Oleh kelompok 5
NamaKelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
NinglindaRohania
Kiki Okta Firizka
Yosep P
SintaFatmala S
RizkiSetio Budi. A
Bogas Muhammad Fadhilah F
(10213008)
(10213013)
(10213017)
(10213029)
(10213030)
(10213032)
DAFTAR ISI
1
HALAMAN JUDUL.............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
...............................................................
...............................................................
...............................................................
...............................................................
4
4
5
5
6
6
7
8
9
11
13
13
16
18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
29
KATA PENGANTAR
Assallamuallaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusunan mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas Sistem Perkemihan.
Dalam penyusunan tugas dan materi, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Benigna Prostat
Hyperplasia, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa IIK Bhakti Wiyata
Kediri S1 Keperawatan. Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen pembimbing penyusun meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Wassallamuallaikum Wr. Wb.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah hiperplasia
kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi
kapsul bedah. (Anonim FK UI 1995).
3
Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat persis di
inferior dari kandung kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr, didalamnya berjalan
uretra posterior + 2,5 cm.
Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum puboprostatikum dan sebelah
inferior oleh diafragma urogenitale. Pada prostat bagian posterior bermuara duktus
ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir pada verumontanum pada dasar uretra
prostatika tepat proksimal dari spingter uretra eksterna
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada
saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadinya
pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta
otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase
penebalan destrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka
destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi
untuk berkontraksi sehingga terjadi retensio urin yang selanjutnya dapat menyebabkan
hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. Oleh karena itu penting bagi perawat
untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada klien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) beserta
keluarganya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian BPH ?
2. Etiologi BPH ?
3. Pathofisiologi ?
4. Pathway ?
5. Manifestasi Klinik Komplikasi ?
6. Komplikasi ?
7. Penatalaksanaan medis ?
8. Pemeriksaan penunjang ?
9. Asuhan keperawatan BPH ?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Tujuan Umum
Menambah pengetahuan dan informasi tentang asuhan keperawatan pada kasus
Benigna Prostat Hiperlasi (BPH).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tentang pengertian, etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi dari
Benigna Prostat Hiperlasi (BPH)
2. Mengetahui tanda dangejala diagnose banding, komplokasi, penatalaksanaan
dari Benigna Prostat Hiperlasi (BPH)
1.4.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Benigne Prostat Hyperplasia
Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh
karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar atau
jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF
Ilmu Bedah RSUD Dr Soetomo, 1994 : 193).
BPH adalah pembesaran
pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan
2.2 Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya Benigne Prostat Hyperplasia sampai sekarang
belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya Benigne
Prostat Hyperplasia yaitu testis dan usia lanjut.
Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga
timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain :
1. Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostatmengalami hiperplasia.
2. Ketidak seimbangan estrogen testoteron
Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen dan
penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap. yang dapat menyebabkan terjadinya
hyperplasia stroma
.
meliputi 10 30 % dari ejakulasi. Kelainan pada prostat yang dapat mengganggu proses
reproduksi adalah keradangan (prostatitis). Kelainan yang lain sepeti pertumbuhan yang
abnormal (tumor) baik jinak maupun ganas, tidak memegang peranan penting pada proses
reproduksi tetapi lebih berperanan pada terjadinya gangguan aliran kencing. Kelainanyang
disebut belakangan ini manifestasinya biasanya pada laki-laki usia lanjut.
2.4 Patofisiologi
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika
prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam mempersempit saluran uretra
prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan
intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor
dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang
terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa : Hipertropi otot
detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan
struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah
atau Lower Urinary Tract Symptom/LUTS (Basuki, 2000 : 76).
Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasi oleh muskulus destrusor
berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah.
Pada fase ini disebut Sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata. Lama kelamaan
kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola serta kualitas miksi berubah,
kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga
tersisalah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir seringkali Prostat Hyperplasia
menambah kompensasi ini dengan jalan meningkatkan tekanan intra abdominal
(mengejan) sehingga tidak jarang disertai timbulnya hernia dan haemorhoid puncak dari
kegagalan kompensasi adalah tidak berhasilnya melakukan ekspulsi urine dan terjadinya
retensi urine, keadaan ini disebut sebagai Prostat Hyperplasia Dekompensata. Fase
Dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasa nyeri dan dalam beberapa hari menjadi
kronis dan terjadilah inkontinensia urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat
dikendalikan, sedangkan buli-buli tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli tidak
sanggup menampung atau dilatasi lagi. Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidak
mampuan otot detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine.Retensi urine yang
kronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal (Sunaryo, H. 1999 : 11)
2.5 Pathway
Peningkatan DHT, ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron,
Interaksi stroma epitel, Penurunan sel yang mati, Teori stem cell
Pembesaran kelenjar prostat
Penyempitan uretra
BPH
Tekanan intavesikal
Hipertropi otot detrusor dan buli-buli
Gangguan miksi
Retensi urine
Prostatektomi
Terputusnya kontinuitas jaringan
tirah baring
Proses Miksi
Fase pengisian
Pves
Pup
:
:
< 20 cm H2O
60 - 100 cm H2O
Fase Ekspulsi :
Reseptor Strecth
Saraf otonom PS S2 - 4
BPHH
hipertropi
Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi
P Ves dengan
> P up cukup lama
P Ves
> P updisebabkan detrusor gagal berkontraksi
dan iritasi. Gejala
obstruksi
dan kuat sehingga mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis miksi,
kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus mengejan (straining) kencing
terputus-putus
(intermittency), dan waktu miksi memanjang
yang akhirnya menjadi
Fase kompensata
Fase decompensate
Kualitas
masih
baik
Retensio urine
retensio
urin danmiksi
inkontinen
karena
overflow.
10
Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat
akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum penuh
atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain:
sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan
ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria) (Mansjoer, 2000)
Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium :
a) Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.
b) Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak
sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa ridak enak BAK atau disuria dan
menjadi nocturia.
c) Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
d) Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine menetes secara periodik
(over flow inkontinen).
Menurut Brunner and Suddarth (2002) menyebutkan bahwa :
Manifestasi dari BPH adalah peningkatan frekuensi penuh, nokturia, dorongan ingin
berkemih, anyang-anyangan, abdomen tegang, volume urine yang turun dan harus
mengejan saat berkemih, aliran urine tak lancar, dribbing (urine terus menerus setelah
berkemih), retensi urine akut.
Adapun pemeriksaan kelenjar prostat melalui pemeriksaan di bawah ini :
a. Rectal Gradding
11
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan semakin
beratnya BPH, dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati
prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat
mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000)
12
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan
penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko
urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan hematuria.
Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan
mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan
pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005).
kombinasi
antara
penghambat
alfa
dan
penghambat
5-Reduktase
memperlihatkan bahwa penurunan symptom score dan peningkatan aliran urin hanya
ditemukan pada pasien yang mendapatkan hanya Terazosin. Penelitian terapi kombinasi
tambahan sedang berlangsung
4. Fitoterapi
14
15
a. Laboratorium
1). Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran kemih.
2). Kultur Urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan sensitifitas
kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
b. Pencitraan
1). Foto polos abdomen
Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan kadang
menunjukan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin yang merupakan tanda dari retensi
urin.
