Case PDA An. Zulfanudin
Case PDA An. Zulfanudin
Pembimbing:
dr. Tri Yanti R, Sp.A(K)
Disusun Oleh:
Nurul Irawati Hamzah
030.10.212
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
NIM
: 030.10.212
Universitas
: Universitas Trisakti
Fakultas
: Kedokteran
Tingkat
: Kepanitraan Klinik
Bidang Pendidikan
Menyetujui,
BAB I
PENDAHULUAN
Patent ductus arteriosus merupakan struktur pembuluh darah yang menghubungkan
bagian proksimal dari ascending aorta ke arteri pulmonaris utama. Struktur penting pada
janin ini akan menutup sempurna setelah lahir. Duktus arteriosus yang persisten setelah
beberapa minggu seetelah persalinan dianggap tidak normal. Efek fisiologis dan gejala
klinis yang timbul pada PDA tergantung dari ukuran PDA tersebut dan kondisi dasar
status kardiovaskuler pasien,1,5.
Patent ductus arteriosus merupakan salah satu penyakt jantung kongenital yang sering
terjadi dan diartikan sebagai kegagalan duktus arteriosus untuk menutup selama dalam 72
jam setelah lahir. PDA berpotensi menimbulkan komplikasi berupa gagal jantung,
disfungsi ginjal, NEC dan gangguan pertumbuhan dan nutrisi. PDA juga merupakan
faktor resiko untuk terjainya choric lung disease (CLD) 6.
Angka kejadian patent ductus arteriosus (PDA) 1 per 2500-5000 kelahiran pada bayi
cukup bulan, 8 per 1000 kelahiran pada bayi premature, dan merupakan 9-12% dari
seluruh penyakit jantung bawaan.Ditemukan juga kasus PDA ditemukan pada usia anakanak hingga dewasa ketika dilakukan pemeriksaan ekokardiografi. (2)
Penyebab terjadinya PDA masih belum jelas sepenuhnya, namun diduga bersifat .
Orang-orang tersebut diduga mewarisi factor predisposisi @ascula yang dapat dicetuskan
selama masa kehamilan oleh pencetus yang berasal dari lingkungan. Faktor resiko
terjadinya patent ductus arteriosus meliputi: infeksi rubella pada kelahiran trimester
pertama,prematuritas. (2,1)
STATUS PASIEN
: Nurul Irawati H
Pembimbing
NIM
: 030.10.212
Tanda tangan :
BAB II
ILUSTRASI KASUS
I.
IDENTITAS
Data
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan
Pasien
An. Z
3 bulan
Laki-laki
Ayah
Ibu
Tn. R
Ny. S
37 tahun
35 tahun
Laki-laki
Perempuan
Kp. Kosambi, Desa Banjarsari, Bekasi
Islam
Islam
Islam
Sunda
SLTA
Swasta
Hubungan dengan
SLTA
IRT
-
ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis kepada kedua orang tua pasien pada tanggal 15
November 2015 di kamar M1 Bangsal Melati RSUD Kota Bekasi.
a. Keluhan Utama :
Sesak sejak 1 hari SMRS.
b. Keluhan Tambahan:
Demam, batuk dan pilek sejak 1 hari SMRS.
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang diantar oleh ibunya ke IGD RSUD Bekasi dengan keluhan sesak
sejak 1 jam SMRS. Pasien juga mengalami demam sejak 1 hari SMRS disertai
batuk kering (+) dan pilek. Riwayat sesak nafas pada saat menyusui disangkal.
Muntah (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyaki
Umur
Penyakit
Umur
Penyakit
Umur
4
t
Alergi
Cacinga
Difteria
Diare
Jantung
Ginjal
Sejak lahir
-
n
DBD
Thypoid
Otitis
Parotis
Kejang
Maag
Varicela
Asma
Darah
Radang paru
Morbili
Tuberkulosis
-.
paru
e. Riwayat Penyakit Keluarga :
Didalam keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti pasien.
f.
