Anda di halaman 1dari 13

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI

DI PROPINSI BENGKULU
I. Pendahuluan
Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga Berencana
ditandai dengan penurunan fertilitas dari 3% hasil SDKI tahun 2002/2003
menjadi 2,4 pada SDKI tahun 2007, selain itu program Kesehatan telah dapat
meningkatkan kesehatan masyrakat Propinsi Bengkulu dengan ditandai
penurunan tingkat kematian bayi sebesar 7 % dari 53 SDKI 2003 menjadi 46
SDKI 2007.
Pertumbuhan penduduk disebabkan oleh 4 faktor yaitu kelahiran (fertilitas) ,
kematian (mortalitas), in-migration (migrasi masuk), dan out-migration (migrasi
keluar). Selisih antara kelahiran dan kematian disebut perubahan reproduktif
(reproductive change) atau perubahan alami (natural increase), sedangkan
selisih antara migrasi yang masuk dan migrasi keluar dinamakan migrasi neto
(net migration).
Fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita untuk menghasilkan
kelahiran hidup merupakan salah satu faktor penambah jumlah penduduk
disamping migrasi masuk, tingkat kelahiran dimasa lalu mempengaruhi
tingginya tingkat fertilitas masa kini.
David dan Blake mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas
melalui teori variabel antara (Intermediate variabel) ada 11 variabel antara
yang mempenagruhi fertilitas, yang dikelompokkan dalam tiga tahap proses
reproduksi sebagai berikut :

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan kelamin (intercouse


variables)
1. Faktor-faktor yang mengatur tidak terjadinya hubungan kelamin :
a. Umur mulai hubungan kelamin
b. Selibat permanen: proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan
hubungan kelamin
c. Lamanya masa reproduksi sesudah atau diantara masa hubungan
kelamin :
Bila kehidupan suami isteri cerai atau pisah

Bila kehidupan suami isteri berakhir karena suami meninggal


dunia
2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan kelamin
d. Abstinensi sukarela
e. Berpantang karena terpaksa (oleh impotensi, sakit, pisah sementara)
f.

B.

Frekuensi hubngan seksual

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

terjadinya

konsepsi

(conception

variables) :
g. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
tidak disengaja
h. Menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi:
Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-bahan kimia
Menggunakan cara-cara lain
i. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh factor-faktor
yang disengaja (strerilisasi, subinsis, obat-obatan )

C. Factor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran (gestation


variables)
j. Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak
disengaja
k. Mortalitas janin oleh faktor-faktor yang disengaja
Menurut Davis dan Blake setiap variabel memiliki pengaruh (nilai) positif
dan negatif sendiri terhadap fertilitas, angka kelahiran yang sebenarnya
tergantung kepada neraca netto dari nilai semua variabel.
II. Faktor-Faktor Mempengaruhi Keluarga Berencana

Keberhasilan dari Keluarga Berencana dalam usaha menurunkan kelahiran,


tergantung dari ketepatan sasaran pelayanan KB dengan prioritas pada Umur
dan paritas akseptor yang rendah dapat menurunkan kelahiran yang cepat,
karena masa reproduksi yang mereka jalani dalam keadaan tercegah dari
kehamilan akan lebih lama dibandingkan akseptor dengan umur dan paritas

yang lebih tinggi serta didukung oleh gerak kegiatan Institusi Masyarakat
Pedesaan dalam Ketahanan dan Pengembangan Keluarga.

Beberapa teori mengenai Keluarga Berencana yang mempengaruhi Fertilitas:


a. Palmore dan Bulatao, dengan teori Contraceptive Choice) atau
kerangka pikir mempelajari pilihan alat/cara KB.
Pilihan cara KB suatu proses yang dapat digambarkan sebagai suatu
kerucut: berbagai alat/cara KB yang mungkin secara perlahan-lahan
dikurangi menjadi suatu pilihan yang lebih sedikit dan akhirnya menjadi
pilihan tunggal menurut faktor budaya, ekonomi, psikologis melalui proses
penyaringan dan menekankan pentingnya preferensi personal sebagai
faktor individu terakhir.
b. Bulatao dengan teori :
Tujuan kontrasepsi : tujuan dari pengaturan kelahiran menjarangkan
atau membatasi kelahiran
Kompetensi kontrasepsi : kemampuan PUS menggunakan alat/cara KB
dengan Rasional, efektif dan efisien.
Evaluasi kontrasepsi : penilaian spesifik terhadap penggunaan alat/cara
KB baik secara praktis termasuk

pertimbangan efek samping dan

kenyamanan penggunaan
Akses kontrasepsi : ketersediaan alat/cara KB termasuk informasi untuk
mendapatkannya.
III. Gambaran Fertilitas dan dampaknya di Propinsi Bengkulu