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Identitas
1). Klien
Nama
: Tn. Y. W
Umur
: 68 Tahun
: laki-laki
Alamat
Pendidikan terakhir
: SMP
Pekerjaan
: Tani
Suku bangsa
: Minahasa/ Indonesia
Agama
: Kristen Protestan
Status perkawinan
: Kawin
Tgl M R S
: 26 Juni 2008
Tgl Operasi
Tgl Pengkajian
Sumber data
Diagnosa Medis
: Ny. A. B
Umur
: 42 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Pekerjaan
Agama
: Kristen Protestan
17
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit
Nyeri saat BAK
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan sudah menderita nyeri BAK dan susah BAK sejak 1 tahun,
namun baru diketahui pada bulan April saat klien memeriksakan diri ke rumah sakit
Bethesda. Dokter mendiagnosa klien, BPH dan harus dioperasi, namun kerena belum
memiliki biaya, akhirnya klien belum dioperasi. Selama di rumah (sejak bulan April
samapi bulan juni), klien menggunakan kateter sebagai alat untuk BAK. Klien
mengeluh nyeri saat BAK dan sulit BAK. Setelah memiliki biaya yang cukup, klien
datang kerumah sakit untuk dioperasi. Klien masuk ke rumah sakit tanggal 26 juni
2008, dan dokter merencanakan untuk dioperasi pada tanggal 30 juni 2008.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat pengkajian (tanggal 1 juli 2008), klien sudah dioperasi (tanggal 30 juni 2008,
jam 18.00-20.00 wita). Klien mengatakan nyeri daerah perut bagian bawah/ pada daerah
luka operasi prostatektomi. Klien tampak terbaring diatas tempat tidur, terpasang IVFD
NaCl 0, 9 %, 20 tts/ menit, terpasang pada ektremitas bagian atas kiri, terpasang kateter
urine (volume urine 10 jam: 1200 cc), keadaan umum, klien tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis (GCS 15), ada keterbatasan mobilitas karena terpasang
drainase dan kateter. Klien mengatakan tidak ada yang dirasakan oleh klien selain nyeri
pada luka operasi.
4. Riwayat Operasi (prostatektomi)
Klien dioperasi tanggal 30 juni 2008, dengan tindakan operasi protatektomi, jenis
anatesi; regional, operasi dipimpin oleh Dr. Sumanti, berlangsung selama 2 jam. Pada
jam 20.00 wita, selesai operasi, klien dipindahkan keruangan Lukas untuk pemulihan
dan mendapat perawatan lanjutan.
5. Riwayat Kesehatan Lalu
Klien mengatakan, selain penyakit yang saat ini diderita oleh klien, klien tidak
menderita penyakit lain. Klien pernah masuk rumah sakit sebelumnya karena penyakit
cacing tambang, dan dirawat di RSU Bethesda Tomohon, namun klien lupa, waktunya,
karena menurut klien itu sudah lama terjadinya.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan, diantara keluarga klien (orang tua dan saudara-saudara klien),
tidak ada yang menderita penyakit yang seperti klien derita saat ini. Klien juga
18
mengatakan diantara keluarga tidak ada yang menderita penyakit kronis/ menahun
seperti penyakit jantung, paru-paru, hipertensi, atau diabetes mellitus.
C. Riwayat Psiko-Sosial
1. Psikososial
Klien tampak tenang, klien mengatakan tidak takut lagi, karena sudah dioperasi.
Klien mengatakan sebelum operasi, klien meras takut karena baru kali pertama
dioperasi, namun setelah operasi, klien sudah tidak takut lagi, klien sangat kooperatif,
menerima perawat dengan baik, dan menjawab pertanyaan sesuai dengan yang
ditanyakan.
2. Sosial
Tampak, klien mempunyai hubungan yang baik dengan istri dan anak-anaknya.
Klien mengatakan selama sakit, istri klien selalu menemani dan anak-anaknya juga
selalu mengunjungi dan menjaga klien. Hubungan dengan orang disekitar tempat
tinggal klien, baik. Klien mengatakan saat dirumah sakit, tetangga dan kerabatnya
sering datang mengunjungi klien.
D. Riwayat Spiritual
Klien menganut agama Kristen protestan. Klien yakin dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya. Klien mengatakan rajin ke ibadah, baik hari minggu atau
ibadah-ibadah kolom di jemaat. Klien juga percaya akan kesembuhan penyakitnya.
