Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Terkait
1. Definisi Anak Usia Prasekolah
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai lima tahun. Pada masa
ini, terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif, dan spiritual yang begitu
signifikan. Kemampuan mereka dalam mengontrol diri, berinteraksi dengan orang
lain, dan penggunaan bahasa dalam berinteraksi merupakan modal awal anak dalam
mempersiapkan tahap perkembangan berikutnya, yaitu tahap sekolah. (Whaley dan
Wong, 1995).
Masa prasekolah (usia 3 5 tahun) merupakan fase ketika anak mulai terlepas
dari orang tuanya, dan mulai berinteraksi dengan lingkungannya (Sayogo, 2007).
Tugas perkembangan pada anak prasekolah adalah mencapai otonomi yang cukup,
memenuhi dan menangani diri sendiri tanpa campur tangan orang tua secara penuh.
Pada tahap ini, anak dapat dilibatkan dalam kegiatan atau pekerjaan rumah tangga
untuk membantu orang tua (Whaley dan Wong,1999). Keberhasilan pada tahap
prasekolah akan berpengaruh sangat besar dalam kesuksesan anak dalam menghadapi
tahap perkembangan berikutnya.
2. Pola Makan Anak Usia Prasekolah
Anak usia prasekolah membutuhkan lebih kurang 6800 kkal per hari.
Kebutuhan cairan tergantung kepada aktivitas anak, biasanya meningkat dari
kebutuhan cairan dan pada anak usia Todler mempunyai karakteristik yang khas, yaitu
bergerak terus, tidak bisa diam, dan sulit untuk diajak duduk dalam waktu relatife
lama. Pada usia 12 sampai 18 bulan pertumbuhan sedikit lambat sehingga kebutuhan

nutrisi dan kalori menurun yaitu 100 kkal per kg berat badan (BB). Kebutuhan protein
sekitar 2,4 g per hari (Whaley dan Wong, dalam Supartini, 2004).
Pola makan anak terbentuk pada usia satu atau dua tahun dan akan
mempengaruhi kebiasaan makan tahun-tahun berikutnya (Arvin dan Kliesma, 2000).
Ketika anak memasuki usia 4 tahun, mereka memasuki periode finicky eating, yaitu
anak yang lebih rewel dan lebih memberontak dalam hal makan. Mereka menjadi
lebih pemilih dalam hal makanan dan tidak berkeinginan untuk mencoba makanan
yang baru. Usia lima tahun, anak sudah bisa mencoba makanan yang baru, tetapi
orang tua sangat berperan dalam hal ini, yaitu membiarkan anak untuk ikut
mempersiapkan makanan di dapur (Whaley dan Wong, 1999).
Anak usia prasekolah yang sedang dalam fase meniru, seringkali meniru pola
makan orang tua sebagai role model. Oleh karena itu, jika orang tua memiliki pola
makan yang baik, maka anak akan memiliki pola makan yang sama pula
(Widyaningsih dalam poeirah, 2002).
Pola makan anak prasekolah sangat dipengaruhi juga oleh perkenalan
makanan padat. Orang tua yang terlambat memperkenalkan makanan padat pada usia
6 bulan, atau sebaliknya orang tua terlalu cepat memperkenalkan makanan padat
(Supriyadi, 2008).

3. Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Usia Prasekolah


Supartini (2004) mengemukakan sama halnya dengan anak usia toddler, anak
prasekolah mengalami pertumbuhan sedikit lambat. Beberapa karakteristik yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak
prasekolah adalah sebagai berikut.

a. Nafsu makan berkurang


b. Anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman atau lingkungannya
daripada makan
c. Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru
d. Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar dan
bersosialisasi dengan keluarga.
Anjuran untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut :
a. Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara mengajarkan anak mengenal
nutrisi, misalnya dengan menggambar atau melakukan aktivitas bermain yang
lain.
b. Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit, berikan dengan frekuensi
lebih sering, yaitu 4 samapi 5 kali sehari. Apabila memberikan makanan padat,
seperti nasi, 3 kali dalam sehari, berikan makanan ringan atau kudapan diantara
waktu makan tersebut. Susu cukup diberikan 1-2 kali sehari.
c. Fasilitas anak untuk mencoba jenis makanan baru. Makanan baru tidak harus yang
berharga mahal, yang penting memenuhi gizi seimbang.
d. Fasilitas anak untuk dapat mengekspresikan ide, pikiran, serta perasaanya saat
makan bersama dan fasilitas anak untuk berinteraksi secara efektif dengan Anda
atau anggota keluarga yang lain.

