Anda di halaman 1dari 141

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI DENGAN

METODE DEMONSTRASI DALAM


MENINGKATKAN RETENSI SISWA SKKD SHALAT
SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL DI SMP
NEGERI 16 SEMARANG TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1)
Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh:
SITI NURAINI
043111008

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2009

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 4 (empat) eksemplar


Hal
: Naskah Skripsi
a.n. Sdr. Siti NurAini
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamualaikum Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, kami
kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama

: Siti Nur Aini

NIM

: 3104008

Judul

: Efektivitas

Pembelajaran

PAI

dengan

Metode

Demonstrasi untuk Meningkatkan Retensi Siswa SKKD


Shalat Kelas VIII Semerter Ganjil Di SMP Negeri 16
Semarang Tahun 2008-2009
Bersama ini mohon kiranya naskah skripsi saudara tersebut dapat di
monaqosahkan.
Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Semarang, 29 Oktober 2008
Pembimbing I

Pembimbing II

Wahyudi, Drs. M.Pd

Fakhur Rozi , M. Ag

NIP. 150 274 611

NIP: 150 274 612

ii

ABSTRAK

Siti NurAini (NIM: 043111008). Efektivitas Pembelajaran PAI dengan Metode


Demonstrasi untuk Meningkatkan Retensi siswa SKKD Shalat Kelas VIII
Semester Ganjil SMP Negeri 16 Semarang Tahun Ajaran 2008/2009.
Skripsi Semarang Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2008
Kata Kunci: Pembelajaran PAI, Metode demonstrasi, Belajar melalui berbuat dan
bermakna, Retensi
Latar belakang penelitian ini, rendahnya tingkat retensi yang dihasilkan
dari pembelajaran yang sering digunakan guru pada umumnya penerapan metode
ceramah dan diskusi dengan media pembelajaran hanya pada papan tulis dan
kurang diefektifkannya semua indera yang dimiliki siswa di dalam kegiatan
belajar di kelas.
Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah pembelajaran metode
demonstrasi dapat membuat siswa belajar melalui berbuat yang melibatkan semua
indera yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan retensi siswa setelah kegiatan
belajar berlangsung.
Penentuan subjek penelitian ini menggunakan subjek penelitian total yaitu
kelas VIII D SMPN 16 Semarang dengan 41 siswa. Pengumpulan data
menerapkan metode observasi berupa check list KBM dan metode tes. Check list
digunakan mengetahui tingkat kecenderungan siswa dalam menggunakan indera
pendengaran., indera penglihatan, dan indera sentuh (motorik). Tes digunakan
mengetahui tingkat retensi siswa setelah pembelajaran berlangsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan siswa menggunakan
indera pendengaran pada siklus I pertemuan 1 siswa sangat sering 34,15%, sering
41,46%, kurang 9,76%, tidak pernah 14,63%. Pada pertemuan 2 siswa sangat
sering 31,70%, sering 48,78%, kurang 7,32%, tidak pernah 12,20%. Siklus II
pertemuan 1 siswa sangat sering 24,38%, sering 60,98%, kurang 12,20%, tidak
pernah 2,44%. Siklus III pada pertemuan 1 siswa sangat sering 17,08%, sering
68,29%, kurang 14,63%, tidak pernah 0%.
Kecenderungan siswa, menggunakan indera penglihatan, hasil penelitian
menunjukkan pada siklus I pertemuan 1 siswa sangat sering 24,39%, sering
36,59%, kurang 29,26%, tidak pernah 9,76%. Pada pertemuan 2 siswa sangat
sering 31,70%, sering 41,46%, kurang 19,52% tidak pernah 7,32%. Siklus II
pertemuan 1 siswa sangat sering 36,59%, sering 46,33%, kurang 17,08%, tidak
pernah 0%. Siklus III pada pertemuan 1 siswa sangat sering 60,98%, sering
39,02%, jarang dan tidak pernah 0%.
Kecenderungan siswa, menggunakan indera sentuh (motorik), hasil
penelitian menunjukkan pada siklus I pertemuan 1 siswa sangat sering 24,39%,
sering 31,70%, kurang 24,39%, tidak pernah 19,52%. Pada pertemuan 2 sangat
sering 31,70%, sering 41,46%, kurang 1952%, tidak pernah 7,32%. Siklus II
pertemuan 1 siswa sangat sering 36,59%, sering 48,78%, kurang 14,63%, tidak

iii

pernah 0%. Siklus III pertemuan 1 siswa sangat sering 63,41%, sering 36,59%,
kurang dan tidak pernah 0%.
Hasil tes menunjukkan bahwa siswa mampu menghemat konsep yang
telah ia pelajari pada 1 minggu ke depannya dengan perkataan lain materi yang
masih membekas pada ingatan siswa. Pada siklus I dengan rata-rata penghematan
70,27 %, pada siklus 2 rata-rata penghematan 83,08%. Pada siklus III rata-rata
penghematan 88,93%. Hasil test tersebut dapat dilihat terjadi peningkatan pada
tiap siklusnya.
Penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PAI dengan
metode demonstrasi dapat membuat siswa belajar aktif melalui berbuat yang
melibatkan indera yang dimiliki dan dapat meningkatkan retensi siswa SKKD
shalat pada kelas VIII D SMPN 16 Semarang semester ganjil tahun ajaran
2008/2009.

iv

DEKLARASI
Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tangung jawab, bahwa
skripsi ini, tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain, diterbitkan, . dan
tidak berisi pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi
yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 9 Desember2008
Deklarator,

Siti NurAini
NIM. 043111008

MOTTO

y7s9'& . y#x9$#u u|t79$#u y9$# ) 4 = / y7s9 }s9 $t #)s? u


Zt t t%x.
.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan

tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan


diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. Al-Israa : 36)

vi

DEPARTEMEN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. DR. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Telp 024 76091295 Semarang 50185

PENGESAHAN
Skripsi saudara : Siti Nur Aini
Nomor Induk

: 043111008

Judul skripsi

: Efektivitas Pembelajaran PAI dengan Metode Demonstrasi


untuk Meningkatkan Retensi Siswa SKKD Shalat Kelas VIII
Semester Ganjil SMP Negeri 16 Semarang Tahun Ajaran
2008/2009.

Telah dimunaqosahkan Dewan penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam


Negeri Walisongo Semarang pada tanggal:
12 JANUARI 2009
Diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan studi
Program Sarjana Jenjang Strata Satu (S1), guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Semarang, 12 Januari 2009
Ketua Sidang

Sekretaris Sidang

Fakhrur Rozi M. Ag
NIP: 150 274 612

Sugeng Ristianto M. Ag
NIP: 150 234 335

Penguji I

penguji II

Drs. H. Djoko Widagdo M. Pd


NIP: 130388591

Nasiruddin M. Ag
NIP: 150277510

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Wahyudi M . Pd
NIP : 150 274 611

Fahkrur Rozi M. Ag
NIP: 150 274 612

vii

PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK :

1. Bapak dan Ibu tercinta, pengasih penyemangat, pembimbing dan


pelindung hidupku
2. Seseorang yang ditakdirkan Tuhan tuk mendampingi hidupku kelak
3. Sahabat-sahabat

terdekatku

kepeduliannya
4. Almamaterku

viii

terima

kasih

atas

cinta

dan

KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis sehingga
skripsi yang berjudul Efektivitas Pembelajaran PAI dengan Metode Demonstrasi
untuk Meningkatkan Retensi Siswa SKKD Shalat Pada Siswa Kelas VIII
Semester I SMP Negeri 16 Semarang Tahun Ajaran 2008/2009 dapat selesai
dengan baik.
Adapun tujuan dan maksud penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir yang
harus penulis lakukan untuk menuntaskan studi belajar S1 Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang. Skripsi ini tidak dapat selesai tanpa adanya dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu tak lupa mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. DR. H. Ibnu Hadjar M. Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Drs. Wahyudi M. Pd, Dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan.
3. Fahkrur Rozi M. Ag, Dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan.
4. Drs. Sutrisno M. M Kepala sekolah SMPN 16 Semarang yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
5. Siti Maryam, S. Pd.I, guru mata pelajaran PAI kelas VIII SMPN 16 Semarang
yang telah memberikan bantuan dan pengarahan.
6. Ibu, Bapak, semua keluarga terkasih dan tersayang, yang telah memberikan
dorongan serta bantuan yang berupa materiil maupun spirituil.
7. Untuk sahabat-sahabat terdekatku dan semua pihak yang telah membantu
fasilitas dan memberikan semangat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
perlukan demi kesempurnaan skripsi ini.

ix

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan


berguna bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Semarang, 9 Desember 2008


Penulis,

Siti NurAini
NIM. 043111008

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ..........................

ii

ABSTRAK .................................................................................................

iii

DEKLARASI ..............................................................................................

MOTTO ......................................................................................................

vi

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI .................

vii

KATA PERSEMBAHAN .........................................................................

viii

KATA PENGANTAR ...............................................................................

ix

DAFTAR ISI ..............................................................................................

xi

DAFTAR TABEL .....................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xiv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah ......................................................

B. Perumusan Masalah ............................................................

C. Penegasan Istilah ................................................................

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................

E. Kerangka Penelitian ...........................................................

F. Metode Penelitian................................................................

10

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI DENGAN METODE


DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN RETENSI
SISWA
A. Pembelajaran PAI
1. Pengertian PAI ..............................................................

17

2. Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan Agama Islam......

21

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam .................................

23

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam .................................

23

5. Pentingnya Pendidikan Islam bagi Peserta Didik .........

24

xi

B. Metode Demonstrasi ...........................................................

25

1. Pengertian Metode Demonstrasi

25

2. Tujuan dan Fungsi Metode demonstrasi .........................

30

3. Prinsip-Prinsip Metode Demonstrasi

32

4. Syarat-Syarat Metode Demonstrasi 33


5. Langkah-Langkah Penerapan Metode Demonstrasi

34

6. Kebaikan dan Kelemahan Metode Demonstrasi 35

BAB III

BAB IV

BAB V

C. Retensi ................................................................................

36

1. Pengertian Retensi...........................................................

36

2. Prinsip-Prinsip untuk Meningkatkan Retensi..................

37

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Retensi ...................

43

4. Cara-Cara untuk Meningkatkan Retensi .........................

46

5. Tinjauan Tentang Retensi ...............................................

48

6. Pengukuran Tingkat Retensi ...........................................

49

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................

52

B. Subjek Penelitian ................................................................

52

C. Prosedur Penelitian .............................................................

53

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Tempat ...............................

64

B. Hasil Penelitian ..................................................................

65

C. Pembahasan ........................................................................

78

PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................

86

B. Saran ...................................................................................

87

C. Penutup.

87

DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
xii

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1. Data kecenderungan siswa dalam menggunakan indera yang


dimiliki pada siklus I pertemuan I .....................................................

68

2. Data kecenderungan siswa dalam menggunakan indera yang


dimiliki pada siklus I pertemuan II ....................................................

68

3. Data hasil tes siswa tentang konsep yang masih diingat pada
siklus I ................................................................................................

69

4. Data kecenderungan siswa dalam menggunakan indera yang


dimiliki pada siklus II pertemuan I ....................................................

72

5. Data hasil tes siswa tentang konsep yang masih diingat pada
siklus II ..............................................................................................

73

6. Data kecenderungan siswa dalam menggunakan indera yang


dimiliki pada siklus III pertemuan I ...................................................

76

7. Data hasil tes siswa tentang konsep yang masih diingat pada
siklus III .............................................................................................

76

8. Data keaktifan siswa dalam mengikuti kerja metode


demonstrasi ........................................................................................

79

9. Data keaktifan siswa yang meminta bantuan bimbingan dalam


mengikuti metode demonstrasi ..........................................................

80

10. Data prosentase kecenderungan siswa menggunakan indera


pendengaran .......................................................................................

81

11. Data prosentase kecenderungan siswa menggunakan indera


penglihatan .........................................................................................

82

12. Data prosentase kecenderungan siswa menggunakan indera


sentuh (motorik) .................................................................................

83

13. Data prosentase penghematan ............................................................

85

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Gambar Grafik keaktifan siswa dalam metode demonstrasi...............

79

2. Gambar Grafik siswa yang meminta bimbingan dalam kerja


Metode demonstrasi ............................................................................

80

3. Gambar Grafik kecenderungan siswa dalam menggunakan


indera pendengaran ............................................................................

82

4. Gambar Grafik kecenderungan siswa dalam menggunakan


indera penglihatan ..............................................................................

83

5. Gambar Grafik kecenderungan siswa dalam menggunakan


indera sentuh (motorik) ......................................................................

84

6. Gambar Grafik persentase penghematan ...........................................

85

xiv

Lampiran III.C
SILABUS PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Standart Kompetensi
Kompetensi
Dasar
1. Menjelaskan
1.
salat
berjamaah
2.Mempraktekan 2.
salat
berjamaah

: Pendidikan Agama Islam


: VIII/I
: Memahami salat jamaah dalam setiap salat lima waktu
Materi
Indikator
Tujuan Pembelajaran
Evaluasi
Pokok
Menjelaskan
Salat
1. Siswa
dapat 1. Tes formatif
tata cara salat Jamaah
menjelaskan pengertian 2. Mempraktikkan
berjamaah
dan
hukum
salat
shalat berjamaah
Menjelaskan
berjamaah
ketentuan
2. Siswa
dapat
menjadi
menjelaskan tata cara
makmum
salat berjamaah
masbuq
3. Siswa
dapat
3. Menjelaskan
mempraktekkan
salat
bagaimana cara
berjamaah
mengingatkan
imam yang lupa
4. Mempraktikan
salat berjamaah

Suber belajar
1. Buku
paket PAI.
2. Buku
panduan
shalat.
3. Alat-alat
shalat.
4. LKS

Alokasi
Waktu
2x 40 menit

Lampiran III.B
SILABUS PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Standart Kompetensi
Kompetensi
Dasar
1. Menjelaskan
1.
ketentuanketentuan
salat jenazah
2.

: Pendidikan Agama Islam


: VIII/I
: Salat Jenazah
Materi
Indikator
Pokok
Menjelaskan
Salat
pengertian dan Jenazah
hokum
salat
jenazah
Menjelaskan tata
cara
salat
jenazah
3. Mempraktekkan
salat jenazah

Tujuan
Evaluasi
Pembelajaran
1. Siswa
dapat 1. Tes
menjelaskan
formatif
pengertian dan 2. Kuis
hukum
salat 3. Praktek
jenazah
shalat
2. Siswa
dapat
jenazah
menjelaskan tata
cara
salat
jenazah
3. Siswa
dapat
mempraktekkan
dan melakukan
salat jenazah

Suber belajar

Alokasi Waktu

1. Buku paket PAI.


2. Buku
panduan
shalat.
3. Alat-alat shalat.
LKS

2 x 40 menit

Lampiran III.A
SILABUS PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester
: VIII/I
Standart Kompetensi : Memahami dan Membiasakan Shalat Rowatib, Dhuha, Tahiyatul masjid
Kompetensi Dasar

Indikator

1. Menjelaskan
ketentuanketentuan,
macam-macam
dan
mempraktikan
salat rowatib
2. Menjelaskan
ketentuanketentuan,
menghafal doa,
dan
mempraktekan
shalat dhuha
3. Menjelaskan
ketentuanketentuan shalat
tahiyyatul
masjid
dan
Itikaf
serta
mempraktekann
ya. :

1. Menjelaskan
pengertian shalat
sunah rawatib
2. Menyebutkan
macam-macam
salat
sunah
rawatib
3. Menjelaskan
pengertian shalat
dhuha
4. Mempraktikan
salat dhuha
5. Menjelaskan
pengertian salat
tahiyyatul
masjid
6. Mempraktekan
shalat tahiyyatul
masjid

Materi Pokok

Tujuan Pembelajaran

Evaluasi

Suber belajar

Memahamidan 1. Siswa
mampu 1. Observasi a. Buku paket
PAI.
membiasakan
memahami pengertian 2. Tes tertulis
(kuis).
b. Buku
Shalat
shalat Rowatib
panduan
Rowatib,
2. Siswa
mampu 3. Tes tertulis
(ulangan
shalat.
Dhuha,
menyebutkan macamTahiyatul
macam shalat sunnah
harian)
c. Alat-alat
masjid
shalat.
rowatib
3. Siswa
mampu
d. LKS
Menjelaskan
pengertian
shalat
dhuha
4. Siswa
mampu
mempraktikan
salat
dhuha
5. Siswa
mampu
menjelaskan pengertian
salat tahiyyatul masjid
6. Siswa
mampu
mempraktikkan shalat
tahiyatul masjid

Alokasi
Waktu
2 x 40 menit

Lampiran:
Siklus satu:
Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator

Alokasi Waktu

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(RPP)
: SMP N 16 SEMARANG
: PAI
: VIII/ Genap
:
1. Membiasakan salat rowatib
2. Membiasakan salat dhuha
3. membiasakan salat tahiyyatul masjid
:
1. Menjelaskan ketentuan-ketentuan, macam-macam
dan mempraktikan salat rowatib
2. Menjelaskan ketentuan-ketentuan, menghafal doa,
dan mempraktekan shalat dhuha
3. menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat tahiyyatul
masjid dan Itikaf serta mempraktekannya.
:
1.Menjelaskan pengertian shalat sunah rawatib
2.Menyebutkan macam-macam salat sunah rawatib
3.Menjelaskan pengertian shalat dhuha
4.Meempraktikan salat dhuha
5.Menjelaskan pengertian salat tahiyyatul masjid
6.mempraktekan shalat tahiyyatul masjid
: 2 x 40 menit

I. Tujuan Pembelajaran

: Dengan menjelaskan salat sunah rawatib, dhuha dan


tahiyyatul masjid siswa dapat mempraktekannya dalam
kehidupan sehari-hari

II. Materi Ajar

: Salat rawatib, dhuha dan tahiyyatul masjid

III. Metode Pembelajaran

: demonstrasi, ceramah, tanya jawab, simulasi / praktek


bila waktu memungkinkan

IV. Langka-langkah Pembelajaran


No.
1.

2.

Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal
Menyampaikan tujuan, apersepsi dan motivasi
dengan cara bertanya npernahkah anak-anak
melakukan salat sunah dhuha, rawatib dan
tahiyyatul masjid dalam kesehariannya?
Kegiatan Inti
Guru memberi kesempatan membaca buku panduan

Pengorganisasian
Peserta
Waktu

3 menit

10 menit

atau Lembar Kerja Siswa (LKS) terhadap pokok


bahasan yang akan dibahas
3
Guru menjelaskan satu persatu pokok bahasan yaitu
dari salat rawatib, slat dhuha dan tahiyyatul masjid
4
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya terhadap
pokok bahasan yang telah diterangkan ketika ada
suatu permasalahan yang belum jelas
5
Setelah guru selesai memberi penjelasan dan
peserta didik tidak ada pertanyaan sebagai akhir
pelajaran diadakan tes secara tertulis untuk
mengetahui seberapa jauh daya tangkap peserta
didik dalam menerima materi yang telah diajarkan
Penutup
6
Menyimpulkan tentang ketentuan-ketentuan salat
sunah
Keterangan : I = individual; K = klasikal;

30 menit

10 menit

20 menit

7 menit

V. Bahan ajar dan alat bantu Pembelajaran:


- Buku paket PAI kelas VIII
- Lembar Kerja Siswa (LKS)

VI. Penilaian
1. Prosedur tes
Tes awal
Tes Proses
Tes akhir
2. Jenis tes
3. Alat tes

: tidak ada
: tidak ada
: ada
: tes tertulis
: terlampir
Semarang, Juli 2008

Kepala Sekolah

Guru Kelas

Drs. Sutikno M.M

Siti Maryam S.P.I

Lampiran:
SIklus satu
Soal tes Tertulis (Ingatan)
Materi
Mapel
Kelas

: Sholat sunah (Dhuha, rawatib dan tahiyyatul masjid)


: PAI
: VIII

Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X)huruf a, b, c atau
d!
1. Shalat sunah (nafilah) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu salat sunah
rawatib dan
a. salat sunah ghoiru rawatib

c. salat sunah rawatib ghaori

muakad
b. salat sunah rawatib muakad

d. salat sunah ghairu muakad

2. Shalat sunah rawatib adalah


a. salat sunah yang harus dikerjakan dengan tertib
b. salat sunah yang mengiringi salat fardu
c. salat sunah sebelum salat fardhu
d. salat sunah sesudah salat fardu
3. dibawah ini yang tidak termasuk salat sunah rawatib muakad
a. dua rakaat sebelum subuh

c. dua rakaat sebelum magrib

b. dua rakaat sebelum dhuhur

d. dua arakaat sesuadah isya

4. Di bawah ini yang tidak termasuk salat sunah ghairu rawatib adalah
a. salat dhuha dua rakaat

c. salat tahiyyatal masjid dua

rakaat
b. salat ied dua rakaat

d. dua rakaat sebelum subuh

5. salat sunah rawatib untuk salat asar berjumlah


a. dua rakaat sebelum asar

c. empat rakaat sesudah asar

b. dua rakaat sesufdah asar

d. empat rakaat sebelum asar

6. Hukummelakukan shalat rawatib adalah


a. sunah muakad

c. sunah ghairu muakad

b. mubah

d. fardhu ain

7. Salat sunah rawatib yang dilakukan sesudah salat fardu disebut


a. salat muakad

c. slat sunah badiyah

b. salat sunah qobliyah

d. salat sunah ghoiru muakad

8. salat sunah rawatib yang sangat dianjurkan disebut


a. salat sunah rawatib muakad
b. salat fardhu ain
c. salat sunah rawatib ghoiru muakad
d. salat sunah muakadah
9. Salat sunah rawatib yang dilakukan sebelum salat fardu disebut
a. salat tahiyyatal masjid

c. salat sunah qobliyah

b. salat sunah badiyah

d. salat sunah muakadah

10. macam-macam salat rawatib


i.

2 rakaat sesudah maghrib

ii.

2 rakaat sesudah isya

iii.

2 rakaat sebelum subuh

iv.

2 rakaat sebelum maghrib

v.

4 rakaat sebelum asar

vi.

2 rakaat sebelum isya

vii.

2 rakaat sebelum dan sesudah dhuhur

Diatas yang termasuk salat sunah rawatib muakad adalah


a. i, ii, iii, vii

c. iii, v, vi

b. vi, vii

d. ii, v, vi

11. Salat sunah yang dikerjakan ketika matahari setinggi tombak hingga menjelang
waktu dhuhur disebut
a. salat qobla dhuhur

c. salat sunah sesudah dhuhur

b. salat pagi hari

d. salat sunah dhuha

12. Hukum melaksanakan salat dhuha adalah


a. fardhu ain

c. sunah muakad

b. fardhu kifayah

d. mubah

13. Jumlah bilangan salat dhuha adalah


a. 2 sampai 4 rakaat

c. 2 sampai 10 rakaat

b. 2 sampai 8 rakaat

d. 2 sampai 12 rakaat

14. Menurut hadits Nabi SAW jumlah rakaat salat dhuha yang paling sering
dikerjakan oleh nabi adalah
a. 2 rakaat

c. 6 rakaat

b. 4 rakaat

d. 8 rakaat

15. Salat sunah yang dikerjakan saat masuk masjid sebagai penghormatan masjid
disebut
a. salat iftitah masjid

c. salat Itikaf

b. salat istikharah

d. salat tahiyyatul masjid

16. Berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah dan mendekatkan diri
kepada-Nya disebut
a. Itikaf

c. dzikir dan doa

b. Tahiyyatul masjid

d. merenungkan ciptaan Allah

17. Bilangan rakaat salat tahiyyatul masjid adalah


a. 3 rakaat

c. 4 rakaat

b. 2 rakaat

d. 6 rakaat

18. Dibawah ini yang termasuk salat sunah rawatib muakad adalah
a. dua rakaat sebelum dan sesudah dhuhur
b. dua rakaat sebelum asar
c. dua rakaat sesudah asar
d. dua rakaat sebelum maghrib
19.


Diatas adalah doa
a. salat tahajud

c. salat dhuha

b. salat istikharah

d. salat hajad

20. Jika kita dating kemesjid hendak salat berjamaah, tetapi sudah iqomah maka
a. sebelum salat fardhu kita tetap melaksanakan salat tahiyyatul masjid
b. langsung melaksanakan salat fardu
c. melaksanakan salat rawatib terlebih dahulu
d. menunggu

adzan

selsesai,

melaksanakan

salat

tahiyyatul

masjid,

melaksanakan salat rawatib kemudian meaksanakan salat fardhu


21.


Diatas adalah doa
a. masuk kantor pemerintahan

c. keluar masjid

b. ketika bepergian

d. masuk masjid

22. Dibawah ini tata cara masuk ke mesjid yang benar adalah
a. tidak ada aturan untuk masuk kemesjid
b. masuk mesjid dengan mendahulukan kaki kanan.
c. melepas sandal kaki kiri kita dahulukan, diletakkan diatas sandal terlebih
dahulu kemudian kaki kanan didahulukan untuk masuk kemesjid dengan
membeca doa
d. melepas sandal kaki kanan kita dahulukan, diletakkan diatas sandal terlebih
dahulu kemudian kaki kiri didahulukan untuk masuk kemesjid dengan
membeca doa
23.


Lafal diatas adalah niat salat
a. istikharah

c. salat dhuha

b. hajad

d. salat tahajud

24. Ketika kita melaksanakan salat baik sunah atau fardhu, sebagai salah satu
syarat sah salat adalah terjaga kesuciannya atau suci dari hadas, yang dimaksud
terjaga kesuciannya adalah
a. suci pakaian, badan dan tempatnya
b. suci yang digunakan untuk salat yaitu sajadahnya
c. suci tempat yang digunakan untuk salat
d. suci dari hadas besar termasuk haid atau sedang dalam keadaan junub
25. Dibawah ini adalah niat salat tahiyyatul masjid adalah
a.
b.

c.

d.

Lampiran :
Sklus dua
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Pokok
Alokasi Waktu
A. Standar Kompetensi

: SMPN 16 SEMARANG
: PAI
: VIII/ Ganjil
: Salat Jenazah
: 2 x 40 menit
: Memahami tata cara salat jenazah

B. Kompetensi Dasar
C. Indikator

: Menjelaskan ketentuan-ketentuan salat jenazah


:
1. Menjelaskan pengertian dan hokum salat jenazah
2. Menjelaskan tata cara salat jenazah
3. Mempraktekkan salat jenazah
D. Tujuan
:
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan hukum
salat jenazah
2. Siswa dapat menjelaskan tata cara salat jenazah
3. Siswa dapat mempraktekkan dan melakukan salat
jenazah
E. Media/ alat/ bahan/ sumber:
1. Buku panduan PAI kelas VIII
2. Lembar Kerja Siawa (LKS) PAI kelas VIII
F. Metode active learning
:
Diskusi kelompok, demonstrasi, dalam komponen CTL
adalah pemodelan
G. Skenario pembelajaran
:
1. Materi yang dipilih adalah salat jenazah
2. Peserta didik dibagi dalam 10 kelompok
3. Pembagian kelompok berdasarkan nomor urut absensi. Masing-masing terdiri
dari 4 sampai 5 orang
Kelompok A
1,2,3,4
Pengertian,
syarat dan
rukun salat
jenazah
Kelompok E
1,2,3,4
Pengertian,
syarat dan
rukun salat
jenazah
Kelompok I

Kelompok B
1,2,3,4
Tata cara salat
jenazah

Kelompok C
1,2,3,4
Jenazah orang yang
mati syahid

Kelompok D
1,2,3,4,5
Salat ghoib

Kelompok F
1,2,3,4
Tata cara salat
jenazah

Kelompok G
1,2,3,4
Jenazah orang yang
mati syahid

Kelompok H
1,2,3,4
Salat ghoib

Kelompok J

1,2,3,4
Tata cara salat
jenazah

1,2,3,4
Tata cara salat
jenazah

4. Setiap kelompok bertugas membaca dan memahami materi yang ada dalam
buku panduan mata pelajaran maupun Lembar Kerja Siswa (LKS)
5. Setiap kelompok melakukan diskusi kecil dan merangkum hasil demonstras
6. Setiap kelompok menugaskan satu orang untuk menyampaikan hasil diskusi
kecil kelompoknya didepan kelas.
7. Kembalikan seperti semula dalam kelompok besar dalam satu kelas untuk
penyampaian hasil diskusi mengulas permasalahan, sandainya ada masalah
yang belum terpecahkan.
8. Guru melempar beberapa pertanyaan untuk penjajagan pemahaman materi.
9. Setelah selesai menyampaikan hasil diskusinya, guru mrmberikan kesimpilan,
penekanan dan tindak lanjut.
10. Praktik shalat jenazah di musholla SMPN 16 Semarang
11. Refleksi
12. Penilaian dengan memberikan soal tes yang telah disiapkan pada akhir
pelajaran.
Semarang,
Kepala Sekolah

Guru Kelas

Drs. Sutrisno M.M

Siti Maryam S.P.I

Juli 2008

Lampiran penilaian tes pada siklus dua

Soal Tes Tertulis (Ingatan)


Materi
Mapel
Kelas

: Salat Jenazah
: PAI
: VIII

Berilah tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c atau d pada jawaban yang
benar !
1. Mengerjakan salat jenazah hukumnya
a. sunah muakad

c. mubah

b. fardhu ain

d. fardhu kifayah

2. Salat jenazah yang jenazahnya tidak berada pada tempat orang yang
menyalatkan, karena berada ditempat yang jauh atau karena sudah dikubur
disebut
a. salat jenazah jarak jauh

c. salat rawatib

b. salat jenazah

d. salat ghoib

3. Salat jenazah terdiri atas


a. empat takbir

c. tiga takbir

b. dua takbir

d. empat rakaat

4. Apabila jenazah seorang perempuan yang disalatkan, maka posisi imam


a. antara badan kaki
b. antara kepala dan bahu
c. berdiri sejajar atau dekat dengan perut atau pinggang jenazah
d. antara bahu dan badan
5.


Lafal diatas adalah niat salat
a. jenazah, apabila jenazahnya laki-laki
b. ghoib, jenazahnya laki-laki
c. jenazah, apabila jenazahnya perempuan
d. jenazah, apabila ada dua jenazah laki-laki dan perempuan.

6. Ketika melaksanakan salat jenazah, berkaitan dengan shaf atau barisan


disunahkan
a. 3 shaf

c. 5 shaf

b. 4 shaf

d. 7 shaf

7. Pak Yusuf ketika menyalatkan jenazah memakai pakaian muslim, sebab selain
bertujuan untuk menutup aurat juga agar rapi. Menutup aurat termasuk
a. syarat wajib salat jenazah

c. sunah salat jenazah

b. rukun salat jenazah

d. syarat sah salat jenazah

8. Jamaah yang menyalatkan jenazah Pak Muhammad semuanya berdiri, sebab


berdiri bagi yang mampu pada saat salat jenazah termasuk
a. syarat wajib salat jenazah

c. rukun salat jenazah

b. syarat sah salat jenazah

d. sunah dalam salat jenazah

9. Beikut yang tidak termasuk rukun salat jenazah adalah


a. niat

c. berdiri

b. suci dari hadas dan najis

d. mengucap salam

10. Dibawah ini yang tidak dilakukan pada saat salat jenazah, kecuali
a. membaca tasbih

c. Itidal

b. berdiri

d. membaca istighfar

11. Pak Didin ketika salat jenazah membaca shalawat atas Nabi. Shalawat tersebut
dibaca setelah
a. takbir pertama

c. takbir keempat

b. takbir ketiga

d. takbir kedua

12. Untuk menyalatkan jenazah laki-laki, posisi imam sebaiknya berdiri lurus atau
dekat dengan ...
a. perut jenazah

c. kepala jenazah

b. penggang jenazah

d. dada jenazah

13. Mengangkat tangan ketika takbir dalam salat jenazah hukumnya adalah
a. wajib

c. sunah

b. makruh

d. mubah

14. Setelah bersuci, wudhu atau tayamum, orang akan menyalatkan jenazah yang
akan dilakukan pertama kali adalah
a. membaca basmalah

c. niat untuk menyalatkan jenazah

b. membaca surat Al-Fatihah

d. berdoa terlebih dahulu untuk jenazah

15. Bacaan surat Al-Fatihah dalam salat jenazah dibaca setelah

16.

a. takbir keempat

c. takbir kedua

b. takbir ketiga

d. takbir pertama

Doa diatas ketika salat jenazah dibaca pada saat


a. takbir keempat

c. takbir ketiga

b. takbir kedua

d. takbir kelima

17. Salat jenazat terdiri dari


a. niat, takbir dan salam

c. niat, rukuk, takbir dan salam

b. takbir, salam dan niat

d. niat, Itidal, takbir dan salam

18. Yang dimaksud fardhu kifayah adalah


a. suatu kewajiban bagi umat islam, akan tetapi bila ada salah seorang yang
suadah melakukan maka gugurlah kewajiban mumat islam lainnya.
b. Kewajiban yang harus dilakukan
c. Kewajiban yang bila tidak dilakukan tidak akan mendapat dosa
d. Suatu perbuatan yang dianjurkan
19.


Lafal diatas dibaca pada saat
a. salat jenazah takbir pertama
b. salat jenazah takbir kedua
c. salat jenazah takbir ketiga
d. salat jenazah takbir keempat

20. Alasan salat jenazah dilakukan dengan berdiri adalah


a. salat jenazah dilakukan dengan berdiri karena dikhawatirkan adanya
kesalahpahaman bahwa ketika salat jenazah ditambah dengan sujud dan
rukuk maka seolah-olah orang muslim menyembah jenazah tersebut
b. salat jenazah dilakukan dengan berdiri karena adanya pendapat bahwa
orang yang telah meninggal untuk segera dikuburkan dan menghemat
waktu
c. salat jenazah dilakukan dengan berdiri karena sudah ada dalam syariat
d. menghemat waktu
21. Jenazah dapat disalatkan setelah .
a. dimandikan

c. orang yang bertaziah sudah tidak ada

lagi
b. Dikafani
22.

d. dimandikan dan dikafani


Diatas adalah niat salat jenazah bila jenazahnya

a. satu laki-laki
b. 2 jenazah yang terdiri atas laki-laki dan perempuan
c. 2 jenazah perempuan
d. satu jenazah perempuan
23. Urutan ketika kita melaksanakan salat jenazah
I. Berdiri bagi yang mampu
II. membaca salawat atas Nabi
III. Berdoa untuk jenazah
IV. Takbir empat kali
V. Niat
VI. Membaca salam pada akhir salat
VII. Membaca surat Al-Fatihah
Urutan salat jenazah yang benar adalah
a. V, I, IV, VII, II, III, VI

c. VII, II, III, V, I, VI, IV

b. V, IV, III, II, I, VI

D. III, II, V, VI, VII, I, IV

24.



Berdasarkan ayat diatas bahwa jenazah yang dilarang untuk disalatkan
adalah
a. Jenazah yang melakukan salat fardu tapi banyak yang ditinggalkan selam
hidup didunia
b. Jenazah yang beragama islam tapi tidak melakukan salat fardhu
c. Jenazah yang beragama islam tapi menjadi dukun
d. Jenazah orang kafir atau tidak beragama Islam
25. Orang yang mati syahid karena tenggelam disungai maka
a. jenazahnya dikafani, disalatkan dan dikuburkan
b. jenazahnya disalatkan kemudian dikuburkan
c. jenazahnya langsung dikuburkan
d. jenazahnya dimandikan, dikafani, disalatkan dan dikuburkan

Siklus tiga:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Materi Pokok
Alokasi Waktu
A. Standar Kompetensi
waktu
B. Kompetensi Dasar
C. Indikator

D. Tujuan

: SMPN 16 SEMARANG
: PAI
: VIII/ Ganjil
: Salat Jamaah
: 2 x 40 menit
: Memahami salat jamaah dalam setiap salat lima
: Menjelaskan salat berjamaah
Mempraktekan salat berjamaah
:
1. Menjelaskan tata cara salat berjamaah
2. Menjelaskan ketentuan menjadi makmum masbuq
3. Menjelaskan bagaimana cara mengingatkan imam
yang lupa
4. Mempraktikan salat berjamaah
:

1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan hukum


salat berjamaah
2. Siswa dapat menjelaskan tata cara salat berjamaah
3. Siswa dapat mempraktekkan salat berjamaah
E. Media/ alat/ bahan/ sumber:

F. Metode active learning

1. Buku panduan PAI kelas VIII


2. Kertas untuk catatan keadaan siswa
3. Lembar Kerja Siawa (LKS) PAI kelas VIII
:

Diskusi kelompok, demonstrasi, pengamatan dalam


kehidupan sehari-hari
G. Skenario pembelajaran
:
1. Materi yang dipilih adalah salat jamaah
2. Peserta didik dibagi dalam 10 kelompok
3. Pembagian kelompok berdasarkan nomor urut absensi. Masing-masing
terdiri dari 4 sampi 5 orang

Kelompok A
1,2,3,4,5
Pengertian
shalat jamaah
dan
hukumnya
Kelompok F
1,2,3,4
Pengertian
shalat jamaah
dan
hukumnya

Kelompok B
1,2,3,4
Mendiskusikan
syarat imam dan
makmum

Kelompok C
1,2,3,4
Mendiskusikan
makmum
masbuq

Kelompok G
1,2,3,4
Mendiskusikan
syarat imam dan
makmum

Kelompok H
1,2,3,4
Mendiskusikan
syarat imam dan
makmum

Kelompok D
Kelompok E
1,2,3,4
1, 2, 3, 4,
Mendiskusikan Mendiskuksikan
tentang imam tentang hikmah
shalat
yang lupa
berjamaah
Kelompok I
Kelompok J
1,2,3,4
1,2,3,4
Mendiskusikan Mendiskuksikan
tentang imam tentang hikmah
shalat
yang lupa
berjamaah

4. Setiap kelompok bertugas membaca dan memahami materi yang ada dalam
buku panduan mata pelajaran maupun Lembar Kerja Siswa (LKS)
5. Setiap kelompok melakukan diskusi kecil dan merangkum hasil diskusi.
6. Setiap kelompok menugaskan satu orang untuk menyampaikan hasil diskusi
kecil kelompoknya didepan kelas.
7. Kembalikan seperti semula dalam kelompok besar dalam satu kelas untuk
penyampaian hasil diskusi mengulas permasalahan, jika ada permasalahan
yang belum terpecahkan.
8. Guru memberikan beberapa pertanyaan untuk penjajagan pemahaman
materi.
9. Mempraktikan shalat berjamaah di Musholla SMP N 16 Semarang
10. Sebelum pelajaran diakhiri, untuk meningkatkan pemahaman dan tahu
tentang manfaat salat berjamaah maka peserta didik diberi tugas untuk
mengamati salat berjamaah dirumah yang ada di masjid masing-masing
11. Setelah selesai menyampaikan hasil diskusinya, guru mrmberikan
kesimpulan, penekanan dan tindak lanjut.
12. Refleksi
13. Penilaian dengan memberikan soal tes yang telah disiapkan pada akhir
pelajaran.
Semarang,

Agustus 2008

Kepala Sekolah

Guru Kelas

Drs. Sutrisno M.M

Siti Maryam S.P.I

Siklus tiga:
Materi
Mapel
Kelas

Soal Tes Tertulis (Ingatan)


: Shlolat Jamaah
: PAI
:VIII

Pilihlah Jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf a, b, c
atau d
1. Shalat berjamaah dapat dilaksanakan apabila
a. tidak ada orang kecuali dirinya sendiri
b. terdapat lebih dari satu orang
c. terdapat seorang ustadz dan anak balita
d. terdapat sekumpulan anak kecil
2. Shalat berjamaah sekurang-kurangnya terdiri atas
a. dua orang

c. lima orang

b. tiga orang

d. empat puluh orang

3. Bagi kaum laki-laki, shalat berjamaah dimasjid hukumnya sunah muakad


maksudnya
a. sunah yang sederhana

c. sunah yang ringan

b. sunah yang dikuatkan

d. sunah yang menyamai wajib

4. Persyaratan

menjadi

imam

tidak

mudah.

Masalah

usia

menjadi

pertimbangan
a. utama

c. terakhir

b. Pertama

d. pertengahan

5. Apabila salat berjamaah hanya terdiri atas dua orang laki-laki, posisi
makmum
a. berdiri disamping kiri imam

c. berdekatan dengan berdirinya imam

b. berada dibelakang imam

d. berdiri di sebelah kanan imam

6. Apabila makmum terdiri atas laki-laki, perempuan dewasa, anak dan remaja.
Shaf yang paling belakang ditempati
a. jamaah perempuan

c. anak-anak perempuan remaja

b. jamaah perempuan dewasa

d. anak perempuan dan laki-laki

7. Karena imam shalat jamaah dijadikan sebagai penutan, gerakan makmum


a. harus sama dengan imam

c. harus selalu bersamaan dengan imam

b. mengikuti (tidak mendahului imam) d. sesuai dengan gerakan yang


dilakukan imam
8. Pernyataan dibawah ini yang dianggap benar adalah
a. seorang imam harus berniat menjadi imam
b. seorang makmum harus berniat menjadi imam
c. imam dan makmum berniat secara bersamaan
d. makmum tidak diperbolahkan dating terlambat
9. Bila ada makmum mulai melakukan takbiratul ikhram, sedangkan imam sudah
mulai rukuk maka
a. makmum membatalkan takbiratul ikhramnya
b. makmum harus nengikuti imam rukuk
c. makmum harus membaca al-fatihah terlebih dahuli
d. makmum menyelesaikan bacaan shalat padarakaat pertama secara lengkap
10. Dari beberapasyarat menjadi imam dibawah ini, yang lebih berhak untuk
menjadi imam adalah
a. yang paling benar dan fasih bacaan Al-Qurannya
b. yang hafal Al-Quran, mendalami ilmu agama dan tidak riya
c. yang fasih bacaan Al-Qurannya dan mendalami ilmu agama
d. yang benar dan fasih bacaan Al-Qurannya, mendalam ilmu agamanya dan
lebih tua
11. Seorang makmum disebut masbuk apabila
a. mendapati imam sedang membaca surat Al-Fatihah
b. mendapati imam sudah selesai membaca Al-Fatihah
c. mendapati imam sedang memaca satu surat Al-Quran
d. mendapati imam sudah dalam posisi Itidal
12. Jika seorang muslim memasuki masjid dan melihat salat telah dimulai, ia
harus
a. menunggu imam selesai
b. segera menirukan gerakan imam apapun bentuknya
c. memperhatikan terlebih dahulu imam sudah menyelesaikan beberapa rakaat
d. menunggu berdiri tegak apabila mendapati imam baru sujud.
13. Salat yang dilakukan secara bersama-sama disebut .
a. berjamaah

c. munfarid

b. sendirian

d. bergerombol

14. Makna hadits Nabi Muhammad SAW berikut ini adalah .



a. shalat berjamaah lebih utama dari pada shalat sendirian
b. makmum tidak boleh mendahului setiap gerakan imam
c. boleh meninggalkan shalat berjamaah apabila berhalangan
d. shaf yang lurus dan rapi meruipakan syarat utama salat jamaah
15. jika seorang imam lupa geraan shalat maka makmum bias mengingatkan
dengan cara
a. membaca tasbih bagi laki-laki dan perempuan
b. bertepuk tangan bagi laki-laki
c. menbaca tasbih bagi kaum laki-lki
d. membaca tasbih bagi kaum perempuan
16. Juka imam batal shalatnya maka
a. makmum menunggunya mengambil air wudhu, lalu ia memulai shalat lagi
b. makmum dibelakangnya maju selangkah untuk memimpin shalat dari awal
c. mkmum dibelakngnya berjalan menuju tempat imam untuk melanjutkan
memimpin salat hinmgga selesai
d. makmum dibeakangnya maju selangkah untuk melanjutkan memimpin salat
berjamaah.
17. Menurut sebagian besar ulama, hokum salat berjamaah adalah
a. fardhu ain

c. fardhu kifayah

b. sunah

d. sunah muakad

18. Tempat berdiri makmum adalah


a. di depan imam

c. berjajar dengan imam

b. dii belakang imam

d. disamping kiri imam

19. Cara yang dilakukan makmum perempuan untuk mengngatkan imam yamg
lupa ...
a. membaca tasbih

c. membaca tasbih dan bertepuk tangan

b. bertepuk tangan

d. membaca istighfar

20. Jika makmum datang kemasjid hendak shalat maghrib berjamaah, tetapi
makmum tersebut menjumpai sahalat jamaah sudah terlambat satu rakaat,
maka .
a. makmum tersebut mengikuti imam apapun bentuknya dan ketika selesai
menambah satu rakaat lagi untuk melengkapi

b. makmum tersebut mengikuti imam apapun bentuknya dan ketika selesai


tidak menambah satu rakaat lagi untuk melengkapi
c. mengikuti gerakan imam apapun bentuknya sampai selesai
d. salat sendiri bersama dengan makmum yang lain tanpa harus mengikuti
imam.
21. Apabila ada makmum baru melakukan takbiratul ikhram dan imamnya sudah
mulai tasyahud akhir, maka ...
a. makmum melkukan tasyahud akhir
b. makmum melakukan salat sendirian
c. menunggu imam selesai dan melakukan shalat sendirian
d. makmum pulang dan melakukan shalat sendiri dirumah
22. Dalam shalat berjamaah imam membaca surat Al-Fatihah dibaca sirran pada
rakaat tertentu maksudnya
a.

bacaannya dinyaringkan

c. bacaannya lirih

b.

bacaannya dikeraskan

d. bacaacnya ditartilkan

23. Shaf atau barisan dalam shalat hendaknya


a. lurus
b. menghadap kiblat dan lurus
c. rapi dan lurus
d. shaf depan dipenuhi dulu, lurus dan menghadap kiblat
24. Juka imam salah bacaannya, maka
a. makmum langsung mengucapkan bacaan yang benar
b. makmum mengikuti imam
c. makmum membatalkan shalat.
d. makmum mengulangi shalatnya setelah selesai melakukan shalat berjamaah
25. Jika kita melakukan shalat fardhu dan lupa tidak melakukan salah satu
rukunnya, yang kita lakuakan adalah
a. menggantinya dengan sujud sahwi
b. tanpa menggantinya dengan apapun
c. mengulangi lagi shalatnya
d. membatalkan shalat ditengah-tengah

101
Lampiran IV

DAFTAR MATERI / KONSEP YANG TELAH DIBERIKAN

3.

Macammacam dan
waktu
shalat

Siklus I
ShalatRowatib,Dhuha,
Tahiyatul Masjid
1. Shalat Rowatib
2. Shalat Dhuha
3. Shalat Tahiyatul
masjid
1. Shalat Rowatib
2. Shalat Dhuha
3. Shalat Thiyatul
masjid
1. Shalat Rowatib
2. Shalat Dhuha
3. Shalat Tahiyatul
Masjid

4.

Hukum

Sunnat

Fardu kifayat

5.

Bilangan
shalat

1. Shalat Rowatib
2. Shalat Dhuha dan
Tahiyatul masjid

1. Laki-laki
2. Perempuan
3. Anak-anak

6.

Doa dan
Lafal
Shalat

1. Shalat Rowatib
2. Shalat Dhuha
3. Shalat Tahiyatul
masjid

No.

Konsep

1.

Pengertian
masingmasing
shalat
Ketentuan

2.

Jumlah

16

Siklus II
Shalat Jenazah
1. Shalat Jenazah

1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.

Memandikan
Mengkafani
Menshalatkan
Menguburkan
Laki-laki
Perempuan
Anak-anak

1. Laki-laki
2. Perempuan
3. Anak-anak

16

Siklus III
Shalat
Berjamaah
1. Shalat
Berjamaah

1. Imam
2 . Makmum
Masbuq
1. Shalat
Fardu lima
kali
2. Shalat
Terawih
dan Witir
3. Shalat dua
hari raya
1. Fardu dan
Sunnat
1. Shalat
Fardu lima
kali
2. Shalat
Terawih
dan Witir
3. Shalat dua
hari raya
1. Shalat
Fardu lima
kali
2. Shalat
Terawih
dan Witir
3. Shalat dua
hari raya
13

LEMBAR OBSERVASI SISWA


DALAM PENINGKATAN RETENSI BELAJAR

No

Skala Kriteria

Aspek yang Diamati


B

1.

Kemampuan memahami, mengingat materi


a. Kemampuan memahami materi
b. Kemampuan

mengingat

materi

serta

proses dalam pembelajaran


c. Kemampuan mendemonstrasikan kembali,
seperti yang dipraktekkan guru
d. Kemampuan

memahami

apa

yang

dijelaskan/didemonstrasikan guru dalam


pembelajaran
e. Kemampuan memahami langkah-langkah
serta hal-hal yang diperlukan dalam
demonstrasi
2.

Peningkatan Retensi Belajar


a. Kemampuan memusatkan perhatian
sehingga mudah tertanam dalam ingatan
b. Kemampuan serta keberanian menjawab
pertanyaan guru setelah proses
pembelajaran
c. Kemampuan menyelesaikan tugas dengan
baik
d. Kemampuan mengingat kembali setelah
diberikan pelajaran lain (Long Term
Memory)
e. Kemampuan mendemonstrasikan dan
mempraktekkan dengan baik

Lampiran 7

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA

1. Wawancara

: Setelah tindakan siklus III

2. Hari/Tanggal

3. Tempat

: SMPN 16 Semarang

4. Proses

: Tanya Jawab

No.
1.

Pertanyaan Kunci

Jawaban

Apakah dengan adanya metode demonstrasi


dapat

memberikan

semangat

belajar

dan

pelajaran mudah di ingat pada mata pelajaran


PAI?
2.

Apakah dengan adanya metode demonstrasi


dapat meningkatkan belajar anda pada mata
pelajaran PAI yang memerlukan praktek?

3.

Apakah dengan adanya metode demonstrasi


dapat

membuat

mata

pelajaran

PAI

mengasyikkan dan meningkatkan hasil belajar


(nilai) anda?
4.

Apakah dengan metode demonstrasi pada mata


pelajaran

PAI

(Shalat)

membuat

anda

mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari?


5.

Apakah dengan anda lancar dan pemahaman


anda meningkat membuat anda lebih giat
belajar?

Lampiran 6

PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK SISWA)

1. Wawancara

: Setelah tindakan siklus II

2. Hari/Tanggal

3. Tempat

: SMPN 16 Semarang

4. Proses

: Tanya Jawab

No

Pertanyaan Kunci

1.

Apakah anda sudah memahami/mengerti materi


pelajaran

PAI

(shalat)

Jawaban

dengan

metode

demonstrasi yang telah diberikan pada tindakan


ke-2?
2.

Apakah anda sudah mulai menyukai atau merasa


asyik apabila mengikuti pelajaran PAI (shalat)
dengan penerapan metode demonstrasi?

3.

Apakah metode demonstrasi lebih anda sukai


untuk mata pelajaran PAI (shalat)

4.

Apakah dengan metode demonstrasi membuat


belajar

anda,

lebih

mudah

diingat

dan

dipraktekkan lain waktu?


5.

Apakah

dengan

metode

demonstrasi

memudahkan anda untuk giat belajar lagi?

Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK SISWA)

1. Wawancara

: Setelah tindakan siklus I

2. Hari/Tanggal

3. Tempat

: SMPN 16 Semarang

4. Proses

: Tanya Jawab

No
1.

Pertanyaan Kunci
Melalui

metode

dilakukan

apakah

menguasai

serta

demonstrasi,

Jawaban
yang

telah

anda

memahami

atau

mudah

mengingat

mata

pelajaran PAI pada pokok bahasan shalat?


2.

Melalui metode demonstrasi, apakah anda telah


merasakan bahwa mata pelajaran PAI itu
mengasyikkan?

3.

Apakah dengan adanya penggunaan metode


demonstrasi itu memudahkan pemahaman anda
sehingga anda lebih serius mengikuti mata
pelajaran PAI?

4.

Apakah setelah mengikuti mata pelajaran PAI


(shalat) dengan penggunaan metode demonstrasi
memudahkan anda untuk melaksanakan shalat
di rumah?

5.

Apakah

dengan

demonstrasi,

menggunakan

membuat

belajar

semangat dan menyenangkan?

anda

metode
lebih

Lampiran 4

PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK GURU)

5. Wawancara

: Sebelum tindakan siklus I

6. Hari/Tanggal

7. Tempat

: SMPN 16 Semarang

8. Proses

: Tanya Jawab

No

Pertanyaan Kunci

Jawaban

1.

Menurut anda, langkah-langkah apakah yang


paling tepat/efektif untuk menanamkan kembali
kepada siswa bahwa mata pelajaran PAI adalah
mata pelajaran yang mengasyikkan?

2.

Faktor-faktor apakah yang menyebabkan siswa


kurang aktif dalam mengikuti mata pelajaran
PAI?

3.

Apakah metode demonstrasi dapat dikatakan


efektif sekaligus mudah membekas diingatan
siswa dalam mata pelajaran PAI yang perlu
dipraktekkan seperti shalat?

4.

Berkaitan dengan materi, langkah-langkah apa


sajakah

yang

paling

efektif

untuk

mempermudah pembelajaran PAI?


5.

Apakah siswa pernah merasa malas, bila mata


pelajaran PAI yang membutuhkan praktek
langsung hanya tertuju pada aspek kognitif saja?

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK SISWA)

9. Wawancara

: Sebelum tindakan siklus I

10. Hari/Tanggal

11. Tempat

: SMPN 16 Semarang

12. Proses

: Tanya Jawab

No

Pertanyaan Kunci

1.

Menurut anda, apakah mata pelajaran PAI itu


membosankan/menjenuhkan?

2.

Apa yang menyebabkan anda kurang suka


mengikuti mata pelajaran PAI?

3.

Selain di sekolah (di luar jam pelajaran/di


rumah), anda selalu belajar PAI dalam hal
shalat?

4.

Berkaitan dengan pelajaran PAI, apakah mata


pelajaran PAI terutama shalat, menjadi mudah
dengan adanya metode demonstrasi?

5.

Apakah belajar PAI itu lebih mudah bila


dipraktekkan langsung/didemonstrasikan?

Jawaban

Lampiran I

HASIL OBSERVASI INTERAKSI ANTARA GURU DAN SISWA


PADA PEMBELAJARAN PAI DENGAN
METODE DEMONSTRASI
Sekolah
Kelas
Semester
Tahun Pelajaran

:
:
:
:

SMPN 16 Semarang
VIII D
Ganjil
2008/2009

Siklus I Pertemuan 1
Guru

X
X

X
X

X
X

Keterangan :
: Tempat duduk siswa
: Kelompok siswa
X : Meminta bantuan guru
: Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi

Hasil pengamatan :
1. Jumlah siswa yang meminta bantuan dan bimbingan guru 15 siswa.
2. Jumlah siswa yang kurang aktif dalam kerja demonstrasi 10 siswa.
3. Jumlah siswa yang aktif dalam kerja metode demonstrasi 31 siswa.

HASIL OBSERVASI INTERAKSI ANTARA GURU DAN SISWA


PADA PEMBELAJARAN PAI DENGAN
METODE DEMONSTRASI
Sekolah
: SMPN 16 Semarang
Kelas
: VIII D
Semester
: Ganjil
Tahun Pelajaran
: 2008/2009
Siklus I Pertemuan 2
Guru

X
X

X
X

Keterangan :
: Tempat duduk siswa
: Kelompok siswa
X : Meminta bantuan guru
: Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi

Hasil pengamatan :
1. Jumlah siswa yang meminta bantuan dan bimbingan guru 14 siswa.
2. Jumlah siswa yang kurang aktif dalam kerja metode demonstrasi 6 siswa.
3. Jumlah siswa yang aktif dalam kerja metode demonstrasi 21 siswa.

HASIL OBSERVASI INTERAKSI ANTARA GURU DAN SISWA


PADA PEMBELAJARAN PAI DENGAN
METODE DEMONSTRASI
Sekolah
Kelas
Semester
Tahun Pelajaran

:
:
:
:

SMPN 16 Semarang
VIII D
Ganjil
2008/2009

Siklus II Pertemuan 1
Guru

X
X

X
X

Keterangan :
: Tempat duduk siswa
: Kelompok siswa
X : Meminta bantuan guru
: Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi

Hasil pengamatan :
1. Jumlah siswa yang meminta bantuan dan bimbingan guru 10 siswa.
2. Jumlah siswa yang kurang aktif dalam kerja metode demonstrasi 4 siswa.
3. Jumlah siswa yang aktif dalam kerja metode demonstrasi 37 siswa.

HASIL OBSERVASI INTERAKSI ANTARA GURU DAN SISWA


PADA PEMBELAJARAN PAI DENGAN
METODE DEMONSTRASI
Sekolah
Kelas
Semester
Tahun Pelajaran

:
:
:
:

SMPN 16 Semarang
VIII D
Ganjil
2008/20079

Siklus III Pertemuan 1


Guru

X
X
X

Keterangan :
: Tempat duduk siswa
: Kelompok siswa
X : Meminta bantuan guru
: Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi

Hasil pengamatan :
1. Jumlah siswa yang meminta bantuan dan bimbingan guru 6 siswa.
2. Jumlah siswa yang kurang aktif dalam kerja metode demonstrasi 0 siswa.
3. Jumlah siswa yang aktif dalam kerja metode demonstrasi 35 siswa.

DATA HASIL PENGAMATAN INDRA YANG DIGUNAKAN SISWA


DALAM BELAJAR DENGAN METODE LABORATORIUM
Siklus I

Pertemuan 2

No.

Nama

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41

NOVITA DEWI
PUTRA NANDA
R.R RAHMAWATI
EDI SANTOSO
THERISA T
AISYAH TIKA R
ANDINI EKA M
ANTIKA SARASWATI
ERLIANA SETYANI
LUSY RIADINA
SANTIAJI TRAPSILA
TONI NUR RIFAI
BELLE DWI SEPTENI
NOVI PUSPITA SARI
PUSPA FITRIANA
ALFIAN PERMANA
ARDIKA INDMAWAN
ARUM RIZKI S
DHEDHE ANTON WIBOWO
DYAN VALENTINA
FERANI FADHILAH A
FITRIA RACHMAWATI
GALIH EKO RISTIANTO
GILANG PERDANA A
GUSTI AYU REMBULANSARI
HARI RESPIKANI
HAYU ADI NUGROHO
IWAN HARIADI
MARLIANA FITRI FINDIAWATI
MEGA AYUNINGTYAS
SANDRA SUPRIANA
NOVI EKA YULIANTI
RISQI ZUBAIDHI AGENG W
SHERLY DAMAYANTI
WINDHI AYU WIRA YUDHA
WIRA YUDHA
YANUAR KHUSNUL
YULIANTIKA PUTRI
YULIA ASMARAWATI
ARGA HENDI AJI
YULINDA
JUMLAH

Indera yang digunakan siswa dalam belajar


Indera Pendengar
Indera Penglihatan Indera Sentuh / Motorik
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
5
3
20 13
3
8
17 13
7
11 13
10

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN

Nama

: Siti Nur Aini

Tempat/Tanggal Lahir: Blora, 12 Agustus 1986


Alamat Asal

: Desa Puledagel RT. 01/02 No. 23 Jepon Blora 58261

Jenjang Pendidikan

1. SDN Puledagel Jepon Blora lulus tahun 1998


2. MTs N I Jepon Blora lulus tahun 2001
3. MAN I Blora lulus tahun 2004
4. IAIN Walisongo Fakultas Tarbiyah Angkatan 2004

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Yrama Widya, 2007.


Arief, Armai, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat
Pres, 2002.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2002.
__________, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006.
Azis Shaleh A. dan A. Majid, At Tarbiyah Wa Turuqu al Tadris, Mesir : Al
Bairut, 2000, Cet. 1.
Aziz, Shaleh Abdul dan Abdul Aziz Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris,
Mesir: Al Bairut, 2000, cet 1.
Azizy, Qodri, Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial, Semarang:
Aneka Ilmu , 2000.
Baharuddin , Psikologi Pendidikan ,Yogyakarta Ar Ruzz Media, 2007, cet 1.
Daradjat, Zakiah, dkk., Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 2002.
Darajat, Zakiah, dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Bumi
Aksara, 1998.
Darwis, Djamaluddin, Strategi Belajar Mengajar, Semarang: Pustaka Pelajar,
2000.
David Gamon, Cara Baru Mengasuh Otak dengan Asysik, terj Ramdani A,
Bandung: Mizan Pustaka, 2005.
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk., Strategi Belajar dan Mengajar, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002.
Ebbut, dikutip dalam Wiriatmacja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2005.
Ibnu Ismail al Bukhari r.a, Abi Abdillah Muhammad, Shahih Bukhari , Juz I,
Semarang: Toha Putra t. th.

Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Kensep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Modgan, Cliffort T., Introduction of Psychology, New York: The Mc. Graw Hill
Book Company, 2002.
Moeslichatoen, Metode Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2000.
Muti, Abdul, Proses Belajar Kognitif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Muchith, M. Saekhan, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail, 2008
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Islam: Pemberdayaan, Pengembangan
Kurikulum, hingga Redifinisi Islamisasi Pengetahuan, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2003, Cet I.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001.
Mulyasa, E, Implementasi kurikulum 2008, Bandung: PT Rosda Karya, 2005.
__________, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Rosda Karya, 2004.
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Nasutiom, S., Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara: 2000.
Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003.
Nasution, S., Dasar-Dasar Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1984.
Rahardjo, Media Pendidikan, Semarang: Pustaka Pelajar, 1998.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
Riyanto, Yatim, Metodologi Penelitian suatu Tindakan Dasar, Surabaya: Sie
Surabaya, 1996, cet. 4.

Sagala, H. Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: CV. Alfabeta,


2003.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ,
Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007, Cet III.
Shulter, Albert H. dan Milton E. The Emerging Elementary Curriculum
Methods dan Prosedures, Columbus, Ohio: Charlies E. Merril Book, inc.,
2004.
Siregar, Marasudin, Metodologi Pengajaran Agama, Semarang: t. p, 2004.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT.
Rinneka Cipta, 1999, cet. III.
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2001, cet
4.
Soenarjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI,
2005.
Sriyono, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, Jakarta: Rinneka Cipta, 2006.
Subroto, B. Suryo, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: RINEKA
CIPTA, 2002, cet 1.
Sudarmanto, Y. B., Tuntunan Metodologi Belajar, Jakarta: PT Gramedia, 2002,
cet 4.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006.
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru
Algensindo, 2002.
Suharyono, Strategi Belajar Mengajar I, Semarang: IKIP Semarang Press, 2004.
Sukmadinata, Nana Saodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2005.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos, 2006, cet VI.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspekif Islam, Bandung: Rosdakarya,
2004, cet 4.
Undang-undang SISDIKNAS, (Sistem Pendidikan Nasional), 2003, (UU RI No.
20. Tahun 2003), Jakarta: Sinar Grafika, 2003.

Usman, Basyirudin, dkk, Media Pembelajaran, Jakarta: Delia cipta Utama, 2002.
Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Rosdakarya, 2002.
UU RI No. 20 Tahun 2003, SISDIKNAS, Bandung : Citra Umbara, 2003.
Verbeek, Ingatan, Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Wiriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Yamin, Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Putra
Grafika, 2006, Cet. I.
Yusuf, Tayar, Ilmu Praktek Mengajar, Bandung: PT Al-Maarif, 2003.
Zein, Muhammad, Metodologi Agama, Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana,
2001.
Zuhairini, et. al. , Metode Mengajar Agama, Solo: Ramdani, 2004.
__________, et.al., Metodologi Pengajaran Agama, Solo: Ramdani, 2000.
__________, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Malang , 2005.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bertolak dari rumusan masalah, tujuan penelitian dan hasil yang
telah diperoleh dari pelaksanaan tindakan dari siklus I , siklus II dan siklus III
serta pembahasan di atas secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut .
1. Pembelajaran PAI dengan menerapkan metode demonstrasi dikatakan
efektif dan efisien membuat siswa belajar aktif melalui berbuat yang
melibatkan indera yang dimiliki yaitu indera pendengaran, indera
penglihatan, dan indera sentuh (motorik) SKKD shalat pada kelas VIII D
SMPN 16 Semarang semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009 dengan
kategori kecenderungan sebagai berikut.
a. Siswa dikategorikan sangat sering menggunakan indera pendengaran
dengan besar persentese pada siklus I, pertemuan pertama 34,15 ,
pertemuan II 31,70%, siklus II 41,38% dan siklus III 73,17%.
b. Siswa dikategorikan sangat sering menggunakan indera penglihatan
dengan besar persentese pada siklus I

pertemuan I

24,39%,

pertemuan II 31,70%, siklus II 36,58% dan siklus III 60,98%


c. Siswa

dikategorikan

sangat

sering

menggunakan

indera

sentuh(motorik) dengan besar persentese pada siklus I pertemuan I


24,39%, pertemuan II 31,70%

, siklus II 36,59% dan siklus III

63,41%.
d. Pembelajaran

PAI

dengan

menggunakan

metode

demonstrasi

meningkatkan retensi siswa SKKD shalat pada kelas VIII D SMPN 16


Semarang semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009. Hal ini
didasarkan pada data statistik kenaikan persentase penghematan
konsep yang telah dipelajari siswa yaitu pada siklus I 70,27%, pada
siklus II meningkat menjadi 83,08% dan pada siklus II meningkat
menjadi 88,83%.
86

87
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran PAI dan hasil belajar siswa terhadap suatu konsep PAI maka
penulis memberikan saran sebagai berikut.
1. Kepada Guru
Disarankan agar dalam melaksanakan pembelajaran dapat
melibatkan seluruh indera yang dimiliki siswa sehingga keberagaman
kecenderungan cara belajar dapat teratasi dan kreatif dalam menggunakan
dan memilih media pembelajaran sehingga siswa dapat menerapkan dalam
keseharian.
2. Kepada Siswa
Disarankan agar dalam belajar siswa lebih aktif dan kreatif dalam
menggunakan indera yang dimiliki ketika belajar dan hendaknya ketika
mempelajari suatu konsep PAI tidak hanya hafal akan tetapi mengerti dari
mana konsep itu didapat.
3. Kepada Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini hendaknya dapat dipergunakan sebagai
masukan dan pertimbangan bagi lembaga-lembaga

pendidikan untuk

menentukan kebijaksanaan yang baru dalam merintis penggunaan metode


yang tepat(demonstrasi dan penyediaan alat-alat praktik) sehingga dapat
menunjang kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan.

C.

Penutup
Syukur alhamdulillah dengan rahmat, taufik dan hidayah dari Allah
SWT, penulis dapat berhasil menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
baik. Meskipun jauh dari kesempurnaan, dengan bekal kemampuan
semaksimal mungkin, penulis telah berusaha menulis tugas akhir ini
dengan sebaik-baiknya dengan harapan semoga bermanfaat , khususnya
bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Penulis berdoa mudah-mudahan hasil penelitian ini menjadi amal
ibadah penulis lewat kerja dunia ilmu pengetahuan. Kritik dan saran yang

88
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Mengingat pepatah Tiada gading yang tak retak semoga Allah
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis dan kepada pembaca
yang budiman. Amin.

89

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama

: Siti Nur Aini

NPM

: 043111008

Program Studi

: Pendidikan Agama Islam

Fakultas

: Tarbiyah

Menyatakan sebenarnya, bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar


merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulsian
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini adalah
plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Semarang, 9 Desember 2008


Yang membuat pernyataan

Siti Nur Aini


NIM: 043111008

BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Tempat


Tempat penelitian ini adalah di SMPN 16 Semarang yang terletak di jalan
raya Ngaliyan Semarang. Meskipun demikian suasana belajar pada sekolah ini
sangat ramai dekat dari keramaian kendaraan umum. Letak kelasnya diatur
sedemikian hingga jauh dari tepi jalan raya. Sarana dan prasarana yang lengkap
dan lokasi yang sangat luas bisa mendukung terciptanya proses belajar mengajar
yang baik.
Penelitian ini mengambil tempat di kelas VIII D yang terletak pada
deretan kelas bagian atas menghadap arah barat berada di antara VIII C dan VIII
E. Suasana kelas yang bersih, rapi dan udara yang sejuk sehingga suasana belajar
nyaman dan menyenangkan. Jumlah siswa 41 siswa yang terdiri dari 15 siswa
laki-laki dan 26 siswa perempuan.
Hasil observasi sebelum diadakannya tindakan penelitian dengan
mengadakan wawancara dengan guru bidang studi PAI kelas VIII serta melihat
data dari Bimbingan Konseling (BK) pada kelas VIII terdapat 6 kelas yaitu VIII
A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F. 6 kelas yang ada kelas VIIID
merupakan kelas yang siswanya mempunyai tingkat kemampuan heterogen
dalam mata pelajaran PAI dan mempunyai kemampuan yang cukup sehingga
dapat diterapkan metode demonstrasi. Selain itu siswa mempunyai tingkat retensi
tergolong rendah seusai pembelajaran. Hal ini ditunjukkan ketika kegiatan awal
proses belajar mengajar dimulai dengan diberikannya pertanyaan-pertanyaan
kepada siswa tentang konsep dan materi pelajaran yang telah diajarkan pada
pertemuan sebelumnya siswa tidak mampu menjawab dengan baik dikarenakan
lupa. Meskipun ada yang mencoba menjawab tetapi dengan membuka kembali
buku catatannya. Hal ini disebabkan pengajaran yang dilakukan oleh guru hanya
dengan metode ceramah dan diskusi, dan metode-metode belajar lain yang
dipraktikkan guru di depan kelas dan papan tulis.

64

65
Pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi pada pokok bahasan
Shalat. Media pembelajaran alat-alat shalat yang telah disiapkan, siswa tampak
lebih kreatif dan dengan mudah mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan
shalat. Adanya media tersebut siswa tampak serius diskusi dalam kelompok
untuk memahami bagaimana tata cara shalat yang baik dan tertib walaupun masih
ada beberapa siswa yang hanya menggantungkan pada pekerjaan temannya
karena merasa hanya perwakilan kelompok saja cukup. Bagi siswa yang
berpotensi dapat dengan mudah melaksanakan shalat dan sebagian ada yang
memerlukan bimbingan.
Observasi sistematis ini penulis lakukan dengan memberikan tes formatif
kepada siswa. Materi tes sama seperti konsep yang telah diajarkan. Waktu tes ini
adalah 1 minggu setelah pembelajaran berlangsung tanpa ada pemberitahuan
sebelumnya. Penulis memilih waktu satu minggu sesudah pembelajaran karena
rentang waktu pembelajaran pada satu mata pelajaran. Ketika tes dilakukan pada
awalnya siswa sempat protes dan ragu akan kemampuannya, akan tetapi soal
setelah diberikan siswa tampak serius dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan
soal dan siswa mengerjakan soal hanya bergantung pada ingatan pada materi
yang diberikan.

B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil dan observasi yang telah penulis lakukan bersama
dengan kolaborator penelitian yaitu guru bidang studi PAI kelas VIII D SMPN
16 Semarang. Setelah diadakan diskusi evaluasi pada setiap tindakan yang telah
dilakukan dalam mengatasi masalah rendahnya retensi dengan menerapkan
pembelajaran metode demonstrasi dengan mengefektifkan belajar dengan berbuat
yang melibatkan semua indera yang dimiliki siswa. Hasil penelitian sebagai
berikut:
1. Siklus I
Pada siklus I pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua kali
pertemuan dan satu kali tes formatif untuk mengetahui retensi siswa.
Pertemuan I dengan sub pokok bahasan shalat rowatib dan Pertemuan II

66
dengan sub pokok bahasan shalat dhuha dan tahiyatul masjid. Dengan jumlah
kelompok 10 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Dengan hasil
penelitian sebagai berikut.
a. Hasil observasi tentang interaksi guru dengan siswa dan antar siswa
dalam kerja demonstrasi dengan memberikan tanda pada denah tempat
duduk siswa dalam kelompok diperoleh hasil sebagai berikut.
1) Pertemuan I
Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi = 10 siswa.
Persentase :

10
x 100% = 24,39%
41

Siswa yang mengikuti kerja metode demonstrasi dengan baik dan


aktif = 16 siswa.
Persentase :

16
x 100% = 39,02%
41

Siswa yang meminta bimbingan guru dalam kerja metode demonstrasi


= 15 siswa.
Persentase :

15
x 100% = 36,59%
41

2) Pertemuan II
Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi = 6 siswa.
Persentase :

6
x 100% = 14,63%
41

Siswa yang mengikuti kerja metode demonstrasi dengan baik dan


aktif = 21 siswa.
Persentase :

21
x 100% = 51,22%
41

Siswa yang meminta bimbingan guru dalam kerja metode demonstrasi


= 14 siswa.
Persentase :

14
x 100% = 34,15%
41

67
b. Hasil observasi dari daftar chek list tentang kecenderungan siswa dalam
menggunakan indera pendengar, penglihatan dan indera sentuh atau
motorik diperoleh data dan penghitungan persentasenya sebagai berikut.
1) Pertemuan I
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera pendengaran.
Tidak pernah

6 siswa, dengan persentase 14,63%

Jarang

4 siswa, dengan persentase 9,76%

Sering

= 17 siswa, dengan persentase 41,46%

Sangat sering

= 14 siswa, dengan persentase 34,15%

Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera penglihatan.


Tidak pernah

4 siswa, dengan persentase 9,76%

Jarang

= 12 siswa, dengan persentase 29,26%

Sering

= 15 siswa, dengan persentase 36,59%

Sangat sering

= 10 siswa, dengan persentase 24,39%

Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera sentuh/motorik.


Tidak pernah

8 siswa, dengan persentase 19,52%

Jarang

= 10 siswa, dengan persentase 24,39%

Sering

= 13 siswa, dengan persentase 31,70%

Sangat sering

= 10 siswa, dengan persentase 24,39%

2) Pertemuan II
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera pendengaran.
Tidak pernah

5 siswa, dengan persentase 12,20%

Jarang

3 siswa, dengan persentase 7,32%

Sering

= 20 siswa, dengan persentase 48,78%

Sangat sering

= 13 siswa, dengan persentase 31,70%

Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera penglihatan.


Tidak pernah

3 siswa, dengan persentase 7,32%

Jarang

8 siswa, dengan persentase 19,52%

Sering

= 17 siswa, dengan persentase 41,46%

Sangat sering

= 13 siswa, dengan persentase 31,70%

Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera sentuh/motorik.

68
Tidak pernah

7 siswa, dengan persentase 17,07%

Jarang

= 11 siswa, dengan persentase 26,83%

Sering

= 13 siswa, dengan persentase 31,70%

Sangat sering

= 10 siswa, dengan persentase 24,39%

Tabel 4.1 Data Kecenderungan Siswa Dalam Menggunakan Indera yang


dimiliki pada Siklus I Pertemuan I
Tingkat
Kecenderungan

Indera

Indera

Indera Sentuh/

Pendengaran

Penglihatan

Motorik

Jml
Siswa

Persentase

Jml
Siswa

Persentase

Jml
Siswa

Persentase

Tidak pernah

14,63%

9,76%

19,52%

Kadang-kadang

9,76%

12

29,26%

10

24,39%

Sering

17

41,46%

15

36,59%

13

31,70%

Sangat sering

14

34,15%

10

24,39%

10

24,39%

41

100%

41

100%

41

100%

Jumlah

Pada siklus pertama, pertemuan pertama terjadi peningkatan


kecenderungan penggunaan indera penglihatan, pendengaran, dan
motorik/sentuhan.
Tabel 4.2 Data Kecenderungan Siswa Dalam Menggunakan Indera yang
dimiliki pada Siklus I Pertemuan II
Tingkat
Kecenderungan

Indera
Indera
Indera Sentuh/
Pendengaran
Penglihatan
Motorik
Jml
Jml
Jml
Persentase
Persentase
Persentase
Siswa
Siswa
Siswa

Tidak pernah

12,20%

7,32%

17,08%

Kadang-kadang

7,32%

19,52%

11

26,83%

Sering

20

48,78%

17

41,46%

13

31,70%

69
Sangat sering
Jumlah

13

31,70%

13

31,70%

10

24,39%

41

100%

41

100%

41

100%

Pada siklus pertama, pertemuan kedua terjadi peningkatan


kecenderungan penggunaan indera penglihatan, pendengaran, dan
motorik/sentuhan
c. Hasil tes formatif yang telah diadakan pembelajaran berlangsung selama
satu minggu dengan pencapaian konsep yang masih diingat oleh siswa
sehingga dapat diketahui rata-rata penghematan yang disajikan dalam
tabel sebagai berikut.
Tabel 4.3
NO.

Data hasil tes siswa tentang konsep yang masih diingat pada siklus I.
NAMA

(1)

(2)

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Konsep yang

Konsep yang

Konsep yang

diberikan

diingat

dilupakan

(3)

(4)

(5)

(6)

Persentase
Penghematan

Stevani Dwi R

16

16

100.00%

Sabrina Indi Rachma

16

56.25%

Gama

16

11

68.75%

Bachtiar Putra

16

16

100.00%

Lare Dematria A

16

10

62.50%

Restra Ayu M P

16

12

75.00%

M.Candra A

16

12

75.00%

Mega Ayu L

16

10

62.50%

Ristiana Ella R

16

50.00%

10

Deni Rahmawati

16

13

81.25%

11

Ambarani P

16

43.75%

12

Mia Rahma K

16

43.75%

13

Rian Kusuma D

16

13

81.25%

14

Novadita A

16

13

81.25%

15

Shelica Alasia

16

12

75.00%

16

M.Imron A.A

16

10

62.50%

17

Nela olavia M

16

11

68.75%

70
18

Amira Ei R

16

10

62.50%

19

Dewi Setya R.

16

12

75.00%

20

Riski Hanifah

16

16

100.00%

21

Fajar Nur Cahyo

16

16

100.00%

22

Bayu Setiawan

16

15

93.75%

23

Guntur Agung W

16

13

81.25%

24

Nurani Talentia P

16

10

62.50%

25

Try Wulan Sari

16

11

68.75%

26

Anugrah Bayu P

16

12

75.00%

27

Chairul Ula P

16

10

62.50%

28

M.Daesyan N.R

16

10

62.50%

29

Muhammad Ali

16

10

62.50%

30

Rertia Nur R

16

10

62.50%

31

M.Risky A.S

16

11

31.25%

32

Nur Eri P

16

50.00%

33

Fahrul Muh Rizal

16

50.00%

34

Agung p

16

50.00%

35

Ditia Marlupiana.

16

10

62.50%

36

Rizki Aulia

16

11

68.75%

37

Nita Novianti

16

11

68.75%

38

Andes Yana N.J

16

15

93.75%

39

Septian Anistika

16

12

75.00%

40

Mirza Ulinuha

16

13

81.25%

41

Praditya A

16

15

93.75%

JUMLAH

656

461

195

2881.25%

RATA-RATA

16

11,24

4,76

70.27%

2. Siklus II

Pada siklus II pelaksanaan tindakan terjadi perubahan setelah


diadakannya diskusi dan evaluasi pada refleksi pada siklus I dengan
perubahan jumlah kelompok dari 10 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4
orang menjadi 20 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 2 atau bisa

71
dikaitkan dengan kegiatan berpasangan. Pelaksanaan tindakan dilakukan
dalam dua kali pertemuan dan satu kali tes formatif untuk mengetahui retensi
siswa. Pertemuan I dengan sub pokok shalat jenazah. Dengan hasil penelitian
sebagai berikut.
a. Hasil observasi tentang interaksi guru dengan siswa dan antar siswa
dalam kerja metode demonstrasi dengan memberikan tanda pada denah
tempat duduk siswa dalam kelompok di peroleh hasil sebagai berikut.
1) Pertemuan I
Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi = 4 siswa.
Persentase :

4
x 100% = 9,76%
41

Siswa yang mengikuti kerja metode demonstrasi dengan baik = 27


siswa.
Persentase :

27
x 100% = 65,85%
41

Siswa yang meminta bimbingan guru dalam kerja metode demonstrasi


= 10 siswa.
Persentase :

10
x 100% = 24,39%
41

b. Hasil observasi dari data checklist tentang kecenderungan siswa dalam


menggunakan indera pendengaran, penglihatan dan indera sentuh atau
motorik diperoleh data dan penghitungan persentasenya sebagai berikut.
1) Pertemuan I
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera pendengaran.
Tidak pernah =

1 siswa, dengan persentase 2,44%

Jarang

5 siswa, dengan persentase 12,20%

Sering

= 25 siswa, dengan persentase 0,98%

Sangat sering = 10 siswa, dengan persentase 24,38%


Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera penglihatan.
Tidak pernah =

0 siswa, dengan persentase 0%

Jarang

7 siswa, dengan persentase 17,08%

72
Sering

= 19 siswa, dengan persentase 46,33%

Sangat sering = 15 siswa, dengan persentase 36,59%


Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera sentuh/motorik.
Tidak pernah =

0 siswa, dengan persentase 0%

Jarang

= 6 siswa, dengan persentase 14,63%

Sering

= 20 siswa, dengan persentase 48,78%

Sangat sering = 15 siswa, dengan persentase 36,59%

Tabel 4.4 Data Kecenderungan Siswa dalam Menggunakan Indera yang


dimiliki pada Siklus II Pertemuan I
Tingkat
Kecenderungan

Indera

Indera

Indera Sentuh/

Pendengaran

Penglihatan

Motorik

Jml
Siswa

Persentase

Jml
Siswa

Persentase

Jml
Siswa

Persentase

Tidak pernah

2,44%

0%

0%

Kadang-kadang

12,20%

17,08%

14,63%

Sering

25

60,98%

19

46,33%

20

48,78%

Sangat sering

10

24,38%

15

36,59%

15

36,59%

41

100%

41

100%

41

100%

Jumlah

Pada siklus kedua terjadi peningkatan kecenderungan penggunaan


indera penglihatan, pendengaran, dan motorik/sentuhan
c. Hasil tes formatif yang telah diadakan pembelajaran berlangsung selama
satu minggu dengan pencapaian konsep yang masih diingat oleh siswa
sehingga dapat diketahui rata-rata penghematan yang disajikan dalam
tabel sebagai berikut.

73
Tabel 4.5 Data hasil tes siswa tentang konsep yang masih diingat pada siklus II
NO.

NAMA

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Konsep yang

Konsep yang

Konsep yang

diberikan

diingat

dilupakan

Persentase
Penghematan

Stevani Dwi R

16

16

100.00%

Sabrina Indi Rachma

16

12

75.00%

Gama

16

14

87.50%

Bachtiar Putra

16

16

100.00%

Lare Dematria A

16

12

75.00%

Restra Ayu M P

16

14

87.50%

M.Candra A

16

14

87.50%

Mega Ayu L

16

13

81.25%

Ristiana Ella R

16

11

68.75%

10

Deni Rahmawati

16

14

87.50%

11

Ambarani P

16

10

62.50%

12

Mia Rahma K

16

10

62.50%

13

Rian Kusuma D

16

15

93.75%

14

Novadita A

16

15

93.75%

15

Shelica Alasia

16

13

81.25%

16

M.Imron A.A

16

14

87.50%

17

Nela olavia M

16

13

81.25%

18

Amira Ei R

16

14

87.50%

19

Dewi Setya R.

16

15

93.75%

20

Riski Hanifah

16

14

87.50%

21

Fajar Nur Cahyo

16

16

100.00%

22

Bayu Setiawan

16

16

100.00%

23

Guntur Agung W

16

15

93.75%

24

Nurani Talentia P

16

13

81.25%

25

Try Wulan Sari

16

14

87.50%

26

Anugrah Bayu P

16

13

81.25%

27

Chairul Ula P

16

12

75.00%

28

M.Daesyan N.R

16

14

87.50%

29

Muhammad Ali

16

12

75.00%

74
30

Rertia Nur R

16

43.75%

31

M.Risky A.S

16

10

62.50%

32

Nur Eri P

16

10

62.50%

33

Fahrul Muh Rizal

16

12

75.00%

34

Agung p

16

13

81.25%

35

Ditia Marlupiana.

16

14

87.50%

36

Rizki Aulia

16

13

81.25%

37

Nita Novianti

16

12

75.00%

38

Andes Yana N.J

16

16

100.00%

39

Septian Anistika

16

13

81.25%

40

Mirza Ulinuha

16

15

93.75%

41

Praditya A

16

16

100.00%

JUMLAH

656

545

109

3406.25%

RATA-RATA

16

13,29

2,66

83.08%

3. Siklus III

Pada siklus III pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua kali dan
satu kali tes formatif untuk mengetahui tingkat retensi siswa. Pertemuan I
dengan sub pokok bahasan shalat berjamaah dengan jumlah kelompok 10
kelompok setiap kelompok terdiri dari 2 siswa dengan kegiatan diskusi
berpasangan. Dengan hasil penelitian sebagai berikut.
a. Hasil observasi tentang interaksi guru dengan siswa dan antar siswa
dalam kerja metode demonstrasi dengan memberikan tanda pada denah
tempat duduk siswa dalam kelompok diperoleh hasil sebagai berikut.
1) Pertemuan I
Siswa yang kurang mengikuti kerja metode demonstrasi = 0 siswa.
Persentase :

0
x 100% = 0%
41

Siswa yang mengikuti kerja metode demonstrasi dengan baik = 35


siswa.
Persentase :

35
x 100% = 85,36%
41

75
Siswa yang meminta bimbingan guru dalam kerja metode demonstrasi
= 6 siswa.
Persentase :

6
x 100% = 14,63%
41

b. Hasil observasi dari data checklist tentang kecenderungan siswa dalam


menggunakan indera pendengaran, penglihatan dan indera sentuh atau
motorik diperoleh data dan penghitungan persentasenya sebagai berikut.
1) Pertemuan I
Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera pendengaran.
Tidak pernah =

0 siswa, dengan persentase 0%

Jarang

6 siswa, dengan persentase 14,63%

Sering

= 28 siswa, dengan persentase 68,29%

Sangat sering =

7 siswa, dengan persentase 1 7,08%

Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera penglihatan.


Tidak pernah =

0 siswa, dengan persentase 0%

Jarang

0 siswa, dengan persentase 0%

Sering

= 16 siswa, dengan persentase 39,02%

Sangat sering = 25 siswa, dengan persentase 60,98%


Tingkat kecenderungan siswa menggunakan indera sentuh/motorik.
Tidak pernah =

0 siswa, dengan persentase 0%

Jarang

0 siswa, dengan persentase 0%

Sering

= 15 siswa, dengan persentase 36,59%

Sangat sering = 26 siswa, dengan persentase 63,41%

76
Tabel 4.6 Data Kecenderungan Siswa dalam Menggunakan Indera yang
dimiliki pada Siklus III Pertemuan I
Tingkat
Kecenderungan

Indera

Indera

Indera Sentuh/

Pendengaran

Penglihatan

Motorik

Jml
Siswa

Persentase

Jml
Siswa

Persentase

Jml
Siswa

Persentase

Tidak pernah

0%

0%

0%

Kadang-kadang

14,63%

0%

0%

Sering

28

68,29%

16

39,02%

15

36,59%

Sangat sering

17,08%

25

60,98%

26

63,41%

41

100%

41

100%

41

100%

Jumlah

Pada siklus ketiga, pertemuan pertama terjadi peningkatan


kecenderungan penggunaan indera penglihatan, pendengaran, dan
motorik/sentuhan
c. Hasil tes formatif yang telah diadakan pembelajaran berlangsung selama
satu minggu dengan pencapaian konsep yang masih diingat oleh siswa
sehingga dapat diketahui rata-rata penghematan yang disajikan dalam
tabel sebagai berikut.
Tabel 4.7 Data hasil tes siswa tentang konsep yang masih diingat pada siklus III.
NO.

NAMA

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Konsep yang

Konsep yang

Konsep yang

diberikan

diingat

dilupakan

Persentase
Penghematan

Stevani Dwi R

13

13

100.00%

Sabrina Indi Rachma

13

12

92.31%

Gama

13

11

84.62%

Bachtiar Putra

13

13

100.00%

Lare Dematria A

13

11

84.62%

Restra Ayu M P

13

13

100.00%

M.Candra A

13

11

84.62%

Mega Ayu L

13

13

100.00%

77
9

Ristiana Ella R

13

69.23%

10

Deni Rahmawati

13

12

92.31%

11

Ambarani P

13

10

76.92%

12

Mia Rahma K

13

10

76.92%

13

Rian Kusuma D

13

12

92.31%

14

Novadita A

13

11

84.62%

15

Shelica Alasia

13

11

84.62%

16

M.Imron A.A

13

10

76.92%

17

Nela olavia M

13

11

84.62%

18

Amira Ei R

13

12

92.31%

19

Dewi Setya R.

13

12

92.31%

20

Riski Hanifah

13

13

100.00%

21

Fajar Nur Cahyo

13

13

100.00%

22

Bayu Setiawan

13

13

100.00%

23

Guntur Agung W

13

12

92.31%

24

Nurani Talentia P

13

12

92.31%

25

Try Wulan Sari

13

12

92.31%

26

Anugrah Bayu P

13

12

92.31%

27

Chairul Ula P

13

11

84.62%

28

M.Daesyan N.R

13

13

100.00%

29

Muhammad Ali

13

12

92.31%

30

Rertia Nur R

13

61.54%

31

M.Risky A.S

13

10

76.92%

32

Nur Eri P

13

10

76.92%

33

Fahrul Muh Rizal

13

11

84.62%

34

Agung p

13

13

100.00%

35

Ditia Marlupiana.

13

10

76.92%

36

Rizki Aulia

13

13

100.00%

37

Nita Novianti

13

11

84.62%

38

Andes Yana N.J

13

13

100.00%

39

Septian Anistika

13

11

84.62%

40

Mirza Ulinuha

13

11

84.62%

41

Praditya A

13

13

100.00%

78
JUMLAH

533

474

59

3646.15%

RATA-RATA

13

11,56

1,44

88.93%

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dari hasil pengamatan dan tes yang telah
dikemukakan di atas, pada pelaksanaan tindakan siklus I, Siklus II dan Siklus III
dapat diketahui perubahan-perubahan baik dari cara belajar siswa dan hasil
belajarnya dengan diadakannya pembelajaran menggunakan metode demonstrasi
dengan pembahasan sebagai berikut.
Interaksi dalam kegiatan belajar dengan metode demonstrasi pada
permulaan siklus I siswa masih belum bisa sepenuhnya aktif dan masih banyak
siswa yang masih bertanya dan jalannya kegiatan kerja demonstrasi masih
sepenuhnya mendapat bimbingan guru dan dengan jumlah anggota kelompok 4
orang masih banyak siswa bergantung pada temannya di dalam kerja metode
demonstrasi. Dengan diadakannya perubahan pada tindakan siklus II dan siklus
III yang semula jumlah anggota masing-masing kelompok 2 siswa dengan
kegiatan berpasangan dan sudah mulai terbiasa dengan metode metode
demonstrasi terjadi perubahan yang sangat signifikan yaitu siswa dapat
sepenuhnya aktif, kreatif dan kegiatan belajar sangat menyenangkan. Siswa dapat
melakukan kerja metode demonstrasi dengan mandiri tanpa bantuan guru dan
guru membimbing seperlunya yang digambarkan dalam tabel dan grafik sebagai
berikut.

79
Tabel 4.8 Data keaktifan siswa dalam mengikuti kerja metode demonstrasi
No.

Pelaksanaan Tindakan

Siswa Kurang
Siswa Aktif
Jml
Aktif
Siswa
Jml
Jml
Persentase
Persentase
Siswa
Siswa

1.

Siklus I Pertemuan 1

10

24,39%

31

75,61%

41

2.

Siklus I Pertemuan 2

14,68%

35

85,36%

41

3.

Siklus II Pertemuan 1

9,76%

37

90,24%

41

4.

Siklus III Pertemuan 1

0%

41

100%

41

Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut.


100
100

90,24
85,36

90
80

75,61

70
60
50
40
30
20
10

24,39
14,63
6,76
0

0
Siklus I Pertm. 1 Siklus I Pertm. 2 Siklus II Pertm. 1 Siklus III Pertm. 1

Siswa Aktif

Siswa Kurang Aktif

Gambar 4.1 Grafik keaktifan siswa dalam mengikuti kerja metode


demonstrasi

80
Tabel 4. 9

Data keaktifan siswa yang meminta bantuan dan bimbingan


dalam kerja metode demonstrasi

No.

Tanpa

Perlu Bimbingan

Pelaksanaan
Tindakan

Jml

Persentase

Siswa

Bimbingan
Jml
Siswa

Persentase

Jml
Siswa

1.

Siklus I Pertemuan 1

15

36,59%

26

63,41%

41

2.

Siklus I Pertemuan 2

14

34,15%

27

65,85%

41

3.

Siklus II Pertemuan 1

10

24,39%

31

75,61%

41

4.

Siklus III Pertemuan 1

14,63%

35

85,37%

41

Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut.


100

85.37

90

75.61

80
70

63.41

65.85

60
50
40

36.59

34.15

30

24.39

20

14.63

10
0
Siklus I Pertm. Siklus I Pertm. Siklus II Pertm.
1
2
1

Perlu Bimbingan

Siklus III
Pertm. 1

Tanpa Bimbingan

Gambar 4.2 Grafik siswa yang meminta bantuan dan bimbingan dalam kerja
metode demonstrasi

81
Selain itu perubahan yang terjadi juga berpengaruh pada cara belajar
siswa yang semula cara belajar siswa yang hanya melibatkan indera penglihatan
dan pendengaran dengan pembelajaran yang berpusat pada guru dengan metodemetode demonstrasi tersebut bisa melibatkan semua indera yang dimiliki yaitu
pendengaran, penglihatan dan indera sentuh atau motorik di dalam proses belajar
siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada setiap siklus pada
tindakan yang dilakukan yang dapat digambarkan pada tabel dan grafik di bawah
ini.
Tabel 4.10 Data Persentase kecenderungan siswa menggunakan indera
pendengaran

No.

Siklus I

Tingkat
Kecenderungan

Siklus II

Siklus III

Pertemuan

Pertemuan

Pertemuan

Pertemuan

II

1.

Sangat sering

34,15%

31,70%

24,38%

17,08%

2.

Sering

41,46%

48,78%

60,98%

68,29%

3.

Kurang

9,76%

7,32%

12,20%

14,63%

4.

Tidak pernah

14,13%

12,70%

2,44%

0%

Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut:

82

100
90
80
68,29

70
60,98

60
50
40

48,78
41,46
34,15

31,7

30

24,38

20

17,08

14,13
9,76

12,7
7,32

10

14,63

12,2
2,44

0
Siklus I Pertm.
1

Siklus I Pertm. Siklus II Pertm. Siklus III Pertm.


2
1
1

Sangat Sering

Gambar 4.3

Sering

Kurang

Tidak Pernah

Grafik Kecenderungan Siswa Menggunakan Indera Pendengaran

Tabel 4.11

Data Persentase kecenderungan siswa menggunakan indera


penglihatan

No.

Siklus I

Tingkat
Kecenderungan

Pertemuan
I

Siklus II

Pertemuan Pertemuan
II

Siklus III
Pertemuan
I

1.

Sangat sering

24,39%

31,70%

36,59%

36,59%

2.

Sering

36,59%

41,46%

46,33%

63,41%

3.

Kurang

29,2%

19,52%

17,08%

0%

4.

Tidak pernah

9,76%

7,32%

0%

0%

Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut:

83

100
90
80
70

63,41

60
46,33

50
40

41,46
36,59

36,59

29,26

30

36,59

31,7

24,39
19,52

17,08

20
9,76

10

7,32
0 0

0%

0
Siklus I Pertm. 1 Siklus I Pertm. 2 Siklus II Pertm. 1 Siklus III Pertm.
1

Sangat Sering

Sering

Kurang

Tidak Pernah

Gambar 4.4 Grafik Kecenderungan Siswa Menggunakan Indera Penglihatan

Tabel 4.12 Data Persentase kecenderungan siswa menggunakan


indera sentuh atau motorik.
Siklus I
No.

Tingkat
Kecenderungan

Siklus II

Siklus III

Pertemuan

Pertemuan

Pertemuan

Pertemuan

II

1.

Sangat sering

24,39%

17,08%

36,39%

63,41%

2.

Sering

31,70%

26,83%

48,78%

36,59%

3.

Kurang

24,39%

31,70%

14,63%

0%

4.

Tidak pernah

19,52%

24,39%

0%

0%

Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut.

84

100
90
80
70

63,41

60
48,78

50

31,7

30

36,59

36,39

40
24,39 24,39
19,52

20

31,7
26,83
24,39
17,08

14,63

10
0

0 0

0
Siklus I Pertm.
1

Siklus I Pertm. Siklus II Pertm. Siklus III Pertm.


2
1
1

Sangat Sering

Sering

Kurang

Tidak Pernah

Gambar 4.5 Grafik Kecenderungan Siswa Menggunakan Indera Sentuh (Motorik)

Dari ketiga tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi


peningkatan dari siklus I, siklus II dan siklus III dengan tingkat kecenderungan
pada akhir siklus III. (1) Siswa cenderung sering menggunakan indera
pendengarannya dengan tingkat kecenderungan 73,17% , (2) siswa cenderung
sangat sering menggunakan indera penglihatan dengan tingkat kecenderungan
65%, (3) Siswa cenderung sangat sering menggunakan indera sentuh atau
motorik dengan tingkat kecenderungan 73,17%.
Dari hasil tes untuk mengetahui sejauh mana konsep atau materi yang
telah diajarkan dengan menggunakan metode demonstrasi pada siklus I, II dan III
diperoleh nilai rata-rata persentase tentang materi yang masih diingat dan materi
yang telah di sajikan dalam tabel berikut.

85
Tabel 4.13 Data Rata-rata Prosentase Penghematan
Rata-rata

Rata-rata Materi

Rata-rata Materi

yang diingat

yang lupa

11,24

4,76

70,27%

II

13,29

2,66

83,08%

III

11,56

1,44

88,93%

Siklus

Persentase
Penghematan

Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut:


100

88.93
83.08

Prosentase Penghematan

90
80

70.27

70
60
50
40
30
20
10
0
Siklus I

Siklus II

Siklus III

Prosentase Penghem atan

Gambar 4.6 Grafik Rata-rata Prosentase Penghematan


Dari grafik di atas menunjukkan bahwa setiap siklus terjadi kenaikan
prosentase penghematan, dengan demikian siswa pada setiap siklusnya semakin
banyak materi yang diingat setelah pembelajaran dengan metode demonstrasi.
Dengan kata lain siswa retensinya meningkat. Dengan rincian siklus I prosentase
penghematan 70,27% meningkat menjadi 83,08% pada siklus II dan pada akhir
siklus III menjadi 88,93%.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian di SMPN 16 Semarang tepatnya di Jalan Raya
Ngaliyan Semarang. Dengan dasar pertimbangan sebagai berikut.
a. Lokasi sekolah yang strategis, mudah dijangkau oleh kendaraan umum
dan keadaan sekolah yang menarik.
b. Sarana dan prasarana sekolah yang lengkap, dan semua pihak sekolah
yang bersedia membantu untuk mengadakan penelitian.
c. Suasana sekolah yang nyaman, tertib, dan rapi, sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan memudahkan
peneliti dalam mengadakan penelitian.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan selama 1 bulan terhitung mulai izin
penelitian secara lisan dan tertulis dengan surat rekomendasi dari Dinas
Pendidikan kota semarang. Sedangkan pelaksanaan

penelitian atau

pengumpulan data mulai tanggal 24 Juli 2008 sampai dengan 22 Agustus


2008

B. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian yang dikenai tindakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Siswa kelas VIII D SMP N 16 Semarang semester I tahun ajaran 20082009.
2. Peneliti sebagai pengamat sekaligus guru di dalam melakukan
pembelajaran dengan metode demonstrasi.

52

53
C. Prosedur Penelitian
Suharsini Arikunto menyatakan Penelitian tindakan kelas adalah
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Penelitian tindakan kelas bukan sekedar mengajar seperti biasanya, tetapi
harus mengandung

suatu pengertian, bahwa tindakan yang dilakukan

berdasarkan atas upaya meningkatkan hasil, yaitu lebih baik dari sebelumnya.
Penelitian tindakan kelas (PTK) dalam istilah Inggris adalah Classs Action
Research (CAR).1
Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas serta profesionalisme guru dalam menangani
proses belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Data yang
diperoleh berupa data deskriptif dan kuantitatif yang menggunakan
perhitungan statistik sederhana.
Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan tiga kali putaran dalam tiap putaran terdiri dari empat tahapan yaitu:
(1) Perencanaan, (2) pelaksanaan (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun
model penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut2

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas , (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006),

Ibid hlm.16

hlm3

54

Perencanaan
Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan
Perencanaan
Refleksi

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pengamatan
?

1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan yang akan peneliti lakukan dengan
mempersiapkan hal-hal sebagai berikut.
a. Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian secara sistematis, memuat komponenkomponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan
kompetensi dasar.
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran
Rencana pembelajaran adalah perangkat pembelajaran yang dibuat
setiap kali pertemuan atau tatap muka. Komponennya terdiri dari
identitas, kompetensi dasar dan kegiatan pembelajaran.
c. Lembar observasi
Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang harus diisi oleh
observer. Lembar observasi berisi tentang kegiatan guru dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran.

55
d. Instrumen evaluasi
Instrumen evaluasi adalah alat untuk memperoleh hasil yang telah
sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi.

2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang akan peneliti lakukan dengan tahapantahapan

tindakan

sebagaimana

yang

tercantum

dalam

skenario

pembelajaran. Adapun tindakan yang akan peneliti lakukan adalah sebagai


berikut.
a. SIKLUS I
Sub pokok bahasan : Memahami dan mempraktekkan shalat, meliputi
shalat rowatib, shalat dhuha, shalat takhiyatul masjid
1) Kegiatan Awal (20 menit)
a) Membagikan materi shalat.
b) Menyiapkan perlengkapan demonstrasi.
c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen
Sebanyak 8 kelompok masing-masing kelompok terdiri 4 siswa
atau 5 siswa.
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
e) Memberi motivasi tentang pentingnya materi yang akan di
pelajari
f) Apersepsi atau mengingat kembali.
(1) Pertemuan I (memahami shalat rowatib ) siswa diingatkan
kembali tentang tata cara melaksanakan shalat rowatib
(2) Pertemuan II (memahami shalat dhuha dan takhiyatul
masjid) siswa diingatkan kembali tentang tata cara
melaksanakan shalat dhuha dan takhiyatul masjid
2) Kegiatan inti (40 menit)
a) Kegiatan Kelas
(1) Pertemuan I (memahami dan mempraktikkan shalat
rowatib) siswa mempraktikan tentang shalat rowatib

56
(2) Pertemuan II (memahami dan mempraktikan shalat dhuha
dan takhiyatul masjid ) siswa diingatkan kembali tentang
tata cara shalat dhuha dan tahiyatul masjid
b) Kegiatan berpasangan
(1) Pertemuan I (memahami shalat rowatib ) siswa memahami
dan mendemonstrasikan hal hal apa saja yang ada pada
shalat rowatib
(2) Pertemuan II (memahami shalat dhuha dan tahiyatul
masjid) siswa mempratikkan shalat dhuha dan shalat
takhiyatul masjid.
3) Kegiatan penutup
a) Mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman tentang materi
yang telah dipelajari
b) Siswa mengerjakan kuis.
b. SIKLUS II
Sub pokok bahasan : Tata Cara Melaksanakan Shalat Jenazah
1) Kegiatan Awal (20 menit)
a) Membagikan materi shalat
b) Menyiapkan perlengkapan shalat.
c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen
sebanyak 10 kelompok masing-masing kelompok terdiri 2
siswa.
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
e) Memberi motivasi tentang pentingnya materi yang akan di
pelajari
f) Apersepsi atau mengingat kembali
(1) Pertemuan I (Tata Cara Melaksanakan Shalat Jenazah)
siswa diingatkan kembali tentang bagaimana gerakan dan
syarat-syarat shalat jenazah .

57
2) Kegiatan inti (40 menit)
a) Kegiatan Kelas
(1) Pertemuan I (Tata Cara Melaksanakan Shalat Jenazah)
siswa diingatkan kembali dan mendemonstrasikan tentang
bagaimana gerakan shalat jenazah dan tata tertib serta
bacaan shalat jenazah
b) Kegiatan berpasangan
(1) Pertemuan I

(Tata Cara Melaksanakan Shalat Jenazah)

siswa mendemonstrasikan tentang bagaimana gerakan


shalat jenazah dan tata tertib urutan gerakan dan bacaan
shalat jenazah.
3) Kegiatan penutup
a) Mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman tentang materi
yang telah dipelajari
b) Siswa mengerjakan kuis.

c. SIKLUS III
Sub pokok bahasan : Shalat berjamaah.
1) Kegiatan Awal (20 menit)
a) Membagikan materi
b) Menyiapkan peralatan.
c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara hiterogen
sebanyak 10 kelompok masing-masing kelompok terdiri 2
siswa.
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
e) Memberi motivasi tentang pentingnya materi yang akan di
pelajari
f) Apersepsi atau mengingat kembali
(1) Pertemuan I (Shalat berjamaah) siswa diingatkan kembali
tentang bagaimana ketentuan shalat berjamaah dan menjadi
makmum masbuq

58
2) Kegiatan inti (40 menit)
a) Kegiatan kelas.
(1) Pertemuan I (Shalat berjamaah) siswa diingatkan dan
mendemonstrasikan shalat berjamaah dan bagaimana
menjadi makmum masbuq.
b) Kegiatan berpasangan
(1)

Pertemuan

(Shalat

bagi

Orang

Sakit)

siswa

mendemonstrasikan bagaimana shalat berjamaah dan


menjadi makmum masbuq dan mengingatkan imam ketika
lupa bacaan rokaat shalat
3) Kegiatan penutup
a) Mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman tentang materi
yang telah dipelajari.
b) Siswa mengerjakan kuis.

3. Observasi
Observasi

adalah

suatu

aktivitas

yang

sempit,

yakni

memperhatikan, melakukan sesuatu dengan menggunakan mata terhadap


suatu objek penelitian.3
Observasi adalah mengamati keadaan yang diajar dan sebenarnya
tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi serta mengamati secara
cermat, apa yang diteliti.4
Rochiati

Wiriaatmadja,

menyebutkan

untuk

melakukan

pengamatan yang baik harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:


a. Memperhatikan faktor penelitian yaitu kegiatan yang diamati apakah
khusus atau umum.
b. Menentukan kriteria yang diobservasi dengan terlebih dahulu
mendiskusikan

ukuran-ukuran

apa

yang

digunakan

dalam

pengamatan.5
3
4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), hlm 156
S. Nasution, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 156

59
Menurut

Hopkins

sebagaimana

yang

dikutip

Rochiati

Wiriaatmadja, mengemukakan metode-metode observasi dalam penelitian


tindakan kelas sebagai berikut.
a. Observasi Terbuka
Apabila pengamat atau observe melakukan pengamatan dengan
mencatat segala sesuatu kejadian yang terjadi di kelas atau dicatatkan
dalam lapangan.
b. Observasi Terfokus
Apabila pengamatan difokuskan kepada permasalahan tertentu dalam
sebuah pembelajaran baik itu kepada guru atau siswa.
c. Observasi Terstruktur
Apabila penelitian dengan para mitra telah menyetujui kriteria yang
diamati, maka selanjutnya tinggal menghitung berapa kali jawaban,
tindakan atau sikap siswa yang sedang diteliti.
d. Observasi Sistematik
Apabila peneliti merancang pengamatan beserta kualifikasinya dengan
kreatif, kemudian mendiskusikan untuk mencapai tujuan bersama
dengan menggunakan skala tertentu untuk memperoleh data kuantitatif
yang dipakai secara terbatas yang digunakan untuk mendukung suatu
analisis dalam penelitian tindakan kelas.6
Dari beberapa pendapat tentang observasi dan metode observasi di
atas maka penulis kemukakan hal-hal yang akan penulis observasi dan
metode-metode yang penulis gunakan sebagai berikut.
a. Observasi terbuka penulis gunakan untuk mengamati semua kejadian
pada proses pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi. Dengan
mencatatkan semua yang terjadi pada kegiatan belajar mengajar
dengan mengkhususkan pada hal-hal tertentu pada tabel di bawah ini.

Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2006), hlm 104-105
6
Ibid, hlm 110-115

60
Aspek Penilaian

Catatan (Uraian)

1. Kegiatan Awal
-

Persiapan alat dan bahan

Apersepsi

2. Jalannya kegiatan inti


3. Kelas yang kondusif

b. Observasi terfokus penulis gunakan untuk mengamati proses interaksi


antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa ketika kerja metode
demonstrasi sedang berlangsung dengan memberikan tanda dengan
memberi tanda pada denah tempat duduk siswa di bawah ini:

Guru

Keterangan :
: Tempat duduk siswa

: Kelompok siswa

c. Observasi terstruktur penulis gunakan untuk mengamati siswa dalam


menggunakan semua indera yang dimiliki dalam belajarnya pada
pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi. Dengan memberikan
checklist pada tabel sesuai dengan tingkat kecenderungan siswa dalam

61
menggunakan indera yang dimiliki dalam belajarnya sedangkan data
disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Penggunaan Indera Penglihatan

No.
Absen

1
2
3
Keterangan:
1 = Tidak pernah

3 = Sering

2 = Kadang-kadang

4 = Sangat sering

d. Observasi sistematis penulis gunakan untuk memperoleh data tentang


tingkat retensi yang dihasilkan setelah pembelajaran PAI dengan
metode demonstrasi. Observasi sistematis ini penulis lakukan dengan
memberikan tes formatif kepada siswa setelah satu minggu
pembelajaran berlangsung tanpa ada pemberitahuan sebelumnya
sehingga dalam tes ini siswa hanya bergantung pada ingatannya
tentang pelajaran pada minggu sebelumnya. Materi tes yang diberikan
sama seperti konsep yang telah diajarkan sehingga konsep yang masih
diingat dan yang dilupakan dapat ditentukan dengan demikian tingkat
retensi bisa diketahui, sedangkan data yang didapatkan disajikan dalam
tabel sebagai berikut.
No.
Absen

1
2
3

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Materi yang

materi yang

konsep

diberikan

diingat

yang lupa

Prosentase
penghematan

62
4. Evaluasi-Refleksi
a. Evaluasi
Edwind Wandt dan Gerald W. Brown sebagaimana dikutip Anas
Sudijono, menyebutkan Evaluation refer to the act or process to
determining the value of something. Menurut

definisi ini, maka

evaluasi merupakan suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan


nilai dari sesuatu.7
Menurut Suharsini Arikunto, menyebutkan evaluasi program
adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk
melihat tingkat keberhasilan program.8
Dalam evaluasi pada penelitian ini untuk menganalisa dan
melihat tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan teknik
evaluasi yang penulis gunakan dari data yang peroleh dari hasil
observasi adalah sebagai berikut.
1) Teknik Evaluasi Non tes
Dari data hasil observasi pada proses kegiatan belajar mengajar
yang berupa daftar checklist tentang pengmatan pada kecenderungan
siswa menggunakan indera yang dimiliki ketika proses belajarnya
yaitu indera penglihatan, pendengaran dan indera sentuh atau
motorik siswa. Analisa data yang digunakan untuk evaluasi
menggunakan analisis data kuantitatif sederhana yang dipakai secara
terbatas. Untuk mengetahui prosentase tingkat kecenderungan siswa
dalam menggunakan indera yang dimiliki tersebut dengan tingkat
kecenderungan tidak pernah, kadang-kadang, sering, sangat sering
digunakan rumus sebagai berikut.
P=

jumlah siswa dengan tingkat kecenderungan


x 100%
jumlah siswa

Dimana P = prosentase tingkat kecenderungan


7

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


2006), hlm 1
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2002), hlm 299

63
2) Teknik Evaluasi Tes
Teknik evaluasi data yang diperoleh dari hasil tes ingatan yang
telah dilakukan dan hasil tes tersebut dapat diketahui bahwa konsep
yang telah diajarkan terdapat konsep yang dilupakan dan konsep
yang masih diingat. Untuk menentukan tingkat retensi yang
dihasilkan digunakan metode penghematan. Penghematan yang
dimaksud siswa dapat menghemat konsep yang akan ia pelajari
untuk menguasai kembali sejumlah konsep yang telah dilupakan
dengan menghitung prosentase penghematan sebagai berikut.9
P=

jumlah konsep yang diingat


x 100%
jumlah konsep yang diajarkan

Dimana P = prosentase penghematan


Kriteria tingkat retensi, jika prosentase penghematan semakin
besar maka tingkat retensi semakin tinggi. Tingkat efektivitas
prestasi belajar diukur melalui skala sebagai berikut:
No

Nilai Indeks Prestasi

Keterangan

Skala 0-25

Rendah

Skala 26-50

Kurang

Skala 56-75

Cukup

Skala 76-100

Baik

b. Refleksi
Hopkins

sebaimana

dikutip

Suharsimi

Arikunto,

menyebutkan refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan


penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan jika
terdapat masalah dalam proses refleksi maka dilakukan proses
pengkajian ulang, melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan
perencanaan ulang. Tindakan ulang dan pengamatan ulang hingga
permasalahan dapat teratasi.10
9

Verbeek, Ingatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm 15


Suharsimi Arikunto, Ibid, hlm 80

10

BAB II
LANDASAN TEORI
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI DENGAN METODE
DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN RETENSI SISWA

A. PEMBELAJARAN PAI
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum penulis menguraikan pengertian pembelajaran PAI,
terlebih dahulu akan menguraikan beberapa pengertian tentang belajar.
1) Belajar menurut Henry E. Garret sebagaimana dikutip oleh Syaiful
Sagala, sebagai berikut :
Belajar merupakan proses yang berlangsung dalam waktu yang
lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa pada
perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu
perangsang tertentu.1
2) Manurut Clifford T. Morgan:
Learning as any relatively permanen change in behaviour wich
occurs as result of experience.2
(belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang
merupakan hasil pengalaman)
3) Menurut Shaleh Abdul Aziz Majid dalam kitab At-Tarbiyatul wa
Thuruqut Tadris :




3

Belajar merupakan perubahan tingkah laku pada hati (jiwa) si
pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki menuju
perubahan baru.
1

H. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran , (Bandung: CV. Alfabeta, 2003),

hlm 13
2

Cliffort T. Modgan, Introduction of Psychology, (New York: The Mc. Graw Hill Book
Company, 2002), hlm. 63
3
Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris,( Mesir: Al
Bairut, 2000), cet 1, hlm 239

17

18

Belajar sangat penting demi kemajuan peserta didik. Terutama


para pendidik untuk berusaha bagaimana anak didiknya mampu
berprestasi yang tinggi, ketika di kelas tidak mengalami kejenuhan
melainkan

mereka

menikmati

suasana

pembelajaran

yang

menyenangkan dan bermakna bagi mereka.


Belajar

berhubungan

dengan

perubahan

tingkah

laku

seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman


berulang-ulang dalam situasi ini, di mana perubahan tingkah laku itu
tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan atau keadaan seseorang.
Prinsip-Prinsip Belajar
Pengertian belajar di atas, bahwa prinsip-prinsip belajar
sebagai berikut :
1) Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu.
2) Belajar akan lebih berhasil jika disertai dengan membuat, latihan dan
ulangan.
3) Belajar lebih berhasil jika memberi sukses yang menyenangkan.
4) Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktivitas
belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidup.
5) Belajar lebih berhasil jika bahan yang dipelajari dipahami, bukan
sekedar menghafal fakta.
6) Dalam proses belajar memerlukan dan bimbingan orang lain.
7) Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar
8) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului dengan
pemahaman.4
a. Pembelajaran
1) E. Mulyasa mengemukakan
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik. Interaksi tersebut banyak sekali faktor yang
4

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm 69

19

mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri


individu, maupun eksternal yang datang dari lingkungan.
2) Menurut S. Nasution
Pembelajaran

atau

ungkapan

yang

lebih

dikenal

sebelumnya dengan pengajaran merupakan proses interaksi yang


berlangsung antara guru dan juga siswa atau juga merupakan
sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, sikap serta menetapkan apa yang dipelajari itu.5
3) UU Sisdiknas Tahun 2003 Bab I pasal 1 bahwa pembelajaran
merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.6
4) Menurut Dimyati dan Mudjiono, sebagaimana dikutip oleh Syaiful
Sagala.
Kegiatan
instruksional,

guru

untuk

secara
membuat

terprogram
siswa

dalam

belajar

aktif,

desain
yang

menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran disini


sebagai

proses

belajar

yang

dibangun

oleh

guru

untuk

mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan


kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan penguasaan
baik terhadap materi pelajaran.7
b. Bidang Study PAI
Bidang Study atau mata pelajaran yaitu pengetahuan dan
pengalaman masa lalu yang disusun secara sistematis, logis, melalui
proses dan metode keilmuan 8
Beberapa pengertian PAI yang dikemukakan para ahli
pendidikan diantaranya:

S. Nasutiom, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara: 2000), hlm. 102.
Undang-undang SISDIKNAS, (Sistem Pendidikan Nasional), 2003, (UU RI No. 20.
Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2003, hlm. 4.
7
Syaiful Sagala, op, cit, hlm. 62.
8
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo,
2002), hlm 36
6

20

1) Dra. H. Zuharaini
Pendidikan

Agama

Islam

merupakan

usaha-usaha

sistematis dan pragmatis untuk membantu anak didik supaya


mereka hidup sesuai ajaran Islam.9
2) Qodry Azizy
Pendidikan agama Islam mencakup dua hal: (a) mendidik
siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau ahklak
Islam, (b) mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran subjek
berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.10
3) Tayar Yusuf
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar generasi
tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan,
ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia
bertakwa kepada Allah SWT.11
Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan
tentang pendidikan agama seperti; Islam diajarkan lebih pada hafalan
(padahal Islam penuh dengan nilai-nilai) yang harus dipraktikkan.
Pendidikan agama lebih ditekankan pada formalitas antara hamba dan
Tuhan-Nya;

penghayatan

nilai-nilai

agama

kurang

mendapat

penekanan dan masih terdapat sederet respon kritis terhadap


pendidikan agama. Hal ini disebabkan penilaian kelulusan siswa
dalam agama diukur dengan banyaknya hafalan dan mengerjakan
ujian tertulis di kelas didemonstrasikan oleh siswa.
Memang pola pembelajaran tersebut bukan khas pendidikan
agama. Pendidikan secara umum pun diakui oleh para ahli dan pelaku
pendidikan negara kita yang juga mengidap masalah yang sama.
Masalah besar pendidikan selama ini adalah kuatnya dominasi pusat

Zuharaini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Malang , 2005), hlm 21
10
Qodri Azizy, Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang: Aneka
Ilmu , 2000), hlm 131
11
Tayar Yusuf, Ilmu Praktek Mengajar, (Bandung: PT Al-Maarif, 2003) , hlm 67

21

dalam menyelenggarakan pendidikan sehingga yang muncul uniform


sentralistik kurikulum, model hafalan dan monolog, materi ajar yang
banyak, serta kurang menekankan pada pembentukan karakter bangsa.
Mata pelajaran pendidikan agama Islam secara keseluruhannya
terdiri dari lingkup Al-Quran dan al-Hadis, keimanan, akhlak,
fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang
lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan
Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun
lingkungannya.
Arti pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran , atau pelatihan yang telah ditentukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan .

2. Dasar Dasar Pelaksanaan pendidikan Agama Islam


a. Dasar Yuridis /Hukum
Dasar pendidikan agama berasal dari perundang-undangan yang
secara tidak langsung dapat menjadi pegangan untuk melaksanakan
pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal
tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:
1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama;
Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Dasar struktural / konstitusional yaitu UUD45 dalam Bab XI
pasal 29

ayat 1 dan 2, yang berbunyi, :1) Negara berdasar

Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan


tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

22

b. Segi Religius
Yang dimaksud dasar religius adalah dasar yang bersumber dari
agama Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah
Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam AlQuran banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut , antara lain:
1. Q.S. Al- Nahl :125 :

L9$$/ 9y_u ( u|pt:$# sy9$#u y3t:$$/ y7n/u 6y 4n<) $#


n=r& uu ( &#6y t | y/ n=r& u y7/u ) 4 |mr& }
ttG9$$/
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. AlNahl:125)
2. Q.S. Al-Imron :104:

t tytu pRQ$$/ t'tu s:$# n<) tt & 3i 3tF9u


s=9$# y7s9'&u 4 s39$#
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkarmerekalah orang-orang yang
beruntung.
c. Dasar Psikologis
Psikologis merupakan

dasar yang berhubungan dengan aspek

kejiwaan masyarakat. Hal ini didasarkan bahwa hidup manusia baik


sebagai

makhluk

individu

maupun

sebagai

anggota

masyarakat

23

dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak
tenteram sehingga memerlukan pegangan hidup yaitu agama.12

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam


Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah
berfungsi untuk:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
c. Penyesuaian

Mental,

yaitu

untuk

menyesuaikan

diri

dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik atau social yang dapat mengubah


lingkunganya sesuai dengan ajaran Islam.
d. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan , kekurangan, dan
kelemahan

peserta

didik

dalam

meyakini,

pemahaman

dan

pengalaman ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.


e. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negative dari lingkungan atau
budaya yang dapat membahayakan peserta didik dan menghambat
perkembangan menuju manusia Indonesia yang utuh.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum,
system, dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
orang lain. 13

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam


Pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
12
13

Zuharaini dkk, Ibid, hlm 21


Marasudin Siregar, Metodologi Pengajaran Agama, (Semarang: t. p, 2004), hlm 11

24

pemupukan pengetahuan,

penghayatan, pengalaman serta pengalaman

peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim


yang terus berkembang untuk hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.14
Tujuan pendidikan merupakan hal yang domain untuk pendidikan,
sesuai ungkapan Breiter, bahwa Pendidikan adalah persoalan tujuan dan
fokus mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan dengan tujuan agar
mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh.15
Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik mana
maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam
dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial. Penanaman nilai-nilai itu
juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia dan di akhirat bagi
peserta didik.

5. Pentingnya Pendidikan Islam bagi Peserta Didik


Seorang bayi yang baru lahir di dunia adalah makhluk Allah yang
tidak berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untuk dapat
melangsungkan hidupnya di dunia ini. Maha bijaksana Allah yang telah
menganugerahkan rasa kasih saying kepada semua ibu dan bapak untuk
memelihara anaknya dengan baik tanpa mengharapkan imbalan.
Setiap orang tua ingin mempunyai anak yang berkepribadian yang
baik. Untuk mencapai hal itu diusahakan melalui pendidikan, baik
pendidikan keluarga, di sekolah, maupun di masyarakat. Jadi pendidikan
merupakan ikhtiar manusia dengan jalan bimbingan, membantu serta
mengarahkan fitrah agama si anak didik menuju terbentuknya kepribadian
utama sesuai dengan ajaran agama Islam.
Pendidikan agama Islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab
pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan
14

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm 135
15
Abdul Majid dan Dian Andayani, Ibid, hlm 136

25

pendidikan selanjutnya. Pendidikan Islam sangat penting sebab dengan


pendidikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin
dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani
sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama.16

B. METODE DEMONSTRASI
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu Metha dan
Hodos. Metha yaitu melalui, Hodos yaitu jalan atau cara, jadi metode
merupakan jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai tujuan.17
Metode menurut Abdul Aziz dan Abdul Majid dalam kitab AtTarbiyah wa Turuqu al Tadris:



18

Kata metode belajar mempunyai dua arti dalam arti sempit,
metode adalah cara menyampaikan pengetahuan, sedang arti yang
lebih luas yaitu cara memperoleh pengetahuan, informasi,
kebebasan berfikir dan sebagainya.
Metode menurut Albert H. Shuster, dan Milton E. dalam buku The
Emerging Elementary Curriculum- Methods and Procedures adalah:
Methods of teaching is important in the teaching situation because
of first, the need in the learning process to arrange in a series
certain specifics which result in order and sequace in learning.
Second, the broad meaning of method which utilizes sound
psychological, principles which set the tone for classroom
organization.19
16

Abdul Majid, dan Dian Andayani, Ibid, hlm 139


Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), hlm. 40
18
Shaleh A. Azis dan A. Majid, At Tarbiyah Wa Turuqu al Tadris, (Mesir : Al Bairut,
2000), Cet. 1, hlm. 239
19
Albert H. Shulter, dan Milton E. The Emerging Elementary Curriculum Methods
dan Prosedures, (Columbus, Ohio: Charlies E. Merril Book, inc., 2004), hlm 131-133
17

26

Metode mengajar yang serasi adalah penting sekali di dalam


kegiatan pembelajaran karena:
a. Merupakan kebutuhan di dalam proses belajarnya murid-murid, untuk
dapat diatur dalam suatu bentuk mengajar secara spesialisasi tertentu
yang berhasil di dalam memberikan pelajaran di ruang kelas, serta ada
rangkaian di dalam sistem penyajian bahan-bahan materi pelajaran itu.
b. Arti secara luas metode itu, yaitu menggunakan prinsip-prinsip yang
bersifat ilmu jiwa secara sehat dan baik, yang mengatur tekanantekanan suara dalam penyampaian pelajaran di dalam ruang kelas
Metode mengajar bersifat fleksibel dan sangat tergantung dengan
berbagai faktor:
a. Faktor tujuan pembelajaran yang dicapai;
b. Faktor anak didik, yang perlu mendapat perhatian adalah pada bakat,
minat, intelegensi, tingkat kematangan, usia, dan jumlah murid per
kelas;
c. Faktor situasi yang mencakup tempat belajar dan waktu belajar serta
lama belajar;
d. Faktor materi dan fasilitas belajar-mengajar. Materi dilihat dari aspek
afektif, kognitif, psikomotorik. Fasilitas dilihat dari segi jenis, kualitas
dan kuantitas;
e. Faktor kepribadian guru berkaitan dengan kemampuan profesional
guru, kemampuan personal, senioritas dan pengalaman.20
Kegiatan belajar-mengajar memiliki dua pokok kegiatan inti, yaitu
kegiatan guru dalam mengajar dan kegiatan siswa dalam belajar.21
Mengajar merupakan suatu proses mentransfer pengetahuan, nilai,
keterampilan serta mengembangkan semua potensi anak meliputi:
menciptakan situasi belajar, mengorganisasi lingkungan, menumbuhkan

20

Djamaluddin Darwis, Strategi Belajar Mengajar, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2000),

21

Zuhairini, et.al., Metodologi Pengajaran Agama, (Solo: Ramdani, 2000), hlm. 155-158

hlm. 193

27

kegiatan

belajar,

membimbing,

mentransfer

kebudayaan

serta

22

menanamkan nilai-nilai keutamaan.

Proses belajar-mengajar diharapkan terjadi interaksi antara guru


dan siswa dan lingkungannya. Jadi, metode mengajar merupakan salah
satu cara yang digunakan guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa
pada saat pengajaran berlangsung, peranan metode pengajaran adalah alat
untuk menciptakan PBM.
Ada banyak metode yang digunakan dalam pembelajaran, di
antaranya dan salah satunya metode demonstrasi. Adapun pengertian
metode demonstrasi dari beberapa ahli menyebutkan:
1) Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang sangat efektif
karena dapat membantu siswa untuk melihat secara langsung proses
terjadinya sesuatu. Metode demonstrasi yaitu salah satu metode
mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada anak didik.23
2) Zakiah Daradjat, metode demonstrasi merupakan metode pengajaran
yang

menggunakan

peragaan

untuk

menjelaskan

sesuatu

pengertian/untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu


kepada anak didik.24
3) Tayar Yusuf, bahwa pengertian metode demonstrasi ialah cara
penyajian pelajaran dengan memperagakan, mempertunjukkan kepada
siswa suatu proses, situasi/benda tertentu yang sedang dipelajari, baik
sebenarnya atau tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Pelajaran PAI guru menyajikan materi berupa shalat, puasa, haji dan
sebagainya.25

22

Djamaluddin Darwis, op. cit., hlm. 220


Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam, 1984), hlm. 232
24
Zakiah Daradjat, dkk., Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002), hlm. 296
25
Tayar Yusuf, Op.cit, hlm56
23

28

4) Muhammad Zein, metode demonstrasi merupakan metode mengajar


dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta murid
sendiri memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang sesuatu proses
suatu kaifiyah melakukan sesuatu.26
5) Syaiful Bahri Djamarah, metode demonstrasi merupakan
penyajian

bahan

pelajaran

dengan

memperagakan

cara
atau

mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda


tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang
sering disertai dengan penjelasan lisan.27
6) Basyirudin Usman, metode demonstrasi merupakan teknik mengajar
yang sudah tua dan digunakan sejak lama. Seorang ibu yang
mengajarkan cara memasak atau makanan kepada anak-anaknya atau
dengan mendemonstrasikan di muka mereka.28
7) Sriyono, metode demonstrasi dimaksudkan sebagai suatu kegiatan
memperlihatkan suatu gerak atau proses kerja. Jadi, aktivitas siswa
lebih banyak pada mengamati apa yang didemonstrasikan.29
Untuk mempermudah pemahaman bagi umatnya, Rasulullah saw
selalu memakai sarana atau media peragaan yang memungkinkan.


:


30
( )

Dan dari Malik bin Al Hawairits: sesungguhnya Nabi SAW telah
bersabda: shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat
(HR Ahmad dan Bukhari).

26
Muhammad Zein, Metodologi Agama, (Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana,
2001), hlm 177
27
Syaiful Bahri Djamarah, dkk., Strategi Belajar dan Mengajar , (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm 102
28
Basyirudin Usman, dkk, Media Pembelajaran, (Jakarta: Delia cipta Utama, 2002),
hlm. 107.
29
Sriyono, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, (Jakarta: Rinneka Cipta, 2006, hlm.
116
30
Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari r.a, Shahih Bukhari , Juz I,
(Semarang: Toha Putra t. th), hlm. 155.

29

Untuk menciptakan PBM yang efektif, alat peraga memegang


peranan penting sebagai alat bantu. Unsur metode merupakan sebuah
unsur dalam PBM yang tidak bisa dipisahkan dari unsur lainnya, proses
pendidikan. Metode peraga sering disebut audio visual (metode yang
didengar dan dilihat). PBM, metode peraga dipergunakan dengan tujuan
membantu guru dan siswa supaya PBM lebih efektif dan efisien, serta alat
untuk membekaskan materi pelajaran dalam ingatan siswa, sesuai
ungkapan Confusius menyatakan, apa yang saya dengar, saya lupa, apa
yang saya lihat. saya ingat, dan apa yang saya lakukan, maka saya
paham.31
Ada beberapa fungsi pokok dari alat peraga dalam proses
pendidikan, yaitu:
a. Mewujudkan serta menciptakan situasi belajar-mengajar yang efektif;
b. Mempercepat PBM dan membantu siswa menangkap pengertian yang
diberikan oleh pendidik;
c. Untuk mempertinggi mutu belajar-mengajar karena dengan alat peraga
sesuatu yang disampaikan pada peserta didik akan lebih membekas
dan tahan lama dalam ingatan;
d. Menarik perhatian siswa. Peragaan, peserta didik akan lebih
memperhatikan dalam belajar.32
Metode belajar sebagai tindakan dan langkah konkrit tidak dapat
lepas dari filosofi yang mendasarinya. Dasar filosofi ini bersifat lebih
abstrak yang melihat totalitas manusia sebagai pelaksana pendidikan baik
sebagai pendidik maupun peserta didik. Sebagai pendidik, manusia
mempunyai tanggung jawab untuk mentransfer dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan pada peserta didik. Sebagai
peserta didik, manusia dilihat sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai

31

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Islam: Pemberdayaan, Pengembangan


Kurikulum, hingga Redifinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2003), Cet I,
hlm 135
32
Nana Sudjana, Opcit, hlm. 99-100

30

potensi untuk dikembangkan sumber dayanya, baik aspek penalarannya,


aspek sikap hatinya maupun aspek keterampilan perilakunya.
Sebagai khalifah/wakil Allah di muka bumi, manusia harus
mencerminkan sifat-sifat Ilahiyah dalam kehidupan dunia di muka bumi
ini. Untuk dapat memerankannya manusia harus mengembangkan
potensinya baik dari segi intelektualnya, moralnya maupun profesionalnya.
Pengembangan ini tidak lain melalui proses pendidikan.33
Dalam surat An-Nahl ayat 78, Allah berfirman:



34
78 :

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kamu (potensi)
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. (Q.S.
An-Nahl: 78).
Metode belajar-mengajar merupakan sebuah langkah yang penting
untuk proses pendidikan, mempunyai dasar filosofis yang sangat pokok
ajaran Islam.
Jadi

metode

demonstrasi

sangat

sesuai

dengan

tujuan

pembelajaran yaitu siswa mendapat pengetahuan riil tentang proses


pembuat, proses kerja, proses pengaturan, proses penggunaan, fungsi dan
jenis komponen/unsur, mengetahui ketepatan, kebenaran, dan sebagainya.
Metode demonstrasi dilaksanakan secara bertahap.

2. Tujuan dan Fungsi Metode Demonstrasi


Sesuai dengan definisi metode demonstrasi yaitu memperlihatkan,
memperagakan dan mempraktikkan, maka tujuan metode demonstrasi
yaitu anak dibimbing dan diarahkan untuk menggunakan mata dan

33
34

hlm. 413

Djamaluddin Darwis, op. cit., hlm. 197


Soenarjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005),

31

telinganya secara terpadu sebagai hasil dari pengamatan kedua indera itu
dapat menambah penguasaan materi pelajaran yang diberikan.
Penerapan tujuan metode demonstrasi lebih banyak digunakan
untuk memperjelas cara mengerjakan atau kaifiyat suatu proses ibadah,
misalnya berwudlu, shalat, haji dan materi lain yang bersifat motorik.35
Metode demonstrasi merupakan suatu wahana untuk memberikan
pengalaman belajar agar anak dapat menguasai pelajaran lebih baik.
Metode demonstrasi anak dilatih untuk menangkap unsur-unsur penting
untuk proses pengamatan, maka kemungkinan melakukan kesalahan
sangat kecil bila terus menirukan apa yang telah didemonstrasikan oleh
guru dibandingkan jika ia melakukan hal yang sama hanya berdasarkan
penjelasan lisan oleh guru.36
Metode demonstrasi sebagai suatu metode mengajar tertentu
mempunyai fungsi yang diharapkan dalam PBM, khususnya bidang PAI,
antara lain:
a. Memberikan gambaran yang jelas dan pengertian yang konkrit tentang
suatu proses atau keterampilan dalam mempelajari konsep ilmu PAI
dari pada halnya dengan mendengar penjelasan secara lisan;
b. Menunjukkan

dengan

jelas

langkah-langkah

sesuatu

proses

keterampilan ibadah pada siswa;


c. Lebih mudah dan efisien dibandingkan metode lain karena siswa
langsung mengamati ;
d. Memberikan kesempatan dan sekaligus melatih siswa mengamati
sesuatu yang cermat;
e. Melatih siswa untuk mencoba mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan guru.37
f.

Membantu meningkatkan daya pikir dalam peningkatan kemampuan


mengingat, berpikir konvergen, berpikir evaluatif.38

35

Zuhairini, Opcit, hlm. 83


Moeslichatoen, Metode Pengajaran, (Jakarta: Rinneka Cipta, 2004), hlm. 116
37
Suharyono, Strategi Belajar Mengajar I, (Semarang: IKIP Semarang Press, 2004), hlm.
36

35

32

Dilihat dari fungsi di atas, metode demonstrasi memberikan


kesempatan kepada siswa untuk memperkirakan apa yang akan terjadi,
bagaimana hal itu terjadi, dan mengapa hal itu terjadi. Metode demonstrasi
sebagai dramatisasi memberikan pengalaman belajar kepada anak untuk
mendapat gambaran tentang kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang
mendekati kenyataan.

3. Prinsip-prinsip Metode Demonstrasi


Sesuai dengan tujuan dan fungsi kegiatan demonstrasi yakni
memberikan pengalaman belajar melalui melihat dan mendengarkan, maka
prinsip-prinsip metode demonstrasi sebagai berikut:
a. Menciptakan suasana/hubungan baik dengan siswa sehingga ada
keinginan dan kemauan dari siswa untuk menyaksikan apa yang
didemonstrasikan;
b. Mengusahakan agar demonstrasi itu dapat jelas bagi siswa yang
sebelumnya tidak memahami, mengingat siswa belum tentu dapat
memahami apa yang dimaksud dalam demonstrasi karena keterbatasan
daya ingat;
c. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok
bahasan/topik tertentu tentang adanya kesulitan yang akan ditemui
siswa sambil memikirkan dan mencari cara untuk mengatasinya.
Aspek penting dalam metode demonstrasi:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang
digunakan untuk mendemonstrasikan tidak dapat diamati dengan
seksama oleh siswa;
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di
mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadikan aktivitas
mereka sebagai pengalaman yang berharga;

38

Moeslichatoen, op. cit., hlm. 114

33

c. Tidak semua hal yang didemonstrasikan di dalam kelas, misal alat


terlalu besar;
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis;
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa
yang akan didemonstrasikan;
f. Persiapan dan perencanaan yang matang.39

4. Syarat-syarat Metode Demonstrasi


Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat
memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau
melaksanakan kegiatan tertentu atau kegiatan yang sesungguhnya.
Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru dan pelatih
yang ditunjuk, setelah didemonstrasikan, siswa diberi kesempatan
melakukan latihan keterampilan seperti yang diperagakan oleh guru dan
pelatih.
Metode demonstrasi ini sangat efektif menolong siswa mencari
jawaban atas pertanyaan, seperti: Bagaimanakah prosesnya? Terdiri dari
unsur apa? Cara mana yang paling baik? Bagaimanakah dapat diketahui
kebenarannya melalui pengalaman induktif ?
Adapun syarat-syarat metode demonstrasi yaitu sebagai berikut :
a. Manakala kegiatan pembelajaran bersifat formal, magang, atau latihan
kerja;
b. Bila materi pelajaran keterampilan gerak, petunjuk sederhana untuk
melakukan keterampilan dengan menggunakan bahasa asing, dan
prosedur pelaksanaan suatu kegiatan;
c. Manakala guru, pelatih, instruktur bermaksud menyederhanakan
penyelesaian kegiatan yang panjang, baik yang menyangkut
pelaksanaan suatu prosedur maupun dasar teorinya;
d. Pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan;

39

Armai Arief, op. cit., hlm. 190-191

34

e. Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan/praktek yang kita


laksanakan;
f.

Untuk mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan


kegiatan hanya mendengar membaca dan pembelajaran di dalam buku;

g. Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa


dijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi.40

5. Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi


Suatu demonstrasi yang baik membutuhkan persiapan yang teliti
dan cermat. Persiapan itu dilakukan banyak tergantung kepada
pengalaman yang telah dilalui dan macam demonstrasi apa saja yang
disajikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk melakukan
demonstrasi yang baik diperlukan:
a. Tahap Persiapan
1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses
demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi pengetahuan, sikap,
keterampilan
2) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan
3) Lakukan uji coba. Uji coba meliputi segala peralatan yang
diperlukan.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Langkah pembukaan demonstrasi
a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang akan didemonstrasikan
b) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa
c) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa,
misalnya siswa mencatat hal-hal penting.

40

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Putra Grafika,


2006), Cet. I, hlm. 156

35

2) Langkah pelaksanaan demonstrasi


a) Memulai demonstrasi dengan kegiatan yang merangsang siswa
untuk berfikir
b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari
suasana menegangkan/ketegangan
c) Yakinlah bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi
dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa
d) Berikan kesempatan pada siswa untuk aktif memikirkan lebih
lanjut

sesuai

dengan

apa

yang

dilihat

dalam

proses

demonstrasi.
3) Langkah-langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila

demonstrasi

selesai

dilakukan,

proses

pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas


tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan
proses pencapaian tujuan pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan
pada semua aspek yang terlihat dalam demonstrasi tersebut, baik
yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan, maupun tindak
lanjutnya.41

6. Kebaikan dan Kelemahan Metode Demonstrasi


a. Kebaikan Metode Demonstrasi
1) Keaktifan peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau ada
peserta didik yang diikutsertakan.
2) Pengalaman peserta didik bertambah
3) Dapat membantu siswa mengingat lebih lama tentang materi
pelajaran yang disampaikan, karena siswa tidak hanya mendengar,
tetapi melihat dan mempraktikkannya secara langsung.
4) Dapat memfokuskan pengertian siswa terhadap materi pelajaran
dalam waktu relatif singkat
41

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ,


(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), Cet III, hlm. 152-154

36

5) Dapat memusatkan perhatian anak didik


6) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pelajaran menjadi lebih
jelas dan konkrit
7) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran
setiap siswa karena mereka ikut serta berperan secara langsung
8) Menghindari "coba-coba/gagal" yang banyak memakan waktu
belajar.42
b. Kelemahan Metode Demonstrasi
1) Memerlukan waktu yang cukup lama, tempat dan peralatan yang
cukup
2) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi
kurang efektif
3) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama alat
4) Membutuhkan tenaga dan kemampuan yang optimal dari pendidik
dan siswa
5) Bila siswa tidak aktif, metode demonstrasi tidak efektif.43
Metode demonstrasi dapat menghilangkan verbalisme sehingga
siswa akan semakin memahami materi pelajaran. Akan tetapi ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan agar metode ini dapat berjalan dengan efektif
dan efisien. Materi yang didemonstrasikan perlu ditindaklanjuti oleh siswa
dalam kehidupan sehari-hari dalam latihan yang kontinyu sehingga siswa
tidak lupa dengan materi tersebut.

C. RETENSI
1.

Pengertian Retensi
Retensi merupakan apa yang ditinggalkan dan dapat diingat
kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu. Retensi membuat apa
yang dipelajari dapat bertahan atau ditinggalkan lebih lama dalam
struktur kognitif dan dapat diingat kembali jika diperlukan. Karena itu,
42

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm.

43

Armai Arif, op. cit., hlm. 192

246

37

retensi sangat menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam


proses pembelajaran.44
Apabila seseorang belajar maka setelah selang beberapa waktu
apa yang dipelajari akan banyak dilupakan dan dapat diingatnya secara
otomatis akan berkurang jumlahnya. Penurunan jumlah apa yang diingat
ini akan terasa sangat cepat pada taraf permulaan, namun selanjutnya
akan lambat.
Retensi bukan merupakan suatu gejala, tidak dapat ditentukan
secara langsung karena retensi kita selidiki dengan membandingkan
prestasi ingatan dengan apa yang dahulu difiksir (disimpan) tetapi untuk
dapat melakukan itu harus mengetahui seksama apa yang di simpan, dan
penanaman pesan di otak.45
2

Prinsip-prinsip untuk Meningkatkan Retensi Belajar


Pembelajaran

perlu

diperhatikan

prinsip-prinsip

untuk

meningkatkan retensi belajar seperti yang diungkapkan dari hasil temuan


Thom Burg (1984) dalam bukunya Muhaimin, Paradigma Pendidikan
Islam (2001) menunjukkan bahwa:
1. Isi pembelajaran yang bermakna, akan lebih mudah diingat
dibandingkan dengan isi pembelajaran yang tidak bermakna.46
Untuk mencapai pengertian-pengertian baru dan retensi yang
baik, materi-materi belajar selalu dan hanya dapat dipelajari bila
dihubungkan dengan konsep-konsep, prinsip serta informasi yang
relevan yang telah dipelajari sebelumnya. Substansi serta sifat
organisasi latar belakang pengetahuan ini mempengaruhi ketetapan
serta kejelasan pengertian-pengertian baru yang ditimbulkan serta
kemampuan memperoleh kembali pengertian baru.47 Makin jelas,
stabil serta terorganisasinya struktur kognitif siswa, proses belajar
44

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.


143
45
Verbeek, Ingatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 28
46
Muhaimin, op. cit., hlm. 143
47
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rinneka
Cipta, 1999(, cet. III, hlm. 123-124

38

yang bermakna dan retensi belajar makin mudah terjadi, sebaliknya


struktur kognitif yang tidak stabil, kabur dan tidak terorganisir dengan
tepat cenderung merintangi proses belajar yang bermakna dan retensi
belajar.
Ada tiga variabel penting yang mempengaruhi belajar dan
retensi materi-materi bermakna seperti hal-hal berikut ini:48
1) Tersedianya gagasan-gagasan khusus yang relevan di dalam
struktur kognitif.
Bila gagasan khusus yang relevan tidak tersedia di dalam
struktur kognitif atau tidak semua gagasan yang relevan dapat
digunakan.
Dalam penerimaan materi-materi baru yang disajikan satusatunya pilihan adalah belajar dengan menghafal. Bila materimateri belajar baru kurang begitu dikenal oleh siswa, pengajar
wajib mengaitkan materi belajar baru kurang begitu dikenal oleh
siswa, pengajar wajib mengaitkan materi belajar baru dengan
pengetahuan yang relevan yang kiranya sudah ada di dalam
struktur kognitif siswa, sehingga materi belajar baru dapat mudah
diterima.
2) Tingkat perbedaan (jelas/tidak jelas) antara materi-materi belajar
baru dengan sistem gagasan yang sudah ada yang menerima.
Seringkali

dalam

usaha

memahami

lingkungan

dan

menggambarkannya di dalam struktur kognitif, materi-materi


belajar baru yang serupa dengan pengetahuan yang sudah ada
cenderung diinterpretasikan identik dengan pengetahuan yang ada,
meskipun dalam kenyataannya ciri-ciri obyektif tidak demikian.
Siswa mungkin menyadari bahwa hal-hal yang dipelajari
berbeda dari prinsip-prinsip yang sudah ada di dalam struktur
kognitif, tetapi di mana letak perbedaannya siswa tidak mampu
mengenalnya, maka hal ini lambat laun akan hilang dari ingatan
48

Ibid., hlm.

39

jangka panjang. Hal ini diharapkan seorang pendidik lebih efektif


dengan membiarkan siswa melakukan over learning materimateri baru.
3) Stabilitas dan kejelasan gagasan-gagasan yang berhubungan
Tercapainya proses belajar yang bermakna dan lamanya
materi-materi baru tersimpan dalam ingatan menunjukkan fungsi
stabilitas dan kejelasan gagasan ini. Gagasan yang kabur dan tidak
stabil, menyebabkan kemampuan menghubungkan serta retensi
materi-materi baru menjadi tidak kuat, materi-materi baru sulit
dibedakan dari gagasan-gagasan tersebut.
Adapun tipe-tipe belajar yang bermakna, ada dua dimensi, yaitu
sebagai berikut:
1) Dimensi

menerima

(reception

learning)

dan

menemukan

(discovery learning)
2) Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna
(meaningful learning). 49
Di dalam reception learning semua bahan yang harus dipelajari
diberikan dalam bentuk final dalam bahan yang disajikan. Di dalam
discovery learning, tidak semua yang harus dipelajari dipresentasikan
dalam bentuk final, beberapa bagian harus dicari dan diidentifikasikan
oleh pelajar sendiri. Kemudian informasi itu diintegrasikan ke dalam
struktur kognitif50 yang telah ada, disusun kembali, diubah, untuk
menghasilkan struktur kognitif yang baru.
Usaha mengingat/menguasai apa yang dipelajari agar kemudian
dapat dipergunakan, jika sudah dikuasai maka terjadilah belajar yang
bermakna. Jika seorang hanya berusaha mengingat informasi baru,
terjadilah rote learning.

49

Slameto, Op. cit., hlm. 23


Struktur Kognitif adalah perangkat fakta-fakta, konsep-konsep, generalisasi yang
terorganisasi yang telah dipelajari dan dikuasai seseorang.
50

40

a. Benda yang jelas dan konkret akan lebih mudah diingat


dibandingkan dengan benda yang bersifat abstrak.51
Taraf berfikir manusia mengikuti tahap perkembangan
yang bermula dari berfikir konkrit ke berfikir abstrak, juga
bermula dari berfikir sederhana ke berfikir kompleks.52 Begitu
juga proses pembelajaran siswa lebih mudah menerima sebuah
pengetahuan yang bisa mereka amati, lihat, dan sulit untuk
menerawang pengetahuan yang belum dikenal. Hal ini disebabkan
proses pembelajaran harus mampu diterima, sehingga dalam
proses pembelajaran diperlukan alat bantu, yang mempunyai nilainilai praktis berupa kemampuan dan keterampilan untuk:
1. Memungkinkan

siswa

berinteraksi

langsung

dengan

lingkungannya
2. Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi
pengalaman belajar siswa
3. Membangkitkan motivasi belajar
4. Menyampaikan informasi belajar secara konsisten dan dapat di
ulang maupun disimpan menurut kebutuhan
5. Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
Jadi jelas bahwa benda-benda yang konkret lebih mudah
diterima siswa dalam peningkatan retensi belajar, karena siswa
mengamati, melihat secara langsung dan jelas. Sedangkan bendabenda abstrak sulit diterima siswa.
b. Retensi akan lebih baik untuk isi pembelajaran yang bersifat
kontekstual atau serangkai kata-kata yang mempunyai kekuatan
asosiatif dibandingkan dengan kata-kata yang tidak memiliki
kesamaan internal.53
Pembelajaran

kontekstual

lebih

dimaksudkan

suatu

kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang


51

Muhaimin, op. cit., hlm. 143


Rahardjo, Media Pendidikan, (Semarang: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 260
53
Muhaimin, op. cit., hlm. 143
52

41

lebih mengedepankan idealitas pendidikan sehingga benar-benar


akan menghasilkan kualitas pembelajaran yang efektif dan efisien.
Proses pembelajaran dituntut selalu menyesuaikan dengan
dinamika masyarakat. Artinya proses atau model serta teknik
dalam pembelajaran senantiasa menyesuaikan dengan tuntunan
dan

dinamika

kehidupan

masyarakat.

Konsekuensinya,

pembelajaran kontekstual merupakan sebuah keniscayaan bagi


setiap guru dan lembaga pendidikan.54
Kegagalan pendidikan bisa disebabkan oleh kegagalan
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang statis dan
konvensional

akan

memperlambat

terwujudnya

kualitas

pendidikan, sebaliknya, pembelajaran yang dinamis, progresif dan


kontekstual

akan

mempercepat

terwujudnya

kualitas

pembelajaran.
Paulo Freire mengkritik secara tegas dan pedas dengan
istilah pembelajaran sistem Bank (Banking sistem pedagogis),
yang memuat pernyataan antagonis antara peran guru dan siswa,
antara lain:
1) Guru mengajar, siswa belajar
2) Guru bicara, siswa mendengarkan
3) Guru sebagai subyek proses pembelajaran, siswa sebagai objek
pembelajaran
4) Guru mengatur, siswa diatur
5) Guru memilih dan memaksakan pilihannya, siswa menuruti
6) Guru memilih apa yang diajarkan, siswa menyesuaikan diri.55
Pembelajaran kontekstual akan menjawab dan merupakan
anti tesis dari kritik pedasnya Paulo Freire sehingga pembelajaran
benar-benar berjalan secara efektif dan efisien. Pembelajaran

54
55

M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasail, 2008), hlm. 4


Ibid., hlm. 4

42

kontekstual didasarkan empat pilar pendidikan yang dicanangkan


UNESCO, yaitu:
1) Learning to do, maksudnya pembelajaran diupayakan untuk
memberdayakan peserta didik agar mau dan bersedia dan
mampu memperkaya pengalaman belajarnya.
2) Learning to know, yaitu proses pembelajaran yang didesain
dengan cara mengintensifkan interaksi dengan lingkungan baik
lingkungan fisik, sosial dan budaya sehingga peserta didik
mampu membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap
dunia sekitar.
3) Learning to be, yaitu proses pembelajaran yang diharapkan
siswa mampu membangun pengetahuan dan kepercayaan
dirinya. Pengetahuan dan kepercayaan dirinya. Pengetahuan
dan kepercayaan diri itu diperoleh setelah peserta didik
melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
4) Learning to live together, pembelajaran lebih diarahkan dalam
upaya membentuk kepribadian untuk memahami dan mengerti
kemajemukan sehingga melahirkan sikap dan perilaku positif
dalam

melakukan

respon

terhadap

perbedaan

atau

keanekaragaman.56
c. Tidak ada perbedaan antara retensi dengan apa yang telah
dipelajari peserta didik yang mempunyai berbagai tingkat IQ.57
Retensi yang baik merupakan kemampuan menyimpan
data dan kesan yang tidak akan berubah dalam jangka waktu yang
lama, sedangkan IQ (Intelligence Question) menurut William
Stern seperti yang dikutip oleh Baharuddin, Psikologi Pendidikan,
2007, 126) mengatakan, inteligensi merupakan kesanggupan jiwa

56
57

Ibid., hlm. 5
Muhaimin, op. cit., hlm. 143

43

untuk menghadapi dan mengatasi keadaan-keadaan atau kesulitan


baru dengan sadar, berfikir tepat dan cepat.58

3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retensi Belajar


Retensi merupakan fase penyimpan yang tidak disadari karena
dalam fase ini kelak akan dapat disadarkan kembali, jika dibutuhkan.
Konteks belajar tidak hanya proses untuk mengumpulkan dan
memecahkan kesan, tetapi kesan belajar dapat diingat jangka waktu
yang dibutuhkan. Maka dari itu ada tiga faktor yang mempengaruhi
retensi belajar, yaitu:
a. Apa yang dipelajari pada permulaan (Original Learning)59
Konteks ini, belajar tidak hanya berarti proses untuk
memperoleh dan mengumpulkan pengetahuan, tetapi lebih
merupakan proses menciptakan pengetahuan atau memecahkan
masalah. Secara umum proses belajar dapat dijelaskan 4 tahap,
yaitu, Receptor, Working Memory, Long-term memory, dan
effector. Proses pengolahan informasi adalah sebagai berikut:
indera

manusia

menangkap

informasi

yang

berasal

dari

lingkungan. Misalnya, mata melihat, telinga mendengar, hidung


mencium, kulit menyentuh, dan lidah merasakan. Melalui proses
Selective Perception atau perhatian, informasi yang ditangkap
oleh receptor dilanjutkan ke Working Memory (memori kerja).60
Di dalam working memory, informasi disimpan untuk
sementara. Dikatakan bersifat sementara karena informasi tersebut
dimungkinkan hilang, karena belum tersimpan dengan baik.
Melalui proses storage atau penyimpanan, informasi dilanjutkan
ke long-term memory (memori tetap). Aktivitas yang dilakukan
untuk menyimpan (store) informasi sering disebut dengan
elaborasi. Informasi yang tersimpan di dalam working memory
58

Baharuddin, op. cit., hlm. 126


Muhaimin, op. cit., hlm. 143
60
Abdul Muti, Proses Belajar Kognitif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 96
59

44

akan tetap bertahan dalam waktu yang lama. Informasi sering


disebut dengan pengetahuan. Pengetahuan yang tersimpan dalam
long-term

memory

akan

disiapkan

untuk

sewaktu-waktu

dipanggil untuk melakukan suatu aktivitas. Proses pemanggilan


dan penggunaan pengetahuan sering disebut retrieval misalnya,
untuk mengerjakan soal-soal ujian, memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi retrieval pengetahuan akan
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh metode/teknik elaborasi
yang digunakan.61
Berdasarkan penggunaan yang tersedia di Working Work
manusia bisa melakukan aktivitas tertentu. Aktivitas tersebut
dilakukan dengan effector. Efektor yaitu proses belajar
digunakan

untuk

menjelaskan,

mendemonstrasikan

dengan

anggota badan.
b. Belajar Melebihi Penguasaan (Over Learning)62
Over learning dimaksudkan bahwa orang melanjutkan
belajarnya setelah bahannya sudah dapat diproduksikan. Kalau
orang mau mengingat bahan pelajaran yang baik, maka janganlah
berhenti belajar kalau bahan pelajaran tersebut baru saja dapat
direproduksi. Pada over learning yang sedang, retensinya akan
jauh lebih baik. Biasanya over learning berarti bahwa waktu
belajar 150%. 150% over learning berarti bahwa waktu belajar
150% dari pada waktu cukup untuk dapat memproduksikan bahan
jadi kalau satu jam orang baru saja dapat memproduksi suatu
badan. Sebaiknya masih belajar terus itu untuk selama setengah
jam lagi.63 Jadi, total waktu yang dibutuhkan 1 jam = (150 x 100
x 1 jam). Pada over learning bahan/materi pelajaran akan mudah
diingat dan sulit dilupakan.

61

Ibid., hlm. 97-98


Muhaimin, op. cit., hlm. 143
63
Verbeek, op. cit., hlm. 22-23
62

45

Aktifitas mengingat untuk retensi belajar sangat menentukan


keberhasilan dalam proses belajar, maka mengingat harus
memenuhi unsur-unsur (fungsi-fungsi ingatan), meliputi:
1) Mencamkan (learning)
Mencamkan/memahamkan

dapat

diartikan

sebagai

melekatnya kesan-kesan sehingga kesan-kesan itu dapat


disimpan dan sewaktu-waktu dapat diproduksi atau dapat
ditimbulkan kembali.64 Ada dua cara untuk mencamkan pada
ingatan, yaitu dengan sengaja dan tidak sengaja.
Tiap individu atau siswa dalam proses belajar ada yang
cepat dan lamban dalam memahami/mencamkan bahan yang
diamati. Maka dari itu siswa harus memperhatikan faktorfaktor

yang

menunjang

keberhasilan

siswa

dalam

belajar/memahami, yaitu:
a) Harus ada kemauan yang sungguh-sungguh, tidak ada
paksaan. Kesadaran belajar harus ada pada siswa, siswa
tidak boleh dipaksa untuk belajar karena hasil yang
terekam dalam ingatan akan sedikit, begitu sebaliknya
semakin sadar siswa akan belajar, semakin banyak hal
yang di dapat dan dipahami.
b) Harus ada pengulangan yang teratur. Semakin siswa
mengulang suatu pelajaran, semakin besar juga retensi
belajar yang didapat. Misal, mengulang materi pelajaran 4
x 5 lebih baik dari pada 2 x 10.
c) Bahan yang disusun hendaknya sistematis sehingga mudah
dipahami.
d) Belajar juga dipengaruhi oleh kondisi tubuh, pembawaan,
lingkungan dan sebagainya. Maka kesemuanya dari faktor
belajar harus seimbang.65
64
65

Baharuddin, op. cit., hlm. 113


Ibid., hlm. 114

46

2) Menyimpan (retaining)
Menyimpan yaitu fungsi/unsur ingatan kedua yang
disimpan berupa kekuatan atau hasil belajar yang bersandar
pada kekuatan berpikir dan sewaktu-waktu dapat digunakan
kembali. Jadi, segala sesuatu yang telah terekam akan
tersimpan dalam ingatan tetapi semuanya tidak dapat
tersimpan dengan baik dan bisa menjadi lemah.66
3) Mereproduksi (recalling)
Mereproduksi merupakan suatu aktivitas jiwa untuk
menimbulkan kembali kesan-kesan yang tersimpan dalam
ingatan. Proses mereproduksi ada dua, yaitu mengingat
kembali dan mengenal kembali. Proses mengingat kembali,
individu dapat mengingat kembali kesan-kesan yang dapat
diingat tanpa adanya obyek tertentu. Jadi, mengingat kembali
disebabkan oleh sesuatu dari otak bukan karena pengaruh
objek tertentu. Sementara mengenal kembali individu dapat
menimbulkan kembali disebabkan oleh adanya obyek dari
luar.67
c. Pengulangan dengan Interval Waktu (Space Review)68
Pengulangan yaitu ukuran-ukuran yang lebih seksama
untuk meningkatkan retensi belajar.

Cara-cara Untuk Meningkatkan Retensi Belajar


Menurut Thomburg Chauham yang dikutip oleh Muhaimin,
mengajukan cara-cara untuk meningkatkan retensi belajar, antara lain:
a.

Usahakan agar isi pembelajaran yang dipelajari disusun dengan


baik dan bermakna sebagai bukti, pembelajaran syair akan
diingat sebanyak 58% setelah 30 hari, pembelajaran prosa akan

66

Ibid., hlm. 115


Ibid., hlm. 116-117
68
Abdul Muthi, op. cit., hlm. 102
67

47

diingat sebanyak 40% dan pembelajaran kata tanpa makna


diingat sebanyak 28%.
b.

Pembelajaran

dapat

dibantu

dengan

jembatan

keledai

(macmonic) karena akan meningkatkan organisasi materi yang


dipelajari. Macmonic adalah teknik elaborasi yang dilakukan
dengan mengelompokkan informasi ke dalam bentuk lain yang
lebih sederhana tapi bermakna. Misal, akronim dilakukan
dengan menyusun informasi baru ke dalam bentuk singkatan
yang berupa kata. Sebagai contoh DAMIS (Dhuhur, Ashar,
Maghrib, Isya, Shubuh).69
c.

Berikan resitasi karena hal ini akan meningkatkan aktivitas


peserta didik. Belajar menjadi jauh lebih menguntungkan apabila
orang tidak hanya membaca bahannya, tetapi sewaktu belajar
juga sudah mulai mencoba belajar yang disebut resitasi. Resitasi
merupakan suatu bentuk belajar yang aktif yang merangsang
perhatian dan motivasi. Resitasi merupakan suatu kombinasi
belajar yang visual dan auditif.70

Susun dan sajikan konsep yang jelas, misalnya dengan media


audio visual. Sebuah media proses belajar disusun guna
pencapaian pesan pengajaran dan tujuan yang dicapai proses
belajar. Media pembelajaran dapat menimbulkan semacam
dialog internal diri yang sedang belajar dan diharapkan berhasil
membawa pesan dan terjadi perubahan sikap dan tingkah laku
belajar pada diri siswa.71

Berikan latihan pengulangan terutama untuk pembelajaran


keterampilan motorik

69

Muhaimin, op. cit., hlm. 143


Verbeek, op. cit., hlm. 23-24
71
Rahardjo, op. cit., hlm. 267
70

48

5 Tinjauan Tentang Retensi


Pembelajaran PAI konsep-konsep dan teori- teori PAI siap dapat
di gunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah apabila konsepkonsep dan teori itu terserap dan kemudian mengendap pada benak.
Dengan demikian proses belajar mengajar konsep-konsep harus dapat
mengendap pada ingatan..
M. Verbeek

menyebutkan Retensi adalah fase penyimpanan

yang tidak disadari yang ditandai dengan adanya bekas ingatan yang
menunjukkan bahwa masih ada sesuatu yang disimpan dalam ingatan.72
Retensi yang baik ditandai dengan kesetiaan keluasan dan
keawetan. Jadi seseorang mempunyai retensi yang baik apabila ia dapat
menyimpan dengan lama banyak kesan-kesan dengan tak berubah.
Lupa dalam keseharian merupakan sebuah retensi, ini berkenaan
dengan sejumlah materi PAI yang sudah di pelajari hilang karena tidak
ingat atau dengan perkataan lain materi yang terlupakan itu pastinya
materi tersebut sudah dipelajari. Misalkan lupa terhadap bacaan-bacaan
shalat.
Retensi pada siswa sangat dipengaruhi dengan sesuatu yang
diingat setelah pembelajaran berlangsung para ahli memberikan
gambaran sesuatu yang berkenaan dengan ingatan sebagai berikut.
Nasution menyebutkan bahwa Belajar terjadi hanya dapat
diketahui bila ada sesuatu yang diingat dari apa yang di pelajari. Suatu
fakta

yang di pelajari harus dapat diingat dengan baik setelah

diajarkan.73
Kemampuan

untuk

mengingat

yang

disebut

memori

bergantung banyaknya pengulangan, bahwa kita dapat mengingat


sekitar seperlimanya dari yang kita dengar. setengahnya dari yang kita
lihat dan tiga perempatnya yang kita perbuat. Untuk memindahkan
bahan dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang anda harus
72

Veerbeek, Op.Cit, hlm 8


Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003), hlm 141
73

49

(1) membuatnya berarti, (2) menyusunnya dan (3) mengulang atau


mempraktekkannya.
Pembelajaran PAI agar terjadi retensi dengan baik dapat
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Dalam proses belajar mengajar harus banyak melibatkan aktifitas
fisik dan mentalnya.
b. Materi pelajaran harus berarti dan bermakna.
c. Sering melakukan pengulangan dan mempraktekannya.

Pengukuran Tingkat Retensi


Dalam kegiatan belajar mengajar, selalu akan dilakukan usaha
untuk menilai sejauh mana siswa yang belajar mencapai kemajuan.
Usaha ini tidak lain merupakan usaha untuk mengukur sejauh mana
hasil penguasaan materi atau konsep yang dicapai. Dengan menilai
penguasaan materi atau konsep setelah pembelajaran berlangsung, akan
dapat diketahui tingkat retensi yang terjadi pada siswa yang ditandai
seberapa banyak materi atau konsep tersebut membekas pada ingatan
siswa.
Nasution menyebutkan Pengukuran adalah proses menentukan
luas sesuatu dan bersifat kuantitatif.74
Suharsimi

Arikunto

menyebutkan

pengukuran

adalah

membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan suatu alat


mengukur secara deskriptif, tidak evaluatif.75
Jadi dapat disimpulkan pengukuran adalah kegiatan menentukan
sesuatu dengan menggunakan suatu alat pengukur dan bersifat
kuantitatif.
Untuk mengukur tingkat retensi umumnya suatu tindakan yang
berbentuk tes ingatan. Melalui tes ingatan ini dapat diukur tingkat

74

Nasution, Ibid, hlm 53


Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
1999), hlm 4
75

50

retensi siswa setelah mempelajari suatu konsep atau materi setelah


pembelajaran berlangsung dalam jangka waktu yang ditentukan.
Secara garis besar pengukuran ingatan dapat dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu tes ingatan langsung (eksplisit) dan tidak
langsung (implisit).
a.

Tes Ingatan Langsung (Eksplisit)


Tes ingatan langsung mengacu pada peristiwa-peristiwa. Sasaran
dalam sejarah subjek, yang menunjuk pada konteks dan ruang dan
waktu. Misalnya tanggal, hari, jam atau tempat dan lingkungan
peristiwa. Contoh tes-tes ingatan langsung adalah tes rekognisi
dan recall.

b.

Tes Ingatan Tidak Langsung (Implisit)


Tes ingatan tidak langsung merupakan tugas-tugas yang
mengharuskan subjek melakukan aktivitas-aktivitas kognitif atau
motorik. Sementara itu perintah-perintah tes mengacu pada tugastugas yang sedang dihadapi dan bukan pada peristiwa sebelumnya.
Contoh tes ingatan tidak langsung misalnya tes pengetahuan
konseptual,

factual,

leksikal,

persepsual

dan

pengetahuan

prosedural.
Selain itu suatu pengukuran atau penilaian tidak lepas dari
ketentuan-ketentuan tertentu guna memperoleh penilaian yang baik.
Sumadi Suryabrata (1990:327-330) menyebutkan bahwa syaratsyarat tes yang baik adalah sebagai berikut.
a)

Tes itu harus reliable


Artinya tes itu memiliki keajegan hasil dimana jika suatu tes itu
diberikan kepada sekelompok subjek sekarang, dan diberikan
kepada subjek yang sama itu di lain waktu hasilnya sama atau
hampir sama.

b)

Tes itu harus valid


Artinya tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukurnya.
Misalnya tes untuk mata pelajaran matematika harus benar-benar

51

dan hanya mengukur kepandaian siswa dalam mempelajari


matematika. Tidak boleh mata pelajaran yang lain.
c)

Tes itu harus objektif


Artinya tes tersebut memberikan hasil yang sama jika sekiranya
tes tersebut discore oleh orang yang berlainan dalam waktu yang
berbeda. Jadi bagaimana hasil score itu tidak tergantung kepada
subjek yang memberikan score.

d)

Tes itu harus diskriminatif


Artinya tes itu tersusun sedemikian rupa dapat melacak atau
menunjukkan perbedaan-perbedaan yang kecil.

e)

Tes itu harus comprehensive


Artinya tes tersebut mencakup segala persoalan yang harus
diselidiki. Tes tersebut harus dapat memberikan informasi
mengenai seluruh bahan yang telah diajarkan.

f)

Tes itu harus mudah digunakan


Artinya tes itu harus mudah digunakan kiranya cukup jelas
memanfaatkannya.
Dikaitkan dengan masalah penelitian ini tes yang digunakan

untuk mengukur tingkat retensi siswa pada mata pelajaran PAI


khususnya pada pokok bahasan shalat digunakan tes tidak langsung
karena yang dinilai adalah hasil dari pembelajaran yang telah
berlangsung dalam beberapa waktu, apakah konsep-konsep yang telah
diajarkan dapat digunakan dalam memecahkan masalah bukan pada
proses belajarnya. Selain itu tes diasumsikan memenuhi syarat-syarat di
atas. Mengingat butir soal diperoleh dari rencana pembelajaran atau
satuan pelajaran dan harus sesuai dengan materi yang telah diajarkan.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu tugas sekolah, memberikan pengajaran kepada anak didik.
Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan, di samping
mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada
peserta didik yang merupakan proses pengajaran (PBM) itu dilakukan guru di
sekolah, menggunakan metode-metode tertentu, cara inilah yang sering kita
sebut metode pembelajaran.
Kenyataan telah menunjukan bahwa manusia dalam berbagai hal
selalu berusaha mencari efisiensi kerja dengan memilih dan menggunakan
berbagai metode yang dianggap untuk mencapai tujuan. Demikian pula halnya
pembelajaran di sekolah. Para pendidik selalu berusaha memilih metode
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Jadi jelas bahwa metode cara berfungsi] sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Makin tepat metode, diharapkan makin efektif pula pencapai tujuan
tersebut, khususnya bidang pengajaran di sekolah ada beberapa faktor lain
yang ikut berperan menentukan efektifnya metode mengajar, antara lain faktor
pendidik, anak, dan lingkungan.
Pengetahuan mengenai metodologi pengajaran ini sangat penting bagi
para pendidik dan calon pendidik. Metode pengajaran pada hakikatnya
merupakan penerapan prinsip-prinsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan
bagi perkembangan anak didik. Metode pengajaran harus bersifat interaktif
edukatif untuk mempertinggi kualitas hasil pendidikan dan pengajaran di
sekolah.1
Kegiatan belajar mengajar meliputi dua pokok kegiatan yaitu
kegiatan pendidik mengajar dan kegiatan siswa belajar. Mengajar pada
umumnya diartikan sebagai usaha pendidik untuk menciptakan kondisi1

B.Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: RINEKA CIPTA, 2002), cet
1 hlm 149

kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga interaksi antara


peserta didik, pendidik, peserta didik dan lingkungannya.2
Sebuah metode pengajaran harus mampu diterima siswa dengan baik.
Metode mengajar harus sedemikian rupa disajikan seefektif mungkin agar
siswa dapat menerima pelajaran dengan optimal. Metode-metode yang tepat
diharapkan dapat mempermudah penerimaan siswa, dan tanpa mempersulit..
Ada beberapa metode, salah satunya metode demonstrasi. Metode
demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif, karena dapat
membantu siswa untuk memperjelas suatu pengajaran dan membantu peserta
didik untuk mempermudah. menerima materi pelajaran dan dapat membekas
dalam

ingatan,

karena

belajar

melalui

melihat,

mendengar

serta

mempraktikkan.
Metode demonstrasi sebagai metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang proses situasi
tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode
penyajian, metode demonstrasi tidak lepas dari penjelasan secara lisan oleh
guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya

sekedar

memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran


lebih konkerit. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan
untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.3
Proses dan segala macam belajar melibatkan ingatan, jika tidak dapat
mengingat atau mengenai pengalaman yang dialami, maka tidak akan belajar
apa-apa. Kehidupan hanya merupakan pengalaman sementara yang saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Seseorang tidak dapat melakukan
percakapan walaupun sangat sederhana sekalipun. Untuk berkomunikasi
seseorang harus mengingat pikiran yang akan diungkapkan dan fikiran yang
baru disampaikan. Tanpa ingatan seseorang tidak dapat merefleksikan diri
sendiri, karena pemahaman diri tergantung kepada suatu kesadaran yang
berkesinambungan yang hanya bisa dilaksanakan dengan adanya ingatan.
2
3

Zuhairini, et. al. , Metode Mengajar Agama, (Solo: Ramdani,2004), hlm 78


Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm 152

Peningkatan kemampuan ini banyak tergantung dari perbaikan metode belajar,


motivasi untuk belajar dan aktivitas mengingat-ingat itu sendiri.4
Ingatan merupakan elemen dasar mengajar dan belajar. Mengingat
berarti menyarap dan melekatkan

pengetahuan dengan jalan pengecaman

secara aktif. Fungsi ingatan itu sendiri meliputi tiga aktivitas, yaitu:
mencamkan(menangkap atau menerima kesan-kesan), menyimpan kesankesan, memproduksi kesan-kesan.5
Keseluruan proses pendidikan di sekolah, PBM mengajar merupakan
inti dari proses pendidikan. Secara keseluruan guru merupakan pemegang
peran utama. Pemahaman akan pengertian dan pandangan akan banyak
mempengaruhi peran dan aktifitas guru dalam mengajar.6 Sekali lagi
keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung
kepada bagaimana proses pembelajaran yang dialami siswa sebagai peserta
didik yang belajar dan guru yang membelajarkan siswa. Dalam hal ini guru
mempunyai peran yang penting dalam menentukan kuantitas dan membuat
perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi
siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya dan mengembangkan
kepribadian.7
Guru berperan sebagai pengelola PBM bertindak selaku fasilitator
yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar, mengembangkan bahan
pelajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan untuk menyimak
pelajaran-pelajaran dan mengusai tujuan-tujuan pendidikan yang harus
dicapai.8 Pembelajaran di harapkan dapat lebih efektif dan efisien dan siswa
lebih aktif di dalam kelas.
Sebuah

metode

pembelajaran

ditujukan

untuk

menciptakan

keberhasilan dalam proses pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

Y. B. Sudarmanto, Tuntunan Metodologi Belajar, (Jakarta: PT Gramedia, 2002), cet 4, hlm

66
5

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2001), cet 4, hlm 28
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosdakarya, 2002), hlm 6
7
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspekif Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2004), cet 4
hlm 27
8
Ibid, hlm 12
6

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar


peserta didik secara akif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.9 Maka dari sini pendidikan diharapkan mempunyai peranan yang
sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup
bangsa.
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.10
Proses pembelajaran merupakan proses perubahan status siswa lack of
knowledge to knowledge. Keberhasilan proses pembelajaran ditujukan dengan
terjadinya perubahan sikap dan perilaku serta peningkatan status pengetahuan
dan dari hal yang belum tahu menjadi tahu.
Ingatan merupakan mitra untuk mengembangkan semua ketrampilan
mental. Kunci untuk belajar adalah kemampuan otak untuk mengubah
pengalaman yang ada sekarang menjadi sandi dan menyimpannya agar
kemudian hari ingatan tersebut dapat dipanggil kembali demi kepentingan
anda.11 Metode demonstrasi mampu membuat arah PBM lebih efektif dan
efisien. Hal ini dikarenakan metode demonstrasi melibatkan pendengaran,
penglihatan, dan praktik pembelajaran.
Kontek pendidikan agama Islam, metode demonstrasi digunakan
untuk memperagakan gerakan shalat, wudhu, haji, sehingga mudah diterima
siswa. Pendidikan dan pembelajaran merupakan salah satu wahana yang dapat
mempengarui pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik. Hal ini
sesuai fungsi pendidikan nasional, maka peran pendidik tenaga professional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.12

Djamaluddin Darwis, Srategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm 74


E Mulyasa, Kurikulum B erbasis Kompetensi, (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm, 100
11
David Gamon, Cara Baru Mengasuh Otak dengan Asysik, terj Ramdani A, (Bandung:
Mizan Pustaka, 2005), hlm 76
12
UU RI No. 20 Tahun 2003, SISDIKNAS, (Bandung : Citra Umbara, 2003), hlm 27
10

Permasalahan gaya mengajar, guru mempunyai peran sebagai


pengelola

pembelajaran. Untuk mengatasi hambatan belajar, guru

melaksanakan manajemen kelas yang baik, di antaranya variasi metode


mengajar. Variasi metode mengajar guru yang diharapkan perubahan yang
tidak ambisius, tetapi realitis dan sederhana.13
Berawal dari latar belakang, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul . EFFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI DENGAN
METODE DEMONTRASI UNTUK MENINGKATKAN RETENSI SISWA
SKKD SHALAT KELAS VIII SEMESTER GANJIL DI SMPN 16 SEMARANG
TAHUN AJARAN 2008/2009

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah pada
penelitian ini:
Bagaimanakah efektivitas pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi
untuk meningkatkan retensi siswa SKKD shalat kelas VIII semester ganjil di
SMP N 16 Semarang tahun ajaran 2008-2009?

C. Penegasan Istilah
Sebelum membahas lebih lanjut, penulis akan menjelaskan judul
penelitian ini berdasarkan permasalahan yang penulis bahas, dengan harapan
agar mudah dipahami dan tidak terjadi kesalahpahaman salah tafsir. Adapun
judul skripsi yang penulis bahas yaitu Efektivitas pembelajaran PAI dengan
metode demonstrasi untuk meningkatkan retensi siswa SKKD shalat siswa
kelas VIII semester ganjil di SMP N 16 Semarang tahun ajaran 2008-2009).
Untuk itu, penulis menjelaskan istilah-istilah judul tersebut. Adapun
istilah-istilah yang terdapat dalam judul sebagai berikut:
1. Efektivitas
Efektivitas merupakan suatu organisasi berhasil mendapat dan
memanfaatkan sumber
13

daya dalam usaha

mewujudkan tujuan

Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : Yrama Widya, 2007), hlm 85

operasional.14 Jadi efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua


tugas pokok, tercapainya tujuan ketepatan waktu, dan partisipasi akir
dari anggota. Jadi efektivitas Pembelajaran yaitu bagaimana program
tersebut

berhasil

melaksanakan

semua

tugas

pembelajaran,

memanfaatkan sumber belajar untuk menyukseskan implementasi


kurikulum
2. Pembelajaran
Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya
dengan pengajaran merupakan proses interaksi yang berlangsung antara
guru dan juga siswa atau juga merupakan sekelompok siswa dengan
tujuan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap serta
menetapkan apa yang dipelajari itu.15
3. Pendidikan Agama Islam
PAI merupakan upaya sadar dan terencana menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani
ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati
penganut ajaran agama lain dalam hubungannya kerukunan antar umat
beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.16
4. Metode Demonstrasi
Metode merupakan jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai
tujuan.17
Menurut

Zakiah Daradjat dkk, metode demonstrasi yaitu

metode pengajaran yang menggunakan peragaan untuk menjelaskan


suatu pengertian atau melibatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada anak didik18

14

E Mulyasa, Implementasi kurikulum 2008, (Bandung: PT Rosda Karya, 2005), hlm 89


S. Nasutiom, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara: 2000), hlm. 102.
16
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Kensep
dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm130
17
Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pres, 2002),
hlm 40
18
Zakiah Darajat dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Jakarta :Bumi Aksara,
1998), hlm 296
15

Jadi metode demonstrasi merupakan

metode mengajar yang

menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau


melibatkan bagaimana sesuatu kepada anak didik
5. Retensi
Retensi yaitu apa yang ditinggalkan dan dapat diingat kembali
setelah seseorang mempelajari sesuatu, sehingga apa yang dipelajari
dapat bertahan atau ditinggalkan lebih lama dalam struktur kognitif
dan dapat dingat kembali jika diperlukan.19 Ingatan adalah daya untuk
mencamkan, menyimpan dan memproduksi kembali kesan-kesan yang
telah dialami dari aktivitas manusia mendapat pengetahuan.20
6. Siswa yaitu peserta didik yang belajar di SMP N 16 Semarang.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mencari data dan
informasi,

kemudian dianalisis untuk menyajikan gambaran yang

semaksimal mungkin tentang: efektivitas pembelajaran PAI dengan metode


demonstrasi untuk meningkatkan retensi siswa SKKD shalat pada siswa
kelas VIII semester ganjil di SMPN 16 Semarang tahun ajaran 2008-2009.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori dan
penelitian ini sesuai dengan tema dan judul skripsi, utamanya masalah
efektivitas pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi meningkatkan
retensi siswa pada pokok bahasan shalat pada siswa kelas VIII semester
ganjil di SMPN 16 Semarang tahun ajaran 2008-2009.

19
20

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm 143
Baharuddin ,Psikologi Pendidikan ,(Yoyakarta Ar Ruzz Media,2007)cet 1,hal 111

b. Secara Praktis
1)

Bagi sekolah
Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi pimpinan
terutama dalam mengefektifkan pembelajaran PAI dengan metode
demonstrasi dalam meningkatkan retensi siswa.

2)

Bagi siswa
Diharapkan para siswa dapat menjadikan skripsi ini sebagai
wahana

informasi

dan

masukan

untuk

mengefektifkan

pembelajaran PAI dengan metode demontrasi meningkatkan


retensi siswa dan mata pelajaran lain pada umumnya.
3)

Bagi peneliti
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru
khususnya dibidang penelitian tindakan kelas ini.

E. Kerangka Teoritik
1. Kerangka Teoritik
Menurut Zakiah Daradjat, metode demonstrasi merupakan salah
satu metode pengajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas
sesuatu pengertian untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada anak didik.21 Hal ini dimaksudkan agar siswa mendapat
pengetahuan secara riel tentang proses pembuatan, proses kerja, proses
pengaturan, fungsi dan jenis unsur mengenai ketepatan, kebenaran, dan
sebagainya. Metode demonstrasi dilaksanakan dengan dua indera
(penglihatan dan pendengaran) dan diharapkan mampu meningkatkan
retensi siswa.
Keseluruan

pendidikan

sekolah,

kegiatan

belajar

mengajar

merupakan kegiatan yang paling pokok ini berarti bahwa berhasil atau
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana
proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar yaitu
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
21

Zakiah Darajat, Op.cit, hlm 296

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang minitik


beratkan proses kognitif.22
Banyak metode pengajaran yang digunakan untuk PBM, diantaranya
ceramah, drill, pembiasaan, simulasi, demontrasi dan sebagainya, kesemua
metode

pembelajaran

Pendidikan

agama

itu
Islam,

mempunyai
metode

kelebihan

demonstrasi

dan

kekurangan.

digunakan

untuk

memperagakan gerakan shalat, wudhu, haji, tidak semua materi pelajaran


dapat menngunakan metode demonstrasi.
Metode demonstrasi bahan pelajaran lebih konkret dan lebih
menarik. Sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi melihat peristiwa yang
terjadi. Siswa akan memiliki kesempatan langsung untuk membandingkan
teori dan kenyataan. Tujuan utama metode demostrasi yaitu menghilangkan
verbalisme, sebab siswa langsung mengamati bahan pelajaran yang
disajikan. Di satu sisi metode demonstrasi memerlukan persiapan yan
matang. Tanpa persiapan yang memadai, metode demonstrasi bisa gagal,
sehingga tidak efektif lagi. Seorang guru menerapkan metode demonstrasi
memerlukan kemampuan dan keterampilan khusus untuk bekerja lebih
professional. Metode demonstrasi memerlukan kemauan dan motivasi guru
untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.23
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran
melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok
siswa. Metode ceramah merupakan metode yang bisa dikatakan mudah
karena tidak memerlukan peralatan yang lengkap seperti metode
demonstrasi, sehingga meteri dapat yang dapat dikuasi siswa sebagai hasil
ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasi guru. Metode ceramah sangat
sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa diberi kesempatan bertanya
dan tidak ada seorangpun yang bertanya, semua itu tidak menjamin
pemahaman seluruh siswa. Metode ceramah menyebabkan verbalisme
kerena jika disadari setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama
22
23

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 2006), cet VI, hal 64
Wina Sanjaya, Op.Cit, hlm 153

10

termasuk

ketajaman

menangkap

materi

pembelajaran

melalui

24

pendengaran.

Proses pembelajaran khususnya dalam meningkatkan retensi,


sebuah pembelajaran harus bermakna, konstektual dan mudah diterima
siswa

F. Metodologi penelitian
Penelitian yang digunakan penulis yaitu penelititian tindakan kelas
(action research). Penelitian tindakan merupakan suatu proses yang
memberikan kepercayaan kepada pengembang kekuatan berpikir reflektif,
diskusi, penentuan keputusan dan tindakan orang-orang biasa yang
berpatisipasi dalam penelitian untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang
mereka hadapi dalam kegiatannya.25
Senada dengan Ebbut Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu kajian
sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh
sekelompok

guru

dengan

melakukan

tindakan-tindakan

pembelajaran

berdasarkar refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.26


1. Model Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemmis dan Taggart
yang terdiri dari beberapa siklus tindakan pembelajaran berdasarkan
refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya.
Setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi.

24

Ibid, hlm 147


25
Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2005), hlm. 142
26
Ebbut, dikutip dalam Wiriatmacja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2005), hlm.12

11

Model Spiral dari Kemmis dan Taggart27


Perencanaan
Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan
Perencanaan
Refleksi

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pengamatan
?

Dts.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap. Secara


rinci prosedur penelitian tindakan ini sebagai berikut:
a. Perencanaan
1) Mengidentifikasi khusus
2) Mengidentifikasi masalah
3) Mencarikan Alternati pemecahan
4) Membuat satuan tindakan (pemberian bantuan)
b. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu melaksanakan
tindakan upaya meningkatkan semangat belajar peserta didik
pembelajaran PAI yang telah direncanakan.
c. Observasi
Tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan observasi yang telah dipersiapkan.
Peneliti mempersiapkan lembar observasi yang telah disiapkan
untuk mengetahui kondisi kelas terutama semangat belajar peserta
didik dalam pembelajaran. Penelitian ini hasil pengamatan

27

Rochiati Wiraatmaja, Op.Cit., hlm. 66

12

kemudian didiskusikan dengan kolaborator yaitu guru bidang study


PAI untuk didiskusikan dan dicari solusi dari permasalahan yang
ada pada waktu pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan
dianalisis. Berdasarkan hasil observasi guru dapat merefleksi diri
tentang upaya meningkatkan semangat belajar peserta didik untuk
pembelajaran PAI. Melihat dan observasi, apakah kegiatan yang
telah dilakukan dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik
dalam belajar PAI
Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat
digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.
2. Fokus dan Ruang lingkup
Penelitian ini, penulis lebih menfokuskan pada ruang lingkup
masalah penelitian yang bertumpu pada upaya menumbuhkan semangat
pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi untuk meningkatan
retensi siswa SKKD shalat siswa kelas VIII di SMP N 16 Semarang.
3. Variabel Penelitian
Variabel indikator yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
a. Proses pembelajaran pada bidang studi PAI di kelas VIII SMP N 16
Semarang
b. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran
c. Keaktifan siswa dalam pembelajaran
d. Hasil Belajar
4. Kolaborator
Kolaborator Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan orang
yang membantu untuk mengumpulkan data-data tentang penelitian yang
sedang di garap bersama-sama dengan peneliti. Kolaborator penelitian
ini yaitu guru PAI di SMP N 16 yaitu Ibu Siti Maryam S. Pd. I

13

5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Berikut ini merupakan jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan kelas
yang akan dilaksanakan di SMP N 16 Semarang.
Waktu (minnggu) ke-

Rencana

No.

Kegiatan

1.

Observasi Awal

2.

Persiapan
Menyusun

konsep
pelaksanaan
Menyepakati
jadwal

dan

tugas
Menyusun

Instrumen
Diskusi konsep

pelaksanaan
3.

Pelaksanaan
Menyiapkan

kelas dan alat


Pelaksanaan Pra

siklus
Pelaksanaan

Siklus I
Melakukan

X X

tindakan siklus
I
Pelaksanaan

Siklus II
Melakukan

X X

10

14

tindakan siklus
II
Pelaksanaan

Siklus III
Melakukan

tindakan siklus
III
4.

Pembuatan

Laporan
Menyusun

X X

konsep laporan
Penyelesaian

Laporan

6. Metode Pengumpulan Data


Peneliti menggunakan beberapa metode untuk menggali informasi yang
dibutuhkan. Metode yang dipakai oleh peneliti untuk mendapatkan
informasi tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya baramg-barang
tertulis.28
Sumber dokumentasi pada dasarnnya merupakan segala bentuk
sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen baik resmi
maupun yang tidak resmi.
Metode documentasi ini digunakan peneliti untuk mengetahui dan
mendapatkan daftar nama peeserta didik

yang menjadi sample

penelitian yaitu Classroom Action Research.

28

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 149

15

2) Pengamatan (observasi)
Sebagai

metode

ilmiah,

observasi

dapat

diartikan

sebagai

pengamatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap subjek


dengan menggunakan seluruh alat indranya.29
Metode pengamatan (observasi), cara pengumpulan datannya terjun
langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti, populasi
(sampel).30
3) Lembar Kerja
Lembar kerja oleh peneliti dengan menggunakan soal-soal yang
diberikan peserta didik pada tiap siklus. Lembar kerja juga dipakai
unntuk mengetahui keaktifan dan ketrampilan peserta didik dalam
proses pembelajaran.
4) Wawancara
Metode wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.31
Metode interview ini oleh peneliti digunakan untuk mewancarai guru
sebagai mitra kerja dalam melaksanakan penelitian yaitu Ibu Siti
Maryam S. Pd. I beliau adalah guru bidang study PAI di SMP N 16
5) Tes
Metode tes merupakan seperangkat rangsangan (stimulus) yang
diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan
jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penentu skor angka.32
Metode tes oleh peneliti digunakan untuk mendapatkan hasil belajar
peserta didik yang telah melakukan pembelajaran PAI dengan

29

Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian suatu Tindakan Dasar, (Surabaya: Sie Surabaya,
1996), cet. 4, hlm. 40
30
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 158
31
Lexi J. Moleong, Metodoliogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2000), hlm. 135.
32
Margono, Op.cit. , hlm. 170

16

metode demonstrasi sebagai evaluasi setelah proses pembelajaran


berlangsung.
7. Teknik Analisis Data
Analisis

data

merupakan

proses

mengorganisasikan

dan

mengurutkan data kedalam pola kategori dan satuan uraian dasar,


sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide yang
disarankan oleh data.
Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan,
tes atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan
analisis

deskriptif

untuk

menggambarkan

keadaan

peningkatan

pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan


keberhasilan

pembelajaran

dengan

metode

demonstrasi

dalam

pembelajaran PAI. Adapun tehnik pengumpulan data yang berbentuk


kuantitatif berupa data-data yang disajikan berdasarkan angka-angka
maka analisis yang digunakan yaitu prosentase dengan rumus sebagai
berikut:
Skor yang dicapai
Nilai =

X 100 %
Skor maksimal

Anda mungkin juga menyukai