E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Klien
Klien terbaring diatas tempat tidur, pergerakan terbatas, ekspresi wajah meringis
menahan sakit. Kesadaran compos mentis (GCS 15), penampilan klien sesuai usia klien
(68 tahun), wajah sedikit keriput, kebersihan cukup, terpasang IVFD NaCl 0,9 %, 20
tts/ m di ekstremitas kiri atas, terpasang kateter urine, terpasang drainase pada luka
operasi, pernapasan spontan tanpa kanule O2. Klien bersikap kooperatif, menjawab
pertanyaan sesuai dengan yang ditanyakan.
2. Tanda-tanda Vital
Suhu badan
: 37, 2 C
Pernapasan
: spontan, 20 x/ menit
Nadi
: 74 x/ menit
Tekanan darah
: 120/ 80 mmHg
19
3. Sistem Perkemihan
a. Tidak ada odema palpebra
b. Tidak ada moon face
c. Tidak ada odema anasarka
d. Klien menggunakan kateter urine (volume urine 10 jam; 1200 cc)
F. Pola kebiasaan sehari-hari.
1. Nutrisi/ cairan
a. sebelum sakit : - Makan 3x/ hari, jenis; nasi, ikan, sayur, klien tidak terlalu suka
makan buah.
- Minum 7-8 gelas/ hari. Jenis; air putih, teh, kopi.
b. saat pengkajian :- Nafsu makan baik, klien makan bubur, sayur, dan ikan. Saat dikaji,
pada jam 08.00, klien makan bubur 100 cc dan air minum 200
cc. pada jam 12.00 klien makan bubur, ikan, sayur. Porsi makan
tidak dihabiskan. Makan dibantu oleh keluarga/ istri dan perawat.
- Minum: sejak pagi jam 06.00, klien minum 800 cc
2. Istirahat dan Tidur
a. sebelum sakit
b. saat pengakjian
4. Personal Hygiene
a. sebelum sakit
: Mandi 1-2 x/ hari, cuci rambut, sikat gigi, ganti baju sesuai
kebutuhan.
b. saat pengkajian : Klien dibersihkan tubuhnya setiap hari 2 x (pagi dan sore). Tubuh
dibersihkan menggunakan kain basah.
5. Aktifitas dan Olahraga
20
a. sebelum sakit
b. saat pengkajian
: 37, 2 C
Pernapasan
: spontan, 20 x/ menit
Nadi
: 74 x/ menit
2. Pemerikasaan Penunjang
a. Laboratorium tanggal 26/ 6 2008
- ureum
: 18, 9 mg/dl
- HGB
: 12, 7 g/dl
- HCT
: 34,4 L %
(normal: 42 % - 51%)
- MCV
: 79, 1 L fl
(normal: 80 95 fl)
- MCH
: 29, 2 Pg
(normal: 27 31 Pg)
- McHc
: 36, 9 H g/dl
- Hematologi Lengkap;
> LED
: 50
> Hb
: 12, 7
> HT
: 34, 4
> Leuko
: 11.000
: 31
- monosit
:3
: - N. segmen : 66
: regular
- HR
: 60 80 (sinus ritme)
21
- PR Interval
: 0, 10
- QRS Complex : 0, 06
- ST segmen
- AXIS
: 55 60
:13, 3 u/l
- GPT
: 9 u/l
H. Terapi Medis.
1. tradyl/ Rolac
: drips/ 8 jam
2. Actacef
: 2 x 1 gr / IV
(10.30 22.30)
3. Kalnex
: 3 x 1 am/ IV
Data
DS:
-
Etiologi
Prostatektomi
Klien
nyeri
mengatakan
daerah
luka
operasi.
Klien
mengatakan
nyeri
pada
skala
sedang (skala 1 5)
Klien
mengatakan
takut
menggerakan
Masalah
Nyeri akut
sedang)
tampak luka operasi
terbungkus
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Merangsang serabut-serabut
saraf sensorik
Rangsangan dihantar ke
talamus
Impuls disebarkan ke korteks
sensorik didalam talamus
Nyeri akut
perban,
16 cm
perban
pembungus
22
2.
DS:
-
Tekanan intavesikal
DO:
-
sedikit.
terpasang kateter urine 9
cc)
DS:
-
Gangguan miksi
Retensi urine
Prostatektomi
klien
mengatakan
takut
menggerakan
dapat
Gangguan mobilitas
fisik
makan
Retensi urine
tirah baring
atau perawat
klien
mengatakan
membersihkan badan
di tangan kiri
klien tampak terbaring
di atas tempat tidur
23
aktifitas
sehari-hari
keperawatan
keadaan
Rasional
1. Mengetahui keadaan
umum
umum
pasien
dan
relaksasi.
3. Beri
edukasi
tentang
penyebab
nyeri
dan antisipasi.
4. Kolaborasi dalam
pemberian
relaksasi
dalam
berfungsi
mengalikan
pasien
berfungsi
untuk
mengurangi
kecemasan
analgetik.
dilakukan 1. Pantau
Setelah
tindakan keperawatan 1 x
24
jam
retensi
urine
pasien teratasi.
Kriteria hasil:
-
dan
pasien
terhadap kondisinya.
4. Analgetik
dapat
mengurangi
2.
dan
nyeri
pada dislokasi.
intake 1. Pengukuran intake dan
output
pasien.
2. Instruksikan
untuk
terapi
Pasien
keluarga
benar.
untuk 2. Pencatatan output untuk
mempertahankan
mencatat
mengetahui
output.
keseimbangan
antara
24
dan output.
perlu.
Menghindari distensi 4. Dorong
kandung kemih.
Tidak ada spasmae
bladder
intake
cairan
pengosongan
yang
banyak
(2500cc/hari)
implikasi
fekal,
atasi
implikasi
dan
lakukan
melembabkan membran
mukosa.
5. Tindakan
selama
meningkatkan
kenyamanan
mencegah
(tingkat mobilitas
menentukan
dan
intervensi
24
jam
Kriteria hasil:
Klien mngatakan
dapat melakukan
pergerakan
hilangnya
keadaan
teratasi.
dan
keperawatan
ini
dilakukan 1. Observasi
tindakan
untuk
defekasi.
Setelah
cairan
2500cc/hari
redimen
3.
kandung
kemih.
4. Pemberian
proses
dengan bebas.
Gerakan
pasien
umum
kekuatan
otot).
2. Ajarkan
selanjutnya.
ROM 2. Mempertahankan
exercise.
3. Pengaturan
posisi.
4. Berikan
atau
kekuatan
bantuan
perawatan
dengan
diri:
ahli
fisioterapi dalam
dan
ketahanan otot.
3. Meningkatkan
kesejahteraan
berpindah.
terkoordinir.
5. Berikan
HE
Klien
dapat
tentang
latihan
4.
melakukan
fisik.
aktivitas
secara 6. Kolaborasi
mandiri.
meningkatkan
fisiologis
dan
psikologis.
Membantu
individu
mengubah
posisi
tubuhnya.
5. Mengubah
persepsi
pasien
terhadap
memberikan
latihan fisik.
terapi yang tepat. 6. Mengembalikan
posisi
tubuh
25
autonom
volunter
pengobatan
dan
selama
dan
26
BAB IV
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Saran
1. Setelah pasien pulang dari rumah sakit disarankan latihan berat, mengangkat berat dan
seksual intercourse dihindari selama 3 minggu setelah di rumah
2. Menganjurkan banyak minum untuk mencegah statis dan infeksi
3. Menganjurkan memakan makanan yang berserat agar feces lembek
27
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E. J., 2000, Buku Saku Pathofisiologi, Editor Endah P., EGC, Jakarta.
Doenges, M. E., Moorhous, M. F., & Geissler, A. C., 1999, Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
Edisi 3, AlihBahasa I Made Kariasa dan Ni Made Sumarwati, EGC, Jakarta.
Engram, B, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas
Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
Mansjoer, A., dkk, 2000, Kapita SelektaKedokteran, Edisi Jilid 2, Media Aesculapius,
Jakarta.
Purnomo, B. B., 2000, Dasar-dasar Urologi, CV Info Medika, Jakarta
Sjamsuhidajat, R., & de Jong, W., 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
28