Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal menyebabkan cidera
yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit timbul jika patogen berbiak
dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Penyakit infeksi dapat
ditularkan baik langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini
merupakan penyakit menular atau contagius.
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponenkomponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.
Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi
ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan, dan tenaga kesehatan
lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur.
Dilakukan pula untuk mengurangi risiko penularan penyakit-penyakit
berbahaya yang hingga kini belum ditemukan dengan cara pengobatannya,
seperti misalnya HIV/AIDS.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang
muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk
rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam
menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien
masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72
jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun
luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula
memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita
sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen
(cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah
sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan pencegahan infeksi ?
2. Apa saja tindakan pencegahan ?
3. Bagaimana perlindungan infeksi dikalangan petugas ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Pencegahan Infeksi


Pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan lengkap yang
yang di berikan kepada klien untuk melindungi petugas kesehatan itu
sendiri.
Tujuan pencegahan infeksi :
a. Melindungi klien dan petugas pelayanan KB dari akibat tertularnya
penyakit infeksi
b. Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada pelayanan
krontrasepsi metode AKDR, suntik, susuk, dan krontrasepsi mantap.
c. Menurunkan resiko tranmisi penyakit menular, seperti Hepatitis B dan
HIV AIDS, baik bagi klien maupun bagi petugas fasilitas kesehatan.
2.2 Cara Penularan Mikroorganisme
Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh , baik pada manusia
maupun hewan, dapat melalui berbagai cara, di antaranya:
a. Kontak tubuh , penyebaran secara langsung melalui sentuhan dengan
kulit,sedang secara tidak langsung dapat melalui benda yang
terkontaminasi.
b. Makanan dan minuman, tersebar melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi seperti pada penyakit tifus abdominalis, penyakit infeksi
cacing dan lain-lain.
c. Serangga, contohnya penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium
pada nyamuk anopheles dan beberapa penyakit saluran pencernaan
yang dapat di tularkan oleh lalat.
d. Udara, proses penyebarab kuman melalui udara dapat di jumpai pada
penyebaran penyakit sistem pernafasan.

2.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi


a. Sumber penyakit, sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi
berjalan cepat dan lambat.
b. Kuman penyebab, dapat menentukan jumlah mikroorganisme,
kemampuan mikroorganisme, masuk ke dalam tubuh dan virulensianya.

c. Cara membebaskan sumber dari kuman , ini dapat menentukan apakah


proses infeksi cepat teratasi atau di perlambat seperti tingkat keasaman
(Ph), suhu, penyinaran (cahaya), dan lain-lain.
d. Cara penularan , dengan cara kontak langsung.
e. Cara masuknya kuman, proses penyebaran kuman berbeda bergantung
pada sifatnya.
f. Daya tahan tubuh, daya tahan tubuh yang baik dapat menyebabkan
memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan.
2.4 Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam
system pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber
pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung,
maupun sumber lain. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya infeksi nosokomial antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.

Kuman penyakit (jumlah dan jenis kuman, lama kontak dan virulensi)
Sumber infeksi
Perantara atau pembawa kuman,
Tempat masuk kuman pada hospes baru,
Daya tahan tubuh hospes baru,
f. Keadaan rumah sakit meliputi;
g. Prosedur kerja, alat, hygene, kebersihan, jumlah pasien dan konstruksi

rumah sakit,
h.
Pemakaian antibiotik yang irasional,
i. Pemakaian obat seperti imunosupresi, kortikosteroid, dan sitostatika,
tindakan invasif dan instrumentasi,
j. Berat penyakit yang diderita.
2.5 Tindakan Pencegahan Infeksi
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat di lakukan adalah
a. Aseptik yaitu tindakan yang di lakukan dalam pelayanan kesehatan.
b. Antiseptik yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan
tubuh lainnya.
c. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat
ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas
pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan.
d. Pencucian yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh,
atau setiap benda asing seperti debu dan kotoran .

