Anda di halaman 1dari 14

1.

Memahami dan Menjelaskan Demam


1.1 Definisi
Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal
>38C (100,4F), diukur pada oral >37,8C, dan bila diukur melalui aksila >37,2C
(99F).
1.2 Pola Demam

Demam septik: pada tipe demam ini, suhu tubuh berangsur naik ke tingkat
yang lebih tinggi sekali ketika malam hari dan turun kembali pada pagi
harinya. Sering disertai keluhan mengigil dan berkeringat. Bila demem tinggi
turun ke keadaan yang normal itu dinamakkan juga demem hektik. Contohnya
tuberculosis & abses piogenik.

Demam remiten: pada tipe demam remiten, suhu tubuh dapat turun setiap hari
tetapi tidak pernah mencapai suhu yang normal. Perbedaan suhu yang
mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu
yang dicatat pada demam septik.
8

Demam intermiten: pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat
yang normal selama beberapa jam dalam 1 hari. Bila demam seperti ini terjadi
setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di
antara dua serangan demam tersebut kuartana.

Demam kontinu: pada tipe demam kontinu variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari 1 derajat. Pada tingkat damam yang terus menerus tinggi
sekali disebut hiperpireksia.

Demam siklik: pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari
yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
9

Berikut ini adalah penyakit yang menimbulka pola demam tertentu


Pola demam

Disebabkan oleh

Kontinyu

Demam tifoid, malaria falciparum malignan

Remitten

Sebagian besar penyakit virus dan bakteri

Intermiten

Malaria, limfoma, endokarditis

Hektik atau septik

Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik

Quotidian

Malaria karena P.vivax

Double quotidian

Kala azar, arthritis gonococcal, juvenile rheumathoid


arthritis, beberapa drug fever (contoh karbamazepin)

Relapsing atau periodik

Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis

Demam rekuren

Familial Mediterranean fever

1.3 mekanisme
Demam diawali sebagai respon tubuh terhadap pirogen yang masuk ke tubuh.
Pirogen dapat di bagi menjadi dua macam, yaitu pirogenn eksogen dan pirogen
endogen. Pirogen eksogen ini termasuk agen yang menginfeksi atau komponennya,
misal bakteri endotoxin seperti lipopolisakarida). Pirogen ini menyebabkan
dilepaskannya endogen oleh sel leukosit, yaitu sirkulasi limfosit dan makrofag
(contohnya : sel Kupffer) untuk menghasilkan anti-inflamasi dan pro-inflamasi sitokin
yang masuk ke dalam sirkulasi. Interleukin (IL)-1 dan IL-6 adalah kunci dari proinflamasi sitokin yang berperan penting terhadap kenaikan suhu tubuh. Anti inflamasi
sitokin seperti IL-10 dan TNF berperan sebagai antipiretik (atau sirogen) dan
membatasi naik turunnya demam. Sirkulasi sitokin akan masuk ke hipotalamus dan
area preoptik dengan mekanisme transpor aktif. IL-1 dan IL-6 juga akan
mengaktifkan COX-1 dan COX-2 (cyclo-oxygenase) untuk mengubah asam
arachidonat menjadi prostaglandin dan produk lainnya.
Prostaglandin E2 (PGE2) merupakan kunci mediator dalam demam. Ketika
prostaglandin ini disekresikan ke area preoptik pada hipotalamus bagian anterior,
prostaglandin akan menstimulasi aktivitas dari neuron yang sensitif terhadap dingin
dan menekan aktivitas dari neuron yang sensitif terhadap panas. Hal ini menyebabkan
stimulasi pada tubuh untuk menghasilkan panas, meregulasi syaraf agar set point naik.
Akibatnya, tubuh akan menaikkan suhu tubuh agar sesuai dengan kenaikan ilai set
point.
Demam ini berfungsi untuk meningkatkan pergerakan sel darah putih dan proliferasi
limfosit sebagai pertahanan tubuh terhadap agen infeksi. Temperatur tubuh yang
tinggi juga menghambat pertumbuhan beberapa patogen. Demam juga dapat
diaktifkan oleh trauma yang mengakibatkan cedera sel seperti terbakar yang parah,
cedera fisik terhadap CNS dan stroke.
11
Fever Pathway
Hipotalamus
Infeksi, Luka, dan Trauma
Sirkulasi Sitokin
Sel Kupffer/Sirkulasi
Limfosit
Melepaskan Sitokin ke
dalam sirkulasi
IL-10
ILILTNF
+
1,
1,
ILILHipotalamus
6Meningkatkan Set 6Poin

Behavioral dan
Autonomical Respon
untuk meningkatkan
suhu tubuh
Meningkatkan
Pertahanan Tubuh

IL-1, IL-6, IL-10, TNF


Aktivasi
COX
Asam Arachidonat
Inhibisi
Syaraf
sensitif
panas

Termoefektor
kehilangan
panas

PGE2
Stimulasi
Syaraf
sensitif
dingin
Termoefektor
produksi
panas

1.4 etiologi
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.
Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur,
ataupun parasit.
o Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anakanak
antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis,
tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis,
ensefalitis, selulitis, otitis
media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain
o Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral
pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya,
dan virus-virus umum seperti H1N1
o Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain
coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain
o Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain
malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal
o Faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi,
keadaan tumbuh gigi, dll)
o Penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis,
dll)
o Keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma nonhodgkin, leukemia, dll)
o Pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin)
2. Salmonella

2. MM bakteri Salmonella
2.1 MM definisi
Bakteri Salmonellosis adalah bakteri yang menular dengan kecepatan luar biasa, dan
bisa memperburuk dalam waktu yang sangat cepat. Infeksi Salmonella, disebabkan
oleh bakteri Salmonellosis, bisa menyebabkan dehidrasi ekstrim dan juga kematian.
Salmonellosis disebarkan kepada orang-orang dengan memakan bakteri Salmonella
yang mengkontaminasi dan mencemari makanan. Salmonella ada diseluruh dunia dan
dapat mencemari hampir segala tipe makanan. Namun sumber dari penyakit baru-baru
ini melibatkan makanan-makanan seperti telur-telur mentah, daging mentah, sayursayur segar, sereal, dan air yang tercemar.
Salmonella bersifat host-adapted pada hewan dan infeksi pada manusia biasanya
mengenai usus. Infeksi muncul dala m bentuk diare akut yang sembuh sendiri. Pada
beberapa kesempatan organisme ini dapat menyebabkan penyakit yang invasif,

meliputi bakteremia dan septikemia yang mengancam.Organisme ini ditemukan pada


hewan dosmetik. Transmisinya melalui fekal-oral, biasanya dari mengingesti makanan
yang terkontaminasi.
2.2 MM morfologi

Berbentuk batang, tidak berspora, bersifat negatif pada pewarnaan Gram.


Ukuran Salmonella bervariasi 13,5 m x 0,50,8 m.
Besar koloni rata-rata 24 mm.
Optimal 37,5oC) dan pH pertumbuhan 68.
Mudah tumbuh pada medium sederhana, misalnya garam empedu.
Tidak dapat tumbuh dalam larutan KCN.
Membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa.
Menghasikan H2S.
Antigen O: bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel dan terdiri dari unit
polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida O-spesifik mengandung
gula yang unik. Antigan O resisten terhadap panas dan alkohol dan biasanya
terdeteksi oleh aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap antigen O terutama adalah
IgM.
Antigen Vi atau K: terletak di luar antigen O, merupakan polisakarida dan
yang lainnya merupakan protein. Antigen K dapat mengganggu aglutinasi
dengan antiserum O, dan dapat berhubungan dengan virulensi. Dapat
diidentifikasi dengan uji pembengkakan kapsul dengan antiserum spesifik.
Antigen H: terdapat di flagel dan didenaturasi atau dirusak oleh panas dan
alkohol. Antigen dipertahankan dengan memberikan formalin pada beberapa
bakteri yang motil. Antigen H beraglutinasi dengan anti-H dan IgG. Penentu
dalam antigen H adalah fungsi sekuens asam amino pada protein flagel
(flagelin). Antigen H pada permukaan bakteri dapat mengganggu aglutinasi
dengan antibodi antigen O.
Organisme dapat kehilangan antigen H dan menjadi tidak motil.
Kehilangan antigen O dapat menimbulkan perubahan bentuk koloni yang
halus menjadi kasar.
6
Antigen Vi atau Sebagian besar isolat motil dengan flagel peritrik.
Tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 1541 oC (suhu
pertumbuhan
K dapat hilang sebagian atau seluruhnya dalam proses transduksi.

http://www.kesehatanmasyarakat.info/

(Jawezt et al, 2004)

2.3 MM klasifikasi
Super kingdom : Bacteria
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Protobacteria
Class
: Gammaprotobacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Family
: Enterobacteriaceae
Genus
: Salmonell
Spesies
:
Salmonella bongori
Salmonella enterica
Berdasarkan spesivitas induk semang, serotipe yang ada dikelompokkan menjadi :
a. S. typhi, S. paratyphi A, B, dan C penyebab demam enterik (typhoid) pada
manusia.
b. S. dublin (menyerang sapi), S. cholera suis (menyerang babi), S. gallinarum
dan S. pullorum (menyerang unggas), S. abortus equi (menyerang kuda) dan S.
abortus ovis (menyerang domba). Salmonella sp. Yang beradaptasi pada jenis
hewan tertentu jarang menyebabkan penyakit pada manusia.
Selain itu, satu sistem klasifikasi utama Salmonella arizonae dibagi menjadi tiga,
yaitu Salmonella typhi (satu serotipe), Salmonella choleraesuis (satu serotipe), dan
Salmonella enteritidis (lebih dari 1500 serotipe). Penentuan serotipe didasarkan
reaktivitas antigen O dan antigen H bifasik. Hampir semua salmonela yang
mengakibatkan penyakit pada manusia dapat diisolasi dari hewan berdarah panas
adalah golongan Salmonella Choleraesuis, yang lain terutama diisolasi dari hewan
berdarah dingin dan lingkungan. Salmonela yang sering diidentifikasi karena penting
dalam klinik adalah S. Typhi, S. Choleraesuis, S. Paratyphi A, dan S. Paratyphi B.
Salmonella ini dapat diidentifikasi berdasarkan tes biokimia dan penentuan serogrup,
diikuti dengan penentuan serotipe.
2.4 MM cara penularan
Makanan yang mengandung salmonella belum tentu menyebabkan infeksi salmonella,
tergantung jenis bakteri, jumlah dan tingkat virulrnsi (sifat racun dari suatu
mikroorganisme). Misalnya saja Salmonella enteriditis baru menyebabkan gejala bila
sudah berkembang biak menjadi 100.000, dalam hal ini bisa saja si penderita
meninggal. Perkembangan Salmonella pada tubuh manusia dapat dihambat dengan
asam lambung yang ada di tubuh kita.
Makanan, termasuk daging dan hasil olahan daging, telur, ikan, susu, produk dari
susu, dan sayuran yang tercemar tinja dapat pula menularkan bakteri ini. Makanan
yang telah dimasak dapat tercemar bakteri Salmonella sp. lewat sisa-sisa bahan
makanan mentah yang masih menempel pada peralatan dapur seperti pisau, talenan,
dsb. Tikus, lalat, kecoa, dan serangga lain juga merupakan penularan yang potensial
bagi manusia dan ternak. Letupan salmonellosis dapat terjadi berupa keracunan

makanan lewat produk restoran atau jasa catering. Penelitian juga membuktikan
bahwa penularan demam tifoid dan demam enterik lain terutama disebabkan oleh
penularan dari orang ke orang. Penularan yang paling sering terjadi yaitu melalui air
yang tercemar oleh tinja yang mengandung salmonella.
3. Memahami dan menjelaskan Demam Typhoid
3.1 MM definisi
Infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Sejarah
tifoid dimulai saat ilmuan perancis bernama Pierre Louis memperkenalkan istilah
typhoid pada tahun 1829. Typhoid atau typhus berasal dari bahasa Yunani typhos yang
berarti penderita demam dengan gangguan kesadaran. Graffky menyatakan bahwa
penularan penyakit ini melalui air bukan udara.
3.2 MM etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh S. typhi, dan demam paratifoid disebabkan S paratyphi
A, B, dan C. Kuman yang masuk melalui mulut masuk kedalam lambung kemudian
ke usus halus di bagian proksimal. Melakukan penetrasi kedalam sel epitel mukosa,
selanjutnya masuk ke kelenjar getah bening regional mesentrium dan terjadi
bakterimia.
12
S. typhi sampai ke hati, limpa, sum-sum tulang dan gijal. Di organ-organ tersebut S.
typhi difagosit dan disini S. typhi memperbanyak diri tidak terpengaruh oleh antibodi
pada penderita. Setelah periode multiplikasi intraseluler,organisme akan dilepaskan
lagi ke aliran darah (bakterimia kedua) menyebabkan panas tinggi. S. typhi bila
masuk ke kantung empedu dan plaque Peyer akan terjadi radang. Maka terjadi
nekrosis jaringan secaraklinik ditandai kholesistis nekrotikans dan pendarahan.
Diagnosis kultur tinja akan positif dan menyababkan carrier kronik.
Masa inkubasi demam tifoid umumnya 1-2 minggu paling singkat 3hari dan paling
lama 2 bulan. Gejalanya demam tinggi pada minggu ke-2 dan ke-3. Gejala lain yang
sering ditemukan nyeri otot, sakit kepela, batuk dan lain-lain. Selain itu dapat
dijumpai adanya bradikardia relatif, pembesaran hati dan limpa, bintik Rose sekitar
umbilikus. Kemudian terjadi komplikasi antar lain hepatitis dan pendarahan pada
usus. Terjadi setelah 1-3 minggu setelah pengobatan dihentikan.
Antigen O (somatik) terletak pada lapisan luar, yang mempunyai komponen
protein, lipopolisakarida dan lipid. Sering disebut endotoksin.
Antigen H (flagella) terdapat pada flagela, fimbriae danpili dari kuman,
berstruktur kimia protein.
Antigen K (selaput)
Antigen Vi (antigen permukaan), pada selaput dinding kuman untuk
melindungi fagositosis dan berstruktur kimia protein.
3.2 MM manifestasi

13

Masa inkubasi 7-21 hari,

umumnya 10-12 hari.

Gejala awal yang timbul : pusing, nyeri kepala, demam,


nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi (diare),
perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis.

MINGGU ke-1 :

Demam tinggi 39-40oc, sakit kepala, pusing,


anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi cepat

lemah, napas cepat, perut kembung, diare dan


sembelit silih berganti.

Suhu berangsur-angsur meningkat setiap hari,

biasanya menurun pada pagi hari meningkat pada


sore atau malam hari

Khas lidah penderita: kotor di tengah, tepi dan ujung


merah serta bergetar atau tremor

Episteksis dapat dialami,

Tenggorokan terasa kering dan meradang

Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ke-7 &


terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak
merata,

bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari,


kemudian hilang.

MINGGU KE-2 :

Suhu terus-menerus tinggi.

Nadi relatif lambat dibanding peningkatan suhu.

Gejala toksemia semakin berat; delirium.

Tensi menurun.

Diare sering;
perdarahan.

kadang

berwarna

gelap

akibat
14

Pembesaran hati dan limpa,

Gangguan kesadaran.

MINGGU KE-3 :

Suhu tubuh mulai turun sampai normal

Berhasil diobati Tanpa komplikasi

Komplikasi perdarahan dan perforasi.

MINGGU KE-4 :

Stadium penyembuhan.

Dapat dijumpai pneumonia

3.3 MM patofisiologis
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia melalui
makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak. Bila respon
imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel
epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman
berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman
dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke
plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.
Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini
masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang
asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati
dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian
berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam
sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan
disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise,
mialgia, sakit kepala dan sakit perut.

3.4 MM diagnosis
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bisa diberikan terapi
yang tepat dan meminimalkan komplikasi.

Pemeriksaan rutin

Pemeriksaan yang biasa rutin dilakukan adalah uji widal dan kultur organism. Saat ini
kultur masih menjadi standar buku untuk penegakan diagnostic. Selain itu ada juga
beberapa metode pemeriksaan serologi lain yang dapat dilakukan dengan cepat dan
mudah serta memiliki sensivitas dan spesifikasi lebih baik antara lain uji TUBEX,
thypidot dan dipstik.
Uji widal
Uji ini dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman S. typhi. Pada uji widal
terjadi suatu reaksi antiglutinasi antara antigen kuman S. typhi dengan antibody yang
disebut agglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense
Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium. Uji widal untuk
menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita demam tifoid yaitu: Aglutinin
O (dari tubuh kuman), Aglutinin H (flagella kuman), Aglutinin Vi (simpai kuman).
Hanya aglutini O dan H yang digunakan untuk diagnostic demam tifoid.
Uji TUBEX
Uji ini merupakan uji semi kuantitatif kolometrik yang cepat dan mudah untuk
dikerjakan.
16
Hasil positif uju TUBEX ini menunjukan terdapat infeksi Salmonella serogroup D
walau tidak secara spesifik menunjukan pada S. typhi. Infeksi oleh S.paratyhi akan
memberikan hasil negative.
Uji Typhidot
Uji ini dapat mendeteksi IgM dan IgG yang terdapat pada rotein membrane luar
Salmonella typhi. Hasil positif didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat
mengidentifikasi secara spesifik antibody IgM dan IgG terhadap antigen S.typhi
seberat 50 kD.
Uji IgM dipstick
Uji ini secara khusus mendeteksi antibody IgM spesifik terdapat S.typhi pada
specimen serum. Uji ini menggunakan strip yang mengandung antibody anti IgM
yang dilekati dengan lateks pewarna, cairan membasahi strip sebelum diinkubasi
dengan reagen dan serum pasien, tabung uji.

Kultur darah

Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetpi hasil negative
tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal sbb:
telah mendapat terapi antibiotic, volume darah yang kurang, riwayat vaksinasi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan
gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran, dengan
kriteria ini maka seorang klinisi dapat membuat diagnosis pasien tersebut demem
tifoid.
3.5 MM tatalaksana
Farmako:
Terapi anti mikroba pada infeksi Salmonella invasive adalah dengan ampisilin,
trimetoprin-sulmetoksazol, sefalosporin generasi ketiga, atau kloramfenikol.
Antibiotik yang digunakan adalah
a. Ciprofloxacin merupakan obat yang digunakan karena adanya strain bakteri
yang resisten terhadap chloramphenicol, ampicillin, dant rimethroprim.
Namun telah ditemukan sekitar 80% dari S. typhidansekitar 70% S.
paratyphi yang berukuran kelemahannya terhadap fluoroquinolon.
b. Pasien yang tidak stabil dalam klinik diberikan ceftriaxone secara intravena
apabila infeksi terjadi seperti di Asia. Apabila infeksi yang terjadi hampir
sama dengan yang terjadi di Afrika, Amerrika Selatan, Atau Amerika Serikat,
ciprofloxacin masih bisa digunakan. (Kurangdari 4% infeksi yang terjadi di
Inggris dari Afrika resisten fluroquinolon). Antibiotik seharusnya diganti
apabila tersedia antibiotik lain yang sensitif.
c. Azithromycin dan beberapa fluroquinolon jenis baru sepertiga tifloxacin
cocok sebagai alternative pengganti ciprofloxacin padapasien yang stabil.
d. Kloramfenikol adalah Kristal putih yang sukar larut dalam air dan rasanya
sangat pahit. Untuk pengobatan demem tifoid diberikan dosis 4x500 mg sehari
sampai 2 minggu bebas demem. Bila terjadi relaps, biasanya dapat diatasi
dengan memberikan terapi ulang. Untuk anak-anak diberikan dosis 50-100
mg/kgBB sehari dibagi dalam beberapa dosis selama 10 hari. Penyuntikan
intramuscular tidak dianjurkan oleh karena itu ester ini tidak dapat diramalkan
dan tempat suntikan terasa nyeri.
e. Tiamfenikol, Dosis dan efektivitas pada demam tifoid hampir sama dengan
kloramfenikol akan tetapi komplikasi hematologi seperti kemungkinan
terjadinya anemia aplastik lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol.
Dosisnya 4x500 mg
18
f. Kotrimoksazol, Kotrimoksazol ini adalah kombinasi dari trimetroprim dan
sulfametoksazol. Efektivitas abat ini hampir sama dengan kloramfenikol.
Dosis untuk orang dwasa 2x2 tablet diberikan selama 2 minggu.

Dosis antibiotic
o Kloramfenikol 100 mg/kg beratbadan/hari/4 kali selama 14 hari.
o Amoksilin 100 mg/ kg beratbadan/hari/4 kali

o Kontrimoksazol 480 mg, 2x2 tablet selama 14 hari


o Sefalosporingenersi II dan III (ciprofloxacin 2 x 500 mg selama 6
hari; ofloxacin 600 mg/ hariselama 7 hari; ceftriaxone 4
gram/hariselama 3 hari
Non farmako:
1. Perawatan
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, abservasi dan
pengobatan. Pasien harus tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam.
Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien. Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah
pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneuomonia hipostatik dan
dekubitus.
2. Diet
Pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya
nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Karena ada pendapat bahwa usus perlu
diistirahatkan. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini
dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.
3.6 MM pencegahan
Kebersihan makanan dan minuman sangat penting dalam pencegahan demam tifoid.
Merebus air minum dan makanan sampai mendidih juga sangat membantu. Sanitasi
lingkungan, termasuk membuang sampah dan imunisasi, berguna untuk mencegah
penyakit. Secara lebih detailnya yaitu:

Penyediaan sumber air minum yang baik


Penyediaan jamban yang sehat
Sosialisasi budaya cuci tangan
Sosialisasi budaya merebus air sebelum diminum
Pemberantasan lalat
Pengawasan terhadap para pedagang makanan dan minuman
Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui
Imunisasi

Jenis vaksinasi yang tersedia:

Vaksin parental utuh

Berasal dari sel S. Typhi utuh yang sudah mati setiap 1 vaksin mengandung sekitar 1
miliar kuman.
17
Dosis untuk anak usia 1-5 thn adalah 0,1 cc, anak usia 6-12 thn 0,25 cc dan dewasa
0,5 cc. Dosis ini diberikan 2 kali dengan interval 4 minggu. Efek samping dan
perlindungan vaksin ini pendek, jadi vaksin ini sudah tidak beredar lagi.

Vaksin oral Ty21a

Vaksin oral yang mengandung S. Typhi strain Ty21a hidup. Vaksin diberikan pada
anak usia minimal 6 thn dengan dosis 1 kapsul setiap 2 hari selama 1 minggu. Vaksin
ini bisa memberikan perlindungan selama 5 thn.

Vaksin parental polisakarida

Valsin ini berasal dari polisakarida Vi dari kuman salmonella. Vaksin diberikan secara
parental dengan dosis tunggal 0,5 cc intramuscular pada usia mulai 2 thn dengan dosis
ulang setiap 3 thn. Lama perlindungan sekitar 60-70% vaksin ini yang sering dipakai
karena relative paling aman.
Imunisasi rutin oleh vaksin tifoid dianggap kurang bermanfaat, tetap mungkin
berguna bagi mereka yang terpapar oleh carrier

Anda mungkin juga menyukai