Disusun oleh:
Kelompok L2
135040101111051
135040101111018
3. Inggit Pertiwi
135040101111028
4. Arintya Marsheila
135040101111031
135040101111074
135040101111154
135040101111160
135040101111166
9. Nurlaila
135040101111240
135040101111248
135040101111284
135040101111294
135040101111296
135040107111013
135040107111022
135040107111028
135040107111033
135040107111042
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar
daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat
bagi makhluk hidup lain untuk melangsungkan kehidupannya. Tanah memiliki
sifat yang mudah dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan. Baik faktor biotik
maupun abiotik.
Setiap daerah dan lokasi memiliki jenis tanah yang berbeda-beda dimana
jenis tanah tersebut sangat menjadi faktor penting dalam bidang pertanian.
Dengan adanya perbedaan jenis tanah, maka berbeda pula kesesuaian dan
kemampuan lahannya, sehingga pengolahannya pun juga berbeda. Untuk
mengetahui jenis tanah pada suatu daerah, maka perlu dilakukannya survey tanah
dan evaluasi lahan.
Survei tanah dan evaluasi lahan merupakan pekerjaan yang kompleks
karena mencakup berbagai aspek, mulai dari aspek fisik, aspek ekonomi, aspek
sosial hingga aspek politik. Survei tanah digunakan untuk mementukan jenis dan
karakteristik tanah dalam suatu wilayah dimana dengan mengetahui jenis dan
krakteristik tanah maka dapat diketahui juga pengelolaan dari suatu lahan.
Sedangkan evaluasi lahan diperlukan untuk menyusun rencana tataguna lahan
disuatu wilayah dengan tepat dimana hal ini sangat bermanfaat untuk
pengembangan wilayah serta untuk melestarikan sumber daya alam dan
lingkungan.
Telah disebutkan bahwa penetapan macam penggunaan lahan yang sesuai,
harus mempertimbangkan ketiga aspek yakni fisik, ekonomi sosial dan politik
dengan bobot yang seimbang. Untuk mengetahui kondisi aspek-aspek tersebut
dalam suatu daerah, dalam rangka mencari tahu kemampuan serta kesesuaian
lahan, maka diperlukan adanya survei tanah dan evaluasi lahan.
1.2
Tujuan
Pembuatan laporan ini ditujukan untuk mengetahui semua
Manfaat
Manfaat dari disusunnya laporan ini adalah sebagai referensi dalam
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1 Tempat dan Waktu
a. Tempat: Terdapat 4 lokasi titik pengamatan, yaitu 1 titik profil dan 3 titik
minipit. Pengamatan ke-empat titik tersebut dilaksanakan di Dukuh Rekesan,
Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Malang, Jawa Timur.
b. Waktu:
-
Fungsi
untuk mencangkul (menggali) tanah
Digunakan untuk membuat profil tanah
digunakan untuk mengebor tanah pada titik minipit
Fungsi
Untuk membuat batas horizon tanah dan konsistensi
tanah
Untuk menentukan batas ketebalan horizon
Untuk mengukur kedalaman profil atau minipit dan
mengukur ketebalan horizon
Untuk menentukan warna tanah
Wadah air yang digunakan untuk menentukan
tekstur dan konsistensi tanah
Wadah sampel tanah yang diambil
Untuk mencatat data hasil survey
Untuk mencatat data hasil survey
Untuk mendokumentasikan kegiatan survey
Fungsi
Kompas
pengamatan
GPS
Untuk menentukan titik pengamatan
Klinometer
Untuk menentukan besar kelerengan tempat survey
d. Referensi lapangan
Nama Alat
Buku panduan
deskripsi lapang
Buku Keys to Soil
Taxonomy
Bahan
Nama Bahan
Tanah
Air
Fungsi
Sebagai panduan untuk mengumpulkan data survey
Sebagai pedoman untuk menentukan klasifikasi
tanah
Fungsi
Sebagai objek pengamatan
Untuk menentukan tekstur, struktur dan konsistensi
tanah
Menentukan Epipedon
Menentukan Endopedon
Hambatan atau ancaman kerusakan pada lahan kelas II adalah salah satu
atau kombinasi dari faktor berikut: (1) lereng yang landai atau berombak (>3 %
8 %), (2) kepekaan erosi atau tingkat erosi sedang, (3) kedalaman efetif sedang (4)
struktur tanah dan daya olah kurang baik, (5) salinitas sedikit sampai sedang atau
terdapat garam Natrium yang mudah dihilangkan akan tetapi besar kemungkinabn
timbul kembali, (6) kadang-kadang terkena banjir yang merusak, (7) kelebihan air
dapat diperbaiki dengan drainase, akan tetapi tetap ada sebagai pembatas yang
sedang tingkatannya, atau (8) keadaan iklim agak kurang sesuai bagi tanaman atau
pengelolannya.
c. Kelas Kemampuan III
Tanah-tanah dalam kelas III mempunyai hambatan yang berat yang
mengurangi pilihan pengunaan atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau
keduanya. Tanah-tanah dalam lahan kelas III mempunyai pembatas yang lebih
berat dari tanah-tanah kelas II dan jika digunakan bagi tanaman yang memerlukan
pengolahan tanah, tindakan konservasi yang diperlukan biasanya lebih sulit
diterapkan dan dipelihara. Lahan kelas III dapat digunakan untuk tanaman
semusim dan tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tanaman rumput,
padang rumput, hutan produksi, hutan lindung dan suaka marga satwa.
Hambatan yang terdapat pada tanah dalam lahan kelas III membatasi lama
penggunaannya bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan tanaman atau
kombinasi pembatas-pembatas tersebut. Hambatan atau ancaman kerusakan
mungkin disebabkan oleh salah satu atau beberapa hal berikut: (1) lereng yang
agak miring atau bergelombang (>8 15%), (2) kepekaan erosi agak tinggi
sampai tinggi atau telah mengalami erosi sedang, (3) selama satu bulan setiap
tahun dilanda banjir selama waktu lebih dari 24 jam, (4) lapisan bawah tanah yang
permeabilitasnya agak cepat, (5) kedalamannya dangkal terhadap batuan, lapisan
padas keras (hardpan), lapisan padas rapuh (fragipan) atau lapisan liat padat
(claypan) yang membatasi perakaran dan kapasitas simpanan air, (6) terlalu basah
atau masih terus jenuh air setelah didrainase, (7) kapasitas menahan air rendah,
(8) salinitas atau kandungan natrium sedang, (9) kerikil dan batuan di permukaan
sedang, atau (1) hambatan iklim yang agak besar.
d. Kelas kemampuan IV
tanah-tanah datar yang berada di bawah iklim yang tidak memungknlah produksi
tanaman secara normal, (3) tanah datar atau hampir datar yang > 90%
permukaannya tertutup batuan atau kerikil, dan atau (4) tanah-tanah yang
tergenang yang tidak layak didrainase untuk tanaman semusim, tetapi dapat
ditumbuhi rumput atau pohon-pohonan.
f. Kelas Kemampuan VI
Tanah-tanah dalam lahan kelas VI mempunyai hambatan yang berat yang
menyebabkan tanah-tanah ini tidak sesuai untuk pengunaan pertanian.
Penggunaannya terbatas untuk tanaman rumput atau padang penggembalaan,
hutan produksi, hutan lindung, atau cagar alam. Tanah-tanah dalam lahan kelas VI
mempunyai pembatas atau ancaman kerusakan yang tidak dapat dihilangkan,
berupa salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut: (1) terletak pada lereng
agak curam (>30% 45%), (2) telah tererosi berat, (3) kedalaman tanah sangat
dangkal, (4) mengandung garam laut atau Natrium (berpengaruh hebat), (5)
daerah perakaran sangat dangkal, atau (6) iklim yang tidak sesuai.
Tanah-tanah kelas VI yang terletak pada lereng agak curam jika digunakan untuk
penggembalaan dan hutan produksi harus
Lahan kelas VIII tidak sesuai untuk budidaya pertanian, tetapi lebih sesuai
untuk dibiarkan dalam keadaan alami. Lahan kelas VIII bermanfaat sebagai hutan
lindung, tempat rekreasi atau cagar alam. Pembatas atau ancaman kerusakan pada
lahan kelas VIII dapat berupa: (1) terletak pada lereng yuang sangat curam
(>65%), atau (2) berbatu atau kerikil (lebih dari 90% volume tanah terdiri dari
batu atau kerikil atau lebih dari 90% permukaan lahan tertutup batuan), dan (3)
kapasitas menahan air sangat rendah. Contoh lahan kelas VIII adalah puncak
gunung, tanah mati, batu terungkap, dan pantai pasir.
lahan
Tanaman semusim atau
II
padi beririgasi
Sv
Sv
Vsv
VIII
Sv
Sv
Sv
Rumput)
Hutan Produksi
N
N
N
N
S
M
Hutan Lindung
N
N
N
N
N
N
Keterangan Tingkat pembatas (Kesesuaian secara umum):
Sv
N
E
N
(berteras)
Tanaman semusim
(tanpa teras)
Lahan padangan
(rerumputan)
Agroforestri**
(Tanaman tahunan +
Tanaman semusim)
Agroforestri***
(Tanaman tahunan +
= Ringan (Sesuai)
Sv
= Berat (Kurang
Sesuai)
Pada proses
matching
hukum
BAB III
KONDISI UMUM WILAYAH
3.1 Lokasi, Administrasi Wilayah
1125 mdpl . Titik 2 ini memiliki lereng tunggal dengan relief makro
dan lereng mikro teras dan kemiringan 16 % kearah tenggara. Aliran Permukaan
cepat karena kemiringan yang tergolong miring. Drainase cepat, permeabilitas
agak lambat, genangan air tanpa, erosi permukaan dan bahaya erosi cukup.
Penggunaan lahan ini tergolong pada penggunaan lahan tahunan spesifik apel.
Pengamatan terakhir pada titik ke 4 yaitu titik minipit 3 yang berada pada
koordinat 0669725
1107 mdpl . Pada minipit 3 memiliki lereng majemuk dengan relief makro
berbukit dan relief mikro teras, serta kemiringan yang 18 % kearah selatan.
Aliran Permukaan cepat karena kemiringan yang tergolong miring. Drainase
cepat, permeabilitas agak lambat, genangan air tanpa. Pengolahan air secara
drainase, erosi permukaan dan bahaya erosi cukup karena tidak adanya tanaman
penahan yang menahan erosi. Penggunaan lahan ini tergolong pada penggunaan
lahan kebun dengan tanaman tahunan spesifik apel.
dimana keuntungan adalah sistem bagi hasil antara petani dan pemilik lahan
usaha. Kondisi ekonomi di desa tersebut terdapat pada sektor pertanian saja dan
pada sektor peternakan. tidak menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat
desa Bulukerto dalam menghidupi kebutuhan keluarga mereka. Hal tersebut
dikarenakan sebagian besar dari mereka bermata pencaharian sebagai petani buah
apel (mayoritas) dan juga petani tomat dan wortel. Nama petani yang kita survei
adalah bapak Prayek,beliau menanam komoditas tomat dan wortel sebagai usaha
taninya, dan menanam komoditas wortel dengan varietas lokal (buat sendiri).
Mayoritas penduduk desa Bulukerto lebih memilih sektor pertanian khususnya
petani apel dan wortel sebagai usaha utama hal ini dikarenakan usaha tani apel
dan wortel mempunyai tingkat perputaran modal yang cepat, keuntungan besar,
dan perawatan mudah.
Sedangkan kondisi sosial di desa Bulukerto juga memiliki kelembagaan
desa yang dimana mengatur kesejahteraan petani seperti koperasi sewa pinjam,
untuk petani yang gagal panen sehingga dapat meminjam dana untuk penanaman
kembali dan mengembalikan uang pinjaman pada waktu panen.
3.6.2 Titik 2
Titik 2 adalah titik pengamatan minipit 1 lokasi pengambilan sampel titik
2 dilakukan di desa Bulukerto, tipe penggunaan lahan pada titik ini adalah tegalan
dengan tanaman komoditas Brokoli Hijau. Kondisi ekonomi dan sosial di desa
tersebut cuma pada sektor pertanian. Sektor peternakan tidak menjadi sumber
pendapatan bagi masyarakat desa Bulukerto dalam menghidupi kebutuhan
keluarga mereka. Nama petani adalah Bapak Rifai, pemilikan lahan pada
pengamatan di titik 3 adalah sewa lahan, Beliau telah berusaha tani Brokoli hijau
selama 4 Tahun. Varietas yang ditanam adalah brokoli sakat dengan harga bibit
Rp.140.000/1000 biji dengan penanaman pada musim penghujan.Pada musim
panen brokoli hijau langsung dijual ke para tengkulak sehingga tidak langsung
dikirim ke pasar.
3.6.3 Titik 3
Titik 3 adalah titik pengamatan minipit 2 lokasi pengambilan sampel titik
3 dilakukan di desa Bulukerto, Kondisi ekonomi dan sosial di desa tersebut
terdapat pada sektor pertanian saja dan pada sektor peternakan tidak menjadi
K
O
D
E
NAM
KEL
KEDA
WA
AS
SRU
KONSI
HOR
LAMA
RN
TEK
KTU
STENS
IZO
STU
Ap
PERA
PORI
KARA
N
PROFIL
BAB IV
027/43
10
YR
5/2
Pasir
berle
mpun
L: Lepas
Butir
B: tidak
lekat
H:
Jumlah:
banya
sedikit
Ukuran:
S:
Ha
sedan
g
K:
L:
biasa
H:
Jumlah:
berpa
sangat
biasa
sedikit
sir
gembur
S:
Ukuran:
27/43 -
7,5
Liat
71/84
YR
2,5/
Butir
sedan
B: agak
lekat
K:
banya
k
H:
71/84 116
banya
7,5
YR
AB
2,5/
2
Liat
berde
bu
Gum
L:
pal
gembur
S:
mem
B: agak
sedan
bulat
lekat
g
K:
biasa
H:
Bw1
116-150
7,5
Gum
YR
pal
2,5/
Liat
mem
bulat
L:
banya
Teguh
B:
S:
Sangat
biasa
lekat
K:
biasa
H:
sedan
Bw2
150-200
10
Liat
YR
berde
3/6
bu
Gum
L:
pal
gembur
S:
bersu
B: agak
sedan
lekat
dut
K:
biasa
Ha
K
OD
E
NAM
A
HORI
ZON
Ap
KEDA
LAMA
N
KELA
WA
SRUK
KONSIS
POR
PERAK
RNA
TEKS
TUR
TENSI
ARAN
TUR
0 - 22
5 YR
cm
2,5/2
Lempu
ng liat
Butir
berpasir
H:
Jumlah:
L:
sedan
biasa
gembur
Ukuran:
B: agak
S:
Ha
lekat,
biasa
agak
K:
plastis
banya
MINIPIT 1
L: sangat
Bw1
22 - 31
cm
2,5Y
R
3/3
Liat
berpasir
gembur
Butir
B: lekat
agak
plastis
Bw2
31 - 50
cm
7,5Y
Lempu
ng
3/2
Berliat
k
H:
Jumlah:
sedan
sedang
Ukuran:
S:
Ha
biasa
K:
banya
k
H:
Jumlah:
L: sangat
banya
sedang
teguh
Ukurang:
B: agak
S:
Ka
bersud
lekat,
biasa
ut
agak
K:
plastis
sedan
Gumpa
l
NAM
KO
DE
HORI
ZON
LAMA
N
KELA
WA
SRUK
KONSIS
POR
PERAK
RNA
TEKS
TUR
TENSI
ARAN
TUR
0 - 16
7,5Y
cm
R 4/4
Pasir
berlemp
L: lepas
Remah
ung
B: tidak
lekat
MINIPIT 2
Ap
KEDA
H:
Jumlah:
sedik
banyak
it
Ukuran:
S:
Ha
biasa
K:
bany
Bw
16 - 50
7,5Y
cm
R 5/2
Lempu
ng
berliat
Gumpa
l
Bersud
ut
ak
H:
Jumlah:
L: sangat
bany
biasa
gembur
ak
Ukuran:
B: agak
S:
Ha
lekat,
biasa
plastis
K:
biasa
KO NAMA
KEDA
WA
KELA
SRUK
KONSIS
POR
PERAK
DE
HORI
LAMA
RNA
TUR
TENSI
ARAN
ZON
TEKS
TUR
MINIPIT 3
Ap
0-
10
Lempu
14/18
YR
ng
cm
4/2
berpasir
H:
Jumlah:
L: sangat
seda
sedang
Gumpa
gembur
ng
Ukuran:
B: agak
S:
Ha
membu
lekat,
biasa
lat
agak
K:
plastis
bany
ak
H:
14 -
10Y
26/30
Bw1
Pasir
R 3/2
cm
L: lepas
berlemp
Remah
ung
B: tidak
lekat
biasa
S:
biasa
K:
biasa
H:
26 - 50
Bw2
cm
10
Pasir
L: lepas
YR
berlemp
2/2
ung
Remah
B: tidak
lekat
biasa
S:
biasa
K:
biasa
4.2
NAM
KEDA
WA
KELA
SRU
KONSIS
POR
EPIPE
LAMA
RN
KTU
TENSI
DON
HOR
TEKS
IZO
TUR
DAN
ENDO
PEDO
N
H:
bany
Ap
027/43
10
Pasir
YR
berlem
5/2
pung
L: Lepas
Butir
B: tidak
lekat
ak
S:
seda
ng
K:
Klasifikasi Tanah
biasa
H:
biasa
7,5
A
27/43 -
YR
71/84
2,5/
3
Liat
berpasi
Butir
L: sangat
S:
gembur
seda
B: agak
ng
lekat
K:
ak
H:
PROFIL
bany
Okrik
bany
7,5
AB
71/84
YR
116
2,5/
2
Liat
berdeb
u
Gum
L:
ak
pal
gembur
S:
mem
B: agak
seda
bulat
lekat
ng
K:
biasa
H:
Bw1
116-150
7,5
Gum
YR
pal
2,5/
Liat
Bw2
150-200
mem
bulat
10
Liat
YR
berdeb
3/6
bany
L: Teguh
ak
B: Sangat
S:
lekat
biasa
K:
L:
biasa
H:
pal
gembur
seda
bersu
B: agak
ng
lekat
S:
Gum
dut
Kambik
seda
ng
K:
biasa
K
O
DE
EPIPE
NAM
A
KEDAL
WA
HORI
AMAN
RNA
ZON
KELAS
TEKST
UR
SRUK
KONSIS
POR
TUR
TENSI
DON
DAN
ENDOP
EDON
H:
Ap
0 - 22
5 YR
cm
2,5/2
Lempung
liat
Butir
berpasir
L:
sedan
gembur
B: agak
S:
lekat,
biasa
agak
K:
plastis
banya
MOLIK
MINIPIT 1
k
H:
Bw1
22 - 31
2,5Y
Liat
cm
R 3/3
berpasir
Butir
L:
sedan
sangatge
mbur
S:
B: lekat
biasa
agak
K:
plastis
banya
k
H:
Gumpa
Bw2
L: sangat
banya
teguh
B: agak
S:
31 - 50
7,5Y
Lempung
cm
R 3/2
Berliat
bersud
lekat,
biasa
ut
agak
K:
plastis
sedan
g
KAMBI
K
K
O
DE
NAM
A
HORI
ZON
KEDA
WA
LAMA
RN
EPIPE
KELA
S
SRUKT
KONSIS
POR
TEKS
UR
TENSI
TUR
DON
DAN
ENDOP
EDON
H:
sediki
0 - 16cm
Pasir
berlemp
4/4
ung
L: lepas
Remah
B: tidak
lekat
MINIPIT 2
Ap
7,5Y
t
S:
biasa
OKRIK
K:
banya
k
H:
Bw
16-50cm
7,5Y
Lempu
ng
5/2
berliat
Gumpal
Bersudut
L: sangat
banya
gembur
B: agak
S:
lekat,
biasa
plastis
K:
biasa
KAMBI
K
K:
4.2.2 Ordo-SubGroup
biasa
KE
EPIP
LA
EDO
KED
ALA
TE
MAN
KS
TU
NA
MA
HO
RI
ZO
N
SR
UK
TU
R
KON
SIST
ENSI
PO
RI
N
DAN
END
OPE
DON
S
U
GR
EA
SUB
OR
DO
GR
GR
OU
OUP
H:
10
Ap
027/43
Y
R
5/
2
ban
Pas
ir
berl
But
em
ir
pun
g
27/43
71/84
2,
5/
PROFIL
AB
71/84
- 116
R
2,
5/
S:
B:
sed
tidak
ang
lekat
K:
sanga
Liat
ber
But
pasi
ir
gemb
ur
B:
agak
lekat
7,
Y
Lepas
L:
yak
bia
7,
5
L:
Gu
L:
Liat
mp
gemb
ber
al
ur
deb
me
B:
mb
agak
ulat
lekat
sa
H:
bia
sa
S:
sed
ang
K:
yak
H:
ban
Gu
5
Bw
116-
150
mp
Y
R
2,
5/
1
Liat
al
me
mb
ulat
Okri
ept
isol
s
yak
S:
st
sed
ang
K:
bia
sa
H:
7,
Inc
ban
L:
ban
Tegu
yak
S:
B:
bia
Sanga sa
t
K:
lekat
bia
sa
Torri
Ha
fluv
plu
entic
ste
Hapl
ps
uste
ps
H:
10
Bw
150-
200
Y
R
3/
6
Gu
L:
Liat
mp
gemb
ber
al
ur
deb
ber
B:
sud
agak
ut
lekat
sed
ang
S:
sed
ang
K:
bia
sa
Kam
bik
KE
EPIP
LA
EDO
KED
ALA
TE
MAN
KS
TU
NA
K
MA
HO
RI
ZO
N
SR
UK
TU
R
KON
SIST
ENSI
PO
RI
N
DAN
END
OR
DO
B
O
R
OPE
DON
GR
EA
T
GR
OU
P
SU
B
GR
OU
P
H:
Ap
0 - 22
cm
Le
L:
sed
mp
gemb
ang
ung
ur B:
S:
liat
agak
bia
2,5
ber
lekat,
sa
/2
pasi
agak
K:
plastis
ban
But
ir
L:
MINIPIT 1
sangat
2,5
Liat
gemb
Bw
22 -
ber
Buti
ur
31 cm
pasi
B:
3/3
lekat
agak
plastis
L:
7,5
Bw
31 -
50 cm
R
3/2
Le
Gu
mp
mpa
ung
Berl
bers
iat
udut
sangat
teguh
B:
agak
lekat,
agak
plastis
MOL
IK
yak
H:
sed
ang
S:
bia
sa
K:
ban
yak
H:
ban
yak
S:
bia
sa
K:
sed
ang
KAM
BIK
Inc
epti
sols
U
st
ep
ts
Enti
Hap
lust
Hap
olls
lust
olls
K
O
D
E
NA
KE
EPIP
LA
EDO
MA
KED
HO
ALA
TE
RIZ
MAN
KS
TU
ON
SR
UK
TU
R
KON
SIST
ENSI
PO
RI
MINIPIT 3
0Ap
14/18
cm
Bw
1
1426/30
cm
Le
Gu
10
mp
mpa
ung
ber
me
4/2
pasi
mbu
lat
10
Y
R
3/2
Pasi
r
berl
emp
Re
mah
ung
N
DAN
END
sed
gemb
ang
ur
S:
B:
bia
agak
sa
lekat,
K:
agak
ban
plastis
yak
H:
KAM
bia
BIK
S:
B:
bia
tidak
sa
lekat
K:
bia
Bw
26-
10
Pasi
Re
L:
sa
H:
50cm
mah
lepas
bia
berl
B:
sa
2/2
emp
tidak
S:
ung
lekat
bia
sa
K:
bia
DON
sangat
lepas
O
D
H:
sa
DO
OPE
L:
L:
OR
U
st
OKRI
p
s
Inc
epti
sols
GR
EA
T
GR
OU
P
Ha
plu
step
s
SU
B
GR
OU
P
Udi
c
Hap
lust
eps
sa
2
3
4
5
6
7
8
Faktor Pembatas
Tekstur
Data
Kode
Kelas
-Atas
Pasir berlempung
T5
VIII
-Bawah
Lereng (%)
Drainase
Permeabilitas
Kedalam tanah
Liat berpasir
15%
Cepat
Cepat
>90 cm
T2
L2
D1
P5
K0
I
III
I
VIII
I
E1
II
O0
I
VIII
Permeabilitas dan
(cm)
Tingkat erosi
ringan
batu/kerikil (%)
Bahaya banjir
Tidak pernah
KELAS PEMBATAS
FAKTOR PEMBATAS
Tekstur
VIIIs
KKL
Titik 2 (Minipit1) Vegetasi Brokoli
Tabel . Kelas Kemampuan Lahan Titik 2
No.
1
2
3
4
5
FaktorPembatas
Tekstur
Data
Kode
Kelas
-Atas
Liat berpasir
T2
-Bawah
Lempung
T2
Lereng (%)
Drainase
Permeabilitas
Kedalamtanah
Berliat
15%
Cepat
Cepat
>90 cm
L2
D2
P5
Ko
III
I
VIII
I
E1
II
O0
I
VIII
Permeabilitas
VIIIs
(cm)
6
Tingkat erosi
Ringan
7
batu/kerikil (%)
8
Bahayabanjir
Tanpa
KELAS PEMBATAS
FAKTOR PEMBATAS
KKL
Titik 3 (Minipit2) Vegetasi Apel
No.
1
FaktorPembatas
Tekstur
Data
Kode
Kelas
-Atas
Lempung berliat
T2
2
3
4
5
-Bawah
Lereng (%)
Drainase
Permeabilitas
Kedalam tanah
Liat Berdebu
16%
Cepat
Agak lambat
>90cm
T1
L3
D1
P2
Ko
I
IV
I
IV
I
6
7
8
(cm)
Tingkat erosi
batu/kerikil (%)
Bahayabanjir
Sedang
Tanpa
E2
O0
III
I
KELAS PEMBATAS
IV
Permeabilitas
FAKTOR PEMBATAS
dan
KKL
Kelerengan
IVsg
FaktorPembatas
Tekstur
Data
Kode
Kelas
-Atas
Pasir
T5
VIII
-Bawah
berlempung Liat
T1
Lereng (%)
Berdebu
18%
L3
IV
Drainase
Cepat
D1
Permeabilitas
Agak lambat
P2
IV
Kedalam tanah
>90cm
Ko
Sedang
E2
III
(cm)
6
Tingkat erosi
batu/kerikil (%)
Bahayabanjir
Tanpa
O0
KELAS PEMBATAS
FAKTOR PEMBATAS
KKL
VIII
Tekstur
VIIIs
Data hasil dari titik pengamatan 1 (Profil) diperoleh beberapa data lahan
yang meliputi tekstur atas (kelas VIII), tekstur bawah (kelas I), kelerengan (kelas
III), drainase (kelas I), permeabilitas (kelas VIII), kedalaman tanah (kelas I),
tingkat erosi (kelas II), bahaya banjir (kelas I).Sehingga pada titik pengamatan 1
termasuk kelas kemampuan lahan VIIIs dengan faktor pembatas yaitu
Permeabilitas dan Tekstur. Tanah-tanah dalam kelas VIII memiliki pembatas yang
menghalangi penggunaan tanah ini untuk produksi tanaman secara komersial.
Tanah kelas VIII sebaiknya dibiarkan dalam keadaan alami dan tanah ini
membatasi penggunaanya hanya untuk pariwisata dan suaka alam.(Rayes, 2007)
Data hasil dari titik pengamatan 2 (Minipit 1) diperoleh beberapa data
lahan yang meliputi tekstur atas (kelas I), tekstur bawah (kelas I), kelerengan
(kelas III), drainase (kelas I), permeabilitas (kelas VIII), kedalaman tanah (kelas
I), tingkat erosi (kelas II), bahaya banjir (kelas I).Sehingga pada titik pengamatan
2 termasuk kelas kemampuan lahan VIIIs, dengan faktor pembatas yaitu
permeabilitas. Tanah-tanah
pembatas
yang
macam tanaman pertanian atau tanaman yang memiliki produksi rendah. Tanah IV
memerlukan pengelolaan yang lebih hati hati dan tindakan konservasi yang lebih
sulit untuk diterapkan dan dipertahankan. Tanah kelas IV dapat digunakan untuk
tanaman pertanian, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau
suaka alam. (Rayes, 2007).
Data hasil dari titik pengamatan 4 (Minipit 3) diperoleh beberapa data
lahan yang meliputi tekstur atas (kelas VIII), tekstur bawah (kelas I), kelerengan
(kelas IV), drainase (kelas I), permeabilitas (kelas IV), kedalaman tanah (kelas I),
tingkat erosi (kelas III), bahaya banjir (kelas I).Sehingga pada titik pengamatan 4
termasuk kelas kemampuan lahan VIIs dengan faktor pembatas yaitu Tekstur.
Tanah-tanah dalam kelas VIII memiliki pembatas yang menghalangi penggunaan
tanah ini untuk produksi tanaman secara komersial. Tanah kelas VIII sebaiknya
dibiarkan dalam keadaan alami dan tanah ini membatasi penggunaanya hanya
untuk pariwisata dan suaka alam. (Rayes, 2007)
Berdasarkan praktikum lapang yang telah kami lakukan, kemampuan
lahan tersebut didominasi pada Kelas Kemampuan Lahan ke VIII, dengan faktor
pembatas permeabilitas. Permeabilitas merupakan faktor pembatas yang berat
yaitu sebagai kemampuan tanah meneruskan air yang jatuh di atasnya ke lapisan
tanah yang lebih dalam sangat berpengaruh terhadap persediaan air di dalam
tanah. Tanah yang memiliki permeabilitas tinggi akan berpengaruh baik kepada
pertumbuhan tanaman, karena kapasitas kandungan airnya tinggi pula. Dengan
demikian semakin permeable tanahnya semakin tinggi kemampuan lahannya
sehingga lahan pada praktikum lapang lebih sesaui dijadikan padang rumput atau
dihutankan.
.
4.4 Kesesuaian Lahan
4.4.1 Kesesuaian Lahan Aktual
Titik 1 Profil (Vegetasi: Wortel)
Tabel. Kelas Keseuaian Lahan Aktual Titik 1
Persyaratan Penggunaan
Lahan/ Karakteristik
Lahan
Temperatur (tc)
Data
Kelas
Data
Kelas
22
S1
300 mm/bln
S1
Agak Cepat
S2
S1
>90
S1
15
Ringan/
sedang
S2
S2
S1
S2
oa,eh
S2oa,e
h
Dari hasil table di atas titik pengamatan 2 merupakan titik dengan
temperature 22oC, curah hujan yaitu sebesar 300 mm/bln, drainase yang tergolong
agak cepat. kedalaman tanah efektif >90 cm, kelerengan sebesar 15 %, dan
penggunaan lahan berupa tanaman budidaya yaitu brokoli. Jika dilihat dari tabel
kesesuaian lahan untuk wortel, yang dibatasi oleh media perakaran dan curah
hujan/ ketersediaan air, maka titik pengamatan 2 termasuk dalam kelas kesesuaian
lahan (S2). *Cukup Sesuai*
Titik 3 (Vegetasi: Apel)
Tabel 12. Kelas Keseuaian Lahan Aktual Titik 3
Persyaratan Penggunaan
Lahan/ Karakteristik
Lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C) *
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) **
Kelembaban (%) ***
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Gambut:
Ketebalan (cm)
+ dengan
sisipan/pengkayaan
Kematangan
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H 2 O
Data
Kelas
22oC
S1
300 mm/bln
S1
Agak Cepat
S2
Pasir berlempung
>90
-
S1
C-organik (%)
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
16
Ringan/
sedang
S2
S2
Data
Kelas
22oC
S1
300 mm/bln
S1
Agak Cepat
S2
Lempung berpasir
S3
>90
S1
18
Ringan/
sedang
S3
S2
*
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) **
300 mm/bln
Kelembaban (%) ***
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur
Agak Cepat
Kelas
Kesesuaia
n Lahan
Potensial
S1
S1
S1
S1
S2
S1
Pasir
Berlempun
S1
S1
g
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Gambut:
Ketebalan (cm)
+
dengan
sisipan/pengkayaan
Kematangan
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H 2 O
C-organik (%)
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman
sulfidik
(cm)
>90
-
15
Ringan/
sedang
Tanpa
(%)
Singkapan batuan (%)
Kelas
Kesesuaian Aktual
S2
S2
S2
+
S1
S1
S1
Potensial
Lahan
Yang menjadi faktor pembatas pada titik pengamatan 1 adalah tekstur
tanah
Kelas kesesuaian lahan aktual titik 1 adalah Nrc, sedangkan setelah
dilakukan perbaikan maka kelas kesesuaian lahan potensial menjadi tetap
Nrc
(+) : perbaikan dapat dilakukan dan akan menaikkan kelas satu tingkat
lebih tinggi
Faktor pembatas yang ada pada titik pertama ini, yaitu tekstur tanah.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa tanaman yang dibudidayakan
pada titik ini adalah wortel. Kelas kesesuaian lahan aktual pada titik ini, yaitu Nrc.
Diketahui bahwa factor pembatas yang ada pada titik ini tidak dapat diperbaiki
maka hasilnya tetap Nrc.
Titik 2 (Vegetasi: Brokoli)
Tabel 15. Kelas Keseuaian Lahan Aktual Titik 2
Kelas Kesesuaian Lahan
Kelas
Persyaratan
Kelas
Penggunaan Lahan/
Nilai
Kesesuaia
Usaha
Kesesuaian
Karakteristik Lahan
Data
n Lahan
Perbaikan
Lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C) *
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) **
Aktual
Potensial
22oC
S1
S1
300
S1
S1
mm/bln
Kelembaban (%) ***
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase
Agak
Cepat
S2
S1
Lempun
g Liat
S1
S1
S1
S1
S2
S2
Berpasir
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Gambut:
Ketebalan (cm)
+
dengan
sisipan/pengkayaan
Kematangan
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H 2 O
C-organik (%)
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
>90
15
Ringan/
sedang
Tanpa
(%)
Singkapan batuan (%)
Kelas
Kesesuaian Aktual
S2
S1
S2
S1
S1
Potensial
Lahan
S2
Yang menjadi faktor pembatas pada titik pengamatan 2 adalah drainase,
lereng dan bahaya erosi
Persyaratan
Penggunaan Lahan/
Nilai Data
Karakteristik Lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C) *
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) **
22oC
300
mm/bln
Kelas
Kesesuaia
Usaha
Kesesuaia
n Lahan
Perbaikan
n Lahan
Aktual
Potensial
S1
S1
S1
S1
Agak
Cepat
S2
S1
Pasir
berlempun
S1
S1
>90
-
sisipan/pengkayaan
Kematangan
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H 2 O
C-organik (%)
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman
sulfidik
(cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
16
Ringan/
sedang
Tanpa
(%)
Singkapan batuan (%)
Kelas
Kesesuaian Aktual
S2
S1
S2
S1
S1
S1
Potensial
Lahan
Yang menjadi faktor pembatas pada titik pengamatan 3 adalah tekstur
tanah
Kelas kesesuaian lahan aktual titik 3 adalah Nrc, sedangkan setelah
dilakukan perbaikan maka kelas kesesuaian lahan potensial menjadi Nrc
(+) : perbaikan dapat dilakukan dan akan menaikkan kelas satu tingkat
lebih tinggi
Faktor pembatas yang ada pada titik ketiga ini, yaitu tekstur tanah.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa tanaman yang dibudidayakan
pada titik ini adalah tanaman budidaya yaitu singkong. Kelas kesesuaian lahan
aktual pada titik ini, yaitu Nrc. Kelas tersebut tidak dapat di perbaiki karena factor
pembatasnya yaitu tekstur tanah yang sangat sulit untuk di perbaiki. Jadi tidak ada
usaha perbaikan untuk tekstur tanah dan tetap menjadi Nrc.