e. Desinfeksi yaitu tindakan pada benda mati dengan menghilangkan


tindakan pada benda mati dengan menghilangkan sebagian besar (tidak
semua) mikroorganisme penyabab penyakit.
f. Sterilisasi yaitu tindakan untuk menghilangngkan semua
mikroorganisme (bakteri,jamur,parasit,dan virus) termasuk bakteri
endospora.
2.6 Perlindungan dari Infeksi Dikalangan Petugas
Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah
mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan
dengan lima standar penerapan yaitu :
a. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang.
b. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan
darah atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian
khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung
yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan
berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau
sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan
dan lain-lain.
c. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan
penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah
pasien.
d. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan
prinsip yang benar.
2.7 Pembersihan Kamar Operasi
Pemeliharan kamar operasi merupakan proses pembersihan ruang
berserta alat-alat standar yang ada dikamar operasi yang dilakukan teratur
sesuai jadwal tujuannya untuk mencegah infeksi silang dari atau kepada
pasien serta mempertahankan sterilitas.
2.8 Cara pembersihan kamar operasi
1. Cara pembersihan rutin atau harian
Pembersihan rutin yaitu pembersihan sebelum dan sesudah penggunaan
kamar operasi agar siap pakai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Semua permukaan peralatan yang terdapat didalam kamar operasi
harus dibersihkan dengan menggunakan desinfektan atau dapat juga
menggunakan air sabun.

b. Permukaan meja operasi dan matras harus diperiksa dan dibersihakan.


c. Ember tempat sampah harus dibersihkan setiap selesai dipakai
kemudian pasang plastic yang baru.
d. Semua peralatan yang digunakan untuk pembedahan dibersihkan.
e. Noda-noda yang ada pada dinding harus dibersihkan.
f. Lantai dibersihkan kemudian dipel dengan menggunakan cairan
desinfektan.
g. Lubang angin kaca jendela dan kosen harus dibersihkan
h. Alat tenun bekas pasien dikeluarkan dari kamar operasi jika alat tenun
tersebut bekas pasien infeksi maka penaganannya sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
i. Lampu operasi harus dibersihkan setiap hari pada waktu
membersihkan lampu harus dalam keadaan dingin.
j. Alas kaki ( sandal ) khusus kamar operasi harus dibersihkan setiap hari

2. Pembersihan mingguan
Dilakukan secara teratur setiap seminggu sekali.
a. Semua peralatan yanag ada dalam kamar bedah dekeluarkan dan
diletakkan di koridor atau didepan kamar bedah.
b. Peralatan kamar bedah harus dibersihkan atau dicuci dengan memakai
cairan desinfektan atau cairan sabun . perhatian harus ditunjukan pada
bagian peralatan yang dapat menjadi tempat berakumulasinya sisa
organis seperti bagian dari meja operasi dibawah matras.
c. Permukaan dinding dicuci dengan menggunakan air mengalir.
d. Lantai disemprot dengan menggunakan detergen kemudian permukaan
lante disikat setelah bersih dikeringkan.
e. Setelah lante bersih dan kering peralatan yang sudah dibersihkan dapat
dipindah kembali dan diatur dalam kamar operasi.
3. Pembersihan sewaktu
Pembersihan sewaktu dilakukan bil;a kamar operasi digunakan untuk
tindakan pembedahan pada kasus infeksi dengan ketentuan sbb:
a. Pembersihan kamar operasi secara menyeluruh meliputi dinding meja
operasi, meja instrument dan semua peralatan yang ada dikamar
operasi.

