TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Melengkapi Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Teknik
Perminyakan Pada Fakultas Teknik Universitas Islam Riau
OLEH
LEMBARAN PENGESAHAN
PERHITUNGAN LAJU KOROSI
PADA PIPA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODA
LONG RANGE ULTRASONIC TESTING
DI LAPANGAN ANZKO #02
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
Disetujui oleh :
MUSLIM, ST, MT
Pembimbing II
Disahkan oleh :
MUSLIM, ST, MT
Ketua Jurusan
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya jualah, penulis dapat menyelesaikan penyusunan
kolokium II ini dengan judul PERHITUNGAN LAJU KOROSI PADA PIPA
PRODUKSI
DENGAN
MENGGUNAKAN
METODA
LONG
RANGE
pengajar, Ibu Emi (pustaka) dan staf tata usaha Fakultas Teknik Universitas
Islam Riau.
6. Terkhusus untuk angkatan 2002 teknik perminyakan Universitas Islam Riau.
Dian, Firdaus, Hasbi, Mirza, Neka, dan Siska. Semoga kebersamaan selama ini
memberikan semangat dan kebaikan dalam hidup.
7. Ikhwan dan Akhwat UIR yang selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan
Skripsi ini, semoga tetap istiqomah hingga akhir hayat.
8. Akhina Saad, Akh Hariswan, Akh Amir, Akh Arie, Akh Refi, Bang Joni, Bang
Fahmi, Mas Budi, Bang Daris, Bang Baha, Bang Yus, dll. Mereka adalah
Saudara yang penulis sangat cintai karena Allah SWT. Semoga ukhuwah yang
terjalin akan senantiasa menjaga diri dari kelemahan.
9. Ustadz Muji dan keluarga yang merupakan orang tua bagi Penulis yang selalu
memberikan manfaat dan kebaikan. Jazakallah Ustadz, atas semua yang
diberikan.
10. Ustadz Saproni, Ustadz Eno, Ustadz Hanafi, Ustadz Sofyan, Bang Ramon, Bang
Bayu, mereka adalah guru terbaik. Syukron jazakallah atas semuanya.
11. Akhirnya dan yang paling penting, kepada Ummi dan Abi yang sangat Penulis
sayangi, Kak Santi, Tuti, Rudi, Fitri dan Puji yang terus berdoa. Penulis
persembahkan skripsi ini, taat dan bakti selalu, serta doa yang akan senantiasa
Penulis mohonkan pada Allah SWT agar Ummi dan Abi selalu disayangi dan
dirahmati oleh Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari kekurangan, untuk
itu penulis sangat mengharapkan sekali kritik dan saran yang membangun demi
mencapai kesempurnaan penulisan ini. Harapan penulis semoga karya tulis ini ada
manfaatnya.
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................................iii
ABSTRAK............................................................................................................... iv
ABSTRACT.............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Tujuan Penelitian .....................................................................................2
1.3. Batasan Masalah ......................................................................................2
1.4. Metodologi Penelitian..............................................................................2
1.5. Sistematika penulisan ..............................................................................4
BAB II TINJAUAN UMUM LAPANGAN..............................................................5
2.1. Sejarah Lapangan .....................................................................................5
2.2. Profil Perusahaan......................................................................................7
2.3.Lingkup Layanan.......................................................................................8
BAB III TEORI DASAR...........................................................................................9
3.1. Korosi .......................................................................................................9
3.1.1. Parameter Yang Mempengaruhi Terbentuknya Korosi .................9
3.1.2. Proses Terbentuknya Korosi Pada Pipeline..........................10
3.1.2.1. Korosi Sweet...................................................................10
Abstrak
Korosi merupakan permasalahan yang selalu terjadi pada peralatan produksi minyak
dan gas bumi. Pipa produksi adalah salah satu peralatan yang tidak akan terlepas dari
proses pengkaratan. Oleh karena itu, harus ada upaya serius untuk mencegah dan
sekaligus menanggulangi korosi agar bahaya yang ditimbulkan oleh karat tidak
berakibat fatal, baik secara materil maupun non materil. Kerugian yang disebabkan
oleh korosi dapat berupa pengurangan nilai ekonomis hingga kehilangan nyawa.
Long Range Ultrasonic Testing merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untuk mendeteksi terjadinya korosi pada jaringan pipa produksi. Metode ini
memanfaatkan gelombang ultrasonic sebagai media evaluasi yang di lengkapi oleh
teletest unit sebagai sistem pengaturannya. Secara khusus metode ini difokuskan
untuk pemeriksaan pipa dan jalur pipa dalam mendeteksi terjadinya pengkaratan.
LRUT di rancang khusus untuk mendeteksi pengkaratan dibawah insulasi yang dapat
diterapkan untuk berbagai kondisi pipa. Diantaranya pada jalur pipa yang berada di
penyeberangan jalan, jalur pipa gas, jalur pipa bawah tanah, dan lain-lain.
