Anda di halaman 1dari 42

THYPOID

Created By :
NS. ARABTA M.Peraten Pelawi, M.Kep

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesehatan merupakan anugerah terindah

yang diberikan oleh Tuhan kepada


manusia.
Hidup bersih merupakan langkah yang
paling penting untuk mencegah penyakit
dan menjaga kesehatan tubuh.
Oleh karena itu kebersihan harus dijaga
baik dari dalam diri manusia itu sendiri,
lingkungan tempat tinggal agar terhindar
dari segala penyakit.

Di Indonesia, insidensi demam tipoid sangat

tinggi yaitu dari 350 s/d 810 per 100.000


penduduk per-thn, dengan angka kematian
30.000 s/d 50.000 per-thn.
Demam tipoid menduduki urutan ke-4 sebagai
penyebab perawatan di RS dimana rata-rata
lamanya perawatan adalah 10 hari.
Melihat
kenyataan
di
atas,
perlunya
penanganan serius bagi penderita tifoid dan
paratifoid
melibatkan
berbagai
tenaga
kesehatan. Asuhan keperawatan komprehensif
sangatlah penting dalam upaya pencegahan
dan penyembuhannya.

DEFINISI
Demam Tifoid merupakan penyakit

infeksi akut usus halus yang


disebabkan oleh kuman Salmonela
typhi.
Sinonim dari demam tifoid adalah
typoid fever, enteric fever atau typhus
abdominalis.
Demam paratifoid menunjukkan mani
festasi klinis yang sama dengan tifoid,
namun biasanya lebih ringan.

Gambar Organ Sistem Pencernaan

Etiologi
Etiologi demam tifoid adalah infeksi
yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi.
Kuman ini mempunyai 3 antigen
yaitu:
Antigen O: antigen pada bagian
soma/tengah
Antigen H: antigen pada bagian flagel.
Antigen VI: antigen pada bagian
kapsul.

Cara perpindahan kuman melalui


cara 5 F, yaitu;
Food and fluid, yaitu melalui makanan dan

minuman yang tercemar.


Flies, melalui lalat yang membawa kuman
tersebut.
Finger, melalui jari atau tangan yang kotor
atau terkontaminasi kuman.
Faeces, melalui kuman yang terdapat pada
faeces.
Fomites, kontaminasi melalui alat
makan/minum yang kurang bersih.

Penularan yang paling

sering di daerah endemik


adalah melalui makanan
yang tercemar oleh karier,
yaitu orang yang sembuh
dari demam typoid dan
masih mengekskresi
kuman salmonella dalam
tinja dan urine selama
lebih dari 1 tahun.
Karier ini terjadi akibat
pengobatan yang tidak
tuntas selama menderita
demam typhoid.

Siapa sajakah yang berisiko tinggi


Terinfeksi Demam Tipoid ?
Anak-anak usia sekolah ( mempunyai resiko

yang paling tinggi, dibandingkan dengan yang


lainnya)
Karyawan yang menangani pengolahan
makanan di hotel, industri makanan, dsb.
Petugas lapangan (salesman, medical
representatif, pemasangan jaringan tlp/listrik)
Para staf di RS (Dokter, Perawat, dll)
Prajurit militer (sering bertugas di daerah yang
rawan / endemik)
Dan umumnya setiap orang yang tinggal di Asia
Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Filiphina.

Patofisiologi
Kuman salmonella masuk ke dalam tubuh

melalui
makanan
dan
minuman
yang
tercemar oleh Salmonella dikarenakan oleh
faktor 5F.
Asam lambung merupakan penghambat
masuknya salmonella ke dalam usus.
Sekresi asam klorida mampu menghancurkan
sebagian dari salmonella, tetapi karena
masuknya kuman bersama dengan makanan
dan minuman maka terjadi pengenceran
asam lambung, yang mengurangi daya
hambat
terhadap
mikroorganisme
yang

Patofisiologi
Daya hambat asam lambung ini juga akan menurun

pada waktu terjadi pengosongan lambung, sehingga


bakteri dapat lebih leluasa masuk ke dalam usus.
Kuman Salmonella kemudian memasuki folikel-folikel
limfe yang terdapat pada lapisan mukosa atau
submukosa usus halus dan memperbanyak diri
dengan cepat.
Kemudian memasuki saluran limfe dan akhirnya
mencapai ke aliran darah, dengan melewati kapilerkapiler pada dinding kantung empedu atau secara
tidak langsung melalui kapiler-kapiler hepar, maka
kuman sampai ke empedu dan larut di sana.

Patofisiologi
Melalui empedu yang efektif, masuklah kuman ke dalam

usus untuk kedua kalinya, yang lebih berat daripada


invasi tahap pertama.
Invasi kedua ini akan menimbulkan lesi yang luas pada
jaringan limfe usus kecil disertai dengan gejala-gejalanya.
Apabila infeksi ini tidak segera ditangani maka akan
menimbulkan komplikasi yang lebih berat, yakni
perdarahan, peritonitis dan ileus paralitik sedangkan
kuman yang masih ada dalam darah akan terus mengikuti
aliran darah.
Kerusakan yang terjadi tergantung dari tempat dimana
kuman Salmonella tersebut berada (bersarang).

Tanda dan Gejala


a. Minggu I (fase prodormal/intermiten)
1. Demam (suhu naik turun, khususnya
meningkat pada malam hari dan turun
menjelang pagi dan siang) selama 3-7
hari.
2. Merasa kedinginan.
3. Sakit kepala, pusing, nyeri otot, lemas,
malaise.
4. Anoreksia, mual dan muntah, rasa
tidak enak pada abdomen.
5. Konstipasi selanjutnya diare.

Tanda dan Gejala


b. Minggu II (fase fibris
continue/remitten)
1. Demam tinggi terus menerus dan
konstan.
2. Bradikardi
3. Lidah kotor di tengah tapi di bagian
tepi dan ujungnya merah dan tremor,
stomatitis, mulut bau.
4. Distensi abdomen.
5. Hepatomegali dan splenomegali.

Tanda dan Gejala


6. Penurunan kesadaran
7. Gangguan mental: berupa delirium
atau psikosis
8. Hipoperistaltik/hiperperistaltik usus
bila terjadi ileus
c. Minggu III (fase penyembuhan)
1. Panas dan tanda gejala lainnya
berangsur mulai turun

Bagaimana Cara Pencegahan Agar


Tidak Terinfeksi Demam tipoid?
Pencegahan dapat dilakukan dengan 2 cara :
Usahakan agar selalu mengkonsumsi makanan
dan minuman yang bersih dan bergizi.
Dengan pemberian vaksinasi demam tipoid

Dapatkan Vaksinasi Demam


Tipoid melindungi Seseorang
Dgn penyakit ini ?
Ya, dgn hanya memberikan 1 kali
suntikan vaksin demam tipoid, maka
seseorang akan terlindungi selama 3
thn,
dari
penyakit
ini,
yang
disebabkan oleh Bakteri Salmonella
typii, tapi tidak untuk kuman para
tipoid A, B & C yang relatif hanya
sedikit
menyebabkan
penyakit
demam tipoid.

Tanda Diagnostik
a.Kultur/gaal:
1.Darah: kuman Salmonella (+) selama
minggu I
2.Feses dan urine: Kuman Salmonella (+)
bila sudah terkena pada ginjal dan
saluran pencernaan pada minggu II.
b.Liver Fungsi Tes meningkat bila sudah
terjadi gangguan pada hepar dan lien.
c.Pada pemeriksaan USG ditemukan
adanya pembesaran hepar dan lien.

Tanda Diagnostik
D.Pemeriksaan widal: Titer O dan H tinggi
selama 10 hari-2 minggu. Didapatkan
titer terhadap antigen O adalah 1/200
atau lebih, sedangkan titer terhadap
antigen H walaupun tinggi akan tetapi
tidak bermakna untuk menegakkan
diagnosis karena titer H dapat tetap
tinggi setelah dilakukan imunisasi atau
bila penderita telah lama sembuh.

Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan demam typoid terbagi atas

3 bagian yaitu:
A.Perawatan
Pasien demam typoid perlu istirahat/dirawat
untuk isolasi dan observasi. Pasien harus
tirah baring selama minimal 7 hari bebas
demam atau selama 14 hari. Untuk
mencegah terjadinya komplikasi. Mobilisasi
pasien dilakukan secara bertahap sesuai
dengan pulihnya kekuatan pasien.

Penatalaksanaan
Medik
B.Diit
Diit tinggi kalori, tinggi protein, tidak
mengandung lemak, dalam bentuk
lunak.
C.Obat
Dengan pemberian antibiotika dan
antipiretik.
Kloroamfenikol, Amoksilin dll

Komplikasi
a.Komplikasi intestinal
1.Perdarahan
usus:
terjadi
karena
melepasnya
kerak-kerak
ulkus
pada
dinding usus halus.
2.Peritonitis: terjadi karena peradangan
pada usus halus menembus ke dalam
peritoneum (rongga abdomen) dengan
gejala: nyeri di atas daerah yang
meradang, denyut nadi meningkat, mual,
muntah dan perut tegang.
3.Ileus
paralitik:
muncul
pada
awal
peritonitis akibat respon otot/neurogenik

Komplikasi
b.Komplikasi ekstra intestinal
1.Kardiovaskuler: peradangan pada
otot jantung (miokarditis).
2.Paru: pleuritis, pneumonia
3.Hepar
dan
kandung
empedu:
hepatitis dan kolelitiasis.
4.Ginjal: glomerulonefritis.
5.Tulang: osteomyelitis.

Konsep Asuhan Keperawatan


1.Pengkajian
a.Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan.
Higiene lingkungan yang kurang baik.
Higiene perorangan yang buruk.
Higiene kebersihan alat-alat makan/minum yang
kurang baik.
Tingkat pengetahuan tentang kesehatan yang
kurang.
Ada anggota keluarga yang pernah menderita sakit
yang sama.
Pengobatan tidak tuntas.

Konsep Asuhan
Keperawatan
b.Pola nutrisi metabolik.
Kebiasaan makan: jajan
sembarang.
Cara pengobatan dan penyimpanan
makanan yang kurang baik.
Demam tinggi terutama sore hari.
Anoreksia, mual, muntah.
Lidah khas (putih di tengah dan
kotor) tepi dan ujungnya merah.
Mulut bau dan stomatitis.

Konsep Asuhan Keperawatan


c.Pola eliminasi
Konstipasi/diare (hipo/hiperperistaltik
usus).
Jumlah urine output menurun.
d.Pola aktivitas dan latihan
Nyeri pada persendian.
Pusing, lemah, lesu.

Konsep Asuhan
Keperawatan
e.Pola tidur dan istirahat
Sulit tidur karena demam,
nyeri daerah abdomen.
Waktu dan kebiasaan
lamanya tidur.
f.Pola persepsi kognitif
Sakit kepala.
Nyeri abdomen dan nyeri
sendi

2. Diagnosa Keperawatan
a.Hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi oleh kuman salmonella.
b.Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
c.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan output yang berlebihan.
d.Gangguan pola eliminasi faeces :
diare/konstipasi berhubungan dengan
hipo/hiper peristaltik usus akibat infeksi
saluran pencernaan usus halus.

Perencanaan Keperawatan
A. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
oleh kuman salmonella.
HYD : Suhu tubuh dalam batas normal (36 o-37oC).
Intervensi:
1. Observasi TTV (S, N, P, T) setiap 3-4 jam
selama demam.
R/Mengetahui proses perjalanan infeksi dan
terapi selanjutnya.
2. Beri banyak minum (2-3 liter/hari) bila tidak
ada kontraindikasi.
R/Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat
panas.

Perencanaan Keperawatan
3.Beri kompres hangat.
R/ Membantu menurunkan suhu tubuh.
4.Beri baju tipis dan menyerap keringat.
R/ Memberi kenyamanan dan menurunkan
panas.
5.Anjurkan klien untuk banyak beristirahat di
tempat tidur.
R/ Aktivitas yang berlebihan dapat
meningkatkan metabolisme.
6.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat antipiretik.
R/ Membantu proses penyembuhan.

B.Perubahan pola nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
HYD: Kebutuhan nutrisi terpenuhi yang
ditandai dengan:
Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan.
Kadar Hb dan Ht dalam batas normal.
IMT dalam batas normal.
Intervensi:
1.Beri makan porsi sedikit tapi
sering dan hangat (4-6 kali
perhari).
R/ Menghindari muntah.

2.Beri makanan yang lunak.


R/Makanan yang keras dapat
meningkatkan kerja usus.
3.Kaji jumlah makanan yang
dihabiskan.
R/Mengetahui intake nutrisi klien.
4.Bantu dan dampingi klien saat
makan, beri support untuk
menghabiskan makanan.
R/Menambah motivasi klien untuk
makan.

5.Timbang BB seminggu sekali pada jam


dan timbangan yang sama.
R/ Memantau status nutrisi klien.
6.Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi antiemetik.
R/ Mengurangi mual dan muntah.
7.Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian nutrisi perental.
R/ Untuk pemenuhan nutrisi.

C. Gangguan keseimbangan cairan dan


elektrolit berhubungan dengan output
yang berlebihan.
HYD : Kebutuhan cairan terpenuhi
dengan baik ditandai dengan turgor kulit
elastis, mukosa lembab.
Intervensi:
1. Kaji turgor kulit dan mukosa mulut.
R/ Turgor kulit yang kering merupakan
tanda kekurangan cairan.

2.Anjurkan klien banyak minum (2-3 liter/hari)


bila tidak ada kontraindikasi.
R/ Untuk mengganti cairan yang hilang.
3.Catat intake dan output dalam 24 jam.
R/ Mengetahui keseimbangan cairan.
4.Anjurkan klien untuk istirahat di tempat tidur.
R/ Aktivitas yang berlebihan menyebabkan
kehilangan cairan.
5.Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan
parental bila peroral tidak memungkinkan.

d.Gangguan pola eliminasi faeces :


diare/konstipasi berhubungan dengan
hipo/hiper peristaltik usus akibat infeksi
saluran pencernaan khususnya usus
halus.
HYD: - Peristaltik usus dalam batas
normal
5-35 x/menit.
- Pasien dapat BAB 1x sehari.
- Konsistensi faeces lunak.

Intervensi:
1.Observasi bising usus.
R/ Memantau fungsi usus.
2.Observasi cairan masuk dan keluar
pasien.
R/ Memantau hidrasi.
3.Observasi konsistensi faeces.
R/ Mengetahui adanya kelainan.
4.Observasi keluhan pasien.
R/ Menentukan intervensi yang akan diberikan.
5.Berikan makanan dalam bentuk lunak.
R/ Mencegah perdarahan pada usus

Perencanaan Pulang/Discharge
planning
a.Berikan informasi tentang kebutuhan aktivitas
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi
fisik, terutama pentingnya istirahat minimal
sampai dengan 7 hari bebas demam.
b.Jelaskan pada pasien tentang cara penularan
penyakit dan pencegahannya, caranya: anjurkan
pasien untuk tidak jajan di pinggir jalan, anjurkan
pasien untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, anjurkan pada pasien dan
keluarga untuk mencuci bahan makanan seperti
beras, sayuran, anjurkan pasien sebaiknya
membawa peralatan makan seperti sendok ke
tempat kerja.

Perencanaan Pulang /
Discharge planning
c.Jelaskan terapi yang diberikan, dosis dan efek
samping.
d.Jelaskan gejala kekambuhan penyakit dan hal
yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala
yaitu dengan menjaga kebersihan diri maupun
lingkungan.
e.Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai
waktu yang ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth ( 2001 ) Buku Ajar Keperawatan

Medical Bedah Edisi 8 Jakarta: EGC.


Doengoes, Marilyn E. Alih Bahasa I Made Kariasa (1999).
Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
III, Media Aesculapius FKUI, Jakarta 1987.
Noer, Syaifoellah (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Pearce, Evelyn C. (2000). Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia.
R. Sjamsuhidayat .Win de Jong (1997). Ilmu Bedah, Jakarta :
FKUI.
Soedarto DTMH Ph.D (1996) Penyakit-penyakit Infeksi di
Indonesia, Jakarta Widya Medika.
Waldo, E. Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 12,
Penerbit ECG, Jakarta.

Sukses tidak akan datang


bagi mereka yang hanya
menunggu & tidak berbuat apaapa, tapi sukses akan
mendatangi bagi mereka yang
selalu berusaha wujudkan
mimpinya. Tidak ada rahasia
untuk menggapai sukses,
sukses itu dapat terjadi karena
persiapan, kerja keras, & mau
belajar dari kegagalan.

Anda mungkin juga menyukai