Persyaratan
Kelas
Penggunaan Lahan/
Nilai
Kesesuaia
Usaha
Kesesuaia
Karakteristik Lahan
Data
n Lahan
Perbaikan
n Lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C) *
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) **
22oC
300
mm/bln
Aktual
Potensial
S1
S1
S1
S1
Agak
Cepat
S2
S1
S3
S3
Lempun
g
berpasir
>90
-
S1
S1
18
Ringan/
sedang
Tanpa
Aktual
S3
S2
S2
S1
S1
S3
S1
Potensial
S3
Lahan
Yang menjadi faktor pembatas pada titik pengamatan 4 adalah bahaya
lereng
Kelas kesesuaian lahan aktual titik 4 adalah S3rc,eh, sedangkan setelah
dilakukan perbaikan maka kelas kesesuaian lahan potensial menjadi S3rc
(+) : perbaikan dapat dilakukan dan akan menaikkan kelas satu tingkat
lebih tinggi
Faktor pembatas yang ada pada titik keempat ini, yaitu lereng.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa tanaman yang dibudidayakan
pada titik ini adalah tanaman budidaya yaitu singkong. Kelas kesesuaian lahan
aktual pada titik ini, yaitu S3rc,eh. Setelah dilakukan perbaikan pada faktor
pembatas tersebut, maka kelas kesesuaian lahan potensial yang dapat dicapai
adalah S3rc
4.4.3 Rekomendasi
a. Profil (komoditas Wortel)
Dari hasil pengamatan yang di dapat, bahwa kelass kesesuaian lahan pada titik
pertama menunjukkan adanya ketidaksesuaian lahan. Hal tersebut di karenakan
factor pembatas yang tidak dapat di perbaiki lagi, adapun factor tersebut adalah
tekstur tanah. Mungkin bisa di adakan perbaikan namun sangat sulit dan
memerlukan waktu yang cukup lama.
b. Minipit 1 (komoditas Brokoli)
Dari hasil pengamatan yang di dapat, bahwa kelass kesesuaian lahan pada titik
pertama menunjukkan adanya kesesuaian lahan. Hal ini di karenakan usaha
perbaikan pada factor pembatas yaitu factor pembatas yang ada adalah
drainase, lereng, dan bahaya erosi. Usaha ini antara lain dengan perbaikan
saluran drainase atau irigasi, pembuatan terasering, dan juga penanaman
tanaman naungan atau tumpang sari yang memiliki perakaran yang kuat.
c. Minipit 2 (Komoditas Apel)
Dari hasil pengamatan yang di dapat, bahwa kelass kesesuaian lahan pada titik
pertama menunjukkan adanya ketidaksesuaian lahan. Hal tersebut di karenakan
factor pembatas yang tidak dapat di perbaiki lagi, adapun factor tersebut adalah
tekstur tanah. Mungkin bisa di adakan perbaikan namun sangat sulit dan
memerlukan waktu yang cukup lama.
d. Minipit 3 (Komoditas Apel)
Dari hasil pengamatan yang di dapat, bahwa kelass kesesuaian lahan pada titik
pertama menunjukkan adanya kesesuaian lahan yang marginal. Hal tersebut
dikarenakan adanya factor pembatas tekstur tanah, lereng dan bahaya erosi.
Usaha untuk memperbaiki factor pembatas tersebut antara lain bisa dengan
menggunakan terasering dan penanaman tanaman naungan atau tumpangsari
yang mempunyai perakaran yang kuat. Namun untuk factor pembatas pada
tekstur tanah sangat sulit untuk di lakukan perbaikan di karenakan
membutuhkan waktu yang sangat lama.
Pemeta
L2
Kode Minipit
L2M1
Tanggal
15 November 2015
Bumiaji
Lokasi
Nama Tanah
Incepstisols
Tegalan
Komoditas
Brokoli
Jenis Produksi
Tegal Brokoli
Bapak Prayitno
Nama Penggarap
Bapak Rifai
B. Pemilikan Lahan
Pemilikan
Jenis Lahan
Luas Lahan
1.
Lahan
Milik Orang
Tegalan
0,5 ha
Keterangan
Dalam kegiatan
Lain
mulai pengolahan
Bagi
hasil
dikerjakan
bersama-sama oleh
pengurus dan
buruh tani
40% untuk pemilik
lahan
60% untuk
pengurus dan
penggarap
Jumlah
Satuan
Total
unit
12.500
150
30
100
12
1
1
Bibit Brokoli
P. Urea
P. Kandang
P. Grower
Pest. Asmek
Pest. Endur
Pest. Funginda
Biji
Kg
Kg
Kg
Btl
Btl
Btl
140
1.920
12.000
10.000
140.000
120.000
105.000
1.750.000
288.000
360.000
1.000.000
1.680.000
120.000
105.000
5.306.000
Jumla
h
Jumlah
Jumlah
hari
jam/hari
orang
5
2
3
2
perempuan
a. penyiangan
HOK
Upah/HOK
Total
1
4
3
8
6
6
6
6
3,75
6
6,75
12
30,000
30,000
30,000
30,000
112.500
180.000
202.500
360.000
48
25,000
1.200.000
2.055.000
Keterangan
Cangkul
Pajak Tanah
Jumlah
unit
Satuan
Harga
Harga
awal per
akhir
unit
per unit
1 buah
75,000
100.000
Th.
Eko
10,000
Biaya
penyusutan
Biaya
penyusutan
/th
21.000
150.000
Tabel 5. Penerimaan
Jumlah
Harga per
Keterangan
unit
Satuan
satuan
TR (=P x Q)
Brokoli
2000
Kg
10.000
20.000.000
D. Analisis Kelayakan Usaha Tani
1. Total Variable Cost (TVC)
TVC = 5.306.000 + 2.055.000
= 7.361.000
2. Total Fix Cost (TFC)
TFC = 150.000 + 7.000
/musim
tanam
7.000
150.000
157.000
= 157.000
3. Total Cost (TC)
TC = TVC + TFC
= 7.361.000 + 157.000
= 7.518.000
4. Total Revenue (TR)
TR = P x Q
= 2.000 x 10.000
= 20.000.000
Karena, dalam total penerimaan terdapat sistem bagi hasil yakni 40%
untuk pemilik dan 60% untuk penggarap, maka:
40
100
TR =
x 20.000.000
= 8.000.000
60
100
TR =
x 20.000.000
= 12.000.000
5. Keuntungan )
= TR TC
= 12.000.000 7.518.000
= 4.842.000
6. R/C Ratio
TR
TC
12.000 .000
7.518 .000
= 1,5
R/C Ratio >1 maka usahatani layak dijalankan.
Data Tabulasi Sosek Minipit 2
A. Informasi Umum Survei
Daerah Survei
Pemeta
L2
Kode Minipit
L2M2
Tanggal
15 November 2015
Bumiaji
Lokasi
Nama Tanah
Incepstisols
Kebun
Komoditas
Apel
Jenis Produksi
Kebun Apel
Nama Petani
Bapak Kamsun
Nama Penggarap
Bapak Kamsun
B. Pemilikan Lahan
Pemilikan
Lahan
Milik
Jenis Lahan
Luas Lahan
Kebun
0,4 ha
Sendiri
Keterangan
Keseluruhan dalam
beliau menggunakan
tenaga kerja buruh.
Jumlah
unit
500
1
1
1
Satuan
Ons
Truk
Sak
Drum
Total
15.000
400.000
20.000
50.000
485.000
Tenaga kerja
laki-laki
Jumlah
Jumlah
hari
jam/hari
orang
10
Panen
HOK
Upah/HOK
7,5
50.000
Total
375.000
375.000
Keterangan
Jumlah
unit
Cangkul
Pajak Tanah
Satuan
5 buah
Harga
Harga
awal per
akhir
unit
per unit
75,000
100.000
Th.
Eko
10,000
Biaya
penyusutan
Biaya
penyusutan
/th
105.000
100.000
205.000
Tabel 5. Penerimaan
Jumlah
Keterangan
unit
Satuan
Wortel
4.000 kg
D. Analisis Kelayakan Usaha Tani
1. Total Variable Cost (TVC)
TVC = 485.000 + 375.000
= 860.000
2. Total Fix Cost (TFC)
TFC = 105.000 + 100.000
= 205.000
3. Total Cost (TC)
TC = TVC + TFC
= 860.000 + 205.000
= 1.065.000
4. Total Revenue (TR)
TR = P x Q
= 4.000 x 5.000
= 20.000.000
Harga per
satuan
TR (=P x Q)
5.000
20.000.000
/musim
tanam
35.000
100.000
135.000
5. Keuntungan )
= TR TC
= 20.000.000 1.065.000
= 18.935.000
Karena, petani penggarap seorang muslim maka pendapatan dipotong
zakat 2,5%. Jadi:
Zakat = 2,5% x 18.935.000
= 2.245.875
Keuntungan = 18.935.000 473.375
= 18.461.625
6. R/C Ratio
TR
TC
20.000 .000
1.065 .000
= 18,7
R/C Ratio >1 maka usahatani layak dijalankan
Pemeta
L2
Kode Minipit
L2M3
Tanggal
15 November 2015
Bumiaji
Lokasi
Nama Tanah
Incepstisols
Kebun
Komoditas
Apel
Jenis Produksi
Kebun Apel
Nama Petani
Nama Penggarap
Ibu Pinah
B. Pemilikan Lahan
Pemilikan
Lahan
Milik Sendiri
Jenis Lahan
Luas Lahan
Kebun
0,3 ha
Keterangan
Keseluruhan kegiatan
Bagi hasil
2
3
untuk pemilik
lahan
1
3
untuk penggarap
Jumlah unit
50
50
50
40
40
Satuan
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Total
5.00.0000
5.750.000
600.000
120.000
120.000
11.590.000
Tenaga kerja
laki-laki
Jumlah
Jumlah
hari
jam/hari
HOK
Upah/HOK
Total
orang
Lahan diolah dengan tenaga kerja sistem kekeeluargaan
Tenaga kerja
perempuan
Tabel 4. Biaya Tetap dan Biaya Penyusutan
Tah
Jumlah
Keterangan
Satuan
unit
Harga
Harga
un
Biaya
awal per
akhir
eko
penyusutan
unit
per unit
nom
/th
Biaya
penyusutan
/musim
tanam
is
Cangkul
2 buah
75,000
10,000
43.500
43.500
8.700
8.700
Tabel 5. Penerimaan
Jumlah
Keterangan
unit
Apel
Satuan
12.000 Kg
Harga per
TR (=P x
satuan
Q)
90,000,00
7.500
TR =
x 90.000.000
= 60.000.000
1
3
TR =
x 90.000.000
= 30.000.000
5. Keuntungan )
= TR TC
= 30.000.000 11.598.000
= .18.402.000
6. R/C Ratio
TR
TC
30.000 .000
11.598 .000
= 2,5
R/C Ratio >1 maka usahatani layak dijalankan.
Pemeta
L2
Kode Minipit
L2P1
Tanggal
15 November 2015
Bumiaji
Lokasi
Nama Tanah
Incepstisols
Tegalan
Komoditas
Wortel
Jenis Produksi
Tegal Wortel
Bapak Prayitno
Nama Penggarap
Bapak Rifai
B. Pemilikan Lahan
Pemilikan
Jenis Lahan
Luas Lahan
1.
Lahan
Milik Orang
Kebun
1,5 ha
Keterangan
Dalam kegiatan
Lain
mulai pengolahan
Bagi
hasil
dikerjakan
bersama-sama oleh
pengurus dan
buruh tani
40% untuk pemilik
lahan
60% untuk
pengurus dan
penggarap
Jumlah unit
Satuan
Total
Bibit Wortel
P. Urea
P. ZA
P. Kandang
P. Grower
P. Buzz
P. Cantik
Pest. Asmek
Pest. Volikur
Pest. Gandasil D
Pest. Record
Pest. Ditan
Pest. Endur
Pest. Gol
Traktor (sewa)
Air
160
300
300
6000
300
450
300
10
0,25
25
7
1
8
15
1
Ons
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Btl
Kg
Scht
Btl
Kg
Btl
Btl
Unit
25.000
1.920
2.320
500
9.500
9.200
6.900
140.000
65.000
26.000
47.000
69.000
125.000
77.000
1.000.000
1.000.000
400.000
576.000
696.000
3,000,000
2.970.000
4.140.000
2.070.000
1.400.000
65.000
650.000
329.000
69.000
1.000.000
1.115.000
1.000.000
500.000
20.480.000
Jumla
h
Jumlah
Jumlah
hari
jam/hari
orang
10
4
5
4
4
perempuan
a. penyiangan
15
HOK
Upah/HOK
Total
1
4
3
8
60
6
6
6
6
6
7,5
12
11,25
24
180
30,000
30,000
30,000
30,000
30,000
225.000
360.000
337.500
720.000
5.400.000
90
25,000
2.250.000
9.302.500
Keterangan
Cangkul
Pajak Tanah
Jumlah
unit
Satuan
1 buah
Harga
Harga
awal per
akhir
unit
per unit
75,000
876.000
Th.
Eko
10,000
Biaya
penyusutan
Biaya
penyusutan
/th
21.000
876.000
Tabel 5. Penerimaan
Jumlah
Keterangan
unit
Harga per
Satuan
satuan
TR (=P x Q)
/musim
tanam
7.000
876.000
883.000
Wortel
40.000 kg
5.000
200.000.000
40
100
x 200.000.000
= 80.000.000
TR =
60
100
x 200.000.000
= 120.000.000
5. Keuntungan )
= TR TC
= 120.000.000 30.665.000
= .89.335.000
Karena, petani penggarap seorang muslim maka pendapatan dipotong
zakat 2,5%. Jadi:
Zakat = 2,5% x 89.335.000
= 2.233.375
120.000 .000
30.656 .000
= 3,9
R/C Ratio >1 maka usahatani layak untuk dijalankan.
4.6 Keterkaitan dan Keselarasan Analisis Biofisik dan Sosial Ekonomi
Tentang Survey Tanah
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan di 4 titik yaitu: profil, minipit 1,
minipit 2, dan minipit 3. Berikut hasil dari analisa biofisik dan sosial ekonomi dari
pengamatan yang kami lakukan.
a. Lokasi 1 (profil)
Penggunaan lahan pada titik 1 yang berada di dukuh rekesan Desa
bulukerto, Kec. Bumi Aji, Malang. Pada lokasi 1 terdapat ciri tanaman yang
dominan merupakan daerah lahan tanaman wortel. Luas lahan tanaman wortel
sendiri 0,5 Ha yang semuanya ditanami tanaman wortel. Untuk kondisi lahan
pada titik ini berdasarkan analisa biofisik didapatkan hasil yakni pada titik
pertama yaitu titik profil memiliki lereng tunggal dengan kemiringan 15 % kearah
tenggara. Aliran Permukaan cepat karena kemiringan yang tergolong sangat
landai. Penggunaan lahan ini tergolong pada penggunaan lahan tegalan spesifik
wortel.
Sedangkan untuk analisa sosial ekonomi pada titik 1 dengan total luas
lahan usaha 10.500 Meter yang dimana keuntungan adalah sistem bagi hasil
antara petani dan pemilik lahan usaha. Kondisi ekonomi di desa tersebut terdapat
pada sektor pertanian saja dan pada sektor peternakan. tidak menjadi sumber
pendapatan utama bagi masyarakat desa Bulukerto dalam menghidupi kebutuhan
keluarga mereka. Bila dibandingkan antara pengeluaran dan pemasukan dalam
usahatani wortel tersebut, maka usahatani wortel dapat dikatakan layak walaupun
adanya pembagian hasil namun dalam perhitungan keuntungan nya juga bisa
menutupi kekurangan dari pengeluarannya tersebut.
b. Lokasi 2 (minipit 1)
Penggunaan lahan pada titik 2 ini cenderung semak, tapi terdapat tanaman
sayuran seperti brokoli. Namun vegetasi alami pada titik ini yang lebih dominan
yaitu rumput. Untuk kondisi lahan pada titik ini berdasarkan analisa biofisik
didapatkan daerah sekitar titik 1 memiliki lereng tunggal dengan kemiringan 15 %
kearah tenggara Aliran Permukaan cepat karena kemiringan yang tergolong sangat
landai. Drainase cepat, permeabilitas agak lambat, genangan air tanpa karena air
hujan langsung mengalir tanpa ada penahan. Pengolahan air secara drainase, erosi
permukaan dan bahaya erosi ringan . Penggunaan lahan ini tergolong pada
penggunaan lahan tegal spesifik brokoli.
Sedangkan dilihat dari analisa sosial ekonomi pada minipit satu Kondisi
ekonomi
dan
sosial
di
desa
tersebut
cuma
pada
sektor
pertanian.
kemiringan yang tergolong sangat landai. Drainase cepat karena tanah tidak
diolah. Permeabilitas agak lambat, genangan air tanpa karena air hujan langsung
mengalir tanpa ada penahan. Pengolahan air secara drainase, erosi permukaan dan
bahaya erosi cukup karena tidak adanya tanaman penahan yang menahan erosi.
Penggunaan lahan ini tergolong pada penggunaan lahan tegal spesifik singkong.
Pada minipit 2 Kondisi ekonomi dan sosial di desa tersebut terdapat pada
sektor pertanian saja dan pada sektor peternakan tidak menjadi sumber
pendapatan utama bagi masyarakat desa Bulukerto dalam menghidupi kebutuhan
keluarga mereka. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar dari mereka bermata
pencaharian sebagai petani, mayoritas petani apel. Tipe penggunaan lahan di
pengamatan sampel minipit 2 adalah tegalan yang dimana ditanamin komoditas
jeruk dan apel. Pemilikan lahan milik adalah milik sendiri denagan luas ha
dengan lamanya berusaha tani selama 30 tahun. Dan dari keuntungan yaitu
18.461.625 dan R/C Rationya adalah 18,7 maka usahatani singkong ini dapat
dikatakan layakuntuk dijalankan
d. Lokasi 4 (minipit 3)
Pada titik 4 penggunaan lahan yaitu berupa kebun, vegetasi yang
ditemukan adalah tanaman apel. Pada titik 4 tidak terdapat kanopi yang menutupi
tanaman apel. Kebun apel sendiri memiliki luas 0,5 Ha.
Untuk kondisi lahan pada titik ini berdasarkan analisa biofisik didapatkan
dengan kemiringan yang 18 % kearah selatan. Aliran Permukaan cepat karena
kemiringan yang tergolong sangat landai. Drainase cepat , permeabilitas agak
lambat, genangan air tanpa karena air hujan langsung mengalir tanpa ada penahan.
Pengolahan air secara drainase, erosi permukaan dan bahaya erosi cukup karena
tidak adanya tanaman penahan yang menahan erosi. Penggunaan lahan ini
tergolong pada penggunaan lahan kebun dengan tanaman tahunan spesifik apel.
Sedangkan dilihat dari analisa sosial ekonomi pada titik ini yakni minipit
3. Kondisi ekonomi dan sosial di desa tersebut terdapat pada sektor pertanian saja
dan pada sektor peternakan tidak menjadi sumber pendapatan utama bagi
masyarakat desa Bulukerto dalam menghidupi kebutuhan keluarga mereka.
Pemilikan lahan adalah milik sendiri dengan sumber tenaga 2 orang dengan
pembagian yang dimana keuntungan adalah sistem bagi hasil. Jika dilihat dari
analisis keuntungan dan r/c rationya, dimana keuntungan dari usahatani nya
adalah 18.402.000 dan R/C Ratio nya : 2,5, maka dapat disimpulkan jika R/C
Ratio >1 maka usahatani layak dijalankan.
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A. Hidayat. 2011. Petunjuk Teknis
Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor. 36p.
Sumber: Sitanala Arsyad (2006). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Dapus
Van Zuidam, R.A., and F.I. van Zuidam-Cancelado. 1979. Terrain Analysis
and Classification using Aerial Photographs. ITC Textbook of
Photo-interpretation, vol. VII-6, 348 pp.