Anda di halaman 1dari 4

KORELASI PENGARUH MENONTON SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA

TERHADAP PERILAKU REMAJA DI KELURAHAN TAMARUNANG KABUPATEN GOWA


RISSA MEGAVITRY
P3800215005
Program Studi Magister Ilmu Dan Teknologi Pangan
Fakultas Pertanian
A. Pendahuluan
Pada era reformasi dan globalisasi saat ini, televisi sebagai media penyimpanan informasi dan
hiburan sangat dibutuhkan masyarakat. Televisi merupakan media elektronik yang paling sempurna dan
mempunyai efek yang paling besar terhadap khalayak dibandingkan dengan media elektronik lainnya,
karena televisi merupakan media audio visual yang bersifat informatif, hiburan, pendidikan, dan juga alat
kontrol sosial. Melalui tayangan yang disajikan, pemirsa televisi mendapat banyak manfaat diantaranya
menambah ilmu pengetahuan, memperluas wawasan, serta sebagai hiburan sehari-hari.
Pengaruh media televisi banyak menentukan perilaku dan emosi penontonnya, khususnya remaja,
maka wajar bila penonton ikut meniru atau merubah perilaku. Banyak remaja menjadikan media televisi
sebagai sumber utama informasi mereka terhadap berbagai hal. Pilihan ini disebabkan media televisi
mampu menyajikan informasi jauh lebih cepat dan menarik dari pada media massa lainnya.
Kondisi dimana peran vital televisi selaku media hiburan, menyebabkan hampir di seluruh stasiun
televisi berlomba-lomba menayangkan sinema elektronik atau sinetron yang menyajikan cerita bersifat
romantis, menghibur, penuh khayalan hingga yang mengandung kejahatan dan kekerasan. Cara
berpenampilan, berperilaku dan berbicara yang ditampilkan akan mudah diterima dan diingat oleh remaja,
sehingga mereka dengan leluasa dapat menirukan, bahkan menyebarkan hal baru yang mereka dapatkan
dari sinetron tersebut. Ditambah lagi dengan pemilihan para pemain yang memiliki wajah serta
kemampuan akting yang baik, akan semakin membuat remaja tertarik untuk mengikuti ceritanya. Hal ini
menjadi persoalan mendasar untuk perkembangan generasi selanjutnya, karena media televisi merupakan
sarana yang mudah untuk mempengaruhi perubahan tingkah laku remaja.
Salah satu sinetron remaja yang menjadi perhatian peneliti untuk dianalisis adalah sinetron
Ganteng-Ganteng Serigala (GGS) yang merupakan salah satu sinetron tayangan SCTV dan merupakan
sinetron unggulan dengan rating tertinggi. Kesuksesan GGS tentunya tak lepas dari ceritanya yang
berbeda dari sinetron remaja kebanyakan, karena menyajikan kisah cinta remaja antara vampir dan
manusia. Selain itu, GGS juga didukung oleh sejumlah artis dengan wajah dan penampilan yang sangat
diidolakan oleh para remaja, seperti Kevin Julio, Ricky Harun, Jessica Mila, Aliando Syarief, Prilly
Latuconsina, dan masih banyak lagi. Sinetron ini merupakan sinetron yang mendapat banyak perhatian
remaja, sehingga penggunaan kata-kata seperti OMG Hello mamsky, papsky, tansky my baby
honey atau sekatekate, sering terdengar dari percakapan yang terjadi di antara remaja saat ini.
Ditambah lagi dengan penampilan para pemeran GGS yang fashionable yang diikuti dengan adegan
berpacaran yang romantis seolah menjadi kiblat bagi para remaja saat ini dalam berpenampilan dan
berperilaku.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan antara pengaruh tayangan sinetron Ganteng-Ganteng Serigala dengan
perkembangan perilaku remaja di kelurahan Tamarunang?
2. Bagaimana pengaruh sinetron Ganteng-Ganteng Serigala terhadap perkembangan perilaku remaja
di kelurahan Tamarunang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh tayangan sinetron Ganteng-Ganteng Serigala
dengan perkembangan perilaku remaja di kelurahan Tamarunang.
2. Untuk mengetahui pengaruh tayangan sinetron Ganteng-Ganteng Serigala terhadap perkembangan
perilaku remaja di kelurahan Tamarunang.

