Perlu diketahui bahwa kehamilan tahun pertama terjadi pada sekitar 80-90% wanita usia
produktif yang tidak menggunakan kontrasepsi, bahkan kehamilan masih dapat terjadi pada
wanita yang menggunakan kontrasepsi. Keefektifan sebuah metode kontrasepsi ditentukan oleh
usia klien, seberapa sering klien berhubungan seksual, dan kepatuhan klien mengikuti instruksi
penggunaan kontrasepsi(2).
Namun resiko kesehatan wanita yang menggunakan kontrasepsi lebih baik dibandingkan
dengan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi(1).
Kontrasepsi pada wanita digunakan sampai mencapai usia menopause, yaitu dihentikan 2
tahun postmenopause pada wanita yang berusia 50 tahun dan 1 tahun postmenopause pada
wanita yang berusia dibawah 50 tahun(2).
Ada beberapa pilihan mengenai pemilihan penggunaan alat kontrasepsi tergantung dari
situasi dan kondisi klien. baik dari segi kenyamanan maupun pada penyakit penyakit tertentu
yang telah diderita oleh klien.
pada mini referat ini dibahas mengenai sekilas tentang macam macam alat kontrasepsi
dan hubungannya pada keadaan keadaan tertentu.
ISI
METODE-METODE KONTRASEPSI
I. Metode Amenorea Laktasi (MAL)(3)
Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah menunda ovulasi dan menghambat pembentukan
estrogen melalui perangsangan pengeluaran prolaktin saat menyusui. Yang dapat menggunakan
MAL sebagai kontrasepsi adalah ibu yang menyusui secara penuh (full breast feeding), belum
haid setelah melahirkan, usia bayi kurang dari 6 bulan, dan ibu tidak terpisah dari bayi lebih lama
dari 6 jam.
Keterbatasan kontrasepsi :
1.
Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca
persalinan
2. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan sehingga ibu
memerlukan alat KB lainnya
3. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
4. Dapat menyebabkan mastitis (2)
II. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
KBA adalah metode kontrasepsi dengan cara menghindari sanggama pada masa subur
ibu. Metode ini baru efektif bila dilakukan secara tertib dan ibu mengetahui kapan masa
suburnya berlangsung. Masa subur ibu diketahui dengan cara mengukur suhu tubuh, memantau
sekresi lender serviks, dan menghitung lama siklus menstruasi.
Keterbatasan kontrasepsi(2,3) :
1. Untuk belajar memahami masa subur secara efektif perlu waktu sekitar 3-6 siklus menstruasi
2. Perlu pencatatan setiap hari
3.
Keefektifan tergantung dari disiplin pasangan (perlu pantang selama masa subur untuk
menghindari kehamilan)
4. Diperlukan pelatih KBA untuk membantu ibu mengenali masa suburnya
5.
Keefektifan sedang (9-20 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama pemakaian
metode kontrasepsi)
Menimbulkan alergi terhadap bahan dasar kondom pada beberapa klien (terutama bahan
lateks).
B. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung (terbuat dari lateks atau karet) yang
menutup serviks dan diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual. Diafragma
akan menahan sperma agar tidak mendapatkan akses ke saluran alat reproduksi bagian atas
(uterus dan tuba falopii) dan sebagai wadah spermisida. Jenis yang terbuat dari lateks yaitu : flat
spring (flat metal band), coil spring (coiled wire), dan arching spring
(2,3),
,sedangkan yang
terbuat dari silikon, yaitu coil spring (coiled wire) dan arching spring .
Keuntungan kontrasepsi (2,3) :
1. Dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
Keterbatasan kontrasepsi(2,3) :
1. Efektivitas sedang dan tergantung cara pemakaian (6-18 kehamilan per 100 perempuan per
tahun bila digunakan bersama spermisida)
2. Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan ketepatan
pemasangan
3. Dapat terjadi toxic shock syndrom
C. Spermisida (3)
Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9 atau disebut pula Nonoxynol) yang
digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma dengan cara memecahkan membran sel
sperma dan memperlambat gerak sel sperma, serta menurunkan kemampuan pembuahan sel
telur. Spermisida dikemas dalam bentuk(3) :
1. aerosol atau busa
2. krim yang digunakan bersama diafragma
3. tablet vaginal atau suppositoria atau dissolvable film yang dimasukkan 10-15 menit sebelum
hubungan seksual
Keuntungan kontrasepsi(2,3):
1. Dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
Keterbatasan kontrasepsi(2,3) :
1. Efektivitas sedang (3-21 kehamilan per 100 perempuan per tahun)
2. Memerlukan motivasi berkelanjutan memakai setiap melakukan hubungan seksual
3.
Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan hubungan
Menderita migren berat, migren yang disertai aura, atau gejala neurologik fokal (riwayat
epilepsi)
8. Menderita kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
9. Menderita penyakit aktif hepar atau kandung empedu
10. Menderita diabetes lebih dari 20 tahun dengan komplikasinya
11. Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
Pil kombinasi terdiri dari 3 jenis(2,3,4,5) :
Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan 2 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan 3 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Keterbatasan kontrasepsi(2,3,4,5,6) :
1. Mahal dan membosankan karena harus diminum setiap hari
2.
Dalam 1-3 bulan pertama dapat disertai mual, pusing, nyeri payudara, dan perdarahan
bercak. Keluhan ini akan hilang sendiri seiring dengan semakin lama pengunaan.
3.
Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati
25mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan seara
50mg noretindron anantat dan 5mg setradiol valerat yang diberikan secara intramuskular
sebulan sekali
Suntikan kombinasi bekerja dengan menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga
penetrasi sperma terganggu, mempengaruhi endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu,
dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Keterbatasan kontrasepsi :
1. Terjadi perubahan pola haid menjadi tidak teratur, spotting, atau perdarahan sela sampai 10
hari
2. Disertai keluhan mual, sakit kepala, dan nyeri payudara ringan (keluhan ini hilang setelah
penyuntikan kedua atau ketiga)
3. Timbul ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan (klien harus kembali dalam waktu 30
hari)
4.
(kemungkinan sumbatan darah pada tungkai), dan tidak terjadinya perdarahan atau spotting
selama 7 hari sebelum suntikan sebelumnya (kemungkinan terjadi kehamilan) (2,3).
VI. Kontrasepsi Progestin
A. Kontrasepsi Suntikan Progestin (3,5)
Kontrasepsi suntikan progestin bekerja mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan
atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Kontrasepsi tersebut dapat dipakai oleh perempuan yang(3,5) :
1. Nulipara dan yang telah memiliki anak
2. Menyusui
3. Pasca abortus atau keguguran
4. Perokok dengan tekanan darah <180/110 mmHg
5. Penderita gangguan pembekuan darah, anemia defisiensi besi, atau anemia sicle cell
6. Pengguna obat rifampisin, fenitoin, atau barbiturate
7. Yang tidak dapat memakai kontarsepsi yang mengandung estrogen
8. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
9.
Usia perimenopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi
kombinasi
Namun kontrasepsi tersebut tidak boleh digunakan pada wanita(3,5):
1. Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran)
2. Yang mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid (amenore)
4. Penderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara, dan diabetes mellitus yang disertai
komplikasi.
Tersedia 2 macam kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin , yaitu(3,5) :
1. Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA atau Depo Provera) mengandung 150mg DMPA,
diberikan setiap 3 bulan secara intramuskular
2.
Keterbatasan kontrasepsi(3,5) :
1.
Sering ditemukan gangguan haid, seperti lamanya siklus haid, jumlah perdarahan,
perdarahan bercak, atau amenore. Gangguan haid ini bersifat sementara dan tidak mengganggu
kesehatan.
2.
Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
mendapatkan suntikan)
3. Tidak dapat dihentikan sebelum jadwal suntikan berikutnya
4. Terdapat kenaikan berat badan, sakit kepala, dan nyeri payudara
5. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
6. Kembalinya kesuburan lebih lambat (rata-rata 4 bulan) yang terjadi karena belum habisnya
pelepasan obat suntikan dari tempat suntikan. Bila haid tidak kembali dalam 6 bulan, klien harus
memeriksakan diri ke dokter.
7. Terjadi perubahan lipid serum atau densitas tulang pada penggunaan jangka panjang
8.
Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenore) terutama
pada bulan ke 2-3. Perubahan pola haid bersifat sementara dan tidak mengganggu kesehatan
2. Menyebabkan keluhan spotty skin, nyeri pada payudara, peningkatan berat badan, dan nyeri
kepala. Keluhan akan menghilang dalam beberapa bulan.
3. Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama, bila lupa selama 3 jam saja akan
memperbesar kemungkinan hamil
4. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
5. Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan)
6. Efektifitas berkurang apabila digunakan bersama-sama obat tuberkulosis atau epilepsi
7. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS
8. Hirsutisme (sangat jarang terjadi)
C. Kontrasepsi Implan
Kontrasepsi implan bekerja dengan mengentalkan lendir serviks, mengganggu proses
pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma,
dan menekan ovulasi(2,3,4,). Implan diinsersikan di di bawah kulit lengan atas bagian
dalam(4).
Terdapat 3 jenis kontrasepsi implan, yaitu(3) :
1. Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 cm,
yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2. Implanon
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang
diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3. Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Kontrasepsi tersebut tidak dapat digunakan pada wanita yang(2,3) :
1. Hamil atau dicurigai hamil
Menderita migren berat, migren yang disertai aura atau gejala neurologik fokal (riwayat
epilepsi)
6. Menderita kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
7. Menderita penyakit aktif hepar atau kandung empedu
8. Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
9. Menderita penyakit jantung atau stroke
Keterbatasan kontrasepsi (2,3):
1.
Menyebabkan perubahan pola haid berupa spotting, hipermenore, serta amenore, terutama
Timbul keluhan nyeri kepala, penurunan/peningkatan berat badan, nyeri payudara, mual,
pusing, perubahan perasaan (mood) dan kegelisahan. Hal tersebut akan hilang dengan sendirinya.
3. Membutuhkan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan sehingga klien tidak dapat
menghentikan penggunaan sesuai keinginan
4. Tidak memproteksi kemungkinan IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
5. Efektifitas menurun apabila digunakan bersama obat-obat epilepsi atau tuberkulosis
6. Kemungkinan terjadi kehamilan ektopik lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun)
D. AKDR dengan Progestin
AKDR yang mengandung hormon steroid adalah Prigestase yang mengandung
progesteron dan Mirena yang mengandung levonorgestrel. Kontrasepsi bekerja dengan cara
menyebabkan endometrium mengalami transformasi ireguler (epitel atrofi) sehingga
mengganggu implantasi, mencegah konsepsi dengan memblok bersatunya ovum dengan sperma,
mengurangi jumlah sperma yang memasuki tuba falopii, dan menginaktifkan sperma(3).
AKDR dapat dipasang setiap waktu selama siklus haid jika telah dipastikan tidak hamil,
48 jam atau 6-8 minggu pasca melahirkan, segera setelah induksi haid atau pasca keguguran jika
terbukti tidak terdapat infeksi. Klien harus kembali kotrol rutin sesudah menstruasi pertama 4-6
minggu pasca pemasangan dan jangan melebihi 3 bulan (3).
AKDR dengan progestin tidak dianjurkan pada wanita yang (2,3):
1. Hamil atau diduga hamil
2. Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
3. Menderita vaginitis, salfingitis, atau endometritis
4. Menderita sakit radang panggul atau pasca abortus febrilis
5. Mengalami kelainan congenital rahim
6. Menderita miom submukosum
7. Memiliki rahim yang sulit digerakkan
8. Memiliki riwayat kehamilan ektopik, trofoblas ganas, atau tbc panggul
9. Menderita kanker genitalia atau payudara
10. Sering berganti pasangan
11. Mengalami gangguan toleransi glukosa
Keterbatasan kontrasepsi (2,3):
1.
AKDR
2. Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR
3. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenore
4. Dapat terjadi perforasi uterus saat insersi (jarang terjadi)
5. Kejadian kehamilan ektopik lebih sering terjadi
6. Resiko menderita penyakit radang panggul bertambah sehingga menyebabkan infertilitas
7. Biaya mahal
8.
Progestin sedikit meningkatkan resiko trombosis sehingga perlu perhatian khusus pada
Prosedur medik (pemeriksaan pelvis) diperlukan pada pemasangan AKDR sehingga klien
8. Posisi benang harus diperiksa dari waktu ke waktu dengan memasukkan jari ke vagina
VIII. Kontrasepsi Mantap
A. Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas seorang wanita
secara permanen. Terdapat 2 cara melakukan tubektomi, yaitu dengan minilaparotomi dan
laparoskopi. Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah dengan mengoklusi tuba (mengikat dan
memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak bertemu dengan ovum(3).
Keterbatasan kontrasepsi (2,3) :
1. Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini dan memerlukan informed consent
2. Rasa tidak nyaman setelah tindakan
3.
Pembedahan sederhana memerlukan anastesi lokal lakukan oleh dokter yang terlatih
Baru efektif setelah 2 bulan pasca operasi atau 15-20 kali ejakulasi (setelah tes semen
dinyatakan negatif)
Kondisi yang memerlukan perhatian khusus adalah : infeksi kulit daerah operasi, infeksi sistemik
yang sangat mengganggu kondisi klien, hidrokel atau varikokel besar, hernia inguinalis,
Emergency Contraceptive Pill (ECP) atau morning after pill menggunakan pil kombinasi
dosis tinggi dan digunakan dalam 72 jam pasca hubungan seksual yang tidak terproteksi.
2. The Intrauterine Device (IUD), dipasang dalam waktu 7 hari setelah hubungan seksual yang
tidak terproteksi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham,et al. 2005. Williams Obstetrics 22nd Ed. USA : McGraw-Hill Comp,Inc.p.725746.
2. www.fpa.org.uk (diakses 4 Maret 2006)
3. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2004. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.p.MK1-MK85.
4. www.contraception.net (diakses 4 Maret 2006)
5. www.emmagoldman.com (diakses 4 Maret 2006)
6. Bader, Thomas J. 2003. Ob/Gyn Secrets 3rd Ed. USA : Elsevier Mosby. p.114-120
7. www.health.allrefer.com (diakses 4 Maret 2006)