b. Intrumen dan alat bekas pake harus dipindahkan atau tidak boleh
campur dengan alat yang lain sebelum didesinfektan.
c. Pemakaian kamar operasi untuk pasien berikutnya di ijinkan setelah
pembersihan secara menyeluruh dan sterilisasi selesai.
2.9 Penanganan Limbah Kamar Operasi
1. Limbah cair dibuang ditempat kusus yang berisi larutan desinfektan yang
selanjutnya mengalir ke tempat pengelolaan limbah cair rumah sakit.
2. Limbah padat atau anggota tubuh ditempatkan dalam kantong atau tempat
tertutup yang selanjutnya dibakar atau di kubur dirumah sakit sesuai
ketentuan yanag berlaku atau diserahterimakan kepada keluarga pasien
bila memungkinkan.
3. Limba non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yang
tertutup serta tidak mudah bertebaran dan selanjutnya dibuang ketempat
pembuangan rumah sakit.
4. Limbah infeksi ditempatkan pada tempat yang tertutup dan tidak mudah
bocor serta diberi label warna merah untuk dimusnahkan .
2.10

Sterilisasi Alat
Sterilisasi atau suci hama yaitu suatu proses dimana membunuh segala
bentuk kehidupan mikroorganisme yang ada dalam sample atau contoh,
alat-alat atau lingkungan tertentu.
Dalam ilmu bedah, sterilisasi berarti memusnahkan semua
mikroorganisme beserta sporanya, sedangkan desinfeksi berarti
memusnahkn semua mikroorganisme yang tidak mempunyai spora,
misalnya kuman-kuman. Desinfeksi biasanya dilakukan pada pakaian,
alat-alat linen, tempat tidur, alat buang air kecil dan besar, dan sebagainya.
Metode sterilisasi pada dasarnya dapat ditempuh melalui tiga cara yaitu:
a.

Secara fisika

Yaitu dimana proses sterilisasi mengunakan hukum fisika yaitu dengan :


1.

Pemanasan kering

Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami


dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari
udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati.
a. Udara panas oven
Digunakan untuk sterilisasi alat gelas yang tidak berskala, alat
bedah, minyak lemak, parafin, petrolatum, serbuk stabil seperti
talk, kaolin, ZnO. Suhu sterilisasi yang digunakan adalah 170oC
selama 1 jam, 160oC selama 2 jam, 150oC selam 3 jam.

b. Pemijaran langsung
Digunakan untuk sterilisasi alat logam, bahan yang terbuat dari
porselen, tidak cocok untuk alat yang berlekuk karena
pemanasannya tidak rata.
c. Minyak dan penangas lain
Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti gunting bedah
sebagai lubrikan menjaga ketajaman alat, bahan kimia stabil dalam
ampul.
2.

Pemanasan basah
Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi
protein penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba.
a. Uap bertekanan (autoklaf)
Digunakan untuk sterilisasi alat gelas, larutan yang dimaksudkan
untuk diinjeksikan ke dalam tubuh, alat berskala, bahan karet.
Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi larutan suhu 121oC adalah
12 menit. Uap jenuh pada suhu 121oC mampu membunuh secara
cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2

menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri yang


tahan pemanasan.
b. Pemanasan dengan bakterisida
Digunakan untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang
tidak stabil dalam autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat
injeksi intravena dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intratekal,
atau intrasisternal.
c. Air mendidih
Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya
dilakukan dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk
vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya.

3.

Cara bukan panas


a. Sterilisasi dengan radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung
mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi.
Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk yang peka terhadap
panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni
gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar ) dan arus partikel kecil
(sinar dan ).
b. Secara kimia
a) Menggunakan bahan kimia
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia seperti alkohol 96%,
fenol 5%, selain itu juga Aceton tab formalin, sulfur dioxida
dan chlorin. Materi yang akan disuci hamakan dibersihkan
terlebih dahulu kemudian direndam dalam alkhohol aceton
atau tab formalin selama kurang lebih 24 jam.
b) Sterilisasi gas
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas
atau uap, seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida,

klorin oksida, beta propiolakton, metilbromida, kloropikrin.


Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti
bahan biologi, makanan, plastik, antibiotik.
c. Metode mekanik
a) Filtrasi
Digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil.
Penyaringan ini menggunakan filter bakteri. Metode ini tidak
dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh
pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya.

2.11

Pelaksanaan Sterilisasi Alat


1. Sterilisasi Terhadap Bahan Baku Karet ( Hand Schoen)
Hand schoen atau Sarung tangan dapat disterilkan dengan uap
formalin atau dengan otoklaf. Sebelum sarung tangan disterilkan,
terlebih dahulu harus dibersihkan dengan jalan mencuci dengan air
dan sabun. Bila hendak memakai uap formalin, sarung tangan yang
telah siap, dimasukkan kedalam tromol atau stoples, lalu dimasukkan
beebrapa tablet formalin. Sarung tangan baru suci hama (steril) setelah
terkena uap formalin paling sedikit 24 jam. Sebaiknya disediakan
beberapa buah stoples atau tromol agar selalu ada sarung tengan yang
steril. Sarung tangan dapat pula dimasukkan ke dalam otoklaf untuk
2.

disterilkan.
Sterilisasi Terhadap Bahan Baku Logam
Alat yang terbuat dari logam sebelum disteril dicuci terlebih
dahulu. Perbiasakan segera mencuci alat-alat begitu selesai
memakainya, agar kotoran yang melengket mudah dibersihkan.
Alat-alat logam seperti jarum suntik, pinset, gunting, jarum oprasi,
scapel blede maupun tabung reaksi mula-mula dibersihkan terlebih
dahulu kemudian dibungkus dengan kain gaas. Setelah itu
menggunakan metode pemanasan secara kering, agar suhu mencapai

160oC, jarak waktu mencapai 1-2 jam, kemudian didiamkan agar suhu
turun perlahan-lahan.
3.

Sterilisasi Terhadap Bahan Baku Kaca


Sterilisasi bahan baku kaca sama dengan sterilisasi logam yaitu
dengan menggunakan pemanasan kering, selain itu bahan baku kaca
juga sering disterilisasi dengan menggunakan metode radiasi karena
bahan baku kaca banyak menyerap bahan kaca sehingga sterilisasi
dengan radiasi sangat efektive, pelaksanaanya yaitu alat bahan baku
kaca dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang melekat kemudian
keringkan dengan udara setelah kering alat bahan baku kaca
dimasukan ketempat elektronik yaitu dengan katoda panas (emisi
termis) yang mengeluarkan sinar ultraviolet kemudian sinari kaca
tersebut dengan sinar ultraviolet dengan kekuatan kurang lebih 2500
s/d 2600 angstrom sehingga spora dan bakteri yang melekat pada alat
tersebut dapat terbakar.

4.

Sterilisasi Terhadap Bahan Baku Kain Atau Media Kultur

( Kain

Doek)
Media kultur yang akan disteril, terlebih dahulu dibersihkan dari
kotoran, kemudian kain resebut dibungkus dengan kertas agar setelah
steril dan dikeluarkan dari alat sterilisator tidak terkontaminasi dengan
kuman maupun bakteri lagi. Demikian pula kain doek tersebut
dibersihkan terlebih dahulu, setelah dibersihkan bungkus dengan
plastik terlebih dahulu sebelum sterilisasi, metode sterilisasi yang
akan dilakukan menggunakan metode pemanasan dengan uap air dan
juga dipengaruhi dengan tekanan (autoclave). Metode sterilisasi denga
menggunakan autoclave ini yaitu dengan adanya pertukaran anatara
oksigen dan carbon dioxida.
5.

Sterilisasi Terhadap Bahan Baku Plastik


Bahan baku plastik misalnya mayo apabila disterilkan sebaiknya
jangan menggunakan metode pemanasan, oleh karna itu maka akan
merubah bentuk dari plastik tersebut. Untuk mensucikan alat dari

bahan baku plastik sebaiknya mula-mula bersihkan terlebih dahulu


dengan menggunakan detergen, kemudian keringkan, setelah itu
rendam dalam larutan alkohol setelah itu cuci denga aquades lalu
rendam dalam larutan antiseptik.

