NPM : 1102008337
1. Fisiologi Haid
Siklus Menstruasi Normal
disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka
korpus luteum tersebut dipertahankan.
Pada siklus endometrium, terbagi jadi 3 fase, yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon
ovarium berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari
desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada
fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi
pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur
yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap
untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase
folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi
panjang siklus menstruasi keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka
waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus
menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH)
berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal
siklus sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari
korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini
merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH
hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level
estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis
(respon bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon
LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH,
keluarlah hormon progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi
adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai
fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus
luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa
sudah terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus
luteum dan kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.
3
Ovarium
Kompartemen I progesteron estrogen
Uterus
Kelainan Kompartemen I: Kelainan saluran uterus
1. Sindrom Asherman
Pada sindrom ini terjadi amenorrhea sekunder. Keadaan ini terjadi
akibat kuretase postpartum berlebihan sehingga terjadi sikatrik dan
perlengketan. Endometrium mungkin memiliki tekanan yang begitu
besar. Pasien dengan asherman sindrom dapat mengalamai keluhan lain
seperti dismenorrhea dan hypomenorrhea.
Pada masa lalu, asherman sindorm diobati dengan dilatasi dan
kuretase untuk menghancurkan sikatrik. Sekarang dapat digunakan
histeroskopi dengan melisiskan adhesi dengan memotong dan membakar
dengan hasil yang lebih baik dibanding kuretase yang tidak terarah.
Setelah dilakukan histeroskopi, perlu dicegah terjadinya kembali
perlengketan dengan memasang IUD. Dapat juga menggunakan folley
kateter pediatrik dengan memasukan 3 cc dan baru dilepas setelah 7 hari.
2. Mullerian anomali
Pada keadaan ini, vagina, servik dan uterus mungkin tidak ada.
Atau pada keadaan lain, uterus mungkin ada namun tidak terdapat
rongga, atau terdapatnya rongga namun endometrium sangat sedikit.
Penanganan pada pasien ini dilakukannya operasi dengan
menggunakan teknik vecchietti atau teknik Frank untuk membentuk
saluran vagina buatan. Penundaan operasi dapat menyebabkan terjadinya
inflamasi.
3. Insensitivitas Androgen (testicular feminization)
Insenitivitas androgen komplit didiagnosa bila didapatkan kanalis
vagina namun tidak didapatkan uterus. Pasien ini berupa pria
pseudohermaprodit dimana ketentuan pria ditentukan dari adanya
kromosom XY dan pasien memilliki testes. Pseudohermaprodit berarti
genitalia berlawanan dengan gonad. Sehingga pada pasien ini secara
fenotip tampak seperti wanita tapi tidak ditemukannya rambut pubis dan
rambut ketiak. Pada pasien ini terdapat testosteron darah yang normal
atau sedikit meningkat dan kenaikan LH
Pada insensitivitas androgen inkomplit (1:10 dibandingkan yang
komplit), individu mendapat sedikit pengaruh androgen. Individu ini
mungkin memiliki pembesaran klitoris, dan phallus mungkin ada.
Rambut pubis dan ketiak ada dan terdapat pertumbuhan payudara9.
Kelainan Kompartemen II
1. Kelainan ovarium
Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun
sekunder. 30-40% amenorrhea primer mengalami kelainan
perkembangan ovarium (Gonadal disgenesis). Pasien ini dapat terdiri dari
pasien dengan kariotip 45X (50%), mosaik (25%), 46XX (25%). Wanita
dengan gonadal disgenesis diseratai amenorrhea sekunder berhubungan
dengan kariotip 46xx, mosaik, 47 xxx ,dan 45.
2. Sindrom Turner
5
penelitian, dapat dilakukan terapi sulih hormon, namun fertilitas belum tentu
dapat dipertahankan.
d.
Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan dari amenorrhea adalah infertilitas.
Komplikasi lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat
menggangu kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya
amenorrhea. Komplikasi lainnya munculnya gejala-gejala lain akibat
insufisiensi hormon seperti osteoporosis.
e.
f.
2) Oligomenorrhea
a. Definisi
Oligomenorrhea disebut juga sebagai haid jarang atau siklus panjang.
Oligomenorrhea terjadi bila siklus lebih dari 35 hari. Darah haid biasanya
berkurang.
b. Etiologi
Oligomenorrhea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga
disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofisehipotalamus, dan menopouse atau sebab sistemik seperti kehilangan berat
badan berlebih.
Oligomenorrhea sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi
pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini
dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadara pada wanita normal.
Oligomenorrhea dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional,
penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk.
Oligomenorrhe dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti
pada awal pubertas.
Oligomenorrhea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium
folikular, perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium
tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh
pengaruh psikis atau pengaruh penyakit.
c. Gejala
Gejala oligomenorrhea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang
dari 35 hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa
wanita dengan oligomenorrhea mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang
menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan
penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk
mengalami kanker uterus.
d. Pengobatan
Pengobatan oligomenorrhea tergantung dengan penyebab1. Pada
oligomenorrhea dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang
mendekati menopouse tidak memerlukan terapi6. Perbaikan status gizi pada
penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan
oligomenorrhea. Oligomenorrhea sering diobati dengan pil KB untuk
memperbaiki ketidakseimbangan hormonal. Pasien dengan sindrom ovarium
polikistik juga sering diterapi dengan hormonal. Bila gejala terjadi akibat
adanya tumor, operasi mungkin diperlukan. Pengobatan alternatif lainnya
dapat menggunakan akupuntur atau ramuan herbal.
e. Komplikasi
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan
stress emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya
kelainan haid lebih lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenorrhea
mengarah pada infertilitas atau tanda dari keganasan1.
8
3) Polimenorrhea
a. Definisi
Polimenorrhea adalah kelainan haid dimana siklus kurang dari 21 hari5
dan menurut literatur lain siklus lebih pendek dari 25 hari
b. Etiologi
Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium proliferasi
pendek atau stadium sekresi pendek atau kedua stadium memendek. Yang
paling sering dijumpai adalah pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus
lebih pendek dari 21 hari kemungkinan melibatkan stadium sekresi juga dan
hal ini menyebabkan infertilitas.
Siklus yang tadinya normal menjadi pendek biasanya disebabkan
pemendekan stadium sekresi karena korpus luteum lekas mati. Hal ini sering
terjadi pada disfungsi ovarium saat klimakterium, pubertas atau penyakit
kronik seperti TBC.
c. Terapi
Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan terapi hormonal.
Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan estrogen dan stadium sekresi
dapat diperpanjang dengan kombinasi estrogen-progesteron.
4) Metrorrhagia
Metrorrhagia adalah perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya
dengan haid6 namun keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid
walaupun berupa bercak.
Metrorrhagia dapat disebabkan oleh kehamilan seperti abortus ataupun
kehamilan ektopik6 dan dapat juga disebabkan oleh faktor luar kehamilan seperti
ovulasi, polip endometrium dan karsinoma serviks. Akhir-akhir ini, estrogen
eksogen menjadi penyebab tersering metrorrhagia.. Terapi yang diberikan
tergantung etiologi.
II. Kelainan Jumlah Darah Haid
1) Menorrhagia
a. Definisi
Menorrhagia adalah pengeluaran darah haid yang terlalu banyak dan
biasanya disertai dengan pada siklus yang teratur.
Menorrhagia biasanya berhubungan dengan nocturrhagia yaitu suatu
keadaan dimana menstruasi mempengaruhi pola tidur wanita dimana waita
harus mengganti pembalut pada tengah malam. Menorrhagia juga
berhubungan dengan kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan
obat-obatan. Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan
mual berulang selama haid.
b. Etiologi
Etiologi menorrhagia dikelompokan dalam 4 kategori yaitu,
i.
Gangguan pembekuan,
Walaupun keadaan perdarahan tertentu seperti ITP dan penyakit
von willebrands berhubungan dengan peningkatan menorrhagia, namun
efek kelainan pembekuan terhadap individu bervariasi. Pada wanita
9
ii.
iii.
iv.
c. Terapi
Terapi menorrhagia sangat tergantung usia pasien, keinginan untuk
memiliki anak, ukuran uterus keseluruhan, dan ada tidaknya fibroid atau
polip. Spektrum pengobatannya sangat luas mulai dari pengawasan
sederhana, terapi hormon, operasi invasif minimal seperti pengangkatan
dinding endometrium (endomiometrial resection atau EMR), polip
(polipektomi), atau fibroid (miomektomi) dan histerektomi (pada kasus yang
refrakter).
Dapat juga digunakan herbal yarrow, nettles purse, agrimony, ramuan
cina, ladies mantle, vervain dan raspbery merah yang diperkirakan dapat
memperkuat uterus. Vitex juga dianjurkan untuk mengobati menorrhea dan
sindrom pre-mentrual. Dianjurkan juga pemberian suplemen besi untuk
mengganti besi yang hilang melalui perdarahan. Vitamin yang diberikan
adalah vitamin A karena wanita dengan lehilangan darah hebat biasanya
mengalami penurunan kadar vitamin A dan K yang dibutuhkan untuk
pembekuan darah. Vitamin C, zinc dan bioflavinoids dibutuhkan untuk
memperkuat vena dan kapiler.
11
d. Prognosis
Prognosis pada semua ketidakteraturan adalah baik bila diterapi dari awal.
2) Hipomenorrhea (kriptomenorrhea)
Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat
sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya berupa spotting. Dapat disebabkan oleh
stenosis pada himen, servik atau uterus. Pasien dengan obat kontrasepsi kadang
memberikan keluhan ini. Hal ini juga dapat terjadi pada hipoplasia uteri dimana
jaringan endometrium sedikit.
3) Dismenorrhea
a. Definisi
Dismenorrhea adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorrhea terdiri dari gejala
yang kompleks berupa kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung
atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan gejala neurologis
seperti kelemahan umum.
b. Klasifikasi
Dismenorrhea primer (idiopatik)
Dismenorrhea primer adalah dismenorrhea yang mulai terasa sejak
menarche dan tidak ditemukan kelainan dari alat kandungan atau organ
lainnya2,6. Dismenorrhea primer terjadi pada 90% wanita dan biasanya terasa
setelah mereka menarche dan berlanjut hingga usia pertengahan 20-an atau
hingga mereka memiliki anak. Sekitar 10% penderita dismenorrhea primer
tidak dapat mengikuti kegiatan sehari-hari. Gejala nya mulai terasa pada 1
atau 2 hari sebelum haid dan berakhir setelah haid dimulai. Biasanya nyeri
berakhir setelah diberi kompres panas atau oleh pemberian analgesik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu hiperaktivitas uterus, endotelin,
prostaglandin, vasopressin dan kerusakan saraf perifer.
Hiperaktivitas uterus berhubungan dengan aliran darah uterus.
Hiperaktivitas uterus terjadi pada endometriosis dan adenomiosis. Uterus
yang berkontraksi menyebabkan angina sehingga terjadilah nyeri.
Endotelin adalah uterotonin poten pada uterus yang tidak hamil. Endotelin
berperan menginduksi kontraksi otot polos pada perbatasan dengan kelenjar
endometrium. Tempat yang paling banyak mengandung ikatan endotelin
adala epitel kelenjar pada tempat tersebut. Endotelin tersebut dapat
menginduksi pelepasan PGF2 dan menginduksi kelenjar lainnya untuk
menghasilkan endorpin lainnya (parakrin). Iskemi yang terjadi akibat
kontraksi selanjutnya merangsang pelepasan endorpin dan PGF2 sehingga
akan menyebabkan disperistaltis lebih lanjut.
Endometrium wanita dengan dismenorrhea menghasilkan PGF2 lebih
banyak daripada wanita normal. PGF2 adalah oksitoksi dan vasokonstriktor
yang poten yang bila diberikan pada uterus akan menghasilkan nyeri dan
mengakibatkan pengeluaran darah haid. Alasan mengapa PGF2 lebih tinggi
pada wanita tertentu belum diketahui dengan pasti. Pada beberapa wanita,
prostaglandin dapat mengakibatkan otot polos dalam sistem gastrointestinal
berkontraksi sehingga menyebabkan mual, muntah dan diare.
Vasopresin merupakan vasokonstriktor yang menstimulasi miometrium
berkontraksi. Pada hari pertama menstruasi,kadar vasopresin meningkat pada
wanita dengan dismenorrhea.
12
Kerusakan saraf perifer pada miometrium dan serviks oleh persalinan. Hal
ini menjelaskan mengapa pada wanita yang telah melahirkan dismenorrhea
dapat berkurang.
Dismenorrhea sekunder
Dismenorrhea sekunder biasanya terjadi kemudian setelah menarche6.
Biasanya disebabkan hal lain. Nyeri biasanya bersifat regular pada setiap haid
namun berlangsung lebih lama dan bisa berlangsung selama siklus. Nyeri
mungkin nyeri pada salah satu sisi abdomen.
Dismenorrhea sekunder dapat disebabkan oleh endometriosis dimana
jaringan uterus tumbuh di luar uterus dan ini dapat terjadi pada wanita tua
maupun muda. Implan ini masih bereaksi terhadap estrogen dan progesteron
sehingga dapat meluruh sat haid. Hasil peluruhan bila jatuh ke dalam rongga
abdomen dan merangsang peritoneum akan menghasilkan nyeri.
Endometriosis ditemukan pada 10-15% wanita usia 25-33 tahun.
Dismenorrhea sekunder dapat juga disebabkan fibroid, penyakit radang
panggul; IUD; tumor pada tuba fallopi, usus atau vesika urinaria; polip uteri;
inflmatory bowel desease; skar atau perlengketan akibat operasi sebelumnya
dan adenomiosis yaitu suatu keadaan dimana endometrium tumbuh
menembus miometrium.
c. Terapi
Dismenorrhea primer biasanya diobati oleh NSAID seperti ibuprofen dan
naproxen yang dapat mengurangi nyeri pada 64% penderita dissmenorrhea
primer. Pil kontrasepsi menghilangkan nyeri dan gejala lainnya pada 90%
penderita dengan menekan ovulasi dan jumlah perdarahan. Terapi ini
membutuhkan waktu 3 siklus untuk menghilangkan gejala. Kompres panas
juga dapat mengurangi nyeri.
3. Perbedaan Haid dan Istihadhah
Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam diadukan oleh Hamnah radhiallahu
anha tentang istihadlah yang menimpanya, beliau berkata : Yang demikian hanyalah
satu gangguan/dorongan dari setan.
Atau dalam riwayat Shahihain dari hadits Fathimah bintu Abi Hubaisy, beliau
mengatakan tentang istihadlah : Yang demikian itu hanyalah darah dari urat bukan haid.
Hal ini menunjukkan bahwa istihadlah tidak sama dengan haid yang sifatnya alami,
artinya mesti dialami oleh setiap wanita yang normal sebagai salah satu tanda baligh.
Namun istihadlah adalah satu penyakit yang menimpa kaum hawa dari perbuatannya
syaithan yang berjalan di tubuh anak Adam seperti jalannya darah. Syaithan ingin
memberikan keraguan terhadap anak Adam dalam pelaksanaan ibadahnya dengan segala
cara. Kata Al Imam As Shanani dalam Subulus Salam (1/159) : Makna sabda Nabi :
(Yang demikian hanyalah satu dorongan/gangguan dari syaithan) adalah syaithan
mendapatkan jalan untuk membuat kerancuan terhadapnya dalam perkara agamanya,
masa sucinya dan shalatnya hingga syaithan menjadikannya lupa terhadap kebiasaan
haidnya.
Al Imam As Shanani melanjutkan : Hal ini tidak menafikkan sabda Nabi yang
mengatakan bahwa darah istihadlah dari urat yang dinamakan aadzil karena
dimungkinkan syaithan mendorong urat tersebut hingga terpancar darah darinya.
(Subulus Salam 1/159)
13
Keberadaan darah istihadlah bersama darah haid merupakan suatu masalah yang
rumit, kata Ibnu Taimiyyah, hingga harus dibedakan antara keduanya. Caranya bisa
dengan adat (kebiasaan haid) atau dengan tamyiz (membedakan sifat darah).
Perbedaan antara darah istihadlah dengan darah haid adalah darah haid merupakan
darah alami, biasa dialami wanita normal dan keluarnya dari rahim sedangkan darah
istihadlah keluar karena pecahnya urat, sifatnya tidak alami (tidak mesti dialami setiap
wanita) dan keluarnya dari urat yang ada di sisi rahim. Ada perbedaan lain dari sifat darah
haid bila dibandingkan dengan darah istihadlah :
1. Perbedaan warna. Darah haid umumnya hitam sedangkan darah istihadlah umumnya
merah segar.
2. Kelunakan dan kerasnya. Darah haid sifatnya keras sedangkan istihadlah lunak.
3. Kekentalannya. Darah istihadlah mengental sedangkan darah haid sebaliknya.
4. Aromanya. Darah haid beraroma tidak sedap/busuk.
DAFTAR PUSTAKA
Menstrual Disorder. www. en.wikipedia.org. diakses tanggal 17 Februari 2006
Kims Story. www.humanillnesses.com. Diakses tanggal 17 Februari 2006
Disfunctional Uterine Bleeding in Novack Gynecology. Philladelphia. Lippincot
&William.inc. 2002: 575-591
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UNPAD. Kelainan haid dalam Ginekologi. Bandung.
Elstar Offset. 1981 : 31-39
Menstrual Disorder. http://www.healthatoz.com. Diakses tanggal 18 Februari 2006
Sperof, Glass, Kace. Amenorrhea in Clinical Gynecologic Endokrinology & Infertility. 6th
edition. Washington. 1999: 421-475
Diagnostic Procedure in menstrual disorder. http://www.familypractice.com. Diakses tanggal
17 Februari 2006
Silberstein, Taaly. Complication of Menstruation; Abnormal Bleeding in Current Obstetric &
Gynecologic Diagnosis Treatment. 9th edition. India. McGraw-Hill Companies, Inc. 2003 ;
623-630
Menstrual Disorder. http://www.cmdrc.com. Diakses tanggal 17 Februari 2006
Lumsden, Ann Marie; McGavigan, Jay. Menstruation and Menstrual Disorder in Gynecology.
3rd edition. China. Elsevier Science Limited. 2003 : 459-467
Herdiana, TR. http://www.klikdokter.com.
Utari, RA. http://blog.unila.ac.id
Al-Atsariyah, UI. Muslimah Edisi 41/1423 H/2002 M Rubrik Kajian Kita
14