Anda di halaman 1dari 20

OBESITAS

OLEH :

Ni Wayan Nia Ariska Purwanti

(P07134013010)

Ni Luh Putu Yoga Arsani

(P07134013014)

Desak Putu Meida Linsra

(P07134013015)

Ni Putu Yudi Yastrini

(P07134013023)

Ni Made Yuni lestari

(P07134013025)

Benny Tresnanda

(P07134013027)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2015

PENYAKIT TIDAK MENULAR


OBESITAS
Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap mahkluk hidup
termasuk manusia. Tanpa makanan, manusia tidak akan dapat melangsungkan kehidupannya.
Namun pemilihan menu dan pola makan kadang kurang diperhatikan, baik kualitas maupun
kuantitasnya sehingga akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh
seseorang. Dampak kesehatan yang disebabkan oleh kesalahan dalam pemilihan menu dan pola
makan antara lain busung lapar, kurang gizi, kegemukan, dan bahkan obesitas.
Obesitas atau yang sering disebut gemuk yang berlebihan merupakan akumulasi jaringan
lemak dibawah kulit yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh. Kondisi ini mampu
menimbulkan resiko yang berbahaya bagi kesehatan tubuh penderita obesitas. Orang yang
mengalami obesitas adalah orang yang berada pada keadaan dimana tubuhnya terlalu banyak
lemak dari yang seharusnya dibandingkan dengan tinggi badan, usia, dan jenis kelamin mereka.
Obesitas termasuk penyakit kronis yang tidak menular tetapi dapat disebabkan oleh pola makan,
pola hidup, dan jenis makanan yang dikonsumsi.
Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh
yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan,
yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah kesehatan.
Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks massa tubuh (IMT), yaitu ukuran
yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan
dalam meter.
Manjilala, dalam artikelnya Prevalensi Overweight/Obesitas pada Remaja di Indonesia
menyebutkan bahwa obesitas merupakan kelebihan berat badan yang sudah masuk dalam
kategori yang parah, dimana penimbunan lemak tubuh sudah sangat berlebih. Overweight dan
obesitas sama-sama berhubungan dengan penyakit baik secara medis maupun psikososial.
Menurut data Badan kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011, tingkat obesitas di dunia telah
meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 1980. Bahkan hampir 43 juta anak anak balita
mengalami kelebihan berat badan (overweight) pada tahun 2010. Sedangkan, berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010, angka overweight dan obesitas pada
penduduk usia di atas 18 tahun tercatat sebanyak 27,1%. Prevalensi obesitas pun lebih tinggi

pada kelompok masyarakat berpendidikan lebih tinggi serta bekerja sebagai


PNS/TNI/Polri/pegawai. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, prevalensi obesitas pada
perempuan lebih tinggi (26,9%) dibanding laki laki (16,3%). Semakin tinggi tingkat
pengeluaran rumah tangga per kapita pun mempunyai kecenderungan semakin tinggi prevalensi
obesitasnya.
Penyebab Obesitas
Berbagai faktor dikemukakan dapat menyebabkan obesitas, antara lain :
1. Pola Makan
Pola makan dikatakan menjadi penyebab terjadinya obesitas. Tanpa disadari, manusia
memiliki kebiasaan tidak memperhatikan pola makan, porsi makanan, serta jenis makanan yang
dikonsumsi. Hal itu dapat berdampak pada penimbunan lemak tubuh yang semakin lama akan
menjadi penyebab terjadinya obesitas.
Porsi makanan yang tidak seimbang dengan jenis kegiatan yang dilakukan, akan
menyebabkan pembakaran lemak lemak berlebihan yang tidak sempurna, hal inilah yang
menimbulkan jumlah lemak yang berlebihan.
Makanan yang beredar belakangan ini seperti makanan cepat saji (junkfood) dapat
menimbulkan gangguan kesehatan. Besarnya angka kejadian obesitas pada anak disebabkan
salah satunya karena junkfood. Makanan cepat saji umumnya memiliki rasa yang menggoda, dan
paling sering membuat ketagihan setelah makan pertama kali terutama anak-anak. Anak anak
biasanya juga suka meniru teman-teman mereka yang sudah makan makanan seperti itu. Junk
food pada umumnya rendah nutrisi, namun tinggi kalori yang kebanyakan dari gula tambahan,
pati atau lemak.
Efek negatif makanan cepat saji pada anak-anak terutama adalah kenaikan berat badan
yang sangat cepat, seringkali menimbulkan berat badan yang berlebihan atau bahkan obesitas.
Karena seringkali rasanya enak, sehingga cenderung membuat anak makan berlebihan dan
ketagihan. Permen, minuman ringan, kentang goreng dan gorengan lainnya, pizza, burger,dan es
krim adalah contoh makanan tinggi gula dan lemak, yang akan memberikan ratusan kalori per
hari.
2. Gaya hidup kurang bergerak

Gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan merokok, dan kurang olahraga akan
menyebabkan pembakaran lemak yang tidak sempurna, sehingga apabila disertai dengan pola
makan yang tidak baik akan mengakibatkan akumulasi lemak tubuh.
3. Genetika
Obesitas merupakan salah satu penyakit yang sifatnya degeneratif. Apabila disertai
dengan kebiasaan hidup yang tidak sehat, sifat ini akan muncul. Penurunan sifat ini dapat ditekan
dengan adanya perilaku hidup yang seimbang.
Penyakit Akibat Obesitas
Obesitas merupakan penyakit yang dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan,
terutama gangguan jantung. Selain itu, masih banyak lagi penyakit-penyakit berbahaya yang
mengancam kesehatan bahkan hidup orang yang dalam kondisi obesitas. Berikut Penyakit Akibat
Obesitas :
1. Nafas Pendek
Kondisi yang biasanya dialami oleh orang yang obesitas adalah susah untuk bernafas, dan
cenderung nafasnya pendek. Hal ini disebabkan oleh tumpukan lemak yang ada di bagian leher
dan dada, yang membuat penderita obesitas mengalami kesulitan saat bernafas maupun
mengeluarkan nafas.
2. Penyakit Kulit
Obesitas juga mampu mengakibatkan infeksi pada kulit. Penyebabnya adalah karena
lipatan-lipatan lemak yang ada di tubuh akan menjadi tempat yang subur bagi bakteri dan jamur
untuk berkembang biak, yang akhirnya nanti akan mebuat kulit menjadi gatal-gatal dan infeksi.
3. Sakit Persendian
Penderita obesitas juga akan mengalami sakit pada bagian persendian dan otot-otot kaki.
Sakit pada persendian, teretama kaki dalam jangka yang panjang akan memperburuk postur
tubuh. Kondisi ini diakibatkan karena kelebihan berat badan yang membuat tambahan beban dan
tekanan pada lutut dan pergelangan kaki bertambah.
4. Asam Lambung Naik
Naiknya asam lambung ke kerongkongan disebabkan karena kelebihan lemak dalam
tubuh. Kondisi ini akan membuat penderita obesitas merasakan sensasi seakan-akan terbakar,
sakit disekitar leher dan dada. Hal ini disebabkan oleh tekanan lemak didaerah lambung akhrinya
membuat asam lambung naik ke kerongkongan.
5. Depresi / Stress
Obesitas juga mampu membuat penderita depresi dan stess. Bahkan, orang yang tidak
obesitas pun ketika orang tersebut berfikir bahwa dia gendut, itu juga akan memicu stress dan
depresi. Itulah salah satu penyakit akibat obesitas.

6. Mendengkur
Orang penderita obesitas juga akan mengalami apnea saat tidur, atau sering kita sebut
mendengkur. Kondisi ini disebabkan karena jaringan lemak didalam tubuh berkontribusi yang
menyebakan penderita obesitas mendengkur disaat tidur.
7. Sakit Punggung
Penderita obesitas juga akan merasakan sakit pada bagian punggung mereka. Tumpukan
lemak di tubuh akan menambah beban dibagian tulang belakang. Apabila kondisi ini tidak
berhenti dan malah berkelanjutan, akan menyebabkan resiko patah tulang belakang dari dalam.
8. Hipertensi
Hipertensi atau yang sering kita sebut tekanan darah tinggi juga akan dialami bagi
penderita obesitas. Dan pada akhirnya karena tekanan darah tinggi yang tak kunjung sembuh,
fatalnya bagi penderita akan mengalami serangan jantung dadakan dan lebih fatal lagi meninggal
dunia.
9. Datang Bulan Tidak Teratur
Bagi penderita obesitas wanita, akan menyebabkan datang bulan atau menstruasi mereka
tidak teratur. Kondisi ini disebabkan karena ketidakseimbangan hormone dalam tubuh.
Kelebihan lemak dalam tubuh mengakibatkan kinerja hormone tidak berfungsi dengan normal.
10. Varises
Varises adalah dimana kondisi munculnya gumpalan-gumpalan berwarna ungu atau biru
pada tubuh yang disebabkan melebarnya pembuluh darah balik atau vena. Penderita varises
bukan hanya disebabkan karena factor gen dari keluarga, namun juga bisa disebabkan karena
kelebihan berat badan atau obesitas

Pengobatan Obesitas
Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang
paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting dalam
mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan perubahan
dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.
Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita dan
risiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI (Indeks Massa Tubuh/IMT). Resiko kesehatan
yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI.
Resiko rendah
: BMI < 27
Resiko menengah
: BMI 27-30
Resiko tinggi
: BMI 30-35
Resiko sangat tinggi
: BMI 36-40
Resiko sangat-sangat tinggi : BMI 40 atau lebih

Jenis dan beratnya latihan serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita berbedabeda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita. Peluang penurunan berat
badan jangka panjang yang berhasil akan semakin tinggi bila dokter bekerja dalam suatu tim
profesional yang melibatkan ahli diet, psikolog, dan ahli olahraga.
Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat
badan, yaitu :
1. Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan seperti vitamin,
mineral dan protein.
2. Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara
perlahan dan stabil.
3. Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan kesehatan
secara menyeluruh.
Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah penurunan berat
badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari pengendalian berat
badan. Program yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang
permanen untuk mengubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya penambahan
berat badan.
Pencegahan Obesitas
Cara mencegah obesitas jika pada jaman dulu obesitas ini banyak menyerang pria dewasa
dengan usia lanjut, kini obesitas sudah banyak dialami oleh para remaja bahkan anak-anak dan
1.
2.
3.
4.

balita. Untuk tindakan pencegahan, anda dapat melakukan hal berikut :


Sering melakukan aktifitas fisik dengan berolahraga secara teratur
Mengkonsumsi makanan yang rendah lemak dan sehat
Menjaga berat badan anda dengan cara yang sehat
Konsisten dengan kebiasaan gaya hidup sehat anda sehari-hari

Lampiran 1
28/05/2012 05:01:40 PM
Risiko Penyakit Degeneratif Mengintai Penderita Obesitas
Jakarta - Kelebihan berat badan dan obesitas menjadi masalah global yang serius. Jika
masyarakat tidak segera menyadari dengan mulai mengubah pola hidup menjadi lebih sehat,
maka risiko menderita penyakit degeneratif pun akan semakin meningkat. Memperhatikan
asupan makanan yang kita konsumsi sehari-hari bisa menjaga keberlangsungan kehidupan kita.
Berbagai jenis makanan merupakan suplai nutrisi yang kita butuhkan demi memiliki
tubuh yang sehat dan asupan kalori kita butuhkan sebagai suplai energi. Namun, jika kita
mengkonsumsi lebih banyak jumlah kalori yang masuk dibandingkan dengan jumlah kalori yang
terbakar melalui aktivitas kita sahari-hari, maka sisa dari makananpun menjadi lemak dan
tersimpan di dalam tubuh kita.
Jadi jika kita terbiasa dengan makan terlalu banyak, maka sedikit demi sedikit berat
badan kita akan naik, dan jika berat badan kita terus naik meski sedikit, maka bukan tidak
mungkin kita akhirnya akan mengalami obesitas.

Orang yang mengalami obesitas adalah orang yang berada di dalam keadaan di mana
dalam tubuhnya terdapat terlalu banyak lemak dari yang seharusnya sesuai dengan tinggi badan
dan jenis kelamin mereka. Obesitas tergolong sebagai penyakit kronis. Konsekuensi jangka
panjangnya bagi kesehatan pun banyak.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011, tingkat obesitas di dunia telah
meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 1980. Bahkan, hampir 43 juta anak-anak balita
mengalami kelebihan berat badan (overweight) pada 2010. Sungguh sebuah fakta yang amat
mengkhawatirkan.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010, angka
overweight dan obesitas pada penduduk usia di atas 18 tahun tercatat sebanyak 27,1%.
prevalensi obesitas pun lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding dengan pedesaan, dan lebih
tinggi pada kelompok masyarakat bependidikan lebih tinggi serta bekerja sebagai
PNS/TNI/Polri/Pegawai. Sedang berdasarkan jenis kelamin, prevalensi obesitas pada perempuan
lebih tinggi (26,9%) dibanding laki-laki (16,3%). semakin tinggi tingkat pengeluran rumah
tangga per kapita pun mempunyai kecenderungan semakin tinggi prevalensi obesitasnya.
Mengapa seseorang dapat menderita obesitas? Pola hidup masa kini, yaitu pola yang
kurang dari segi aktivitas fisik dari pola orang terdahulu. Masyarakat memilih mengendarai
angkutan umum, kereta dan mobil pribadi jika ingin berpindah dari satu tempat ke lainnya
ketimbang berjalan kaki. Banyak pula orang yang bekerja kantoran menghabiskan hampir
sepanjang hari duduk di hadapan komputer.
Dengan demikian, asupan kalori yang dikonsumsi tidak teolah atau terbakar oleh tubuh
menjadi energi. Malah menjadi lemak yang tersimpan. Belum lagi dengan segala kenyamanan di
rumah berupa televisi, video game, remote control, dan alat elektronik lainnya yang membuat
kita semakin sedikit menggerakan tubuh. Dan semakin sedikit kita bergerak, makasemakin
sedikit pula jumlah kalori yang terbakar.
Faktor lain, berkurangnya waktu tidur. Jika waktu tidur Anda tidak cukup, risiko menjadi
obesitas pun berlipatganda. Hal ini berlaku bagi orang dewasa dan anak-anak. Gen pun ikut
berperan. Obesitas bisa menurun di keluarga. Hal ini bersangkutan dengan gen dan juga pola
makan di dalam keluarga tersebut.
Banyak pula orang yang mengkonsumsi banyak makanan ketika sedang depresi, marah,
bosan, maupun putus asa. Artinya, problem emosi juga mempengaruhi diet Anda. Faktor

lingkungan berperan penting juga. Kebiasaan makan dan keinginan untuk melakukan aktivitas
fisik biasanya kita pelajari dari orang-orang terdekat. Maka jika Anda adalah orang tua, mulailah
memberi contoh yang baik bagi anak-anak Anda.
Metode yang paling praktis untuk membantu Anda menentukan apakan berat badan Anda
normal, berlebih, atau gemuk (obese), dikenal dengan nama Body Mass Index (BMI) atau Indeks
Massa Tubuh. Cara menghitungnya, dengan membagi berat badan Anda dengan tinggi badan
dalam satuan meter, lalu dikuadratkan (m2). Metode ini kini dapat Anda akses dengan mudah
melalui internet. Jadi bisa dilakukan kapan dan di mana saja.
Bagi kebanyakan orang yang telah didiagnosa dengan obesitas cara yang paling aman dan
efektif untuk menurunkan berat badan, yaitu mengurangi porsi makanan serta menambah
intensitas berolahraga. Tidak ada cara singkat dan mudah. Target pertama adalah untuk mencapai
berat badan yang ideal.
Cara kedua, untuk menjaga agar berat badan tetap ideal. Perubahan pada pola diet adalah
penting dan ini berbeda bagi tiap-tiap orang. Jadi pendampingan oleh ahli sangatlah disarankan.
Jangan ceroboh dengan melakukan diet asal-asalan. Karena bukan sehat yang didapat, tetapi
penyakit lain bisa kumat.
(IZN - pdpersi.co.id)
Sumber : http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=815&catid=23

Lampiran 2
Data dan Fakta Obesitas pada Anak
by Pratiwi R A Natsir
Obesitas pada anak belum lama menjadi sorotan permasalahan gizi pada anak. Hal ini
disebabkan karena komplikasi obesitas pada anak yang dapat ditimbulkan lebih kompleks
dibandingkan dengan obesitas pada orang dewasa, mengingat anak yang masih terus tumbuh dan
berkembang, serta menjadi hal penting karena anak merupakan generasi penerus.
Di Indonesia terutama di kota besar prevalensi obesitas pada anak dari tahun ke tahun
semakin bertambah. Secara umum, hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas pada balita baik di pedesaan maupun perkotaan.
Selain itu, berikut data dari sekian banyak studi yang menyebutkan meningkatanya angka
obesitas pada anak:
1. Riskesdas pada tahun 2010, 17.9% masyarakat di Indonesia berstatus penderita gizi kurang
dan gizi buruk (menurun dari 31.0% tahun 1990) namun di saat yang sama, 14 % balita di
Indonesia berstatus obesitas/gizi lebih (meningkat dari tahun 2007 sebesar 12,2 %).
2. Data yang dipublikasikan pada tahun 2012 awal oleh SEANUTS ( South East Asian
Nutrition Surveys) yang dilakukan di 4 negara; Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam
menyatakan gizi buruk masih merupakan masalah utama di Indonesia namun obestias adalah
masalah yang juga mulai muncul di negara ini.3
3. Data WHO, kasus obesitas di seluruh dunia bertambah lebih dari dua kali lipat sejak 1980.
Pada tahun 2008, lebih dari 200 juta orang laki-laki dan hampir 300 juta perempuan

mengalami obesitas, serta hampir 43 juta anak dibawah usia 5 tahun kelebihan berat badan
pada tahun 2010.
4. Sebuah survei nasional di Spanyol menyingkapkan bahwa 1 dari setiap 3 anak kelebihan
berat badan atau obesitas. 5
5. Studi di Australia menyebutkan hanya dalam waktu sepuluh tahun (1985-1995), obesitas
pada anak naik tiga kali lipat di Australia.5
6. Para peneliti dari University Medical Centre di Amsterdam (2005-2007) mempresentasikan
dalam Archives of Disease in Childhood menyimpulkan, sekitar 62% anak-anak di bawah 12
tahun yang sangat gemuk atau obesitas sudah memiliki 1 atau lebih faktor risiko dari
kardiovaskular.2,6 Sekitar dua pertiganya memiliki tekanan darah tinggi, memiliki kadar
kolesterol baik yang sedikit, serta memiliki kadar gula darah tinggi yang bisa mengakibatkan
DM tipe 2.
7. Menurut Satuan Tugas Obesitas Internasional, di beberapa bagian Afrika, lebih banyak anak
yang mengalami obesitas ketimbang malnutrisi.
8. Pada tahun 2007, Meksiko menempati urutan kedua di dunia, setelah Amerika Serikat, untuk
obesitas pada anak. Konon di Mexico City saja, 70 persen anak dan remaja kelebihan berat
badan atau obesitas. Ahli bedah anak Dr. Francisco memperingatkan bahwa generasi ini
mungkin adalah generasi pertama yang akan mati sebelum orang tua mereka akibat
komplikasi obesitas.
http://www.tanyadok.com/anak/data-dan-fakta-obesitas-anak

Lampiran 3
ARTIKEL KESEHATAN, OBESITAS

Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh
yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan,
yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah kesehatan.
Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks massa tubuh (IMT), yaitu ukuran
yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan
dalam meter, lebih dari 30 kg/m2.
Kegemukan meningkatkan peluang terjadinya berbagai macam penyakit, khususnya
penyakit jantung, diabetes tipe 2, apnea tidur obstruktif, kanker tertentu, osteoartritis dan asma
Kegemukan sangat sering disebabkan oleh kombinasi antara asupan energi makanan yang
berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan kerentanan genetik, meskipun sebagian kecil kasus
terutama disebabkan oleh gen, gangguan endokrin, obat-obatan atau penyakit psikiatri. Hanya
sedikit bukti yang mendukung pandangan bahwa orang yang gemuk makan sedikit namun berat
badannya bertambah karena metabolisme tubuh yang lambat; rata-rata orang gemuk

mengeluarkan energi yang lebih besar dibandingkan orang yang kurus karena dibutuhkan energi
untuk manjaga massa tubuh yang lebih besar.
Pengaturan diet dan aktivitas fisik masih menjadi tata laksana utama kegemukan.
Kualitas asupan dapat diperbaiki dengan mengurangi konsumsi makanan padat energi contohnya
makanan yang tinggi lemak dan gula, serta dengan meningkatkan asupan serat. Obat-obatan antikegemukan dapat dikonsumsi untuk mengurangi selera makan atau menghambat penyerapan
lemak, disertai dengan asupan diet yang tepat. Apabila diet, olahraga, dan obat-obatan belum
efektif, maka balon lambung dapat membantu mengurangi berat badan, atau operasi dapat
dilakukan untuk mengurangi volume lambung dan/atau panjang usus sehingga dapat
memberikan rasa kenyang yang lebih dini dan menurunkan kemampuan penyerapan nutrisi dari
makanan.
Kegemukan adalah penyebab kematian yang dapat dicegah paling utama di dunia, dengan
prevalensi pada orang dewasa dan anak yang semakin meningkat, sehingga pihak berwenang
menganggap kegemukan sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius pada
abad 21.Kegemukan umumnya merupakan stigma di dunia modern (khususnya di Dunia barat),
meskipun pada suatu waktu dalam sejarah, kegemukan secara luas dianggap sebagai simbol
kekayaan dan kesuburan, dan masih dianggap demikian di beberapa bagian di dunia hingga
sekarang.
PENYEBAB OBESITAS :
1.
2.
3.
4.

Pola makan
Gaya hidup kurang bergerak
Genetika
Penyakit lain

CARA PENYEMBUHAN OBESITAS :


Beberapa metode sederhana ini mungkin bisa anda coba untuk mengurangi faktor resiko
kesehatan yang disebabkan oleh kegemukan dan obesitas:
1. Cobalah menggunakan tangga untuk mencapai ketinggian 2 lantai, dibandingkan
menggunakan elevator, kegiatan ini akan membakar kelebihan kalori pada tubuh anda.

2. Gunakanlah sepeda untuk mengunjungi rumah sahabat atau kerabat yang hanya
berjarak beberapa blok dari rumah anda, daripada menggunakan mobil.
3. Jika tetap harus menggunakan mobil, cobalah memarkirnya beberapa meter dari tempat
tujuan, agar anda bisa sedikit berjalan.
4. Cegahlah penggunaan remote kontrol saat anda menikmati acara televisi atau hiburan
musik dari sound system kesayangan anda. Sedikit lebih gerak akan lebih menyehatkan
tubuh anda.
5. Biasakan untuk berolahraga ringan selama 30 menit per sesi, dengan frekuensi 3 kai
seminggu .
6. Makanlah saat mulai merasa lapar, dan berhentilah makan sebelum kekenyangan.
Hindari sikap berlebihan dalam mengkonsumsi makanan. Ingatlah, setiap kelebihan
kalori akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh, dan berpotensi menjadi sumber
penyakit.
7. Jika anda mengingkan makanan ringan pada waktu senggang, pilihlah buah-buahan
untuk menggantikan makanan ringan siap saji. Biasanya makanan ini mengandung
kalori dan tambahan lemak yang tinggi.
8. Hentikan kebiasaan mengudap makanan ringan saat menonton tayangan televisi,
sebab anda akan kesulitan mengontrol jumlah kalori yang masuk melalu makanan
tersebut.
Dan ternyata
BEBERAPA orang suka mengolok temannya yang gemuk sebagai wujud kepedulian,
untuk memotivasi biar berusaha untuk lebih langsing. Tapi menurut penelitian, cara itu tidak
banyak berguna dan justru membuat orang gemuk makin susah kurus.
Orang-orang gemuk yang mengalami perlakuan weightism, atau diskriminasi
berdasarkan berat badan hanya akan menghadapi beban ganda. Pertama karena tertekan secara
mental, kedua karena menurut riset mereka akan jadi dua kali lebih sulit menurunkan berat
badan.
"Diskriminasi itu menyakitkan dan merendahkan, dan memiliki dampak nyata bagi
kesehatan," kata peneliti dari Florida University State, Angelina Sutin, seperti dilansir laman
Health Magazine, Kamis (15/8).
Menurut Sutin, dalam beberapa kasus memang orang gemuk merasa baik-baik saja saat
diejek atau diperlakukan diskriminatif, karena hal itu bisa memotivasi mereka untuk diet. Namun

hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak yang lebih nyata justru menunjukkan hal
sebaliknya.
Dalam penelitian ini, Sutin mengamati 6.000 orang yang mengalami kelebihan berat
badan pada periode tahun 2006 hingga tahun 2010. Ia mendapati, orang-orang gemuk yang
mengalami diskriminasi pada tahun 2006 memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk tetap gemuk
pada tahun 2010.
Seorang pakar yang lain mengatakan, jatuhnya rasa percaya diri bisa membuat orang
gemuk semakin sulit menemukan perubahan dalam hidupnya. Berbagai upaya untuk
menurunkan berat badan lebih banyak gagalnya saat menghadapi perlakuan berbeda dari
lingkungannya.
"Perlakuan obesitas atau weightism, oleh tenaga medis atau masyarakat, pada umumnya
dianggap hinaan yang menambah sakit hati," kata Dr David Katz dari Yale University Prevention
Research Center.(fny/jpnn)
http://nadiapavita.blogspot.com/2014/03/artikel-kesehatan-obesitas.html

Lampiran 4
Penyakit Akibat Obesitas, Kelebihan Berat Badan
Obesitas atau lebih sering kita sebut gemuk yang berlebihan. Dimana konisi ini mampu
mengakibatkan resiko yang membahayakan bagi kesehatan tubuh penderita obesitas. Obesitas ini
diakibatkan oleh pola makan dan pola hidup yang tidak sehat. Salah satu resiko penyakit yang
akan diderita oleh oerang yang kelebihan berat badan atau kegemukan adalah penyakit jantung.

Selain itu, masih banyak lagi penyakit-penyakit berbahaya yang mengancam kesehatan bahkan
hidup orang yang dalam kondisi obesitas. Berikut Penyakit Akibat Obesitas :
Nafas Pendek
Kondisi yang biasanya dialami oleh orang yang obesitas adalah susah untuk bernafas, dan
cenderung nafasny pendek. Hal ini disebabkan oleh tumpukan lemak yang ada di bagian leher
dan dada, yang membuat penderita obesitas mengalami kesulitan saat bernafas maupun
mengeluarkan nafas.
Penyakit Kulit
Obesitas juga mampu mengakibatkan infeksi pada kulit. Penyebabnya adalah karena
lipatan-lipatan lemak yang ada di tubuh akan menjadi tempat yang subur bagi bakteri dan jamur
untuk berkembang biak, yang akhirny nanti akan mebuat kulit menjadi gatal-gatal dan infeksi.
Sakit Persendian
Penderita obesitas juga akan mengalami sakit pada bagian persendian dan otot-otot kaki.
Sakit pada persendian, teretama kaki dalam jangka yang panjang akan memperburuk postur
tubuh. Kondisi ini diakibatkan karena kelebihan berat badan yang membuat tambahan beban dan
tekanan pada lutut dan pergelangan kaki bertambah. Penyakit Akibat Obesitas selanjutnya simak
terus ya!
Penyakit Akibat Obesitas, Waspadalah!
Asam Lambung Naik
Naiknya asam lambung ke kerongkongan disebabkan karena kelebihan lemak dalam
tubuh. Kondisi ini akan membuat penderita obesitas merasakan sensasi seakan-akan terbakar,
sakit disekitar leher dan dada. Hal ini disebabkan oleh tekanan lemak didaerah lambung akhrinya
membuat asam lambung naik ke kerongkongan.
Depresi / Stress
Obesitas juga mampu membuat penderita depresi dan stess. Bahkan, orang yang tidak
obesitas pun ketika orang tersebut berfikir bahwa dia gendut, itu juga akan memicu stress dan
depresi. itulah salah satu penyakit akibat obesitas.
Mendengkur
Orang penderita obesitas juga akan mengalami apnea saat tidur, atau sering kita sebut
mendengkur. Kondisi ini disebabkan karena jaringan lemak didalam tubuh berkontribusi yang
menyebakan penderita obesitas mendengkur disaat tidur.

Sakit Punggung
Penderita obesitas juga akan merasakan sakit pada bagian punggung mereka. Tumpukan
lemak di tubuh akan menambah beban dibagian tulang belakang. Apabila kondisi ini tidak
berhenti dan malah berkelanjutan, akan menyebabkan resiko patah tulang belakang dari dalam.
Hipertensi
Hipertensi atau yang sering kita sebut tekanan darah tinggi juga akan dialami bagi
penderita obesitas. Dan pada akhirnya karena tekanan darah tinggi yang tak kunjung sembuh,
fatalnya bagi penderita akan mengalami serangan jantung dadakan dan lebih fatal lagi meninggal
dunia.
Datang Bulan Tidak Teratur
Bagi penderita obesitas wanita, akan menyebabkan datang bulan atau menstruasi mereka
tidak teratur. Kondisi ini disebabkan karena ketidak seimbangan hormone dalam tubuh.
Kelebihan lemak dalam tubuh mengakibatkan kinerja hormone tidak berfungsi dengan normal.
Varises
Varises adalah dimana kondisi munculnya gumpalan-gumpalan berwarna ungu atau biru
pada tubuh yang disebabkan melebarnya pembuluh darah balik atau vena. Penderita varises
bukan hanya disebabkan karena factor gen dari keluarga, namun juga bisa disebabkan karena
kelebihan berat badan atau obesitas.
Sumber : http://momentslimmer.com/penyakit-akibat-obesitas.html (21 September 2013)

Lampiran 5
Prevalensi Overweight/Obesitas pada Remaja di Indonesia
by manjilala 30/06/2012 | 12:50 1 Posted in Gizi Remaja

Source : Suplemen.com
Overweight atau kelebihan berat badan merupakan perwujudan dari ketidakseimbangan
metabolism energy yang melibatkan penimbunan lemak tubuh yang sedikit berlebih. Berbeda
dengan obesitas, overweight merupakan peringatan dini (early warning) bagi seseorang untuk
segera membenahi perilaku makan dan pola hidup sehat agar kondisi tubuh mereka tidak
berubah menjadi obesitas.
Sedangkan obesitas merupakan kelebihan berat badan yang sudah masuk dalam kategori
yang parah, dimana penimbunan lemak tubuh sudah sangat berlebih. Overweight dan obesitas
sama-sama berhubungan dengan penyakit baik secara medis maupun psikososial.
Berikut prevalensi remaja yang mengalami overweight dan obesitas berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 dan 2010.

Sebagai tambahan informasi, Riskesdas 2007 menggunakan standar Indeks Massa Tubuh
(IMT), sedangkan Riskesdas 2010 menggunakan IMT/Umur berdasaran rujukan WHO 2005.
Disamping itu, Riskesdas 2010 tidak memunculkan data overweight pada remaja.
Angka tersebut di atas masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan jumlah obesitas
di Negara maju seperti Amerika misalnya, yang pada tahun 2000 saja sudah menunjukkan angka
30% remajanya yang overweight dan sekitar 14% yang obesitas (NHANES 1999-2000).
Jika pemerintah tidak segera melakukan langkah-langkah antisipatif, maka jJumlah
remaja yang mengalami obesitas pada tahun 2010 (1.4%) di atas, besar kemungkinan akan
meningkat jumlahnya pada tahun-tahun yang akan datang, karena pada tahun yang sama (2010),
jumlah balita yang mengalami obesitas sudah berjumlah sekitar 9.2% dan anak umur 6-12 tahun
sebanyak 12.0%, dan di perparah dengan pola hidup remaja saat ini, yang cenderung
meningkatkan risiko terjadinya obesitas seperti merokok, aktifitas fisik yang kurang, konsumsi
sayur dan buah yang rendah serta konsumsi minuman atau makanan yang mengandung gula,
garam dan lemak yang tinggi.
Sumber : http://manjilala.info/prevalensi-overweightobesitas-pada-remaja-di-indonesia/

DAFTAR PUSTAKA
http://momentslimmer.com/penyakit-akibat-obesitas.html
http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=815&catid=23
Manjilala, 2012, Prevalensi Overweight/Obesitas pada Remaja di Indonesia. Diunduh dari
http://manjilala.info/prevalensi-overweightobesitas-pada-remaja-di-indonesia/ diakses
tanggal 5 September 2015
Natsir, Pratiwi R. A. 2013, Data dan fakta Obesitas Anak. Diunduh dari
http://www.tanyadok.com/anak/data-dan-fakta-obesitas-anak diakses tanggal 7
september 2015
Pavita, Nadia. 2014, Artikel Kesehatan Obesitas. Diunduh dari
http://nadiapavita.blogspot.com/2014/03/artikel-kesehatan-obesitas.html diakses
tanggal 5 September 2015

Anda mungkin juga menyukai