2.12

PERAWATAN ALAT-ALAT
1. Perawatan Alat Dari Bahan Baku Logam Yang Sudah Disterilkan
Alat-alat yang terbuat dari logam misalnya besi, tembaga maupun
alumunium sering terjadi karatan. Untuk menghindari terjadinya hal
demikian maka alat-alat tersebut harus disimpan pada tempat yang
mempunyai temperatur tinggi (sekitar 37oC) dan lingkungan yang
kering kalau perlu memakai bahan silikon sebagai penyerap uap air,
sebelum alat tersebut disimpan maka alat tersebut harus bebas dari
kotoran debu maupun air yang melekat, kemudian olesi dengan olie
atau parafin.
2.

Perawatan Alat Dari Bahan Baku Kaca Setelah Disteril


Bahan baku kaca banyak dipakai dalam laboratorium medis. Ada
beberapa keuntungan dan kelemahan dari bahan baku kaca tersebut.
Keuntungan:
Bahan baku kaca tahan terhadap reaksi kimia, terutama bahan gelas
pyrex, tahan terhadap perubahan temperatur yang mendadak,
koefisien muai yang kecil dan tembus cahaya yang besar.
Kelemahan:
Mudah pecah terhadap tekanan mekanik, dan mudah tumbuh jamur
sehingga menggagu daya tembus sinar, kadang-kadang dengan
menggunakan kain katun untuk membersihkan saja timbul goresan.
Dengan memeperhatikan keuntungan dan kelemahan dari bahan gelas,
maka dalam segi perawatan maupun memperlakukan alat-alat gelas
harus memperhatikan:

a. Penyimpanan pada ruangan yang suhunya berkisar 27oC-37oC dan beri


tambahan lampu 25 watt
b. Ruangan tempat penyimpana diberi bahan silikon sebagai zat higroskopis.
c. Gunakan alkohol, aceton, kapas, sikat halus dan pompa angin untuk
membersihakan debu dari permukaan kaca. Usahakan pada waktu
membersihkan lensa jangan sampai merusak lapisan lensa.
d. Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknaya ditempatkan diatas
kawat kasa, atau boleh melakukan pemanasan asal bahan baku dari pyrex.
e. Gelas yang direbus hendaknya jangan dimasukkan langsung kedalam air
yang sedang mendidih melainkan gelas dimasukkan ke dalam air dingin
kemudian dipanaskan secara perlahan-lahan. Sebaiknya untuk pendinginan
mendadak tidak diperkenankan.
f. Membersihkan kotoran dari kaca sebaiknya segera setelah dipakai dapat
menggunakan:
1. Air bersih
2. Detergen: menghilangkan efek lemak dan tidak membawa efek lemak
3. Larutan :
a. kalium dichromat : 10 gram
b. Asam belerang
: 25 ml.
c. Aquades
: 75 ml.
3. PERAWATAN ALAT DARI BAHAN BAKU KARET
Sarung tangan dari karet mudah meleleh atau lengket apabila
disimpan terlalu lama. Untuk menghindari kerusakan dari bahan baku
karet, sebelum melakukan penyimpanan mula-mula bersihkan kotoran
darah atau cairan obat dengan cara mencuci dengan sabun kemudian
dikeringkan dengan menjemur dibawa sinar matahariatau hembusan
udara hangat. Setelah itu taburi tal pada seluruh permukaan karet.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme
yang mampu menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal
menyebabkan cidera yang serius terhadap sel atau jaringan.
Faktor- faktor yang menyebabkan perkembangan infeksi
nosokomial tergantung dari agen yang menginfeksi, respon dan toleransi
tubuh, faktor lingkungan, resistensi antibiotika, dan faktor alat.
3.2 Saran
a. Sterilkan alat dengan benar sesuai dengan prosedur.
b. Jagalah alat dari kontaminasi lingkungan sekitar.
c. Tangani dengan benar limbah rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep,Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa :
RenataKomalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep,Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih,
dkk.Jakarta : EGC.2005
Linda Tietjen, dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Abdul Bari Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai