Chapter I
Chapter I
PENDAHULUAN
sifilis maupun gonore , infeksi HIV/AIDS saat ini juga menjadi perhatian karena
peningkatan angka kejadiannya yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Jumlah
penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es, yaitu jumlah
penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah sebenarnya. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya
belum diketahui secara pasti (Departemen Kesehatan R.I., 2006).
Berbagai usaha pencegahan penularan IMS telah digalakkan baik oleh
pemerintah Indonesia maupun oleh WHO. Namun meskipun pemerintah telah
mengupayakan usaha-usaha tersebut, insidensi IMS tetap meningkat dari tahun ke
tahun. Seperti yang dikemukakan dalam hasil sebuah penelitian retrospektif deskriptif
yang berjudul Pola Penyakit Menular Seksual (PMS) di Poliklinik Penyakit Kulit
dan Kelamin RSU Pusat Sanglah Denpasar Periode Januari 1996 - Desember 2000
yang menunjukkan selama rentang waktu lima tahun didapatkan 809 kasus baru IMS
yang memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya, 15,3 % pada tahun 1996
dan 27,9 % pada tahun 2000. Lima kelompok IMS terbanyak adalah cervicitis nongonorrhea (32,1%), kondiloma akuminata (15,7%), kandidosis vaginitis (14,9%),
sifilis (11,7%), gonorrhea (9,6%) (Rosyati, 2001).
Peningkatan insidensi IMS dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya
adalah perubahan demografik seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat
tinggi, pergerakan masyarakat yang meningkat akibat perkerjaan ataupun pariwisata
dan kemajuan sosial ekonomi. Akibat perubahan-perubahan demografik tersebut
maka terjadi pergeseran pada nilai moral dan agama pada masyarakat. Faktor lain
yang juga mempengaruhi peningkatan IMS adalah kelalaian negara dalam memberi
pendidikan kesehatan dan seks kepada masyarakat, fasilitas kesehatan yang belum
memadai dan banyak kasus asimptomatik sehingga pengidap merasa tidak sakit,
namun dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain (Djuanda, 2007). Infeksi itu
sendiri dapat terjadi pada siapa saja, dari lapisan masyarakat manapun dan mulai dari
usia muda hingga tua. Dengan memahami gambaran infeksi menular seksual yang
terjadi pada masyarakat dan distribusi populasi berisiko tinggi terhadap infeksi ini
akan sangat membantu upaya pencegahan penularan IMS dan pengobatan dini
terhadap pengidapnya.
2.