Anda di halaman 1dari 12

MILIARIA

I.

PENDAHULUAN
Miliaria adalah kelainan kulit berupa erupsi papulovesikular multiple
nonfolikuler 1-3 mm yang disebabkan oleh keluarnya keringat ekrin ke epidermis
atau dermis akibat pecahnya duktus kelenjar keringat ekrin yang tersumbat.1,2,3
Miliaria adalah gangguan umum pada kelenjar ekrin yang sering terjadi pada
kondisi di mana terjadi peningkatan panas dan kelembaban. Miliaria disebabkan
terjadinya sumbatan dari bagian intraepidermal saluran keringat sehingga cairan
kelenjar ekrin tertahan di dalam epidermis atau dermis yang terjadi secara
mendadak dan menyebar alami. Miliaria ditandai dengan adanya papul vesikuler
atau pustul yang bersifat milier dan gatal. Sinonim dari penyakit ini adalah biang
keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle heat.1,2
Malaria merupakan penyakit atau kelainan yang benigna dan sering terjadi
pada kondisi panas serta kelembapan yang tinggi, serta kondisi yang
menyebabkan keringat berlebihan. Banyak kasus yang transisien dan pasien hanya
mencari pengobatan untuk menghilangkan rasa gatal. 1
Tidak dikenal adanya predisposisi seksual maupun ras pada penyakit ini.
Sering kali terjadi pada neonatus dengan adanya riwayat panas, pemakaian
selimut atau pakaian yang tebal yang dianggap sebagai pencetus miliaria. Pada
usia dewasa sering dihubungkan dengan imobilisasi atau olahraga berat. Beberapa
studi memperlihatkan orang asia menderita lebih sedikit miliaria daripada kulit
putih. 1
Umumnya, miliaria terdapat pada bayi-bayi dengan kondisi yang tidak layak.
Namun, seiring dengan pertumbuhan anak, kemungkinannya berkurang sehingga
hanya sekitar 40 % dewasa yang mempunyai kecenderungan untuk terkena
miliaria. Hal ini tampaknya mencerminkan peningkatan kekuatan stuktur dari
saluran ekrin berdasarkan umur, sehingga disamping perkembangan dari
penutupan pori dan anhidrosis, ruptur saluran gagal terjadi dan tidak terdapat
bentuk vesikel dari miliaria. Di dalam kondisi tropis yang ekstrim dan kronik,
jumlah dari orang dewasa yang kemungkinan terkena miliaria terbukti meningkat
dari 70 % menjadi 90 %, dan lebih dari 40 % pada kondisi panas yang sedang.
Tidak ada predisposisi berdasarkan jenis kelamin ataupun ras dan kondisi ini

didapatkan pada semua umur. Paparan panas dalam jangka waktu lama,
lingkungan yang lembab, seperti terdapat pada daerah tropis dan pekerjaan yang
berhubungan dengan hal itu, memungkinkan untuk terkena miliaria.2,4
Miliaria kristalina biasanya diperlihatkan pada umur tua, pasien lemah yang
relatif berbaring tidak bergerak di tempat tidur, keadaan yang meminimalkan
kemungkinan rupturnya vesikel-vesikel ini. Tidak ada keadaan penyakit yang
diketahui memungkinkan sebagai penyebab miliaria.2,4
Data terbaik mengenai insidens miliaria pada bayi baru lahir adalah hasil
survey di Jepang pada lebih dari 5000 bayi. Survei ini mengatakan bahwa Miliaria
Kristalina didapatkan 4,5 % dari neonatus, dengan usia rata-rata 1 minggu.
Miliaria Rubra didapatkan 4 % dari neonatus dengan usia rata-rata 11 14 hari.
Di seluruh dunia, miliaria paling banyak di lingkungan tropis, utamanya orangorang yang baru saja pindah dari lingkungan tropis yang temperaturnya lebih
panas. Miliaria telah menjadi masalah penting bagi personil tentara Amerika dan
Eropa yang bertugas di Asia Tenggara dan Pasifik.2,4
Beberapa penyebab terjadinya miliaria yang telah dikenal pasti antaranya:5,6,7
1. Immaturitas dari saluran ekrin : Neonatus dipikirkan mempunyai saluran ekrin
yang immatur yang memudahkan terjadinya ruptur ketika keringat keluar.
Ruptur ini mengakibatkan terjadinya miliaria.
2. Kurangnya penyesuaian diri terhadap iklim : Miliaria biasanya terjadi pada
individu yang pindah dari iklim tidak tetap ke iklim tropis. Kondisi ini
biasanya berubah setelah individu tinggal di kondisi panas dan lembab selama
beberapa bulan.
3. Kondisi panas dan lembab : Iklim tropis, perawatan neonatus di inkubator, dan
demam mungkin dapat menyebabkan miliaria.
4. Latihan : Beberapa stimulus untuk berkeringat dapat menyebabkan miliaria.
5. Obat : Bethanecol, obat yang dapat menyebabkan keringat, isotretinoin, obat
yang menyebabkan diferensiasi folikel dilaporkan dapat menyebabkan
miliaria.
6. Bakteri : Staphylococci berhubungan dengan miliaria, dan antibiotik dapat
mencegah miliaria.
7. Radiasi ultraviolet : Beberapa peneliti menemukan bahwa miliaria kristalina
terjadi pada kulit yang terekspos sinar ultraviolet.
2

II.

KLASIFIKASI
Ada 3 bentuk miliaria, antara lain :2,4,5
1. Miliaria Kristalina
2. Miliaria Rubra
3. Miliaria Profunda

III.

PATOGENESIS
Miliaria adalah penyakit obstruksi yang jinak dengan tanda vesikopustula.
Penyakit ini mengkhawatirkan orang tua karena onset dan penyebarannya yang
akut.Stimulus primer dari perkembangan miliaria adalah kondisi panas dan
kelembaban yang tinggi yang menyebabkan pengeluaran keringat yang banyak.
Oklusi kulit karena penggunaan pakaian, perban atau seprei plastik dapat
menyebabkan pengumpulan keringat di permukaan kulit dan overhidrasi dari
stratum korneum. Pada orang yang beresiko, termasuk bayi, yang relatif
mempunyai kelenjar ekrin immatur, overhidrasi dari stratum korneum
kemungkinan sudah bisa menyebabkan sumbatan acrosyringium.1,2,3
Jika kondisi panas dan lembab masih bertahan, keringat akan banyak
diproduksi kembali, tetapi tidak dapat disekresikan ke permukaan kulit karena
adanya penyumbatan saluran. Sumbatan ini menyebabkan terjadinya kebocoran
keringat dalam perjalanannya ke permukaan kulit, baik di dermis maupun
epidermis yang berhubungan dengan anhidrosis. Dengan adanya kebocoran
tersebut, akan menyebabkan inflamasi dan lesi yang sifatnya asimptomatik.1,2,4
Bakteri normal kulit, seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus
aureus, kemungkinan juga berperan dalam patogenesis miliaria. Pasien dengan
miliaria mempunyai bakteri per unit area kulit 3 kali lebih banyak dibanding
orang yang sehat.1,2,3
Pada fase akhir miliaria, bisa ditemukan hiperkeratosis dan parakeratosis dari
acrosyringium. Adanya sumbatan hiperkeratotik bisa menyumbat saluran ekrin.
Sumbatan parakeratotik pada saluran keringat mungkin dihasilkan dari luka selsel epidermal yang melapisi saluran keringat. Pada keadaan yang biasa, luka ini
disebabkan maserasi akibat air keringat. Sumbatan juga dapat terjadi pada

dermatosis yang meradang. Perubahan kimia yang terjadi sehingga kelembaban


merangsang pembentukan luka pada keratin belum diketahui. Akan tetapi, hal ini
sekarang di percaya tidak terlalu berpengaruh dan bukan penyebab utama
penyumbatan keringat.1,2,4
IV.

PATOGENESIS BERDASARKAN KLASIFIKASI


1. Miliaria Kristalina1,5
Disebabkan oleh terjadinya penyumbatan di lapisan paling atas epidermis
yaitu di stratum korneum khususnya antara dua lapisan sel tanduk.
2. Miliaria Rubra1,5
Disebabkan oleh penyumbatan saluran keringat pada epidermis yang
dalam (acrosyringium) yaitu pada stratum spinosum sehingga keringat keluar
dan masuk ke dalam epidermis bagian bawah.
3. Miliaria Profunda1,5
Disebabkan oleh penyumbatan pada bagian distal duktus atau pada
dermal-epidermal junction (papilla dermis).

Gambar 1:Patomekanisme miliaria berdasarkan klasifikasi. 5

V.

GAMBARAN KLINIS
1. Miliaria Kristalina1,2
Miliaria kristalina terdiri dari vesikel transparan, superficial, intrakorneal
atau subkorneal dan tidak meradang. Vesikel tersebut berukuran 1 2 mm dan
mudah pecah ketika tersentuh oleh tangan. Sifat dari vesikelnya asimptomatik dan
biasanya diketahui secara kebetulan pada waktu pemeriksaan fisik serta sembuh
dengan deskuamasi halus di bagian superfisial. Pada bayi, lesi sering terjadi pada
kepala, leher, dan bagian atas badan. Sedangkan pada dewasa, lesi terjadi pada
badan. Miliaria tipe ini dapat sembuh sendiri, cukup dengan menghindari panas,
yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian yang tipis, dan
menyerap keringat. Selain itu, juga terdapat varian dari tipe ini yang disebut
miliaria kristalina alba yang kelihatan berwarna perak akibat adanya korneosit
pada lesi.

Gambar 2: Miliariakristalina vesikel seperti tetesan air tanpa eritema6

2. Miliaria Rubra1,2
Penyakit ini lebih berat daripada miliaria kristalina, terdapat pada badan
dan tempat-tempat tekanan atau gesekan pakaian. Miliaria rubra meliputi lesi
papul yang eritematous dan papulovesikel berdiameter kurang lebih 1 4 mm
disertai dengan makula eritem, gatal yang luar biasa, serta sensasi seperti terbakar,
tertusuk atatu perasaan geli. Pada bayi lesi terjadi pada leher, dan aksilla.
Sedangkan pada dewasa, lesi terjadi pada daerah kulit yang tertutup di mana
terjadi gesekan, area ini termasuk leher, bagian atas badan, dan sela-sela tubuh.
Terdapat juga pada muka dan area pergelangan, tetapi minimal.Pada stadium
akhir, anhidrosis terjadi pada kulit yang terkena.

Gambar 3 : Miliaria Rubra papul yang eritematous dan papulovesikel berdiameter kurang
lebih 1 4 mm disertai dengan makula eritem, gatal yang luar biasa, serta sensasi seperti
terbakar, tertusuk atau perasaan geli.7

3. Miliaria Profunda1,2
Bentuk ini agak jarang kecuali pada daerah tropis. Miliaria profunda
biasanya timbul setelah miliaria rubra dengan ciri-ciri tidak gatal, berwarna seperti
daging, lebih dalam, dan papul yang putih berukuran 1 3 mm. Asimptomatik
biasanya kurang dari 1 jam setelah kepanasan yang berlebihan, dan terfokus pada
ekstremitas. Selain wajah, aksilla, tangan, dan kaki, dan kemungkinan merupakan
kompensasi dari hiperhidrosis, semua kelenjar keringat tidak berfungsi. Oklusi
terdapat pada bagian atas dermis. Pada kasus yang berat yang memungkinkan
terjadinya pengaliran panas, hiperpireksia dan takikardia dapat ditemukan.

Gambar 4: Miliaria Profunda tidak gatal, berwarna seperti daging, lebih dalam, dan papul yang
putih berukuran 1 3 mm. Asimptomatik.7

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Miliaria mempunyai banyak perbedaan secara klinis, oleh karena itu,
beberapa tes laboratorium cukup diperlukan.
1.

Pemeriksaan Sitologik6,7
Pada miliaria kristalina, pemeriksaan sitologik untuk kandungan vesikel

tidak didapatkan sel-sel radang atau sel giant multinukleat (seperti yang terdapat
pada vesikel dari penyakit herpes).
2. Pemeriksaan Histopatologik6,7

Pada miliaria kristalina, terdapat vesikel intrakorneal atau subkorneal yang


berhubungan dengan saluran keringat dan sumbatan keratin.
Pada miliaria rubra, vesikel spongiotik terdapat di dalam stratum spinosum,
di bawah sumbatan keratin dan infiltrat radang kronis terdapat di sekitarnya dan di
dalam vesikel serta mengelilingi dermis, infiltrasi limfositik perivaskuler dan
vasodilatasi terlihat pada dermis superfisial. Dengan perwarnaan khusus dapat
terlihat coccus gram positif di bawah dan di dalam sumbatan keratin. Pada saluran
keringat intraepidermal diisi dengan substansi amorf yang Periodic Acid Schiff
(PAS) positif dan diastase resisten yang berasal dari coil secretory kelenjar ekrin
Pada miliaria profunda, terlihat sumbatan pada daerah taut dermoepidermal
dan pecahnya saluran keringat pada dermis bagian atas dan juga adanya edema
intraseluler periduktal pada epidermis (spongiosis) serta infiltrat radang kronis.

VI.

DIAGNOSIS BANDING
1.

Kandidosis2,4
Kandidiasis kulit dan bentuk lain dari kandidosis adalah infeksi yang

disebabkan oleh jamur Candida albicans atau spesies Candida lainnya.


Merupakan jamur uniseluler yang biasanya berkembang biak dengan tunas. C
albicans, agen infeksi utama dalam infeksi pada manusia, adalah ragi berbentuk
oval 2-6 m dengan diameter. C. albicans (jamur yang paling penting secara medis)
memiliki kemampuan untuk bermanifestasi dalam bentuk baik hifa dan ragi
(dimorfisme). Jika pinched cellstidak terpisah, rantai sel diproduksi dan disebut
pseudohyphae.

Gambar 6 :, Patch pruritus yang lembab dan erosif pada kulit perianal dan
perineum (dengan pembentukan lesi satelit) pada wanita dengan kandidosis.

2. Varisela zoster2,4
secara klinis ditandai oleh adanya lesi aktif dan disertai penyembuhan
pada semua stadiumperjalanan penyakit inipada lokasi yang terkena infeksi. Lesi
khas sembuh tanpa bekas luka, meskipun ekskoriasi atau superinfeksi bakteri
sekunder adalah faktor predisposisi pembentukan bekas luka.

Gambar 7 : Dewdrop on rose petal merupakan karakteristik khas VZV.

3. Folikulitis2,4
9

Keadaan umum pasien pada folikulitis superfisial adalah baik. Folikulitis


pustular superfisial bermanifestasi dengan papul folikel yang dengan cepat
berkembang menjadi pustul. Umumnya gejala bersifat asimtomatik, namun pada
beberapa kasus dapat timbul gatal ringan yang dapat timbul akibat peradangan
folikel rambut.

Gambar 8 : Folikulitis staphylococcal di bokong


Oklusi Dari popok mungkin berhubungan dengan
timbulnya ruam.

VII.

TERAPI
Tujuan pengobatan pada miliaria adalah menghilangkan gejala dan
mencegah terjadinya hiperpireksia dan gejala heat exhaustion. Dengan demikian,
harus menghindari hal-hal menyebabkan tersumbatnya muara kelenjar keringat
ekrin. Misalnya, mengontrol panas dan kelembapan serta pembatasan aktivitas
terutama pada udara panas sehingga tidak merangsang keluarnya keringat, regular
showering, memakai pakaian yang longgar atau yang tipis yang bisa menyerap
keringat. Berada di lingkungan yang dingin agar tidak timbul keringat. Hindari
penggunaan obat topikal dengan heavy cream atau powder. Dapat diberi losio
yang mengandung kalamin, asam borat atau mentol. Pada neonates dianjurkan
memakai superabsorbent disposable diaper yang mengandung gel absorben.1,6
Untuk miliaria kristalina tidak perlu diberikan pengobatan. Hal ini
disebabkan kondisi asimptomatik dan dapat sembuh sendiri.1

10

Untuk miliaria rubra dapat diberikan krim atau losio klorheksidin dengan
atau tanpa asidum salisikum 1% 3kali sehari. Untuk kasus dengan gatal berat
diberi topical kortikosteroid (betametason 0,1% 2 kali sehari selama 3 hari), cold
packs dan antihistamin. Untuk miliaria profunda dapat diberi anhydrous lanolin
dan isotretinoin.6,7

VIII.

PROGNOSIS
Prognosis miliaria secara umum adalah baik karena kebanyakan penyakit ini
sembuh apabila pasien berpindah ke lokasi yang lebih dingin dan sejuk atau
aplikasi pentalaksanaan yang tepat dilakukan.1,2

DAFTAR PUSTAKA
1.

Pusponegoro EHD. Miliaria. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed.7.

2.

Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015: Ch. 35.p. 325-27


Al-Hilo MM, Al-Saedy SJ, Alwan AI. Atypical Presentation of Miliaria in
Iraqi Patients Attending Al-Kindy Teaching Hospital in Baghdad: A Clinical
Descriptive Study.American journal of dermatology and venereology. 2012, 1(3):
41-46

3.

Coulson IH, Disorders of Sweat GlandsIn:Burns T, Breathnach S, Cox N,


Griffiths C, editors. Rooks Textbook Of Dermatology Vol. I8thed. Blackwell

4.

Publishing, 2008: Ch 44 P. 44.15-16 36


Shimizu H. Disorders of the Skin AppendagesIn: Shimizu Textbook Of

5.

Dermatology Hokkaido.Press 2008. Ch 19.p.315-16


Fealey RD, Hebert AA.Disorders of the eccrine sweat glands and
sweating. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff
K, editors.Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York:
McGraw-Hill Medical; 2012 : Ch 84.p.1329-32

11

6.

James WD, Berger TG, Elston DM.Dermatoses resulting from physical


factor.In:Andrews

7.

Diseases

of

The

Skin

Clinical

Dermatology

11thEd.Philadelphia: Elsevier Inc.2011:Ch 3 P 34-36


Kumar S, Mahajan BB, Kaur S, Singh A. Erythropoietin induced miliaria
crystallina: A possible new adverse effect of erythropoietin.Int J Case Rep Images.
2014;5(9):634637

12

Anda mungkin juga menyukai