Anda di halaman 1dari 14

TUGAS AUDITING 1

KELAS B3

BAB 4 : ETIKA PROFESIONAL

Kelompok 4 :
Erzha Asriana

(02320130176)

Siti Fadillah

(02320130177)

Rahminarsih

(02320130178)

Rini Fadrji Suhardika

(02320130180)

Andi Nurwahida

(02320130181)

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


MAKASSAR

KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah
dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang merupakan
tugas Mata Kuliah Auditing 1.
Adapun judul makalah yang kami susun adalah Etika Profesional. Dengan
berakhirnya sajian makalah yang kami susun, tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada segenap pihak terkait yang telah berperan serta aktif secara pemikiran sehingga
terselesaikannya makalah yang kami susun.
Pada kesempatan yang baik ini tak lupa kami sampaikan pula semoga kiranya
makalah yang kami susun, ada guna manfaatnya bagi kami khususnya serta pembaca lain
pada umumnya.Akhir kata, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, atas segala kekurangan
atas makalah yang kami susun.

Makassar, 14 Oktober 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai bidang khususnya bidang
teknologi informasi. Kode etik sangat dibutuhkan dalam bidang TI (Teknologi
Informasi), karena kode etik tersebut dapat menentukan apa yang baik dan yang tidak
baik serta apakah suatu kegiatan yang dilakukan oleh IT-er itu dapat dikatakan
bertanggung jawab atau tidak. Pada jaman sekarang banyak sekali orang di bidang TI
menyalahgunakan profesinya untuk merugikan orang lain, contohnya hacker yang
sering mencuri uang, password leat computer dengan menggunakan keahlian mereka.
Dan banyak pula tindakan kejahatan dilakukan di internet selain hacker yaitu cracker,
dll. Oleh sebab itu, kode etik bagi pengguna internet sangat dibutuhkan pada jaman
sekarang ini, sehingga orang dalam melakukan suatu tindakan, akan berfikir lebih
banyak karena kode etik dengan tertentu sebagai pembatas tindakan dalam berkinerja.
Kode etik profesi dalam bidang apapun merupakan bagian dari etika profesi. Kode
etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas
dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas, dan
merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya normanorma terebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian, kode etik profesi
adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci
tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan
apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional.
Tujuan utama dari kode etik adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat
tanpa mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Etika
2. Dilema Etika
3. Kebutuhan khusus terhadapa Kode Etik Profesi
4. Kode Etik
5. Independensi
6. Ketentuan Bapepam
7. Menjaga Independensi dan Integritas Audit
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Etika
2. Mengetahui mengenai Dilema Etika
3. Mengetahui mengenai Kebutuhan Khusus Terhadap Kode Etik Profesi
4. Mengetahui mengenai Kode Etik
5. Mengetahui pengertian Independensi

6. Mengetahui apa saja ketentuan Bapepam


7. Mengetahui mengenai menjaga Independensi dan Integritas Audit

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ETIKA

Dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara hingga sampai tingkat internasional di


perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem
pengaturan kehidupan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan
sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dalam bernegara dan lain-lain.
Berbagai bentuk contoh interaksi hubungan ke hidupan diatas ada aturan atau
pedoman yang tertulis maupun tidak tertulis. Bentuk pedoman tersebut tidak lain untuk
menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang,
tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya
yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya.Hal itulah yang mendasari tumbuh
kembangnya etika di masyarakat kita.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan
mana yang kurang tepat dalam kehidupan bermasyarakat. Perkataan etika atau lazim
juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilainilai, kaidah-kaidah, dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti
yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
Drs. O.P. SIMORANGKIR: etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam

berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik


Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat: etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh

yang dapat ditentukanoleh akal.


Drs. H. Burhanudin Salam: etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilaidan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika


memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita
untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang
perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi
kehidupan kita dalam bermasyrakat.
Etika dalam hukum islam merupakan bagian dari akhlak. Etika merupakan bagian
dari akhlak, karena akhlak bukan hanya menyangkut perilaku manusia yang bersifat

perbuatan lahiriah saja. Akhlak ini mencakup hal-hal yang lebih luas, yaitu meliputi
bidang akidah, ibadah dan syariah.
B. DILEMA ETIKA
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai
perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77). Untuk itu
diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam
pendekatan dapat dilakukan orangyang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mendapatkan fakta-fakta yang relevan


Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilemma
Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative
Menetapkan tindakan yang tepat.

Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau


menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang melakukannya,
(2) jika legal maka disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan ketahuan dan
konsekwensinya.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi
banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai
perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan
dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson& Thompson (1981 ) dilema etik
merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau
situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Kerangka
pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya
menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah, antara
lain:
1. Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )Ada lima langkah-langkah dalam
pemecahan masalah dalam dilema etik:
a) Mengkaji situasi
b) Mendiagnosa masalah etik moral
c) Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d) Melaksanakan rencana
e) Mengevaluasi hasil
2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
a. Mengembangkan data dasar.

Untuk melakukannya, perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak


mungkin meliputi :
a)
b)
c)
d)

Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya


Apa tindakan yang diusulkan
Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
danmempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil

keputusan yang tepat


e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
3. Model Murphy dan Murphy
a) Mengidentifikasi masalah kesehatan
b) Mengidentifikasi masalah etik
c) Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d) Mengidentifikasi peran perawat
e) Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f) Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
g) Memberi keputusan
h) Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah
umum untukperawatan klien
i) Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan
informasi tersebutuntuk membantu membuat keputusan berikutnya.
4. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
a)
b)
c)
d)

Mengumpulkan data yang relevan


Mengidentifikasi dilema
Memutuskan apa yang harus dilakukan
Melengkapi tindakan

5. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)


a) Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan,
b)
c)
d)
e)
f)

keputusan

diperlukan, komponen etis, dan petunjuk individual.


Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
Mengidentifikasi Issue etik.
Menentukan posisi moral pribadi dan professional.
Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

C. KEBUTUHAN KHUSUS TERHADAP KODE ETIK PROFESI

yang

Seorang profesional diharapkan dapat berperilaku pada tingkat yang lebih tinggi dari
yang dilakukan oleh sebagian besar anggota masyarakat lain. Arti istilah profesional
adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab diri
sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat. Akuntan publik, sebagai
profesional, mengakui adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta rekan
praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, meskipun itu berarti pengorbanan diri.
Alasan utama mengharapkan tingkat perilaku profesional yang tinggi oleh setiap
profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan oleh
profesi, tanpa memandang individu yang menyediakan jasa tersebut. Bagi akuntan publik,
kepercayaan klien dan pemakai laporan keuangan eksternal atas kualitas audit dan jasa
lainnya sangatlah penting. Jika para pemakai jasa tidak memiliki kepercayaan kepada
para dokter, hakim, atau akuntan publik, maka kemampuan para profesional itu untuk
melayani klien serta masyarakat secara efektif akan hilang.
Bagi sebagian besar pemakai jasa tidaklah penting untuk mengevaluasi mutu kinerja
jasa profesional karena kompleksitas jasa itu. Seorang pasien tidak dapat diharapkan
untuk mengevaluasi apakah suatu operasi terlah dijalankan dengan benar. Seorang
pemakai laporan keuangan tidak dapat diharapkan untuk mengevaluasi kinerja audit.
Sebagian besar pemakai jasa tidak memiliki kompetensi maupun waktu untuk melakukan
evaluasi semacam itu. Kepercayaan masyarakat atas kualitas jasa profesional akan
semakin besar bila profesi mendorong standar kinerja dan perilaku yang tinggi di pihak
seluruh praktisi.
D. KODE ETIK
Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai
pedoman berperilaku.
Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang
menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilainilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standar perilaku anggotanya.
Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada
masyarakat.
Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asas etis.Chung, 1981
mengemukakan empat asas etis, yaitu : (1). Menghargai harkat dan martabat (2).Peduli

dan bertanggung jawab (3). Integritas dalam hubungan (4). Tanggung jawab terhadap
masyarakat.
Kode etik dijadikan standar aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus
sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan sebagai perdoman dengan
tujuan mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota profesi. Bias interaksi
merupakan monopoli profesi., yaitu memanfaatkan kekuasan dan hak-hak istimewa yang
melindungi kepentingan pribadi yang betentangan dengan masyarakat. Oteng/ Sutisna
(1986: 364) mendefisikan bahwa kode etik sebagai pedoman yang memaksa perilaku etis
anggota profesi.
Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan, aturan,
tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan aktifitas maupun tugas suatu profesi.
Bahsannya setiap orang harus menjalankan serta mejiwai akan Pola, Ketentuan, aturan
karena pada dasarnya suatu tindakan yang tidak menggunakan kode etik akan berhadapan
dengan sanksi.
E. INDEPENDENSI
Independensi adalah mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan
pengujian audit, evaluasi dari hasil pengujian dan penerbitan laporan audit. Pentingnya
independensi seorang auditor adalah independensi merupakan dasar dari prinsip integritas
dan objektivitas karena banyaknya pengguna laporan keuangan yang mengandalkan
laporan audit eksternal terhadap kewajaran laporan keuangan disebabkan ekspektasi
mereka atas sudut pandang yang tidak bias dari auditor.
Independensi terbagi atas:
a) independensi kenyataan (fakta) yaitu auditor secara nyata menjaga sikap objektif
selama melakukan audit.
b) independensi penampilan merupakan interpretasi orang lain terhadap independensi
auditor.
Perbuatan yang tidak memengaruhi independensi kenyataan tetapi dapat memengaruhi
independensi penampilan antara lain kepemilikan finansial yang signifikan, pemberian
jasa non-audit kepada klien, serta besarnya imbalan jasa audit.
F. KETENTUAN BAPEPAM

Nilai pengauditan bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor. Alasan
banyaknya pengguna laporan keuangan yang bersedia mengandalkan laporan akuntan
publik adalah adanya ekspektasi mereka terhadap auditor yang mampu memberikan
pendapat yang tidak bias. Bapepam-LK mengadopsi aturan yang memperkuat
independensi auditor dengan menerapkan peraturan Sarbanes-Oxley di AS. Peraturan
Bapepam-LK membatasi kemungkinan auditor memberikan jasa non-audit pada klien
auditnya, dan penggunaan jasa KAP yang lama oleh klien serta mengharuskan adanya
rotasi partner audit untuk meningkatkan independensi.

Jasa-Jasa Non-audit
Bapepam membatasi tapi tidak sepenuhnya menghapuskan jenis jasa non-audit yang
diberikan pada klien yang merupakan perusahaan publik. Banyak dari jasa non-audit
yang dilarang berdasarkan aturan Bapepam-LK terkait dengan independensi.
Larangan tersebut:

Jasa pembukuan dan jasa akuntansi lainnya

Desain sistem informasi keuangan dan implementasinya

Penaksiran atau jasa penilaian

Jasa aktuaria

Jasa audit internal

Fungsi manajemen dan sumber daya manusia

Jasa pialang atau penasehat investasi atau jasa bankir investasi

Jasa hukum dan pakar yang tidak terkait dengan audit

Jasa-jasa lain yang tidak diizinkan

Komite Audit

Adalah komite di bawah dewan komisaris yang terdiri dari sekurangnya seorang
komisaris independen dan para profesional independen dari luar perusahaan, yang
tanggung jawabnya termasuk membantu para auditor tetap indepeden dari mnajemen.
Komite audit juga dibutuhkan dalam BUMN dan bank. Komite audit terdiri dari tiga ,
lima, atau tujuh anggota yang bukan merupakan manajemen perusaaan. Pakar auditor
bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan semua hal penting yang teridentifikasi
selama pengauditan kepada komite audit. Semua persyaratan di atas bertujuan untuk
menguatkan independensi auditor dengan secara efisien membuat komite audit
sebagai klien bagi perusahaan publik daripada manajemen.

Konflik yang Timbul dari Hubungan Kerja


Bekerjanya seseorang bekas anggota tim audit di dalam perusahaan klien audit bisa
menimbulkan sejumlah persoalan independen. Bapepam-LK telah menambahkan
aturan satu tahun masa pendinginan sebelum seseorang bekas anggota tim audit
dapat bekerja pada klien di sejumlah posisi kunci manajemen. KAP tidak bisa
melanjutkan audit klien, jika ada dari auditor KAP yang bekerja pada klien dan ikut
berpartisipasi di dalam berbagai kapasitasnya dalam audit selama satu tahun, sebelum
dimulainya proses audit.

Rotasi Partner dan KAP


Berdasarkan PMK 17/2008, aturan independensi Bapepam-LK mensyaratkan partner
audit untuk merotasi tim audit setelah 3 tahun dan KAP setelah 6 tahun. Bapepam-LK
mensyaratkan 3 tahun rehat setelah rotasi sebelum mereka bisa kembali bekerja
untuk klien audit yang sama.

Kepentingan Kepemilikan
Aturan Bapepam-LK tentang hubungan keuangan mengaitkan perspektif kontrak
kerja dan melarang kepemilikan dalam klien audit, oleh orang-orang yang bisa
mempengaruhi audit tesebut. Aturan itu melarang kepemilikan oleh orang-orang yang
terkait audit dan keluarganya. Termasuk (a) anggota tim audit, (b) mereka yang ada
dalam posisi bisa mempengaruhi kontrak kerja audit dalam hierarki pimpinan
perusahaan, (c) partner dan manajer yang menyediakan jasa non-audit untuk klien,

dan (d) partner di dalam kantor yang bertanggung jawab utama untuk melakukan
audit.
G. BANTUAN UNTUK MENJAGA INDEPENDENSI DAN INTEGRITAS AUDIT
Profesi dan masyarakat sangat fokus untuk memastikan bahwa (1) para auditor menjaga
sebuah sikap yang tidak bias dalam menjalankan tugas (independen dalam kenyataan) dan (2)
para pengguna menganggap auditor itu independen (independen dalam penampilan). Berikut
ini merupakan bantuan yang diberikan untuk menjaga independensi para auditor, yaitu:
1.Perlindungan Kertas Kerja
Ada tiga hal yang terkait kertas kerja seorang auditor yaitu integritas audit, keuntungan
pribadi, dan kerahasiaan klien. Perlindungan kertas kerja ini meliputi larangan dan penolakan
akses dari pihak yang tidak berkepentingan terhadap kertas kerja dan menghindari ancaman
terhadap integritas audit.
a. Integritas Auditor
Akses untuk mengaudit kertas kerja akan memberikan sebuah kesempatan untuk mengubah
informasi di dalam kertas atau mencampuri data uji. Pengetahuan dari aspek terperinci dari
progam audit, misalnya kapan pengujian akan dilakukan dan hal-hal apa saja dari pengujian
yang akan menjadi target, dapat membuat seseorang melemahkan integritas auditnya.
b. Keuntungan Pribadi
Aktivitas yang tidak dapat diterima seperti praktik insider trading juga menjadi perhatian
yang penting. Para auditor tidak boleh menggunakan informasi rahasia dari klien untuk
keuntungan pribadi atau pihak ketiga (Pasal 140 dari Kode Etik).
c. Kerahasiaan Klien
Selama pemeriksaan, aditor mendapatkan informasi rahasia seperti gaji pegawai, harga
produk, rencana periklanan, dan data biaya produksi. Jika auditor mengungkapkan informasi
kepada pihak luar atau pegawai dari klien yang tidak semestinya mendapat informasi, maka
hubungan mereka dengan manajemen bisa menjadi sangat penting. Biasanya kertas kerja
auditor dapat diberikan kepada pihak lain hanya dengan seizin klien. Hal ini tetap berlaku,

bahkan jika seorang auditor ingin menawarkan jasanya kepada perusahaan lain atau bersedia
untuk mengizinkan auditor penggantinya untuk memeriksa kertas kerja yang sudah disiapkan
untuk klien yang terdahulu.
d. Pengecualian dari Kerahasiaan

Kewajiban hukum

Secara hukum, informasi bisa disebut informasi khusus jika proses hukum tersebut tidak bisa
memaksa seseorang menyediakan informasi itu, bahkan jika pemanggilan tertulis dari
pengadilan. Informasi yang diinformasikan dari klien kepada pengacara atau dari pasien
kepada dokter adalah rahasia. Tapi informasi yang didapat akuntan publik dari klien bukanlah
suatu hak istimewa (sangat rahasia). Jika kertas kerja dibutuhkan atau diminta oleh piha
regulator yang menjalankan otoritasnya yang sah, maka pihak manajemen dari klien harus
segera diberitahu.

Review Sejawat

Ketika Kantor Akuntan Publik (KAP) melakukan review sejawat dari kerja pengauditan KAP
lain, maka adalah hal yang wajar untuk menguji beberapa beberapa set kertas kerja. Jika
review sejawat dilakukan oleh anggota badan profesional lain, izin dari klien untuk
melakukan pengujian kerja kerja tidaklah dibutuhkan. Hal ini karena proses mendapatkan izin
dari klien membutuhkan waktu yang lama dan menghambat akses dari pelaku review sejawat.
Biasanya, pelaku review sejawat harus merahasiakan informasi yang didapatnya dan tidak
boleh menggunakan informasi tersebut dengan tujuan lain.
e. Pengunduran Diri
Aturan dari profes adalah auditor harus menjaga hubungan yang tidak bias dengan
manajemen dan berbagai pihak yang terpengaruh dengan apa yang menjadi tanggung jawab
dari auditor itu. Dalam setiap kontrak kerja, auditor tidak boleh menyepelekan penilaian
profesionalnya terhadap penilaian orang lain. Jika terdapat konflik yang cukup besar diantara
komunitas keuangan sehingga dapat mempengaruhi objektivitas seorang aditor, maka
dipandang perlu bagi auditor untuk mengundurkan diri dari kontrak kerja itu.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika
memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak
secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita
pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan
kita dalam bermasyrakat.
masyarakat.
Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang
diterjemahkan kedalam standar perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama
adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat.
B. SARAN
Apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan mohon untuk diperbaiki karena
kekurangan hanya milik kami dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai