PENULIS
Senida Ayu Rahmadika
030.09.230
PEMBIMBING
dr. Dwi Adang Sp. B
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Mahasiswa
NIM
: 030.09.230
Bagian
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan
perbandingan 2 : 1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan
dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar.
Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah. Hernia,
atau sering kita kenal dengan istilah Turun Bero, merupakan penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Kita ambil contoh
hernia abdomen (perut). Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik (lapisan otot) dinding perut.
Hernia terdiri atas jaringan lunak, kantong, dan isi hernia.Tujuh puluh lima persen dari
seluruh hernia abdominal terjadi diinguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus
(pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis
medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum
(buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis
BAB II
LAPORAN KASUS
Status Pasien
I.
IDENTITAS
Nama
: Tn. S
: 55 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Karyawan
Agama
: Islam
Suku
: Betawi
Status
: Menikah
Asuransi
:-
Masuk RS
: 9 November 2015
II.
KELUHAN UTAMA
OS mengaku benjolan pertama kali muncul di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu,kemudian
lama kelamaan benjolan berpindah ke buah zakar kanan.Awalnya benjolan hilang timbul , tetapi
seminggu sebelum masuk rumah sakit benjolan tidak bisa hilang dengan istirahat.OS
menyangkal adanya keluhan demam, mual,muntah,nyeri pada daerah benjolan, perut kembung.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Status gizi
Tanda vital
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 36,7oC
Pernafasan
: 20 x/menit
Status generalis
1. Kulit
Warna
Lesi
: tidak terdapat lesi primer seperti macula, papul vesikuler, pustule maupun lesi
sekunder seperti jaringan parut atau keloid pada bagin tubuh yang lain.
Rambut
Turgor
: baik
: ekspresif
Simetris wajah
: simetris
Pembuluh darah
Deformitas
3. Mata
Bentuk
Palpebra
Gerakan
: tidak ikterik
Pupil
: bulat, didapatkan isokor, diameter 4 mm, reflex cahaya langsung positif pada
mata kanan dan kiri, reflex cahaya tidak langsung positispada mata kanan dan
kiri
: normotia
Liang telinga
: lapang
Serumen
5. Hidung
Bagian luar
Septum
Mukosa hidung
Cavum nasi
Gigi-geligi
: hygiene baik
Mukosa mulut
Lidah
Tonsil
Faring
7. Leher
Bendungan vena : tidak ada bendungan vena
Kelenjar tiroid
Trakea
: di tengah
Aksila
Inguinal
9. Thorax
Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat statis dan dinamis
Palpasi : gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithorax
Perkusi : sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada sela iga VI pada linea
midklavikularis dextra, dengan peranjakan 2 jari pemeriksa, batas paru-lambung
pada sela iga ke VIII pada linea axilatis anterior sinistra.
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun wheezing pada kedua
lapang paru
Jantung
Inspkesi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea midklavikularis sinistra
Perkusi :
Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V , 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistra
Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar murmur maupun gallop
10. Abdomen
Inspeksi
: abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut, striae dan kelainan kulit,
tidak terdpat pelebaran vena
Palpasi
: teraba supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, maupun nyeri
lepas, pada pemeriksaan ballottement didapatkan hasil negative
Perkusi
: timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri ketok CVA, ballotment
(-)
Inspeksi
Palpasi
IV.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Hasil
15.7 g/dl
47 %
5,41 juta / L
5.800 /L
277.000 /mm3
2 menit 30 detik
11 menit 30 detik
94 mg%
Nilai normal
14 18 g/dl
43 51 %
4,5 5,5 juta / L
5000 10000 /L
150.000 400.000 /mm3
1 5 menit
1 16 menit
< 200 mg%
RESUME
Pasien Tn.AB, usia 55 tahun, OS datang dengan keluhan ada benjolan di buah zakar kanan sejak
kurang lebih 3 tahun sebelum masuk rumah sakit. Benjolan berbentuk bulat, dengan permukaan
yang rata dan warna sama seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter
7 cm. Permukaan benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan. Menurut
OS ukuran benjolan berubah-ubah, jika OS sedang batuk atau mengedan, maka benjolan akan
keluar dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya, dan bila OS sedang berbaring, maka
ukuran benjolan mengecil. Kadang OS juga merasakan nyeri di daerah bagian perut kiri atas dan
keluhan mereda jika benjolan turun ke buah zakar. Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
OS mengeluhkan terkadang sulit buang air besar sehingga harus mengedan, tetapi keluhan sulit
BAB tersebut tidak berlangsung lama. OS juga mengeluh benjolan sudah tidak dapat masuk
kembali. Pada pemeriksaan fisik Inspeksi, terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan
ukuran 7 x 5 x 3 cm di daerah skrotum dextra, berwarna seperti warna kulit disekitarnya dan
tidak terdapat tanda-tanda radang. Palpasi, teraba massa di daerah skrotum dextra dengan ukuran
7 x 5 x 3 cm, permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, fluktuasi (-), testis tidak teraba.
Hasil laboratorium didapatkan Hb 14.3 g/dl, Ht 42 %, Eritrosit 4,98 juta / L, Leukosit 7.400
/L, Trombosit 309.000 /mm3, Bleeding time1 menit 30 detik, Clotting time 11 menit, Gula darah
sewaktu 143 mg%.
VI.
DIAGNOSA KERJA
VII.
Pra bedah
Pasca bedah
DIAGNOSA BANDING
Diagnosis banding pada pasien ini adalah hidrokel dan tumor testis kanan.
VIII.
PENATALAKSANAAN
1.
Beri infuse RL
Obat :
IX.
XI
PROGNOSIS
Ad vitam
: Ad bonam
Ad sanationam
: Dubia ad bonam
Ad fungsionam
: Ad bonam
FOLLOW UP
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
kantong dan isi hernia
Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau kerusakan n.
illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah appendiktomi
B. Hernia Inguinalis
Anatomi Regio Inguinalis
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar
melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan bila cukup panjang
keluar di annulus inguinalis eksternus. Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum
dan disebut hernia skrotalis. Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial
terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1
Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol langsung
ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi ligamentum inguinal di
inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar
segitiga hasselbach ini dibentuk oleh fascial transversal yang diperkuat oleh aponeurosis
m. transverses abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna, sehingga potensial untuk
menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui kanalis umumnya tidak
mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung longgar.1
Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang
didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada
lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis eksternus pada
pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya
dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali
kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa
dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa
mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1,3,4,5
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia inguinalis.
Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. oblikus internus yang
menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia transversa yang menutup
trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini
bisa menyebabkan terjadinya hernia.1
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut.1,3
Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik, mengedan
saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau konstipasi), ascites,
obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului hernia inguinalis.1,6
Patofisiologi
Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot dinding perut berkontraksi, kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di
dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia dapat membentuk pintu
masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar. Sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan pula factor yang dapat mendorong isi
hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. 1,7
Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan terjadi jepitan
yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi
bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan
transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin
hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. 1
Gejala Klinis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul
pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang waktu berbaring.
Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau
muntah, afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren. 1
Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul
waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat atau mengedan, dan menghilang
saat berbaring. Pasien sering mengatakan sebagai turun berok, burut atau kelingsir.
Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantong. Nyeri yang disertai mual dan muntah baru
muncul kalau terjadi inkarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis.1,2,6
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat
hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan
dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi
lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat. 1,2,4
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan
dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari masih
berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia
berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh, berarti
hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi
organ, palpasi mungkin meraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium.1,2
Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan pemeriksaan klinis
yang teliti.2
Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :
1. Hernia inguinalis medialis (direk)
Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui trigonum
hasselbach. Disebut medialis karena tidak keluar melalui kanlis inguinalis dan tidak
ke scrotum.
Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan
intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hasselbach. Oleh
karena itu hernia ini umumnya bilateral. Hernia inguinalis medialis memiliki leher
yang lebar, sulit direposisi dengan penekanan jari tangan. Jarang bahkan hampir tidak
pernah terjadi inkarserata dan strangulata (hanya 0.3% mengalami komplikasi). Lebih
sering pada pria usia tua.1,3
Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus, secara khas
mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke skrotum.3
2. Hernia inguinalis lateralis
Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu annulus dan
kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang langsung menonjol di trigonum
hasselbach. Tonjolan pada tipe lateralis biasanya lonjong, sementara tipe medialis
biasanya bulat. Hernia indirek ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di sekitar
annulus eksternus (bila tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher yang sempit.
Banyak terjadi pada usia muda. 3% kasus mengalami komplikasi strangulata.1,3
Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus sehingga seringkali turun
ke dalam skrotum.3
Pada anak sering akibat belum menutupnya prosesus vaginalis peritoneum
sebagai akibat proses penurunan testis.1,4
Tatalaksana
Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya regangan
berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan metode penggunaan
prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang menjadi dasar kanalis
inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.1
Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya sama dengan
yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus dinilai apakah vital atau tidak.
Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis.2
Komplikasi
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi kalau
isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.1
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi parsial
atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau kaku,
sering terjadi jepitan parsial.1
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di
dalam hernia.
suplai darah terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi cairan
transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi perforasi yang
menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis.1,4
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan
gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam
basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan gambaran menjadi
sangat serius. Penderita akan mengeluh nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap
karena rangsang peroitoneal.1
Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan
kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda peritonitis atau abses local.
Dalam hal ini hernia strangulate merupakan kegawatdaruratan dan butuh penanganan
segera.1
Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
3.
Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta :
Erlangga Medical Series
4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : April 24 th 2011.
(Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited on May 12th 2011)
5. (Edward K, Leanne L, Karl A. Inguinal Hernias: Diagnosis and Management. Am Fam Physician.
2013;87(12):844-848)