Laporan Praktikum Fisiologi
Laporan Praktikum Fisiologi
NIM
Yunistin Ambeuwa
102010269
Edwin kembaw
102011041
Nathania Hosea
102011054
Tammy Vania
102011123
102011183
Samsu Buntoro
102011194
102011201
Lakwari Agthaturi
102011331
Tanda Tangan
5. Bukalah saputangan (buka mata) dan suruhlah orang percobaan melihat jauh ke depan.
6. Perhatikan adanya nistagmus.Tetapkan arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut.
Apa yang dimaksud dengan rotatory nystagmus dan postrotatory nystagmus ?
b.Tes Penyimpangan Penunjukkan(Past Pointing Test of Barany)
1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan
saputangan.
2. Pemeriksa berdiri tepat di muka kursi Barany sambil mengulurkan tangan kirinya kearah
orang percobaan.
3. Suruhlah orang percobaan meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga dapat menyentuh
jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnva.
4. Suruhlah orang percobaan mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat
menurunkannya kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi.Tindakan no.1 s/d 4
merupakaan pesiapan untuk tes yang sesungguhnya sebagai berikut:
5. Suruhlah sekarang orang percobaan dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi,
menundukkan kepala 300 ke depan.
6. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.
7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba,suruhlah orang percobaan
menegakkan kepalanya dan melakukan tes penyimpangan penunjukan seperti di atas.
8. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukan oleh orang percobaan. Bila terjadi
penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskanlah tes tersebut sampai
orang percobaan tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.
c.Tes Jatuh
1. Suruhlah orang percobaan duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat
tangan kursi. Tutuplah kedua matanya dengan saputangan dan bungkukkan kepala dan
badannya sehingga posisi kepala membentuk sudut 1200 dari posisi normal.
2. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 10 detik secara teratur dan tanpa sentakan.
3. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba, suruhlah orang percobaan
menegakkan kembali kepala dan badannya.
4. Perhatikan ke mana dia akan jatuh dan tanyakan kepada orang percobaan ke mana rasanya ia
akan jatuh.
5. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada orang percobaan lain dengan :
a. Memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring 900 terhadap posisi normal.
b. Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 600.
6. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolimfe pada kanalis
semisirkularis yang terangsang.
d. Kesan (Sensasi)
1. Gunakan orang percobaan yang lain.Suruhlah orang percobaan duduk di kursi Barany dan
tutuplah kedua matanya dengan saputangan.
2. Putarlah kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan
kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara berangsur-angsur pula sampai berhenti.
3. Tanyakan kepada orang percobaan arah perasaan berputar :
a. sewaktu kecepatan putar masih bertambah.
b. sewaktu kecepatan putar menetap.
c. sewaktu kecepatan putar dikurangi.
d. segera setelah kursi dihentikan.
4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan oleh
orang percobaan.
C. Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis
1. Suruhlah orang percobaan, dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 300, berputar sambil
berpegangan pada tongkat atau statif menurut arah jarum jam, sebanyak 10 kali dalam 30
detik.
2. Suruhlah orang percobaan berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka.
3. Perhatikan apa yang terjadi.
4.Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawamam dengan arah jarum jam.
IV.Hasil Pengamatan
1.Hasil Percobaan A:
Perlakuan
Jalan lurus ke depan
Jalan lurus ke depan dengan mata tertutup
Jalan lurus ke depan dengan kepala
Hasil
Berjalan lurus
Berjalan sedikit miring ke kiri
Berjalan lurus
Berjalan lurus
akan bergerak ke kiri atau ke arah anterior.Saat kursi dihentikan, endolimfe dan kupula akan
bergerak ke arah sebaliknya,yaitu ke posterior sehingga orang percobaan akan merasa jatuh ke
belakang.4
Saat orang percobaan diputar dengan kepala menengadah ke belakang membentuk sudut
600, kanalis semisirkularis lateral berada pada posisi horizontal. Saat kursi mulai
diputar,endolimfe akan bergerak ke arah kiri dan ketika putaran dihentikan,endolimfe bergerak
ke arah sebaliknya sehingga orang percobaan jatuh ke kiri.4
Kesimpulannya adalah kanalis semisirkularis memiliki masing2 sensasi arah jatuh yang berbeda
tergantung arah dan sudut yang dilakukan.
5.Percobaan B(d)
Endolimfe, karena kelembamamnya, akan bergeser ke arah yang berlawanan terhadap
arah rotasi.Jika telah tercapai kecepatan konstan, cairan berputar dengan kecepatan yang sama
dengan tubuh dan posisi kupula kembali tegak.Apabila rotasi dihentikan,perlambatan akan
menyebabkan pergeseran endolimfe searah dengan rotasi, dan kupula mengalami perubahan
bentuk dalam arah yang berlawanan dengan arah percepatan.4
Kesimpulannya adalah sensasi saat diputar dengan cepat dan konstan sama karena cairan
endolimfe masih menyusul arah perputaran sedangkan saat diperlambat dan dihentikan,
endolimfe masih bergerak namun dalam arah yang berlawanan.
6.Percobaan C
Oleh karena endolimfe bergerak lebih lambat dari pergerakan putaran yang dilakukan
namun bersifat menyusul,jadi ketika penghentian putaran,endolimfe masih mengikuti perputaran
tersebut.Hal inilah yang menyebabkan setelah perputaran dihentikan,orang percobaan masih
merasakan gerakan perputaran tersebut dengan arah yang sama.2
Kesimpulannya adalah gerak jalan miring ke kiri maupun ke kanan pada orang percobaan
disebabkan cairan endolimfe masih bergerak mengikut arah perputaran yang dilakukan
sebelumnya.
Laporan Praktikum
Pemeriksaan Pendengaran
A. Tes Pendengaran
Alat :
1. Penala dengan berbagai frekuensi
2. Kapas untuk menyumbat telinga
Ketika dites kembali dengan perlakuan lateralisasi buatan, orang percobaan mengalami
lateralisasi, yaitu telinga yang ditutup dengan kapas lebih jelas mendengar dengungan
bunyi penala tersebut.
Bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa) masih dapat didengar
oleh orang percobaan, hasil pemeriksaan ialah Schwabach Memanjang.
Bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa) tidak dapat didengar
oleh orang percobaan, hasil pemeriksaan ialah Schwabach Normal.
Orang percobaan sudah tidak mendengar bunyi dengungan, tetapi pemeriksa masih dapat
mendengar meskipun bunyinya kecil. Jadi, hasil pemeriksaan orang percobaan ialah
Schwabach Memendek.
B. Pembahasan
Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran melalui udara dan
melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni.Secara fisiologis, telinga
dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz.Untuk pendengaran sehari-hari yang paling
efektif antara 5002000 Hz.Oleh karena itu, untuk memeriksa pendengaran dipakai garpu tala
512, 1024, dan 2048 Hz.Penggunaan ketiga garpu tala ini penting untuk pemeriksaan secara
kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini terganggu, penderita akan sadar adanya gangguan
pendengaran. Bila tidak mungkin menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil 512 Hz
karena penggunaan garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya.5
Ketiga tes yang dilakukan di atas tersebut memiliki tujuan yang berbeda.Tes Rinne
adalah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantara melalui tulang pada telinga
yang diperiksa.Tes Weber adalah tes pendengaran untuk membandingkan hantara tulang telinga
kiri dengan telinga kanan.Tes Swachbach adalah tes untuk membandingkan hantaran tulang
orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.5
Tes Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan
hantaran udara pada satu telinga pasien.
Ada dua macam tes Rinne , yaitu:5,6
a. Penala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus
pada processus mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah
pasien tidak mendengar bunyinya, segera penala kita pindahkan didepan meatus
akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat
mendengarnya. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien tidak dapat
mendengarnya
b. Penala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara
tegak lurus pada processus mastoid pasien. Segera pindahkan penaladidepan
meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi
garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada di belakang
meatus akustikus eksternus (processus mastoideus). Tes Rinne positif jika pasien
mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes Rinne
negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah.
Ada tiga interpretasi dari hasil tes rinne:5,6
1) Normal : tes Rinne positif
2) Tuli konduksi: tes Rinne negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih
lama)
3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :
a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.
b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)
c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada
posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mulamula timbul.
Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun
pasien.Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan penala tidak tegak lurus, tangkai penala
mengenai rambut pasien dan kaki penala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan
lemak processus mastoideus pasien tebal.6,7
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak
mendengar bunyi penala saat kita menempatkan garputala di processus mastoid pasien.
Akibatnya, getaran kedua kaki penala sudah berhenti saat kita memindahkan penala ke depan
meatus akustikus eksternus.6,7
Tes Weber
Tujuan melakukan tes Weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua
telinga pasien.Cara melakukan tes Weber yaitu membunyikan penala 512 Hz lalu tangkainya kita
letakkan tegak lurus pada garis horizontal.Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau
mendengar lebih keras.Jika telinga pasien mendengar lebih keras satu telinga maka terjadi
lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua telinga pasien sama-sama tidak mendengar atau
sama-sama mendengar maka berarti tidak ada lateralisasi.6,7
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan
terdengar diseluruh bagian kepala. Interpretasi:6,7
a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut
lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama
kerasnya.
b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:
Tes Swachbach
Tujuan dari tes Swachbach adalah untuk membandingkan daya hantar melalui processus
mastoid antara pemeriksa (normal) dengan orang yang diperiksa.Cara melakukan tes Schwabach
yaitu membunyikan penala 512 Hz lalu meletakkannya tegak lurus pada processus mastoideus
pemeriksa.Setelah bunyinya tidak terdengar oleh pemeriksa, segera penala tersebut kita
pindahkan dan letakkan tegak lurus pada processus mastoideus pasien.Apabila pasien masih bisa
mendengar bunyinya berarti Schwabach memanjang. Sebaliknya jika pasien juga sudah tidak
bisa mendengar bunyinya berarti Schwabachmemendek atau normal.6,7
Cara kita memilih apakah Schwabach memendek atau normal yaitu mengulangi tes
Schwabach secara terbalik.Pertama-tama kita membunyikan penala 512 Hz lalu meletakkannya
tegak lurus pada processus mastoideus pasien.Setelah pasien tidak mendengarnya, segera penala
kita pindahkan tegak lurus pada processus mastoideus pemeriksa.Jika pemeriksa juga sudah tidak
bisa mendengar bunyinya berarti Schwabach normal. Sebaliknya jika pemeriksa masih bisa
mendengar bunyinya berarti Schwabach memendek.6,7
Ada 3 interpretasi dari hasil tes Schwabach yang kita lakukan, yaitu:7
1. Normal, Schwabach normal
2. Tuli konduktif, Schwabach memanjang.
3. Tuli perseptif, Schwabach memendek.
Kesalahan pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi. Misalnya tangkai penala
tidak berdiri dengan baik, kaki penala tersentuh, atau pasien lambat memberikan isyarat tentang
hilangnya bunyi.7
Daftar Pustaka
1.Diambil dari
http://physio.esaunggul.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=
115:keseimbangan&catid=93:fisioterapi-neuromuskular&Itemid=80 pada 00.23 April 13,2012.
2.Ganong WF.Buku ajar fisiologi kedokteran.22th ed.Jakarta:EGC;2008.h.180-92.
3.Diambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/Nystagmus pada 1.06 April 13,2012.
4.Sherwood L.Fisiologi manusia:dari sel ke sistem.5th ed.Jakarta:EGC;2004.h.214-24.
5.Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung,
tenggorok, kepala, dan leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Indonesia; 2007.
6.Diambil dari http://pemeriksaantespendengaran.blogspot.com/ pada 19.45 14 April 2012.
7.Diambil dari http://hennykartika.wordpress.com/2007/12/29/tes-pendengaran/ pada 20.01 14
April 2012.