Pada pengujian rangkaian pipa produksi di lapangan ANZKO #02 laju korosi akan
didapat ketika terlebih dahulu dihitung besarnya pengurangan ketebalan dinding pipa
(wall loss) dari hasil pelaporan data teletest system. Performance rangkaian pipa
produksi yang diuji akan menurun searah dengan besarnya wall loss dan laju korosi
yang terjadi. Hal ini ditunjukan dengan adanya pengurangan ketebalan dinding pipa
yang terjadi hampir secara merata di seluruh rangkaian pipa sebesar 2,8 mm dengan
laju korosi rata-rata 0,07 mm/tahun. Rekomendasi solusi yang dianjurkan untuk
kondisi ini adalah mengganti rangkaian pipa atau memasang klep untuk solusi
sementara
Kata Kunci : Korosi, Wall Loss, Pipa produksi, Ultrasonic Testing, Teletest System.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Permasalahan korosi adalah permasalahan yang umum dan selalu terjadi pada
peralatan - peralatan exploitasi dan produksi migas terutama jaringan pipa produksi
minyak dan gas bumi. Korosi tidak bisa dianggap sebagai sebuah permasalahan yang
kecil, fakta di lapangan menyebutkan bahwa korosi merupakan penyebab utama
kegagalan jaringan pipa di Teluk Mexico (J. S Mandke, 1990), penyebab utama
terjadinya kecelakaan produksi minyak dan gas bumi di Amerika Utara (R. J Eiber,
1992), dan fakta - fakta lainnya.
Korosi yang dalam bahasa umum sering disebut dengan istilah pengkaratan
merupakan sebuah akibat dari terjadinya reaksi kimia antara suatu logam dengan
partikel partikel yang ada di sekitarnya atau bahkan dengan partikel yang terdapat
pada logam itu sendiri. Secara kimiawi, korosi merupakan penguraian logam menjadi
ion yang terjadi pada permukaan logam yang mengalami kontak langsung dengan
oksigen dan air.
Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan jaringan pipa yang akan berakibat
fatal pada proses distribusi hasil produksi maka harus diketahui laju korosinya.
Pengukuran laju korosi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode,
yaitu; Corroding Specimens, Electrical and Electrochemical Techniques dan Long
Range Ultrasonic Testing (LRUT). Namun dalam penelitian ini, metode yang penulis
gunakan untuk mengukur laju korosi adalah LRUT, metode ini merupakan teknologi
terbaru di Indonesia dalam bidang pemeriksaan laju korosi. Dengan menggunakan
gelombang ultrasonic metode ini akan mendeteksi pengurangan ketebalan pipa (wall
loss), yang kemudian dijadikan sebagai data primer untuk menghitung laju korosi
yang terjadi.
10
11
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Korosi & LRUT
Pengolahan Data
Analisa Hasil
Pembahasan
12
13
BAB II
TINJAUAN UMUM LAPANGAN
2.1. Sejarah Lapangan
PT CPI (Chevron Pacific Indonesia) adalah perusahaan minyak yang
beroperasi di Indonesia dengan sistem kontrak bagi hasil (Production Sharing
Contract). Salah satu lapangan minyak yang dimiliki PT CPI adalah lapangan S yang
berada di Provinsi Riau, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.1 (sumber :
Chevron 2008).
14
reservoir
agar
tidak
mengalami
penurunan
yang
tajam
selama
berlangsungnya produksi. Dengan tingginya tekanan diharapkan gas yang ada akan
tetap terlarut pada minyak sehingga viskositas minyak akan turun dan minyak akan
cepat mengalir lagi kepermukaan.
Pada tahun 1991, dimulai proyek EOR (Enhance Oil Recovery). Proyek ini
merupakan proyek secondary recovery yang dilakukan dengan sistem injeksi air
berpola, misalnya pola satu sumur produksi dikelilingi 4 sumur injeksi atau satu
sumur injeksi dikelilingi 4 sumur produksi.
Untuk studi literatur ini, Lokasi pengujian yang diteliti adalah rangkaian
pipeline 10 shipping line HCT dari gathering station di lapangan Anzko #02.
Rangkaian ini berada di wilayah Duri di bawah pengelolaan PT. Chevron Pacific
Indonesia.
15
korosi
dengan
pengujian
gelombang
(menggunakan teletest)
b. Kebocoran lantai magnetik - Silverwings Floormap VS2i
c. Inspeksi non-kontak menggunakan lixi profiler
ultrasonic
16
17
BAB III
TEORI DASAR
3.1. Korosi
Korosi atau secara awam lebih dikenal dengan istilah pengkaratan merupakan
fenomena kimia pada bahan-bahan logam di berbagai macam kondisi lingkungan.
Penyelidikan tentang sistem elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan
mengenai korosi ini, yaitu reaksi kimia antara logam dengan zat-zat yang ada di
sekitarnya atau dengan partikel-partikel lain yang ada di dalam matrik logam itu
sendiri. Jika dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan
reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang mengalami kontak langsung
dengan lingkungan yang mengandung air dan oksigen.
Pada umumnya, dalam sektor industri minyak dan gas bumi, korosi adalah
suatu permasalahan operasional yang harus diatasi dengan baik. Kerugian keuangan
dalam kaitannya dengan korosi dari waktu ke waktu semakin membesar. Hal ini
harus dicarikan solusi terbaik dengan melakukan tindakan pencegahan untuk
permasalahan tersebut. Sebagaimana dalam skripsi ini, permasalahan korosi harus
dicarikan solusi terbaik karena jika dibiarkan akan berdampak pada efesiensi dan
produktivitas dalam proses eksplorasi minyak dan gas bumi. Langkah awal yang
dilakukan adalah dengan mengukur seberapa besar korosi yang terjadi pada pipa
produksi dengan menggunakan metoda Long Range Ultrasonic Testing (LRUT).
3.1.1. Parameter Yang Mempengaruhi Terbentuknya Korosi
Parameter yang dapat mempengaruhi terbentuknya korosi ada dua bagian,
yaitu faktor yang berasal dari bahan itu sendiri dan faktor yang berasal dari
lingkungan dimana benda tersebut berada. Faktor yang berasal dari bahan meliputi
kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur yang ada dalam bahan,
teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Sementara yang berasal dari faktor
lingkungan adalah tingkat pencemaran udara, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia
yang bersifat korosif dan lain sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat
18
menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa
anorganik maupun organik.
3.1.2. Proses Terbentuknya Korosi Pada Pipeline
Berdasarkan proses terbentuknya, secara umum korosi dapat diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) macam, yaitu: korosi sweet, korosi sour, korosi oxygen, dan
korosi electrocemical. Pemaparan ke empat korosi ini akan dijelaskan pada
pembahasan selanjutnya.
3.1.2.1.Korosi Sweet
Korosi ini terjadi akibat adanya carbon dioxide larut dalam air dan bereaksi
dengan logam/pipa.
CO2
(carbonic acid)
(persamaan 3.1)
H2
(persamaan 3.2)
19
Korosi yang terjadi diakibatkan oleh hydrogen sulfide yang larut dalam air
bereaksi dengan besi yang merupakan bahan dasar pipeline. Faktor-faktor yang dapat
mempercepat korosi asam adalah : oxygen dan carbonic acid, serta micro organism.
(persamaan 3.3)
3.1.2.3.Korosi Oxygen
Korosi jenis ini biasanya terjadi akibat adanya kombinasi air dan oksigen
yang bereaksi dengan besi, secara kimia dapat digambarkan sebagai berikut:
(persamaan 3.4)
20
21
22
d. Konduktor Elektronik
Konduktor Elektronik adalah bahan yang akan mengalirkan elektron untuk
menghantarkan arus listrik ke katoda dan kembali ke anoda. Pada fasilitas produksi,
besi itu sendiri berfungsi sebagai konduktor elektronik. Kombinasi dari anoda,
katoda, elektrolit dan konduktor elektronik disebut dengan corrosion cell.
3.1.3. Bentuk Corrosion Cell Pada Pipeline
Setiap logam sebelum diolah mempunyai energi potensial yang berbeda-beda.
Jika jaringan pipa terdiri dari logam yang berbeda, maka logamlogam tersebut akan
berfungsi menjadi anoda dan katoda. Air atau kondisi lembab di sekitar pipa, akan
menjadi elektrolitnya. Semua bagian ini akan menjadi corrosion cell jika bergabung
dan akan menimbulkan karat.
Gambar 3.5 Corrosion Cell (Google.image.com, 2010)
Corrosion cell pada pipeline dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
3.1.3.1.Dissimilar Metal Corrosion Cell (Galvanic Cell)
Dua buah logam yang berbeda jenisnya saling dihubungkan dan berada dalam
suatu elektrolit, maka akan terjadi aliran listrik searah.
23
(1) Di dalam elektrolit, arus elektron mengalir dari logam yang berenergi
potensial tinggi (anoda) menuju logam yang berenergi potensial rendah
(katoda).
(2) Di luar elektrolit, arus elektron mengalir dari logam yang berenergi
potensial rendah kepada logam yang berenergi potensial tinggi.
(3) Pipa baru berenergi potensial tinggi jika dibandingkan dengan pipa yang
sudah lama.
(4) Arus listrik akan mengalir searah dari pipa baru ke pipa lama di dalam
elektrolit, sehingga pipa baru menjadi anoda dan pipa lama menjadi
katoda.
24
25
26
karat
yang
rusak
tersebut.
Penanggulangannya
adalah
dengan
stress
(daya
rentang)
yang
diberikan
kepada
metal
tersebut.
27
3.1.4.6.Korosi Fatigue
Korosi ini disebabkan karena suatu metal sering mendapat tegangan puntir
dan berada dalam lingkungan yang corrosive. Penanggulangannya adalah dengan
mengurangi tegangan puntir. Karena dengan mengurangi tegangan puntir ini sulit
dilaksanakan, maka solusinya adalah dengan menggunakan corrosion inhibitor atau
logam yang tidak mudah berkarat.
28
29
Dimana:
M
: Mill (1/1000 inch)/Years
A
: Area (inch2)
(persamaan 3-5)
30
Kekurangan
tanpa
membuka
atau
31
3.3.
yang terjadi pada pipa menggunakan petunjuk gelombang ultrasonic. Prosedur ini
menyajikan metode untuk penetapan peralatan, penetapan sistem, ujicoba pipa,
interpretasi dan kumpulan data.
32
33
biru, merah, orange dan kuning, yang mana setiap warna dihubungkan dengan
peralatan octan yang tepat. Pengkodean warna akan tampak pada inflatable mounting
collar.
Pemeriksaan elektris mencakup peralatan transducer dan kabel. Peralatan
transducer sangat penting untuk memantapkan individual elemen transducer dengan
fungsi yang benar, sehingga transducer berjalan sesuai dengan harapan. Ini lebih
mudah dicapai dengan pengukuran kapasitas elemen transducer. Pengukuran
kapasitas akan dibuat pada peralatan teletest sebagai prioritas utama percobaan.
Kapasitas yang diminta mungkin dapat dihitung dari kemampuan seorang transducer
dan pengetahuannya tentang jumlah dari setiap peralatan. Nilai perkiraan itu
diberikan pada tabel 1.
Pengukuran ini juga penting untuk menekankan bahwa peralatan tidak
memberikan sebuah beban resistansi (hambatan) pada unit teletest, sehingga
menyebabkan fault yang terjadi semakin parah. Penggunaan kotak percobaan
transducer, pengukuran resistansi dari setiap kuadran untuk setiap cincin didalam
peralatan menggunakan multi-meter dengan kapasitas sebuah resistansi paling sedikit
60 M-ohms.
Hambatan pada setiap kuadran harus melebihi 30 M-ohms untuk menghindari
kesalahan diluar perkiraan. Kesalahan diindikasikan pada diagnosa panel pada unit
fokus teletest. Catatan, isolasi hambatan mungkin juga sebagai topik utama untuk
lebih hati-hati didalam pengujian didalam workshop yang menggunakan peralatan
Megger pada tegangan 250V.
Kabel merupakan penghubung transducers di dalam sebuah pengujian untuk
kelancaran dan mempersingkat jalur sebagai bagian dari percobaan dalam sistem
mekanika peralatan transducer. Kabel utama (2m dan 50m) mudah mengalami
kerusakan melalui penggunaan dan akan diperiksa sebelum penggunaan pusat kotak
pengujian, kabel tersebut akan menghubungkan antara pin yang satu dengan pin yang
lainnya, dan tidak menghubungkan anatar pin yang berbeda. Keterhubungan antar
pin di indifikasikan oleh nyala lampu pada box test.
Aktivasi aplikasi perangkat lunak teletest dilakukan dengan cara mengklik
dua kali tanda pada layar PC. Program yang dimiliki mempunyai dua bentuk,
34
collection dan analysis pilih icon dengan tulisan analysis untuk menampilkan
percobaan dan pengumpulan data.
3.3.3. Ujicoba Pipa
Selama
35
posisinya. Lokasi peralatan (teratur untuk pusat cincin tranduser) secara relatif
diketahui, dan datum yang telah disepakati juga harus direkam. Catatan, connector
pada face peralatan dibelakang arah test.
Pengumpulan data yang diperlukan meliputi beberapa informasi yang harus
direkam, normalisasi amplitudo, dan kumpulan data. Informasi berikut diperlukan
untuk di input atau disusun sebelum test, yaitu :
1. Informasi umum tentang klien, nomor pekerjaan dan referensi pipa.
2. Diameter pipa (actual OD, mm), ketebalan dinding (terukur, mm) dan
pipa yang ditetapkan (jika memungkinkan).
3. Pemisahan jarak antara cincin yang saling berdekatan didalam peralatan
tranduser. Ini tergantung pada ukuran pipa dan frekuensi percobaan.
4. Posisi tranduser relatif terhadap datum. Letak datum boleh juga
digambarkan.
Normalisasi amplitudo pada cincin transducer dilakukan secara otomatis dan
dikendalikan oleh software. Segera setelah susunan rangkaian di atas dilengkapi,
software akan secara otomatis mengumpulkan data. Software akan otomatis
menghitung data pada frekuensi yang paling tinggi dari bentuk gelombang yang
digunakan, ukuran pipa dan kondisi pipa.
3.3.4. Interpretasi
Interpretasi meliputi proses akhir, penentuan tingkatan referensi, penentuan
kevalidan jarak percobaan, dan evaluasi metode.
3.3.4.1.Proses Akhir
Set data awal diproses untuk hasil A-scan display untuk dijadikan bahan
perbaikan jika terjadi penolakan dari sinyal ultrasionik yang tidak diinginkan dan
kemampuan untuk menolak respon yang mengalami perubahan. Ini akan dilakukan
secara langsung setelah data terkumpul di dalam fitur collection dari program
teletest, atau dari penggunaan pengiriman data sebelumnya di pilihan
Analysis pada PC laptop anda.
icon
36
37
amplitudo yang kecil tidak selalu menyatakan bahwa kerusakannya kecil, karena
semua itu dipengaruhi oleh banyak faktor.
Agar memberikan arti atau mengetahui kerusakan signifikan yang sangat
potensial didalam istilah dari penggabungan pipa, juga penting untuk menilai
bagaimana penempatan respon didalam lingkaran pipa. Respon ini mungkin
didapatkan dari terfokusnya suatu percobaan dan plot dari respon bagan polar. Untuk
memasukkan perubahan ini, beberapa aspek dari interpretasi prosedur dirubah
perbandingannya dengan versi awal dari prosedur percobaan teletest. Mengingat
indikasi sebelumnya yang diperkirakan, terutama didalam istilah amplitudo dengan
kategori kecil, sedang, dan kuat, sehingga sinyal sekarang dapat digambarkan
sebagai kategori amplitudo 1, 2, atau 3, dengan kategori 3 sebagai kategori yang
paling tinggi. Sebuah kurva DAC ditambahkan untuk analisa screen. Category 3 Line
berwarna merah, -20 dB, memperbandingkan dengan 100% reflector atau pemantul
(ekuivalen sampai pipa terakhir), supaya plot antara weld line berwarna biru (-14 dB)
dan Category 2 Line berwarna hijau mencapai 9% reflector line (-26 dB). Ini
menunjukan ikatan antara kategori 2 dan 3.Bisa dilihat pada gambar 3.15. sebagai
tambahan, kurva DAC dan area yang sesuai untuk kategori di atas ditunjukkan juga
pada gambar 3.15
Respon kategori 1 lebih rendah daripada garis hijau -26 dB (lebih kecil dari
sebelumnya). Respon Kategori 2 diatas pada garis hijau -26dB , tetapi lebih rendah
dari pada garis merah
kategori 3 melebihi garis merah -20dB (ini kurang lebih sama dari klasifikasi pada
tingkat sebelumnya, tetapi pembatasan amplitudo lebih mudah didefinisikan).
