Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Perlu diketahui bahwa kehamilan tahun pertama terjadi pada sekitar 80-90% wanita usia
produktif yang tidak menggunakan kontrasepsi, bahkan kehamilan masih dapat terjadi pada
wanita yang menggunakan kontrasepsi. Keefektifan sebuah metode kontrasepsi ditentukan oleh
usia klien, seberapa sering klien berhubungan seksual, dan kepatuhan klien mengikuti instruksi
penggunaan kontrasepsi(2).
Namun resiko kesehatan wanita yang menggunakan kontrasepsi lebih baik dibandingkan
dengan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi(1).
Kontrasepsi pada wanita digunakan sampai mencapai usia menopause, yaitu dihentikan 2
tahun postmenopause pada wanita yang berusia 50 tahun dan 1 tahun postmenopause pada
wanita yang berusia dibawah 50 tahun(2).
Ada beberapa pilihan mengenai pemilihan penggunaan alat kontrasepsi tergantung dari
situasi dan kondisi klien. baik dari segi kenyamanan maupun pada penyakit penyakit tertentu
yang telah diderita oleh klien.
pada mini referat ini dibahas mengenai sekilas tentang macam macam alat kontrasepsi
dan hubungannya pada keadaan keadaan tertentu.

ISI

METODE-METODE KONTRASEPSI
I. Metode Amenorea Laktasi (MAL)(3)
Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah menunda ovulasi dan menghambat pembentukan
estrogen melalui perangsangan pengeluaran prolaktin saat menyusui. Yang dapat menggunakan
MAL sebagai kontrasepsi adalah ibu yang menyusui secara penuh (full breast feeding), belum
haid setelah melahirkan, usia bayi kurang dari 6 bulan, dan ibu tidak terpisah dari bayi lebih lama
dari 6 jam.
Keterbatasan kontrasepsi :
1.

Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca

persalinan
2. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan sehingga ibu
memerlukan alat KB lainnya
3. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
4. Dapat menyebabkan mastitis (2)
II. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
KBA adalah metode kontrasepsi dengan cara menghindari sanggama pada masa subur
ibu. Metode ini baru efektif bila dilakukan secara tertib dan ibu mengetahui kapan masa
suburnya berlangsung. Masa subur ibu diketahui dengan cara mengukur suhu tubuh, memantau
sekresi lender serviks, dan menghitung lama siklus menstruasi.
Keterbatasan kontrasepsi(2,3) :
1. Untuk belajar memahami masa subur secara efektif perlu waktu sekitar 3-6 siklus menstruasi
2. Perlu pencatatan setiap hari
3.

Keefektifan tergantung dari disiplin pasangan (perlu pantang selama masa subur untuk

menghindari kehamilan)
4. Diperlukan pelatih KBA untuk membantu ibu mengenali masa suburnya
5.

Keefektifan sedang (9-20 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama pemakaian

metode kontrasepsi)

6. Adanya kegiatan atau penyakit terkadang menyulitkan pendeteksian masa subur


7. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan AIDS/HIV
III. Senggama Terputus(3)
Senggama terputus dalah metode tradisional dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya
(penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina
dan kehamilan dapat dicegah. Metode ini tidak dapat digunakan pada suami dengan pengalaman
ejakulasi dini, yang memiliki kelainan fisik atau psikologis, dan pasangan yang kurang dapat
bekerja sama.
Keterbatasan kontrasepsi :
1.

Efektivitas tergantung pada kesediaan pasangan melakukan sanggama terputus (angka

kegagalan 4-18 kehamilam per 100 wanita per tahun)


2. Efektivitas menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis
3. Memutuskan kenikmatan dalam hubungan seksual
IV. Metode Barrier
A. Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari bahan alami (produksi
hewani) atau sintetik berupa karet (lateks) atau plastik (vinil) yang dipasang pada penis saat
hubungan seksual. Kondom bekerja menghalangi pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet sehingga sperma tidak tercurah ke dalam saluran
reproduksi wanita(3).
Keterbatasan kontrasepsi(2,3) :
1. Efektivitas sedang (2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun)
2. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
3. Pada beberapa klien menyulitkan untuk mempertahankan ereksi
4. Pada beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum
5. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
6. Pembuangan kondom bekas dapat menimbulkan masalah limbah
7.

Menimbulkan alergi terhadap bahan dasar kondom pada beberapa klien (terutama bahan

lateks).

B. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung (terbuat dari lateks atau karet) yang
menutup serviks dan diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual. Diafragma
akan menahan sperma agar tidak mendapatkan akses ke saluran alat reproduksi bagian atas
(uterus dan tuba falopii) dan sebagai wadah spermisida. Jenis yang terbuat dari lateks yaitu : flat
spring (flat metal band), coil spring (coiled wire), dan arching spring

(2,3),

,sedangkan yang

terbuat dari silikon, yaitu coil spring (coiled wire) dan arching spring .
Keuntungan kontrasepsi (2,3) :
1. Dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
Keterbatasan kontrasepsi(2,3) :
1. Efektivitas sedang dan tergantung cara pemakaian (6-18 kehamilan per 100 perempuan per
tahun bila digunakan bersama spermisida)
2. Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan ketepatan
pemasangan
3. Dapat terjadi toxic shock syndrom
C. Spermisida (3)
Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9 atau disebut pula Nonoxynol) yang
digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma dengan cara memecahkan membran sel
sperma dan memperlambat gerak sel sperma, serta menurunkan kemampuan pembuahan sel
telur. Spermisida dikemas dalam bentuk(3) :
1. aerosol atau busa
2. krim yang digunakan bersama diafragma
3. tablet vaginal atau suppositoria atau dissolvable film yang dimasukkan 10-15 menit sebelum
hubungan seksual
Keuntungan kontrasepsi(2,3):
1. Dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
Keterbatasan kontrasepsi(2,3) :
1. Efektivitas sedang (3-21 kehamilan per 100 perempuan per tahun)
2. Memerlukan motivasi berkelanjutan memakai setiap melakukan hubungan seksual

3.

Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan hubungan

seksual (tablet busa vagina, suppositoria, dan film)


4. Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam
V. Kontrasepsi Kombinasi
A. Pil kombinasi
Pil kombinasi bekerja dengan menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan
lendir serviks sehingga sulit dilewati oleh sperma, dan mengganggu transportasi dengan
mengganggu pergerakan tuba. Pil kombinasi bersifat reversibel, harus diminum setiap hari, dan
dapat dimulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil(3).
Pil kombinasi tidak dianjurkan diberikan pada wanita yang (2,3,4,5):
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Sedang menyusui ekslusif
3. Berusia lebih dari 35 tahun dan perokok
4.

Menggunakan obat-obatan yang mengurangi efektivitas pil, seperti: rifampisin, fenitoin,

barbiturat, griseofulvin, antidepresan trisiklik, ampisilin, dan penisilin.


5. Menderita trombosis vena, arteri, atau gangguan faktor pembekuan
6. Menderita kelainan jantung atau penyakit sirkulasi, termasuk tekanan darah tinggi (lebih dari
180/110 mmHg) dan stroke
7.

Menderita migren berat, migren yang disertai aura, atau gejala neurologik fokal (riwayat

epilepsi)
8. Menderita kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
9. Menderita penyakit aktif hepar atau kandung empedu
10. Menderita diabetes lebih dari 20 tahun dengan komplikasinya
11. Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
Pil kombinasi terdiri dari 3 jenis(2,3,4,5) :

Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif

estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif

estrogen/progestin (E/P) dengan 2 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif

estrogen/progestin (E/P) dengan 3 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Keterbatasan kontrasepsi(2,3,4,5,6) :
1. Mahal dan membosankan karena harus diminum setiap hari
2.

Dalam 1-3 bulan pertama dapat disertai mual, pusing, nyeri payudara, dan perdarahan

bercak. Keluhan ini akan hilang sendiri seiring dengan semakin lama pengunaan.
3.

Dapat disertai breakthrough bleeding (perdarahan yang tidak diharapkan karena

mengkonsumsi pil setiap hari)


4. Berat badan sedikit naik
5. Mengurangi produksi ASI
6.

Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati

sehingga keinginan untuk behubungan seks berkurang


7. Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan sehingga perempuan berusia di atas 35
tahun dan merokok perlu mewaspadai resiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena
dalam
8. Tidak dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada penggunaan pil kombinasi adalah nyeri dada
hebat atau nafas pendek (kemungkinan bekuan darah di paru atau serangan jantung), sakit kepala
hebat atau gangguan penglihatan (kemungkinan stroke, hipertensi, atau migraine), nyeri tungkai
hebat (kemungkinan sumbatan darah pada tungkai), nyeri abdomen hebat (kemungkinan
penyakit kandung empedu, bekuan darah, atau pankreatitis), mata kuning atau jaundice
(kemungkinan hepatitis atau kolestitis), dan tidak terjadinya perdarahan atau spotting selama 7
hari sebelum suntikan sebelumnya (kemungkinan terjadi kehamilan) (2,3).
B. Suntikan Kombinasi(3)
Jenis suntikan kombinasi adalah:
1.

25mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan seara

intramuskular sebulan sekali (Cyclofem)


2.

50mg noretindron anantat dan 5mg setradiol valerat yang diberikan secara intramuskular

sebulan sekali

Suntikan kombinasi bekerja dengan menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga
penetrasi sperma terganggu, mempengaruhi endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu,
dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Keterbatasan kontrasepsi :
1. Terjadi perubahan pola haid menjadi tidak teratur, spotting, atau perdarahan sela sampai 10
hari
2. Disertai keluhan mual, sakit kepala, dan nyeri payudara ringan (keluhan ini hilang setelah
penyuntikan kedua atau ketiga)
3. Timbul ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan (klien harus kembali dalam waktu 30
hari)
4.

Efektivitasnya berkurang apabila digunakan bersama-sama obat epilepsi (fenitoin dan

barbiturate) atau obat tuberculosis (rifampisin)


5. Terjadi penambahan berat badan
6. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian
7. Tidak dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
8. Dapat terjadi efek samping serius seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru
atau otak, dan kemungkinan tumor hati
Suntikan kombinasi tidak dapat digunakan pada perempuan yang :
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan
3. Mengalami peradarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
4. Menderita penyakit hepatitis
5. Menderita kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
6. Perokok berusia lebih dari 35 tahun
7. Memiliki riwayat penyakit jantung, stroke, tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg
8. Menderita gangguan faktor pembekuan darah dan anemia bulan sabit
9. Menderita kencing manis lebih dari 20 tahun
10. Menderita migraine atau gejala neurologik fokal (riwayat epilepsi).
Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada suntikan kombinasi adalah nyeri dada hebat atau nafas
pendek (kemungkinan bekuan darah di paru atau serangan jantung), sakit kepala hebat atau
gangguan penglihatan (kemungkinan stroke, hipertensi, atau migraine), nyeri tungkai hebat

(kemungkinan sumbatan darah pada tungkai), dan tidak terjadinya perdarahan atau spotting
selama 7 hari sebelum suntikan sebelumnya (kemungkinan terjadi kehamilan) (2,3).
VI. Kontrasepsi Progestin
A. Kontrasepsi Suntikan Progestin (3,5)
Kontrasepsi suntikan progestin bekerja mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan
atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Kontrasepsi tersebut dapat dipakai oleh perempuan yang(3,5) :
1. Nulipara dan yang telah memiliki anak
2. Menyusui
3. Pasca abortus atau keguguran
4. Perokok dengan tekanan darah <180/110 mmHg
5. Penderita gangguan pembekuan darah, anemia defisiensi besi, atau anemia sicle cell
6. Pengguna obat rifampisin, fenitoin, atau barbiturate
7. Yang tidak dapat memakai kontarsepsi yang mengandung estrogen
8. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
9.

Usia perimenopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi

kombinasi
Namun kontrasepsi tersebut tidak boleh digunakan pada wanita(3,5):
1. Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran)
2. Yang mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid (amenore)
4. Penderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara, dan diabetes mellitus yang disertai
komplikasi.
Tersedia 2 macam kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin , yaitu(3,5) :
1. Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA atau Depo Provera) mengandung 150mg DMPA,
diberikan setiap 3 bulan secara intramuskular
2.

Depo noretisteron etanat (Depo noristerat) mengandung 200mg noretindron enantat,

diberikan setiap 2 bulan secara intramuskular

Keterbatasan kontrasepsi(3,5) :
1.

Sering ditemukan gangguan haid, seperti lamanya siklus haid, jumlah perdarahan,

perdarahan bercak, atau amenore. Gangguan haid ini bersifat sementara dan tidak mengganggu
kesehatan.
2.

Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk

mendapatkan suntikan)
3. Tidak dapat dihentikan sebelum jadwal suntikan berikutnya
4. Terdapat kenaikan berat badan, sakit kepala, dan nyeri payudara
5. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
6. Kembalinya kesuburan lebih lambat (rata-rata 4 bulan) yang terjadi karena belum habisnya
pelepasan obat suntikan dari tempat suntikan. Bila haid tidak kembali dalam 6 bulan, klien harus
memeriksakan diri ke dokter.
7. Terjadi perubahan lipid serum atau densitas tulang pada penggunaan jangka panjang
8.

Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan

libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat.


B. Kontrasepsi Pil Progestin (minipil)
Minipil bekerja dengan menekan sekresi gonadotropin dan sintesis seks di ovarium,
menghentikan ovulasi, menyebabkan transformasi endometrium lebih awal sehingga implantasi
menjadi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, dan
mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu(2,3).
Terdapat 2 jenis kemasan minipil, yaitu kemasan dengan isi 35 pil berisi 300g
levonorgestrel atau 350g noretindron dan kemasan isi 28 pil berisi 75g norgestrel(3).
Kontrasepsi ini tidak dianjurkan pada wanita yang(2,3,4,5):
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Tidak dapat menerima perubahan pola haid
3. Penderita penyakit jantung atau stroke
4. Penderita penyakit aktif pada hepar atau kandung empedu
5. Penderita kanker payudara
6. Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

7. Riwayat kista ovarium


8. Riwayat kehamilan ektopik
Keterbatasan kontrasepsi(2,3,4,5):
1.

Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenore) terutama

pada bulan ke 2-3. Perubahan pola haid bersifat sementara dan tidak mengganggu kesehatan
2. Menyebabkan keluhan spotty skin, nyeri pada payudara, peningkatan berat badan, dan nyeri
kepala. Keluhan akan menghilang dalam beberapa bulan.
3. Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama, bila lupa selama 3 jam saja akan
memperbesar kemungkinan hamil
4. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
5. Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan)
6. Efektifitas berkurang apabila digunakan bersama-sama obat tuberkulosis atau epilepsi
7. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS
8. Hirsutisme (sangat jarang terjadi)
C. Kontrasepsi Implan
Kontrasepsi implan bekerja dengan mengentalkan lendir serviks, mengganggu proses
pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma,
dan menekan ovulasi(2,3,4,). Implan diinsersikan di di bawah kulit lengan atas bagian
dalam(4).
Terdapat 3 jenis kontrasepsi implan, yaitu(3) :
1. Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 cm,
yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2. Implanon
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang
diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3. Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Kontrasepsi tersebut tidak dapat digunakan pada wanita yang(2,3) :
1. Hamil atau dicurigai hamil

2. Tidak dapat menerima perubahan siklus haid


3. Menggunakan obat-obatan tertentu yang mengurangi efektivitas implan, seperti: rifampisin,
fenitoin, barbiturat, griseofulvin, antidepresan trisiklik, ampisilin, dan penisilin.
4. Menderita trombosis pada vena atau arteri manapun atau terdapat riwayat gangguan faktor
pembekuan darah
5.

Menderita migren berat, migren yang disertai aura atau gejala neurologik fokal (riwayat

epilepsi)
6. Menderita kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
7. Menderita penyakit aktif hepar atau kandung empedu
8. Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
9. Menderita penyakit jantung atau stroke
Keterbatasan kontrasepsi (2,3):
1.

