Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian


Zaman sekarang keberadaan produk elektronik telah menjadi kebutuhan bagi
masyarakat umum. Produk elektronik tersebut antara lain televisi, lemari pendingin,
mesin cuci, penyedot ruangan, AC (Air Conditioner), komputer, laptop, telepon
genggam dan lain sebagainya. Setiap produk elektronik tentunya memiliki fungsi dan
kegunaannya masing-masing. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, saat ini telah
banyak perusahaan multinasional yang saling bersaing satu sama lain untuk
menciptakan inovasi terbaru dengan meluncurkan produk berteknologi tinggi.
Salah satu perusahaan yang menarik perhatian peneliti adalah salah satu prusahaan
produsen home appliance PT. Haier Electrical Appliances Indonesia yang disingkat
menjadi HEI. HEI merupakan perusahaan multinasional yang selalu berusaha
memenuhi kebutuhan setiap orang melalui inovasi terbarunya. Salah satu inovasi HEI
adalah dengan meluncurkan produk lemari pendingin dengan berbagai macam tipe yang
menyesuaikan dengan kebutuhan berbagai macam karakter keluarga Indonesia.
Haier group berdiri ditahun 1984, bertempat di China, dan telah memiliki pengalaman
yang tinggi dalam bidang usaha produk elektronik alat rumah tangga. Dengan semangat
kewirausahaan dan inovasi, haier berkembang dari perusahaan dan pabrik yang hamper
mengalami kebangkrutan menjadi salah satu produsen produk elektronik rumah tangga
yang terbaik di dunia. Pada tahun 2013, pendapatan Haier Global mencapai USD 29.5
Milyar. Berdasarkan penilaian statistik dari Euromonitor International, Haier menjadi
a world leader in strategy research for consumer markets. Pada tahun 2012

berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Boston Consulting Group haier menjadi salah
satu dari Worlds 50 Most Innovative Companies.
Di Indonesia, berdiri tahun 1970 HEI (pada awal berdiri sebagai PT Sanyo
Industries Indonesia) telah melakukan produksi secara lokal dan menciptakan produk
berkualitas tinggi yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Pada tahun 2009, HEI
merilis produk-produk andalannya dengan nama Beauty Series antara lain, Mesin Cuci
"Smart Beauty", Lemari Es "Slim Beauty", Penyejuk Ruangan "Cool Beauty" dan juga
TV LCD "Dream Beauty". HEI telah diakui oleh lembaga konsumen dan dibuktikan
dengan penghargaan seperti Indonesian Best Brand Award as The Most Valuable Brand
in Washing Machine Category di tahun 2006 dan 2009.
Di era Globalisasi sekarang ini diandai dengan berbagai perubahan termasuk
dalam lingkungan bisnis dan semakin banyaknya pendatang baru yang memasuki pasar.
Perubahan di era globalisasi ini memberikan dampak pada perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, prilau konsumen, keadaan ekonomi, politik , social dan faktofaktor lainnya. Semua itu menghauskan manajemen untuk dapat mempersiapkan
strategi dan rancangan pengembangan produk yang dapat memenuhi kebutuha
konsumen dengan melakukan inovasi atau mengikuti perkembangan trend saat ini.
Banyak hal yang harus dipersiapkan dalam menentukan bagaimana perusahaan
beroperasi.
Menejemen operasional menjadi sangat penting dalam suatu perusahaan karena
menurut Ferrel (2014), menejemen oprasi ialah suatu kegiatan untuk mengembangkan
dan mengatur secara administrasi seluruh kegiatan yang didalamnya menyangkut proses
merntransformasi sumber daya menjadi barang atau jasa. Terutama pada perusahaan
manufaktur dimana kualitas dan produktivitas sangant ditekankan dalam proses
oprasional perusahan tersebut setiap hari-nya.

Salah satu yang paling penting dalam proses menejemen oprasional ialah Supply
Chain Management (SCM) merupakn suatu proses yang mencakup bagaimana suatu
produk mulai dari pembelian bahan mentah, proses produksi dan proses pendistibusian
kepada konsumen. Dimana dalam kondisi sekarang ini suatu pasar dapat dipenuhi oleh
banyak pemain, terutama dalam pasar manufaktur untuk produk eletronik rumah tangga.
Hubungan antara supplier, customer, dan perusahaan itu sendiri, harus dikelola dengan
baik. Bagaimana agar supplier ikut bertanggungjawab terhadap kualitas produk,
hubungan yang baik dan jangka panjang dengan supplier dan customer, serta agar
distribusi produk dari hulu ke hilir tepat pada waktunya sampai ke pengguna akhir.
Disinilah pengelolaan perlu dilakukan. Apabila terjadi sebuah kesalahan pada distribusi
barang dan jasa akan membuat kualitas barang dan jasa menurun. Dan ini berakibat
daya saing melemah. Untuk meningkatkan distribusi barang dan jasa, serta sharing
informasi dan financial dari hulu ke hilir pada sektor industri manufaktur produk
elektronik rumah tangga, maka diperlukan pengelolaan secara komprehensif. Penerapan
dan praktek SCM untuk penyediaan barang dan jasa inilah yang sangat diperlukan bagi
sektor industri manufaktur produk elektronik rumah tangga dalam rangka meningkatkan
daya saing industri yang akan memberikan dampak pada kinerja usaha.
Ferrel (2014) menyatakan salah satu fungsi utama dalam menejemen oprasi
ialah Supply Chain Management, yang dimana menjelaskan suatu proses yang
menghubungkan dan mengintegrasikan seluruh kelompok dalam satu sistem distribusi
yang bertujuan untuk memuaskan pelanggan. Di lain sisi SCM dapat dikatakan sebagai
logistic yang didalamnya termasuk bagaimana memperoleh dan mengatur bahan mentah
dan suku cadang pendukung lainnya, mengatur barang jadi, proses pengmasan dan
pengiriman ke konsumen.
Menurut Budi Nugroho (2011) kegiatan SCM adalah pendekatan antar-fungsi
(cross functional) untuk mengatur suatu alur produksi yang dimulai dari bahan mentah
kedalam produksi dan setelah produksi menjadi barang jadi menuju konsumen akhir.

Sebagaimana suatu badan lebih fokus dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka
harus mengurangi kepemilikan mereka atas sumber material mentah dan kanal
distribusi. Fungsi ini meningkat menjadi kekurangan sumber daya ke perusahaan lain
yang terlibat dalam memuaskan permintaan konsumen, sementara mengurangi kontrol
manajemen dari logistik harian. Pengendalian lebih sedikit dan partner SCM menuju ke
pembuatan konsep SCM. Tujuan dari SCM ialah meningkatkan kepercayaan dan
kolaborasi diantara badan yang terlibat dalam proses SCM tesebut, dan meningkatkan
inventaris dalam kejelasannya dan meningkatkan percepatan inventori.
Pada prakteknya proses SCM membutuhkan dukungan dari berbagai pihak
mulai dari internal dalam hal ini seluruh manajemen puncak dan eksternal, dalam hal ini
seluruh partner yang ada. Banyaknya jenis produk dan jumlah yang tidak menentu dari
masing-masing produk membuat produsen semakin kewalahan dalam memuaskan
keinginan dari konsumen. Globalisasi membuat supply chain semakin rumit dan
kompleks karena pihak-pihak yang terlibat dalam SCM tersebut mencakup pihak-pihak
di berbagai negara yang mungkin mempunyai lokasi diberbagai pelosok dunia.
Mengapa PT Haier Electrical Appliances Indonesia?persaingan dalam bagi
sektor industri manufaktur produk elektronik rumah tangga di Indonesia termasuk salah
satu sector industry yang cukup menarik untuk ditelaah. Banyak nya persaingan dalam
sector industry tersebut dan juga perkembangan zaman yang sangat memperngaruhi
bagaimana para pemain dalam industry tersebut untuk dapat terum berkembang dengan
inovasi-inovasi baru yang bertujuan untuk memuaskan konsumen-nya. HEI telah hadir
di Indonesia sejak tahun 1970 dan tetap bertahan menjadi salah satu pemain yang kuat
dalam sektor industry produk elektronik rumah tangga. Kerasnya persaingan dalam
sektor industri ini dan banyaknya pemain-pemain baru dalam sektor industri ini tidak
membuat posisi HEI dalam sektor industri ini goyang. Bahkan yang terjadi HEI terus
dan terus berimprovisasi dengan inovasi-inovasi nya yang lebih baik. HEI sendiri tidak
hanya memiliki pasar local tetapi pasak eksport. Maka dari itu Maka dari itu perusahaan

banyak terlibat dengan pemasok lokal dan internasional bahkan juga dengan pembeli
mancanegara. Maka dari itu HEI seharusnya mempunyai rangkaian SCM yang telah
terintergrasi dengan baik. Dengan Visi dan Misi yang dimiliki oleh HEI sekarang sudah
seharusnya HEI memiliki menejeen yang telah terintergrasi dalam proses logikstiknya,
sehingga lebih mudah dalam menetapkan strategi perusahaan kedepannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami tertarik untuk memilih judul penulisan mengenai
Implementasi Supply Chain Managemenet dalam PT Haier Electrical Appliances
Indonesia.

BAB II

LANDASAN TEORI
II. LANDASAN TEORI
II.1 Manajemen Operasional
Manajemen Operasional merupakan proses pengembangan dan proses
administrasi dari seluruh kegiatan yang terlibat dalam transformasi sumber daya
menjadi barang dan jasa (O. C Ferrel et al, 2014).
Naylor (2002 dalam Angelina 2013) menyatakan manajemen operasional
berkaitan dengan kegiatan menciptakan, operasi, dan mengendalikan sistem
transformasi dengan memperoleh masukan dari berbagai sumber daya dan
menghasilkan output barang dan jasa dibutuhkan oleh pelanggan. Menjamin kualitas
dan produktivitas menjadi aspek dasar dalam manajemen operasional karena
perusahaan yang tidak bisa menjamin kualitas sesuai keinginan pelanggan dengan
menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien maka perusahaan tersebut tidak
akan bisa bertahan dalam suatu bisnis.
II. 2 Proses Transformasi
Suatu proses konversi dari input (karyawan, uang, material, energi) menjadi
output (barang, jasa, ide) (O. C Ferret et al, 2015). Mengelola elemen input menjadi
perhatian utama bagi perusahaan agar menghasilkan kualitas output yang baik. Agar
proses tranformasi terutama pengelolaan elemen input berjalan secara efektif dengan
menggunakan biaya yang serendah mungkin dan menghasilkan kualitas output yang
baik maka diperlukanya berbagai usaha pendekatan yaitu salah satunya adalah Supply
Chain Management.

II. 3 Supply Chain Management


Ling Li (2007 dalam Angelina 2013) menyatakan Suplly Chain Management
merupakan

sekumpulan

aktivitas

dan

keputusan

yang

saling

terkait

untuk

mengintegrasikan pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer dan


konsumen secara efisien. Dengan demikian barang dan jasa dapat di distribusikan dalam
jumlah, waktu dan lokasi yang tepat untuk meminimumkan biaya demi memenuhi
kebutuhan konsumen.
Secara umum penerapan konsep SCM dalam perusahaan akan memberikan
manfaat yaitu (Jebarus, 2001) :
1. Kepuasan pelanggan
Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dari aktivitas proses
produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan. Untuk menjadikan konsumen
setia, maka terlebih dahulu konsumen harus puas dengan pelayanan yang
disampaikan oleh perusahaan.
2. Meningkatkan pendapatan
Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan berarti akan
turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga produk-produk yang
dihasilkan perusahaan tidak akan terbuang percuma, karena diminati konsumen.
3. Menurunnya biaya.
Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada konsumen akhir berarti pula
mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.
4. Pemanfaatan asset semakin tinggi
Aset terutama faktor manusia akan semakin terlatih dan terampil baik dari segi
pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga manusia akan mampu memberdayakan
penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut dalam pelaksanaan SCM.

5. Peningkatan laba
Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan menjadi pengguna
produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan semakin
besar.
Manfaat langsung dari penerapan SCM bagi perusahaan adalah SCM secara
fisik dapat mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada
konsumen akhir. Manfaat ini menekankan pada fungsi produksi dan operasi dalam
sebuah perusahaan. Dalam fungsi ini dilakukan penggunaan dari seluruh sumber daya
yang dimilki dalam sebuah proses transformasi yang terkendali, untuk memberikan nilai
pada produk yang dihasilkan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan dan
mendistribusikannya kepada konsumen yang dibidik.
Menurut Lisda Rahmasari (2011) ukuran performansi Supply Chain Management,
meliputi:
1. Kualitas (tingkat kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, ketepatan pengiriman)
2. Waktu (total replenishment time, business cycle time)
3. Biaya (total delivered cost, efisiensi nilai tambah)
4. Fleksibilitas (jumlah dan spesifikasi) Supply Chain Management juga bisa diartikan
jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan ke hilir
(downstream), dalam proses yang berbeda dan menghasilkan nilai dalam bentuk
barang/jasa di tangan pelanggan terakhir (ultimate customer/end user).

II. 3.1 Purchasing


Purchasing adalah kegiatan pembelian seluruh material yang dibutuhkan dalam
organisasi (O. C Ferrel et al, 2014). Pembelian ini bertujuan untuk memperoleh item
sesuai kualitas yang diinginkan pada jumlah yang tepat dengan harga yang serendah

mungkin (efficiency) agar lebih optimal. Kegiatan pembelian (purchasing) atau sering
disebut pengadaan (procurement) memiliki beberapa metode (Baye and and Prince,
2013), diantaranya:
1. Pembelian langsung;
Metode ini memiliki bentuk kegiatan transaksi yang terjadi di mana penjual dan
pembeli sama-sama memiliki hak dan kewajiban pada saat transaksi tersebut
berlangsung.
2. Pembelian berdasarkan kontrak;
Metode ini memiliki bentuk kegiatan transaksi yang menyerupai pembelian
langsung, hal yang membedakan adalah adanya perjanjian (agreement) atau
sering disebut kontrak yang menjelaskan hak dan kewajiban bagi pembeli serta
penjual secara tertulis, dalam jangka waktu tertentu.
3. Memproduksi sendiri (vertical integration).
Metode ini memiliki bentuk kegiatan pengadaan dengan cara memproduksi
sendiri bahan baku yang dibutuhkan.
Disamping itu juga, Baye and Prince menjelaskan, bahwa setiap kegiatan pembelian
terdapat biaya ekstra yang dibutuhkan disamping harga produk yang menjadi kebutuhan
pembeli. Biaya tersebut dapat berupa:
1. Biaya transaksi, merupakan biaya yang diakui pada saat terjadinya setiap
kegiatan yang diperlukan untuk mendapatkan barang tersebut. Sebagai contoh:
biaya pencarian supplier, biaya legal, dan lain-lain, di mana biaya transaksi
tersebut dikeluarkan untuk mendapatkan barang tersebut.
2. Investasi spesialis, merupakan biaya yang dapat bersifat sunk karena sifat dari
biaya ini tidak sepenuhnya wajib dikeluarkan. Sebagai contoh: biaya pengetesan
mesin produksi.
Dan dalam upaya untuk mengoptimalisasi pengadaan barang tersebut, pembeli perlu
melakukan peninjauan mengenai sifatnya agar tepat dalam memilih metode pengadaan.

II. 3.2 Mengelola Inventory

Inventory adalah seluruh material, komponen, produk jadi maupun setengah


jadi, dan peralatan yang digunakan oleh perusahaan. Inventory terbagi dalam tiga jenis
yaitu (O. C Ferrel et al, 2014):
1. Finished good inventory, termasuk didalamnya adalah produk yang sudah siap
dipasarkan
2.Work in process inventory, terdiri dari produk setengah jadi atau yang masih
membutuhkan proses transformasi untuk menjadi produk jadi.
3. Raw material inventory, terdiri dari semua material yang telah dibeli dan akan
digunakan sebagai input untuk membuat suatu produk.
Mengelola Inventory adalah proses untuk menentukan seberapa banyak supplies
suatu barang yang harus tersedia serta memantau jumlah, tempat penyimpanan dan
siapa yang bertanggung jawab terhadap barang tersebut (O. C Ferrel et al, 2014).
Beberapa pendekatan yang digunakan untuk menentukan seberapa banyak unit
barang yang seharusnya dibeli dan kapan proses pembelian harus dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Economic Order Quantity
Mengidentifikasi jumlah optimum barang yang akan dipesan untuk meminimasi
biaya pengelolaan pemesanan, penyimpanan dan penggunannya (O. C Ferrel et al,
2014).
2. Just in Time
Teknik menggunakan jumlah material yang lebih sedikit dan sampai just in time
untuk digunakan pada proses tranformasi, oleh karena itu membutuhkan
penyimpanan yang sedikit dan mengurangi biaya inventory (O. C Ferrel et al, 2014).
3. Material Requiremnet Planning

Sistem perencanaan penjadwalkan jumlah material untuk membuat suatu produk


secara presisi. Hal pertama yang harus dketahui sebelum menentukan penjadwalan
adalah mengetahui seberapa banyak produk jadi yang akan dibuat, kemudian akan
dilihat bill of material dari produk tersebut. Bill of material adalah list seluruh
material yang dibutuhkan untuk membuat barang, kemudian dilihat apakah ada di
inventory atau tidak, apabila tdak ada maka dijadwalkan pemesanan dengan jumlah
yang sesuai yang tertera pada bill of material (O. C Ferrel et al, 2014).

II. 3.3 Outsourcing


Pemakaian tenanga kerja dengan menggunakan jasa perusahaan lain untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan disuatu perusahaan pengguna jasa outsourcing yang
bertujuan agar produk lebih efisien, biaya rendah, dan menghasilkan kepuasan
pelanggan (O. C Ferrel et al, 2014).
II. 3.4 Routing and Scheduling
Routing adalah urutan pengerjaan dari proses produksi (O. C Ferrel et al, 2014).
Setelah memiliki urutan, maka pekerjaan tersebut bisa dijadwlakan. Scheduling
adalah pengerjaan suatu tugas kepada departemen, mesin, pekerja atau team (O. C
Ferrel et al, 2014).

BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengadaan
Sepeti yang telah dijelaskan pada landasan teori, menurut Ferrell (2014) Pembelian
ialah peroses pembelian segala material yang dibutuhkan oleh organisasi untuk
membantu proses produksinya. Sehingga dalam suatu organisasi terutama sektor
industry manufaktur mereka akam memiliki department khusus untuk pengadaaan.
Produksi atas barang jadi yang dilakukan oleh HEI dilakukan berdasarkan
production base order. Segala produksi yang HEI didasarkan pada order yang diterima
baik oleh pihak distributor (PT Haier Sales Indonesia), pihak berelasi dan konsumen
pihak ke-3. Yang memiliki tanggung jawab atas order tersebut ialah bagian Sales
Department, dimana Sales Department akan memberikan forecast atas produksi yang
akan dilakukan oleh pihak Production Deprtment.
Dalam HEI mereka memiliki Purchasing Department, yang tugasnya melakukan
pengadaan atas bahan mentah yang dibutuhkan dalam proses produksi yang berjalan
sehari-harinya. Purchasing Department memiliki tanggung jawab untuk mengontrol
seluruh persediaan bahan mentah yang dibutuhkan oleh Production Department dalam
menyiapkan segala material bahan mentah untuk produksi. Purchasing Department pun
terintergarasi dengan Warehousing Department, untuk melihat dan mengontrol
persedian bahan mentah digudang apakah dapat memenuhi kebutuhan produksi atau
apakah Purchasing Department harus melakukan pembelian selanjutnya.
Alur proses pengadaan dalam HEI dapat dijelaskan dalam point-point berikut:

Persiapan Produksi
Bertujuan untuk menjamin pelaksanaan prosuksi sesuai dengan forecast yang
dibuat oleh Business Planning (Sales Department) selanjutnya menjadi Schedule
Produksi yang dibuat oleh Admin. Produksi (Production Department).
o Penerimaan Production Schedule
Bagian Production department akan menerima forecast dari bagian Sales
Department.

o Penelaahan Production Schedule


Setelah mendapatkan forecast seluruh section menager dalam Production
Departmetn akan melaksanakan penelaahan untuk memastikan kesiapan
produksi yang menjadi fokur penelaahan ialah:
1. Jadwal pengiriman
2. Stock produksi yang ada
3. Ketersediaan material yang ada
4. Jumlah Sumber Daya manusia yang dibutuhkan
5. Jumlah Waktu yang dibutuhkan
6. Mesin dan perangkat pendukung
Setelah itu Manager Production Department akan meriview hasil
penelaahan nya tersebut dan melanjutkan ke Admin Production.
o Pembuatan Rencana/Schedule Produksi
Production Schedule merupakan breakdown dari forecast yang telah
ditelaah, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan di lapangan.
o Distribusi Rencana/Schedule Produksi
Hari Rencana produksi tersebut didistribusikan kedalam masing-masing
section area.
o Persiapan Sumber Daya & Material
Perisapan yang dilakukan oleh bagian Produksi dalam persiapan Sumber
Daya dan Material ialah sebagai berikut:
1. Persiapan Sumber Daya Manusia
Bagian produksi akan mengkonfirmasikan kebutuhan karyawan
ke Human Resource Department untuk menyiapkan karyawan
berdasarkan:
a. Sistem kerja Shift Normal (1 Shift 8 jam)
b. Sistem kerja Long Shift (1 Shift 12 jam, terdapat
penambahan jam kerja dari waktu normal)
2. Persiapan Kebutuhan Utilitas
Kebutuhan utilitas digunakan untuk pelaksanaan produksi
disupply oleh bagian Production Egineering Section .
3. Persiapan Material

Bagian produksi mempersiapkan kebutuhan material sesuai


dengan Production Schedule yang telah dibuat. Bagian produksi
akan berkoordinasi dengan bagian Purchasing Department dan
Warehouse

Department

untuk

melihat

dan

mengontrol

ketersediaan material bahan mentah yang ada. Apakah perlu ada


penambahan atau tidak diperlukan.
o Review Persiapan
Meriview semua kesiapan dari masing-masing section dalam masing
masing department.

Pemilihan Vendor
Jika didapati dalam proses produksi diperlukan adanya penambahan material
bahan mentah untuk produksi, atas laporan dari Warehouse Department dan
Purchasing Department. Maka Purchasing Department akan melakukan
persiapan dalam proses purchase order, Purchasing Department akan melihat
dalam sistem mereka Sanyo Overseas Purchasning Inventory System (System)
atas ketersedian Vendor dalam sistem tersebut. Bila vendor telah ter-record
dalam SOPIS maka Purchasing Department akan langsung melakukan oder atas
pembelian tersebut. Bila didapati ternyata Vendor yang dituju tidak ada dan
perlu melakukan kerjasama atas vendor baru maka proses yang dilakukan ialah:
o Persiapan Pemilihan Calon Vendor
Purchasing Department akan menentukan barang apa yang akan dibeli
dengan spesifikasinya dan akan mengngumpulkan segala informasi atas
calon-calon vendor atas barang yang diinginkan tersebut.
o Pemilihan Calon Vendor
1. Kebijakan Pemilihan Calon Vendor
Mengutamakan calon vendor local, yaitu perusahaan yang

berdomisili di Indonesia.
Calon Vendor yang akan diajukan harus memiliki pabrik
sendir atau minimal distributor resmi atas produk tersebut

Calon Vendor yang diajukan harus memiliki approval dari

Manager Purchasing Department.


2. Kriteria Terhadap Calon Vendor
Mutu
a) Harus mempunyai spesifikasi dan standar mutu
b) Harus dapat membuat produk sesuai dengan syarat
yang diberikan HEI
c) Harus memiliki flow chart produksi
d) Terlah di verifikasi oleh Quality

Control

Department
e) Maenjamin atas kualitas produknya, bila tidak
sesuai

akan

pembelian
f) Menjamin

dilakuakan
produk

pengembalian

uyang

disuply

atas
tidak

mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya


terhadap

lingkungan

(Sesuai

standar

yangditerbitkan oleh QC Department)


Harga
a) Mengutamakan penawaran harga yang terperinci
dari vendor.
b) Harga produk yang ditawarkan oleh calon vendor
harus lebih rendah dari harga vendor yang telah
ada di AVL.
c) Menyetujui syarat pembayaran yang ditetaplkan

oleh HEI
Jangka Waktu Pengiriman
HEI memiliki jangka waktu pengriman yang harus dapat

disanggupi oleh vendor.


o Penginputan Data Vendor Baru
Calon vendor yang telah lulus seleksi dan disetujui menjadi vendor
diinput ke dalam data base SOPIS dan AVL (Approved Vendor List)
o Penginputan Data Barang/Material Terkait

Purchasing Department akan melakukan input atas material terkait


kedalam data barang baru dengan data yang didasarkan atas calon vendor
yang ada kedalam SOPIS
o Peingputan Harga Barang
Purchasing Department akan melakukan input atas harga material terkait
kedalam data barang baru dengan data yang didasarkan atas calon vendor
yang ada kedalam SOPIS
o Pengendalian Gambar Material dan Part
Purchasing Department akan mengirimkan Gambar dan spesifikasi atas
material yang dibutuhkan kepada vendor. Dan penarikan kembail gambar
tersebut dengan gambar yang dimiliki oleh vendor sebagai salah satu
pengendalian atas kualitas produk yang akan beli nanti-nya
o Pembuatan Kontak Pembelian
Kontrak kerja pembelian (Perjanjian Pembelian) adalah suatu perajanjian
untuk melakukan transaksi bisnis antara pihak HEI dengan vendor yang
telah disetujui dalam hal pengadaan material, part dan bahan baku untuk
proses produksi di HEI, dan akan diperbarui setiap tahunnya.
o Kontrak Kerja Pembelian
Kontrak kerja pembelian akan dibuat dan di-approved oleh QC
department

Pembelian
o Permintaan Pembelian
Purchasing Department menerima informasi atau permintaan pembelian
dari:
1. Business Planning Department berupa forecast 2 sampai 3 bulan
kedepan
2. Seksi pemohon berupa Requisition Slip untuk bahan pembantu,
material dan part yang digunakan
o Cek AVL & Data
Purchasing Department melakukan pengecekan keberadaan vendor di
AVL. Jika vendor dimaksud belum terdapat dalam AVL, maka dilakukan

pencarian vendor baru (sesuai dengan prosedur Pemilihan Calon


Vendor). Jika vendor telah terdapat dalam AVL maka dilakukan.
o Pembuatan PO (Purchase Order)
Pembuatan PO terbagi dalam 3 macam, yaitu:
1. Pembuatan PO Material dan Part
2. Pembuatan PO Bahan Pembantu
3. Pembuatan PO, Part Untuk Sample dan Recycle
o Mengirimkan PO
PO yang telah disetujui oleh Meneger Section akan dikirimkan ke
Vendor dan melakukan konfirmasi oleh Purchasing Department
o Menerima Barang
Purchasing Department dalam menerima barang dari vendor dan
melakukan pengecekan dokumen, apakah daftr barang yangdikirimkan
sesui dengan yang diinginkan seperti di PO.
Untuk Vendor local dokumen yang akan diperiksa ialah surat jalan dan
check
Sedangkan untuk vendor yang berasal dari luar negri (Eksport),
dokumennya berupa summary of shipment (invoice dan Packing List).
Setelah itu Purchasing Department akan melanjutkan ke Warehouse
Department.
o Menerima Dokumen Penagihan
Purchasing Department akan menerima dokumen penagihan dari vendor
bersamaan dengan penerimaan dokumen seluruh pengiriman barang dari
vendor.
o Laporan
Purchasing Department akan membuat laporan bulanan berupa Summary
of Receiving
o Evaluasi
Manager Purchasing Department akan mengevaluasi kegiatan yang
dilakukan di dalam kegiatan pembelian.
o Meeting
Meeting akan dilaksanakan sebagai sarana komunikasi dan koordinasi
terhadap kegiatan yang dilakukan di dalam seksi maupun keseluruhan
Purchasing Department.

Evaluasi dan Verivikasi Vendor


o Penerimaan Laporan
Laporan yang digunakan dalam aktivitas evaluasi dan verifikasi vendor
berdasarkan laporan dari QC Department. Berupa laporan mencakup
ketepatan waktu dan tanggapan yang diberikan oleh vendor atas barang
yang bermasalah
o Evaluasi Vendor
Purchasing Department melakukan evaluasi vendor berdasarkan
parameter evaluasi vendor setiap 1 (satu) tahun sekali berdasarkan
informasi QC Department terhadap beberapa vendor yang bermasalah
dan dilakukan pada saat audit internal ke Vendor, sedangkan untuk
Vendor yang idak bermasalah dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali
o Verivikasi Vendor
Merupakan aktivitas pembuktian kesesuaian barang yang dipesan, yaitu
dengan cara kunjungan langsung ke vendor atas persetujuan Meneger
Seksi (instruksi Manajemen).
o Pelaporan
Purchasing Department membuat laporan dan menyerahkan kepada
Manager seksi terkait atas hasil evalluasi dan verifikasi vendor untuk
diperiksa dan ditandatangani. Dan seluruh hasil laporan tersebut akan
dijadikan dokumen pendukung vendor
o Keputusan
Dari seluruh prosedur yang terdapat dalam Evaluasi dan Verivikasi
Vendor, Manager dari setiap Department terkait akan memberikan
keputusan atas penilaian dari vendor yang menjadi obyek evaluasi dan

verivikasi.
Pengiriman Barang Logistik
Setelah semua proses produksi berjalan maka PT Haier melakukan pengiriman
barang logistik sesuai dengan permintaan pelanggan baik itu untuk tujuan ekspor
maupun domestik.
o Penerimaan Schedule

Bagian logistik menerima permohonan pengiriman barang dari pihak


HSI (Haier Sales Indonesia), Exim dan Sales & Service melalui berupa
Schedule Pengiriman.
o Pemeriksaan Schedule
Memastikan bahwa barang yang akan dikirimkan ada stock di gudang
dan barang tersebut sudah dinyatakan OK oleh QC dengan
diterbitkannya Shipping Approval, bila belum OK maka logistik akan
menginformasikan ke pihak terkait.
o Loading
Proses memuat barang ke truck atau container sesuai IK, Inspetor
melakukan pengecekan fisik, model, warna, nomor seri sesuai schedule.
o Pembuatan Dokumen dan Rekap Out Barang
Bagian Logistik menerima form check sheet barang yang telah selesai
dimuat dan menginput data barang keluar sesuai check sheet ke system
e-logistic, lalu mengeluarkan Do (Delivery order), DR (Delivery
Receipt)/ SJ (Surat Jalan). Barang yang sudah keluar diinput kembali ke
data actual pengiriman barang.
o Pemeriksaan Dokumen
Supervisor seksi logistik memastikan check sheet sesuai dokumen DO,
DR dan SJ, lalu mengesahkan dokumen yang telah OK.
o Penyerahan Dokumen
HSI/Exim/Logistik menyerahkan dokumen ke driver dan barang yang
keluar sudah sesuai dengan schedule.
o Driver
Driver HEI menerima kembali dokumen setelah selesai pembongkaran
barang ke konsumen sebagai tanda bukti barang sudah diterima oleh
pihak konsumen.
2. Outsourcing
Seperti yang dijelaskan pada landasan teori mengenai outsourcing yang
merupakan pemakaian tenaga kerja operator/buruh yang diperoleh dari
perusahaan penyedia jasa tenaga kerja tersebut.

Berbeda dengan HEI yang tidak menggunakan perusahaan ketiga untuk


buruh mereka, tetapi mereka menghendel buruh mereka sendiri dengan status
sebagai karyawan kontrak. Mereka memiliki strategi sendiri dalam urusan buruh
karywan dengan meng-hire mereka dibawah menejemen HEI yang sifatnya
Kontrak. Selain itu HEI juga memberikan pelatihan kepada buruh mereka
seperti orientasi dan beberpa pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaan
operator tersebut.
HEI tidak menggunakan jasa pihak ketiga (jasa outsourcing) karena
mereka menganggap bahwa terdapat berbagai kerugian bila menggunakan jasa
dari pihak outsourcing, seperti terlihat pada penjelasan berikut:
1.
Kehilangan kontrol manajerial
Kontrol manajerial akan menjadi milik perusahaan lain karena
perusahan

pengguna

outsourcing

tidak

akan

mendorong

perusahaan melainkan didorong untuk membuat keuntungan dari


2.

layanan yang mereka sediakan.


Adanya biaya tersembunyi
Biaya tersembunyi dan masalah hukum mungkin timbul jika s

3.

yarat dan ketentuan outsourcing tidak jelas.


Ancaman keamanan dan kerahasian
Salah satu kelemahan terbesar dari outsource adalah kurang
terjaminnya kerahasiaan dan keamanan data. Dengan adanya
keterlibatan dari perusahaan lain dalam aktivitas perusahaan akan
sangat memungkinkan terjadinya kebocoran data perusahaan
karena secara tidak langsung perusahaan penyedia jasa tersebut
mengetahui informasi dalam suatu perusahaan tersebut (HEI)

4.

Kualitas
Masalah kualitas juga akan timbul apabila perusahaan penyedia
jasa outsourcing tidak profesional, sehingga akan menghasilkan
tenaga kerja yang tidak kompeten.

5.

Terkait kesejahteraan keuangan perusahaan lain

Apabila perusahaan penyedia outsourcing bangkrut maka akan


berdampak pula pada perusahaan HEI.
3. Routing and Scheduling
Selain pendekatan melalui pengelolaan pembelian, persediaan, logistik, dan
outsourcing, HEI juga sangat memperhatikan pada urutan produksi (Routing)
dan penjadwalan produksi (Scheduling).
Sebelum melaksanakan produksi, Manager adm & produksi mebuat urutan
produksi, yang mengacu pada spect produksi dan material apa saja yang akan
digunakan, dapat dilihat pada flowchart berikut:
Setelah mengetahui urutan produksi, selanjutnya bagian produksi mengatur
penjadwalan dengan memperhatikan lead time masing-masing proses sebelum
assembly

Dapat dilihat dari dari prosedur diatas, HEI telah mengimplimentasikan prosedur
pengadaan dengan baik dan terintergrasi. Pengadaan yang merupakan tanggung jawab
dari Purchasing Department dalam HEI merupakan tonggak utama dalam proses
produksi yang dilakukan oleh HEI.
Sesuai dengan teri SCM yang dijelaskan Ferrell (2014), yang menyatakan bawa
SCM merupakn proses yang yang menghubunkan dan mengintergrasikan kelompokkelompok yang terkait dalam suatu proses distirbusi. HEI megimplementasikan dengan
baik, dimana HEI sebelum melakukan kerjasam dengan vendor yang menjadi pemasok
material bahan baku untuk factor produksinya HEI akan melakukan proses pemilihan
vendor dengan terperinci agar barang yang didapat sebagai material bahan baku

nantinya merupakan material yang berkualitas dan kuantitas yang diminta oleh HEI
dapat selalu terpenuhi tanpa kendala yang rumit.
HEI berusaha untuk terus menjalin komunikasi yang baik dan terintergrasi dengan
para vendor mereka, dimana HEI telah mengimplementasikan sistem khusus dalam
prosedur pengadaan-nya yaitu SOPIS dan AVL. Setiap tahun-nya berdasarkan Evaluasi
dan Verivikasi atas vendor yang terkait HEI selalu memperbarui kontrak kerja yang
disepakati oleh kedua belah pihak, agar dalam perjalannya proses logistic tetap berjalan
dengan baik dan aman dibawa payung hokum yang telah disetujui oleh kedua belah
pihak.

Daftar Pustaka

Farrerll, O.C, Geoffrey Hirt, Linda Ferrell, 2014, Businesss A Changing World, Ninth
Edition, McGraw-Hill International Edition, New York.
Nugroho, Budi, 2011, Supplay Chain Management (SCM) di Pusat Dokumentasi dan
Informasi Ilmiah LIPI, LIPI, Jakarta.
Www.pdii.lipi.go.id, Diakses pada tanggal 2 Maret 2015
Baye, Michael R, Jeffry T. Prince, 2013, Managerial Economics and Business
Strategy, Global Edition, McGraw-Hill International Edition, New York.

Anda mungkin juga menyukai