Morbiditas kehamilan
Perawatan antenatal
Tempat kelahiran
Penolong persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
Tidak ada
Periksa rutin ke bidan
RS. Cibinong Medika
Bidan
Normal
33 minggu
BBL : 1950 gram
Keadaan bayi
PB : 43 cm
Pasien dirawat di inkubator RS
Cibinong Medika selama 5 hari
ASI/PASI
Buah/biscuit
Bubur susu
Nasi tim
(sereal)
+/+/5
Dasar (umur)
DPT
POLIO
CAMPAK
HEPATITIS
Ulangan (umur)
B
Kesan : Pasien belum pernah di imunisasi.
j. Riwayat Keluarga
Nama
Perkawinan ke
Umur
Keadaan kesehatan
Ayah
Tn. R
1
37
Sehat
Ibu
Ny. S
1
35
Sehat
Kakak 1
An. S
16
Bekas
Kakak 2
An.C
8
Sehat
pengobatan
TB 9 bulan
Kesan : Orangtua pasien dalam keadaan baik, kakak kandung ada yang
memiliki riwayat pengobatan TB Paru.
k. Riwayat Perumahan dan Sanitasi :
Pasien tinggal di rumah milik orangtua di lingkungan padat penduduk. Tinggal
berlima dengan ibu, bapak dan kedua kakaknya. Air limbah rumah tangga
disalurkan dengan baik dan tempat pembuangan sampah dekat dari tempat tinggal
pasien.
Kesan: Kesehatan lingkungan pasien baik.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
a Keadaan umum
b Tanda Vital
Kesadaran
Frekuensi nadi
Frekuensi pernapasan
Suhu tubuh
c
Data antropometri
Berat badan
: 3 kg
Tinggi badan
: 55 cm
d Kepala
Bentuk
Mata
: 140x/menit
: 32x/menit
: 37,6o C
: Normocephali
: Conjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor,
: Perut datar
7
g
h
IV.
Auskultasi
Palpasi
membesar
Perkusi
Kulit
Ekstremitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Echocardiography ( 16 November 2015 )
Hasil pemeriksaan:
-
Sinus solirus
AV VA cancordans
All PV drainage to LA
Dilated LA-LV
PFO (+) L R
No VSD seen
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
IMUNOSEROLOGI
CRP kualitatif
KIMIA KLINIK
6.1
2.78
9.1
27
282
97.3
32.9
33.8
Ribu/uL
Juta/uL
g/dL
%
Ribu/uL
fL
pg
%
Albumin
3.51
g/dL
3.5 4.5
SGOT
44
U/L
<37
SGPT
42
U/L
<41
Ureum
44
mg/dL
20-40
Kreatinin
0.23
mg/dL
0.5-1.3
GDS
114
mg/dL
60-110
Na
134
Mmol/L
135-145
5.7
Mmol/L
3.5-5.0
Cl
98
Mmol/L
94-111
Non reaktif
5-10
4-5
11-14.5
37-47
150-400
75-87
24-30
31-37
Non reaktif
RESUME
Pasien An. Z, 3 bulan, 3 kg, datang diantar oleh ibunya ke IGD RSUD Bekasi
dengan keluhan sesak sejak 1 jam SMRS. Pasien juga mengalami demam sejak 1 hari
SMRS disertai batuk kering (+) dan pilek. Riwayat sesak nafas pada saat menyusui
disangkal. Pasien sudah didiagnosa menderita PJB sejak lahir.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan mata: konjungtiva anemis +/+, dan auskultasi
thorax terdengar bising kontinyu di parasternal iga II-III kiri. Pada pemeriksaan
penunjang echokardiografi terdapat kesan PDA moderate, dan laboratorium darah
eritrosit 2.78juta/uL, Hb 9.1 g/dL, Ht 27%, Trombosit 282.000/uL, SGOT 44, SGPT
42, ureum 44mg/dL, GDS 114mg/dL.
VI.
DIAGNOSIS KERJA
10
PDA moderate
Susp Syndrome down
VII. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
Edukasi orang tua pasien tentang penyakit yang diderita oleh anaknya
Pro PICU
Medikamentosa
Cefotaxim 3x250mg
Gentamicin 1x25mg
Dexamethason 3x0.7mg
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
: Bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad donam
11
12
FOLLOW UP
S
O
A
P
15/11/2015
Sesak (+), batuk (+), lemas
- KU: TSB
- Kesadaran : somnolen
- Nadi: 140x/menit
- Napas terpasang Nasal
Kanul O2 1L, RR: 44x/m
- Suhu: 37.6oC
- NCH (+)
- Thorax:
Inspeksi: retraksi (+)
Auskultasi:
Rh +/+, Bising kontinyu
di parasternal iga II-III
kiri
16/11/2015
Sesak (+), batuk (+),
KU: TSB
- Kesadaran : somnolen
- Nadi: 132x/menit
- Napas terpasang Nasal
Kanul O2 1L, RR: 40x/m
- Suhu: 36.5oC
- NCH (-)
- Thorax:
Inspeksi: retraksi (+)
Auskultasi:
Rh +/+, Bising kontinyu
di parasternal iga II-III
kiri
18/11/2015 PICU
Sesak (+), batuk (+),
KU: TSB
- Kesadaran : somnolen
- Nadi: 132x/menit
- Napas terpasang Nasal
Kanul O2 1L, RR: 42x/m
- Suhu: 36.5oC
- NCH (-)
- Thorax:
Inspeksi: retraksi (+)
Auskultasi:
Rh +/+, Bising kontinyu
di parasternal iga II-III
kiri
Distress respirasi
BP
Susp PJB Asianotik
IVFD
Tridex
PDA Moderate
Syndrome down
PDA Moderate
Syndrome down
IVFD N5 15cc/jam
240cc/24jam
IVFD N5 240cc/24jam
Cefotaxim 3x250mg
BE 50cc/hari
Gentamicin 1x25mg
Cefotaxim 3x250mg
Susu
Dexamethason 3x0.7mg
Gentamicin 1x25mg
25cc/3jam
Dexamethason 3x1mg
Ceftazidim 2x150mg
Pro PICU
Pro PICU
Amikasin 2x25mg
nutri
baby
royal
20/11/2015
21/11/2015
22/11/2015
KU: TSS
- Kesadaran : CM
- Nadi: 110x/menit
- Napas terpasang Nasal
Kanul O2 1L, RR: 36x/m
- Suhu: 35oC
- NCH (-)
- Thorax:
Inspeksi: retraksi <
Auskultasi:
Rh +/+, Bising kontinyu
di parasternal iga II-III
kiri
KU: TSS
- Kesadaran : CM
- Nadi: 140x/menit
- Napas terpasang Nasal
Kanul O2 1L, RR:36x/m
- Suhu: 36.8oC
- NCH (-)
- Thorax:
Inspeksi: retraksi (-)
Auskultasi:
Rh +/+, Bising kontinyu di
parasternal iga II-III kiri
KU: TSS
- Kesadaran : CM
- Nadi: 134x/menit
- RR44x/m
- Suhu: 37.3oC
- NCH (-)
- Thorax:
Inspeksi: retraksi (-)
Auskultasi:
Rh +/+, Bising kontinyu di
parasternal iga II-III kiri
PDA Moderate
Syndrome down
IVFD N5 15cc/jam
PDA Moderate
Syndrome down
venflon
PDA Moderate
Syndrome down
venflon
Cefepim 2x150mg
Cefepim 2x150mg
Cefepim 2x150mg
Furosemid 2x3mg
Furosemid 2x3mg
Furosemid 2x3mg
Amikasin 2x25mg
Amikasin 2x25mg
Amikasin 2x25mg
3cc/ 6jam
3cc/ 6jam
3cc/ 6jam
O2 tappering off
L
14
BAB III
ANALISIS KASUS
Pasien
Anamnesis:
-
Sesak
Lemas
Pemeriksaan Fisik
-
Continous murmur
Sesak nafas
Takikardia
Teori
Jadi berdasarkan teori pasien PDA dapat:
murmur.
Bounding peripheral pulse dengan wide pulse
pressure
Getaran jantung pada apex
Tanda dan gejala gejala dari gagal jantung
Sesak nafas
Hipotensi vascular@
Takikardia
Kardiomegali
Hipertrofi ventrikel kiri atau kanan atau keduanya
Berat badan tubuh yang rendah
yang rendah
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Thorax: dbn
2. Echo:
- Dilatasi LA-LV
Asymptomatik
Sesak nafas
Tidak kuat berolahraga
Lemas
Penurunan nafsu makan
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Thorax
-
15
3.Echocardiogram
Pada pasien dengan duktus arteriosus yang kecil, ukuran
ruang jantung akan normal, meskipun kadang pembeasran
atrium kiri dan atau ventrikel kiri dapat ditemukan. Pada
pasien dengan ukuran duktus arteriosus sedang dan besar,
pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri dapat ditemukan.
(5)
16
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
Definisi
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus,
saluran yang menghubungkan bagian proksimal aorta descendens dengan a.pulmonalis. (1)
1.2.
Epidemiologi
Angka kejadian patent ductus arteriosus (PDA) 1 per 2500-5000 kelahiran pada bayi
cukup bulan, 8 per 1000 kelahiran pada bayi premature, dan merupakan 9-12% dari seluruh
penyakit jantung bawaan. Ditemukan juga kasus PDA ditemukan pada usia anak-anak hingga
dewasa ketika dilakukan pemeriksaan echokardiografi. (2)
1.3.
multifaktorial. Orang-orang tersebut diduga mewarisi faktor predisposisi vascular yang dapat
dicetuskan selama masa kehamilan oleh pencetus yang berasal dari lingkungan. Faktor resiko
terjadinya patent ductus arteriosus meliputi: infeksi rubella pada kelahiran trimester pertama,
prematuritas. (2,1)
1.4.