1. TFR

Jumlah dari Angka Kelahiran menurut kelompok umur atau Angka Feritilitas
Total (TFR), angka ini menggambarkan rata-rata jumlah anak yang akan
dilahirkan oleh seorang wanita pada akhir masa reproduksi jika mengikuti
pola fertilitas yang berlaku.
Secara nasional TFR hasil SDKI 2007 adalah 2,6 sedangkan untuk Propinsi
Bengkulu sebesar 2,4%, TFR tersebut mengalami penurunan sebesar 0,6
dibandingkan dengan SDKI 2002/2003 yaitu sebesar 3.

Rata-rata jumlah anak yang diinginkan per wanita di Propinsi Bengkulu


hasil SDKI 2007 adalah 2,1% atau 0,3% anak lebih rendah dari angka
fertilitas total yang sesungguhnya.
PERKEMBANGAN TFR PROPINSI BENGKULU SDKI 1994 - 2007

Tren TFR Propinsi Bengkulu dari

2,4

2,9

3,4

tahun 1994 - 2007

1994

1997

2003

1994

3,45

1997

2,97

2003

2007

2,4

2007

presentase wanita umur 15 49 tahun yang sedang hamil 3,9% dan ratarata anak yang dilahirkan hidup oleh wanita 15 49 tahun sebesar 4,0 dan
persentase wanita kawin yang tidak ingin anak lagi 53,9%,
Pada tahun 2009 Propinsi Bengkulu diharapkan dapat menurunkan TFR
dari 2,4% menjadi 2,2 % sebagaimana dalam kontrak kerja Program KB
secara nasional, maka Angka Prevalensi Kontrasepsi atau kesertaan berKB (CPR) dinaikkan menjadi 76% dari 74% dari hasil SDKI 2007 tahun
tersebut.
2. Net Reproduction Rate (NRR) dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Net Reproduction Rate (NRR) : Penduduk tumbuh seimbang (PTS) adalah
kecepatan perubahan jumlah penduduk bersifat konstan dan proporsi untuk
masing-masing kelompok umur tetap, pada saat itu bukan berarti laju
pertumbuhan

penduduk

sama

dengan

nol,

atau

penduduk tanpa

pertumbuhan, tetapi penduduk akan tetap bertambah dengan laju


pertumbuhan yang relatif stabil.
Sehingga NRR merupakan salah satu hasil (output) proyeksi penduduk
yang sering diinterpretasikan sebagai banyaknya anak perempuan yang
dilahirkan oleh setiap perempuan dalam masa reproduksinya. NRR = 1,
tingkat replacement level, yaitu saat dimana satu ibu diganti secara tepat
oleh satu bayi perempuan selama hayatnya dan akan tetap hidup sampai

dapat menggantikan kedudukannya ibunya, dengan mengikuti pola fertilitas


dan mortalitas yang sama seperti ibunya.
Sedangkan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) adalah pertambahan
penduduk selama kurun waktu tertentu, untuk Propinsi Bengkulu baik NRR
maupun LPP mengalami kecenderungan menurun sebagaimana dalam
grafik dibawah ini :
2,5

3
,1
;2
P
LP

9
,9
;1
P
LP

5
,8
;1
P
LP

9
,6
;1
P
LP

1,5

11
1,
R;
R
N

03
1,
R;
R
N

99
0,
;
R
R
N

1
,5
;1
P
LP

96
0,
R;
R
N

95
0,
R;
R
N

0,5

2000-2005

2005-2010

2010-2015
NRR

2015-2020

2020-2025

LPP

NRR untuk Propinsi Bengkulu dimulai tahun 2010 2015 sebesar 0,99, dan
kecenderungan tersebut diikuti oleh turunnya Laju Pertumbuhan Penduduk.
3. ASFR Propinsi Bengkulu
Ukuran tingkat elahiran yang digunakan dalam perhitungan proyeksi selain
TFR juga Age Specific Fertility Rate (ASFR) yaitu Angka kelahiran menurut
kelompok umur, yaitu banyaknya kelahiran tiap 1000 WUS pada kelompok
umur tertentu.

15 7
158
13 9

1 46

11 9

15-19

20-24

25-29
1968

1972

30-34
1977

1982

1987

35-39
1992

1997

40-44
2004

11

45-49

10
4

14

29
21
19
15

57
35
33
27

50

65
59

57
54

70
79
76

87

10

67

91

95

101

1 06
117

121

13 7
13 7

1 42
14 4

15 5

1 60

186

18 8

2 04

22 2

23 8

2 49

27 4
263

300

30 8

3 30

3 46
333
32 3

3 55

Trend ASFR dari tahun ke tahun menunjukkan turun sehingga TFR turun

4. Median Umur Kawin Pertama


Peningkatan Usia Kawin memberikan kontribusi terhadap penurunan TFR,
semakin muda WUS kawin maka semakin panjang dalam masa reproduksi.
Median Kawin Pertama SDKI 2003 sebesar 19 dan SDKI Tahun 2007 naik
menjadi 19,3.Pernikahan Dini masa reproduksi yang hilang kurang dari
20 % dan sebaliknya nikah tunda masa reproduksi sekitar 50%
19,4

19,3
19,2

19

19
18,8
18,6
18,4
18,2

18,1
18
17,8
17,6
17,4

SDKI 1997

SDKI 2003

SDKI 2007

5. Selang Kelahiran
Median selang kelahiran secara nasional adalah 54,6 bulan setelah
kelahiran sebelumnya, untuk Propinsi Bengkulu selang kelahiran SDKI
2007 sebesar 62,3 bulan atau lima tahun.

6. Keluarga Berencana
Dalam pembahasan mengenai Keluarga Berencana, data yang diperoleh
dalam SDKI 2007 mengenai :

Pengetahuan tentang jenis alat dan cara kontrasepsi

Pengetahuan metode/cara KB

Pernah menjadi Peserta KB

Apakah sekarang menggunakan suatu metode/cara KB

Gambaran secara terinci sebagai berikut :


a. Pengetahuan wanita kawin umur 15 49 tahun yang mengetahui
suatu metode kontrasepsi menurut karakteristik latar belakang di
Propinsi sebagai berikut :
Pengetahuan wanita umur 15 49 tentang alat kontrasepsi cara
moderen sebesar 99,6, sedang cara tradisional sebesar 41,8% dan cara
lain 8%.

b. Pengetahuan kontrasepsi per mix kontrasepsi secara moderen


sebagaimana dalam tabel :
Pengetahuan terhadap kontrasepsi per mix kon-trasepsi mempengaruhi
dalam pemakaian per me-tode. Hal ini dapat dilihat kesertaan ber KB
per mix kontrasepsi. Pengetahuan wanita usia 15 49 ten-tang
kontrasepsi per metode tertinggi pada Pil dan Suntik masing-masing
99% dan 99,2%.
Pengetahuan tentang kontrasepsi
120

99

100

96

,2
99

,8
96

,2
88

,9
82
80

60

,3
47

40

,2
15

20

,7
19
4
7,

P
O
M

W
O
M

L
PI

D
IU

t
an
pl
Im

ik
nt
Su

om
nd
Ko

at
ur
ar
D
i
ps
se
ra
t
n
Ko

g
va
tra
In

M
LA

c. Prosentase wanita kawin menurut pemakaian kontrasepsi


Kesertaan ber-KB wanita kawin usia 15 49 tahun di Propinsi
Bengkulu, hasil SDKI 2007 suatu cara sebesar 74%, sedangkan dengan
cara moderen 70,4% dan cara tradisional sebesar 3,6% cara lain 0,5%
dan dari SDKI 2007 sekarang tidak pakai 26,0%
CPR SDKI 1994 - 2007
74
68,2

66,6
61,6

1994

1997

2003
Series1

2007

Semakin tinggi kesertaan ber-KB, maka semakin banyak kelahiran


dapat dicegah, Untuk Propinsi Bengkulu CPR dari tahun ke tahun naik
sebagaimana hasil SDKI 1994 sebesar 61,6 menjadi 74 SDKI tahun
2007.
d. CPR dan TFR

TFR

Gambar 1. CPR dan TFR menurut propinsi, Indonesia,


SDKI 2002-2003
4,5
4,0
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
0,000

TFR SDKI 2007


TFR regresi

0,200

0,400

0,600

0,800

CPR

Secara Nasional bila CPR naik sebesar 3,76 maka TFR akan turun 1
point dan pengaruh Program KB terhadap penurunan TFR tahun 2007
secara nasional sebesar 58,07 sisa sebesar 41,93 dipengaruhi oleh
faktor Lainnya. Khusus di Propinsi Bengkulu pengaruh KB terhadap
penurunan TFR 2,4 SDKI 2007 dipengaruhi oleh CPR 74%, sisa 26 %
dipengaruhi oleh faktor lain
Selanjutnya setiap propinsi dapat dilihat masuk dalam posisi/kuadran
hubungan CPR dan TFR sebagaimana dalam grafik.

HUBUNGAN CPR DAN TFR


5

TFR

4
3
0

20

40

2 60
1
0

CPR

80

Kuadran I = CPR DIBAWAH 58,07 DAN TFR DIATAS 2,86


Kuadran II = CPR DIATAS 58,07 DAN TFR DIATAS 2,86
Kuadran III = CPR DIBAWAH 58,07 DAN TFR DIBAWAH 2,86
Kuadran IV = CPR DIATAS 58,07 TFR DIBAWAH 2,86
Propinsi Bengkulu pada Posisi IV dimana TFR 2,40 dan CPR 74

e. Prevalensi per Mix Kontrasepsi SDKI 1997 - 2007


Untuk per mix kontrasepsi secara moderen SDKI 1997 2007
sebagaimana tergambar dalam tabel:
MOP

0,1
0,1
0,4
1,5
3,5

MOW

1,7
5,4
8,9

IMP

KDM

12,4
1,8
1,7
0,9
46,9
30,4

STK

20
1,7

IUD

6,3
8,3
13
13

PIL

18,6

1997

2003

2007

Peserta MOP di Propinsi Bengkulu SDKI 2007 sebesar 0,1%


pencapaian sama dengan SDKI 2003, peserta MOW sebesar 1,5%,
implant sebesar 5,4, Kondom 1,8% naik 0,1% dari SDKI 2003, Suntik
sebesar 46,9 naik 16,5% dari SDKI 2003, IUD sebesar 1,7% dan Pil
13%.
Secara Umum kesertaan ber-KB di Propinsi Bengkulu dilihat dari Mix
Kontrasepsi masih perlu ditingkatkan dimana peserta Pil dan Suntik
tinggi yang mana dibutuhkan kedisiplinan dari peserta KB tersebut dan
ketersediaan alkon. Selain itu terdaftar penurunan pada peserta MOP,
MOW, Implant di Propinsi Bengkulu SDKI 2007 dibandingkan dengan
hasil SDKI 2003 terjadi penurunan, sehingga promosi, KIE tentang
kontrasepsi Rasional, Efektif dan Efisien untuk terus ditingkatkan.

f. Wanita berstatus kawin usia 15 49 yang tidak ingin ber KB, ingin
ber KB dan jumlah yang ingin mendapatkan pelayanan KB
berdasarkan alasan :
1. Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi :
PUS yg sebenarnya tdk ingin punya anak lagi atau ingin menunda
kelahiran anak berikutnya tetapi karena berbagai alasan tdk memakai
kontrasepsi

Untuk menjarangkan kelahiran 2,7%

Untuk membatasi kelahiran 3,4%

Jumlah 6,1%
UNMET NEED

80,4
77,4

75,8

74
68,2

66,6

46,6
43,5

41,9

48,5

46,5

43
33,9
31

24,7

7,4
3,2 4,1

1997

3,5 4,4

2,7 3,4

2003

29,2

28,9

24,7

6,1

2007

1997

TAK

2003

2007

1997

2003

2007

SEDANG

TERPENUHI

PAKAI
MENJARANGKAN

MEMBATASI

INGIN BERKB
JUMLAH

2. Kebutuhan ber KB yang terpenuhi :

Untuk menjarangkan kelahiran 31%

Untuk membatasi kelahiran 43%

Jumlah 74,0%

3. Jumlah yang ingin ber KB :

Untuk menjarangkan kelahiran 33,9%

Untuk membatasi kelahiran 46,5%

Jumlah 80,4

4. Persentase merasa puas 92,4%


Dari kondisi tersebut diatas yang harus diperhatikan adalah kebutuhan
ber-KB yang tidak terpenuhi baik untuk alasan menjarangkan kelahiran
dan membatasi kelahiran.

Wanita kawin di Propinsi Bengkulu yang ingin ber KB saat ini sebesar
80,4%, dimana 92,4% diantaranya merasa puas. Jika kepuasaan yang
diinginkan bisa dipenuhi, maka prevalensi penggunaan kontrasepsi di
Propinsi Bengkulu diantara wanita kawin saat ini dapat ditingkatkan dari
70,4% menjadi 80,4%.
IV. BONUS DEMOGRAFI

Dinamika penduduk menyebabkan transisi demografi ada masa dimana terjadi


penurunan fertilitas dalam jangka panjang yang menyebabkan perubahan
struktur penduduk terutama penduduk usia produktif dan non produktif
diidentifikasi dengan rasio ketergantungan yaitu rasio antara penduduk non
produktif terhadap penduduk usia produktif. Keuntungan ekonomis akibat
penurunan Rasio Ketergantungan disebut dengan Bonus Demografi atau
dikenal dengan demographic dividend atau demographic giff.
Turunnya rasio ketergantungan pada suatu saat akan mencapai titik terendah
dan berbalik meningkat kembali, pada saat menunjukkan angka yang paling
terendah yang biasanya berada dibawah 50%, disebut dengan Jendela
Kesempatan (The Window of Opportunity) dimana kesempatan tersebut
sangat singkat hanya terjadi satu kali saja dalam satu dekade seluruh
perjalanan kehidupan penduduk.
Untuk Propinsi Bengkulu titik terendah rasio ketergantungan pada tahun 2023
sebagai di gambarkan dalam grafik:

Bonus Demografi

60,00

54 5
,0 9,0
9
9
52 5
,4 7 ,3
1
1
50 5
,8 5,6
0
2
48 5
,9 3 ,9
9
8
47 5
,7 2,7
1
2
46 5
,3 1,5
4
1
45 5
,3 0 ,5
0
0
44 4
,1 9 ,4
9
3
43 4
,1 8 ,3
7
5
42 4
,3 7 ,6
2
3
41 4
,4 6 ,6
0
7
40
4
,6 6 ,0
2
6
39 4
,4 4 ,8
4
4
38
4
,7 4 ,1
6
6
38
4
,0 3,7
5
5
37
4
,2 3,0
2
2
36
42
,6
,
6
3
5
36
42
,0
,1
2
3
35
42
,6
,0
0
2
35
41
,0
,7
7
8
34
41
,5
,7
8
1
34
41
,0
,5
0
5
33
41
,6
,
5
4
4
33
41
,2
,
6
9
3
3
441
322,9
1
,
7
,89
,5 7
8
2

70,00

Jendela Kesempatan

50,00

40,00

30,00

4,

4,
91

5,
00

10,00

82
4,
99
5,
01
5,
17
5,
20
5,
25
5,
18
5,
31
5,
27
5,
44
5,
40
5,
41
5,
70
5,
80
6,
02
6,
12
6,
42
6,
71
7,
13
7,
56
7,
90
8,
34
8,
98, 2
36

20,00

0,00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Rasio Ketergantungan Tua

Rasio Ketergantungan Muda

Rasio Ketergantungan Total

Penurunan proporsi penduduk muda mengurangi besarnya investasi untuk


pemenuhan kebutuhan mereka, sehingga sumber daya dapat dialihkan
kegunaannya

untuk memacu

pertumbuhan

ekonomi

dan

peningkatan

kesejahteraan keluarga.
Pemerintah akan mendapatkan peluang Bonus Demografi termasuk Propinsi
Bengkulu bila ada respon kebijakan pemerintah yang positif termasuk
perhatian pemerintah terhadap Program KB. Pada saat bonus demografi
menyediakan tenaga kerja yang cukup untuk meningkatkan produktivitas yang
harus

dimanfaatkan

sebaiknya

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

penduduknya .(adioetomo).
Dalam mewujudkan bonus demografi menurut Bloom, Canning dan Sevilia)
ada 3 yang mempengaruhi yaitu : pasokan tenaga kerja (labor supply),
tabungan (savings), dan sumber daya manusia.
Keluarga Berencana dengan program pengaturan kelahiran mempunyai
pengaruh besar dalam terwujudnya Bonus Demografi. Bila pengaturan
kelahiran melalui Keluarga Berencana berhasil maka pemerintah dapat
mengalihkan biaya dari sektor makanan, sandang, papan, pendidikan dan
kesehatan dari penduduk tercegah pada pengembangan sektor pertanian,
Industri dalam penyediaan sektor kesempatan kerja.

Dari

hasil

perhitungan

sederhana

untuk

pendidikan

dasar

dengan

menggunakan data dasar biaya pendidikan tahun 2003 dan diasumsikan pada
kondisi tahun 2009, maka pemerintah Propinsi Bengkulu pada tahun 2009
dapat mengalihkan dana pendidikan dasar sebesar Rp. 25.342.642.545 ke
sektor pertanian dan industri, pengalihan dana tersebut dapat dihitung untuk
sektor kesehatan, pangan, papan dan sandang.
Penghitungan

tersebut

dilakukan

dengan

cara

sederhana

dimana

pembandingnya adalah kelahiran yang dapat dicegah tahun 2009 dengan


asumsi cost untuk pendidikan dasar pada tahun 2009, ............... AS

Anda mungkin juga menyukai

  • Tabel Lampiran (Suseda 2009)
    Tabel Lampiran (Suseda 2009)
    Dokumen313 halaman
    Tabel Lampiran (Suseda 2009)
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Panduan Devinfo
    Panduan Devinfo
    Dokumen29 halaman
    Panduan Devinfo
    Satrio Wibowo
    0% (1)
  • Tabel Lampiran (Suseda 2009)
    Tabel Lampiran (Suseda 2009)
    Dokumen535 halaman
    Tabel Lampiran (Suseda 2009)
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • UU No.52-2009
    UU No.52-2009
    Dokumen24 halaman
    UU No.52-2009
    Ismi Adzani
    Belum ada peringkat
  • Industri
    Industri
    Dokumen65 halaman
    Industri
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Sosial
    Sosial
    Dokumen97 halaman
    Sosial
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • UUStatistik
    UUStatistik
    Dokumen16 halaman
    UUStatistik
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Perhubungan
    Perhubungan
    Dokumen37 halaman
    Perhubungan
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Keuangan
    Keuangan
    Dokumen54 halaman
    Keuangan
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Geografi
    Geografi
    Dokumen10 halaman
    Geografi
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Per Banding An
    Per Banding An
    Dokumen34 halaman
    Per Banding An
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Sup Lemen
    Sup Lemen
    Dokumen3 halaman
    Sup Lemen
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • PDRB
    PDRB
    Dokumen31 halaman
    PDRB
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Sosial
    Sosial
    Dokumen112 halaman
    Sosial
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Perdagangan
    Perdagangan
    Dokumen7 halaman
    Perdagangan
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Pendu Duk
    Pendu Duk
    Dokumen49 halaman
    Pendu Duk
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Perdagangan
    Perdagangan
    Dokumen7 halaman
    Perdagangan
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Dda 2003 Konsumsi
    Dda 2003 Konsumsi
    Dokumen17 halaman
    Dda 2003 Konsumsi
    Aryane Lopulalan
    Belum ada peringkat
  • PDRB
    PDRB
    Dokumen30 halaman
    PDRB
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Buku Saku Ihr 2005 PDF
    Buku Saku Ihr 2005 PDF
    Dokumen101 halaman
    Buku Saku Ihr 2005 PDF
    vivadelavida
    Belum ada peringkat
  • Geografi
    Geografi
    Dokumen13 halaman
    Geografi
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Industri
    Industri
    Dokumen57 halaman
    Industri
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • DU01-Dalam Angka Kab Bogor 2008
    DU01-Dalam Angka Kab Bogor 2008
    Dokumen307 halaman
    DU01-Dalam Angka Kab Bogor 2008
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Bayu Prayudha
    Bayu Prayudha
    Dokumen8 halaman
    Bayu Prayudha
    Satrio Wibowo
    Belum ada peringkat
  • Demografi
    Demografi
    Dokumen44 halaman
    Demografi
    Asna Fauziah
    Belum ada peringkat