Anda di halaman 1dari 3

Jelaskan bagaimana kaitan antara green infrastructure dan smart infrastructure

dalam konteks smart and sustainable infrastructure? berikan board perspektif anda
terhadap potensi, permasalahan Kota -Kota di Indonesia dalam mencapai smart
cities
Green infrasructure menjunjung konteks 3 pilar berkelanjutan layaknya yang
digunakan pada sustainable infrastructure yang nantinya menjadi sustainable city.
Keberlanjutan 3 pilar yang digunakan dalam sustainable ini adalah keberlanjutan
akan social, ekonomi dan lingkungan. Namun apabila konsep 3 pilar ini digabungkan
dengan penggunaan ICT (Information and Communications Technology) akan
terbentuklah konsep baru dalam perencanaan, yaitu konsep dari smart city. Dimana
dalam konteks smart city ini faktor teknologi akan sangat berpengaruh dalam
pengembangan kota, namun konsep tiga pilar juga masih dijunjung tinggi. Contoh
Kota Bogor, kota yang direncanakan akan menjadi salah satu kota pintar di
Indonesia. Tiga hal yang akan menjadikan Kota Bogor sebagai kota pintar adalah (1)
Pengurangan jumlah angkot yang mencapai 3.412 dan menggantinya dengan
TransPakuan yang menggunakan smart card sebaga alat bayarnya moda trasportasi
ini. (2) Bogor juga akan membenahi system pelayanan public seperti fasilitas
kesehatan, karena masyarakat sering mengeluhkan tentang informasi ketersediaan
kamar. Hal ini yang akhirnya membuat pemerintah akan penggunakan perangkat
teknologi yang akan mempermudah masyarkat mengntrol tingkat okupansi kamar
melalui gadget mereka. (3) Bogor akan menjadi kota hijau yang berteknologi
canggih. Dimana Bogor akan mendapat bantuan perangkat teknologi yang mampu
memantau tingkat polusi gas buangan emisi dan energy dari Yakohama, Jepang.
Dalam pelaksanaan konsep smart cities ini ada banyak potensi dan masalah,
diantaranya (1) Potensi : Telah banyak SDM Kota Bogor yang dianggap mampu
menerima dan dapat mengoprasikan ICT, ini karena Bogor termasuk kota besar
yang masyarakat didalamnya telah terbiasa dengan teknologi (2) Masalah : Akan
sangat merugikan jika kebiasaan dari sifat manusia yang masih suka merusak, tidak
mau belajar dan ingin menang sendiri itu masih saja tidak dirubah. Karena semua
teknologi ini dibangun untuk digunakan masyarakat, bagaimana kalau fasilitas ini
dirusak, dll.
Dalam mengukur kinerja infrastruktur terdapat ukuran - ukuran yang bersifat output, outcome dan impact
dan benefits, berikan perspektif anda mengenai Permendagri no 54 Tahun 2010
Output adalah keluaran yang bersifat indrawi, dapat dilihat angsung oleh alat indra, seperti barang atau
jasa yang dihasilkan oleh kegiatan, yang telah dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan
tujuan program dan kebijakan. (Contoh: pengelolaan sampah, operasional pelayanan sampah).
Outcome adalah hasil yang mampu mencerminkan berfungsinya output dari kegiatan-kegiatan dalam satu
program, biasanya berupa satuan yang terukur seperti presentase, dll. (Contoh: penduduk terlayani sistem
sampah > 75% , sampah terangkut > 75 % ).
Impacts, berisi/menjelaskan dampak dari outcome. (Contoh: meningkatnya jumlah penduduk yang
terlayani sistem sampah dan tidak adanya sampah yang menumpuk di lingkungan masyarakat).
Benefit, merupakan bentuk paling tinggi yang berupa penghargaan. (Contoh: meningkatnya kualitas
lingkungan hidup masyarakat).
Berilah review anda mengenai studi kasus KAD yang berhasil atau yang tidak
berhasil. jelaskan sebabnya!

