PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan dibidang struktur dewasa ini mengalami kemajuan yang
sangat pesat, yang berlansung diberbagai bidang, misalnya gedung-gedung,
jembatan, tower, dan sebagainya. Beton merupakan salah satu pilihan sebagai
bahan struktur dalam konstruksi bangunan. Beton adalah kesatuan campuran yang
terdiri dari semen, pasir dan kerikil (pecahan batu) di tambah air kemudian
didiamkan dalam suatu cetakan sampai mengeras (DRS.Sutarto : 1998).
Beton diminati karena banyak memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan
dengan bahan lainnya, antara lain harganya yang relatif murah, mempunyai
kekuatan yang baik, bahan baku penyusun mudah didapat, tahan lama, tahan
terhadap api, tidak mengalami pembusukan. Inovasi teknologi beton selalu
dituntut guna menjawab tantangan akan kebutuhan, beton yang dihasilkan
diharapkan mempunyai kwalitas tinggi meliputi kekuatan dan daya tahan tanpa
mengabaikan nilai ekonomis. Dari sudut pandang ekonomis, meskipun pembuatan
beton yang memiliki kekuatan 12.000 hingga 15.000 psi kira-kira lebih tiga kali
lipat dibanding beton dengan kekuatan 3000 psi, kuat tekan beton mutu tinggi ini
bisa mencapai empat sampai 5 kali lipat lebih besar (Jack C.McCormac:2001).
Beton mutu tinggi (High Strength Concrete) merupakan sebuah tipe beton
performa tinggi yang secara umum memiliki kuat tekan 6000 psi (40 MPa) atau
lebih. Kadang-kadang beton tersebut disebut dengan nama lain yaiutu beton
kinerja tinggi karena memiliki sifat-sifat unggul lainnya disamping kekuatannya
yang tinggi (Jack C.McCormac:2001). Ukuran kuat tekannya diperoleh dari
silinder beton 150 mm 300 mm atau silinder 100 mm 200 mm pada umur 56
ataupun 90 hari, ataupun umur yang telah ditentukan tergantung pada aplikasi
yang diiningkan. Produksi high strength concrete membutuhkan penelitian dan
perhatian yang lebih jauh terhadap kontrol kualitasnya daripada beton
konvensional.
Sejarah singkat dari perkembangan high strength concrete dapat dijabarkan
berikut ini. Pada akhir tahun 1960-an, admixture untuk mengurangi air
(superplasticizer) yang terbuat dari garam-garam naphthalene sulfonate diproduksi
di
Jepang
dan
melamine
sulfonate
diproduksi
di
Jerman.
Meskipun
superplasticizer dapat digunakan pula untuk menjaga agar perbandingan air dan
semen (water and semen ratio) tetap konstan walaupun jumlah semen yang
digunakan sedikit, campuran ini pada umumnya digunakan untuk menghasilkan
beton yang mudah pengerjaannya, yang memiliki kekuatan jauh lebih tinggi,
walaupun menggunakan jumlah semen yang sama (Jack C.McCormac:2001).
Aplikasi pertama di Jepang yaitu digunakan untuk produk girder dan balok
pracetak dan cetak di tempat. Di Jerman, awalnya ditujukan untuk pengembangan
campuran beton bawah air yang memiliki kelecakan tinggi tanpa terjadi segregasi.
Sejalan dengan kemungkinan tercapainya mutu beton yang tinggi dan workability
yang tinggi secara simultan pada campuran beton dengan pemakaian
superplasticizer, maka pemakaian kedua bahan tersebut dianggap sangat cocok
digunakan pada produksi komponen-komponen struktur cetak di tempat untuk
bangunan-bangunan tinggi.
Beton didefinisikan sebagai high-strength semata-mata berdasarkan
karena kuat tekannya pada umur tertentu. Pada tahun 1970-an, sebelum
ditemukannya superplasticizer, campuran beton yang memperlihatkan kuat tekan
40 MPa atau lebih pada umur 28 hari disebut sebagai high strength concrete. Saat
ini, saat campuran beton dengan kuat tekan 60 MPa 120 MPa tersedia di
pasaran, pada ACI Committae 2002 tentang High Strength Concrete merevisi
definisinya menjadi memperoleh campuran dengan kuat tekan desain spesifikasi
55 MPa atau lebih.
Meskipun tujuan praktisnya adalah untuk menyatakan kuat tekan beton
berdasarkan hasil uji pada umur 28 hari, namun terdapat pergeseran untuk
menyatakan kekuatan pada umur 56 atau 90 hari dengan alasan bahwa banyak
elemen-elemen struktur yang tidak terbebani selama kurun waktu dua atau tiga
bulan atau lebih. Saat kekuatan yang tinggi tidaklah diperlukan pada umur-umur
awal, akan lebih baik untuk tidak menyatakannya hanya untuk mencapai sejumlah
keuntungan misalnya penghematan semen, kemampuan untuk menggunakan
bahan-bahan tambah (admixture) secara berlebihan dan produk yang lebih
durable. Hal terpenting dalam pembuatan beton mutu tinggi jika ingin
menggunakan pasta semen dengan mutu yang sangat tinggi, gunakan juga agregat
2
kasar dengan mutu yang sangat bagus. Selain faktor bahan, faktor penuangan,
pergetaran dan penyelesaian beton juga sangat berpengaruh terhadap mutu beton.
Di dalam makalah ini akan di jelaskan macam bahan yang akan digunakan untuk
membuat beton mutu tinggi dan prosedur pembuatannya.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah pengertian dan definisi dasar dari beton dan beton mutu tinggi?
Apakah komposisi bahan penyusun yang dibutuhkan di dalam beton
mutu tinggi?
Bagaimana tata cara pembuatan dan pelaksanaan beton mutu tinggi?
1.3. Tujuan
Mengetahui pengertian dan definisi dasar dari beton dan beton mutu
tinggi
Mengetahui komposisi bahan penyusun yang dibutuhkan di dalam beton
mutu tinggi
Mengetahui tata cara pembuatan dan pelaksanaan beton mutu tinggi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan definisi dasar
2.1.1. Beton
Beton adalah material komposit yang rumit. Beton dapat dibuat dengan
mudah bahkan oleh mereka yang tidak mempunyai pengetahuan sama sekali
tentang beton teknologi, tetapi pengertian yang salah dari kesederhanaan ini sering
menghasilkan persoalan pada produk, antara lain reputasi yang jelek dari beton
sebagai materi bangunan (Paul Nugraha, Antoni : 2007).
Beton adalah kesatuan campuran yang terdiri dari semen, pasir dan kerikil
(pecahan batu) di tambah air kemudian didiamkan dalam suatu cetakan sampai
mengeras (Drs. Sutarto : 1998).
2.1.2. Beton mutu tinggi
Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat,
ternyata kriteria beton berubah sesuai dengan perkembangan jaman dan kemajuan
tingkat mutu yang berhasil dicapai. Pada tahun 1950-an, beton dikategorikan
mempunyai mutu tinggi jika kekuatan tekannya 30 Mpa atau lebih dari 6000 psi.
Tahun 1960-1970 an kriterianya naik menjadi 40 MPa. Saat ini beton dikatakan
sebagai beton mutu tinggi jika kekuatan tekannya diatas 50 MPa dan diatas 80
MPa adalah beton mutu sangat tinggi. Dua dekade terakhir ini orang berbicara
mengenai beton mutu tinggi dengan kekuatan tekan silinder beton ( fc ) = 600
1000 kg/cm2. Beton dengan kekuatan tekan 80 MPa telah banyak digunakan untuk
bangunan tinggi seperti di Chicago, Seatle dan lainnya. Sebenarnya sudah sejak
lama beton mutu tinggi diproduksi untuk pekerjaan-pekerjaan khusus dibeberapa
negara maju. Tahun 1941, di Jepang sudah diproduksi beton dengan kekuatan 60
MPa untuk panel cangkang beton pracetak sebuah terowongan kereta api. Tahun
1952 di Eropa, beton berkekuatan tekan 60 MPa digunakan untuk struktur
jembatan berbentang panjang. Di USA pada tahun 1960-an beton sejenis
digunakan untuk keperluan militer. Tahun 1980-an beton mutu tinggi digunakan
untuk bangunan tingkat, terutama elemen struktur kolom. Sejak tahun 1989 an di
USA, beton dengan kuat tekan 100 - 140 MPa digunakan untuk jembatan bentang
panjang, bangunan industri, seperti silo yang tinggi dan berdiameter besar serta
bangunan beresiko tinggi seperti bangunan pembangkit nuklir.
Banyak parameter yang mempengaruhi kekuatan tekan beton, diantaranya
adalah kualitas bahan-bahan penyusunnya, rasio air-semen yang rendah dan
kepadatan yang tinggi pula. Beton segar yang dihasilkan dengan memperhatikan
parameter tersebut biasanya sangat kak, sehingga sulit dibentuk atau dikerjakan
terutama pada pengerjaan pemadatan. Dengan semakin banyaknya pabrikan yang
menghasilkan bahan admixture sebagai bahan pengencer dari beton yang berefek
mencairkan beton tanpa menambah campuran air dalam beton, maka hal ini tidak
menjadi masalah ( M.S. Besari : 2003 ).
10
beton.
Mengurangi atau mencegah perubahan volume beton.
Mengurangi segregasi.
Meningkatkan sifat penetrasi dan pemompaan beton segar.
Mengurangi kehilangan nilai slump.
11
12
14
membentuk
gelembung-gelembung
udara
15
16
dan
kadar
klorida
yang
sudah
ditambahkan
selama
pembuatannya.
2.3. Tata cara pembuatan dan pelaksanaan beton mutu tinggi
2.3.1. Ruang lingkup
a. Tata cara ini mencakup langkah-langkah pembuatan beton kekuatan tinggi
yang dimaksudkan untuk memperoleh beton dengan kekuatan tekan
optimum dan memenuhi persyaratan untuk beton kekuatan tinggi.
b. Tata cara ini menetapkan metode pemilihan dan pemeriksaan bahan baku,
rancang campuran, cara pelaksanaan dan pemeriksaan hasil percobaan
campuran susunan beton kekuatan tinggi.
c. Pelaksanaan pembuatan beton mutu tinggi harus diawasi oleh tenaga ahli
dan hasil pengujian sebagai pengendali mutu harus disahkan oleh
laboratorium uji yang terakreditasi
2.3.2. Acuan normative
a. SNI 03-4810-1998, metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di
laboratorium
b. SNI 03-1972-1990, metode pengujian slump beton
17
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
campuran beton
m. SKSNI M-13-1993-03, metode pengujian kandungan udara pada beton
segar
2.3.3. Istilah dan definisi
a. Abu terbang adalah butiran halus sisa pembakaran batu bara pada suhu
tinggi yang sebagian besar unsurnya adalah silica dan alumina.
b. Agregat adalah material granuler seperti pasir, kerikil, batu pecah atau
terak yang digunakan bersama-samabahan pengikat untuk membentuk
suatu adukan atau beton.
c. Beton adalah campuran antara semen Portland, agregat halus, agregat
kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya membentuk
massa yang pada keras dan kuat.
d. Beton segar adalah campuran beton setelah selesai diaduk hingga beberapa
saat selama karakteristiknya belum berubah.
e. Beton kekuatan tinggi (beton mutu tinggi) adalah beton dengan kekuatan
tekan yang disyaratkan (fc) 40 sampai dengan 80 MPa, berdasarkan
benda uji standart berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
f. Bahan tambahan adalah bahan berupa serbuk atau cairan yang
ditambahkan ke dalam campuran beton untuk memperoleh sifat-sifat
khusus dari beton.
g. Benda uji beton adalah benda uji berbentuk silinder atau kubus yang
dihasilkan dari pencetakan contoh beton segar pada saat campuran coba
atau pada produksi beton.
h. Kelecakan adalah derajat kemudahan pengerjaan beton.
2.3.4. Persyaratan teknis
2.3.4.1. Semen
Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
18
2. Abu terbang
19
20
dibituhkan kemungkinan menghasilkan beton yang bermutu tinggi lebih besar jika
menggunakan agregat kasar.
Modulus halus butir (finnes modulus) atau yang biasa disingkat MHB ialah
suatu indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir
agregat. MHB didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari butir agregat
yang tertinggal diatas satu set ayakan (38, 19, 9.6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, dan 0.15
mm), kemudian nilai tersebut dibagi 100 (Abrams, 1918). Semakin besar nilai
MHB suatu agregat, semakin besar butiran agregatnya. Umumnya agregat halus
mempunyai MHB sekitar 1.50 3.8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
MHB 2.5 < MHB < 3.0 umumnya menghasilkan beton mutu tinggi dengan FAS
yang rendah dan mempunyai kekuatan tekan dan kelecakan yang optimal
(Larrard, 1990).
Gradasi yang baik dan teratur (continous) dari agregat halus besar
kemungkinan akan menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan tinggi
dibandingkan dengan agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradasi yang
baik adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat halus tidak
boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45%
dan
tertahan
pada
ayakan
berikutnya.
Kebersihan
agregat
juga
akan
mempengaruhi dari mutu beton yang akan dibuat terutama dari zat-zat yang dapat
merusak baik pada saat beton muda maupun brton sudah mengeras.
2.3.5.3. Kualitas Agregat Kasar
Kekuatan agregat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir agregat
dapat bersifat kurang kuat karena dua hal. Pertama, karena terdiri dari bahan yang
lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik dalam hal pengikatan
(interlocking). Granite misalnya, terdiri dari bahan yang kuat dan keras yaitu
kristal quarts dan feldspar, tetapi bersifat kurang kuat dan modulus elastisitasnya
lebih rendah daripada gabbros dan diabeses karena butir-butir granite tidak terikat
dengan baik. Kedua, porositas yang besar yang akan menpengaruhi keuletan atau
ketahanan terhadap beban kejut. Dalam hal pemilihan agregat kasar, porositas
yang rendah merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menghasilkan
suatu adukan beton yang seragam, dalam artian mempunyai keteraturan dan
keseragaman yang baik pada mutu maupun parameter lain yang dibutuhkan. Akan
21
sangat baik jika akan digunakan untuk membentuk beton mutu tinggi daya seram
air sebesar tidak lebih dari satu persen. Karena hal ini akan sangat berhubungan
dengan pengendalian kandungan air pada campuran beton, yang dapat
mengakibatkan ketidakaturan atau deviasi yang sangat besar pada mutu yang akan
dihasilkan.
Kekerasan atau kekuatan dari butir-butir agregat bergantung pada
bahannya dan tidak dipengaruhi oleh lekatan antara butir satu dengan lainnya.
Agregat yang lebih kuat biasanya mempunyai modulus elastisitas (sifat dalam
pengujian beban uniaxial) yang lebih tinggi. Butir-butir yang lemah (lebih rendah
dari pasta semen) tidak dapat menghasilkan kekuatan beton yang dapat
diandalkan. Untuk yang sedang atau cukup mungkin dapat lebih menguntungkan,
karena dapat mengurangi konsentrasi tegangan yang terjadi, atau pembasahan dan
pengeringan, atau pemanasan dan pendinginan, dengan demikian membantu
mengurangi bahaya terhadap retakan dalam beton. Jadi, dalam membentuk suatu
beton yang akan mempunyai mutu yang tinggi kualitas kekuatan tekannya perlu
menjadi perhatian, dalam hal ini ditentukan dengan suatu pengujian kuat tekan
dan ketahanan akan abrasinya.
Bentuk fisik dari agregat kasar yang bersudut. Agregat ini mempunyai
sudut-sudut yang tampak jelas yang terbentuk di tempat-tempat perpotongan
bidang-bidang dengan permukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini berkisar
antara 38% - 40%, dengan demikian membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen
agar mudah di kerjakan untuk mengurangi rongga ini dikombinasikan dengan
butiran agregat halus yang berbentuk bulat. Beton yang dihasilkan dengan
menggunakan agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan
atau untuk beton mutu tinggi karena ikatan antar agregat baik dan kuat.
Ukuran butir maksimum agregat juga akan mempengaruhi mutu beton
yang akan dibuat. Hasil penelitian Larrard (1990) menyebutkan bahwa butiran
maksimum yang memberikan arti nyata untuk membuat beton mutu tinggi tidak
boelh lebih dari 15 mm. Namun demikian pemakaian butiran agregat sampai
dengan 25 mm masih memungkinkan diperolehnya beton mutu tinggi dalam
prosrs produksinya.
22
Gradasi yang baik dan teratur (continous) dari agregat kasar besar
kemungkinan akan menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan tinggi
dibandingkan dengan agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradasi yang
baik adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat halus tidak
boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45%
dan tertahan pada ayakan berikutnya. Kebersihan agregat juga akan sangat
mempengaruhi dari mutu beton yang akan dibuat terutama dari zat-zat yang dapat
merusak baik pada saat beton muda maupun beton sudah mengeras.
2.3.5.4. Bahan Tambahan
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan
bahan tambah yang bersifat mineral (additive). Bahan tambah admixture
ditambahkan saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan pengecoran (placing).,
sedangkan bahan tambah additive ditambahkan saat pengadukan dilaksanankan.
Bahan tambah additive merupakan bahan tambah yang lebih banyak bersifat
penyemenan, jadi bahan tambah additive lebih banyak digunakan untuk perbaikan
kinerja kekuatannya.
Bahan tambah kimia yang banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja
beton mutu tinggi umumnya yang bersifat memperbaiki kelecakan. Bahan tambah
ini dikelompokkan kedalam High Range Water Reducing Admixtures. Water
reducing adminixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. WaterReducing Admixture digunakan antara lain untuk dengan tidak mengurangi kadar
semen dan nilai slump untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau
faktor air semen (WCR) yang rendah. Dengan tidak merubah kadar semen yang
digunakan dengan faktor air semen yang tetap maka nilai slump yang dihasilkan
dapat lebih tinggi. Pada kasus pertama, pengurangan faktor air semen secara tidak
langsung akan meningkatkan kekuatan tekannya karena dalam banyak kasus
dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan kekuatan tekan beton.
Pada kasus kedua, tingginya nilai slump yang didapatkan akan memudahkan
penuangan adukan (placing) atau dengan hal ini waktu penuangan adukan dapat
23
oleh
SiO2
akan
mengurangi
24
sebesar 3.5-5 MPa. Hasil pengujian beton mutu tinggi yang diproduksi untuk
proyek-proyek di Jakarta menunjukkan bahwa syarat keseragaman ini masih sulit
di capai. Standar deviasi yang dihasilkan masih additive dan admixture dalam
memproduksi beton mutu tinggi juga mempengaruhi keseragaman beton yang
dihasilkan (Supartono, 1998).
Kehilangan nilai slump dalam produksi beton akan menyebabkan masalah
dalam beton segar yaitu: kelekaan beton akan menurun, pengecoran beton yang
tidak sempurna, pemadatan yang tidak optimal, kemungkinan akan terjadi
sugregasi, kesulitan pemompaan untuk produksi yang besar dan bertingkat tinggi.
Sedangkan permasalahan pada beton yang sudah mengeras adalah kuat tekan yang
disyaratkan tidak tercapai, mutu pengerjaan akan turun, kepadatan akan
berkurang, mengurangi keawetan dan ketahanan beton terhadap pengaruh luar
yang agresif , kekedapan beton berkurang, terjadinya keropos, dan terjadinya
keretakan akibat proses penyusutan.
2.3.7. Alat
1. Timbangan
Timbangan harus mempunyai ketentuan 0,3% dari berat yang ditimbang
atau 0,1% dari kapasitas maksimum timbangan.
2. Alat pengaduk
Alat pengaduk atau mesin pengaduk harus dapat berputar sesuai dengan
kecepatan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat mesin tersebut. Pengaduk
beton berupa drum dengan tenaga penggerak, wadah adukan yang dapat
berjungkit, atau wadah yang dapat berputar dengan baik/wadah dengan
pendayung yang berputar. Alat ini harus dapat mengaduk secara langsung sesuai
dengan banyaknya adukan dengan tingkat kelecakan/slump yang diperlukan.
3. Alat pengangkut
Alat angkut yang digunakan dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus mampu menyediakan beton dengan lancer tanpa mengakibatkan
terjadinya segregasi, hilangnya plastisitas atau perubahan sifat beton yang telah
direncanakan.
4. Wadah adukan
26
Palu atau pemukul untuk pemadatan beton harus terbuat dari bahan karet,
plastic atau bahan lain yang lunak dengan berat antara 0,34-0,8 kg.
9. Penggetar
a. Penggetar Internal
Penggetar internal dapat membentuk tongkat yang fleksibel dengan tujuan
ujung yang kaku berdiameter antara 19 mm sampai dengan 38 mm. Digerakkan
dengan tenaga motor listrik. Frekuensi getaran pada saat digunakan minimal 7000
getaran per menit dengan panjang elemen penggetar harus melampaui kedalaman
bagian yang digetar sedikitnya 76 mm.
b. Penggetar Eksternal
Alat penggetar eksternal dapat berbentuk meja getar atau alat papan getar
dengan frekuensi getar tidak kurang dari 3600 per menit dan dilengkapi dengan
alat penjepit untuk menahan cetakan.
2.3.8. Proporsi campuran
2.3.8.1. Ratio air semen
Rasio air semen harus dihitung berdasarkan perbandingan berat, dengan
rentang antara 0,20 sampai dengan 0,50
2.3.8.2. Kelecakan
27
Untuk mendapatkan beton yang stabil dan kuat, kandungan agregat kasar
disarankan sbesar mungkin, namun untuk memberikan kemudahan dan pemadatan
yang baik, maka perlu perlu dilakukan penetapan aspek secara optimum sehingga
semua persyaratan dapat dipenuhi.
2.3.8.3. Kandungan agregat kasar
Kandungan agregat kasar dalam campuran beton dapat dipilih dari ukuran
agregat berdasarkan tabel berikut:
Tabel 1 Perkiraan Kandungan Agregat Kasar dalam Beton
Ukuran Agregat Maksimum
(mm)
10
65
15
68
20
72
25
75
Catatan: Berdasarkan berat jenuh kering permukaan
2.3.8.4. Estimasi kadar air
Jumlah kebutuhan air dalam adukan dipengaruhi oleh target slump yang
akan dicapai. Untuk mengurangi penggunaan air dengan slump yang tetap
biasanya dilakukan dengan cara menggunakan bahan pembantu seperti
superplasticizer, sedangkan untuk beton normal, estimasi kebutuhan air
ditunjukan dalam tabel 2.
Tabel 2 Estimasi Kebutuhan Air dalam Campuran
Target Slump
(mm)
25-50
50-75
75-100
10
184
190
196
25
166
172
178
28
coba yang dikoreksi menghasilkan nilai kelecakan dan kekuatan yang diinginkan,
maka proporsi ini dapat digunakan acuan dalam produksi beton selanjutnya
dengan melakukan penyelesaian terhadap kondisi lapangan.
Untuk mempermudah proses produksi dan pengendalian mutu, maka
pelaksanaan pembuatan contoh uji harus dilakukan oleh personil yang memiliki
keahlian dalam bidangnya dengan menggunakan peralatan yang sesuai dengan
ketentuan.
2.3.9. Perancangan campuran beton mutu tinggi
Rumus untuk memperkirakan kuat tekan mortar dan beton mutu tinggi
secara empiris telahdibuat oleh Rene Feret. Rumusan beton mutu tinggi yang
dibuat menggunakan silica fume dan semen Portland adalah sebagai berikut (De
Larrard, 1990).
fc =
dan fc = Kg x Bc dengan
Bc =
dimana
fc = kuat tekan silinder beton pada umur 28 hari (dalam MPa).
Rc = kuat tekan mortar semen umur 28 hari (dalam MPa) berdasarkan material
lokal yang dibuat dengan campuran 1 Portland Cement: 3 pasir: 0,5 bagian
air dalam berat.
w/c = rasio air semen dalam berat
s/c = rasio kadar microsilika (silica fume) terhadap berat semen
Bc = Besar dasar kuat tekan beton
Kg = Konstanta dasarcampuran beton yang besarnya tergantung dari tipe agregrat
yang digunakan dan kondisi lokal lainnya. Untuk Jakarta nilai Kg ditetapkan
sebesar 4.64 ( Supartono, 1998).
Secara empiris rumusan Feret digunakan untuk membuat campuran beton
dengan kekuatan antara 90 100 MPa. Secara teori, komposisi campuran untuk
menghasilkan beton mutu tinggi menurut rumusan Feret tercantum 14.1, untuk
29
setiap bahan dalam kg/m. Akan tetapi,pada saat dilakukan pencampuran akan
terjadi penambahan kadar air akibat sumbangan dari material lainnya, sehingga
perlu dilakukan koreksi komposisi teoritis ini. Hasil empiris pelaksanaan di
lapangan disajikan pada Tabel 14.2, dengan pengujian slump yang dilakukan
memberikan nilai 200 mm dan kekuatan tekan pada umur 28 hari adalah 101 MPa
yang di uji dengan silinder beton diameter 160 mm dan tinggi 320 mm (De
Larrard, 1990).
Tabel 14.1 Komposisi Teoritis untuk Menghasilkan Beton Mutu Tinggi
Batu
Pasir
Semen
Silica
Superplast
pecah
Sungai
Portland
Fume
i cizer
428
42.3
8.5
(mm)
(mm)
20
12.5
5
5
855
412
326
326
Sumber: De Larrard, 1990, p.51.
Air
108
Pasir
Semen
Silica
Superplast
pecah
Sungai
Portland
Fume
i cizer
421
42.1
7.59
(mm)
(mm)
20
12.5
5
5
854
411
326
326
Sumber: De Larrard, 1990,p.51.
Air
112
Silica
Super-
Air
Portland
Fume
plasticizer
(liter)
(kg)
(kg)
(kg)
444
428
411
21.6
42.3
61.5
7.6
8.5
9.1
w/c
s/c
Kekuatan
Tekan
Rata-rata
103
97
93
0.25
0.25
0.25
0.02
0.1
0.15
(MPa)
95
102
106
30
31
menit untuk
32
33
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
34
DAFTAR RUJUKAN
Mulyono, Ir. Tri. 2003. Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi.
F.X Supartono, Beton Berkinerja Tinggi, Keunggulan dan Permasalahannya,
Jakarta: Seminar HAKI Tanggal 25 Agustus 1998.
M.S Besari, Refleksi Masa Lalu, Prosiding Seminar Sehari: 70 Tahun M. Sahari
Besari, Bandung: Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Institut Teknologi Bandung. 2003, h. 1-21.
Engineeringsipil.blogspot.com. 2008. Beton Mutu Tinggi, 6 August 2008 (Online),
diakses pada 25 Februari 2013.
Fakultas Teknik. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas
Negeri Malang.
35