Pada janin, paru belum berfungsi sehingga terjadi penyesuaian terhadap sirkulasi dengan
menggunakan dua jalan pintas:
1) Foramen ovale, suatu lubang di septum antara atrium kanan dan atrium kiri
2) Ductus arteriosus, suatu pembuluh yang menghubungkan a. pulmonalis dan aorta.
(3)
Selama masa janin, darah yang kaya akan oksigen dari ibu meninggalkan plasenta
melalui vena umbilicalis. Setengah dari total darah ini dialirkan melalui ductus venosus,
mengelilingi pembuluh darah hepar dan dilanjutkan langsung menuju vena inferior cava.
Darah yang tersisa menuju hepar melalui vena porta dan masuk ke vena cava inferior melalui
vena hepatica. Mekanisme sfingter di ductus venosus yang menutup pintu masuk vena
umbilicalis, mengatur aliran darah tali pusat melalui sinusoid hati. Sfingter ini menutup saat
17
kontraksi uterus menyebabkan aliran balik vena menjadi deras sehingga dapat mencegah
beban berlebihan mendadak pada jantung. Darah yang berada di vena cava inferior
merupakan campuran darah dari vena umbilicalis yang kaya oksigen dan darah dengan kadar
oksigen rendah dari aliran balik vena sistemik fetus. Ini mengakibatkan kadar oksigen darah
pada vena cava inferior lebih tinggi dibandingkan vena cava superior yang menuju atrium
kanan. Perbedaan ini penting karena dua aliran darah ini terpisah secara parsial di dalam
atrium kanan. Akibatnya otak bayi dan miokardium menerima aliran darah yang relative lebih
kaya oksigen, sedangkan darah kadar oksigen rendah dialihkan menuju plasenta melalui aorta
descendens dan arteri umbilicalis.
Darah dari vena inferior cava yang masuk atrium kanan sebagian besar secara
langsung memasuki atrium kiri melalui foramen ovale, sisanya tidak dapat mengikut jalan
tersebut karena terhambat oleh tepi bawah septum secundum,crista dividens, dan tetap berada
di atrium kanan. Di sini, darah tersebut bercampur dengan darah terdesaturasi yang kembali
dari kepala dan lengan melewati vena cava superior. Dari atrium kiri, darah mengalir menuju
ventrikel kiri dan dipompakan menuju aorta ascendens. Darah yang kaya oksigen ini
didistribusikan ke tiga area primer:
1) 9% menuju a.coronaria untuk perfusi miokardium
2) 62% menuju a. carotis dan a.subcalvia untuk perfusi otak dan tubuh bagian atas
3) 29% menuju aorta descendens untuk bagian tubuh janin yang lain. (1,4)
18
dimulainya pernapasan. Karena ductus arteriosus menutup akibat kontraksi otot polos di
dindingnya, jumlah darah yang mengalir melalui pembuluh paru meningkat pesat. Hal ini
selanjutnya mengakibatkan peningkatan tekanan di atrium kiri. Secara bersamaan, tekanan di
atrium kanan menurun akibat terhentinya aliran darah plasenta. Septum primum kemudian
melekat ke septum sekundum, sehingga foramen ovale menutup secara fungsional. Saat lahir,
foramen ovale menutup dan menjadi jaringan parut kecil yang dikenal sebagai fossa ovale di
septum atrium. Penutupan foramen ovale disebabkan oleh meningkatnya tekanan di atrium
kiri, disertai oleh penurunan di sisi kanan. Tarikan nafas pertama menekan septum primum ke
septum secundum. Namun selama beberapa hari pertama kelahiran, penutupan ini bersifat
reversibel. Tangisan bayi menciptakan pirau dari kanan ke kiri, yang menjadi penyebab
serangan sianosis pada bayi baru lahir. Penempelan yang terus-menerus secara perlahan
menyebabkan kedua septum menyatu setelah sekitar 1 tahun. (1,3,4)
Secara fungsional, a. umbilicalis menutup beberapa menit setelah lahir, ,meskipun
obliterasi lumen sesungguhnya oleh proliferasi fibrosa mungkin memerlukan 2-3 bulan.
Bagian distal a. umbilicalis membentuk ligamentum umbilicale medianum, dan bagian
proksimal tetap terbuka sebagai a. vesikalis superior. Penutupan vena umbilicalis dan ductus
venosus terjadi segera setelah penutupan a. umbilicalis. Karena itu, darah dari plasenta masih
dapat masuk ke dalam bayi selama beberapa menit setelah lahir. Setelah obliterasi, vena
umbilicalis membentuk ligamentum teres hepatis di batas bawah ligamentum falsiforme.
Ductus venosus yang berjalan dari ligamentum teres hepatis ke vena cava inferior juga
mengalami obliterasi dan membentuk ligamentum venosum. (1,4)
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan a. pulmonalis sinistra
dengan aorta descendens selama masa fetus. Duktus arteriosus menutup secara fungsional
pada 10-15 jam setelah lahir. Penutupan secara permanen terjadi pada usia 2-3 minggu.
Penutupan ductus arteriosus terjadi akibat kontraksi otot polos yang diperantarai oleh
bradikinin, zat yang dihasilkan dari paru selama permulaan pengembangan paru. Obliterasi
anatomis sempurna akibat proliferasi tunika intima diduga memerlukan waktu 1-3 bulan.
Pada orang dewasa ductus arteriosus yang mengalami obliterasi ini membentuk ligamentum
arteriosum. (1,4)
19
1.6.
Patofisiologi
Otot polos duktus arteriosus berkontraksi setelah lahir meningkatkan tegangan oksigen dalam
darah dan menyebabkan penurunan kadar prostaglandin dalam sirkulasi. Selama beberapa
minggu berikutnya, terjadi proses fibrosis dan proliferasi intimal yang menyebabkan
terjadinya penutupan secara permanen. Patent ductus arteriosus terjadi akibat duktus
arteriosus gagal menutup setelah lahir sehingga menyebabkan aliran pirau antara a.
pulmonalis sinistra dengan aorta descendens. Selama masa kehamilan, ketika tahanan di a.
pulmonalis meningkat, darah segera dialihkan dari paru-paru bayi yang belum matang
menuju aorta. Ketika tahanan di a. pulmonalis menurun setelah kelahiran, terjadi perubahan
arah dan aliran darah dari aorta menuju a. pulmonalis. Akibat proses left-to-right shunt,
sirkulasi paru, atrium kiri, dan ventrikel kiri menjadi sangat tinggi. Hal ini menyebabkan
dilatasi ventrikel kiri dan gagal jantung kiri, sedangkan jantung bagian kanan masih normal,
kecuali terdapat gangguan di pembuluh paru. Jika hal ini terjadi, akan menghasilkan
Eissenmenger syndrome,yang disebabkan aliran darah dari a. pulmonalis melalui duktus
arteriosus menuju aorta descendens. Hal ini mengakibatkan aliran darah terdesaturasi menuju
ekstremitas bagian bawah menimbulkan sianosis. Pada ekstremitas bagian atas tidak timbul
sianosis karena bagian ini menerima darah saturasi normal dari aorta bagian proksimal.(1)
1.7.
Diagnosis
20
tersebut kadang menyebar turun ke bagian kiri sternum dan terkadang getaran jantung dapat
terlihat. (5)
Tabel 1. Gelaja Klinis dan Temuan Fisik PDA(1,5,6)
Continous murmur
Bounding peripheral pulse dengan wide pulse pressure
Getaran jantung pada apex
Tanda dan gejala gejala dari gagal jantung
Sesak nafas
Hipotensi vascular
Takikardia
Kardiomegali
Hipertrofi ventrikel kiri atau kanan atau keduanya
Metabolik asidosis yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
Berat badan tubuh yang rendah
Elektrokardiogram
22
Gambaran EKG dapat terlihat sinus takikardia atau atrial fibrilasi, hipertrofi ventrikel
kiri, dan pembesaran atrium kiri pada pasien dengan duktus dengan ukuran sedang
dan besar. Pada pasien dengan ukuran duktus yang kecil gambaran EKG yang
ditemukan biasanya normal. Pada pasien dengan duktus arteriosus yang besar dan
peningkatan tekanan paru, tanda tanda pembesaran atrium kanan dan hipertrofi kedua
ventrikel sering ditemukan. (5)
Ekokardiogram
Ekokardiogram merupakan prosedur pilihan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan
karakter dari PDA. Ekokardiogram berguna dalam mengklasifikasikan PDA sebagai PDA
yang kecil, sedang, maupun besar sesuai dengan informasi klinis yang diperoleh.
Ekokardiografi mode-M digunakan untuk mengukur ukuran ruangan jantung dan menghitung
fungsi sistolik ventrikel kiri. Pada pasien dengan duktus arteriosus yang kecil, ukuran ruang
jantung akan normal, meskipun kadang pembeasran atrium kiri dan atau ventrikel kiri dapat
ditemukan. Pada pasien dengan ukuran duktus arteriosus sedang dan besar, pembesaran
atrium kiri dan ventrikel kiri dapat ditemukan. (5)
Gambaran dua dimensi dapat mendemonstrasikan geometri dari duktus. Dopler
berwarna sangan vascular untuk mendeteksi keberadaan patent ductus arteriosus dan sering
digunakan untuk menentukan derajat pergerakan darah dalam duktus. Bahkan ukuran duktus
yang sangat kecil dapat dideteksi dengan menggunakan pergerakan warna masuk ke dalam
arteri pulmonalis. Pada pasien dengan resistensi pembuluh darah paru yang tinggi dan PDA,
pergerakan kanan-kiri yang lemah, duktus arteriosus dapat sulit untuk dilihat dengan dopler
berwarna. (5)
PDA dapat dikomfirmasi dari turbulensi vascular pada dopler di arteri pulmonalis.
Ketika terdapat pergerakan dari kiri-kanan melewati duktus arteriosus darah masuk kembali
ke arteri pulmonalis dari aorta ascending. Pergerakan ini akan menghasilkan turbulensi pada
arteri pulmonalis dan dapat secara mudah dan akurat dideteksi menggunakan ekokardiografi
dopler. Metode ini dapat mendeteksi PDA dengan mudah dan akurat, namun tidak dapat
mendeteksi PDA dengan pergerakan kanan-kiri karena tidak terdapat turbulensi berarti dan
tidak memberikan informasi mengenai karakter PDA. (8)
23
24
Dopler bertekanan mengidentifikasi arah dan kecepatan aliran darah dalam duktus.
Gambaran kiri-kanan digambarkan sebagai arah positif dan gambaran kanan-kiri sebagai arah
@ascular dengan kecepatan dibandingan dengan waktu. (8)
Gambaran dopler ditentukan berdasarkan tekanan pada masing masing ujung duktus
selama siklus jantung. Ketika tekanan aorta melewati tekanan arteri pulmonalis selama siklus
jantung maka arahnya murni kiri-kanan. Ketika tekanan arteri pulmonalis melewati tekanan
aorta selama siklus jantung maka arahnya murni kanan-kiri. Gambaran dapat juga terlihat dua
arah dimana terdapat periode kanan-kiri pada awal systole tetapi kiri-kanan pada sisa siklus
jantung akibat peningkatan tekanan pada arteri pulmonalis (sebelum mencapai tekanan
sistemik maksimum). Peningkatan tekanan kanan dapat terlihat dengan penambahan durasi
kanan-kiri pada gambaran dua arah. (8)
25
26
Gambar 9. Peningkatan durasi kanan-kiri pada gambaran dua arah yang terjadi akibat
peningkatan tekanan pada ujung duktus dekat arteri pulmonalis
Volume Pergerakan Darah
Volume dapat ditentukan dengan perbedaan rasio peredaran darah pulmonal
dibandingkan dengan sistemin (Qp:Qs). Semakin besar bukaan makan semakin tinggi rasio
pulmonal dibandingkan dengan sistemik. Qp dan Qs ditentukan berdasarkan volume output
ventrikel @ascular. Pada pergerakan kiri-kanan, peredaran darah sistemik dapat dinilai dari
output ventrikel kanan dan peredaran darah pulmonal dapat dinilai dengan output ventrikel
kiri. (8)
Dopler berwarna untuk ukuran diameter (8)
Dopler berwarna dapat digunakan untuk menukur diameter dengan digunakan pada
titik tersempit dari duktus, biasanya pada ujung dekat arteri pulmonaris, sebagai penentu
hemodinamik. Berdasarkan ukuran diameter dapat dibagi menjadi 3 kategori:
PDA besar: diameter minimal dopler berwarna > 2,0 mm dengan arah dominan kirikanan. Dengan PDA yang besar biasanya terjadi aliran retrogrande. PDA dengan
kanan.. PDA dengan ukuran ini biasanya didapatkan Qp:Qs > 1,5:1
PDA kecil: : diameter minimal dopler berwarna <1,5 mm dengan arah dominan kirikanan. Dengan PDA yang besar biasanya terjadi aliran antegrande. PDA dengan ukuran
Gambar 10. Gambaran duktus dengan ukuran 3,1 mm pada PDA besar
MRI dan Tomografi Komputer (8)
Tomografi @ascular dapat berguna untuk menilai derajat kalsifikasi pada pasien PDA
dewasa yang dapat berguna apabila terapi bedah akan dilakukan. MRI dan tomografi
@ascular dapat berguna untuk menilai anatomi
@ascular@@@r aneh dan pada pasien dengan kelainan pada arkus aorta seperti
aneurisma pada arkus aorta.
Gambar 11. Gambaran MRI menunjukkan PDA besar antara aorta dan arteri
pulmonaris
Katerisasi Jantung(8)
28
Katerisasi merupakan salah satu pilihan pengobatan pada kebanyakan anak dan
dewasa dengan PDA. Penilaian @ascular@@ komplit terhadap hemodinaik sebelum
penutupan melalui kateter sangat penting untuk menilai resistensi @ascular paru dan
derajat bukaan sebelum dilakukan intervensi. Pada pasien dengan peningkatan
tekanan @ascular paru, penilaian resistensi paru dan responnya terhadap obar
vasodilator seperti oksigen, nifedipine, prostacycline, sildefanil, dan nitric oxide, akan
sangat membantu dalam menentukan penutupan duktus.
Angiografi menggambarkan anatomi dari duktus arteriosus. Penilaian mendetail
terhadap anatomy duktus sangat penting sebelum penutupan transkateter dilakukan agar alat
dan ukuran alat yang digunakan tepat.
Gambar 12. Gambaran angiografi pada PDA menunjukkan konfigurasi duktus segmen
pendek yang muncul dari segmen sempit arteri pulmonaris ke lumen aorta
1.8.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari PDA dapat berupa venous hum, fistula arteri koroner, VSD,
Fistula arteri koroner merupakan hubungan yang abnormal antara arteri koroner
dengan ruang jantung ataupun pembuluh darah lain. Kondisi ini dapat menimbulkan murmur
yang kontinu namun dapat didengar pada prekordium bawah dan dapat dibedakan dengan
PDA melalui gambaran echo.
VSD dan ASD dapat terlihat sama dengan PDA lewat gambaran klinis, ekg, dan
gambaran foto thorax. Namun murmur pada kedua kondisi ini hanya dapat didengar saat
sistol, dan kondisi ini dapat dibedakan dengan PDA melalui gambaran echo.
Regurgitasi aorta dapat timbul dengan gejala intoleransi olahraga. Sering terjadi pada
usia tua dan biasanya tidak didapati sesak nafas. Mumur @ascular@ dapat didengar dengan
baik pada batas sternum bawah. Echo kembali dapat membedakan PDA dengan kondisi ini.
1.9. Penatalaksanaan
1.9.1. Penatalaksanaan Medis (5)
Pasien simptomatis dengan PDA dapat diberikan @ascular dan digoxin. Pengurangan
afterload, seperti ACE-inhibitor, dapat juga meninkatkan kondisi klinis. Pengobatan anti
dysritmia dapat berguna bagi pasien dengan fibrilasi atrium. Profilaksis untuk endocarditis
direkomendasikan untuk semua pasien dengan PDA hingga 6 bulan setelah penutupan duktus.
Penatalaksanaan medis untuk gagal jantung akibat PDA bersifat singkat sampai
penatalaksanaan defenitif bedah ataupun penutupan transkateter dilakukan, namun dapat juga
jangka panjang apabila terjadi cardiomegali dan @ascula yang menetap.
Pasien dengan PDA dan penyakit pembuluh darah paru yang tidak dapat dilakukan
penutupan bedah dapat ditatalaksana dengan obat vasodilatasi pembuluh darah patu seperti
oksigen kronik, PGI2, calcium chanel blocker, anatagonis endothelin, dan phosphodiesterase
tipe 5 inhibitor. Salah satu strategi adalah menutup secara parsial untuk membuat duktus
restriktif namun tidak tertutup sempurna diikuti dengan pengobatan vasodilator paru jangka
panjang. Jika dalam follow up resistensi @ascular paru menurun makan penutupan sempurna
dapat dipertimbangkan.
1.9.2. Terapi Defenitif : Penutupan PDA(5)
Penutupan PDA diindikasikan pada anak atau dewasa yang simptomatik dengan arah kirikanan. Pada pasien asimptomatik kiri-kanan dengan pembesaran jantung, penutupan
diindikasi untuk mencegah komplikasi di kemudian hari.
Penutupan dapat dilakukan transkateter dan bedah.
Penutupan Transkateter
30
Penutupan transkateter menjadi pilihan untuk pasien PDA anak dan dewasa. Pada kasus
duktus arteriosus terkalsifikasi dengan penigkatan resistensi paru, penutupan transkateter
lebih baik dibandingkan lewat bedah.