Menyebabkan perubahan pola haid berupa spotting, hipermenore, serta amenore, terutama

pada 6-12 bulan pertama


2.

Timbul keluhan nyeri kepala, penurunan/peningkatan berat badan, nyeri payudara, mual,

pusing, perubahan perasaan (mood) dan kegelisahan. Hal tersebut akan hilang dengan sendirinya.
3. Membutuhkan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan sehingga klien tidak dapat
menghentikan penggunaan sesuai keinginan
4. Tidak memproteksi kemungkinan IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
5. Efektifitas menurun apabila digunakan bersama obat-obat epilepsi atau tuberkulosis
6. Kemungkinan terjadi kehamilan ektopik lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun)
D. AKDR dengan Progestin
AKDR yang mengandung hormon steroid adalah Prigestase yang mengandung
progesteron dan Mirena yang mengandung levonorgestrel. Kontrasepsi bekerja dengan cara
menyebabkan endometrium mengalami transformasi ireguler (epitel atrofi) sehingga
mengganggu implantasi, mencegah konsepsi dengan memblok bersatunya ovum dengan sperma,
mengurangi jumlah sperma yang memasuki tuba falopii, dan menginaktifkan sperma(3).
AKDR dapat dipasang setiap waktu selama siklus haid jika telah dipastikan tidak hamil,
48 jam atau 6-8 minggu pasca melahirkan, segera setelah induksi haid atau pasca keguguran jika

terbukti tidak terdapat infeksi. Klien harus kembali kotrol rutin sesudah menstruasi pertama 4-6
minggu pasca pemasangan dan jangan melebihi 3 bulan (3).
AKDR dengan progestin tidak dianjurkan pada wanita yang (2,3):
1. Hamil atau diduga hamil
2. Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
3. Menderita vaginitis, salfingitis, atau endometritis
4. Menderita sakit radang panggul atau pasca abortus febrilis
5. Mengalami kelainan congenital rahim
6. Menderita miom submukosum
7. Memiliki rahim yang sulit digerakkan
8. Memiliki riwayat kehamilan ektopik, trofoblas ganas, atau tbc panggul
9. Menderita kanker genitalia atau payudara
10. Sering berganti pasangan
11. Mengalami gangguan toleransi glukosa
Keterbatasan kontrasepsi (2,3):
1.

Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi genitalia sebelum pemasangan

AKDR
2. Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR
3. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenore
4. Dapat terjadi perforasi uterus saat insersi (jarang terjadi)
5. Kejadian kehamilan ektopik lebih sering terjadi
6. Resiko menderita penyakit radang panggul bertambah sehingga menyebabkan infertilitas
7. Biaya mahal
8.

Progestin sedikit meningkatkan resiko trombosis sehingga perlu perhatian khusus pada

wanita usia perimenopause


9. Terjadi perdarahan, terutama 3 bulan pertama penggunaan
10. Progestin dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol pada pemberian jangka panjang sehingga
perlu hati-hati pada perempuan dengan penyakit kardiovaskuler
11. Memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara
12. Terdapat keluhan nyeri kepala, spotty skin, dan nyeri payudara yang akan menghilang setelah
beberapa bulan.

13. Progestin dapat memicu pertumbuhan miom uterus


14. Pada beberapa wanita mengalami kista ovarium pada beberapa bulan pertama. Hal ini tidak
berbahaya dan tidak perlu tindakan khusus karena kista akan menghilang sendiri.
VII. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR bekerja dengan menghambat kemampuan sperma masuk tuba falopi,
mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri, dan mencegah implantasi telur
dalam uterus. AKDR yang sering digunakan di Indonesia sekarang adalah CuT-380A berbentuk
huruf T diselubungi kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Selain itu terdapat pula Nova T
(Schering) (3).
AKDR tidak dianjurkan diberikan kepada wanita yang (2,3) :
1. Hamil atau diduga hamil
2. Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
3. Menderita vaginitis, salfingitis, atau endometritis
4. Menderita sakit radang panggul atau pasca abortus febrilis dalam 3 bula terakhir
5. Mengalami kelainan kongenital rahim atau tumor jinak rahim
6. Memiliki rahim yang sulit digerakkan
7. Memiliki riwayat kehamilan ektopik, trofoblas ganas, atau tbc panggul
8. Menderita kanker genitalia
9. Memiliki ukuran rongga rahim <5 cm
Keterbatasan kontrasepsi (2,3):
1. Terjadi efek samping perubahan siklus haid (umumnya terjadi pada 3 bulan pertama), haid
menjadi lebih lama dan banyak, atau terjadi spotting antar menstruasi, dan dismenore lebih hebat
2. Dapat terjadi komplikasi sakit dan kejang (3-5 hari setelah pemasangan), perforasi dinding
usus, atau perdarahan berat saat haid atau diantara periode haid
3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
4. Penyakit radang panggul sering timbul setelah pemasangan dan memicu infertilitas.
5.

Prosedur medik (pemeriksaan pelvis) diperlukan pada pemasangan AKDR sehingga klien

tidak dapat melepasnnya sesuai keinginan


6. AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui (terutama bila dipasang setelah melahirkan)
7. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik

8. Posisi benang harus diperiksa dari waktu ke waktu dengan memasukkan jari ke vagina
VIII. Kontrasepsi Mantap
A. Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas seorang wanita
secara permanen. Terdapat 2 cara melakukan tubektomi, yaitu dengan minilaparotomi dan
laparoskopi. Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah dengan mengoklusi tuba (mengikat dan
memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak bertemu dengan ovum(3).
Keterbatasan kontrasepsi (2,3) :
1. Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini dan memerlukan informed consent
2. Rasa tidak nyaman setelah tindakan
3.

Pembedahan sederhana memerlukan anastesi lokal lakukan oleh dokter yang terlatih

(diperlukan dokter spesialis ginekologi atau spesialis bedah untuk laparoskopi)


4. Tidak melindungi diri terhadap IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
5. Tuba dapat bergabung dan menjadi fertil kembali (jarang terjadi)
B. Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk mengehentikan kapasitas reproduksi pria dengan
melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses
fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. Vasektomi dilakukan bila fungsi reproduksi
menjadi ancaman atau gangguan kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan
dan kualitas keluarga (3).
Keterbatasan kontrasepsi (2,3):
1. Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini dan memerlukan informed consent
2. Terdapat kondisi-kondisi yang memerlukan perhatian khusus untuk vasektomi, diantaranya :
infeksi kulit daerah operasi, infeksi sitemik, hidrokel atau varikokel besar, hernia inguinalis,
filariasis, undesensus testikularis, massa intarskrotalis, anemia berat, gangguan pembekuan berat
atau sedang menggunakan antikoagulansia
3.

Baru efektif setelah 2 bulan pasca operasi atau 15-20 kali ejakulasi (setelah tes semen

dinyatakan negatif)
Kondisi yang memerlukan perhatian khusus adalah : infeksi kulit daerah operasi, infeksi sistemik
yang sangat mengganggu kondisi klien, hidrokel atau varikokel besar, hernia inguinalis,

filariasis, undesensus testikularis, massa intraskrotalis, anemia berat, gangguan pembekuan


darah, dan sedang menggunaan antikoagulan(3).
Sebaiknya dijelaskan kepada klien untuk :
1. Mempertahankan band aid selama 3 hari
2. Jangan menarik atau menggaruk luka
3. Luka tidak boleh basah dalam 24 jam, setelah 3 hari luka boleh dicuci sabun dan air
4. Pakailah penunjang skrotum
5. Jika terdapat nyeri berikan 1-2 tablet parasetamol atau ibuprofen setiap 4-5 jam
6. Hindari mengangkat barang berat selama 3 hari
7. Boleh bersanggama setelah hari ke-3, namun untuk mencegah kehamilan pakailah kondom
atau kontarsepsi lain selama 3 bulan
8. Periksa semen 3 bulan pasca vasektomi atau setelah 15-20 kali ejakulasi
IX. Metode Transdermal (Patch)
Metode transdermal atau Ortho Evra adalah plastik tempel berisi hormon (melepaskan
20g estrogen dan 150g progestin setiap 24 jam) yang mencegah ovulasi, mengentalkan lendir
serviks, dan menipiskan dinding uterus. Keefektifan metode ini tinggi (99%), namun berkurang
2-3% pada wanita dengan berat badan lebih dari 99kg. Patch ditempelkan ke kulit yang bersih
dan kering, dipasang dalam 24 jam periode menstruasi selama 7 hari. Patch diganti setiap
minggu dalam 2 minggu selanjutnya namun tidak dipasang pada minggu keempat sehingga
perdarahan dimulai pada hari ke-5. Pasang kembali patch yang baru seminggu setelah patch
ketiga (1,4,5).
Keuntungan dari kontrasepsi ini adalah(1,4,5) :
1. Efektifitas tinggi
2. Mandi, berenang, atau aktivitas yang berhubungan dengan air tidak mengganggu
3. Siklus menstruasi menjadi teratur
Keterbatasan kontrasepsi adalah :
1. Tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui
2. Tidak dapat digunakan pada penderita yang tidak dapat menggunakan kontarsepsi estrogen
(tekanan darah tinggi, gangguan faktor koagulan, stroke, dan perokok berusia >35 tahun)
3. Tidak melindungi terhadap IMS atau HIV/AIDS

4. Efektifitas berkurang bila berinteraksi dengan obat-obatan antituberkulosis dan epilepsi.


X. Cincin Vagina
Cincin vagina atau Nuva ring adalah cincin plastik fleksibel yang dipasang dalam vagina,
berdiameter 2,5cm, melepaskan 20g estrogen dan 150g progestin setiap 24 jam yang diserap
melalui dinding vagina. Cincin vagina dipasang dalam waktu 5 hari setelah haid, melahirkan,
atau mengalami keguguran; berada dalam vagina selama 3 minggu. Mekanisme kerja dari
kontrasepsi ini adalah mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat
pergerakan sperma, juga menipiskan dinding uterus. Jika dipasang lebih dari hari kelima dari
waktu haid, diperlukan pil kombinasi selama 7 hari. Cincin yang baru dipasang seminggu setelah
cincin lama dilepas.
Keterbatasan kontrasepsi adalah(4,5) :
1. Tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui
2. Tidak dapat digunakan pada penderita yang tidak dapat menggunakan kontarsepsi estrogen
3. Tidak melindungi terhadap IMS atau HIV/AIDS
4. Efektifitas berkurang bila berinteraksi dengan obat-obatan antituberkulosis dan epilepsi
XI. Kontrasepsi Emergensi(1,4,5)
Kontrasepsi emergensi digunakan mencegah kehamilan pada situasi-situasi tertentu, misalnya
:
1. Kondom yang tergelincir atau diafragma berpindah posisi
2. Klien lupa memakai metode kontrasepsi biasa dan melakukan hubungan seksual atau klien
dipaksa berhubungan seksual
3. Klien salah melakukan perhitungan waktu subur
Terdapat 2 mekanisme kontrasepsi emergensi, yaitu :
1.

Emergency Contraceptive Pill (ECP) atau morning after pill menggunakan pil kombinasi

dosis tinggi dan digunakan dalam 72 jam pasca hubungan seksual yang tidak terproteksi.
2. The Intrauterine Device (IUD), dipasang dalam waktu 7 hari setelah hubungan seksual yang
tidak terproteksi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham,et al. 2005. Williams Obstetrics 22nd Ed. USA : McGraw-Hill Comp,Inc.p.725746.
2. www.fpa.org.uk (diakses 4 Maret 2006)
3. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2004. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.p.MK1-MK85.
4. www.contraception.net (diakses 4 Maret 2006)
5. www.emmagoldman.com (diakses 4 Maret 2006)
6. Bader, Thomas J. 2003. Ob/Gyn Secrets 3rd Ed. USA : Elsevier Mosby. p.114-120
7. www.health.allrefer.com (diakses 4 Maret 2006)

Anda mungkin juga menyukai