D. Kajian Pustaka
1. Televisi
Menurut Effendy (2003) dalam Boro (2015), istilah televisi terdiri dari kata tele yang
berarti jauh dan visi (vision) yang berarti penglihatan. Segi jauh-nya ditransmisikan dengan
prinsip prinsip radio, sedangkan segi penglihatan-nya diwujudkan dengan prinsip-prinsip
kamera sehingga menjadi gambar, baik dalam bentuk gambar hidup atau bergerak (moving
picture) maupun gambar diam (still picture). Menurut Karlinah,dkk (2009) dalam Boro (2015),
televisi merupakan media dari jaringan komunikasi yang memilki ciri-ciri sama seperti
komunikasi massa, bersifat satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum,
sasarannya bersifat keserempakan dan komunikatornya bersifat heterogen.
2. Sinetron
Dari segi ilmu komunikasi, sinetron merupakan wacana atau teks audio visual yang
bermuatan gambaran realitas sosial virtual atau tiruan dari realitas sosial nyata. Sinetron
menyajikan versi persepsi hubungan-hubungan sosial terkini, mengandung pesan-pesan respon
terhadap perubahan persepsi-persepsi (Denis, 1996 dalam Rahmadhiani, 2012). Kehadiran
sinetron merupakan suatu bentuk aktualitas komunikasi dan interaksi manusia yang diolah
berdasarkan alur cerita untuk mengangkat permasalahan hidup manusia sehari-hari. Dalam
membuat paket sinetron, kru televisi (sutradara, pengarah acara dan produser) harus memasukkan
isi pesan yang positif bagi pemirsa. Dengan kata lain, pesan sinetron dapat mewakili aktualitas
kehidupan masyarakat dalam realitas sosialnya (Kuswandi, 1996 dalam Boro, 2015).
3. Komunikasi Verbal
Mulyana (2004) dalam Boro (2015) mengatakan, bahasa verbal adalah sarana utama untuk
menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita, menggunakan kata-kata yang mempresentasikan
berbagai aspek realitas individual kita. Penggunaan bahasa melalui kata-kata membuat seseorang
dapat mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan atau maksud mereka, menyampaikan
fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling
berdebat, bertengkar dan lain sebagainya. Menurut Tarigan (1993) dalam Boro (2015), teknik
berbicara menyangkut cara dan kemampuan seseorang dalam mengutarakan pendapat, pikiran,
dan perasaannya melalui katakata yang baik dan benar sesuai dengan kaidah kebahasaan, sehingga
hal-hal yang diucapkan dapat dimengerti oleh lawan bicara.
4. Perilaku
Notoatmojo (2000) dalam Rahmadhiani (2012) mengatakan, suatu aktivitas manusia itu
sendiri. Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang
terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Pengubahan perilaku adalah penerapan yang terencana dan
sistematis dari prinsip belajar yang telah ditetapkan untuk mengubah perilaku maladaptif (Fischer
& Gochros, 1975 dalam Malikha, 2013). Perilaku maladaptif adalah perilaku yang menimbulkan
akibat tidak menyenangkan bagi pelaku maupun lingkungannya, tidak sesuai dengan peranan dan
fungsi individu pelakunya, tidak sesuai dengan stimulus yang dimunculkan oleh lingkungannya.
5. Remaja
Menurut Desmita (2005) dalam Rahmadhiani (2012), remaja sebagai periode tertentu dalam
rentang kehidupan manusia. Istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal dari kata
adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah 12 hingga 21 tahun. Rentang
usia remaja dibedakan atas tiga yaitu masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan
(15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Remaja merupakan masa berkembangnya
identity atau pencarian identitas diri yang merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena
semua normatif sebelumnya telah memberikan kontribusi perkembangan identitas diri (Hurlock,
1998 dalam Rahmadhiani, 2012).
6. Teori Uses and Gratificaions
Effendy (2003) dalam Septianie (2013), mengatakan teori dan pendekatan ini tidak
mencangkup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi, karena sebagian besar perilaku
audience hanya dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan (pesan media).

