kemungkinan prostat stadium 1
dan 2.

Manifestasi klinis Dapat dibagi ke


dalam dua kategori :
Obstruktif :
Terjadi ketika faktor mekanik dan
atau faktor dinamik mengurangi
pengosongan kandung kemih.
Gejalanya ialah :
Harus menunggu pada permulaan
miksi (Hesistancy)
Pancaran miksi yang lemah (weak
stream)
Miksi terputus (Intermittency)
Menetes pada akhir miksi
(Terminal dribbling)
Rasa belum puas sehabis miksi
(Sensation of incomplete bladder
emptying).

Iritatif :
Hasil dari obstruksi yang
sudah berjalan lama pada
leher kandung kemih.
Gejalanya ialah :
Bertambahnya frekuensi
miksi (Frequency)
Nokturia
Miksi sulit ditahan
(Urgency)
Disuria (Nyeri pada waktu
miksi)

Diagnosa
Anamnesis: gejala obstruktif dan gejala iritatif
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan
tonus spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya
kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba
prostat.
Pada perabaan prostat harus diperhatikan :
Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
Adakah asimetris
Adakah nodul pada prostate
Apakah batas atas dapat diraba
Sulcus medianus prostate
Adakah krepitasi

International Prostatic Symptom Score


Pertanyaan
Keluhan pada bulan terakhir
a. Adakah anda merasa buli-buli tidak
kosong setelah berkemih
b. Berapa kali anda berkemih lagi dalam
waktu 2 menit
c. Berapa kali terjadi arus urin berhenti
sewaktu berkemih
d. Berapa kali anda tidak dapat menahan
untuk berkemih
e. Beraapa kali terjadi arus lemah sewaktu
memulai kencing
f. Berapa keli terjadi bangun tidur anda
kesulitan memulai untuk berkemih
g. Berapa kali anda bangun untuk berkemih
di malam hari

Jawaban dan skor


Tidak sekali

<20%

<50%

50%

>50%

Hampir selalu

Jumlah nilai :
0 = baik sekali
1 = baik
2 = kurang baik
3 = kurang
4 = buruk
5 = buruk sekali
Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS
dalam 3 derajat, yaitu:
Ringan : skor 0-7
Sedang : skor 8-19
Berat : skor 20-35

Kriteria Pembersaran Prostat


Rektal grading
Berdasarkan

penonjolan prostat ke dalam rektum :


derajat 1 : penonjolan 0-1 cm ke dalam rektum
derajat 2 : penonjolan 1-2 cm ke dalam rektum
derajat 3 : penonjolan 2-3 cm ke dalam rektum
derajat 4 : penonjolan > 3 cm ke dalam rektum

Berdasarkan jumlah residual urine


derajat

1 : <50 ml
derajat 2 : 50-100 ml
derajat 3 : >100 ml
derajat 4 : retensi urin total

Intra vesikal grading

derajat 1 : prostat menonjol pada bladder inlet


derajat 2 : prostat menonjol diantara bladder inlet
dengan muara ureter
derajat 3 : prostat menonjol sampai muara ureter
derajat 4 : prostat menonjol melewati muara ureter

Berdasarkan pembesaran kedua lobus lateralis yang terlihat


pada uretroskopi

derajat 1 : kissing 1 cm
derajat 2 : kissing 2 cm
derajat 3 : kissing 3 cm
derajat 4 : kissing >3 cm

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada
tidaknya komplikasi.
Darah

Ureum dan Kreatinin


Elektrolit
Blood urea nitrogen
Prostate Specific Antigen (PSA)
Gula darah

Urin :
Kultur urin + sensitifitas test
Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik
Sedimen

Pemeriksaan Pencitraan:
Foto polos abdomen (BNO)
Pielografi Intravena (IVP)
Sistogram retrograd
USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography =
TURS)
Pemeriksaan Sistografi
MRI atau CT

Pemeriksaan lain:
Uroflowmetri
Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow
Studies)
Pemeriksaan Volume Residu Urin

Diagnosa Banding
Pada pasien dengan keluhan obstruksi saluran kemih di
antaranya:
Struktur uretra
Batu buli-buli kecil
Kanker prostat
Kelemahan detrusor, misalnya pada penderita asma
kronik yang menggunakan obat-obat
parasimpatolitik.

Pada pasien dengan keluhan iritatif saluran kemih, dapat


disebabkan oleh :
Instabilitas detrusor
Infeksi saluran kemih
Prostatitis
Batu ureter distal
Batu vesika kecil

Komplikasi

Inkontinensia Paradoks
Batu Kandung Kemih
Hematuria
Sistitis
Pielonefritis
Retensi Urin Akut Atau Kronik
Hidroureter
Hidronefrosis
Gagal Ginjal

Penatalaksanaan

Pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat IIV digunakan untuk menentukan cara penanganan, yaitu :
Derajat satu:
Biasanya belum memerlukan tindakan operatif, melainkan
dapat diberikan pengobatan secara konservatif.

Derajat dua:
Sebenarnya sudah ada indikasi untuk melakukan intervensi
operatif, dan yang sampai sekarang masih dianggap sebagai
cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR). Kadangkadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan
operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan
pengobatan konservatif.

Derajat tiga:
TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang cukup
berpengalaman biasanya pada derajat tiga ini besar prostat
sudah lebih dari 60 gram. Apabila diperkirakan prostat sudah
cukup besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam satu jam
maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka.

Derajat empat:
Tindakan pertama yang harus segera dikerjakan ialah
membebaskan penderita dari retensi urin total, dengan jalan
memasang kateter atau memasang sistostomi setelah itu baru
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi
diagnostik, kemudian terapi definitif dapat dengan TURP atau
operasi terbuka.

Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah untuk:
Mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obatobatan golonganblocker (penghambat alfa
adrenergik)
Menurunkan volume prostat dengan cara
menurunkan kadar hormon
testosteron/dehidrotestosteron (DHT)

Operatif
Prostatektomi terbuka
Retropubic infravesica (Terence Millin)
Suprapubic Transvesica/TVP (Freeyer)
Transperineal
Prostatektomi Endourologi
Trans Urethral Resection of the Prostate (TURP)
Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)
Trans Urethral Laser of the Prostate (Laser prostatectomy)

Invasif Minimal
Trans Urethral Microwave Thermotherapy (TUMT)
Trans Urethral Ballon Dilatation (TUBD)
Trans Urethral Needle Ablation (TUNA)
Stent Urethra

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai