Laporan Acara 5
Laporan Acara 5
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari
50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat
kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates & Jackson (1987)
mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah
mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping
menurut definisi Reijers &Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung kalsium
karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat adalah batugamping.
Untuk penentuan persentase komponen-komponen penyusun batuan karbonat
diperlukan analisis petrografi guna penentuan nama batuan secara detail, untuk itu
sangat dirasakan perlu untuk melakukan praktikum acara Batuan Karbonat
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dilakukannya praktikum ini unutk mengamati sayatan tipis batuan
karbonat dengan menggunakan mikroskop polarisasi
Adapun tujuan dari praktikum yaitu :
1. Praktikan dapat menentukan komponen komponen penyusun batuan
karbonat
2. Praktikan dapat menentukan nama batuan dengan menggunakan
klasifikasi yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih
dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau
karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates & Jackson
(1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya
adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan
batugamping menurut definisi Reijers &Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung
mm. Kebanyakan peloid ini berasala dari kotoran (faecal origin) sehingga disebut
pellet (Tucker 1991).
c. Agregat dan Intraklas
Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang
tersemenkan bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material
organik. Sedangkan intraklas adalah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi
atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah
pasang surut atau tidal flat (Tucker,1991).
2. Skeletal Grain
Skeletal grain adalah butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri
dari seluruh mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan dari fosil-fosil makro.
Cangkang ini merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping
(Boggs, 1987). Komponen cangkang pada batugamping juga merupakan penunjuk
pada distribusi invertebrata penghasil karbonat sepanjang waktu geologi (Tucker,
1991).
3. Lumpur Karbonat atau Mikrit
Mikrit merupakan matriks yang biasanyaberwarna gelap. Pada batugamping
hadir sebagai butir yang sangat halus. Mikrit memiliki ukuran butir kurang dari 4
mikrometer. Pada studi mikroskop elektron menunjukkan bahwa mikrit tidak
homogen dan menunjukkan adanya ukuran kasar sampai halus dengan batas antara
kristal yang berbentuk planar, melengkung, bergerigi ataupun tidak teratur. Mikrit
dapat mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh mozaik mikrospar yang kasar
(Tucker, 1991).
4. Semen
Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan
mengisi rongga pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat
berupa kalsit, silika, oksida besi ataupun sulfat.
2.2
1.
2.
3.
Dolomite (CaMg(CO3)2)
Juga merupakan mineral penting, terutama sebagai batuan reservoir. Kristal
sama dengan kalsit tetapi beda dalam indeks refraksi. Terjadi secara primer
(presipitasi langsung dari air laut), tetapi kebanyakan hasil dolomitisasi
(replacement) dari kalsit.
4.
Siderite (FeCO3)
6.
Ankerite (CaFe(CO3)2)
2.2
Oolit,
mempunyai
bentuk
yang
membundar
dan
mempunyai
atau
memperlihatkan struktur berlapis yang tebal. Ukuran oolit relatif sama atau
lebih besar dari pellet (30 40 mk).
Fossil
Sparit, mempunyai ukuran butir lebih besar dari pada 0,004 mm dan
memperlihatkan kenampakan yang jernih dalam sayatan tipis.
3. Mikrokristalin rocks
Batu gamping ini identik dengan batu lempung dan terbentuk pada
lingkungan
yang
tidak
dipengaruhi
oleh
arus
yang
kuat.
Pada
daerah
pengendapannya pada laut amat dangkal, daerah lagoon yang terlindung oleh lereng
yang landai dan terendam serta mempunyai tingkat kedalaman yang sedang.
Dunham (1962) membagi batuan karbonat dalam dua kelompok utama yang
dicirikan sebagai berikut :
tidak hanya diinterpretasikan dari sejarah pengendapannya tetapi juga dari sejarah
diagenesanya.
Proses diagenesa yang terjadi pada batuan karbonat terjadi pada lingkungan
tertentu dan akan menghasilkan produk diagenesa dengan ciri tertentu pula. Proses
diagenesa pada batuan karbonat terjadi di berbagai lingkungan diagenesa serta
tahaptahap diagenesa dan hal ini berpengaruh terhadap perkembangan sistem pori
dalam batuan karbonat, baik pengaruhnya terhadap pembentukan serta pengurangan
porositas sehingga hal ini akan berkaitan dengan kualitasnya sebagai suatu batuan
reservoar. Besarnya porositas pada suatu reservoar akan berpengaruh terhadap
recovery efficiency reservoar tersebut, sehingga penting sekali untuk mengetahui
atau memprediksi besarnya porositas dari suatu proses diagenesa.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Sampel Pertama
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kristal (B1)
95
Mikrit (A6)
13
14
15
16
17
18
3.1.3
Sampel Ketiga
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
3.2
Pembahasan
I (%)
II (%)
III (%)
(%)
Karbonat
Grain Supported
Mud Supported
Mikrit
Sparit
85
7
3
5
80
10
3
5
90
6
5
3
85
7,67
3,67
4,33
I (%)
II (%)
III (%)
(%)
Karbonat
Kristal
Mikrit
95
5
95
5
95
5
95
5
I (%)
II (%)
III (%)
(%)
Karbonat
Grain Supported
Mud Supported
Mikrit
Sparit
15
75
5
5
10
65
3
5
13
70
5
3
12,67
70
4,33
4,33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum acara ini adalah:
1. Mineral penciri dari batuan karbonat adalah mineral yang mengandung CaCO 3,
seperti kalsit, dolomit dan aragonit.
2. Nama batuan yang diamati pada preparat, preparat BT.6 PG adalah Grainstone,
preparat MS 5 adalah Crystalline, dan 6.8 adalah Wackestone yang penamaan
batuannya berdasarkan klasifikasi Dunham, 1962.
4.2 Saran
4.2.1 Untuk Asisten
Metode yang digunakan oleh para asisten ketika melakukan asistensi dilakukan
dengan efektif,
4.2.2
Untuk Laboratorium
Kebersihan ruangan tetap dijaga dan fasilitas lebih diperbanyak.
DAFTAR PUSTAKA
A
M
P
I
R
A
N