Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali
dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk
kering atau berdahak. Hingga saat ini Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
diklasifikasikan menjadi pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan gejalanya. Kematian
pada Balita (berdasarkan Survei Kematian Balita tahun 2005) sebagian besar disebabkan karena
pneumonia 23,6%.1
Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi
disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya
(sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). WHO memperkirakan insidens pneumonia
anak-Balita di negara berkembang adalah 0,29 episode per anak-tahun atau 151,8 juta kasus
pneumonia/ tahun, 8,7% (13, 1 juta) di antaranya merupakan pneumonia berat dan perlu rawatinap.2
Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4
tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Period
prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007
(25,5%). Berdasarkan kelompok umur penduduk, Period prevalence pneumonia yang tinggi
terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada kelompok umur
berikutnya. Period prevalence pneumonia Balita di Indonesia adalah 18,5 per mil. Balita
pneumonia yang berobat hanya 1,6 per mil. Lima provinsi yang mempunyai insiden pneumonia
Balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (38,5), Aceh (35,6), Bangka Belitung (34,8),
Sulawesi Barat (34,8), dan Kalimantan Tengah (32,7) (tabel 3.4.1). Insidens tertinggi
pneumonia Balita terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan (21,7). Pneumonia Balita lebih
banyak dialami pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (27,4).2
Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian dasar akibat pneumonia diantaranya
melalui Peningkatan pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit ISPA (P2ISPA) dengan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang merupakan model
tatalaksana kasus terpadu. Program P2 ISPA dikembangkan dengan mengacu pada konsep
menajemen terpadu pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan berbasis
wilayah. Konsep terpadu meliputi penanganan pada sumber penyakit, faktor risiko lingkungan,
faktor risiko perilaku dan kejadian penyakit dengan memperhatikan kondisi lokal.3
Pada tahun 2012, penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada Balita baru
mencapai 44.2% di Jawa Barat dan 82.9% di kabupaten Karawang. Pelaksanaan pengendalian
ISPA memerlukan komitmen pemerintah, berbagai sektor yang terkait dan masyarakat dalam
usaha mencapai tujuan Millennium Development Goals (MDG) no 4, yaitu menurunkan
kematian anak (Balita) sebesar dua pertiga diantara tahun 1990 dan 2015.
Di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kutawaluya jumlah penderita ISPA (Pneumonia Balita) pada tahun 2014
sebesar 182 balita. 4
Dalam usaha mencapai tujuan MDG no. 4 di Indonesia maka, UPTD Puskesmas
Kutawaluya saat ini ikut melaksanakan Program P2ISPA. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan
cakupan penemuan dan tatalaksana pneumonia pada Balita sekaligus menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas Balita di wilayah kerjanya. Oleh karena itu, perlunya dilakukan
evaluasi program mengenai cakupan pneumonia pada Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kutawaluya karena belum diketahui keberhasilan program P2ISPA (Pneumonia Balita) untuk
periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015. 4
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1. Kematian pada Balita (berdasarkan Survei Kematian Balita tahun 2005) sebagian besar
disebabkan karena pneumonia 23,6%.
1.2.2. WHO memperkirakan insidens pneumonia anak-Balita di negara berkembang adalah 0,29
episode per anak-tahun atau 151,8 juta kasus pneumonia/ tahun.
1.2.3. Menurut Riskesdas tahun 2013, Period prevalence ISPA Indonesia (25,0%) tidak jauh
berbeda dengan 2007 (25,5%). Berdasarkan kelompok umur penduduk, Period
prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, Period
prevalence pneumonia Balita di Indonesia adalah 18,5 per mil. Balita pneumonia yang
berobat hanya 1,6 per mil.
1.2.4. Pada tahun 2012, penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada Balita baru
mencapai 44.2% di Jawa Barat dan 82.9% di kabupaten Karawang. Di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kutawaluya jumlah penderita ISPA (Pneumonia Balita) pada tahun
2014 sebesar 182 balita.
1.2.5. Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya belum diketahui keberhasilan program
P2ISPA (Pneumonia Balita) untuk periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.
1.3.
Tujuan
1.3.2.2.
Mei 2015.
1.3.2.3.
