Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

INSOMNIA

MILKA ANISYA N.
1102010166

PEMBIMBING :
D R . M E T T A D E S V I N I P S , S P. K J

DEFINISI INSOMNIA
Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan
sebagai keluhan dalam hal kesulitan untuk
memulai atau mempertahankan tidur atau tidur
non-restoratif yang berlangsung setidaknya satu
bulan dan menyebabkan gangguan signifikan
atau gangguan dalam fungsi individu.
The International Classification of Diseases
mendefinisikan Insomnia sebagai kesulitan
memulai atau mempertahankan tidur yang terjadi
minimal 3 malam/minggu selama minimal satu
bulan.

EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, pada tahun 2010 terdapat 11,7%
penduduk mengalami insomnia.
Insomnia kebanyakkan terjadi pada usia dewasa
dan semakin meningkat frekuensinya seiring
bertambahnya usia
wanita > pria.

ETIOLOGI

Stress
Kecemasan dan depresi
Obat
Kafein, nikotin, alkohol
Kondisi medis
Perubahan lingkungan atau jadwal
Belajar insomnia

FAKTOR RISIKO
Wanita
Perubahan hormon selama menstruasi dan menopause
Usia > 60 tahun
Terjadi perubahan dalam pola tidur
Meliliki gangguan kesehatan mental
Depresi, kecemasan, bipolar, post traumatic stress disorder
Stress
Kematian , perceraian, menjadi miskin, pengangguran.
Jet lag dan perubahan jadwal kerja

KLASIFIKASI INSOMNIA
Insomnia primer
Insomnia yang memiliki penyebab yang jelas
seperti: pola tidur, kebiasaan sebelum tidur dan
lingkungan tempat tidur
Insomnia sekunder
Insomnia yang disebabkan oleh hal lain seperti
kondisi medis , masalah psikologis, masalah fisik,
dan obat-obatan.

FISIOLOGI TIDUR
Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang
terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM.
Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM
terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus
semalam.

Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur, dibagi
dalam empat stadium, antara lain:
Stadium 1 (gelombang teta)
5% dari keseluruhan tidur
Stadium 2
45% dari keseluruhan tidur
Gampang dibangunkan
Stadium 3 (gelombang delta)
12% dari keseluruhan tidur
Sukar dibangunkan
Stadium 4 (gelombang delta)
13% dari keseluruhan tidur
Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur.
Tidak dibagi-bagi dalam stadium seperti dalm tidur NREM.

GEJALA KLINIS

Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari


Sering terbangun pada malam hari
Bangun tidur terlalu awal
Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
Iritabilitas, depresi atau kecemasan
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
Ketegangan dan sakit kepala
Gejala gastrointestinal

KOMPLIKASI
Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah.
Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat.
Sehingga meningkatkan reaksi kecelakaan.
Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau
depresi
Kelebihan berat badan atau kegemukan
Daya tahan tubuh yang rendah
Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit
jangka panjang, contohnya tekanan darah yang
tinggi, sakit jantung, dan diabetes.

DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian
terhadap:
Pola tidur penderita.
Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat
terlarang.
Tingkatan stres psikis.
Riwayat medis.
Aktivitas fisik
Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara
individual.

KRITERIA DIAGNOSIS PPDGJ


Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:
Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau
kualitas tidur yang buruk.
Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan.
Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari.
Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial
dan pekerjaan.
Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak
menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan
adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan
yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada transient insomnia)
tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut
(F43.0) atau gangguan penyesuaian (F43.2)

TATALAKSANA
1. Psikoterapi
. Terapi Tingkah Laku
. Gaya hidup dan pengobatan di rumah
2. Psikofarmako
. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate,
Phenobarbital)
. Benzodiazepine (Nitrazepam 5-10 mg/hari,
Trizolam, dan Estazolam)

DOSIS
Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30
menit sebelum pergi tidur.
Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan
peningkatan dosis lebih perlahan-lahan, untuk
menghindari oversedation dan intoksikasi
Ada laporan yang menggunakan antidepresan
sedatif dosis kecil 2-3 kali seminggu (tidak setiap
hari) untuk mengatasi insomnia pada usia lanjut

KONTRAINDIKASI
Sleep apneu syndrome
Congestive Heart Failure
Chronic Respiratory Disease

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai