Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Berdsarkan tipe lambung yang dimiliki, hewan terbagi menjadi dua kelompok yaitu
hewan poligastrik dan monogastrik. Hewan poligastraik atau biasa disebut dengan ruminansia
adalah hewan yang memiliki empat kompartemen lambung yaitu rumen, reticulum, omasum dan
abomasum. Ruminansia juga merupakan golongan hewan yang memiliki kemampuan yang baik
dalam mencerna serat. Sedangkan monogastrik adalah hewan yang memiliki lambung tunggal
atau sederhana. Hewan monogastrik juga dapat dibedakan berdasarkan pakan utamanya yaitu
herbivora( pemakan tumbuhan), karnivora ( pemakan daging), omnivore ( pemakan segala).
Herbivora seperti kelinci adalah hewan yang memiliki kemampuan yang tidak sebaik
ruminan dalam mencerna serat karena tidak memiliki komponen lambung yang kompleks dan
memadai seperti ruminan. Proses pembusukkan atau fermentasi pada hewan herbivora seperti
kelinci dilakukan di dalam sekum.
Kelinci dewasa menyerap protein (sampai 90%) di usus halus mereka,namun
tergantung pada sumbernya. Protein dari alfalfa, sebagai contohnya tidak dapat
diserap atau dicerna oleh kelinci. Kelinci memiliki kemampuan yang kurang baik
dalam mencerna serat. Daya cerna yang lemah terhadap serat dan kecepatan
pencernanaan kelinci untuk menyingkirkan semua partikel yang sulit dicerna
menyebabkan kelinci membutuhkan jumlah makanan yang besar. Proses pencernaan
kelinci dimulai dari mulutnya , dimana makanan akan dikunyak sebanyak 300 kali
dan mencampurkannya dengan air liur.Ketika seekor kelinci makan, ia akan mengunyah
kira-kira 300 kali dan mencampurkannya dengan liurnya. Ketika makanan sudah terasa halus,
kelinci akan menelan makanan melewati kerongkongan dan makanan akan berpindah
ke lambung, disana kontraksi otot akan meremas dan memutar makanan,
memisahkan partikel-partikel dan mencampurkan m e r e k a d e n g a n c a i r a n
l a m b u n g . N a m u n f u n g s i u t a m a l a m b u n g s e n d i r i sebagai organ penyimpanan
dan sterilisasi sebelum makanan dipindah ke usus halus.Bagian penting dari pencernaan
baru akan dimulai di usus halus,dimana asam lambung dineutralisir dan enzim-enzim
dari hati dan pankreas dicampur dengan makanan. Enzim ini penting untuk mencerna dan
menyerapkarbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Kemudian 90% fruktosa,
protein,dan sari-sari makanan lain akan diserap, namun selulosa dan serat lain yang tidak dapat
dicerna dengan baik (termasuk kulit pohon yang sering digerogoti kelinci maupun serat yang ada
di pellet mereka) akan disingkirkan. Dalam cecum, bakteri akan mencerna selulosa,hamper
semua jenis gula, sari-sari makanan dan protein berlebihan yang tidak tecerna di usus halus.
Setiap 3 sampai 8 jam cecum akan berkontraksi dan memaksa material yang ada didalamnya
untuk kembali ke usus besar, dimana sisa-sisa tersebut akan di lapisi oleh lender, yang berpindah
ke anus. Sisa-sia ini akn menjadi kotoran yang berbentuk seperti anggur hitam kecil-kecil yang
disebut cecothropes atau cecal pills.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati proses absorbsi nutrien (glukosa) di usus halus
secara In Vitro. Selain itu, juga bertujuan untuk menghitung perubahan konsentrasi glukosa
sebelum dan sesudah diberi preparat usus, pada suhu yang berbeda.

Materi
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah preparat usus halus kelinci,
larutan glukosa dengan konsentrasi 0.1; 0.2; 0.3; 0.05 mg%, gelas beker, pinset, oven 45 oC,
spektrofotometer, kertas saring, corong dan larutan tyrode 37oC.
Metode
Metode percobaan kali ini dimulai dengan dibiusnya hewan (kelinci) dengan eter, lalu
dipotong, kemudian abdomen dibuka dengan alat diseksi, lalu preparir usus halusnya. Setelah itu,
potong usus halus dengan alat gunting sepanjang 2 cm. Lalu, buanglah isi usus halus dengan
larutan tyrode bersuhu 370 C dengan bantuan alat syring, segera usus dibalik dengan bantuan
pinset dan masukkan ke dalam beker gelas yang telah berisi larutan glukosa. Ulangi hal tersebut
dan masukkan ke dalam beker gelas yang memiliki konsentrasi berbeda.
Perlakuan sama dilakukan dengan perbedaan suhu (panaskan atau tidak), dan suhu
larutan pun harus dijaga pada posisi 370 C. Lalu, preparat didiamkan selama 30 menit untuk
kemudian diambil sampel cairan glukosanya. Setelah itu, sampel dianalisis konsentrasinya
dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm.

Anda mungkin juga menyukai