Pendekatan uses and gratifications ditujukan untuk menggambarkan proses penerimaan dalam
komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau agregasi individu.
E. Metode Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelurahan Tamarunang, kecamatan Somba Opu, kabupaten
Gowa selama + 1 bulan.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskripsi kualitatif yang hanya memaparkan
situasi dan peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau
membuat prediksi. Dalam penelitian deskriptif, di titik beratkan pada wawancara dan observasi
yang mendalam. Penelitian kualitatif yaitu pelaksanaan penelitian yang terjadi secara alamiah,
apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan
pada deskripsi secara alami (Arikunto, 2006).
3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di kelurahan Tamarunang kabupaten Gowa
Sampel dalam penelitian ini adalah kalangan remaja berusia 12-15 tahun yang tinggal di BTN
Tamarunang I. Pemilihan sampel didasarkan pada pertimbangan tertentu, yaitu remaja yang
menyukai tayangan sinetron Ganteng-Ganteng Serigala agar memudahkan peneliti dalam
melakukan penelitian.
4. Sumber Data
a. Data primer, data yang diperoleh melalui informan dengan cara melakukan tanya jawab atau
wawancara secara langsung. Informan dalam wawancara adalah remaja berusia 12-15 hun
yang tinggal di BTN Tamarunang I.
b. Data sekunder, data yang diperoleh dari buku-buku yang ada relevansinya dengan judul
penelitian ini
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
b. Wawancara
c. Angket/kuesioner
d. Dokumentasi
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan pendekatan
kualitatif model interaktif sebagaimana ditunjukan dalam Miles dan Huberman (1992) dalam
Hasnawati (2013), yang terdiri dari tiga hal utama yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verivikasi sebagai sesuatu yang saling menjalin pada saat sebelum, selama
dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum
yang disebut analisis.
Daftar Pustaka
Boro, M.T. 2015. Efek Tayangan Ganteng-Ganteng Serigala Dalam Mempengaruhi Gaya Berbicara Di
Kota Samarinda. Jurnal Ilmu Komunikasi. Volume 3 Nomor 1.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Malikha. 2013. Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak
Usia Dini. Fakultas Ilmu Pendidikan: Universitas Negeri Semarang.
Rahmadhiani, D.A. 2012. Pengaruh Sinetron Terhadap Perubahan Perilaku Negatif Remaja Di Desa
Demangan Siman Ponorogo. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik: Universitas Muhammadiyah
Hasnawati. 2013. Dampak Menonton Tayangan Sinetron Putih Abu-Abu Terhadap Perilaku Anak Di
Kelurahan Sidodamai Samarinda. Jurnal Ilmu Komunikasi. Volume 1 Nomor 2.
Septianie, A.S. 2013. Pengaruh Menonton Tayangan Sinetron Love In Paris Terhadap Perilaku Remaja
Pada Siswa SMP Negeri 4 Samarinda. Jurnal Ilmu Komunikasi. Volume 1 Nomor 4

Kritik dan Saran


Kritik: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Maaf sebelumnya Prof, cara penyampaian materi
Bapak sudah baik dan mahasiswa menangkap dengan baik maksud dari materi tersebut, hanya saja
saya ingin mengkritik mengenai powerpoint yang Bapak tampilkan terlalu banyak animasi dengan
warna yang mencolok sehingga terkadang fokus mahasiswa teralihkan, selain itu dalam proses
pembelajaran mahasiswa sering merasa tegang dan takut saat Bapak melontarkan pertanyaan
secara tiba-tiba dan menunjuk mahasiswa tersebut sehingga mahasiswa menjadi kaget dan takut
bila jawaban yang diberikan akan salah.
Saran: Menurut saya tidak ada salahnya bila Bapak membuat suasana lebih santai dan tidak langsung
menunjuk mahasiswa yang bersangkutan saat melontarkan pertanyaan, mungkin Bapak bisa
terlebih dahulu melontarkan pertanyaan secara umum dan memberi kesempatan kepada siapapun
untuk menjawab. Untuk penyajian materi seperti powerpoint mungkin Bapak bisa mengurangi
animasi yang tidak terlalu berhubungan dengan materi dan pemilihan background dengan warna
yang lebih kalem. Terimakasih. Wassalam.

Anda mungkin juga menyukai