Anda di halaman 1dari 5

Alkisah, hiduplah sebuah keluarga yang hidup dengan tenteram dan damai.

Keluarga ini terdiri


dari ayah, ibu, dan anak semata wayangnya bernama Bawang Putih. Namun, ketenteraman dan kedamaian ini
terganggu lantaran si ibu jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Kejadian tersebut membuat keluarga kecil itu
bersedih karena kehilangan orang yang dicintai.
[Ibu Bawang Putih dalam keadaan sekarat. Ia berpesan kepada putri semata wayangnya itu ]
Bawang Putih

: "Ya, Bu."

Ibu Bawang Putih

: "Setelah ibu tiada, tetaplah menjadi anak yang bersahaja."

Bawang Putih

: [Menitikkan air mata.] "Iya, bu..."

Ayah Bawang Putih

: [Menangis, menyaksikan hal tersebut.]

[Setelah berpesan seperti itu, Ibu Bawang Putih meninggal dunia diiringi isak tangis Bawang Putih dan Ayah
Bawang Putih.]
Tak jauh dari rumah mereka, tinggallah seorang janda dan putrinya bernama Bawang Merah. Ketika ibu Bawang
Putih telah meninggal, kedua orang ini sering datang ke rumah Bawang Putih. Pada awalnya, antara ibu Bawang
Merah dengan ayah Bawang Putih hanya saling berbincang saja. Namun, lama-kelamaan, timbul juga pemikiran
di pikiran ayah Bawang Putih untuk mempersunting ibu Bawang Merah. Ayah Bawang Putih tidak ingin putri
semata wayangnya tumbuh tanpa kehadiran seorang ibu.
[Setelah Ibu Bawang Putih meninggal, Ayah Bawang Putih menikah dengan Ibu Bawang Merah. Hal ini
menjadikan hidup Bawang Putih tidak bahagia. Bersama anaknya yang bernama Bawang Merah, wanita tua itu
memperlakukan Bawang Putih seenak hatinya.]
Ibu Bawang Merah

: "Bawang Putihhhhh!!!"

Bawang Putih

: [Datang dengan tergopoh-gopoh] "Iya, Mah."

Ibu Bawang Merah

: "Dari mana aja sih kamu. Dipanggil dari tadi, lama banget! Ini tumpah!

Bawang Merah

: [Tiba-tiba datang dan menoyor Bawang Putih. Lalu menjatuhkan makanannya.] "Ini
bersihin sekalian ya."

Bawang Putih

: [Menghela napas. Tapi, mau tak mau dilakukan juga.]

[Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah tertawa kecil melihat hal tersebut.]
Bawang Putih yang sedih mengetahui dirinya sebatang kara tetap tak bisa berbuat apapun di hadapan ibu tiri dan
Bawang Merah. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya adalah mematuhi perintah ibu dan saudara tirinya.
Bawang Putih berharap keduanya bisa berubah. Namun, mereka malah semakin menjadi-jadi.
Bawang Putih

: [Menatap bintang di langit dengan sedih.] "Oh, Tuhan, kenapa hidupku seperti ini?
Orang-orang terdekatku kini sudah tiada semuanya. Tak ada orang yang mengasihiku
kini."

[Bawang Putih berdoa, semoga ada seseorang laki-laki baik hati yang datang dan menjadi kekasihnya. Doa
tersebut dicatat oleh malaikat dan diperdengarkan kepada Tuhan.]
****

[Bawang Putih hendak pulang setelah mencuci baju di sungai, saat ia bertemu dengan Pangeran tampan.]
Pangeran

: [Duduk di atas kudanya.] "Wahai, gadis cantik, bolehkah saya bertanya kepadamu?"

Bawang Putih

: [Menoleh ke asal suara. Dan mundur beberapa langkah karena tatapan tajam Pangeran.
Kemudian, ia menunduk.] "Silahkan, Tuan. Apa yang hendak Tuan tanyakan kepada
hamba?"

Pangeran

: "Saya sedang berburu bersama para pengawalku. Tapi, saking semangatnya, saya pergi
terlampau cepat daripada mereka. Ketika saya ingin kembali, saya kehilangan jejak
mereka. Jika tidak keberatan maukah kamu memberi saya petunjuk jalan manakah
yang baik untuk pulang ke istana saya?"

Bawang Putih

: [Menunjuk ke jalan yang dimaui oleh Pangeran.]

Pangeran

: "Oiya, sebelum saya pergi, bolehkah saya bertanya siapakah nama kamu?"

Bawang Putih

: "Nama hamba, Bawang Putih, Pangeran."

[Begitulah pertemuan pertama antara Pangeran dan Bawang Putih. Pertemuan tersebut membekas di hati
Pangeran. Sehingga, diam-diam, Pangeran memperhatikan Bawang Putih. Karena ia sudah jatuh cinta.]
****
Suatu hari, ketika Bawang Putih pergi ke sungai untuk mencuci, baju kesayangan ibu tirinya hanyut terbawa
arus sungai. Bawang Putih menyusuri sungai untuk mencari baju kesayangan ibu tirinya. Namun, sejauh
kakinya melangkah tidak ditemukannya baju kesayangan ibunya. Padahal hari sudah malam. Bawang putih
terpaksa pulang dengan perasaan yang tidak menentu. Dirinya diselimuti oleh rasa takut yang mendalam.
[Tok. Tok. Tok. Bawang Putih mengetuk pintu rumah. Selang berapa lama kemudian muncullah ibu tirinya dan
bawang merah]
Ibu Bawang Merah

: Kok pulang malem bawang putih ???

Bawang Putih

: Maaf bu, baju ibu hayut terbawa arus sungai, saya sudah mencarinya kemana-mana,
tapiiii..., baju ibu tidak ketemu. Saya sudah menyusuri sungai itu bu

Ibu Bawang Merah

: Apaaaaaa !!!!!. Itu baju kesangan ibu Bawang Putih dan harganya sangat mahal

Bawang Putih

: Maaf bu...

Bawang Merah

: Makanya, kalo kerja itu yang betul. Jangan melamun tokkk

Ibu Bawang Merah

: Maaf.... maaf terus. Pokonya Ibu ndak mau tau, cari baju itu sampai ketemu. Jangan
pulang sebelum baju itu kamu temukan. Mengerti...????!!!!!

Bawang Putih

: Iya bu

Bawang Merah

: Sebaiknya kita kasik hukuman aja bu, biar dia jera

Ibu Bawang Merah

: [Sambil membawa potongan kayu]. iya benar kamu Bawang Merah, kita hukum aja
anak ini

[Bawang Putih berlari ketakutan. Ia dikejar ibu tiri dan kakak tirinya, karena telah menghilangkan pakaiannya.
Pangeran menolong Bawang Putih.]

Pangeran

: "Hei, Bawang Putih, kesinilah."

Bawang Putih

: [Segera mengikuti kata-kata Pangeran.]

[Akhirnya, selamatlah Bawang Putih dari kejaran ibu tiri dan kakak tirinya. Pangeran membawa Bawang Putih
ke tempat yang aman. Lalu, bercerita-cerita. Pangeran simpati dengan kisah hidup Bawang Putih langsung
melamarnya. Ia ingin menyelamatkan hidup Bawang Putih.]
Pangeran

: "Kisah hidupmu sungguh dramatis. Tapi, terlepas dari semua itu, sejak saya
melihatmu, saya telah jatuh cinta. Bawang Putih maukah menikah denganku?"

Bawang Putih

: "Bila itu keinginan Pangeran..."

[Maka, menikahlah mereka. Setelah menikah, Pangeran membereskan masalah antara Bawang Putih dengan ibu
tiri dan kakak tirinya.]
***
[Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah bersimpuh di hadapan Bawang Putih dan Pangeran. Ibu anak itu
menghadapi sidang atas perbuatan mereka sebelumnya.]
Pangeran

: "Pengawal, bawa kedua orang itu ke sini!"

Ibu Bawang Merah

: "Ampuni kami, Pangeran. Kami berjanji mengubah sifat buruk yang ada pada diri
kami."

Pangeran

: [Menatap Bawang Putih, istrinya. Meminta keputusannya.]

Bawang Putih

: [Membalas tatapan Pangeran, suaminya. Lalu, ia bangkit menghampiri ibu tiri dan
saudara tirinya.] "Saya bisa saja melupakan semua yang ibu dan kakak lakukan. Tapi...
Satu syarat yang harus kalian lakukan..."

Ibu Bawang Merah

: "Apa itu? Katakan saja. Kami akan melakukannya dengan senang hati..."

Bawang Putih

: "Kalian harus pergi dari sini, dan jangan sampai saya melihat kalian lagi. Jika saya
sampai melihat kalian lagi, maka saya akan memerintah para pengawal untuk
menangkap dan menjebloskan kalian ke dalam bui."

Pangeran

: "Sekarang, enyahlah kalian dari hadapan kami!"

[Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah sujud mengucapkan terima kasih atas kemurahan hati yang Bawang
Putih dan Pangeran berikan.]
Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah

: "Terima kasih atas kebaikan hati kalian berdua." [Keduanya


segera berlalu.]

[Setelah kepergian ibu tiri dan kakak tirinya, Bawang Putih hidup bahagia bersama Pangeran.]
Pesan cerita

: janganlah menjadi serakah dan mau menang sendiri. Karena hal itu, tidak baik dan akan

menerima balasannya

Anda mungkin juga menyukai