Anda di halaman 1dari 14

Nama : Fathina Nisa Rabbani

NPM : 1102008337
1. Fisiologi Haid
Siklus Menstruasi Normal

Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi:


1. Siklus ovarium (indung telur)
a. Fase folikel
awal
akhir
b. Fase luteal
2. Siklus endometrium
a. Fase menstruasi
b. Fase proliferasi
c. Fase sekresi
Kedua siklus tersebut berjalan bersamaan.

Gambar Siklus Hormonal


Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1
folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan
folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen.
Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang
kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing
hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis.
Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap
hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan
pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen.
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH,
folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi,
dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh
hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik).
Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan
mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini
menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini
2

disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka
korpus luteum tersebut dipertahankan.
Pada siklus endometrium, terbagi jadi 3 fase, yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon
ovarium berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari
desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada
fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi
pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur
yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap
untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase
folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi
panjang siklus menstruasi keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka
waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus
menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH)
berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal
siklus sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari
korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini
merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH
hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level
estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis
(respon bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon
LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH,
keluarlah hormon progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi
adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai
fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus
luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa
sudah terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus
luteum dan kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.
3

Hormon-Hormon yang Berperan dalam Siklus Menstruasi Normal


Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus
untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin
2. Kelainan Haid
Kelainan haid biasanya terjadi karena ketidak seimbangan hormon-hormon yang
mengatur haid, namun dapat juga disebabkan oleh kondisi medis lainnya.
Banyaknya perdarahan ditentukan oleh lebarnya pembukuh darah, banyaknya pembuluh
darah yang terbuka, dan tekanan intravaskular. Lamanya pedarahan ditentukan oleh daya
penyembuhan luka atau daya regenerasi. Daya regenerasi berkurang pada infeksi, mioma,
polip dan pada karsinoma.
I. Kelainan Panjang Siklus
1) Amenorrhea (tidak ada periode haid)
a. Definisi
Amenorrhea bukan merupakan penyakit namun merupakan gejala.
Amenorrhe dapat terjadi pada menopouse, sebelum pubertas, dalam
kehamilan dan dalam masa laktasi. Bila tidak menyusukan, haid datang 3
bulan post partum namun bila menyusukan, haid datang pada bulan ke-66.
Amenorrhea dapat dibagi menjadi amenorrhea primer dan sekunder.
Amenorrhe primer berarti seorang perempuan belum mengalami haid2 setelah
usia 16 tahun tetapi telah terdapat tanda-tanda seks sekunder atau tidak terjadi
haid sampai 14 tahun tanpa adanya tanda-tanda seks sekunder. Amenorrhea
biasanya terjadi pada gadis dengan underweight atau pada aktivitas berat
dimana cadangan lemak mempengaruhi untuk memacu pelepasan hormon.
Amenorrhea sekunder berarti telah terjadi haid, tetapi haid terhenti untuk
masa tiga siklus atau lebih dari enam bulan.
b. Etiologi
Amenorrhea dapat terjadi akibat gangguan pada komponen yang berperan
pada proses haid. Komponen tersebut digambarkan dalam bagan sebagai
berikut:
Lingkungan
Kompartemen IV
SSP
Hipotalamus
kompartemen III GnRH
Hipofise anterior
Kompartemen II FSH LH