Teknik dasar penutupan ini adalah dengan memasukkan kateter melewati duktus arteriosus
melalui arteri pulmorasi atau aorta dan meletakkan alat penutup pada ductus untuk mutup
saluran tersebut.
Keberhasilan dari tindakan ini 90-95% dalam beberapa penelitian. Peningkatan modifikasi
alat, evolusi teknik, dan peningkatan kemampuan operator mempengaruhi tingkat
keberhasilan tindakan.
Terapi Bedah
Ligasi dari PDA tetap menjadi salah satu pilihan pengobatan untuk kasus duktus yang sangat
besar. Tingkat keberhasilan ligasi dari duktus dilaporkan mencapai 94%-100% dengan tingkat
mortalitas 0% - 2%. Komplikasi penting termasuk pendarahan, pneumothorax, dan infeksi.
1.10.
Komplikasi
c. Infektif Endokarditis12
Turbulensi darah dalam duktus dapat menyebabkan kerusakan endotelium.
Kerusakan endotelium menginduksi formasi trombus dengan deposisi platelet dan
fibrin yang dapat menjadi tempat bagi bakteri untuk melekat dan membentuk
vegetasi.
Hampir semua pasien dengan IE memiliki riwayat penyakit jantung kongenital
dan semua penyakit jantung kongenital memiliki resiko untu menjadi IE. Infeksi lokal
dapat menyebabkan bakteri masuk ke dalam peredaran darah. Bakteremia sering
terjadi akibat kerusakan gigi. Aktifitas seperti mengunyah permen karet dan
menggosok gigi merupakan penyebab tersering dari bakteremia. Vegetasi sering
ditemukan di daerah dengan tekanan yang lebih rendah dari kelainan saluran dan
terbentuk akibat efek tekanan tinggi di daerah tersebut. Vegetasi pada PDA ditemukan
pada arteri pumonaris. Bakteri penyebab IE terbanyak adalah Steptococcus viridans,
enterococci, dan Staphylococcus aureus, dimana bertanggung jawab terhadap 90%
kasus.
Terdapat tiga kategori penegakan diagnosis dari IE dengan menggunakan
kriteria Duke, yaitu : Definite, Possible, dan Rejected
kriteria minor
Rejected jika terjadi penyembuhan antibiotk dalam<4 hari, tidak ada tanda
tanda patologis alam biopsi, atau ditak memenuhi kriteria di atas.
32
1.11.
Prognosis
33
Prognosis akan baik apabila PDA hanya merupakan satu satunya masalah pada
pasien. Sehabis penutupan duktus pasien biasanya tidak mengalami gejala gejala klinis dan
tidak ada perburukan lanjutan dari jantung6.
Penutupan duktus spontan pada bayi usia diatas 3 bulan jarang terjadi. Pada bayi usia
dibawah 3 bulan, 72-75% mengalami penutupan spontan. Sebagai tambahan, 28% anak anak
dengan PDA yang diterapi dengan ibuprofen dilaporkan penutupan terjadi 94%6.
Pada pasien dewasa, prognosis tergantung dari kondisi vascular paru dan status otot
jantung apablia terjadi kelainan sebelum dilakukan penutupan duktus. Pasien dengan
hipertensi pulmonal yang minimal dan perubahan otot jantung sedang minimal memiliki
angka ekspektasi hidup yang normal6.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lily SL. Patophysiology of Heart Disease fifth edition. North America: Lippincott
Williams & Wilkins, November 2010
2. Incidental Discovery of a Patent Ductus Arteriosus in Adult. Available from :
http;//www.jabfm.org/content/22/2/214.full
3. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC
4. Sadler. T.W., 2000. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi ke-7, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
34
5. Moore JW & Schneider JD. Patent Ductus Arteriosus. AHA journal Circulation
2006;114: 1873-1882
6. Dice JE & Bhatia J. Patent Ductus Arteriosus: An Overview. J Pediatr Pharmacol Ther
2007;12:141-142
7. BMJ best practice website. http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/766/diagnosis/differential. Accessed 11 September 2014
8. Evans N, Malcolm G, Osborn D, et al. Diagnosis of Patent Ductus Arteriosus in
Preterm Infants. NeoReviews 2004:5:86-93
9. Kim KL & Berger S. Patent Ductus Arteriosus. Medscape website
http://emedicine.medscape.com/article/891096-overview#aw2aab6b2b6aa. Accsessed
11 september 2014
10. http://www.heartbirthdefect.com/heart-birth-defects/patent-ductus-arteriosus.php
11. http://www.embryology.ch/anglais/pcardio/umstellung02.html
12. Park KM. Pediatric Cardiology for Practiotioners. Texas: Mosby, 1934.
35