B. Sulit Makan
1. Definisi Sulit Makan
Kesulitan makan didefinisikan sebagai perilaku anak yang mengalami
gangguan makan berupa penolakan makan, tidak mau makan, lama waktu makan

hingga lebih dari 30 menit, dan hanya mau makan makanana tertentu saja
(Kusumadewi dalam poeriah, 2002).
Menurut Judarwanto (2005), kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau
menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau
minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar),
yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga
sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin
dan obat tertentu.
2. Gejala Sulit Makan
Judarwanto (2005) mengungkapkan anak sulit makan jika hanya mampu
menghabiskan kurang dari 2/3 jumlah makanannya sehingga kebutuhan nutrien tidak
terpenuhi. Beberapa tampilan klinik kesulitan makan pada anak dapat berupa
memenuhkan atau menyembur- nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut
anak, makan berlama-lama dan memainkan makanan, sama sekali tidak mau
memasukkan makanan ke dalam mulut, memuntahkan atau menumpahkan makanan,
menepis suapan dari orang tua, tidak mengunyah tetapi langsung menelan makanan
dan kesulitan menelan, sakit bila mengunyah atau menelan makanan.
Klinik perkembangan anak affilioned program for children Development di
Universitas George Town (Judarwanto, 2005) melaporkan jenis kesulitan makan pada
anak sesuai dengan jumlahnya adalah :
a. Hanya mau makan makanan cair atau lumat

: 27,3%

b. Kesulitan menghirup, mengunyah atau menelan : 24,1%


c. Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil

: 23,3%

d. Tidak menyukai variasi banyak makanan

: 11,1%

e. Keterlambatan makan sendiri

: 8,0%

f. Mealing time tantrum

: 6,1%

3. Faktor Faktor Penyebab Sulit Makan


Secara umum penyebab kesulitan makan pada anak dibedakan dalam 3 faktor
yaitu kehilangan nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh
psikologis. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali terjadi
lebih dari 1 faktor. (Judarwanto, 2005)
a. Hilangnya nafsu makan akibat penyakit
Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan tampaknya merupakan
penyebab utama masalah kesulitan makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini
bisa mulai dari yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada nafsu
makan). Berkurang atau hilangnya nafsu makan ini sering diakibatkan karena
gangguan fungsi saluran cerna, penyakit infeksi seperti, infeksi tubercolosis,
infeksi saluran kencing, infeski parasit cacing.
b. Gangguan proses makan di mulut
Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan dimulut mengunyah
dan menelan. Ketrampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar
disekitar mulut sangat berperanan dalam proses makan tersebut. Pergerakan
motorik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan
dilakukan oleh otot dirahang atas bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya
disekitar mulut. Gangguan proses makan dimulut tersebut seringkali berupa
gangguan mengunyah makanan, keterlambatan bicara dan gangguan bicara (cadel,
gagap, bicara terlalu cepat sehingga sulit dimengerti).
c. Gangguan psikologis
Gangguan psikologis meliputi gangguan sikap negativisme, menarik
perhatian, perasaan lain pada anak, kebiasaan rewel pada anak digunakan sebagai

upaya untuk mendapatkan yang sangat diinginkannya, sedang tertarik permainan


atau benda lainnya, atau meniru pola makan orang tua atau saudaranya.
Beberapa aspek psikologis dalam hubungan keluarga, baik antara anak
dengan orang tua, antara ayah dan ibu atau hubungan antara anggota keluarga
lainnya dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak. Misalnya bila hubungan
antara orang tua yang tidak harmonis, hubungan antara anggota keluarga lainnya
tidak baik atau suasana keluarga yang penuh pertentangan, permusuhan atau
emosi yang tinggi akan mengakibatkan untuk mengalami ketakutan, kecemasan,
tidak bahagia, sedih dan depresi. Hal itu mengakibatkan anak tidak aman dan
nyaman sehingga bisa membuat anak menarik diri dari kegiatan atau lingkungan
keluarga termasuk aktivitas makannya.
Sikap orang tua dalam hubungannya dengan anak, atau bicara yang disebut
pola asuh, sangat menentukan untuk terjadinya gangguan psikologis yang dapat
mengakibatkan gangguan makan. Beberapa hal tersebut diantaranya adalah
perlindungan dan perhatian berlebihan pada anak, orang tua yang pemarah, tegang
terus menerus, kurangnya kasih sayang baik secara kualitas dan kuantitas,
kurangnya pengertian dan pemahaman orang tua terhadap kondisi spikologis anak
(Judarwanto, 2005). Selain itu, sikap ibu yang dapat membentuk anak menjadi
sulit makan adalah cara menyiapkan makanan, cara memberikan makan,
menenangkan anak yang sedang rewel dengan memberikan jajanan, memaksa
anak makan, terlambat memberikan makanan padat, dan ibu tidak membiasakan
anak makan tepat waktu (Ladriasari, 2001, Tasmin, 2002). Sikap memaksa dalam
pemberian makan akan membuat emosi anak meningkat, sehingga menurunkan
produksi cairan lambung yang dapat mengakibatkan fungsi pencernaan terhambat
(Podjiadi, 1997).

4. Penatalaksanaan Sulit Makan Pada Anak Usia Prasekolah


Cara pemberian makan yang baik dan benar sangat berpengaruh terhadap
selera makan pada anak. Menurut ladriasari (2001) terdapat beberapa cara dan
petunjuk untuk mengatasi kesulitan makan pada anak, diantaranya sebagai berikut :
a. Beri jumlah makanan secara bertahap sedikit demi sedikit tapi sering.
b. Bila menyuruh makan pada anak harus dengan suara lemah lembut dan dengan
pendekatan yang baik tanpa memaksa.
c. Bila sudah tiba saat jam makan tapi anak sedang asyik bermain, jangan langsung
dihentikan mendadak permainan si anak.
d. Buat

suasana

makan

itu

menyenangkan

dengan

pembicaraan

yang

menarik bagi anak.


e. Sajikan makanan-makanan sederhana, makanan yang sudah dikenali. Anak diusia
kanak-kanak awal ini biasanya ingin mengetahui apa yang dimakannya dan
menolak makanan yang dicampur, sehingga mereka tidak mengenal bentuknya,
misalnya gado-gado.
f. Jika mungkin sajikan makanan yang dapat dipegang, misalnya kentang goring,
tempe, sate dan sebagainya.
g. Setiap kali hanya mengenalkan satu jenis makanan baru.
h. Sajikan dalam porsi kecil, terutama makanan yang baru dikenal atau yang tidak
disenanginya.
i. Perhatikan penampilan dari bentuk, selera, warna dan rasa dari
j. Ikut

sertakan

dimakan.

anak

untuk

menentukan

menu

makanan

makanan.
yang

hendak

k. Berilah

contoh

makan

yang

baik

bagi

anak.

Orangtua

yang

tidak

bersemangat untuk makan atau rewel makan akan menjadi contoh yang buruk
bagi anak, sebab anak biasa meniru tokoh yang berarti

baginya.

l. Dengan mengetahui bahwa nafsu makan anak digerakkan oleh jumlah makanan
yang dibutuhkan tubuh, orangtua seharusnya menjaga nafsu makan anak dan
memastikan bahwa anak mendapatkan kebutuhan tubuhnya. Beberapa ahli
psikologi perkembangan anak tidak menyarankan anak dipaksa makan apapun
penyebabnya, karena semakin dipaksa anak akan semakin memberontak.
m. Menghidangkan menu yang bervariasi.
n. Biarkan anak makan sendiri.
o. Jangan memburu-buru anak agar makan dengan cepat.
p. Tidak perlu setiap kali mengikuti keinginan anak dengan mengganti menu sesuai
dengan keinginannya, karena mungkin saja
keinginan menentang dominasi

ketidaksukaannya disebabkan

orangtua.

q. Jika anak tidak mau makan dan si anak berada dalam keadaan sehat, tidak apaapa, jangan memberikan kudapan pada anak.
r. Berikan makanan secara bertahap sesuai jenis dan kandungan gizi satu persatu,
mulai dari yang mengandung banyak zatbesi dan protein (misalnya daging),
sampai terakhir jenis yang kurang penting (misalnya pudding sebagai penutup
mulut).
s. Reaksi orangtua akan menentukan arah dan proses pembelajaran anak terhadap
berbagai hal sampai mereka menentukan kesadaran dan tanggungjawab secara
internal.
C. Tingkat Pertumbuhan Pada Anak Usia Prasekolah
1. Definisi Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah
diri dan mensintesis protein baru, menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh
atau sebagian dari bagian sel.
(Wong, 2002).
Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah proses yang dinamik dan
berlangsung terus menerus mulai dari masa konsepsi sampai dengan dewasa.
Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang berbeda yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya.
Pertumbuhan (growth) adalah setiap perubahan atau bertambahnya jumlah dan
ukuran tubuh baik fisik (anatomi) maupun struktur. Pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kualitas yaitu penambahan jumlah sel dan besar sel tubuh. Anak tidak
hanya menjadi besar secara fisik tetapi ukuran dan struktur pertumbuhan otaknya juga
bertambah. Akibat adanya pertumbuhan otak anak mempunyai kemampuan yang
lebih besar untuk belajar, mengingat dan berfikir. Pertumbuhan anak lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama masukan zat gizi dari pada faktor
genetik. (Soetjiningsih, 1995)
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian
atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga demikian dapat kita ukur dengan
mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. (Suganda, 2002)
Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif, atau dapat diukur, aspek
peningkatan ukuran fisik individu sebagai hasil peningkatan dalam jumlah sel.
Indikator ukuran pertumbuhan meliputi perubahan tinggi dan berat badan, gigi,
struktur skelet, dan karakteristik seksual. Misalnya anak-anak secara umum memiliki
berat dua kali berat badan lahir pada usia 36 bulan. (Perry dan Potter, 2005).

Whaley dan Wong dalam Supartini (2004) mengemukakan pertumbuhan


sebagai

suatu

peningkatan

jumlah

dan

ukuran,

sedangkan

perkembangan

menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling
rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan
pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang menurut Supartini (2004)
adalah : faktor herediter, faktor lingkungan, faktor internal.
a. Faktor herediter
Faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan (herediter) adalah jenis
kelamin, ras, dan kebangsaan (Marlow dalam Supartini 2004). Jenis kelamin
ditentukan sejak awal dalam kandungan (fase konsepsi) dan setelah lahir, anak
laki-laki cenderung lebih tinggi dan berat daripada anak perempuan dan hal ini
bertahan sampai usia tertentu karena anak perempuan biasanya lebih awal
mengalami masa prapubertas sehingga kebanyakan pada usia tersebut, anak
perempuan lebih tinggi dan besar. Akan tetapi begitu anak laki-laki memasuki
masa prapubertas, mereka akan berubah lebih tinggi dan besar daripada anak
perempuan.
Ras atau suku dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Beberapa suku bangsa menunjukkan karakteristik yang khas, misalnya suku asmat
di Irian Jaya secara turun-temurun berkulit hitam. Demikian juga kebangsaan
tertentu menunjukkan karakteristik tertentu seperti bangsa asia cenderung tinggi
dan besar.
b. Faktor lingkungan
Faktor

lingkungan

yang

dapat

mempengaruhi

pertumbuhan

dan

perkembangan anak adalah prenatal, lingkungan eksternal, dan lingkungan


internal anak.

1) Lingkungan pranatal
Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan fetus terutama karena ada selaput yang menyelimuti dan
melindungi fetus dari lingkungan luar. Beberapa kondisi lingkungan dalam
uterus yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin adalah
gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat gizi adekuat baik secara kualitas
maupun kuantitas, gangguan endokrin pada ibu seperti diabetes melitus, ibu
yang mendapat terapi sitostatika atau yang mengalami infeksi rubella,
toksoplasmosis, sfilis, dan herpes. Intinya apa yang dialami oleh ibu akan
berdampak pada kondisi pertumbuhan dan perkembangan fetus.
2) Pengaruh budaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana
mereka mempersepsikan dan memahami kesehatan serta perilaku hidup sehat.
Pola perilaku ibu yang sedang hamil dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya,
misalnya ada beberapa larangan untuk makanan tertentu padahal zat gizi
tersebut diperlukan dalam pertumbuhan janin. Begitu juga keyakinan untuk
melahirkan dengan meminta pertolongan petugas kesehatan di sarana
kesehatan atau tetap memilih dukun beranak, dilandasi oleh nilai budaya yang
dialami. Setelah anak lahir, dia dibesarkan dengan pola asuh keluarga yang
juga dilandasi oleh nilai budaya yang ada di masyarakat. Anak yang
dibesarkan dilingkungan petani di pedesaan akan mempunyai pola kebiasaan
atau norma perilaku yang berbeda dengan mereka yang dibesarkan dikota
besar seperti metropolitan Jakarta.
3) Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang berada dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
sosial ekonominya rendah, bahkan punya banyak keterbatasan untuk memberi

makanan bergizi, membayar biaya pendidikan, dan memenuhi kebutuhan


primer lainnya, tentunya keluarga akan mendapat kesulitan untuk membantu
anak mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal
sesuai dengan tahapan usianya. Keluarga dengan latar belakang pendidikan
rendah juga sering kali tidak dapat, tidak mau, atau tidak meyakini pentingnya
penggunaan fasilitas kesehatan yang dapat menujang pertumbuhan dan
perkembangan anaknya, misal pentingnya imunisasi untuk anak atau
penggunaan sarana kesehatan berobat sehingga pada akhirnya mereka masih
menggunakan praktik pemeliharaan kesehatan secara tradisional yaitu pergi ke
dukun yang praktik pertolongan belum dapat dibuktikan hasilnya secara
ilmiah untuk mempertahankan keseahatan anak.
4) Nutrisi
Telah disebutkan bahwa untuk bertumbuh dan berkembang anak
membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, karbohidrat, mineral,
vitamin, dan air yang harus dikonsumsi secara seimbang dengan jumlah yang
sesuai kebutuhan pada tahapan usianya. Khususnya selama periode
pertumbuhan dan perkembangan yang secara cepat seperti masa prenatal, usia
bayi atau remaja akan membutuhkan lebih banyak kalori dan protein. Anak
dapat mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan hanya karena
kurang adekuatnya asupan zat gizi tersebut.
Asupan nutrisi yang berlebihan juga dapat menimbulkan dampak yang
buruk pula bagi kesehatan anak misalnya terjadi penumpukan kadar lemak
yang berlebihan dalam sel bahkan pada pembuluh darah sehingga bila anak
sakit pertumbuhan dan perkembangan juga terganggu.
5) Iklim dan cuaca

Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak seperti pada


musim penghujanan yang dapat menimbulkan bahaya banjir pada daerah
tertentu akan menyebabkan sulitnya transportasi sehingga sulit mendapatkan
bahan makanan, bahwa timbul berbagai penyakit menular seperti diare dan
penyakit kulit, yang dapat mengancam semua orang termasuk bayi dan anakanak. Terlebih lagi pada bayi dan anak-anak yang sangat rentan terhadap
penyakit menular, apabila daya tahan tubuh sedang menurun yang juga akibat
tidak adekuatnya status nutrisi, mereka akan dengan mudah terjangkit penyakit
menular tersebut. Pada beberapa tempat yang endemis untuk terjadi wadah
demam berdarah, terjadinya perubahan cuaca akan berakibat atas peningkatan
angka kejadian demam berdarah. Demikian juga di musim kemarau ketika
sulit mendapatkan air bersih, angka kejadian seperti diare akan meningkat.
Oleh

karena

itu,

masyarakat

harus

mempunyai

kemampuan

untuk

mengantisipasi kejadian tersebut dan melakukan tindakan pencegahan. Status


kesehatan anak tentunya akan berdampak pada proses pertumbuhan dan
perkembangan anak tersebut
6) Olahraga/latihan fisik
Olahraga atau latihan fisik berdampak pada pertumbuhan fisik maupun
perkembangan psikososial anak. Secara fisik manfaat olahraga atau latihan
yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga akan meningkatkan
aktivitas fisik dan menstimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan sel.
Pada saat olahraga anak juga berinteraksi dengan teman sepermainan dan
mengenal aturan yang berlaku serta belajar menaatinya untuk tujuan bersama,
misalnya sepak bola yang dilakukan oleh kelompok anak sekolah. Aktivitas
fisik dari permainan sepak bola akan membantu pertumbuhan sel, selain itu

kepada anak juga ditanamkan aturan permainan yang harus mereka taati
bersama dan interaksi sosial yang dijalankan membantu mereka memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi dengan sesama teman.
7) Posisi anak dalam kandungan
Posisi anak sebagai anak tunggal, anak tengah, anak bungsu akan
mempengaruhi bagaimana pola anak tersebut diasuh dan dididik dalam
keluarga. Anak tunggal tidak mempunyai teman bicara dan beraktivitas
kecuali dengan orang tuanya. Oleh karena itu, kemampuan intelektual anak
tunggal akan dapat lebih cepat berkembang dan mengembangkan harga diri
yang positif karena secara terus-menerus berinteraksi dengan orang dewasa,
yaitu orang tuanya dan mendapatkan stimulasi secara psikososial. Akan tetapi,
biasanya mereka akan lebih tergantung dan kurang mandiri. Perkembangan
motorik lebih lambat karena tidak ada stimulasi untuk melakukan aktivitas
fisik yang biasanya dilakukan oleh saudara kandungnya.
c. Faktor internal
Berikut ini akan diuraikan faktor internal yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan.
1) Kecerdasan
Kecerdasan dimilki oleh anak sejak ia dilahirkan. Anak yang
dilahirkan dengan tingkat kecerdasan yang rendah tidak akan mencapai pretasi
yang cemerlang walaupun stimulus yang diberikan lingkungan demikian
tinggi. Sementara anak yang dilahirkan dengan tingkat kecerdasan tinggi dapat
didorong oleh stimulus lingkungan untuk berprestasi secara cemerlang.
2) Pengaruh hormonal

Ada tiga hormone utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan


perkembangan anak, yaitu hormon somatotropik, hormon tiroid, dan hormon
gonadotropin. Hormon somatotropik (growth hormon) terutama digunakan
selama masa kanak-kanak yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan
karena menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal.
Apabila kelebihan, hal ini akan menyebabkan gigantisme, yaitu anak tumbuh
sangat tinggi dan besar, dan apabila kekurangan, menyebabkan dwarfism atau
kerdil. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, sedangkan hormon
gonadotropik menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk
memproduksi testosteron, dan ovarium untuk memproduksi estrogen.
Selanjutnya, testosteron akan menstimulasi perkembangan karakteristik seks
sekunder anak laki-laki, yaitu menghasilkan spermatozoa, sedangkan estrogen
akan

menstimulasi

perkembangan

karakteristik

seks

sekunder

anak

perempuan, yaitu menghasilkan ovum.

3) Pengaruh emosi
Orang tua terutama ibu adalah orang terdekat tempat anak belajar
untuk bertumbuh dan berkembang. Anak belajar dari orang tua untuk dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Dengan demikian, apabila orang tua
memberi contoh perilaku emosional, seperti melempar sandal atau sepatu
bekas dipakai, membentak saat anak rewel, marah saat jengkel, anak akan
belajar untuk menirukan perilaku orang tua tersebut. Anak belajar
mengekspresikan perasaan dan emosinya dengan meniru perilaku orang
tuanya. Apabila pola seperti ini dibiarkan, anak akan mengembangkan

perilaku emosional seperti di atas karena maturasi atau pematangan


kepribadian diperoleh anak melalui proses belajar dari lingkungan
keluarganya. Oleh karena itu, orang tua harus berhati-hati dalam bersikap
karena apabila orang tua senang membentak, anak akan belajar untuk
berbicara kasar pada orang lain. Apabila orang tua suka memukul saat marah
dan jengkel, anak akan belajar bersikap kasar pada orang lain. Orang tua
adalah model peran bagi anak.
2. Ciri-ciri pertumbuhan terdapat 4 kategori perubahan sebagai ciri pertumbuhan
menurut Suganda (2002) adalah :
a. Perubahan ukuran
Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yang dengan
bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan, tinggi badan,
lingkaran kepala dan lain-lain. Organ tubuh seperti jantung, paru-paru atau usus
akan bertambah besar, sesuai dengan peningkatan kebutuhan tubuh.
b. Perubahan proporsi
Selain bertambahnya ukuran-ukuran, tubuh juga memperlihatkan perubahan
proporsi. Anak bukanlah dewasa kecil, tubuh anak memperlihatkan perbedaan
proporsi bila dibandingkan dengan tubuh orang dewasa. Proporsi tubuh seorang
bayi baru lahir sangat berbeda dibandingkan tubuh anak ataupun orang dewasa.
Pada bayi baru lahir, kepala relative mempunyai proporsi yang lebih besar
dibanding dengan umur-umur lainnya. Titik pusat tubuh bayi baru lahir kurang
lebih setinggi umbilicus, sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh terdapat
kurang lebih setinggi simpisis pubis. Perubahan proporsi tubuh mulai usia
kehamilan 2 bulan sampai dewasa.
c. Hilangnya ciri-ciri lama

Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-lahan,


seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya
refleks-refleks primitif.
d. Timbulnya ciri-ciri baru
Timbulnya ciri-ciri baru ini adalah sebagai akibat pematangan fungsifungsi organ. Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah
munculnya gigi tetap yang menggantikan gigi susu yang telah lepas, dan
munculnya tanda-tanda seks sekunder seperti tumbuhnya rambut pubis dan aksila,
tumbuhnya buah dada pada wanita dan lain-lain.
Ciri-ciri pertumbuhan ini mempunyai keunikan yaitu :
1) Kecepatan pertumbuhan yang tidak teratur
Kecepatan pertumbuhan mulai konsepsi sampai akhir masa remaja
tidaklah tetap, ada masa-masa dimana pertumbuhan sangat pesat, yaitu masa
prenatal, bayi dan adolesensi, sedangkan diluar masa itu pertumbuhan
berlangsung lambat. Kecepatan pertumbuhan tinggi badan sudah menurun
pada saat lahir, kemudian relative tetap hingga usia 4 5 tahun, lalu
meningkat lagi pada usia 6 8 tahun, menurun pada usia 11 15 tahun dan
disebut adolescent growth spurt. Puncak percepatan pertumbuhan tinggi badan
anak perempuan terjadi 2 tahun lebih awal daripada anak laki-laki.
2) Masing-masing organ memiliki pola pertumbuhan yang berbeda
Pada umumnya pertumbuhan bagian-bagian tubuh mengikuti pola
pertumbuhan tinggi badan terutama tulang dan otot. Beberapa organ tubuh
tertentu tidak mengikuti pola pertumbuhan umum, tetapi mempunyai pola
tersendiri. Organ-organ tubuh dimaksud ialah otak dan tulang tengkorak,
organ reproduksi dan jaringan limfoid.

Secara umum terdapat 4 pola kurva pertumbuhan, yaitu :


a) Pola pertumbuhan umum
Yang khas pada pertumbuhan secara umum ialah pertumbuhan
tinggi badan. Sampai usia 2 tahun pertambahan tinggi badan berlangsung
cepat setelah itu pertumbuhan berlangsung stabil dibawah pengaruh
hormon pertumbuhan sampai pubertas. Mulai masa pubertas, hormon
kelamin berpengaruh sehingga pertumbuhan berlangsung dengan cepat
sampai berhenti pada masa akil balik. Umumnya pertumbuhan organ tubuh
mengikuti pola pertumbuhan.
b) Pola pertumbuhan organ limfoid
Organ limfoid secara cepat mengalami pertumbuhan, sehingga
pada usia sekitar 12 tahun mencapai 200% dan berangsur menurun lagi
sampai usia dewasa menjadi 100%. Dengan keadaan ini anak-anak pada
masa pubertas relative lebih kuat daya tahan tubuhnya.
c) Pola pertumbuhan otak dan kepala
Pertumbuhan otak dan kepala terjadi paling cepat dibanding bagian
tubuh lain sejak kehidupan intrauterine, bahkan berlanjut sampai tahuntahun pertama kehidupan sehingga pada usia 6 tahun pertumbuhannya
telah mencapai hampir 90% otak orang dewasa.
d) Pola pertumbuhan organ reproduksi
Selama masa anak, pertumbuhan dan perkembangan organ kelamin
sangat lambat, baru pada masa pubertas terjadi percepatan yang luar biasa
mengejar ketinggalannya di masa anak, sehingga dalam waktu singkat
menjadi matang. Pertumbuhan organ reproduksi ini sejalan pula dengan
perkembangan seksual seseorang. Manusia merupakan makhluk yang

paling lama mencapai kematangan seksualnya dibanding jenis hewan


termasuk primata.
3. Ciri-ciri tumbuh kembang anak usia prasekolah menurut Cecily (2002) adalah :
a. Karakteristik fisik
1) Berat badan : Penambahan berat badan anak prasekolah dari 2 kg per tahun,
berat rata-rata adalah 18 kg
2) Tinggi badan : Pertumbuhan tinggi badan anak 5 sampai 7 cm per tahun,
tinggi rata-rata adalah 108 cm
3) Postur tidak ada lordosis lagi
4) Gigi-gigi susu mulai tanggal
b. Perkembangan motorik kasar
1) Usia 36 bulan : Pakai baju dan ganti baju sendiri, berjalan mundur, naik turun
tangga, berganti-ganti kaki, berdiri sesaat di atas satu kaki.
2) Usia 4 tahun : Melompat dengan satu kaki, memanjat dan melompat,
melempar bola cukup baik.
3) Usia 5 tahun : Melompat melewati tali, berlari tanpa kesulitan, bermain lompat
tali dengan cukup baik, mainan tangkap.
c. Perkembangan motorik halus
1) Usia 36 bulan : Memasang manik- manic besar, melukis tanda silang dan
bulatan, membuka kancing depan dan samping, menyusun 10 balok tanpa
jatuh.
2) Usia 4 tahun : Menggunakan gunting, menggunting gambar sederhana,
menggambar bujur sangkar.
3) Usia 5 tahun : Memukul kepala paku dengan palu, mengikat tali sepatu, dapat
menulis beberapa huruf alphabet, dapat menulis nama.

d. Perkembangan sensoris
1) Usia 4 tahun : persepsi ruang sangat terbatas, dan dapat mengidentifikasi satu
dua warna.
2) Usia 5 tahun : Sedikitnya dapat mengenali 4 warna, dapat membedakan objek
berdasarkan beratnya, dan memerankan orang tua dan orang dewasa lainnya.
e. Perkembangan kognitif
Anak berkembang dari perilaku sensori motori sebagai alat pembelajaran dan
berinteraksi dengan lingkungan menjadi pembentukan pikiran simbolik.
1) Mengembangkan kemampuan untuk membentuk representasi mental terhadap
objek dan orang
2) Mengembangkan konsep waktu
3) Memiliki perspektif egosentri, memberi arti sendiri untuk realita
f. Perkembangan bahasa
1) Usia 2 tahun : Menggunakan kalimat dengan dua tiga kata, menggunakan
holofrasis, lebih dari setengah pembicaraannya dapat dimengerti
2) Usia 3 tahun : Banyak bertanya, berbicara saat ada maupun tidak ada orang,
menggunakan pembicaraan telegrafis (tanpa kata preposis, kata sifat, kata
keterangan, dll), mengucapkan konsonan berikut : d, b, t, k, dan y,
menghilangkan w dari pembicaraannya, mempunyai perbendaharaan kata
sebanyak 900 kata, memakai kalimat tiga kata (subjek-kata kerja-objek),
menyatakan namanya sendiri, membuat kesalahan suara spesifik (s, sh, ch, z,
th, r, dan l), menjamakan kata-kata, mengulangi ungkapan dan kata-kata
dengan tanpa tujuan.
3) Usia 4 tahun : Perbendaharaan kata sejumlah 1500 kata, menghitung sampai
tiga, menceritakan cerita panjang, mengerti pertanyaan sederhana, mengerti

dasar hubungan sebab akibat dari perasaan, pembicaraannya egosentris,


membuat kesalahan suara spesifik (s, sh, ch, th, r, dan l) memakai kalimat
empat kata.
4) Usia 5 tahun : Perbendaharan kata sebanyak 2100 kata, memakai kalimat lima
kata, memakai kata depan dan kata penghubung, memakai kalimat lengkap,
mengerti pertanyaan yang berkaitan dengan waktu dan jumlah (berapa banyak
dan kapan), tetap membuat kesalahan suara, belajar untuk berpartisipasi dalam
percakapan sosial, dapat menyebutkan hari-hari dalam seminggu.
4. Ciri-ciri pertumbuhan fisik menurut Soetjiningsih (2002) adalah :
a. Berat badan
Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan
kembali pada hari ke 10. Berat badan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir
pada bayi umur 5 bulan, menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur satu
tahun, dan menjadi 4 kali berat badan lahir pada umur 2 tahun. Pada masa
prasekolah kenaikan berat badan rata-rata 2 kg/tahun. Kemudian pertumbuhan
konstan mulai berakhir dan mulai pre-adolescent growth spurt (pacu
tumbuh pra-adolesen) dengan rata-rata kenaikan berat badan adalah 3-3,5
kg/tahun, yang kemudian dilanjutkan dengan growth spurt (pacu tumbuh
adolesen). Dibandingkan dengan anak laki-laki, growth

spurt (pacu

tumbuh) anak perempuan dimulai lebih cepat yaitu sekitar umur 8 tahun,
sedangkan anak laki-laki baru pada umur sekitar 10 tahun. Tetapi
pertumbuhan anak perempuan lebih cepat berhenti daripada anak laki-laki.
Anak perempuan umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi, sedangkan anak
laki-laki baru berhenti tumbuh pada umur 20 tahun.

Digunakan rumus

yang dikutip dari Behrman, 1992 untuk

memperkirakan berat badan anak adalah sebagai berikut :


1-6 tahun : Umur (tahun) x 2 + 8
b. Tinggi badan
Menurut Suganda (2002) pengukuran pada anak sampai usia 2 tahun
dengan berbaring menggunakan infantometer diperlukan bantuan memegang
kepala anak agar alat tetap menempel pada ubun-ubun, kesulitan biasanya
pada saat meluruskan tungkainya dengan telapak kaki menempel pada
pengukur, karena bayi tidak suka dipegang agar diam beberapa waktu.
Anak diatas usia 2 tahun dengan berdiri menggunakan alat
stadiometer, microtoise, tinggi duduk. Tujuan pengukuran adalah mendapat
catatan jarak tinggi dari permukaan puncak kepala hingga telapak kaki, atau
hingga ujung tulang sacrum pada tinggi duduk.
Posisi standard pada kelapa secara rutin dipakai pada bidang horizontal
(Frankfurt Plane) melewat bagian eksternal meatus telinga. Disarankan pada
posisi berdiri menggunakan pemberat pada kepala 0,5 kg, untuk menekan
rambut agar datar dan mencegah perbedaan pada pergerakan alat keatas dan
kebawah disaat mengukur.
Digunakan rumus

yang dikutip dari Behrman, 1992 untuk

memperkirakan tinggi badan anak adalah sebagai berikut :


1-6 tahun : umur (tahun) x 6 + 77
5. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak menurut Kissanti
(2008) adalah :
a. Faktor heredo konstitusional : tergantung ras, genetic, jenis kelamin dan
kelainan bawaan.

b. Faktor hormonal : insulin, tiroid, hormon sex dan steroid.


c. Faktor lingkungan selama dan sesudah lahir : gizi, trauma, sosio-ekonomi,
iklim, aktivitas fisik, penyakit dll.
6. Tahap pertumbuhan anak menurut Iskandar (1985) adalah :
a. Pertumbuhan yang cepat sekali dalam tahun pertama yang kemudian
mengurang secara berangsur-angsur sampai 3-4 tahun.
b. Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik.
c. Pertumbuhan cepat pada masa akil balik (12-16)
d. Pertumbuhan kecepatannya mengurang berangsur-angsur sampai suatu waktu
(kira-kira umur 18 tahun) berhenti.
Dalam tahun pertama panjang bayi bertambah 23 cm (di negeri maju 25
cm). sehingga anak pada umur 1 tahun panjangnya menjadi 71 cm (75 cm di
negeri maju). Kemudian kecepatan pertumbuhan berkurang sehingga setelah umur
2 tahun kecepatan pertambahan panjang badan kira-kira 5 cm per-tahun.

D. Penelitian Terkait
Ponirah (2000) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan
kesulitan makan pada anak usia prasekolah di RW 06, kelurahan Bintara, Bekasi Barat,
mendapatkan bahwa faktor penyebab dari kesulitan makan pada anak adalah cara
pemberian makan (16%), dan sikap pemberi makan (14%). Cara pemberian makan dan
sikap pemberian makan merupakan salah satu komponen pola asuh dan tingkat
pertumbuhan anak tersebut.
Tanjung (2006) dalam penelitiannya tentang hubungan pola makan dan kejadian
gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Sukajadi, Bandung diperoleh hubungan
bermakna antara tingkat pertumbuhan dengan status gizi anak. Anak yang mengalami gizi

kurang, mempunyai keterpaparan pola asuh kurang baik sebesar 2,844 kali dibanding gizi
baik (95% Cl; 1, 456, 5,558)

E. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
1. Sulit makan
2. Pertumbuhan anak prasekolah
(3 5 tahun)

Faktor Pendukung
Ketersediaan Sarana dan

Tingkat Pertumbuhan

Prasarana :

1. Baik

1. Lingkungan

2. Kurang

2. Pendapatan keluarga

Faktor Penguat
1. Kebijakan pemerintah
2. Dukungan orang tua
3. Dukungan guru
Skema 2.1
Kerangka Teori
Diadopsi dari Teori Green dalam Notoatmodjo (2005)

Keterangan Kerangka Teori


Faktor Predisposisi

1. Sulit makan
Kesulitan makan didefinisikan sebagai perilaku anak yang mengalami gangguan
makan berupa penolakan makan, tidak mau makan, lama waktu makan hingga lebih
dari 30 menit, dan hanya mau makan makanana tertentu saja (Kusumadewi dalam
poeriah, 2002).
2. Pertumbuhan anak prasekolah (3-5 tahun)
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau
keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga demikian dapat kita ukur dengan
mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. (Suganda, 2002)

Faktor Pendukung : ketersediaan sarana dan prasarana


1. Lingkungan
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
prenatal, lingkungan eksternal, dan lingkungan internal anak. (Supartini, 2004)
2. Pendapatan keluarga
Anak yang berada dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sosial ekonominya
rendah, bahkan punya banyak keterbatasan untuk memberi makanan bergizi,
membayar biaya pendidikan, dan memenuhi kebutuhan primer lainnya, tentunya
keluarga akan mendapat kesulitan untuk membantu anak mencapai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal sesuai dengan tahapan usianya.
Keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah juga sering kali tidak dapat, tidak
mau, atau tidak meyakini pentingnya penggunaan fasilitas kesehatan yang dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangan anaknya, misal pentingnya imunisasi
untuk anak atau penggunaan sarana kesehatan berobat sehingga pada akhirnya mereka

masih menggunakan praktik pemeliharaan kesehatan secara tradisional yaitu pergi ke


dukun yang praktik pertolongan belum dapat dibuktikan hasilnya secara ilmiah untuk
mempertahankan keseahatan anak. (Supartini, 2004)

Faktor Penguat
1. Kebijakan pemerintah
Kebijakan dari pemerintah menyediakan fasilitas-fasilitas yang belum ada
2. Dukungan orang tua
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi orang tua agar bisa lebih tepat memilih
jenis makanan yang cocok untuk usia anak terkait dengan tingkat pertumbuhan pada
anak usia prasekolah.
3. Dukungan guru
Diharapkan dapat membimbing, mendidik anak dan member pola makan yang baik.

Tingkat Pertumbuhan
Tingkat Pertumbuhan dilihat Berat Badan.
Rumus = 1 6 tahun : Umur (tahun) x 2 + 8
1. Baik
Pertumbuhan dikatakan baik jika berat badan, misal usia 3 tahun dengan berat
badan 14 kg

2. Kurang
Pertumbuhan dikatakan kurang baik jika berat badan, misal usia 3 tahun dengan
berat badan 13 kg.

Tingkat Pertumbuhan dilihat Tinggi Badan

Rumus = 1 6 tahun : Umur (tahun) x 6 + 77


1. Baik
Pertumbuhan dikatakan baik jika tinggi badan, misal usia 3 tahun dengan tinggi
badan 95 cm
2. Kurang
Pertumbuhan dikatakan kurang baik jika tinggi badan, misal usia 3 tahun dengan
tinggi badan 90 cm

Anda mungkin juga menyukai