Anda di halaman 1dari 20

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN


BAHASA INDONESIA MATERI MENULIS PERMULAAN SISWA KELAS II
SEKOLAH DASAR NEGERI KUTAAGUNG
KECAMATAN DAYEUHLUHUR
TAHUN 2013
Oleh
ENY SOEKAESIH
817632341
eny_soekaesih@ymail.com
ABSTRAK
Masalah awal pembelajaran adalah keterampilan dan prestasi belajar
siswa dalam menulis permulaan masih rendah, yaitu rata-rata 60,2 sedangkan
KKM minimum yaitu 65. Hal itu karena metode pembelajaran menulis permulaan
yang kurang tepat. Oleh karena itu, peneliti menggunakan media gambar seri
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan meningkatkan
keterampilan dan prestasi siswa dalam menulis permulaan. Subyek penelitian
siswa kelas II SDN Kutaagung berjumlah 14 siswa. Bentuk penelitian adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, dokumentasi, dan tes. Prosedur penelitian meliputi tahap:
identifikasi masalah, persiapan, penyusunan rencana tindakan, implementasi
tindakan, pengamatan, dan penyusunan rencana. Proses penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan keterampilan dan prestasi dalam menulis permulaan. Peningkatan
hasil pembelajaran dapat dilihat dari perolehan nilai siswa dalam menulis
paragraf narasi yang meningkat dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I
persentase ketuntasan hasil belajar siswa dalam keterampilan menulis sebesar
75% atau 24 siswa dan pada siklus II sebesar 87,5% atau 28 siswa. Hal ini
membuktikan bahwa dengan penerapan gambar seri mampu meningkatkan
keterampilan dan prestasi belajar siswa dalam menulis permulaan.
Kata Kunci: keterampilan, prestasi, gambar seri
1

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,


sosial, dan emosional peserta didik, serta merupakan penunjang keberhasilan
dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan
dapat membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya
orang lain mengembangkan gagasan juga perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat

yang menggunakan

bahasa

tersebut,

dan

menemukan

serta

menggunakan keterampilan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.


Menulis permulaan di pada siswa kelas II SD Negeri Kutaagung
mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari pencapaian hasil menulis yang rata-rata
di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini, merupakan latar belakang
mengapa penelitian ini dilaksanakan. Pengumpulan data dilakukan melalui
pelaksanaan tes formatif studi awal. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
siswa kelas II SD Negeri Kutaagung yang berjumlah 14 terdiri dari 6 siswa lakilaki dan 8 orang siswa perempuan.
Rumusan masalahnya adalah apakah penggunaan media gambar berseri
dapat meningkatkan keterampilan dan prestasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran menulis permulaan siswa kelas II SD Negeri Kutaagung Kecamatan
Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan keterampilan dan prestasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran menulis permulaan siswa kelas II SD Negeri Kutaagung melalui
penggunaan penggunaan media gambar berseri.
Penelitian yang dilaksanakan di kelas II SD Negeri Kutaagung ini
menurut peneliti memiliki manfaat, yaitu untuk

mengetahui

secara

nyata

tentang peningkatan keterampilan menulis karangan sederhana menggunakan


media gambar berseri, sebagai acuan pembelajaran yang inovatif, dan sebagai
fakta pembelajaran menulis yang menerapkan media gambar berseri. Dengan
diterapkan media gambar berseri, pembelajaran menulis siswa SD akan lebih
bermakna dan lebih optimal, dan akan dilatih dan dibiasakan berpikir logis
mengenai hubungan sebab-akibat, meningkatkan kinerja guru karena dengan
media

gambar

berseri

dapat mengefektifkan waktu pembelajaran, media

gambar berseri sebagai sarana bagi guru untuk memotivasi siswa untuk lebih

aktif dalam kegiatan pembelajaran menulis, dan menciptakan pembelajaran yang


inovatif

dan

menyenangkan

sehingga dapat menarik perhatian siswa,

mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang inovatif., serta
sebagai inovasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
Menulis adalah mengutarakan sesuatu dengan bahasa secara tertulis.
Dengan mengutarakan

itu

dimaksudkan,

menyampaikan, memberitakan,

menceritakan, melukiskan, menerangkan, meyakinkan, menjelmakan dan lainlain. Sementara itu, menurut Alisyahbana mengarang atau menulis adalah suatu
proses menyusun, mencatat, mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda
bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai

tujuan tertentu dengan

menggunakan sistem tanda-tanda konpensional yang dapat dibaca (Ahmadi,


1990: 24). Tujuan menulis permulaan ialah, Agar anak dapat menulis dengan
tulisan yang terang, jelas teliti dan mudah dibaca.

Menurut Zuchdi

(1997:62) bahwa kemampuan menulis diajarkan di sekolah dasar, sejak kelas


satu sampai dengan kelas enam. Kemampuan yang diajarkan di kelas satu
dan dua merupakan kemampuan tahap awal atau tahap permulaan. Oleh
sebab itu pembelajaran menulis di kelas satu dan dua disebut pembelajaran
menulis permulaan, sedangkan di kelas tiga, empat, lima dan enam disebut
pembelajaran menulis lanjut. Jadi di sekolah dasar ada dua jenis menulis yaitu
menulis permulaan dan menulis lanjut.
Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar prestasi berarti
hasil yang telah dicapai (Depdikbud, 1995: 787 ). Sedangkan pengertian
belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (Depdikbud, 1995
:

14

).

Jadi

prestasi belajar

adalah

penguasaan

pengetahuan

atau

keterampilan yang di kembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan


dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian
yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran
dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah
melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan
tugas yang diberikan kepadanya. Belajar

adalah

proses

mereaksi terhadap

semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang

diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.


Belajar adalah proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Ruang
lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan
berbahasa dan kemampuan bersastera yang meliputi aspek - aspek sebagai
berikut : (1). Mendengarkan, (2). Berbicara, (3). Membaca dan (4). Menulis.
Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Beberapa
para ahli dalam Sadiman, et al (1986 : 6) mengemukakan pendapatnya
mengenai media. Gagne (1990) menyatakan bahwa media adalah berbagai
jenis

komponen

dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk

belajar. Gambar berseri merupakan salah satu bentuk media gambar yang
memiliki urutan waktu tertentu yang menggambarkan suatu peristiwa atau
kejadian dan dapat pula berbentuk suatu cerita tersusun. Gambar merupakan
alat peraga ilustrasi untuk memperjelas isi cerita dan dituangkan dalam
bentuk tulisan bagi anak.
Adanya

kemampuan

menulis permulaan yang

rendah

dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia, hal ini dikarenakan pembelajaran yang


dilaksanakan

guru masih bersifat konvensional yang hanya berceramah dan

menggunakan metode penugasan

sehingga

siswa

kurang

tertarik

dalam

mengikuti pelajaran, hal ini juga mengakibatkan siswa kurang mengerti


makna dan tujuan dari pembelajaran sehingga Bahasa Indonesia selalu
dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, rumit dan kurang menarik dan
membosankan. Untuk

mengatasi

hal

tersebut

di

atas

perlu

diadakan

pembenahan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru khususnya


dalam pembelajaran menulis permulaan. Solusi yang diambil adalah dengan
menggunakan media gambar seri

dalam

pembelajaran

menulis khususnya

menulis permulaan. Dengan penggunaan media gambar seri siswa akan lebih
tertarik dan antusias dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia khususnya
menulis permulaan. Setelah penggunaan media gambar seri maka kemampuan
menulis permulaan siswa pun meningkat. Adapun alur kerangka pemikiran
yang

ditujukan

untuk

mengarahkan jalannya

penelitian

agar

tidak

menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran


dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian mempunyai gambaran
yang jelas dalam melakukan penelitian.
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan keterampilan
siswa dalam menulis permulaan adalah memegang alat tulis dengan benar,
menarik garis, menulis huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana dengan
benar Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar dan
ketuntasan belajar siswa dalam mempelajari materi pembelajaran. Siswa
dinyatakan tuntas apabila mendapat nilai di atas KKM minimal 70, dengan
kriteria mencapai penguasaan materi minimal 85%. Kriteria keberhasilan dalam
penelitian ini dapat ditetapkan sebagai berikut hasil belajar siswa dalam
pembelajaran dinyatakan berhasil jika 85% jumlah siswa tuntas belajar, proses
perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil jika peningkatan keterampilan
menulis permukaan siswa mencapai 85% lebih dari jumlah siswa, dan siswa
dinyatakan tuntas apabila telah menguasai materi sedikitnya 85% atau mendapat
nilai di atas dengan KKM minimal 70.
Subjek penelitian dalam tindakan kelas adalah siswa kelas II, dengan
jumlah siswa 14 siswa, terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 6 orang, dan siswa
perempuan sebanyak 8 orang. Adapun mata pelajaran yang diteliti adalah
pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis permulaan.
Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah
Sekolah Dasar Negeri Kutaagung, yang berlokasi di Jalan Raya Wirapradja Desa
Kutaagung Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap.

Penelitian ini

dilaksanakan dalam waktu satu bulan mulai yaitu pada bulan Februari 2013, siklus
Pertama dilaksanakan pada tanggal 21 Januari 2013 dan 26 Januari 2013, siklus
kedua Pertama dilaksanakan pada tanggal 04 Pebruari 2013 dan 09 Pebruari 2013
Mata pelajaran yang menjadi bahan kajian yaitu bahasa Indonesia pada
materi menulis permulaan yang merupakan materi semester 2 dengan spesifikasi
sebagai berikut :
Kelas/Semester

: II / 2

Standar Kompetensi

: Menulis permulaan dengan mendeskripsikan


benda di sekitar dan menyalin anak puisi anak

Kompetensi Dasar

: Mendeskripsikan

tumbuhan

atau

binatang

disekitar secara sederhana dengan bahasa tulis.


Materi Pokok

: Menulis Permulaan

Indikator

: 1.

Siswa mampu menulis ciri-ciri hewan


ternak dengan bantuan gambar.

2.

Mampu menggunakan huruf kapital yang


sesuai/benar

Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam


dua jenis yaitu data kualitatif (yang berbentuk kata-kata/kalimat) dan data
kuantitatif (yang berbentuk angka). Data kuantitatif dapat dikelompokkan
berdasarkan cara mendapatkannya yaitu data diskrit dan data kontinum.
Berdasarkan sifatnya, data kuantitatif terdiri atas data nominal, data ordinal, data
interval dan data rasio. Menurut jenisnya yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data Primer, dan Data Sekunder. Adapun Teknik Pengumpulan Data
dilaksanakan dengan kegiatan observasi , lembar Kerja Siswa, dan

Lembar

Evaluasi
Skor yang diberikan adalah sebagai berikut: Skor 5 : jika semua deskriptor
muncul; Skor 4 : jika tiga deskriptor muncul; Skor 3 : jika dua deskriptor muncul;
Skor 2 : jika satu deskriptor muncul; Skor 1 : jika tidak ada deskriptor muncul.
Hasil observasi dapat dikonversikan ke dalam data kualitatif untuk menentukan
kategori peningkatan pemahaman siswa selama proses pembelajaran Peningkatan
nilai invidu siswa dapat dilihat dari nilai hasil tes formatif. Siswa dinyatakan
meningkat hasil belajarnya apabila nilai hasil tes I dari hasil tes II. Tes prestasi
belajar siswa menentukan tingkat ketuntasan belajar siswa. Siswa dinyatakan
tuntas belajarnya apabila mendapat nilai di atas KKM minimal 70.
Menurut Wardani, dkk (2006 : 4), Perbaikan pembelajaran dilaksanakan
melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan (planning), pelaksanaan (action), mengamati (observation), dan
refleksi (reflection).

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama, setelah


mendengar suara bel masuk berbunyi, para siswa berbaris masuk kelas, memberi
salam dan peneliti menjawab salam. Peneliti memeriksa kehadiran siswa serta
mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan tempat duduknya masing-masing.
Pada apersepsi peneliti melakukan tanya jawab seputar materi pembelajaran.
Peneliti kemudian memberikan penjelasan tentang ciri-ciri dari seekor
kambing. Binatang tersebut namanya kambing kakinya ada empat di kepalanya
ada tanduk warna bulunya cokelat suaranya embek makanannya rumput. Peneliti
kemudian menjelaskan bahwa kedua hewan sebagaimana gambar tersebut adalah
hewan yang senang berada di lingkungan yang kotor, dan senang dengan bahan
makanan yang berbau, dan sama-sama dapat menyebabkan penyakit. Adapun hal
yang membedakan kedua binatang tersebut adalah

dari bentuk dan ukuran

tubuhnya, serta bunyi yang mereka keluarkan. Pada pertemuan kedua ini, para
siswa diminta secara aktif untuk menulis tentang ciri-ciri hewan yang dijelaskan
oleh peneliti pada buku tugas masing-masing, dan setelah selesai maka para siswa
secara acak diminta untuk menunjukkan kepada peneliti hasil tulisan

yang

mereka kerjakan dalam buku tugas mereka secara bergiliran kepada peneliti.
Peneliti kemudian meneliti satu per satu hasil tulisan para siswa, dan memberikan
arahan dan petunjuk apabila terjadi kesalahan pada tulisan masing-masing siswa.
Setelah semua siswa selesai menyerahkan buku tugas untuk dikoreksi oleh
peneliti, maka kegiatan selanjutnya adalah peneliti menuliskan tentang ciri-ciri
hewan yang dibahas pada kegiatan awal di papan tulis dengan memperhatikan
kaidah penulisan bahasa Indonesia yang benar. Siswa diminta memperhatikan dan
mencatatnya

dalam

buku

catatan

masing-masing.

Tidak

lupa

peneliti

mengingatkan kepada para siswa, untuk membandingkan hasil kerja mereka


dengan tulisan yang dituliskan oleh peneliti di papan tulis sebagai bentuk koreksi
diri sendiri oleh para siswa. Setelah dirasa cukup, kegiatan dilanjutkan dengan
memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan
mengerjakan lembar kerja siswa. Setelah lembar kerja selesai dikerjakan,
dievaluasi bersama dengan bimbingan guru kemudian menyusun kesimpulan.
Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, siswa diminta menulis kesimpulan tentang

hasil proses pembelajaran dengan melakukan analisa terhadap pembahasan lembar


kerja yang dikerjakan secara berkelompok. Pada kegiatan konfirmasi, peneliti
meminta siswa untuk mempersiapkan buku catatan masing-masing, dan diminta
untuk mencatat kesimpulan yang akan dibacakan oleh peneliti
Pada kegiatan awal siklus kedua, setelah bel tanda masuk berbunyi, anakanak segera berbaris di depan kelas dan segera masuk dengan tertib. Setelah
duduk, ketua kelas memimpin teman-temannya untuk berdoa dilanjutkan memberi
salam kepada peneliti. Penelitipun menjawab salam serta mengabsen siswa.
Mereka segera menyiapkan buku pelajaran bahasa Indonesia. Peneliti menyiapkan
lembar kerja, lembar observasi, lembar evaluasi, dan media peraga gambar.
Mengadakan apersepsi berupa pertanyaan.
Pada kegiatan eksplorasi peneliti menjelaskan kembali tentang teknik
menulis permulaan dengan menggunakan media gambar pada kegiatan
menuliskan ciri-ciri hewan. Peneliti kemudian meminta siswa untuk membuka
buku paket pembelajaran bahasa Indonesia masing-masing, dan melihat beberapa
gambar hewan baik yang ada di lingkungan sekitar maupun binatang-binatang
yang sering siswa liat di televisi maupun tempat-tempat lain. Peneliti kemudian
meminta siswa untuk memperhatikan dengan seksama gambar-gambar yang tekah
disajikan di atas. Peneliti memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sejenak
tentang ciri-ciri hewan yang dijelaskan oleh peneliti. Peneliti kemudian meminta
para siswa untuk untuk menulis tentang ciri-ciri hewan yang dijelaskan oleh
peneliti pada buku tugas, dan secara acak diminta untuk menunjukkan kepada
peneliti hasil tulisan mereka secara bergiliran kepada peneliti.

Langkah

selanjutnya, peneliti kemudian meneliti satu per satu hasil tulisan para siswa, dan
memberikan arahan dan petunjuk apabila terjadi kesalahan pada tulisan masingmasing siswa. Setelah semua siswa selesai menyerahkan buku tugas untuk
dikoreksi oleh peneliti, maka kegiatan selanjutnya adalah peneliti menuliskan
tentang ciri-ciri hewan yang dibahas pada kegiatan awal di papan tulis dengan
memperhatikan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang benar. Siswa diminta
memperhatikan dan mencatatnya dalam buku catatan masing-masing. Tidak lupa
peneliti mengingatkan kepada para siswa, untuk membandingkan hasil kerja

mereka dengan tulisan yang dituliskan oleh peneliti di papan tulis sebagai bentuk
koreksi diri sendiri oleh para siswa. Setelah dirasa cukup, kegiatan dilanjutkan
dengan memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
dengan mengerjakan lembar kerja siswa. Setelah lembar kerja selesai dikerjakan,
dievaluasi bersama dengan bimbingan guru kemudian menyusun kesimpulan.
Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, siswa diminta menulis kesimpulan tentang
hasil proses pembelajaran dengan melakukan analisa terhadap pembahasan lembar
kerja yang dikerjakan secara berkelompok. Pada kegiatan konfirmasi, peneliti
meminta siswa untuk mempersiapkan buku catatan masing-masing.
Pada kegiatan prasiklus, data awal diperoleh dari hasil temuan pada
saat dilakukannya proses pembelajaran yaitu, permasalahan pada pembelajaran
menulis permulaan di kelas

II

SDN

Kutaagung Kecamatan Dayeuhluhur.

Peneliti menemukan masalah mengenai pembelajaran menulis permulaan di


semester dua, masih banyak siswa yang kesulitan menulis kalimat dengan
benar, rapi dan bersih. Masalah tersebut bisa disebabkan karena cara guru dalam
mengajar, penggunaan metode dan penggunaan media serta pendekatan yang
digunakan masih kurang maksimal. Selain hal tersebut masalah ini juga bisa
disebabkan karena latar belakang dan karakteristik siswa di kelas yang
berbeda-beda sehingga keterampilan dan hasil belajar siswapun berbeda, ada
siswa yang berprestasi baik, cukup dan kurang.
Pembelajaran menulis di sekolah dasar dibedakan menjadi dua tahap yakni
pembelajaran menulis permulaan dan pembelajaran menulis lanjut. Pembelajaran
menulis permulaan dilaksanakan di kelas rendah. Menulis permulaan di pada
siswa kelas II SD Negeri Kutaagung mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari
pencapaian hasil menulis yang rata-rata di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Hal ini, merupakan latar belakang mengapa penelitian ini dilaksanakan.
Pengumpulan data dilakukan melalui pelaksanaan tes formatif studi awal. Subjek
penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri Kutaagung yang
berjumlah 14 terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan.
Kesulitan

dalam

keterampilan menulis

tersebut

disebabkan

oleh

beberapa faktor, diantaranya siswa malas, kurangnya motivasi, kurangnya

10

bimbingan guru dan orang tua dan penyebab lainnnya. Oleh karena itu, melalui
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti menawarkan sebuah inovasi
dalam

pembelajaran

menulis,

khususnya

dalam

pembelajaran

menulis

permulaan di kelas II yakni sebuah variasi media, media gambar seri. Media
gambar seri sangat tepat jika diterapkan dalam proses pembelajaran menulis
puisi di kelas II, karena media tersebut dapat merangsang siswa dalam
pembelajaran menulis khususnya menulis permulaan, karena media gambar
seri tersebut diwujudkan dalam bentuk visual ke dalam bentuk dua dimensi
sebagai hasil pikiran dan perasaan. Media gambar seri

diharapkana dapat

memotivasi siswa untuk belajar dengan gembira bebas, aktif, dan produktif,
sehingga kendala psikiologis yang sering menghambat siswa seperti rasa malas
dan bosan dapat teratasi, sehingga anak menjadi lebih bersemangat dalam
melaksanakan kegiatan menulis permulaan
Data awal diperoleh dari proses belajar mengajar sehari-hari di kelas
melalui hasil tes formatif pada studi pendahuluan. Peneliti mengetahui bahwa
pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi menulis dirasa sulit
bagi siswa. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa dalam pembelajaran
menulis masih belum mencapai KKM. Sehingga kemampuan siswa dalam
kompetensi menulis permulaan masih rendah. . Kesulitan tersebut salah satunya
dikarenakan guru jarang menggunakan media dan metode pembelajaran yang
variatif. Selain itu, kesalahan juga banyak terjadi pada penulisan ejaan,
tanda baca, dan aturan tata bahasa lainnya. Siswa belum memahami
penggunaan ejaan dan tanda baca, padahal dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia

di kelas

II tentang

penggunaan

ejaan dan tanda baca sudah

dipelajari.
Selain itu, guru jarang menggunakan media dan metode pembelajaran
yang memotivasi siswa untuk mampu menulis. Metode yang digunakan
biasanya hanya ceramah dan tanya jawab, kurang bervariasi dan menarik
keterampilan siswa untuk menulis. Rendahnya kemampuan siswa menulis
menyebabkan peneliti membuat rencana tindakan. Rencana tindakan yang akan
peneliti lakukan adalah dengan penggunaan media gambar seri.

11

Penelitian ini berlangsung selama dua siklus. Pada setiap siklus,


penulis melaksanakan beberapa tahap penelitian, yaitu membuat rencana
pelaksanaan

pembelajaran

berdasarkan

hasil observasi awal

yang

telah

dilaksanakan sebelumnya, menyiapkan materi serta media pembelajaran yang


akan digunakan seperti gambar seri, lalu melaksanakan penelitian. Pada saat
penelitian berlangsung, dilaksanakan pula observasi terhadap aktivitas siswa dan
guru. Observasi terhadap

guru

dilakukan

oleh

observer

untuk

melihat

kemampuan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, peneliti


mengadakan

wawancara

dengan

beberapa

siswa

yang

kurang untuk

mengetahui hambatan-hambatan siswa dalam menulis permulaan serta bersamasama observer mengadakan diskusi untuk mencari solusi atau upaya-upaya dalam
mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan di kelas II SDN Kutaagung
Kecamatan Dayeuhluhur pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi menulis
permulaan dengan penggunaan media gambar seri pada siklus pertama, setelah
dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan penggunaan alat peraga gambar seri
hasil yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal.
Pada tahap perencanaan, data yang diperoleh berupa: rencana pelaksanaan
perbaikan pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario
pembelajaran yang akan diimplementasikan; seperangkat instrumen yang akan
digunakan untuk pengumpulan data; dan data pendukung pembelajaran berupa
lembar kerja siswa (LKS).
Hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan
menerapkan penggunaan media gambar seri pada siklus pertama dapat
diterangkan sebagai berikut:
1. Nilai rata-rata prestasi belajar pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus
pertama sebesar 64,29.
2. Jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 5 siswa atau sebesar 35,71%
3. Jumlah siswa yang belum tuntas belajarnya sebanyak 9 siswa atau sebesar
64,29%

12

Dari penjelasan sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa


hasil nilai tes formatif mengalami peningkatan dari kondisi awal, karena pada
sebelum perbaikan siswa tuntas 4 siswa (28,57%) meningkat menjadi 5 siswa
(35,71%) atau meningkat sebanyak 1 siswa (7,14%). Berdasarkan data-data
sebagaimana disebutkan di atas, maka peneliti bersama-sama dengan observer
sepakat untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II, karena nilai
rata-rata prestasi belajar baru mencapai angka 64,29 yang berarti masih berada di
bawah KKM sebesar 70,00 sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan dan tingkat ketuntasan belajar baru 35,71%. Hal ini menunjukkan
ketuntasan belajar belum mencapai 85% dari jumlah seluruh siswa sesuai dengan
indikator dan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan.
Pada tahap pengamatan mengenai keterampilan menulis siswa pada
pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis permulaan

pada pelaksanaan

kegiatan pembelajaran pada siklus pertama, bahwa dari 14 siswa terdapat 10


orang yang tuntas belajarnya (71,43%) dilihat dari keaktifan belajarnya,
sedangkan 4 siswa (28,57%) belum tuntas dilihat dari keaktifan belajarnya.
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk
melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus
II keaktifan belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas 85% sesuai dengan
indikator dan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis permulaan berdasarkan
media gambar tentang ciri-ciri hewan pada siklus pertama dinyatakan belum
berhasil karena belum semua indikator dan kriteria kerberhasilan pembelajaran
tercapai. Dari hasil diskusi, dapat disimpulkan bahwa kelemahan-kelemahan pada
siklus pertama disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Penjelasan yang diberikan masih bersifat abstrak sehingga siswa masih
kesulitan memahami penjelasan yang diberikan guru tentang materi
pembelajaran menulis permulaan berdasarkan alat peraga gambar.
2. Sebagian besar siswa masih kurang memahami sepenuhnya terhadap materi
pembelajaran yang diberikan, terutama pada saat penyajian alat peraga
gambar.

13

3. Pemahaman siswa terhadap penyajian gambar masih kurang, hal ini


dibuktikan dengan masih banyak siswa yang menulis permulaan tidak sesuai
dengan gambar yang disajikan.
4. Kegiatan tanya jawab yang berlangsung antara siswa dan guru mengenai
penyajian gambar sebagai kegiatan menulis permulaan masih kurang berjalan
dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi dua kali pertemuan pada siklus pertama oleh
observer dan penilaian hasil tes formatif siklus pertama, dinyatakan bahwa
pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama dinyatakan belum
berhasil karena ketuntasan mencapai 35,71% atau 5 siswa dengan perolehan nilai
rata-rata tes formatif sebesar 64,29, dengan peningkatan keterampilan menulis
permulaan sebesar 71,43% atau sebanyak 10 orang siswa. Setelah peneliti dengan
observer mendiskusikan hasil observasi dan wawancara yang dikaitkan dengan
hasil tes formatif, maka pada siklus kedua perlu ditanggulangi dengan menggali
persepsi dan pemahaman siswa tentang materi yang akan dipelajari sebelum
proses pembelajaran berlangsung dengan lebih mengintensifkan penggunaan
media gambar secara intensif dan variatif pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran
sehingga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis
permulaan berdasarkan ciri-ciri hewan dengan menggunakan media gambar..
Setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada
siklus kedua peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran. Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi
siklus I, guru kembali menggunakan alat peraga untuk menjelaskan materi
pembelajaran, siswa diberikan LKS dan pelaksanaan diskusi kelas untuk
membahas kesimpulan akhir. Hasil yang diharapkan dapat tercapai secara
maksimal. Hal tersebut sebagaimana diuraikan pada penjelasan di bawah ini :
Pada tahap perencanaan, data yang diperoleh berupa: rencana pelaksanaan
perbaikan pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario
pembelajaran yang akan diimplementasikan; seperangkat instrumen yang akan
digunakan untuk pengumpulan data; dan data pendukung pembelajaran berupa

14

lembar kerja siswa (LKS) dengan penambahan inovasi-inovasi baru seputar


pelaksanaan pembelajaran.
Hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan
menerapkan penggunaan media gambar seri pada siklus kedua dapat diterangkan
sebagai berikut:
1) Nilai rata-rata prestasi belajar pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus
kedua sebesar 73,57.
2) Jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 14 siswa atau sebesar 100%
3) Tidak ada siswa yang belum tuntas belajarnya atau sebesar 0%
Dari penjelasan sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil nilai tes formatif mengalami peningkatan dari siklus I, karena pada siklus I
siswa tuntas 5 siswa (35,71%) meningkat menjadi 14 siswa (100%) atau
meningkat sebanyak 9 siswa (64,29%). Melihat hasil-hasil proses pembelajaran
tersebut, maka peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa
hasil tes prestasi belajar menunjukkan hasil 73,57, yang berarti sudah melebihi
KKM minimal 70, dengan jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya sebanyak 14
siswa atau 100%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar juga telah
mencapai kriteria keberhasilan sebesar 85% sehingga proses perbaikan
pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus II
Pada tahap pengamatan mengenai keterampilan menulis permulaan siswa
pada pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis permulaan dari 14 siswa
terdapat 14 orang yang tuntas belajarnya (100%) dilihat dari keaktifan belajarnya.
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan
bahwa hasil pengamatan terhadap peningkatan keaktifan belajar sudah mencapai
angka di atas 85%, sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil
dan tuntas pada siklus II.
Pada pertemuan pertama dan kedua

siklus kedua,

dapat dinyatakan

bahwa proses pembelajaran dinyatakan berhasil karena pada siklus kedua


mencapai ketuntasannya 100% atau 14 siswa dari 14 siswa dengan nilai rata-rata
tes formatif sebesar 73,57. Adapun penjelasan mengenai peninkatan keterampilan
menulis mencapai angka 100%. Setelah peneliti dengan supervisor dan observer

15

mendiskusikan tentang hasil observasi yang dikaitkan dengan hasil tes formatif,
maka pembelajaran dapat dilanjutkan pada materi selanjutnya.
Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh dari dua siklus yang
dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inqiuri
pada pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Menulis permulaan menunjukkan
peningkatan yang signifikan terhadap hasil proses pembelajaran. Secara rinci
dapat dijelaskan bahwa :
1. Siswa Tuntas Belajar
a. Pada temuan awal siswa yang tuntas sebanyak 4 siswa atau 28,57% dari
14 siswa.
b. Pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 5 siswa atau 35,71% dari 14
siswa
c. Pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 14 siswa atau 100% dari 14
siswa
2. Siswa Belum Tuntas Belajar
a. Pada temuan awal siswa yang belum tuntas sebanyak 10 siswa atau
71,43% dari 14 siswa.
b. Pada siklus I siswa yang belum tuntas sebanyak 9 siswa atau 64,29% dari
14 siswa
c. Pada siklus II tidak ada siswa yang belum tuntas sebanyak 0 siswa atau
0% dari 14 siswa.
Dari hasil analisis peningkatan keterampilan menulis permulaan siswa
pada setiap siklus perbaikan pembelajaran, secara rinci dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Siswa tuntas dilihat dari peningkatan keterampilan menulis
a. Pada temuan awal, siswa tuntas dilihat dari keaktifan belajar sebanyak 5
siswa atau 35,71% dari 14 siswa.
b. Pada siklus I, siswa tuntas dilihat dari keaktifan belajar sebanyak 10 siswa
atau 71,43% dari 14 siswa.
c. Pada siklus II, belum tuntas dilihat dari keaktifan belajar sebanyak 14
siswa atau 100% dari 14 siswa.

16

2. Siswa yang belum tuntas dilihat dari peningkatan keterampilan menulis


a. Pada temuan awal, siswa belum tuntas dilihat dari keaktifan belajar
sebanyak 9 siswa atau 64,29% dari 14 siswa.
b. Pada siklus I, siswa belum tuntas dilihat dari keaktifan belajar sebanyak 4
siswa atau 28,57% dari 14 siswa.
c. Pada siklus II, tidak ada siswa yang tidak tuntas dilihat dari keaktifan
belajar dari 14 siswa.
Pada

sebelum

perbaikan

dimana

peneliti

menggunakan

metode

pembelajaran klasikal, ternyata hasil ketuntasan belajar sangat mengecewakan,


yaitu 4 siswa atau sebesar 28,57% yang tuntas belajar dari 14 orang siswa yang
mengikuti tes formatif. Pada siklus I peneliti menggunakan metode ceramah
disertai penggunaan alat peraga gambar, karena penjelasan yang diberikan masih
bersifat abstrak sehingga siswa masih kesulitan memahami penjelasan yang
diberikan guru tentang materi pembelajaran menulis permulaan berdasarkan alat
peraga gambar seerta kegiatan tanya jawab yang berlangsung antara siswa dan
guru mengenai penyajian gambar sebagai dasar kegiatan menulis permulaan
kurang berjalan dengan baik.
Setelah melakukan kegiatan sebagaimana diuraikan di atas, keterampilan
menulis permulaan meningkat dari studi awal, yaitu sebesar 71,43% atau 10 orang
siswa dari 35,71% atau 5 orang siswa pada studi awal. Hal ini menunjukkan
bawah keterampilan menulis permulaan meningkat sebesar 35,71% atau 5 orang
siswa dari studi awal. Dari hasil pelaksanaan tes formatif pada siklus pertama,
didapatkan data

nilai rata-rata kelas naik menjadi 64,19 pada siklus I dari

perolehan pada studi awal sebesar 58,57. Penjelasan mengenai ketuntasan belajar
mencapai angka 5 orang siswa atau 35,71%, sedangkan siswa belum tuntas
sebanyak 9 siswa atau 64,29%. Sebagai langkah tindaklanjut dari temuan dan
setelah melakukan refleksi dan diskusi bersama teman sejawat, maka akan
dilakukan kembali perbaikan pembelajaran siklus kedua dengan mengintensifkan
kegiatan diskusi kelas. Dari kenyataan temuan pada saat pelaksanaan siklus
pertama, maka peneliti bersama-sama dengan observer memutuskan untuk
mengadakan perbaikan pada siklus kedua dengan memberikan penjelasan secara

17

klasikal kepada yang siswa masih kesulitan memahami materi pembelajaran


menulis permulaan berdasarkan alat peraga gambar secara intensif, memberikan
contoh teknik menulis permulaan bagi siswa saat penyajian alat peraga gambar
dan mengintensifkan kegiatan tanya jawab untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap penyajian gambar serta memberikan penjelasan dan contoh cara dan
teknik menulis permulaan dengan baik dan benar.
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus II, berdasarkan
refleksi siklus I, guru kembali menggunakan alat peraga untuk menjelaskan materi
pembelajaran, siswa diberikan LKS dan pelaksanaan diskusi kelas untuk
membahas kesimpulan akhir, ternyata pembelajaran berlangsung sangat kondusif
dan interaktif. Siswa tampak senang belajar. Hal ini tampak dari kesungguhan
siswa dalam melaksanakan tugas yang diberikan guru. Jumlah siswa yang tuntas
sudah jauh melampuai kriteria yang ditetapkan bahkan mencapai angka baik
yakni 100%, sebagaimana penjelasan di bawah ini :
Keterampilan menulis permulaan meningkat cukup baik dari siklus kedua,
yaitu sebesar 100% atau seluruh siswa mengalami peningkatan keterampilan
dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dari peningkatan keterampilan menulis
permukaan pada siklus pertama yang hanya menunjukkan angka 71,43% atu
hanya ada 10 siswa yang dinyatakan meningkat keterampilan menulis
permulaannya. Dari hasil tes formatif pada akhir siklus kedua, nilai rata-rata kelas
naik menjadi 73,57 pada siklus kedua, dari perolehan nilai rata-rata pada siklus
pertama sebesar 64,29. Adapun tingkat ketuntasan belajar mencapai angka 100%
atau 14 siswa dari 14 siswa yang mengikuti proses perbaikan pembelajaran, dari 5
siswa atau 35,71% pada siklus pertama. Peningkatan ketuntasan belajar dan ratarata nilai formatif pembelajaran menulis permulaan pada siklus kedua ini
berdampak positif bagi semua pihak, yaitu siswa dan guru. Kemampuan siswa
dalam mengkomunikasikan kesan-kesan tidak banyak mengalami kesulitan.
Aktivitas guru dalam pembelajaran tidak memerlukan tenaga dan biaya terlalu
besar karena peran guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Peningkatan ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

18

1. Pembelajaran berlangsung sangat kondusif dan interaktif. Siswa tampak


senang belajar. Hal ini tampak dari kesungguhan siswa dalam melaksanakan
tugas yang diberikan guru.
2. Jumlah siswa yang tuntas sudah jauh melampuai kriteria yang ditetapkan
bahkan mencapai angka baik yakni 100%.
3. Sesuai dengan indikator yang ditentukan siswa yang benar-benar meningkat
kemampuan menulis permulaannya berjumlah 14 siswa. Hal ini menunjukkan
bahwa semua siswa menunjukkan peningkatan keterampilan menulis
permulaannya, hasil belajar dan ketuntasan sesuai dengan harapan.
Dari hasil diskusi dengan supervisor dan observer maka dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan pembelajaran dalam dua siklus perbaikan dinyatakan tuntas,
dan dapat dilanjutkan pada materi selanjutnya, sedangkan kepada satu orang siswa
yang tidak tuntas akan diadakan bimbingan individu dengan pelaksanaan program
remidial, maka proses perbaikan pembelajaran dinyatakan tuntas, karena telah
memenuhi kriteria ketuntasan yang ditentukan. Hal ini dibuktikan dengan
peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajarnya pada keadaan awal sebanyak 4
siswa (28,57%), setelah dilaksanakan perbaikan dengan menggunakan media
gambar seri pada siklus I meningkat menjadi 5 siswa atau 35,71% dan pada siklus
II meningkat kembali menjadi 14 siswa atau 100%. Adapun penjelasan mengenai
penurunan siswa yang belum tuntas belajarnya pada keadaan awal sebanyak 10
siswa atau 71,43%, setelah dilaksanakan perbaikan dengan penerapan metode
bermain peran pada siklus I menurun menjadi 9 siswa atau 64,29% dan pada
siklus II menurun menjadi 0 siswa atau 0%, yang didukung oleh peningkatan
prestasi hasil belajar dari rata-rata 58,57 pada studi awal, menjadi 64,29 pada
siklus pertama dan 73,57 pada siklus terakhir.
Berdasarkan hasil pengamatan dan tindakan perbaikan pembelajaran yang
telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Penerapan media gambar seri terbukti dapat meningkatkan keterampilan siswa
dalam menulis

permulaan.

Hal ini dibuktikan dengan peningkatan

keterampilan menulis permulaan 35,71% atau 5 siswa saat awal studi menjadi
10 siswa atau 71,43% pada siklus pertama, dan 100% pada siklus terakhir.

19

2. Penerapan media gambar seri terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar


dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis permulaan. Hal ini
dibuktikan dengan nilai prestasi belajar yang terus meningkat pada studi awal
hanya 58,57 menjadi 64,29 pada siklus pertama, pada pada siklus terakhir
menjadi 73,57.
3. Penerapan media gambar seri terbukti dapat meningkatkan ketuntasan belajar
dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis permulaan, yang
dibuktikan dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dari 28,57% atau 4
siswa saat awal studi menjadi 35,71% atau 5 siswa, dan pada akhir siklus
kedua menjadi 14 siswa atau 100%.
Dari penjelasan mengenai proses dan hasil perbaikan pembelajaran di atas
dapat disimpulkan bahwa pada siklus kedua, proses pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dinyatakan berhasil, karena semua indikator dan kriteria
keberhasilan proses perbaikan pembelajaran telah tercapai pada pelaksanaan
perbaikan pembelajaran siklus kedua.
Berdasarkan kesimpulan tersebut ada beberapa hal yang sebaiknya
dilaksanakan oleh guru dalam memperbaiki kualitas pembelajaran, yaitu guru
harus menggunakan alat peraga yang konkrit dalam pembelajaran, sehingga dapat
membangkitkan minat belajar siswa, guru harus mampu menerapkan metode
pembelajaran yang tepat, agar siswa tidak kesulitan dalam memahami materi yang
diajarkan, guru harus membimbing siswa secara intensif dalam proses
pembelajaran serta mampu menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan, dan guru harus memfasilitasikan keterlibatan siswa untuk ikut
aktif dalam proses pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan oleh guru untuk memperbaiki
kinerjanya, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai.
Perbaikan pembelajaran berawal dari adanya masalah dalam pembelajaran dan
guru berupaya untuk memperbaikinya. Untuk mencegah timbulnya masalah yang
sama, guru sebaiknya selalu berinovasi dalam pendekatan, strategi dan model
maupun metode pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas mempunyai manfaat
besar bagi sekolah, guru maupun pengawas. Oleh karena itu alangkah baiknya

20

apabila sekolah memberikan kebebasan kepada guru yang akan melaksanakan


penelitian tindakan kelas dan bekerja sama dengan teman sejawat dalam satu
sekolah maupun sekolah lain.
Untuk meningkatkan profesionalisme guru, salah satu upaya yang dapat
ditempuh adalah melalui upaya perbaikan pembelajaran atau penelitian tindakan
kelas (PTK), dan dalam melaksanakan PTK hendaknya guru berkolaborasi dengan
kepala sekolah, teman sejawat, dan ahli yang siap membantu pemikiran, tenaga,
dan segala hal yang dibutuhkan demi terselenggaranya PTK secara lancar dan
berhasil mencapai tujuan yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, M. 1990. Strategi Belajar Mengajar Ketrampilan Berbahasa dan.
Apresiasi Sastra. Malang: YA 3 Malang.
Akhadiah, S. dkk. 1993. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta : Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), Dirjen Dikdasmen. Jakarta.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.

Gagne, Robert M. 1990. The Conditions of Learning. Third Edition. New York:
Holt, Reinhart and Winston
Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,
Departemen Pendidikan Nasional. Edisi III, cetakan ke-4. Balai
Pustaka. Jakarta.

Ristana, Rusna. Prayitna. 2006. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. UPBJJUniversitas Terbuka. Purwokerto
Rusyana. 1986. Buku Materi Pokok Keterampilan Menulis. Jakarta: Karunika.
Sapani
Wardani, I.G.A.K dkk 2007. Penelitian Pendidikan Kelas. Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka. Jakarta.
Wiriatmadja, Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas, UPI Bandung
dan Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai