TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Terkait
1. Definisi Anak Usia Prasekolah
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai lima tahun. Pada masa
ini, terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif, dan spiritual yang begitu
signifikan. Kemampuan mereka dalam mengontrol diri, berinteraksi dengan orang
lain, dan penggunaan bahasa dalam berinteraksi merupakan modal awal anak dalam
mempersiapkan tahap perkembangan berikutnya, yaitu tahap sekolah. (Whaley dan
Wong, 1995).
Masa prasekolah (usia 3 5 tahun) merupakan fase ketika anak mulai terlepas
dari orang tuanya, dan mulai berinteraksi dengan lingkungannya (Sayogo, 2007).
Tugas perkembangan pada anak prasekolah adalah mencapai otonomi yang cukup,
memenuhi dan menangani diri sendiri tanpa campur tangan orang tua secara penuh.
Pada tahap ini, anak dapat dilibatkan dalam kegiatan atau pekerjaan rumah tangga
untuk membantu orang tua (Whaley dan Wong,1999). Keberhasilan pada tahap
prasekolah akan berpengaruh sangat besar dalam kesuksesan anak dalam menghadapi
tahap perkembangan berikutnya.
2. Pola Makan Anak Usia Prasekolah
Anak usia prasekolah membutuhkan lebih kurang 6800 kkal per hari.
Kebutuhan cairan tergantung kepada aktivitas anak, biasanya meningkat dari
kebutuhan cairan dan pada anak usia Todler mempunyai karakteristik yang khas, yaitu
bergerak terus, tidak bisa diam, dan sulit untuk diajak duduk dalam waktu relatife
lama. Pada usia 12 sampai 18 bulan pertumbuhan sedikit lambat sehingga kebutuhan
nutrisi dan kalori menurun yaitu 100 kkal per kg berat badan (BB). Kebutuhan protein
sekitar 2,4 g per hari (Whaley dan Wong, dalam Supartini, 2004).
Pola makan anak terbentuk pada usia satu atau dua tahun dan akan
mempengaruhi kebiasaan makan tahun-tahun berikutnya (Arvin dan Kliesma, 2000).
Ketika anak memasuki usia 4 tahun, mereka memasuki periode finicky eating, yaitu
anak yang lebih rewel dan lebih memberontak dalam hal makan. Mereka menjadi
lebih pemilih dalam hal makanan dan tidak berkeinginan untuk mencoba makanan
yang baru. Usia lima tahun, anak sudah bisa mencoba makanan yang baru, tetapi
orang tua sangat berperan dalam hal ini, yaitu membiarkan anak untuk ikut
mempersiapkan makanan di dapur (Whaley dan Wong, 1999).
Anak usia prasekolah yang sedang dalam fase meniru, seringkali meniru pola
makan orang tua sebagai role model. Oleh karena itu, jika orang tua memiliki pola
makan yang baik, maka anak akan memiliki pola makan yang sama pula
(Widyaningsih dalam poeirah, 2002).
Pola makan anak prasekolah sangat dipengaruhi juga oleh perkenalan
makanan padat. Orang tua yang terlambat memperkenalkan makanan padat pada usia
6 bulan, atau sebaliknya orang tua terlalu cepat memperkenalkan makanan padat
(Supriyadi, 2008).
B. Sulit Makan
1. Definisi Sulit Makan
Kesulitan makan didefinisikan sebagai perilaku anak yang mengalami
gangguan makan berupa penolakan makan, tidak mau makan, lama waktu makan
hingga lebih dari 30 menit, dan hanya mau makan makanana tertentu saja
(Kusumadewi dalam poeriah, 2002).
Menurut Judarwanto (2005), kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau
menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau
minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar),
yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga
sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin
dan obat tertentu.
2. Gejala Sulit Makan
Judarwanto (2005) mengungkapkan anak sulit makan jika hanya mampu
menghabiskan kurang dari 2/3 jumlah makanannya sehingga kebutuhan nutrien tidak
terpenuhi. Beberapa tampilan klinik kesulitan makan pada anak dapat berupa
memenuhkan atau menyembur- nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut
anak, makan berlama-lama dan memainkan makanan, sama sekali tidak mau
memasukkan makanan ke dalam mulut, memuntahkan atau menumpahkan makanan,
menepis suapan dari orang tua, tidak mengunyah tetapi langsung menelan makanan
dan kesulitan menelan, sakit bila mengunyah atau menelan makanan.
Klinik perkembangan anak affilioned program for children Development di
Universitas George Town (Judarwanto, 2005) melaporkan jenis kesulitan makan pada
anak sesuai dengan jumlahnya adalah :
a. Hanya mau makan makanan cair atau lumat
: 27,3%
: 23,3%
: 11,1%
: 8,0%
: 6,1%
suasana
makan
itu
menyenangkan
dengan
pembicaraan
yang
sertakan
dimakan.
anak
untuk
menentukan
menu
makanan
makanan.
yang
hendak
k. Berilah
contoh
makan
yang
baik
bagi
anak.
Orangtua
yang
tidak
bersemangat untuk makan atau rewel makan akan menjadi contoh yang buruk
bagi anak, sebab anak biasa meniru tokoh yang berarti
baginya.
l. Dengan mengetahui bahwa nafsu makan anak digerakkan oleh jumlah makanan
yang dibutuhkan tubuh, orangtua seharusnya menjaga nafsu makan anak dan
memastikan bahwa anak mendapatkan kebutuhan tubuhnya. Beberapa ahli
psikologi perkembangan anak tidak menyarankan anak dipaksa makan apapun
penyebabnya, karena semakin dipaksa anak akan semakin memberontak.
m. Menghidangkan menu yang bervariasi.
n. Biarkan anak makan sendiri.
o. Jangan memburu-buru anak agar makan dengan cepat.
p. Tidak perlu setiap kali mengikuti keinginan anak dengan mengganti menu sesuai
dengan keinginannya, karena mungkin saja
keinginan menentang dominasi
ketidaksukaannya disebabkan
orangtua.
q. Jika anak tidak mau makan dan si anak berada dalam keadaan sehat, tidak apaapa, jangan memberikan kudapan pada anak.
r. Berikan makanan secara bertahap sesuai jenis dan kandungan gizi satu persatu,
mulai dari yang mengandung banyak zatbesi dan protein (misalnya daging),
sampai terakhir jenis yang kurang penting (misalnya pudding sebagai penutup
mulut).
s. Reaksi orangtua akan menentukan arah dan proses pembelajaran anak terhadap
berbagai hal sampai mereka menentukan kesadaran dan tanggungjawab secara
internal.
C. Tingkat Pertumbuhan Pada Anak Usia Prasekolah
1. Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah
diri dan mensintesis protein baru, menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh
atau sebagian dari bagian sel.
(Wong, 2002).
Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah proses yang dinamik dan
berlangsung terus menerus mulai dari masa konsepsi sampai dengan dewasa.
Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang berbeda yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya.
Pertumbuhan (growth) adalah setiap perubahan atau bertambahnya jumlah dan
ukuran tubuh baik fisik (anatomi) maupun struktur. Pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kualitas yaitu penambahan jumlah sel dan besar sel tubuh. Anak tidak
hanya menjadi besar secara fisik tetapi ukuran dan struktur pertumbuhan otaknya juga
bertambah. Akibat adanya pertumbuhan otak anak mempunyai kemampuan yang
lebih besar untuk belajar, mengingat dan berfikir. Pertumbuhan anak lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama masukan zat gizi dari pada faktor
genetik. (Soetjiningsih, 1995)
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian
atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga demikian dapat kita ukur dengan
mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. (Suganda, 2002)
Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif, atau dapat diukur, aspek
peningkatan ukuran fisik individu sebagai hasil peningkatan dalam jumlah sel.
Indikator ukuran pertumbuhan meliputi perubahan tinggi dan berat badan, gigi,
struktur skelet, dan karakteristik seksual. Misalnya anak-anak secara umum memiliki
berat dua kali berat badan lahir pada usia 36 bulan. (Perry dan Potter, 2005).
suatu
peningkatan
jumlah
dan
ukuran,
sedangkan
perkembangan
menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling
rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan
pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang menurut Supartini (2004)
adalah : faktor herediter, faktor lingkungan, faktor internal.
a. Faktor herediter
Faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan (herediter) adalah jenis
kelamin, ras, dan kebangsaan (Marlow dalam Supartini 2004). Jenis kelamin
ditentukan sejak awal dalam kandungan (fase konsepsi) dan setelah lahir, anak
laki-laki cenderung lebih tinggi dan berat daripada anak perempuan dan hal ini
bertahan sampai usia tertentu karena anak perempuan biasanya lebih awal
mengalami masa prapubertas sehingga kebanyakan pada usia tersebut, anak
perempuan lebih tinggi dan besar. Akan tetapi begitu anak laki-laki memasuki
masa prapubertas, mereka akan berubah lebih tinggi dan besar daripada anak
perempuan.
Ras atau suku dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Beberapa suku bangsa menunjukkan karakteristik yang khas, misalnya suku asmat
di Irian Jaya secara turun-temurun berkulit hitam. Demikian juga kebangsaan
tertentu menunjukkan karakteristik tertentu seperti bangsa asia cenderung tinggi
dan besar.
b. Faktor lingkungan
Faktor
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
1) Lingkungan pranatal
Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan fetus terutama karena ada selaput yang menyelimuti dan
melindungi fetus dari lingkungan luar. Beberapa kondisi lingkungan dalam
uterus yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin adalah
gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat gizi adekuat baik secara kualitas
maupun kuantitas, gangguan endokrin pada ibu seperti diabetes melitus, ibu
yang mendapat terapi sitostatika atau yang mengalami infeksi rubella,
toksoplasmosis, sfilis, dan herpes. Intinya apa yang dialami oleh ibu akan
berdampak pada kondisi pertumbuhan dan perkembangan fetus.
2) Pengaruh budaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana
mereka mempersepsikan dan memahami kesehatan serta perilaku hidup sehat.
Pola perilaku ibu yang sedang hamil dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya,
misalnya ada beberapa larangan untuk makanan tertentu padahal zat gizi
tersebut diperlukan dalam pertumbuhan janin. Begitu juga keyakinan untuk
melahirkan dengan meminta pertolongan petugas kesehatan di sarana
kesehatan atau tetap memilih dukun beranak, dilandasi oleh nilai budaya yang
dialami. Setelah anak lahir, dia dibesarkan dengan pola asuh keluarga yang
juga dilandasi oleh nilai budaya yang ada di masyarakat. Anak yang
dibesarkan dilingkungan petani di pedesaan akan mempunyai pola kebiasaan
atau norma perilaku yang berbeda dengan mereka yang dibesarkan dikota
besar seperti metropolitan Jakarta.
3) Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang berada dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
sosial ekonominya rendah, bahkan punya banyak keterbatasan untuk memberi
karena
itu,
masyarakat
harus
mempunyai
kemampuan
untuk
kepada anak juga ditanamkan aturan permainan yang harus mereka taati
bersama dan interaksi sosial yang dijalankan membantu mereka memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi dengan sesama teman.
7) Posisi anak dalam kandungan
Posisi anak sebagai anak tunggal, anak tengah, anak bungsu akan
mempengaruhi bagaimana pola anak tersebut diasuh dan dididik dalam
keluarga. Anak tunggal tidak mempunyai teman bicara dan beraktivitas
kecuali dengan orang tuanya. Oleh karena itu, kemampuan intelektual anak
tunggal akan dapat lebih cepat berkembang dan mengembangkan harga diri
yang positif karena secara terus-menerus berinteraksi dengan orang dewasa,
yaitu orang tuanya dan mendapatkan stimulasi secara psikososial. Akan tetapi,
biasanya mereka akan lebih tergantung dan kurang mandiri. Perkembangan
motorik lebih lambat karena tidak ada stimulasi untuk melakukan aktivitas
fisik yang biasanya dilakukan oleh saudara kandungnya.
c. Faktor internal
Berikut ini akan diuraikan faktor internal yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan.
1) Kecerdasan
Kecerdasan dimilki oleh anak sejak ia dilahirkan. Anak yang
dilahirkan dengan tingkat kecerdasan yang rendah tidak akan mencapai pretasi
yang cemerlang walaupun stimulus yang diberikan lingkungan demikian
tinggi. Sementara anak yang dilahirkan dengan tingkat kecerdasan tinggi dapat
didorong oleh stimulus lingkungan untuk berprestasi secara cemerlang.
2) Pengaruh hormonal
menstimulasi
perkembangan
karakteristik
seks
sekunder
anak
3) Pengaruh emosi
Orang tua terutama ibu adalah orang terdekat tempat anak belajar
untuk bertumbuh dan berkembang. Anak belajar dari orang tua untuk dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Dengan demikian, apabila orang tua
memberi contoh perilaku emosional, seperti melempar sandal atau sepatu
bekas dipakai, membentak saat anak rewel, marah saat jengkel, anak akan
belajar untuk menirukan perilaku orang tua tersebut. Anak belajar
mengekspresikan perasaan dan emosinya dengan meniru perilaku orang
tuanya. Apabila pola seperti ini dibiarkan, anak akan mengembangkan
d. Perkembangan sensoris
1) Usia 4 tahun : persepsi ruang sangat terbatas, dan dapat mengidentifikasi satu
dua warna.
2) Usia 5 tahun : Sedikitnya dapat mengenali 4 warna, dapat membedakan objek
berdasarkan beratnya, dan memerankan orang tua dan orang dewasa lainnya.
e. Perkembangan kognitif
Anak berkembang dari perilaku sensori motori sebagai alat pembelajaran dan
berinteraksi dengan lingkungan menjadi pembentukan pikiran simbolik.
1) Mengembangkan kemampuan untuk membentuk representasi mental terhadap
objek dan orang
2) Mengembangkan konsep waktu
3) Memiliki perspektif egosentri, memberi arti sendiri untuk realita
f. Perkembangan bahasa
1) Usia 2 tahun : Menggunakan kalimat dengan dua tiga kata, menggunakan
holofrasis, lebih dari setengah pembicaraannya dapat dimengerti
2) Usia 3 tahun : Banyak bertanya, berbicara saat ada maupun tidak ada orang,
menggunakan pembicaraan telegrafis (tanpa kata preposis, kata sifat, kata
keterangan, dll), mengucapkan konsonan berikut : d, b, t, k, dan y,
menghilangkan w dari pembicaraannya, mempunyai perbendaharaan kata
sebanyak 900 kata, memakai kalimat tiga kata (subjek-kata kerja-objek),
menyatakan namanya sendiri, membuat kesalahan suara spesifik (s, sh, ch, z,
th, r, dan l), menjamakan kata-kata, mengulangi ungkapan dan kata-kata
dengan tanpa tujuan.
3) Usia 4 tahun : Perbendaharaan kata sejumlah 1500 kata, menghitung sampai
tiga, menceritakan cerita panjang, mengerti pertanyaan sederhana, mengerti
spurt (pacu
tumbuh) anak perempuan dimulai lebih cepat yaitu sekitar umur 8 tahun,
sedangkan anak laki-laki baru pada umur sekitar 10 tahun. Tetapi
pertumbuhan anak perempuan lebih cepat berhenti daripada anak laki-laki.
Anak perempuan umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi, sedangkan anak
laki-laki baru berhenti tumbuh pada umur 20 tahun.
Digunakan rumus
D. Penelitian Terkait
Ponirah (2000) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan
kesulitan makan pada anak usia prasekolah di RW 06, kelurahan Bintara, Bekasi Barat,
mendapatkan bahwa faktor penyebab dari kesulitan makan pada anak adalah cara
pemberian makan (16%), dan sikap pemberi makan (14%). Cara pemberian makan dan
sikap pemberian makan merupakan salah satu komponen pola asuh dan tingkat
pertumbuhan anak tersebut.
Tanjung (2006) dalam penelitiannya tentang hubungan pola makan dan kejadian
gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Sukajadi, Bandung diperoleh hubungan
bermakna antara tingkat pertumbuhan dengan status gizi anak. Anak yang mengalami gizi
kurang, mempunyai keterpaparan pola asuh kurang baik sebesar 2,844 kali dibanding gizi
baik (95% Cl; 1, 456, 5,558)
E. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
1. Sulit makan
2. Pertumbuhan anak prasekolah
(3 5 tahun)
Faktor Pendukung
Ketersediaan Sarana dan
Tingkat Pertumbuhan
Prasarana :
1. Baik
1. Lingkungan
2. Kurang
2. Pendapatan keluarga
Faktor Penguat
1. Kebijakan pemerintah
2. Dukungan orang tua
3. Dukungan guru
Skema 2.1
Kerangka Teori
Diadopsi dari Teori Green dalam Notoatmodjo (2005)
1. Sulit makan
Kesulitan makan didefinisikan sebagai perilaku anak yang mengalami gangguan
makan berupa penolakan makan, tidak mau makan, lama waktu makan hingga lebih
dari 30 menit, dan hanya mau makan makanana tertentu saja (Kusumadewi dalam
poeriah, 2002).
2. Pertumbuhan anak prasekolah (3-5 tahun)
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau
keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga demikian dapat kita ukur dengan
mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. (Suganda, 2002)
Faktor Penguat
1. Kebijakan pemerintah
Kebijakan dari pemerintah menyediakan fasilitas-fasilitas yang belum ada
2. Dukungan orang tua
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi orang tua agar bisa lebih tepat memilih
jenis makanan yang cocok untuk usia anak terkait dengan tingkat pertumbuhan pada
anak usia prasekolah.
3. Dukungan guru
Diharapkan dapat membimbing, mendidik anak dan member pola makan yang baik.
Tingkat Pertumbuhan
Tingkat Pertumbuhan dilihat Berat Badan.
Rumus = 1 6 tahun : Umur (tahun) x 2 + 8
1. Baik
Pertumbuhan dikatakan baik jika berat badan, misal usia 3 tahun dengan berat
badan 14 kg
2. Kurang
Pertumbuhan dikatakan kurang baik jika berat badan, misal usia 3 tahun dengan
berat badan 13 kg.