Diketahuinya cakupan pelaksanaan pengobatan penderita ISPA (Pneumonia
Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.
Diketahuinya jumlah rujukan kasus ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD
1.3.2.4.
Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.
Diketahuinya cakupan pelaksanaan penyuluhan baik secara kelompok maupun
1.3.2.5.
pelatihan
penderita ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2014
sampai dengan Mei 2015.
1.3.2.7.
1.4.
Manfaat
Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah, khususnya mata
kuliah Ilmu Kedokteran Komunitas.
1.4.1.2.
1.4.1.3.
1.4.1.4.
1.4.1.5.
1.4.1.6.
1.4.2.2.
1.4.2.3.
1.4.3.1.
Mengetahui masalah dan hambatan yang ditemui pada saat pelaksanaan program
upaya kesehatan, terutama P2ISPA (Pneumonia Balita) di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kutawaluya.
1.4.3.2.
1.4.3.3.
Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar
keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas P2ISPA (Pneumonia Balita) sehingga mutu dari
pada pelayanan puskesmas ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Bab II
Materi dan Metode
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi terdiri dari laporan bulanan hasil kegiatan Puskesmas
mengenai program pemberantasan infeksi saluran pernapasan akut (pneumonia Balita) di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.
1. Meliputi:
a. Penemuan penderita ISPA (pneumonia Balita)
b. Penentuan diagnosa ISPA (pneumonia Balita)
c. Pengobatan penderita ISPA (pneumonia Balita)
d. Rujukan penderita ISPA (pneumonia Balita)
e. Penyuluhan ISPA (pneumonia Balita)
f. Peran serta masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan kader
g. Pencatatan dan pelaporan mengenai kasus ISPA (pneumonia Balita).
2. Data kependudukan (demografi) dari Kecamatan Kutawaluya tahun 2014.
2.2. Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan
pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan
program P2ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2014
sampai dengan Mei 2015 dengan cara membandingkan cakupan laporan bulanan program
P2ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya terhadap tolok ukur yang telah
ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.
Bab III
Kerangka Teoritis
3.1. Bagan Teori
3
4
2
LINGKUNGAN
Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi
sebagai satu kesatuan
MASUKAN
PROSES
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu : 5
1
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
UMPAN
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man),
danaBALIK
(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine),
jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information).
2
Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Mulai dari
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
pemantauan (controlling).
Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem atau hasil langsung suatu sistem. 5
Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan
pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.
Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non
fisik.
6
3.2.
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem. 5
Tolok Ukur
Tolok ukur merupakan nilai acuan yang telah ditetapkan dan digunakan sebagai
target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan, proses,
keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program tertentu. Digunakan sebagai
pembanding atau target yang harus dicapai dalam program P2ISPA (Pneumonia Balita).
KEL
Bab IV
Penyajian Data
yaitu:
-
Desa Waluya
Desa Sampalan
Desa Sindangsari
Desa Sindangmulya
Desa Sindangkarya
Desa Sindangmukti
Desa Mulyajaya. 6
4.2.2. Topografi
Sebagian besar merupakan dataran rendah dan bersifat agraris yang terdiri dari tanah
pertanian (1.638 Ha) dan tanah darat (tanah dengan berbagai kegunaan) (702 Ha). 6
4.2.3. Geologi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya, kabupaten Karawang berada pada dataran
rendah berdekatan dengan laut.
4.2.4. Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya Kutawaluya merupakan dataran rendah dengan
temperatur udara rata-rata 27-29 C.
4.2.5. Hidrografi
Kutawaluya mempunyai sedikit aliran sungai. 6
4.2.6. Demografi (Data lengkap terdapat pada lampiran III)
Jumlah penduduk Wilayah Kutawaluya tahun 2014 adalah 32.991 jiwa, yang terdiri
III tabel 2)
a Jumlah bumil
: 825 orang
b Jumlah bufas
: 855 orang
c Jumlah bayi dan neonatus
: 895 orang
d Jumlah balita
: 2.434 orang
Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya adalah 7
desa dengan luas wilayah 2.340 Ha, maka berarti rata-rata kepadatan penduduk
Sebagian besar penduduk merupakan penduduk non miskin yaitu sebesar 68,97%
(8.385 KK). 6 (Lampiran III tabel 5)
4.2.7. Transportasi
Sarana transportasi yang banyak digunakan di daerah ini berupa kendaraan pribadi
berupa motor atau mobil. Untuk mencapai Puskesmas Kutawaluya, waktu tempuh berkisar
antara 5 menit (Desa Sampalan) hingga 55 menit (Desa Sindangsari). ( Lampiran III tabel 6)
4.2.8. Jenis sarana kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya,
antara lain: (Data umum secara lengkap terdapat pada Lampiran III tabel 7)
1. Puskesmas pembantu
2. Praktek perorangan
3.
4.
5.
6.
: 2 buah
a. Dokter Umum
: 3 orang
b. Dokter Gigi
: 1 orang
c. Bidan
: 18 orang
Klinik 24 jam
Dokter praktek swasta:
Paraji
Posyandu
:0
: 1 orang
: 13 orang
: 39 buah
Tenaga
Dana
Dokter
Perawat
Petugas P2M
Petugas administrasi
Kader
Posyandu
: 2 orang
: 18 orang
: 1 orang
: 1 orang
: 50 orang
: 39 buah
Dana untuk pelaksanaan program P2ISPA, pengadaan obat dan sarana tersedia cukup.
Dana berasal dari: Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) dan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK).
Sarana
Sarana medis:
a) Stetoskop
: 3 buah
b) Termometer
: 2 buah
: 1 buah
: 1 buah
e) Sound timer
: 2 buah
f) Senter
: 1 buah
g) Antibiotik:
-
Kotrimoksazol 480 mg
: Tersedia cukup
: Tersedia cukup
h) Analgetik-antipiretik:
-
Paracetamol 500 mg
: Tersedia cukup
: Tersedia cukup
: Tersedia cukup
Salbutamol
: Tersedia cukup
: Ada
: Ada
: Ada
2) Meubel Puskesmas
a) Lemari arsip
b) Lemari obat
c) Meja periksa
d) Kursi
e) Tempat tidur untuk memeriksa
f) Ruang tunggu
3) Pedoman tatalaksana ISPA
4) Brosur atau poster P2ISPA
5) Alat administrasi (buku, alat tulis)
: Ada
: Ada
: Ada
: Ada
: Ada
: Ada
: Ada
: Ada
: Ada
Metode
Program Penanggulangan ISPA dalam pelaksanaanya di lapangan dilakukan dalam
bentuk:
a. Penemuan penderita ISPA. Penemuan dan tatalaksana Pneumonia merupakan kegiatan
inti dalam pengendalian Pneumonia Balita.7
- Penemuan penderita secara pasif
Dalam hal ini penderita yang dating berobat ke Balai Pengobatan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) UPTD Puskesmas Kutawaluya.
-
Petugas kesehatan bersama kader secara aktif menemukan penderita baru dan penderita
pneumonia yang seharusnya datang untuk kunjungan ulang 2 hari setelah berobat.
Penemuan penderita pasif dan aktif melalui proses sebagai berikut:
cara melihat dan mendengarkan pernapasan (saat Balita tenang, tidak menangis, tidak meronta)
dengan menghitung frekuensi napas menggunakan sound timer selama 60 detik. Diagnosis
pneumonia pada balita didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai
peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat) sesuai umur. 1, 7
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telak dilakukan, tenaga kesehatan dapat
menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya apakah kasus yang dihadapi adalah
penyakit yang serius atau bukan, apakah perlu dirujuk segera atau tidak dengan memasukkannya
ke dalam klasifikasi, yaitu: 1, 7
1) Golongan umur < 2 bulan
Batuk bukan pneumonia (batuk, pilek biasa): Bila tidak disertai tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat atau tidak adanya napas
cepat, frekuensi napas kurang dari 60 kali per menit. 1, 7
Batuk bukan pneumonia: Bila tidak disertai tarikan dada bagian bawah ke
dalam (TDDK) atau tidak adanya napas cepat, dengan frekuensi napas:
-
Pneumonia berat :
-
Pneumonia berat :
-
Pneumonia :
-
Anjurkan ibu untuk kembali kontrol 2 hari atau lebih cepat bila
keadaan anak memburuk.
1)
Anak dengan batuk pada umur < 2 bulan yaitu: kurang mau minum, kejang, kesadaran menurun
atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, wheezing, atau demam/terlalu dingin.
2)
Anak dengan batuk pada umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu: tidak bisa minum, kejang,
kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, atau gizi buruk. 1, 7
e. Penyuluhan mengenai ISPA
1) Perorangan.
Menggunakan metode penyuluhan secara langsung kepada orang tua penderita ISPA
(Pneumonia) saat membawa anaknya berobat di UPTD Puskesmas Kutawaluya dengan
memberikan informasi mengenai tanda, bahaya dan cara mencegah ISPA (Pneumonia). 1, 7
2)
Kelompok.
4.3.2. Proses
4.3.2.1.
Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai:
1) Penemuan penderita ISPA (Pneumonia): Akan dilaksanakan penemuan kasus ISPA
oleh dokter umum atau bidan terhadap pasien bayi dan Balita yang dibawa oleh
orang tuanya untuk berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB.
2) Penentuan diagnosis ISPA (Pneumonia): Akan dilakukan penentuan diagnosis ISPA
berdasarkan pedoman diagnosis ISPA yang ada dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik oleh dokter umum atau bidan yang bertugas di poli MTBS setiap hari kerja,
pukul 07.30-14.30 WIB.
3) Pelayanan pengobatan penderita ISPA (Pneumonia): Akan dilakukan oleh dokter
umum atau bidan yang bertugas di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30
WIB, sesuai pedoman tatalaksana ISPA.
4) Rujukan penderita ISPA (Pneumonia): Akan dilakukan rujukan bila ditemukan
penderita pneumonia berat dengan tanda bahaya umum ke Rumah Sakit terdekat
pada setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB.
5) Penyuluhan ISPA ( Pneumonia)
a. Perorangan: Akan dilaksanakan penyuluhan secara langsung melalui teknik
wawancara dan memberikan informasi mengenai ISPA (Pneumonia) kepada
orang tua penderita yang datang berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul
07.30-14.30 WIB.
b. Kelompok: Direncanakan satu kali setiap bulan (12 kali/ tahun).
6) Pelatihan kader: Direncanakan untuk dua desa yang kadernya belum pernah
mendapat pelatihan. (Sindangsari & Sindangmukti)
7) Pencatatan dan pelaporan
a. Pencatatan: Akan dilakukan setiap hari kerja.
b. Pelaporan: Akan dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan tahunan oleh
petugas P2ISPA.
4.3.2.2.
Pengorganisasian (Lampiran V)
Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya:
Kasubag Tata
Usaha (-)
4.3.2.3.
Pelaksanaan
1. Penemuan penderita ISPA (pneumonia): dilakukan secara passive case finding oleh
dokter umum atau bidan di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB.
2. Penentuan diagnosis penderita ISPA (pneumonia): dilakukan oleh dokter umum atau
bidan sesuai pedoman diagnosis ISPA di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.3014.30 WIB.
3. Pengobatan penderita ISPA: dilakukan oleh dokter umum atau bidan sesuai pedoman
penatalaksanaan ISPA di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB.
4. Rujukan penderita ISPA (pneumonia): tidak dilakukan rujukan karena tidak
didapatkan kasus pneumonia berat sepanjang periode Juni 2014 sampai Mei 2015.
Pasien pneumonia ringan dan sedang dapat dirawat di Puskesmas.
5. Penyuluhan ISPA : Penyuluhan perorangan dilakukan secara langsung melalui
edukasi orang tua penderita ISPA yang datang berobat pada setiap hari kerja, pukul
07.30-14.30 WIB oleh dokter umum atau bidan. Penyuluhan kelompok dilaksanakan
12 kali dalam setahun.
6. Pelatihan kader : tidak dilaksanakan karena keterbatasan biaya dari dinas kesehatan.
Pengawasan
1. Melalui pencatatan setiap hari
laporan
P2ISPA.
2. Melalui pertemuan bulanan yang diadakan oleh kepala Puskesmas Kutawaluya
12x/tahun.
4.3.3.
