Oleh:
Kelompok 9
Tan Nina Fibriola
Hesty Putri Hapsari
Laily Aflakhal Yaumi
Firdani Sam Lubis
Aliyah Adek Rahmah
Kartika Wihdatus S.
Gadis Mutiara P. I.
Alif Yanur Abidin
Henidar S. P.
105070200111016
105070201111003
105070207111008
105070207111002
105070200111024
105070200111029
0910723026
105070200111021
105070204111002
BAB I
PENDAHULUAN
maupun keluarga akan merasa puas dan nyaman dengan pelayanan yang diberikan, sehingga
mereka akan menjadi sumber voice of mouth yang positif. Sementara itu, menurut Lisa Ford,
2003 terdapat 5 syarat untuk berlangsungnya pelayanan prima yaitu : 1) Dapat dipercaya
(realibility), 2) Responsif (responsiveness), 3) Buat pelanggan dapat dihargai (makes customer
feel valued), 4) Empati (emphaty), 5) Kompetensi (competency).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumbersumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan
obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000). Kelly dan
Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai
suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu pentingnya diadakan manajemen keperawatan guna
meningkatkan kualitas pelayanan (service quality), mengingat perawat sebagai ujung tombak
pelayanan terhadap pasien dan keluarganya di Rumah Sakit, karena frekuensi pertemuannya
dengan pasien yang paling sering. Kualitas pelayanan (servis quality) merupakan salah satu
faktor penting dan fundamental khususnya bagi manajemen keperawatan dan para
stakeholdernya. Hal ini dikarenakan dampak dari servis quality menentukan kualitas layanan
kesehatan. Servis quality memiliki 5 dimensi, yaitu reliability, responsiveness, assurance,
empathy, dan tangible (Sari, 2009).
Berdasarkan fenomena tersebut manajemen keperawatan dibutuhkan untuk menjaga
keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan yang akan dilakukan sesuai
perencanaan yang maksimal dalam menunjang peningkatan kualitas mutu pelayanan di Rumah
Sakit.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa
dan perawat mampu menerapkan dan melaksanakan supervisi klinis dalam manajemen
metode tim keperawatan pada klien sesuai standar fungsi, tugas, peran dan tanggungjawab
secara professional.
B. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang
dilaksanakan di ruang teratai RSU Karsa Husada Batu.
2. Mampu menganalisis situasi manajemen di ruang teratai RSU Karsa Husada Batu.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
2.1.
Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu (Rumah Sakit Paru Batu)
Rumah Sakit Paru Batu didirikan tahun 1912 pada masa penjajahan Belanda
dengan pelayanan rawat jalan untuk penyakit paru yang berlokasi di Kota Batu. Pada
tanggal 20 Maret 1934 dibuka ruang perawatan (Rawat Inap) yang diresmikan oleh Mas
Soemarto (Patih Kabupaten Malang), JA Seven (Poning Master),de Ruyter de Wild
(Voorith Bob) dan dikenal dengan nama Sanatorium. Pada masa penjajahan Belanda
Rumah Sakit Paru Batu dikuasai oleh Pemerintah Belanda dan dijadikan Rumah Sakit
Belanda. Setelah Indonesia Merdeka, Rumah Sakit Paru Batu diserahkan ke
Luas Tanah
Luas Bangunan
: 27.120 m2
: 3.995 m2
Luas tanah
: 14.370 m2
Luas Bangunan
: 9.567 m2
Luas Bangunan
:11.882,01 M
2.1.2. Fasilitas Pelayanan
Instalasi Rawat Darurat
Instalasi Rawat Jalan
Poli Penyakit Dalam
Poli Bedah
Poli Bedah Plastik
Poli Bedah Digestif
Poli Akupuntur
Pli Kulit Kelamin
Poli DM
Poli Tumbuh Kembang
Poli Syaraf
Poli Paru
Poli Mata
Poli THT
Poli Anak
-
Poli Kandungan
Poli Orthopedi
Poli Komplementer
Poli Gigi
Poli Anestesi
Instalasi Rawat Inap
Ruang Dahlia
Ruang Teratai
Ruang Kemunung
Ruang Mawar
Ruang Matahari
Ruang Inap Seruni
Ruang ICU
Ruang IGD
Ruang Stroke Unit
Tata Usaha
Administrasi
Instalasi Penunjang
Laboratorium
Rekam Medik
Instalasi Diklat
Farmasi
Radiologi
Konsultasi Gizi
2.1.3. Saat ini digunakan sebagai lahan praktek mahasiswa DIII Keperawatan dan DIII
Kebidanan, Profesi Ners (S1 Keperawatan), S1 Gizi, serta Co-as (Profesi Dokter) dan
Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
2.2.
Profil dan Gambaran Umum Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Karsa Husada (RS
Paru Batu)
Kepaniteraan klinik Manajemen dilakukan di Ruang Teratai. Kepala ruangan
dipimpin oleh Ns. Sujud Priono., S.Kep. Berikut ini adalah uraian tentang Ruang
Teratai.
Ruang Teratai berdiri bersamaan dengan berdirinya RS Paru Batu. Ruangan ini
ada 3 macam kelas yaitu kelas I, kelas II dan kelas III dengan tipikal multiple case
(banyak kasus).
KAMAR
MANDI
PASIEN
BED
BED
KAMAR
MANDI
PASIEN
KAMAR
MANDI
PASIEN
KAMAR
MANDI
PASIEN
R.
ISOLASI
BED
BED
KAMAR
MANDI
PASIEN
BED
BED
BED
BED
KAMAR
MANDI
PASIEN
BED
KELAS III
BED
BED
BED
BED
BED
BED
BED
TEMPAT OBAT
BED
NURSE
STATION
TEMPAT
ALKES
TEMP
AT
OBAT
KAMAR
MANDI
PASIEN
BED
BED
KAMAR
MANDI
PERAWA
T
NURSE
STATION
KELAS II
BED
KAMAR
MANDI
PASIEN
KAMAR
MANDI
PASIEN
BED
R. KARU
BED
BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA PERMASALAHAN
1. Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Metode Gillies
Tanggal 19 Oktober 2015
a. Tingkat ketergantungan pasien
1) Minimal : 0 orang
2) Parsial
: 8 orang
3) Total
: 1 orang
b. Kebutuhan Perawat
Keperawatan Langsung
Minimal
2 x 0 = 0 jam
Parsial
4 x 8 = 32 jam
Total
6 x 1 = 6 jam +
38 jam
Keperawatan tidak langsung
9 x 1jam = 9 Jam
Penyuluhan
9 x 0,25 jam = 2,25 jam
Total waktu keperawatan
Keperawatan langsung + keperawatan tidak langsung + penyuluhan=
38 jam + 9 jam + 2,25 jam = 49,25 jam
Jumlah kebutuhan per shift
Pagi = 47% x 10 = 5 orang
Sore = 35% x 10= 3 orang
Malam = 17% x 10 = 2 orang
Kebutuhan Tenaga Menurut Gillies
A x B x 365
(365-C) x Jam Kerja perhari
Keterangan
A : Jumlah jam perawatan pasien per hari
B : rata-rata klien perhari (BOR x TT)
C : jumlah hari libur selama setahun (76 atau 128)
= 49,25 x 365
(365-76) x 7
= 17976,25
289 x 7
= 8,88 = 9 Perawaat
Pembagian Tenaga = 20 x 9 orang = 1,8 = 2 orang
100
Jadi kebutuhan perawat = 2 +9 =11 orang/hari
Jumlah Kebutuhan per shift
Pagi = 47/100 x 11
= 5,17 = 5 orang
Siang = 35/100 x 11
= 3,85 = 4 orang
Malam 17/100 x 11
= 1,87 = 2 orang
X
100%
Diagnosa Medis
Hidro Pnrumothorax + CHF
Pneumonia + HT +dyspepsia Synd
DM + GEA
GEA
CHF
CKD + Anemia
GW + oral ulcer
DM + Disfagia + HT + Struma nodusa
GW + AFI
Skor
Ketergantungan
2
2
2
2
2
2
1
2
2
Tabel 3. Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Teratai Rumah Sakit
Tingkat II Paru Batu pada tanggal 20 Oktober 2015
Nama
Diagnosa Medis
Skor
Inisial Klien
Tn. W
Tn. S
Tn. W
Ny. S
Ny. M
Tn. A
Sdr. A
Ny. A
Ny. S
Ny. Z
Tn..N
Tn. J
Ny. A
Ny. N
Ny. S
Ketergantungan
2
1
2
2
3
2
3
1
3
3
2
1
3
1
1
Diagnosa Medis
Hidro Pnrumothorax + CHF
Pneumonia + HT +dyspepsia Synd
CHF + AF + dyspepsia synd
HT + Leukositesis + episitosis
CHF + Dispepsia + CVA
Epigastic Pain
DHF
EW + oral ulcer
DM + Disfagia + HT + Struma nodusa
CVA
DM + Vomiting
DM + Dispepsia
Anemi
Hematemesis Melena
Konstipasi + Dispepsia
Hipoglikemi
DM + Papil Edema
Skor
Ketergantungan
2
1
2
2
2
2
1
1
3
2
2
2
2
2
2
2
2
Tn. A
Ny. W
Dispepsia sindrom
Tifoid fever
2
2
Hasil pengkajian analisis selama tanggal 27 sampekk di Ruang Teratai RSU Karsa Husada
(RS Paru Batu).
Tgl
19/10/15
BOR
Jumlah
(Px/Bed x 100%)
Bed
Px
22
41%
20/10/15
22
15
68%
21/10/15
23
19
82,6%
22/10/15
23/10/15
24/10/15
Rata-rata BOR pada tanggal 27-28 Juli 2015 adalah