Catatan, dalam praktiknya, tidak ada amplitudo yang lebih rendah sebagai respon
pertimbangan didalam percobaan ini. Beberapa sinyal yang di akui diatas,
merupakan level dasar yang menyebar nyebar, yang harus di evaluasi oleh
penterjemah sebagai keputusan yang dibuat mengikuti rekomendasi berikut ini.
38
menunjukkan
kategori amplitudo. Dibawah garis hijau adalah kategori 1, di antara garis hijau dan
merah adalah kategori ke 2 dan diatas garis merah adalah kategori ke 3.
Pengumpulan data difokuskan pada dugaan kerusakan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari sebuah percobaan.
Hasil test difokuskan pada kerusakan yang terjadi dan dilanjutkan dengan
proses analisa. Jika polar plot menunjukkan tingkatan level yang tinggi, yang
ditunjukkan oleh adanya puncak di plot pada satu sudut fokus, hal ini digolongkan
kedalam kategori 3 (gambar 3. 20). Ini menggambarkan bahwa lokasi kerusakan
yang paling parah terletak pada bagian yang sempit dari lingkaran (circumference),
sehingga mungkin menjadi dalam respon amplitudo yang diberikan.
39
Gambar 3.20 Respon kategori 3 dari fokus percobaan (Irsindo Pratama, 2010)
Jika plot polar mempunyai dua buah amplitudo yang tinggi dan saling
berdekatan, maka respon dikategorikan kedalam kategori 2. Ini ditunjukkan pada
gambar 3.21, yang menunjukan adanya kerusakan, tetapi mempunyai panjang
lingkaran yang sama.
Gambar 3.21 Respon kategori 2 dari fokus percobaan (Irsindo Pratama, 2010)
Jika plot polar mempunyai 3 atau lebih puncak amplitudo yang tinggi dan
saling berdekatan (gambar ke 3.22), respon dikategorikan kedalam kategori 1. Ini
menunjukkan bahwa kerusakan menyebar pada suatu wilayah yang sangat luas dari
lingkaran, sehingga agak kurang dalam memberikan respon amplitudo.
40
Gambar 3.22 Respon kategori 1 dari fokus percobaan (Irsindo Pratama, 2010)
Catatan, ada juga kelompok kategori yang menunjukan kategori 0, yang
cocok untuk memperkirakan respon yang sama di sekeliling circumference (keliling
lingkaran) yang diperoleh dari weld (las metal), perhatikan gambar 3.19.
Gambar 3.23 Respon kategori 0 dari weld fokus percobaan(Irsindo Pratama, 2010)
Keseluruhan klasifikasi diperoleh dengan mengalikan dua nilai,
arah
amplitudo x, yang diperoleh dari kerusakan. Nilai 3 atau lebih besar memberikan
sebuah rekomendasi untuk prioritas yang lebih tinggi, dan harus dilakukan
penggantian pipeline. Nilai 2 memberikan informasi mengenai kategori kerusakan
yang sedang dan nilai 1 merupakan jenis kerusakan yang paling rendah. Ini di
simpulkan di tabel berikut:
Tabel 3.2 Matrik evaluasi tingkat kerusakan (Irsindo 2010)
41
Amplitudo
Arah Kemiringan
Nilai Kerusakan
Rekomendasi Perbaikan
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Weld
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Rendah
Oleh karena itu, kerusakan dengan respon amplitudo yang tinggi selalu
menghasilkan prioritas utama untuk dilakukan perbaikan (kecuali jika merupakan
sambungan), maka dilakukan respon amplitudo yang lemah yang mana memiliki
arah yang tinggi.
Pemeriksaan kuantitatif seperti pemeriksaan dengan radiography atau dengan
cara konvensional UT direkomendasikan pada seluruh klasifikasi anomali.
Interprestasi sinyal teletest membutuhkan pemahaman terhadap faktor yang
mempengaruhi test output dan metode pemeriksaan apa saja yang ada serta
pengalaman dalam proses interpretasi. Plant integrity Ltd menyediakan pelatihan
baik mengenai pengoperasian maupun hasil interpretasi. Meskipun Teletest Focus
adalah peralatan screening, Namun tekhnik ini sangat berguna untuk mengukur
performance standar pipeline (khususnya masalah korosi).
Tabel 3.3 Konfigurasi transducer untuk diameter pipa berbeda (Irsindo 2010)
42
Kapasitas tranduser teletest rata-rata adalah 859 pF (0.859 nF). Tabel di atas
menyediakan panduan nilai nominal yang diperkirakan pada setiap quadrant
peralatan teletest dengan perbedaan diameter.
Dalam prakteknya nilai yang terukur akan sedikit lebih tinggi daripada yang
ada sebagai nilai standarnya (tabel) dan interkoneksi kabel memiliki kapasitansi
tambahan yang akan menambah total nilainya.
43
Di semua kasus lembar laporan yang akan dihasilkan (dari software teletest)
akan ditampilkan kondisi performance pipeline dan kesimpulannya. Hasilnya
disajikan dalam grafik A-scan yang akan dijadikan sebagai pertimbangan untuk
memberikan
masukan
atas
kerusakan-kerusakan
yang
terjadi,
apakah
BAB IV
44
6.7 mm
45
Jam 3
Ketebalan Pipa Arah
6.6 mm
Jam 6
Ketebalan Pipa Arah
6.9 mm
Jam 9
Ketebalan Pipa Arah
6.7 mm
Jam 12
Tabel 4.2 Data Test Untuk Pengujian Titik I (Irsindo Pratama, 2010)
Pemeriksaan Pipa
Lokasi Pengujian
TP1
Tempat Lokasi
Lokasi GPS
Tanggal Pengujian
5/2/2010 9:14 AM
Prosedur
MIS-LRUT-0001
Peralatan
Version 2.2.0.6253
Unit ID
TT31002
Senthil
Perician Lain
PKM0.050km
8.71
-25.69
46
Ferritic steel
Standard Pabrik
Ukuran Nominal
10 in
Outer Diameter
10.75 in
Nominal Ketebalan
6.725mm
Dinding
Kondisi Pengamatan Pipa Viscous Contents, Non Ambient Temperature(57C)
Orientasi Pipa
Horizontal
Test Direction
Both
Pada Peralatan
Posisi
Pada Peralatan
Arah Aliran
Tidak Diketahui
Angular Offset
0o
47
48
Tabel 4.5 Interpretasi Data Dari A-Scan Graphs (Irsindo Pratama, 2010)
Jarak dari Datum
Jenis Petunjuk
Ulasan
-25.34m
Flange
Start Pemeriksaan
-23.18m
Small Branch
6Dia Vent
-21.16m
Cat 1.
Dari BWD18m-21.5m
-18.25m
Cat 1.
-6.69m
Cat 3.
-6.20m
See info
Angle 0
-2.00m
Cat 3.
-1.06m
Weld
2.98m
Small Branch
7.48m
Weld
-25.34mss
Flange
Angle 0
Start Pemeriksaan
Dalam tabel di atas, dapat dilihat keterangan dari grafik A Scan Teletest yang
menjelaskan pelaporan anomaly yang terjadi pada pipa pada jarak tertentu. Arah atau
jarak terjadinya anomaly ditunjukan oleh tanda plus dan minus yang berarti
masing-masing searah dan berlawanan arah dengan aliran fluida yang mengalir
dalam pipa.
Report data yang dilaporkan oleh teletest unit kemudian dilakukan
interprestasi oleh engineer dan dibuat dalam bentuk tabel anomaly (Tabel 4.6) yang
akan memberikan data mengenai pengurangan ketebalan pipa (wall loss) sebagai
data awal untuk menghitung laju korosi (corrosion rate).
Garis
Test
No.
Points
UT Manual
Anomaly / Info
No.:
Photo
Remarks
49
Ext'l pitting
Thickness min. = 4.6 mm
HCT/10"/SLN/
HCT/10"/SLN
Benar/01/09
/Benar/01/09
At 2 & 9 o'clock
@BWD
18.5 m-21.5 m,
wall loss 2 mm
BWD
TP
01
INFO 01
N/A
11.6m - 13.5m,
area can't be verify
due to R/C
Ext'l pitting
10"HCT
HCT/10"/SLN/
HCT/10"/SLN
line
Benar/02/09
/Benar/02/09
Benar
@BWD
2m to 7m,
wall loss 4 mm
GS-
Ext'l pitting
Simpang
4
at 1- 6o'clock
Benar
HCT/10"/SLN/
HCT/10"/SLN
at 4-7 o'clock
Benar/03/09
/Benar/03/09
@BWD4.1m,
wall loss3mm
TP
02
Thickness min. = 6.9 mm
BWD15-21.7m,
INFO 02
N/A
TP
05
HCT/10"/SLN/
HCT/10"/SLN
pipe at TP area,
Benar/04/09
/Benar/04/09
50
Perhitungan Data
Teletest unit memberikan pembacaan, pengolahan dan menyajikan data hasil
pengujian. Untuk melakukan perhitungan laju korosi pada pipeline data yang harus
diketahui adalah pengurangan ketebalan dinding pipa (wall loss), data ini diperoleh
dari hasil pembacaan teletest system.
Data lain yang diperlukan untuk mendapatkan nilai laju korosi adalah selisih
antara tahun awal pemasangan pipa dengan tahun dilakukannya inspeksi pipa.
Setelah wall loss dan data tersebut maka laju korosi pipa dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan berikut ini :
(persamaan 4.1)
Keterangan:
Corrosion Rate (CR)
51
Years between Ti and Ta : Selisih antara tahun awal pemasangan pipa dengan
tahun pada saat pengujian.
Tabel 4.7 menunjukkan perhitungan laju korosi yang dilakukan terhadap
seluruh rangkaian pipeline yang terdiri dari 84 titik pengujian (test point).
Tabel 4.7 Perhitungan Laju Korosi Untuk 84 Test Poin (Irsindo Pratama, 2010)
TP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
TP
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Ti
6.6
6.9
6.9
6.8
6.8
6.2
6.6
6.5
6.1
6
6.6
6.5
6.5
6.5
6.6
6.4
Ti
6.4
6.7
6.7
6.5
6.6
6.6
6.6
6.6
6.5
6.5
6.5
Ta
2.6
3.9
6.9
6.8
4.8
3.2
4.6
4.5
2.1
1
2.6
2.5
1
2.5
4.6
2.4
Ta
3.4
4.7
3.2
3.5
3.6
2.6
3.6
4.1
2
3.5
4.5
WL
4
3
0
0
2
3
2
2
4
5
4
4
5.5
4
2
4
WL
3
2
3.5
3
3
4
3
2.5
4.5
3
2
Yti
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
Yti
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
Yta
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
Yta
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
Yta-ti
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
Yta-ti
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
CR
0.100
0.075
0.000
0.000
0.050
0.075
0.050
0.050
0.100
0.125
0.100
0.100
0.138
0.100
0.050
0.100
CR
0.075
0.050
0.088
0.075
0.075
0.100
0.075
0.063
0.113
0.075
0.050
52
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
TP
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.6
6.6
6.7
6.4
6.5
6.6
6.6
6.4
6.3
5.4
6.3
6.3
6.3
6.2
6.2
6.1
6.1
6.2
6.2
6.3
6.2
Ti
6.2
6.4
6.4
6.4
6.2
6.2
6.3
6.4
6.2
6.5
6.5
4.5
4.5
4
4
4
4.5
2.6
4.6
4.7
2.4
3.5
4.6
2.6
3.9
4.3
3.9
2.8
4.3
2.8
4.2
3.2
3.1
3.6
3.7
4.2
4.3
3.7
Ta
3.7
3.9
3.4
4.4
4.2
4.2
4.3
4.4
3.7
4.5
4.5
2
2
2.5
2.5
2.5
2
4
2
2
4
3
2
4
2.5
2
1.5
3.5
2
3.5
2
3
3
2.5
2.5
2
2
2.5
WL
2.5
2.5
3
2
2
2
2
2
2.5
2
2
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
Yti
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
Yta
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
Yta-ti
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
0.050
0.050
0.063
0.063
0.063
0.050
0.100
0.050
0.050
0.100
0.075
0.050
0.100
0.063
0.050
0.038
0.088
0.050
0.088
0.050
0.075
0.075
0.063
0.063
0.050
0.050
0.063
CR
0.063
0.063
0.075
0.050
0.050
0.050
0.050
0.050
0.063
0.050
0.050
53
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
6.1
6.3
6.3
6.2
6.3
6.4
6.5
6.2
6.1
6.2
6.2
6.4
6.1
6.1
6.1
6.1
6.3
5.8
6.1
3.6
2.3
2.3
2.2
2.3
3.4
2.5
2.2
3.6
3.2
3.2
4.9
3.1
3.1
2.1
3.6
3.3
2.8
4.6
2.5
4
4
4
4
3
4
4
2.5
3
3
1.5
3
3
4
2.5
3
3
1.5
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
1970
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
0.063
0.100
0.100
0.100
0.100
0.075
0.100
0.100
0.063
0.075
0.075
0.038
0.075
0.075
0.100
0.063
0.075
0.075
0.038
Keterangan :
TP
Ti
Ta
WL
Yti
Yta
Yta-ti
CR
:
:
:
:
:
:
:
:
Test Poin
Thickness Initial (mm)
Thickness Actual (mm)
Wall Loss (mm)
Years Thickness Initial (tahun)
Years Thickness Actual (tahun)
Years Between Ta-Ti
Corrosion Rate (mm/years)
Tabel 4.8 merupakan hasil akhir data yang telah di run menggunakan
simulasi, sehingga diperoleh frekuensi yang merupakan acuan untuk mendapatkan
gambar gambar grafik pada Bab V.
Thickness Initial
Thickness Actual
Wall Loss
Corrosion
Rate
54
mean
modus
median
6.377380952
6.5
6.4
3.579761905
4.5
3.6
2.797619048
2
2.5
0.070071429
0.05
0.063
Thickness Actual
Wall Loss
2.1
1.31
3.55
2.75
5.08
4.15
Corrosion
Rate
0.034
0.0648
0.128
Tabel 4.10 Hasil akhir data setelah di run simulasi (Irsindo Pratama, 2010)
Test Poin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Frekuensi
Thickness Initial
(mm)
Thickness Actual
(mm)
Wall Loss
(mm)
0.011905
0.02381
0.035714
0.047619
0.059524
0.071429
0.083333
0.095238
0.107143
0.119048
0.130952
0.142857
0.154762
0.166667
0.178571
0.190476
0.202381
5.4
5.8
6
6.1
6.1
6.1
6.1
6.1
6.1
6.1
6.1
6.1
6.1
6.2
6.2
6.2
6.2
1
1
2
2.1
2.1
2.2
2.2
2.3
2.3
2.3
2.4
2.4
2.5
2.5
2.5
2.6
2.6
0
0
1.5
1.5
1.5
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Corrotion Rate
(mm/years)
0
0
0.038
0.038
0.038
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
55
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Test Poin
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
0.214286
0.22619
0.238095
0.25
0.261905
0.27381
0.285714
0.297619
0.309524
0.321429
0.333333
0.345238
0.357143
0.369048
0.380952
0.392857
0.404762
0.416667
0.428571
6.2
6.2
6.2
6.2
6.2
6.2
6.2
6.2
6.2
6.2
6.3
6.3
6.3
6.3
6.3
6.3
6.3
6.3
6.3
2.6
2.6
2.6
2.8
2.8
2.8
3.1
3.1
3.1
3.2
3.2
3.2
3.2
3.2
3.3
3.4
3.4
3.4
3.5
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
Frekuensi
Thickness Initial
(mm)
Thickness Actual
(mm)
Wall Loss
(mm)
0.440476
0.452381
0.464286
0.47619
0.488095
0.5
0.511905
0.52381
0.535714
0.547619
0.559524
0.571429
0.583333
0.595238
0.607143
0.619048
0.630952
0.642857
0.654762
6.3
6.4
6.4
6.4
6.4
6.4
6.4
6.4
6.4
6.4
6.4
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
3.5
3.5
3.6
3.6
3.6
3.6
3.6
3.6
3.7
3.7
3.7
3.7
3.9
3.9
3.9
3.9
4
4
4
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.063
0.063
0.063
0.063
0.063
0.063
0.063
Corrotion Rate
(mm/years)
0.063
0.063
0.063
0.063
0.063
0.063
0.063
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
56
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
Test Poin
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
0.666667
0.678571
0.690476
0.702381
0.714286
0.72619
0.738095
0.75
0.761905
0.77381
0.785714
0.797619
0.809524
0.821429
0.833333
0.845238
0.857143
0.869048
0.880952
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.6
6.6
6.6
6.6
6.6
6.6
6.6
6.6
6.6
4.1
4.2
4.2
4.2
4.2
4.3
4.3
4.3
4.3
4.4
4.4
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.6
3
3
3
3
3
3
3.5
3.5
3.5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Frekuensi
Thickness Initial
(mm)
Thickness Actual
(mm)
Wall Loss
(mm)
0.892857
0.904762
0.916667
0.928571
0.940476
0.952381
0.964286
0.97619
0.988095
1
6.6
6.6
6.6
6.7
6.7
6.7
6.8
6.8
6.9
6.9
4.6
4.6
4.6
4.6
4.7
4.7
4.8
4.9
6.8
6.9
4
4
4
4
4
4
4
4.5
5
5.5
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.075
0.088
0.088
0.088
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
Corrotion Rate
(mm/years)
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.113
0.125
0.138
57
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam rangkaian penelitian yang penulis lakukan, langkah pertama yang
dilakukan setelah menyelesaikan perumusan masalah dan study literature adalah
mengumpulkan data. Penulis mengambil data penelitian di lapangan anzko #02 yang
merupakan rangkaian pipeline yang dilakukan pengujian untuk mengetahui laju
korosi dengan menggunakan metode Long Range Ultrasonic Testing (LRUT) atas
izin PT Irsindo Pratama. Terdapat 84 test point sebagai titik-titik pengujian untuk
mengukur rangkaian pipeline, dengan tujuan akhir mendapatkan laju korosi yang
terjadi pada rangkaian pipa tersebut.
Dari hasil pengujian LRUT akan didapat nilai wall loss (pengurangan dinding
pipa) pada setiap test pointnya, sehingga penulis dapat melakukan perhitungan
seberapa besar corrosion rate (laju korosi) yang terjadi pada setiap titik pengujian.
Data-data yang harus dikumpulkan untuk menunjang perhitungan tersebut adalah;
ketebalan awal pipa (thickness initial) ketika pipa pertama kali dipasang dalam
satuan millimeter, ketebalan pipa ketika dilakukan pengujian dengan menggunakan
metode LRUT (thickness actual) dalam satuan millimeter, pengurangan ketebalan
pipa yang terjadi (wall loss) dalam satuan millimeter, tahun pertama pipa dipasang
dan tahun ketika dilakukan pengujian.
Setelah semua data terkumpul, penulis melakukan perhitungan (Persamaan
4.1) dan menyajikannya dalam tabel 4.7; tabel 4.8; tabel 4.9; dan tabel 4.10 di Bab 4.
Selanjutnya
menggunakan
program
microsoft
excel,
data
yang
di
plot,
58
59
60
yang
direkomendasikan
untuk
bagian-bagian
pipeline
yang
mempunyai nilai wall loss berbeda juga akan berlainan. Untuk bagian pipeline yang
mengalami wall loss 2 mm atau kurang dari itu harus segera diganti dengan
rangkaian yang baru. Bagian rangkaian pipeline yang wall loss nya 2.5 mm atau
lebih dapat dilakukan treatmen yang berbeda, salah satunya yaitu dengan memasang
sleeve, membuat logam pengalih korosi dan lain lain.
5.4. Grafik Corrosion Rate Vs Frequency
61
62
BAB VI
PENUTUP
6.1.
Kesimpulan
1. Pengukuran
korosi
dengan
menggunakan
metoda
LRUT
jika
Saran
1. Pada pipeline yang mengalami korosi, sebaiknya :
a. Dilakukan pergantian pipa
b. Dilakukan perlapisan terhadap pipa
c. Dilakukan perlindungan katodik dan anodik
d. Penggunaan zat pelambat karat (corrosion inhibitor) pada pipa
2. Upayakan agar pipeline di cek laju korosinya 5 tahun sekali
3. Sebaiknya
perusahaan
memberikan
tambahan
pekerjaan
kepada
63
DAFTAR PUSTAKA
Ariyon, M., 2008, Teknik Penulisan Tugas Akhir (Untuk Jurusan Teknik
Perminyakan), UIR Press, Pekanbaru.
Corrosion_Club.Com., 2010, Gambar Gambar Korosi
Google Image.Com., 2010, Gambar Gambar Korosi
Harmas, R., 2005, Perawatan dan Pemeliharaan Pipa Produksi, Kolokium I,
Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau, Pekanbaru.
Irsindo Pratama, 2010, Report Data Long Range Ultrasonic Testing, Pekanbaru.
----------------------------, Standart Procedure of Operation Long Range Ultrasonic
Testing, Pekanbaru.
Rubiandini, R., 2004, Teknik Operasi Pemboran, Penerbit ITB, Bandung.
Riduwan, 2009, Dasar-Dasar Statistika, Alfabeta, Cetakan ke-3, Bandung.
Widharto, S., 2004, Karat dan Pencegahannya, Pradnya Paramita, Cetakan ke-3,
Jakarta.