Ovarium
Kompartemen I progesteron estrogen
Uterus
Kelainan Kompartemen I: Kelainan saluran uterus
1. Sindrom Asherman
Pada sindrom ini terjadi amenorrhea sekunder. Keadaan ini terjadi
akibat kuretase postpartum berlebihan sehingga terjadi sikatrik dan
perlengketan. Endometrium mungkin memiliki tekanan yang begitu
besar. Pasien dengan asherman sindrom dapat mengalamai keluhan lain
seperti dismenorrhea dan hypomenorrhea.
Pada masa lalu, asherman sindorm diobati dengan dilatasi dan
kuretase untuk menghancurkan sikatrik. Sekarang dapat digunakan
histeroskopi dengan melisiskan adhesi dengan memotong dan membakar
dengan hasil yang lebih baik dibanding kuretase yang tidak terarah.
Setelah dilakukan histeroskopi, perlu dicegah terjadinya kembali
perlengketan dengan memasang IUD. Dapat juga menggunakan folley
kateter pediatrik dengan memasukan 3 cc dan baru dilepas setelah 7 hari.
2. Mullerian anomali
Pada keadaan ini, vagina, servik dan uterus mungkin tidak ada.
Atau pada keadaan lain, uterus mungkin ada namun tidak terdapat
rongga, atau terdapatnya rongga namun endometrium sangat sedikit.
Penanganan pada pasien ini dilakukannya operasi dengan
menggunakan teknik vecchietti atau teknik Frank untuk membentuk
saluran vagina buatan. Penundaan operasi dapat menyebabkan terjadinya
inflamasi.
3. Insensitivitas Androgen (testicular feminization)
Insenitivitas androgen komplit didiagnosa bila didapatkan kanalis
vagina namun tidak didapatkan uterus. Pasien ini berupa pria
pseudohermaprodit dimana ketentuan pria ditentukan dari adanya
kromosom XY dan pasien memilliki testes. Pseudohermaprodit berarti
genitalia berlawanan dengan gonad. Sehingga pada pasien ini secara
fenotip tampak seperti wanita tapi tidak ditemukannya rambut pubis dan
rambut ketiak. Pada pasien ini terdapat testosteron darah yang normal
atau sedikit meningkat dan kenaikan LH
Pada insensitivitas androgen inkomplit (1:10 dibandingkan yang
komplit), individu mendapat sedikit pengaruh androgen. Individu ini
mungkin memiliki pembesaran klitoris, dan phallus mungkin ada.
Rambut pubis dan ketiak ada dan terdapat pertumbuhan payudara9.
Kelainan Kompartemen II
1. Kelainan ovarium
Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun
sekunder. 30-40% amenorrhea primer mengalami kelainan
perkembangan ovarium (Gonadal disgenesis). Pasien ini dapat terdiri dari
pasien dengan kariotip 45X (50%), mosaik (25%), 46XX (25%). Wanita
dengan gonadal disgenesis diseratai amenorrhea sekunder berhubungan
dengan kariotip 46xx, mosaik, 47 xxx ,dan 45.
2. Sindrom Turner
5

Pada sindrom ini terjadi kehilangan satu X. Kromososm X aktif


dalam oosit untuk menghindari percepatan kematian folikel. Karena pada
pasien ini terjadi kekurangan folikel, terjadi kekurangan hormon sex
gonadal saat pubertas sehingga terjadi amenorrhea primer.
3. Kegagalan ovarium prematur
Sekitar 1% wanita akan mengalami hal ini sebelum usia 40 tahun.
Hal ini juga terjadi pada wanita dengan amenorrhea. Kegagalan ovarium
yang prematur dapat disebabkan kelainan genetik dengan peningkatan
kematian folikel. Dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel
dihancurkan.
4. Efek radiasi dan kemoterapi
Efek radiasi tergantung dari umur dan dosis radiasi. Fungsi barium
dapat kembali setelah bertahun-tahun kemudian. Di lain pihak kerusakan
tidak akan muncul hingga terjadinya kegagalan ovarium prematur. Ketika
radiasi diberikan di luar pelvis, radiasi tidak memberikan resiko
terjadinya kegagalan ovarium prematur. Gonad tidak dalam keadaan
bahaya ketika di dapur menggunakan oven microwave yang berdaya
penetrasi rendah.
Kelainan Kompartemen III
Gangguan pada kompartemen ini dapat berupa gangguan pada hipofise
anterior. Gangguan dapat berupa adanya tumor yang bersifat mendesak
ataupun menghasilkan hormon yang membuat haid menjadi terganggu9.
Tumor mikroadenoma dapat diterapi dengan menggunakan agonis dopamin
dimana dopamin dapat menghambat pelepasan prolaktin lebih lanjut sehingga
pembesaran tumor hipofise dan prolaktinemia dapat dicegah. Operasi dapat
dilakukan terutama bila tumor masih kecil. Namun angka rekurensi setelah
operasi sangat besar lagipula struktur tumor sulit dibedakan dengan jaringan
hipofise sehat sehingga operasi sering kali meninggalkan sisa. Pada
makroadenoma dapat diberikan agonis dopamin terlebih dahulu untuk
memperkecil ukuran tumor. Setelah operasi dapat dilanjutkan dengan
pemberian radiasi namun radiasi ini dapat memicu terjadinya tumor di tempat
lain pada otak.
Kelainan Kompartemen IV
Gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara
tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmiter seperti
serotonin yang dapat menghambat lepasnya gonadotropin. Gangguan pada
kompartemen ini dapat terjadi pada penderita anoreksia nervosa maupun atlet
atau penari balet yang mengalami latihan dengan ketegangan.
Amenorrhea dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit lain seperti
penyakit kronis (TBC), penyakit metabolik seperti penyakit tiroid, pankreas
dan glandula suprarenalis, kelainan gizi (obesitas dan underweight), kelainan
hepar dan ginjal
.
c.

Pengelolaan & prognosa


Pengelolaan pada pasien ini tergantung dengan penyebab. Bila penyebab
adalah kelainan genetik, prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa
6

penelitian, dapat dilakukan terapi sulih hormon, namun fertilitas belum tentu
dapat dipertahankan.
d.

Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan dari amenorrhea adalah infertilitas.
Komplikasi lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat
menggangu kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya
amenorrhea. Komplikasi lainnya munculnya gejala-gejala lain akibat
insufisiensi hormon seperti osteoporosis.

e.

Langkah-langkah diagnosa bila ditemukan amenorrhea


Yang harus dilakukan adalah lakukan pemeriksaan TSH karena pada
keadaan hipotroid terjadi penurunan dopamin sehingga merangsang pelepasan
TRH. TRH merangsang hipofise anterior untuk menghasilkan prolaktin
dimana prolaktin akan menghambat pelepasan GnRH. Namun pada satu
waktu, saat hipofise anterior terangsang secara kronik, hipofise anterior dapat
membesar sehingga meningkatkan sekresi GnRH dan menyebabkan
terjadinya pematangan folikel yang terburu-buru sehingga terjadi kegagalan
ovarium prematur. Sehingga harus diwaspadai bila terjadi suatu tanda-tanda
hipotiroid, amenorrhea dan galaktorrhea.
Keadaan amenorrhea yang disertai keadaan galaktorrhea dapat juga terjadi
pada sindrom chiari-Frommel yang terjadi setelah kehamilan dan merupakan
amenorrhea laktasi yang berkepanjangan. Diduga keadaan ini disebabkan
oleh inhibisi dari faktor imhibisi prolaktin dari hipofise. Pada sindrom
Forbes-Albright terdapat adenoma chromopob dimana banyak dihasilkan
prolaktin. Pada sindrom Ahoemada del-Costello tidak terdapat hubungan
antara kehamilan dengan tumor hipofise. Sindrom ini diduga akibat obatobatan seperti kontrasepsi dan fenotiazin.
Pasien juga seharusnya dilakukan progesteron challenge. Bila dengan
pemberian progesteron lalu dilakukan withdrawl terjadi haid, maka dipastikan
amenorrhea disebabkan anovulasi. Terapi yang diberikan pada pasien ini
adalah pemberian progesteron.
Perlu juga diberikan preparat estrogen bila dengan pemberian progesteron
tidak menghasilkan haid untuk mencari apakah penyebab terjadinya
amenorrhea akibat kurangnya estrogen.
Bila dengan langkah-langkah di atas tidak didapatkan hasil yang
memuaskan, lakukan pemeriksaan FSH dan LH untuk mencari apakah
penyebab amenorrhea ada pada kompartemen III.

f.

Amenorrhea pada atlet dengan latihan berlebih


Saat dilakukan latihan berlebih, dibutuhkan kalori yang banyak sehingga
cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormon
steroid seksual (estrogen & progesteron) tidak tercukupi. Pada keadaan
tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi
kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progeteron yang
memicu terjadinya amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak
dihasilkan endorpin yang merupakan derifat morfin. Endorpin menyebabkan
penurunan GnRH sehingga estrogen dan progesteron menurun. Pada keadaan
stress berlebih, corticotropin releasing hormon dilepaskan, pada peningkatan
CRH, terjadi peningkatan opoid yang dapat menekan pemebentukan GnRH.
7

2) Oligomenorrhea
a. Definisi
Oligomenorrhea disebut juga sebagai haid jarang atau siklus panjang.
Oligomenorrhea terjadi bila siklus lebih dari 35 hari. Darah haid biasanya
berkurang.
b. Etiologi
Oligomenorrhea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga
disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofisehipotalamus, dan menopouse atau sebab sistemik seperti kehilangan berat
badan berlebih.
Oligomenorrhea sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi
pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini
dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadara pada wanita normal.
Oligomenorrhea dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional,
penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk.
Oligomenorrhe dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti
pada awal pubertas.
Oligomenorrhea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium
folikular, perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium
tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh
pengaruh psikis atau pengaruh penyakit.
c. Gejala
Gejala oligomenorrhea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang
dari 35 hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa
wanita dengan oligomenorrhea mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang
menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan
penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk
mengalami kanker uterus.
d. Pengobatan
Pengobatan oligomenorrhea tergantung dengan penyebab1. Pada
oligomenorrhea dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang
mendekati menopouse tidak memerlukan terapi6. Perbaikan status gizi pada
penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan
oligomenorrhea. Oligomenorrhea sering diobati dengan pil KB untuk
memperbaiki ketidakseimbangan hormonal. Pasien dengan sindrom ovarium
polikistik juga sering diterapi dengan hormonal. Bila gejala terjadi akibat
adanya tumor, operasi mungkin diperlukan. Pengobatan alternatif lainnya
dapat menggunakan akupuntur atau ramuan herbal.

e. Komplikasi
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan
stress emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya
kelainan haid lebih lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenorrhea
mengarah pada infertilitas atau tanda dari keganasan1.
8

3) Polimenorrhea
a. Definisi
Polimenorrhea adalah kelainan haid dimana siklus kurang dari 21 hari5
dan menurut literatur lain siklus lebih pendek dari 25 hari
b. Etiologi
Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium proliferasi
pendek atau stadium sekresi pendek atau kedua stadium memendek. Yang
paling sering dijumpai adalah pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus
lebih pendek dari 21 hari kemungkinan melibatkan stadium sekresi juga dan
hal ini menyebabkan infertilitas.
Siklus yang tadinya normal menjadi pendek biasanya disebabkan
pemendekan stadium sekresi karena korpus luteum lekas mati. Hal ini sering
terjadi pada disfungsi ovarium saat klimakterium, pubertas atau penyakit
kronik seperti TBC.
c. Terapi
Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan terapi hormonal.
Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan estrogen dan stadium sekresi
dapat diperpanjang dengan kombinasi estrogen-progesteron.
4) Metrorrhagia
Metrorrhagia adalah perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya
dengan haid6 namun keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid
walaupun berupa bercak.
Metrorrhagia dapat disebabkan oleh kehamilan seperti abortus ataupun
kehamilan ektopik6 dan dapat juga disebabkan oleh faktor luar kehamilan seperti
ovulasi, polip endometrium dan karsinoma serviks. Akhir-akhir ini, estrogen
eksogen menjadi penyebab tersering metrorrhagia.. Terapi yang diberikan
tergantung etiologi.
II. Kelainan Jumlah Darah Haid
1) Menorrhagia
a. Definisi
Menorrhagia adalah pengeluaran darah haid yang terlalu banyak dan
biasanya disertai dengan pada siklus yang teratur.
Menorrhagia biasanya berhubungan dengan nocturrhagia yaitu suatu
keadaan dimana menstruasi mempengaruhi pola tidur wanita dimana waita
harus mengganti pembalut pada tengah malam. Menorrhagia juga
berhubungan dengan kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan
obat-obatan. Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan
mual berulang selama haid.
b. Etiologi
Etiologi menorrhagia dikelompokan dalam 4 kategori yaitu,
i.
Gangguan pembekuan,
Walaupun keadaan perdarahan tertentu seperti ITP dan penyakit
von willebrands berhubungan dengan peningkatan menorrhagia, namun
efek kelainan pembekuan terhadap individu bervariasi. Pada wanita
9

ii.

dengan tromboitopenia kehilangan darah berhubungan dengan jumlah


trombosit selama haid. Splenektomi terbukti menurunkan kehilangan
darah.
Disfunctional Uterine Bleeding (DUB)
Pada dasarnya peluruhan saat haid bersifat self limited karena haid
berlangsung secara simultan di seluruh endometrium serta jaringan
endometrium yang terbentuk oleh estrogen dan progesterone normal
bersifat stabil. Pada DUB, keadaan ini sering terganggu.
DUB dapat terjadi disertai ovulasi maupun anovulasi. Pada
keadaan terjadinya ovulasi, perdarahan bersifat lebih banyak dan siklik
hampir sesuai dengan siklus haid. Pada keadaan anovulasi, perdarahan
bersifat namun dengan siklus yang tidak teratur sehingga sering disebut
menometrorrhagia. DUB dapat disebabkan estrogen withdrawl
bleeding, progesteron withdrawl bleeding, estrogen breakthrough
bleeding, progesterone breakthrough bleeding.
Estrogen withdrawl bleeding terjadi pada keadaan setelah
ooparektomi bilateral, radiasi folikel yang matur atau penghentian tibatiba obat-obatan yang mengandung estrogen.
Estrogen breakthrough bleeding menyebabkan lapisan
endometrium menjadi semakin menebal namun akhirnya runtuh karena
kurang sempurnanya struktur endometrium karena tidak sebandingnya
jumlah progesterone yang ada disbanding jumlah estrogen. Perdarahan
biasanya bersifat spotting. Estrogen breakthrough bleeding yang
berkelanjutan mengacu pada keadaan amenorrhea namun secara tibatiba dapat mengakibatkan perdarahan yang banyak.
Progesteron withdrawl bleeding terjadi bila korpus luteum
dihilangkan. Progesteron withdrawl bleeding hanya akan terjadi bila
diawali proliferasi endometrium yang diatur oleh estrogen. Namun bila
kadar estrogen meningkat 10-20 kali lipat, progesteron withdrawl
bleeding tidak akan terjadi.
Progesterone breakthrough bleeding terjadi bila kadar progesterone
melebihi keseimbangan dengan estrogen. Dinding endometrium yang
menebal akan meluruh sedikit demi sedikit akibat struktur yang tidak
kuat. Hal ini terjadi saat menggunakan pil kontrasepsi dalam jangka
waktu lama.
Pada keadaan progesteron withdrawl bleeding dan estrogen
breakthrough bleeding diberikan terapi progesteron sehingga tercapai
keseimbangan jumlah progesterone-estrogen. Progesterone bersifat
antiestrogen dimana menstimulasi perubahan estradiol menjadi estron
sulfat yaitu bentuk tidak aktif estrogen. Progesterone juga menghambat
pembentukan reseptor estrogen. Estrogen juga mencegah transkripsi
onkogen yang dimediasi oleh estrogen.
Pada oligomenorrhea (estrogen breakthrough bleeding) preparat
progesterone yang digunakan adalah medroxypogesteronaseta, 5-10
mg/hari selama 10 hari. Pada menorrhagia (estrogen breakthrough
bleeding yang berlangsung lama dan progesteron withdrawl bleeding)
progestin digunakan selama 10 hari hingga 2 minggu untuk
menstabilkan dinding endometrium lalu dihentikan secara tiba-tiba
dengan maksud mengikis semua dinding endometrium dan bersifat
kuretase alami.
10

iii.

iv.

Terapi estrogen diberikan pada Estrogen withdrawl bleeding dan


progesterone breakthrough bleeding untuk memperkuat stroma tempat
kelenjar yang hiperplasia karena dirangsang progesterone. Pada
keadaan ini diberikan 25 mg estrogen terkonjugasi secara intra vena tiap
4 jam hingga perdarahan berhenti atau selama 24 jam untuk
menghindari terbentuknya trombus pada kapiler uterus. Semua terapi
estrogen harus diikuti terapi progesteron dan withdrawl bleeding. Dapat
juga diberikan anti prostaglandin untuk vasokontriksi darah sehingga
perdarahan dapat berhenti.
Desmopresin asetat (analog sintetik dari arginin vasopresin)
digunakan untuk mengobati DUB pada pasien gangguan pembekuan
terutama pada penyakit von willebrands dan dapat diberikan intranasal
maupun intravena. Pengobatan dapat meningkatkan kadar faktor VIII
dan faktor von willebrands yang berlangsung sekitar 8 jam4.
Gangguan pada organ dalam pelvis
Menorrrhagia biasanya berhubungan dengan fibroid pada uterus,
adenommiosis, infeksi pelvis, polips endometrial, dan adanya benda
asing seperti IUD. Wanita dengan perdarahan haid melebihi 200 cc 50%
mengalami fibroid. 40% pasien dengan adenomiosis mengalami
perdarahan haid melebihi 80cc. Menorrhagia pada retrofleksi
disebabkan karena bendungan pada vena uterus sedangkan pada mioma
uteri, menorrhagia disebabkan oleh kontraksi otot yang kurang kuat,
permukaan endometrium yang luas dan bendungan vena uterus.
Gangguan medis lainnya
Gangguan medis lainnya yang dapat menyebabkan menorrhea
diantaranya hipotiroid dan sindrom cushing, patifisiologi terjadinya
belum diketahui dengan pasti. Dapat juga terjadi pada hipertensi,
dekompsatio cordis dan infeksi dimana dapat menurunkan kualitas
pembuluh darah. Menorrhagia dapat terjadi pada orang asthenia dan
yang baru sembuh dari penyakit berat karena menyebabkan kualitas
miometrium yang jelek.

c. Terapi
Terapi menorrhagia sangat tergantung usia pasien, keinginan untuk
memiliki anak, ukuran uterus keseluruhan, dan ada tidaknya fibroid atau
polip. Spektrum pengobatannya sangat luas mulai dari pengawasan
sederhana, terapi hormon, operasi invasif minimal seperti pengangkatan
dinding endometrium (endomiometrial resection atau EMR), polip
(polipektomi), atau fibroid (miomektomi) dan histerektomi (pada kasus yang
refrakter).
Dapat juga digunakan herbal yarrow, nettles purse, agrimony, ramuan
cina, ladies mantle, vervain dan raspbery merah yang diperkirakan dapat
memperkuat uterus. Vitex juga dianjurkan untuk mengobati menorrhea dan
sindrom pre-mentrual. Dianjurkan juga pemberian suplemen besi untuk
mengganti besi yang hilang melalui perdarahan. Vitamin yang diberikan
adalah vitamin A karena wanita dengan lehilangan darah hebat biasanya
mengalami penurunan kadar vitamin A dan K yang dibutuhkan untuk
pembekuan darah. Vitamin C, zinc dan bioflavinoids dibutuhkan untuk
memperkuat vena dan kapiler.
11

d. Prognosis
Prognosis pada semua ketidakteraturan adalah baik bila diterapi dari awal.
2) Hipomenorrhea (kriptomenorrhea)
Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat
sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya berupa spotting. Dapat disebabkan oleh
stenosis pada himen, servik atau uterus. Pasien dengan obat kontrasepsi kadang
memberikan keluhan ini. Hal ini juga dapat terjadi pada hipoplasia uteri dimana
jaringan endometrium sedikit.
3) Dismenorrhea
a. Definisi
Dismenorrhea adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorrhea terdiri dari gejala
yang kompleks berupa kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung
atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan gejala neurologis
seperti kelemahan umum.
b. Klasifikasi
Dismenorrhea primer (idiopatik)
Dismenorrhea primer adalah dismenorrhea yang mulai terasa sejak
menarche dan tidak ditemukan kelainan dari alat kandungan atau organ
lainnya2,6. Dismenorrhea primer terjadi pada 90% wanita dan biasanya terasa
setelah mereka menarche dan berlanjut hingga usia pertengahan 20-an atau
hingga mereka memiliki anak. Sekitar 10% penderita dismenorrhea primer
tidak dapat mengikuti kegiatan sehari-hari. Gejala nya mulai terasa pada 1
atau 2 hari sebelum haid dan berakhir setelah haid dimulai. Biasanya nyeri
berakhir setelah diberi kompres panas atau oleh pemberian analgesik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu hiperaktivitas uterus, endotelin,
prostaglandin, vasopressin dan kerusakan saraf perifer.
Hiperaktivitas uterus berhubungan dengan aliran darah uterus.
Hiperaktivitas uterus terjadi pada endometriosis dan adenomiosis. Uterus
yang berkontraksi menyebabkan angina sehingga terjadilah nyeri.
Endotelin adalah uterotonin poten pada uterus yang tidak hamil. Endotelin
berperan menginduksi kontraksi otot polos pada perbatasan dengan kelenjar
endometrium. Tempat yang paling banyak mengandung ikatan endotelin
adala epitel kelenjar pada tempat tersebut. Endotelin tersebut dapat
menginduksi pelepasan PGF2 dan menginduksi kelenjar lainnya untuk
menghasilkan endorpin lainnya (parakrin). Iskemi yang terjadi akibat
kontraksi selanjutnya merangsang pelepasan endorpin dan PGF2 sehingga
akan menyebabkan disperistaltis lebih lanjut.
Endometrium wanita dengan dismenorrhea menghasilkan PGF2 lebih
banyak daripada wanita normal. PGF2 adalah oksitoksi dan vasokonstriktor
yang poten yang bila diberikan pada uterus akan menghasilkan nyeri dan
mengakibatkan pengeluaran darah haid. Alasan mengapa PGF2 lebih tinggi
pada wanita tertentu belum diketahui dengan pasti. Pada beberapa wanita,
prostaglandin dapat mengakibatkan otot polos dalam sistem gastrointestinal
berkontraksi sehingga menyebabkan mual, muntah dan diare.
Vasopresin merupakan vasokonstriktor yang menstimulasi miometrium
berkontraksi. Pada hari pertama menstruasi,kadar vasopresin meningkat pada
wanita dengan dismenorrhea.
12

Kerusakan saraf perifer pada miometrium dan serviks oleh persalinan. Hal
ini menjelaskan mengapa pada wanita yang telah melahirkan dismenorrhea
dapat berkurang.
Dismenorrhea sekunder
Dismenorrhea sekunder biasanya terjadi kemudian setelah menarche6.
Biasanya disebabkan hal lain. Nyeri biasanya bersifat regular pada setiap haid
namun berlangsung lebih lama dan bisa berlangsung selama siklus. Nyeri
mungkin nyeri pada salah satu sisi abdomen.
Dismenorrhea sekunder dapat disebabkan oleh endometriosis dimana
jaringan uterus tumbuh di luar uterus dan ini dapat terjadi pada wanita tua
maupun muda. Implan ini masih bereaksi terhadap estrogen dan progesteron
sehingga dapat meluruh sat haid. Hasil peluruhan bila jatuh ke dalam rongga
abdomen dan merangsang peritoneum akan menghasilkan nyeri.
Endometriosis ditemukan pada 10-15% wanita usia 25-33 tahun.
Dismenorrhea sekunder dapat juga disebabkan fibroid, penyakit radang
panggul; IUD; tumor pada tuba fallopi, usus atau vesika urinaria; polip uteri;
inflmatory bowel desease; skar atau perlengketan akibat operasi sebelumnya
dan adenomiosis yaitu suatu keadaan dimana endometrium tumbuh
menembus miometrium.
c. Terapi
Dismenorrhea primer biasanya diobati oleh NSAID seperti ibuprofen dan
naproxen yang dapat mengurangi nyeri pada 64% penderita dissmenorrhea
primer. Pil kontrasepsi menghilangkan nyeri dan gejala lainnya pada 90%
penderita dengan menekan ovulasi dan jumlah perdarahan. Terapi ini
membutuhkan waktu 3 siklus untuk menghilangkan gejala. Kompres panas
juga dapat mengurangi nyeri.
3. Perbedaan Haid dan Istihadhah
Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam diadukan oleh Hamnah radhiallahu
anha tentang istihadlah yang menimpanya, beliau berkata : Yang demikian hanyalah
satu gangguan/dorongan dari setan.
Atau dalam riwayat Shahihain dari hadits Fathimah bintu Abi Hubaisy, beliau
mengatakan tentang istihadlah : Yang demikian itu hanyalah darah dari urat bukan haid.
Hal ini menunjukkan bahwa istihadlah tidak sama dengan haid yang sifatnya alami,
artinya mesti dialami oleh setiap wanita yang normal sebagai salah satu tanda baligh.
Namun istihadlah adalah satu penyakit yang menimpa kaum hawa dari perbuatannya
syaithan yang berjalan di tubuh anak Adam seperti jalannya darah. Syaithan ingin
memberikan keraguan terhadap anak Adam dalam pelaksanaan ibadahnya dengan segala
cara. Kata Al Imam As Shanani dalam Subulus Salam (1/159) : Makna sabda Nabi :
(Yang demikian hanyalah satu dorongan/gangguan dari syaithan) adalah syaithan
mendapatkan jalan untuk membuat kerancuan terhadapnya dalam perkara agamanya,
masa sucinya dan shalatnya hingga syaithan menjadikannya lupa terhadap kebiasaan
haidnya.
Al Imam As Shanani melanjutkan : Hal ini tidak menafikkan sabda Nabi yang
mengatakan bahwa darah istihadlah dari urat yang dinamakan aadzil karena
dimungkinkan syaithan mendorong urat tersebut hingga terpancar darah darinya.
(Subulus Salam 1/159)
13

Keberadaan darah istihadlah bersama darah haid merupakan suatu masalah yang
rumit, kata Ibnu Taimiyyah, hingga harus dibedakan antara keduanya. Caranya bisa
dengan adat (kebiasaan haid) atau dengan tamyiz (membedakan sifat darah).
Perbedaan antara darah istihadlah dengan darah haid adalah darah haid merupakan
darah alami, biasa dialami wanita normal dan keluarnya dari rahim sedangkan darah
istihadlah keluar karena pecahnya urat, sifatnya tidak alami (tidak mesti dialami setiap
wanita) dan keluarnya dari urat yang ada di sisi rahim. Ada perbedaan lain dari sifat darah
haid bila dibandingkan dengan darah istihadlah :
1. Perbedaan warna. Darah haid umumnya hitam sedangkan darah istihadlah umumnya
merah segar.
2. Kelunakan dan kerasnya. Darah haid sifatnya keras sedangkan istihadlah lunak.
3. Kekentalannya. Darah istihadlah mengental sedangkan darah haid sebaliknya.
4. Aromanya. Darah haid beraroma tidak sedap/busuk.
DAFTAR PUSTAKA
Menstrual Disorder. www. en.wikipedia.org. diakses tanggal 17 Februari 2006
Kims Story. www.humanillnesses.com. Diakses tanggal 17 Februari 2006
Disfunctional Uterine Bleeding in Novack Gynecology. Philladelphia. Lippincot
&William.inc. 2002: 575-591
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UNPAD. Kelainan haid dalam Ginekologi. Bandung.
Elstar Offset. 1981 : 31-39
Menstrual Disorder. http://www.healthatoz.com. Diakses tanggal 18 Februari 2006
Sperof, Glass, Kace. Amenorrhea in Clinical Gynecologic Endokrinology & Infertility. 6th
edition. Washington. 1999: 421-475
Diagnostic Procedure in menstrual disorder. http://www.familypractice.com. Diakses tanggal
17 Februari 2006
Silberstein, Taaly. Complication of Menstruation; Abnormal Bleeding in Current Obstetric &
Gynecologic Diagnosis Treatment. 9th edition. India. McGraw-Hill Companies, Inc. 2003 ;
623-630
Menstrual Disorder. http://www.cmdrc.com. Diakses tanggal 17 Februari 2006
Lumsden, Ann Marie; McGavigan, Jay. Menstruation and Menstrual Disorder in Gynecology.
3rd edition. China. Elsevier Science Limited. 2003 : 459-467
Herdiana, TR. http://www.klikdokter.com.
Utari, RA. http://blog.unila.ac.id
Al-Atsariyah, UI. Muslimah Edisi 41/1423 H/2002 M Rubrik Kajian Kita

14

Anda mungkin juga menyukai