Keluaran
Target penemuan bayi dan Balita penderita pneumonia dalam satu tahun (target absolut
satu tahun: 86%)
Pneumonia
: 89 kasus
Bukan Pneumonia
: 523 kasus
Jumlah penderita pneumonia bayi dan Balita yang ditangani di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun : 89 kasus
Jumlah
dengan
yang
perkiraan
penderita
ditangani
=
89
100
284
= 31,33%
2. Penentuan diagnosis ISPA (pneumonia)
x 100%
= 100%
3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA (pneumonia)
Jumlah kasus ISPA yang ditangani sesuai standar
x 100%
Jumlah seluruh penderita ISPA yang diobati
89
= 89 100
= 100 %
4. Rujukan penderita ISPA (Pneumoni) tidak dilakukan = 0 %
Tidak dilakukan rujukan penderita ISPA karena tidak didapatkan kasus pneumonia berat
sepanjang periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.
5. Penyuluhan
a.
kesehatan. Puskesmas sudah mengajukan surat permintaan pelatihan kader namun belum
mendapatkan persetujuan dari dinas kesehatan.
7. Pencatatan dan pelaporan.
100 % dilakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan program. Pencatatan dilaksanakan
setiap hari kerja dan pelaporan dilaksanakan secara bulanan oleh petugas kesehatan di
Puskesmas.
4.3.4.
Lingkungan
Lingkungan Fisik
o Kepadatan penduduk
32991 jiwa
2340 Ha
= 14 jiwa per Ha
Jadi wilayah Kecamatan Kutawaluya termasuk wilayah yang tidak padat.
o Lokasi
umum seperti angkutan umum yang lebih terjangkau harganya belum ada. Dengan
adanya perbaikan sarana jalan cor yang dilakukan oleh pemerintah daerah, ketujuh
desa dapat dicapai dengan kendaraan roda dua dan roda empat pribadi. Di Puskesmas
terdapat 1 ambulans yang siap pakai.
o Fasilitas kesehatan: Tidak ada kerja sama fasilitas kesehatan lain seperti Balai
Pengobatan Swasta (BPS) dengan Puskesmas dalam program P2ISPA (tidak teratur
memberikan laporan temuan Balita yang menderita pneumonia).
sosial ekonomi rendah. Sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian sebagai
buruh tani (40,37%), disusul oleh pedagang (15,80%), dan petani (9,88%). Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa proporsi terbesar penduduk adalah yang
pekerjaannya tidak memberikan penghasilan yang pasti setiap bulannya.
o Status pendidikan
: Sebagian besar penduduk memiliki pendidikan terakhir
SD/MI (40,35%), kemudian SMA/MA (28,09%), SMP/MTS (19,75%), belum tamat
Umpan Balik
Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas dan lintas program untuk mengevaluasi
program yang telah dijalankan serta Rapat kerja dengan Dinas Kesehatan 1 bulan sekali.
4.3.6. Dampak
1. Langsung :
Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas ISPA (pneumonia): belum dapat dinilai.
2. Tidak langsung :
a. ISPA (pneumonia) tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
b. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat sesuai Paradigma Sehat: belum dapat dinilai.
Bab V
Pembahasan
5.1. Variabel Masalah
Tabel 1. Variabel Masalah.
No
1.
Variabel
Keluaran
Cakupan penderita
Pneumonia Balita
Tolok Ukur
Keberhasilan
Variabel
Cakupan
Masalah
86%
31,33%
(+)
54,67%
100%
0%
(+)
100%
Masukan
Sarana :
Sound timer
3.
4.
Proses
Perencanaan pelatihan kader
Lingkungan
Transportasi
3 buah
(100%)
2 buah
(66,66%)
Tidak dilakukan
(+)
33,34 %
(+)
Mendukung
Tidak
(+)
Mendukung
Tidak
(+)
Sosio ekonomi
Mendukung
Tidak
(+)
Bab VI
Permasalahan
Dari pembahasan Evaluasi Program P2ISPA Pneumonia Balita di UPTD Puskesmas Kutawaluya
periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015 didapatkan beberapa masalah seperti berikut:
1. Masalah menurut keluaran
a. Cakupan penderita pneumonia balita sebesar 31,33%dari target 86%.
b. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0%
dari target 100%.
2. Masalah menurut unsur lain (Penyebab Masalah) :
a. Dari Masukan
-
c. Dari lingkungan
1) Fisik
-
Bab VII
Prioritas Masalah
Masalah menurut keluaran :
a
Juni 2014 sampai dengan Mei 2015 sebesar 31,33 % dari tolok ukur 86%.
Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0% dari target
100%.
Dalam menetapkan prioritas masalah ditetapkan dengan teknik scoring sebagai berikut :
No
Parameter
Masalah
A
1.
Besarnya masalah
2.
3.
4.
5.
23
19
masalah
Total
Koding :
5 = sangat penting ; 4 = penting ; 3 = cukup penting ; 2 = kurang penting ; 1 = tidak penting.
Dari masalah-masalah yang ditemukan di atas, maka masalah yang harus diselesaikan, yaitu :
a
Penemuan penderita ISPA (pneumonia) di Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2014 sampai
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
Masalah 1: Cakupan penderita pneumonia balita sebesar 31,33%dari target 86%.
Penyebab Masalah:
1
kerja Puskesmas
Tidak aktifnya penemuan dan perujukan penderita ISPA (Pneumonia Balita) oleh
kader.
Penemuan penderita ISPA (Pneumonia Balita) dilakukan secara passive case finding.
Penyelesaian Masalah:
1
Petugas Puskesmas melakukan kerja sama dengan fasilitas kesehatan lain untuk ikut
Masalah 2: Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0% dari
target 100%.
Penyebab Masalah:
1
2
Dana BOK pada tahun 2014 terbatas untuk pelatihan Kader Posyandu.
Pelatihan kader masih sendiri-sendiri (belum terpadu).
Penyelesaian Masalah:
1
2
Bab IX
Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada program Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2ISPA) di UPTD Puskesmas kutawaluya periode
Juni 2014 sampai dengan Mei 2015, didapatkan:
1. Cakupan penderita ISPA (Pneumonia Balita) adalah sebesar 31,33%.
2. Cakupan penentuan diagnosis penderita ISPA (Pneumonia Balita) adalah sebesar
100%.
3. Cakupan pelaksanaan pengobatan penderita ISPA (Pneumonia Balita) adalah sebesar
100%
4. Jumlah rujukan kasus ISPA (Pneumonia Balita) tidak ada.
5. Cakupan penyuluhan perorangan dan kelompok adalah sebesar 100%
6. Cakupan pelatihan kader untuk deteksi dini penderita ISPA (Pneumonia Balita)
adalah 0%.
7. Pencatatan dan pelaporan penderita ISPA (Pneumonia Balita) dilakukan 100% sesuai
tolok ukur.
8. Masih belum berhasilnya pelaksanaan program P2ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD
Puskesmas Kutawaluya karena masih ada masalah-masalah di program ini.
9.2. Saran
Agar kegiatan cakupan penemuan penderita pneumonia balita di
Puskesmas Kutawaluya di periode yang akan datang dapat berhasil dan berjalan dengan baik,
maka Puskesmas sebaiknya memperbaiki masalah yang ada dengan penyelesaian masalah
sebagai berikut:
Memberdayakan tenaga kesehatan lainnya seperti kader, bidan ataupun dokter di UPTD
Puskesmas Kutawaluya untuk diikutsertakan dalam program P2ISPA agar masing-masing
jabatan dalam program ini dapat dijalankan dengan baik dan lebih fokus.
Melalui saran di atas diharapkan dapat membantu dalam keberhasilan program Pengendalian
Penyakit ISPA (Pneumonia Balita) pada periode yang akan datang di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Kutawaluya, sehingga permasalahan yang timbul dapat teratasi.
Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan RI. Modul tatalaksana standar pneumonia. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI; 2010.h. 1-54.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
kesehatan dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013.h. 65-8.
3. Weber M, Fransisca, Said M, dkk. Pneumonia balita. Buletin Jendela Epidemiologi 2010:
Vol 3, 1-36.
4. Data Pencatatan dan Pelaporan Bulanan Periode Juni 2014 sampai Mei 2015 Program
P2ISPA (Pneumonia) Puskesmas Kutawaluya.
5. Susanto DH. Pedoman evaluasi program. Jakarta: UKRIDA; 2011.h. 6-10.
6.