Seiring dengan bertambahnya jumlah pendukuk yang datang dan bertempat tinggal di Kota Malang,
seorang administrator dituntut untuk mampu menyediakan kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat,
diantaranya penyediaan air bersih. Kota Malang mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan air
bersih yang sehat dan berkualitas, karena keterbatasan/tidak memiliki sumber air sendiri. Oleh karena itu
Pemerintah Kota Malang melakukan suatu bentuk kerjasama antar daerah dengan Kota Batu dan
Kabupaten Malang, yang memiliki banyak sumber air, sebagai upaya dalam mengatasi permasalahan
ketersediaan air bersih tersebut. Dalam addendum perjanjian Nomor 119/ 421.022/2012 tertuliskan hal
mengenai perjanjian pemanfaatan mata air sumber Wendit, Sumber Sumbersari Desa Tawangargo dan
Sumber air Karangan Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang dalam pemenuhan
kebutuhan air bersih Kota Malang. Bentuk kerjasama ini termasuk dalam fee for service contracts,
dimana kerja sama yang terjalin antara Kota Malang dengan Kota Batu dan Kabupaten Malang
merupakan kerja sama dalam bentuk pembelian air sumber dengan penetapan biaya sesuai dengan
perjanjian yang tertulis. Dalam pelaksanaan kerjasama antar daerah ini, terdapat factor pendukung dan
panghambat, yaitu (1) Faktor pendukung : Kerja sama yang saling menguntungkan yang diperoleh Kota
Malang , Kabupaten Malang dan Kota Batu diantaranya Kota Malang mendapatkan pasokan air bersih
yang cukup untuk warganya. Sedangkan Kabupaten Malang dan Kota Batu mendapatkan kontribusi dari
Kota Malang, dan mendapatkan bantuan dari Kota Malang dalam melestarikan sumber air. (2) Faktor
penghambat : regulasi yang kurang kuat, tidak adanya dukungan dari pemerintah pusat atau provinsi
dalam mengantisipasi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, dl., serta masih kurangnya partisipasi
masyarakat dalam proses kerjasama yang terjalin. Proses kerja sama ini dapat terlaksana dengan baik,
karena proses kerja sama dilaksanakan atas dasar pemenuhan kebutuhan untuk masyarakat dan
mengoptimalkan potensi masing-masing daerah dengan memperhatikan Peraturan Pemerintah no 50
Tahun 2007 tentang Tatacara Pelaksanaan Kerja sama Antar Daerah dengan memenuhi prinsip-prinsip : a)
efisiensi; b) efektivitas; c) sinergi; d) saling menguntungkan; e) kesepakatan bersama; f) itikad baik; g)
mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah NKRI; h) persamaan kedudukan; i)
transparansi; j) keadilan; dan k) kepastian hukum.
Partial Privatization sering dianggap sebagai KPS, setujukah anda terhadap
pendapat ini? berikan studi kasusnya!
Tidak setuju,
Karena dari konsep masing-masing sudah sangat jelas perbedaannya. Kerja sama pemerintah swasta atau
KPS merupakan kontrak jangka panjang antara Pihak Pemerintah dan Pihak Swasta dalam hal penyediaan
infrastruktur atau layanan public dimana pihak swasta mengambil alih sebagian dari tanggung jawab dan
risiko yang diemban oleh pihak Pemerintah. Contoh kasus PT. SMI. Sesuai dengan PMK No.100
/PMK.010/2009, PT SMI saat ini berfokus pada delapan sektor pembangunan infrastruktur, yaitu :
penyediaan air minum, jalan dan jembatan tol, transportasi, minyak dan gas, telekomunikasi,Saat ini PT
SMI mendapat mandat berupa penugasan beberapa penyiapan proyek KPS, diantaranya : SPAM
Umbulan, KA Bandara Soekarno-Hatta, dan Pengelolaan Persampahan Batam. Untuk melaksanakan
mandat ini, PT SMI berperan sebagai Fasilitator dalam penyiapan proyek KPS dan Penyediaan
pembiayaan bagi proyek KPS melalui Badan Usaha. Sedang pemerintah berperan sebagai pihak
pelaksana identifikasi dan penetapan proyek serta penanggung jawab proyek kerjasama bersama pihak
public yaitu PJKP. Sedangkan konsep pivatisasi adalah : Privatisasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
privatization yang artinya adalah privat atau swasta, berarti dalam konsep privatisasi ini swasta diberikan
peran dalam pengelolaan suatu badan tertentu oleh pemerintah. Contoh kasus PT. Telekomunikasi
Indonesia. Dimana pada awal dibangun, segala sesuatu terkait BUMN ini dikuasai oleh pemerintah.
Perlunya konsep privatisasi dilakukan di tubuh PT. Telekomunikasi Indonesia ini dimaksudkan untuk
meningkatkan peran sektor swasta (privat) dalam pengelolaan (manajemen) jasa telekomunikasi ini.
Dengan adanya peran sektor swasta yang lebih luas di PT. Telekomunikasi Indonesia, diharapkan dapat
meningkatkan kinerja yang lebih baik dan pendapatan yang semakin meningkat. Tetapi walaupun pihak
swasta diperkenankan untuk ikut serta dalam penyelenggaraan jasa di bidang telekomunikasi, pemerintah

tetap mempunyai peran dan kekuasaan untuk memberikan pengawasan dan kebijaksanaan dalam
pengaturan pertelekomunikasian di Indonesia. Misalnya seperti penentuan tarif, tetap dilakukan oleh
pemerintah, dan pada akhirnya pemerintah diharapkan hanya sebagai regulator saja dalam mengawasi
jalannya privatisasi di tubuh BUMN pada umumnya seperti PT. Telekomunikasi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai