Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan dibidang struktur dewasa ini mengalami kemajuan yang
sangat pesat, yang berlansung diberbagai bidang, misalnya gedung-gedung,
jembatan, tower, dan sebagainya. Beton merupakan salah satu pilihan sebagai
bahan struktur dalam konstruksi bangunan. Beton adalah kesatuan campuran yang
terdiri dari semen, pasir dan kerikil (pecahan batu) di tambah air kemudian
didiamkan dalam suatu cetakan sampai mengeras (DRS.Sutarto : 1998).
Beton diminati karena banyak memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan
dengan bahan lainnya, antara lain harganya yang relatif murah, mempunyai
kekuatan yang baik, bahan baku penyusun mudah didapat, tahan lama, tahan
terhadap api, tidak mengalami pembusukan. Inovasi teknologi beton selalu
dituntut guna menjawab tantangan akan kebutuhan, beton yang dihasilkan
diharapkan mempunyai kwalitas tinggi meliputi kekuatan dan daya tahan tanpa
mengabaikan nilai ekonomis. Dari sudut pandang ekonomis, meskipun pembuatan
beton yang memiliki kekuatan 12.000 hingga 15.000 psi kira-kira lebih tiga kali
lipat dibanding beton dengan kekuatan 3000 psi, kuat tekan beton mutu tinggi ini
bisa mencapai empat sampai 5 kali lipat lebih besar (Jack C.McCormac:2001).
Beton mutu tinggi (High Strength Concrete) merupakan sebuah tipe beton
performa tinggi yang secara umum memiliki kuat tekan 6000 psi (40 MPa) atau
lebih. Kadang-kadang beton tersebut disebut dengan nama lain yaiutu beton
kinerja tinggi karena memiliki sifat-sifat unggul lainnya disamping kekuatannya
yang tinggi (Jack C.McCormac:2001). Ukuran kuat tekannya diperoleh dari
silinder beton 150 mm 300 mm atau silinder 100 mm 200 mm pada umur 56
ataupun 90 hari, ataupun umur yang telah ditentukan tergantung pada aplikasi
yang diiningkan. Produksi high strength concrete membutuhkan penelitian dan
perhatian yang lebih jauh terhadap kontrol kualitasnya daripada beton
konvensional.
Sejarah singkat dari perkembangan high strength concrete dapat dijabarkan
berikut ini. Pada akhir tahun 1960-an, admixture untuk mengurangi air
(superplasticizer) yang terbuat dari garam-garam naphthalene sulfonate diproduksi

di

Jepang

dan

melamine

sulfonate

diproduksi

di

Jerman.

Meskipun

superplasticizer dapat digunakan pula untuk menjaga agar perbandingan air dan
semen (water and semen ratio) tetap konstan walaupun jumlah semen yang
digunakan sedikit, campuran ini pada umumnya digunakan untuk menghasilkan
beton yang mudah pengerjaannya, yang memiliki kekuatan jauh lebih tinggi,
walaupun menggunakan jumlah semen yang sama (Jack C.McCormac:2001).
Aplikasi pertama di Jepang yaitu digunakan untuk produk girder dan balok
pracetak dan cetak di tempat. Di Jerman, awalnya ditujukan untuk pengembangan
campuran beton bawah air yang memiliki kelecakan tinggi tanpa terjadi segregasi.
Sejalan dengan kemungkinan tercapainya mutu beton yang tinggi dan workability
yang tinggi secara simultan pada campuran beton dengan pemakaian
superplasticizer, maka pemakaian kedua bahan tersebut dianggap sangat cocok
digunakan pada produksi komponen-komponen struktur cetak di tempat untuk
bangunan-bangunan tinggi.
Beton didefinisikan sebagai high-strength semata-mata berdasarkan
karena kuat tekannya pada umur tertentu. Pada tahun 1970-an, sebelum
ditemukannya superplasticizer, campuran beton yang memperlihatkan kuat tekan
40 MPa atau lebih pada umur 28 hari disebut sebagai high strength concrete. Saat
ini, saat campuran beton dengan kuat tekan 60 MPa 120 MPa tersedia di
pasaran, pada ACI Committae 2002 tentang High Strength Concrete merevisi
definisinya menjadi memperoleh campuran dengan kuat tekan desain spesifikasi
55 MPa atau lebih.
Meskipun tujuan praktisnya adalah untuk menyatakan kuat tekan beton
berdasarkan hasil uji pada umur 28 hari, namun terdapat pergeseran untuk
menyatakan kekuatan pada umur 56 atau 90 hari dengan alasan bahwa banyak
elemen-elemen struktur yang tidak terbebani selama kurun waktu dua atau tiga
bulan atau lebih. Saat kekuatan yang tinggi tidaklah diperlukan pada umur-umur
awal, akan lebih baik untuk tidak menyatakannya hanya untuk mencapai sejumlah
keuntungan misalnya penghematan semen, kemampuan untuk menggunakan
bahan-bahan tambah (admixture) secara berlebihan dan produk yang lebih
durable. Hal terpenting dalam pembuatan beton mutu tinggi jika ingin
menggunakan pasta semen dengan mutu yang sangat tinggi, gunakan juga agregat
2

kasar dengan mutu yang sangat bagus. Selain faktor bahan, faktor penuangan,
pergetaran dan penyelesaian beton juga sangat berpengaruh terhadap mutu beton.
Di dalam makalah ini akan di jelaskan macam bahan yang akan digunakan untuk
membuat beton mutu tinggi dan prosedur pembuatannya.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah pengertian dan definisi dasar dari beton dan beton mutu tinggi?
Apakah komposisi bahan penyusun yang dibutuhkan di dalam beton
mutu tinggi?
Bagaimana tata cara pembuatan dan pelaksanaan beton mutu tinggi?
1.3. Tujuan
Mengetahui pengertian dan definisi dasar dari beton dan beton mutu
tinggi
Mengetahui komposisi bahan penyusun yang dibutuhkan di dalam beton
mutu tinggi
Mengetahui tata cara pembuatan dan pelaksanaan beton mutu tinggi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan definisi dasar
2.1.1. Beton
Beton adalah material komposit yang rumit. Beton dapat dibuat dengan
mudah bahkan oleh mereka yang tidak mempunyai pengetahuan sama sekali
tentang beton teknologi, tetapi pengertian yang salah dari kesederhanaan ini sering
menghasilkan persoalan pada produk, antara lain reputasi yang jelek dari beton
sebagai materi bangunan (Paul Nugraha, Antoni : 2007).

Beton adalah kesatuan campuran yang terdiri dari semen, pasir dan kerikil
(pecahan batu) di tambah air kemudian didiamkan dalam suatu cetakan sampai
mengeras (Drs. Sutarto : 1998).
2.1.2. Beton mutu tinggi
Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat,
ternyata kriteria beton berubah sesuai dengan perkembangan jaman dan kemajuan
tingkat mutu yang berhasil dicapai. Pada tahun 1950-an, beton dikategorikan
mempunyai mutu tinggi jika kekuatan tekannya 30 Mpa atau lebih dari 6000 psi.
Tahun 1960-1970 an kriterianya naik menjadi 40 MPa. Saat ini beton dikatakan
sebagai beton mutu tinggi jika kekuatan tekannya diatas 50 MPa dan diatas 80
MPa adalah beton mutu sangat tinggi. Dua dekade terakhir ini orang berbicara
mengenai beton mutu tinggi dengan kekuatan tekan silinder beton ( fc ) = 600
1000 kg/cm2. Beton dengan kekuatan tekan 80 MPa telah banyak digunakan untuk
bangunan tinggi seperti di Chicago, Seatle dan lainnya. Sebenarnya sudah sejak
lama beton mutu tinggi diproduksi untuk pekerjaan-pekerjaan khusus dibeberapa
negara maju. Tahun 1941, di Jepang sudah diproduksi beton dengan kekuatan 60
MPa untuk panel cangkang beton pracetak sebuah terowongan kereta api. Tahun
1952 di Eropa, beton berkekuatan tekan 60 MPa digunakan untuk struktur
jembatan berbentang panjang. Di USA pada tahun 1960-an beton sejenis
digunakan untuk keperluan militer. Tahun 1980-an beton mutu tinggi digunakan
untuk bangunan tingkat, terutama elemen struktur kolom. Sejak tahun 1989 an di
USA, beton dengan kuat tekan 100 - 140 MPa digunakan untuk jembatan bentang
panjang, bangunan industri, seperti silo yang tinggi dan berdiameter besar serta
bangunan beresiko tinggi seperti bangunan pembangkit nuklir.
Banyak parameter yang mempengaruhi kekuatan tekan beton, diantaranya
adalah kualitas bahan-bahan penyusunnya, rasio air-semen yang rendah dan
kepadatan yang tinggi pula. Beton segar yang dihasilkan dengan memperhatikan
parameter tersebut biasanya sangat kak, sehingga sulit dibentuk atau dikerjakan
terutama pada pengerjaan pemadatan. Dengan semakin banyaknya pabrikan yang
menghasilkan bahan admixture sebagai bahan pengencer dari beton yang berefek
mencairkan beton tanpa menambah campuran air dalam beton, maka hal ini tidak
menjadi masalah ( M.S. Besari : 2003 ).

2.2. Komposisi Bahan Penyusun


Beton tersusun dari bahan penyusun utama yaitu semen, agregat, dan air.
Jika diperlukan biasanya dipakai bahan tambahan (admixture). Semen merupakan
bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air.
Semen berfungsi sebagai perekat agregat dan juga sebagai bahan pengisi. Pada
umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1% - 2%, pasta semen (semen
air) sekitar 25% - 40%, dan agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60%
- 75%. Untuk mendapatkan hasil yang baik dari kekuatan, sifat, dan karakteristik
dari masing-masing penyusun tersebut perlu dipelajari.
2.2.1. Semen
Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah
berhubungan dengan air. Semen berfungsi sebagai perekat agregat dan juga
sebagai bahan pengisi. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Semen non-hidrolik. Semen non-hidrolik ini tidak dapat mengikat dan
mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh
utama adalah kapur.
2. Semen Hidrolik. Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk
mengikat dan mengeras didalam air. Contoh :
a. Kapur hidrolik, sebagian besar (65%-75%) bahan kapur hidrolik
terbuat dari batu gamping, yaitu kalsium karbonat berserta bahan
pengikutnya berupa silika, alumina, magnesia, dan oksida besi.
b. Semen pozollan, sejenis bahan yang mengandung silisium atau
aluminium, yang tidak mempunyai sifat penyemenan. Butirannya
halus dan dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang
serta membentuk senyawa-senyawa yang mempunyai sifat-sifat
semen.
c. Semen terak, semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu
campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur
tohor. Sekitar 60% beratnya berasal terak tanur tinggi. Campuran ini
biasanya tidak dibakar. Jenis semen terak ada dua yaitu: a. bahan yang
dapat digunakan sebagai kombinasi portland cement dalam pembuatan
beton dan sebagai kombinasi kapur dalam pembuatan adukan tembok,

b. bahan yang mengandung bahan pembantu berupa udara, yang


digunakan seperti halnya jenis pertama.
d. Semen alam, dihasilkan melalui pembakaran batu kapur yang
mengandung lempung pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan.
Hasil pembakaran kemudian digiling menjadi serbuk halus. Semen
alam dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. semen alam yang
digunakan bersama-sama dengan portland cement dalam suatu
konstruksi, b. semen alam yang telah dibubuhi bahan pembantu, yaitu
udara yang ungsinya sama dengan jenis pertama.
e. Semen portland, bahan konstruksi yang paling banyak digunakan
dalam pekerjaan beton. Semen portland adalah semen hirolik yang
dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat
hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium
sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan
bahan utamanya.
f. Semen portland pozollan, campuran semen portland dan bahan-bahan
yang bersifat pozollan seperti terak tanur tinggi dan hasil residu.
g. Semen putih, semen portland yang kadar oksida besinya rendah,
kurang dari 0,5%.
h. Semen alumnia, dihasilkan melalui pembakaran batu kapur dan
bauksit yang telah digiling halus pada temperatur 16000C. Hasil
pembakaran tersebut berbentuk klinker dan selanjutnya dihaluskan
hingga menyerupai bubuk. Jadilah semen alumnia yang berwarna abuabu.
Dan agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu
lama, cara penyimpanan semen perlu diperhatikan (PB, 1989:13) yaitu sebagai
berikut:
a. Semen harus terbebas dari bahan kotoran dari luar.
b. Semen dalam kantong harus disimpan dalam gudang tertutup,
terhindar dari basah dan lembab, dan tidak tercampur dengan bahan
lain.
c. Semen dari jenis berbeda harus dikelompokan sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan tertukarnya jenis semen yang satu dengan

yang lainnya. Urutan penyimpanan harus diatur sehingga semen yang


lebih dahulu masuk gudang terpakai lebih dahulu.
d. Semen curah harus disimpan didalam silo yang terbuat dari baja atau
beton dan harus terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan
lainnya. Apabila semen telah disimpan terlalu lama, perlu dibuktikan
dulu bahwa semen tersebut memenuhi syarat sebelum dipakai.
e. Untuk menghindari pecahnya kantong semen, tinggi maksimum
timbunan zak semen adalah 2 meter atau sekitar 10 zak. Jarak bebas
antara bidang dinding dan semen sekitar 50 cm, sedangkan jarak
bebas antara lantai dan semen sekitar 30 cm.
2.2.2. Agregat
Agregat dalam fungsinya hanya sebagai pengisi akan tetapi hal ini justru
penting karena agregat akan menentukan sifat motar suatu beton. Agregat
biasanya dibedakan menjadi dua agregat kasar contohnya kerikil dan agregat
halus contohnya pasir. Namun untuk Karakteristik, agregat dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu agregat yang berasal dari alam dan agregat buatan
(artificial aggregates). Untuk pengolahan agregat alam meliputi penggalian
(excavating), pengangkutan (hauling), pencucian, pemecahan (crushing), dan
penentuan ukuran. Hal itu bertujuan untuk menghasilkan agregat dengan mutu
tinggi dan dengan biaya rendah. Contoh agregat yang berasal dari alam adalah
pasir alami dan kerikil, sedangkan contoh agregat buatan adalah agregat yang
berasal dari stone crusher, hasil residu terak tanur tinggi (blast furnace slag),
pecahan genteng, pecahan beton, fly ash dari residu PLTU, extended shale,
expanded slag, dan lainnya.
Berikut ini terdapat bagan macam-macam jenis agregat:

1. Jenis agregat berdasarkan berat


Ada tiga jenis agregat berdasarkan beratnya, yaitu agregat normal, agregat
ringan, dan agregat berat.
2. Jenis agregat berdasarkan bentuk
Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya (ASTM D-3398), yaitu agregat
bulat, agregat bulat sebagian atau tidak teratur, agregat bersudut, agregat panjang,
agregat pipih, dan agregat panjang dan pipih.
3. Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaan
Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin.
Berdasarkan pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi sangat
halus (glassy), halus, granular, kasar, berkristal (crystalline), berpori, dan
berlubang lubang.
4. Jenis agregat berdasarkan ukuran butir nominal

Dari ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu


agregat kasar dan agregat halus (Ulasan PB, 1998:9).
a.

Agregat halus ialah agregat yang semua butirnya menembus ayakan


berlubang 4.8 mm (SII.0052, 1980) atau 4.75 mm (ASTM C33, 1982)

atau 5.0 mm ( BS.812, 1976).


b. Agregat kasar ialah agregat agregat yang semua butirnya tertinggal di
atas ayakan 4.8 mm (SII.0052, 1980) atau 4.75 mm (ASTM C33,
1982) atau 5.0 mm (BS.812, 1976)
5. Jenis agregat berdasarkan gradasi
Gradasi agregat ialah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini
bervariasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi
menerus (continuous grade), dan gradasi seragam (uniform grade).
2.2.3. Air
Air dalam membuat beton adalah untuk memicu proses kimiawi dari
semen, membasahi agregat dan memberikan pekerjaan yang mudah dalam
pekerjaan beton. Dalam hal pekerjaan beton senyawa yang terkandung dalam air
akan mempengaruhi kualitas beton untuk itu diperlukan standard yang baik untuk
kualitas air. Selain itu air dan semen akan terjadi reaksi kimia maka diperlukan
perbandingan/ faktor air semen yang baik yang akan menghasilkan kualitas beton
yang baik. Untuk syarat umum air, yaitu:
1. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan
organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau
tulangan.
2. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton
yang di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan.
3. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton,
kecuali ketentuan berikut terpenuhi:
Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada
campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang

sama.Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji


mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat
diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama
dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang
dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus
dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang
dibuat dan diuji sesuai dengan Metode uji kuat tekan untuk
mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan
ukuran sisi 50 mm) (ASTM C 109 ).
Sedangkan, Berikut ini adalah kriteria lain yang harus dipenuhi oleh air
yang akan digunakan sebagai campuran beton. Jika ketentuan-ketentuan di bawah
ini tidak terpenuhi, sebaiknya air tidak digunakan untuk membuat campuran
beton. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Garam-garam anorganik. Konsetrasi garam-garam tersebut hingga 500
ppm dalam campuran beton masih diijinkan.
2. NaCl dan Sulfat. Konsentrasi NaCl atau garam dapur sebesar 20000
ppm pada umumnya masih diijinkan.
3. Air Asam. Penggunaan air dengan pH diatas 3,00 harus dihindarkan.
4. Air Biasa. Konsetrasi basa lebih tinggi dari 0,5% berat semen akan
mempengaruhi kekuatan beton.
5. Air Gula. Apabila kadar gula dalam campuran dinaikkan hingga
mencapai 0,2% dari berat semen, maka waktu pengikatan biasanya akan
semakin cepat. Gula sebanyak 0,25% akan mempengaruhi kekuatan
beton.
6. Minyak. Minyak mineral atau minyak tanah dengan kosentrasi lebih
dari 2% berat semen dapat mengurangi kekuatan beton hingga 20%.
7. Rumput Laut. Rumput laut yang tercampur dalam air campuran beton
dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan beton secara signifikan.
8. Zat-zat organik, lanau dan bahan-bahan terapung. Kira-kira 2000 ppm
lempung yang terapung atau bahan-bahan halus yang berasal dari
batuan diijinkan dalam campuran.
9. Pencemaran limbah industri atau air limbah. Air yang tercemar limbah
sebelum dipakai harus dianalisis kandungan pengotornya dan diuji
untuk mengetahui pengikatannya dan kekuatan tekan betonnya.

10

2.2.4. Bahan tambahan


Bahan tambahan atau admixture adalah bahan-bahan yang ditambahkan
kedalam campuran beton pada saat atau selama pencampuran itu berlangsung
fungsi dari bahan tambahan ini adalah untuk memenuhi kecocokan beton untuk
pekerjaan tertentu dalam hal mengubah sifat-sifat, menghemat biaya, waktu yang
efisien dan lain-lain.
Menurut ACI Committee 212.IR-81 (Revised 1986) yang selalu di perbaiki
sejak 1944, 1954, 1963, 1971, jenis bahan tambahan untuk beton dikelompokan
dalam lima kelompok yaitu: accelerating, air-entraining, water reducer, and setcontroling, finely devided mineral dan miscellaneous.
2.2.4.1. Beberapa Alasan Pengunaan Bahan Tambah
Beberapa tujuan yang penting dari pengunaan bahan tambah ini menurut
manual of concrete practice dalam admixtures and concrete (ACI.212.1R-81,
Revised 1986) antara lain :
1. Memodifikasi beton segar, mortar dan grouting
a. Menambah sifat kemudahan pengerjaan tanpa menambah atau
mengurangi kandungan air dengan sifat pengerjaan yang sama.
b. Menghambat atau mempercepat waktu pengikatan awal dari campuran
c.
d.
e.
f.

beton.
Mengurangi atau mencegah perubahan volume beton.
Mengurangi segregasi.
Meningkatkan sifat penetrasi dan pemompaan beton segar.
Mengurangi kehilangan nilai slump.

2. Memodifikasi beton keras, mortar dan grouting


a. Mengurangi ekolusi panas selama pengerasan awal (beton muda).
b. Mempercepat laju pengembangan kekuatan beton pada umur muda.
c. Menambah kekuatan beton (kuat tekan, kuat lentur, atau kuat geser
dari beton).
d. Menambah sifat keawetan beton.
e. Mengurangi kapilaritas dari air dan mengurangi sifat permeabilitas.
f. Menghasilkan struktur beton yang baik dan menambah kekuatan
ikatan beton bertulang.
g. Mencegah korosi yang terjadi pada baja.
h. Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar.

11

2.2.4.2. Perhatian Penting dalam Pengunaan Bahan Tambah Menurut SNI


2002
1. Bahan tambahan yang digunakan pada beton harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari pengawas lapangan.
2. Untuk keseluruhan pekerjaan, bahan tambahan yang digunakan harus
mampu secara konsisten menghasilkan komposisi dan kinerja yang
sama dengan yang dihasilkan oleh produk yang digunakan dalam
menentukan proporsi campuran beton sesuai dengan pemilihan proposi
campuran.
3. Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak
boleh digunakan pada beton prategang, pada beton dengan aluminium
tertanam, atau pada beton yang dicor dengan menggunakan bekisting
baja galvanis.
4. Bahan tambahan pembentuk gelembung udara harus memenuhi SNI 032496-1991,Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk
beton.
5. Bahan tambahan pengurang air, penghambat reaksi hidrasi beton,
pemercepat reaksi hidrasi beton, gabungan pengurang air dan
penghambat reaksi hidrasi beton dan gabungan pengurang air dan
pemercepat reaksi hidrasi beton harus memenuhi Spesifikasi bahan
tambahan kimiawi untuk beton (ASTM C 494) atau Spesifikasi untuk
bahan tambahan kimiawi untuk menghasilkan beton dengan kelecakan
yang tinggi " (ASTM C 1017).
6. Abu terbang atau bahan pozzolan lainnya yang digunakan sebagai
bahan tambahan harus memenuhi Spesifikasi untuk abu terbang dan
pozzolan alami murni atau terkalsinasi untuk digunakan sebagai bahan
tambahan mineral pada beton semen portland (ASTM C 618).
7. Kerak tungku pijar yang diperhalus yang digunakan sebagai bahan
tambahan harus memenuhi Spesifikasi untuk kerak tungku pijar yang
diperhalus untuk digunakan pada beton dan mortar(ASTM C 989).
8. Bahan tambahan yang digunakan pada beton yang mengandung semen
ekpansif (ASTM C 845) harus cocok dengan semen yang digunakan
tersebut dan menghasilkan pengaruh yang tidak merugikan.

12

9. Silica fume yang digunakan sebagai bahan tambahan harus sesuai


dengan Spesifikasi untuk silica fume untuk digunakan pada beton dan
mortar semen-hidrolis (ASTM C 1240).
2.2.4.3. Jenis bahan tambah
Secara umum bahan tambah yang digunakan beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan
bahan tambah yang bersifat mineral (additive).
1. Bahan tambah kimia
Menurut standar ASTM. C.494 (1995: .254) dan Pedoman Beton 1989
SKBI.1.4.53.1989 (Ulasan Pedoman Beton 1989: 29), jenis bahan tambah
dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah.
a. Water-Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi
air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu.
Water-Reducing Admixtures digunakan antara lain untuk dengan tidak
mengurangi kadar air semen dan nilai slump untuk memproduksi
beton dengan nilai perbandingan atau rasio faktor air semen (wer)
yang rendah.
Bahan tambah pengurang air dapat berasal dari bahan organic ataupun
campuran anorganik untuk beton tanpa udara (non-air-entrained) atau
dengan udara dalam hal mengurangi kandungan air campuran. Selain
itu bahan tambah ini dapat digunakan untuk memodifikasi waktu
pengikatan beton atau mortar sebagai dampak perubahan faktor air
semen.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah ini
adalah air yang dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleeding, dan
kehilangan air pada saat beton segar, laju pengerasan, kekuatan tekan,
dan lentur, ketahanan terhadap perubahan volume, susut pada saat
pengeringan. Berdasarkan hal tersebut, menjadi hal penting untuk
melakukan pengujian sebelum pelaksanaan pencampuran terhadap
bahan tambah tersebut.
b. Tipe B Retarding Admixtures
Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
menghambat waktu pengikatan beton. Penggunanya untuk menunda
13

waktu pengikatan beton (setting time) misalnya karena kondisi cuaca


yang panas, atau memperpanjang waktu untuk pemadatan untuk
menghindari cold joints dan menghindari dampak penurunan saat
beton segar pada saat pengecoran dilaksanakan.
c. Tipe C Accelerating Admixtures
Accelearting Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton.
Bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan
(hidrasi), dan mempercepat pencapaian kekuatan beton.
Secara umum, kelompok bahan tambah ini dibagi menjadi tiga :
Larutan garam organik
Larutan campuran organik
Material miscellaneous
d. Tipe D Water Reducing and Retarding Amixtures
Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan tambah
yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan
menghambat pengikatan awal.
e. Tipe E Water Reducing and Accelerating Admixtures
Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan tambah
yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan
mempercepat pengikatan awal.
f. Tipe F Water Reducing, High Range Admixtures
Water Reducing, High Range Admixtures adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,sebanyak 12 %
atau lebih.
g. Tipe G Water Reducing, High Range Retarding Admixtures
Water Reducing, High Range Retarding Admixtures adalah bahan
tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,
sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan
beton.
2. Bahan tambah mineral (additive)

14

Bahan tambah mineral ini merupakan bahan tambah yang dimaksudkan


untuk memperbaiki kinerja beton. Bahan tambah mineral ini cenderung bersifat
penyemenan. Beberapa bahan tambah mineral ini adalah pozzolan, fly ash, slag,
dan silica fume. Beberapa keuntungan penggunaan bahan tambah mineral ini
antara lain (Cain, 1994: 500-508):
a. Memperbaiki kinerja workability
b. Mengurangi panas hidrasi
c. Mengurangi biaya pekerjaan beton
d. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat
e. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika
f. Mempertinggi usia beton
g. Mempertinggi kekuatan tekan beton
h. Mempertinggi keawetan beton
i. Mengurangi penyusutan
j. Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton.
3. Bahan tambah lainnya
a. Air entraining
Bahan tambah ini

membentuk

gelembung-gelembung

udara

berdiameter 1 mm atau lebih kecil didalam beton atau mortar selama


pencampuran, dengan maksud mempermudah pengerjaan beton pada
saat pengecoran dan menambahkan ketahanan awal beton.
b. Beton tanpa slump
Beton tanpa slump didefinisikan sebagai beton yang mempunyai
slump sebesar 1 inch (25,4 mm) atau kurang, sesaat setelah
pencampuran. Pemilihan bahan tambah ini tergantung pada sifat-sifat
beton yang diingikan terjadi, seperti sifat plastisnya, waktu pengikatan
dan pencapaian kekuatan, efek beku-cair, kekuatan dan harga dari
beton tersebut.
c. Polimer
Ini adalah produk bahan tambah yang baru yang dapat menghasilkan
kekuatan tekan beton yang tinggi sekitar 15.000 psi (1.000psi = 6,9
Mpa) atau lebih, dan kekuatan belah tariknya sekitar 1.500 Psi atau
lebih. Beton dengan kekuatan tinggi ini biasanya diproduksi dengan
menggunakan polimer dengan cara:
Memodifikasi sifat beton dengan mengurangi air dilapangan atau

15

Menjenuhkan dan memancarkannya pada temperature yang sangat


tinggi di laboratorium.
d. Bahan pembantu untuk mengeraskan permukaan beton (hardener
concrete)
Permukaan beton yang harus menanggung beban-beban yang berat
dan hidup serta selalu dalam keadaan berputar atau berpindah-pindah,
seperti lantai untuk bengkel-bengkel alat-alat berat (heavy equipment),
dan lainnya. Pembebanan ini akan menyebabkan pengausan pada
permukaan beton, yang seiring dengan bertambahnya waktu akan
menyebabkan rusaknya permukaan beton tersebut. Untuk menghindari
hal ini dapat digunakan dua jenis bahan untuk mengeraskan beton,
yaitu:
Agregat beton terbuat dari bahan kimia, dan
Agregat metalik, terdiri dari butiran-butiran yang halus.
e. Bahan pembantu kedap air (water proofing)
Jika beton terletak di dalam air atau berada di dekat permukaan air
tanah (misalnya beton yang digunakan pada pembuatan tunnel) maka
beton tersebut tidak boleh mengalami rembesan sehingga harus
diusahakan agar kedap air. Salah satu bahan yang dapat digunakan
adalah bahan yang mempunyai partikel-partikel halus dan gradasi
yang menerus dalam pencampuran beton. Bahan-bahan semacam itu
akan mengurangi permeabilitas air.
f. Bahan tambah pemberi warna
Beton yang diexpose permukaanya biasanya memerlukan keindahan
bahan yang digunakan untuk member warna pada permukaan beton
ini cat (coating), yang dilapiskan setelah pengerjaan beton selesai.
Cara lainnya adalah menambahkan bahan warna, misalnya oker masih
segar. Bahan-bahan ini biasanya dicampurkan dalam suatu adukan
yang mutunya terjamin baik. Cara ini merupakan cara yang terbaik.
Selain itu dapat pemberian warna dapat pula dilakukan dengan cara
menamburkan pasir silika atau agregat metalik selagi permukaan
beton dalam keadaan segar.

16

g. Bahan tambah untuk memperkuat ikatan beton lama dangan beton


baru (bonding agent for concrete)
Penuangan beton segar di atas permukaan beton lama sering
mengalami kesulitan dalam pengikatan (penyatuaanya). Untuk
mengatasinya, perlu ditambahkan suatu bahan tambah agar terjadi
ikatan yang menyatu antara permukaan yang lama dengan permukaan
yang baru jenis bahan tambah tersebut biasanya disebut bonding agent
yang merupakan larutan polimer.
2.2.4.4. Syarat mutu bahan tambahan
1. Beton yang pembuatannya menggunakan jenis jenis bahan tambah
harus memenuhi ASTM C.494, Standard Spesification for Chemical
Admixtures for Concrete.
2. Produsen bahan tambah harus menyatakan secara tertulis bahwa bahan
yang disediakan untuk suatu pekerjaan beton adalah sama dengan bahan
yang diujikan untuk memenuhi persyaratan mutu.
3. Produsen bahan tambah yang akan dipakai untuk beton pra tekan
harus menyatakan secara tertulis kadar klorida di dalam bahan tambah
tersebut

dan

kadar

klorida

yang

sudah

ditambahkan

selama

pembuatannya.
2.3. Tata cara pembuatan dan pelaksanaan beton mutu tinggi
2.3.1. Ruang lingkup
a. Tata cara ini mencakup langkah-langkah pembuatan beton kekuatan tinggi
yang dimaksudkan untuk memperoleh beton dengan kekuatan tekan
optimum dan memenuhi persyaratan untuk beton kekuatan tinggi.
b. Tata cara ini menetapkan metode pemilihan dan pemeriksaan bahan baku,
rancang campuran, cara pelaksanaan dan pemeriksaan hasil percobaan
campuran susunan beton kekuatan tinggi.
c. Pelaksanaan pembuatan beton mutu tinggi harus diawasi oleh tenaga ahli
dan hasil pengujian sebagai pengendali mutu harus disahkan oleh
laboratorium uji yang terakreditasi
2.3.2. Acuan normative
a. SNI 03-4810-1998, metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di
laboratorium
b. SNI 03-1972-1990, metode pengujian slump beton

17

c.
d.
e.
f.

SNI 03-2458-1991, metode pengujian contoh untuk campuran beton segar


SNI 03-2834-2000, tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
SNI 03-3976-1995, tata cara pengadukan dan pengecoran beton
Pd T-18-1999-03, tata cara perencanaan campuran beton berkekuatan

g.
h.
i.
j.
k.
l.

tinggi dengan semen Portland dan abu terbang


SNI 03-4433-1997, spesifikasi beton siap pakai
SNI 15-2049-1994, mutu dan cara uji semen Portland
SNI 03-1750-1990, mutu dan cara uji agregat beton
SNI S-04-1989-F, spesifikasi bahan bangunan bagian A
SNI 03-2495-1991, spesifikasi bahan tambahan untuk beton
SNI 03-2460-1991, spesifikasi abu terbang sebagai bahan tambahan untuk

campuran beton
m. SKSNI M-13-1993-03, metode pengujian kandungan udara pada beton
segar
2.3.3. Istilah dan definisi
a. Abu terbang adalah butiran halus sisa pembakaran batu bara pada suhu
tinggi yang sebagian besar unsurnya adalah silica dan alumina.
b. Agregat adalah material granuler seperti pasir, kerikil, batu pecah atau
terak yang digunakan bersama-samabahan pengikat untuk membentuk
suatu adukan atau beton.
c. Beton adalah campuran antara semen Portland, agregat halus, agregat
kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya membentuk
massa yang pada keras dan kuat.
d. Beton segar adalah campuran beton setelah selesai diaduk hingga beberapa
saat selama karakteristiknya belum berubah.
e. Beton kekuatan tinggi (beton mutu tinggi) adalah beton dengan kekuatan
tekan yang disyaratkan (fc) 40 sampai dengan 80 MPa, berdasarkan
benda uji standart berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
f. Bahan tambahan adalah bahan berupa serbuk atau cairan yang
ditambahkan ke dalam campuran beton untuk memperoleh sifat-sifat
khusus dari beton.
g. Benda uji beton adalah benda uji berbentuk silinder atau kubus yang
dihasilkan dari pencetakan contoh beton segar pada saat campuran coba
atau pada produksi beton.
h. Kelecakan adalah derajat kemudahan pengerjaan beton.
2.3.4. Persyaratan teknis
2.3.4.1. Semen
Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
18

1. Semen Portland yang digunakan harus memenuhi SNI 15-2049-1994


tentang mutu dan cara uji semen Portland.
2. Spesifikasi semen blended hidrolis (ASTM C 595 ), kecuali tipe S
dan SA yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur
beton.
3. "Spesifikasi semen hidrolis ekspansif" (ASTM C 845).
Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan
semen yang digunakan pada perancangan proporsi campuran.
2.3.4.2. Agregat
1. Agregat kasar yang digunakan adalah agregat normal dan harus
memenuhi SNI 03-1750-1990 tentang mutu dan cara uji agregat beton.
2. Ukuran nominal agregat kasar maksimal 20 mm atau 25 mm, jika
digunakan untuk membuat beton sampai dengan kekuatan 62 MPa dan
ukuran maksimum 10 mm atau 15 mm, jika digunakan untuk membuat
beton dengan kekuatan lebih dari 62 MPa
3. Agregat halus yang digunakan harus memenuhi SNI 03-1750-1990
tentang mutu dan cara uji agregat beton.
4. Beton berkekuatan tinggi harus mengguanakan agregat halus dengan
modulus kehalusan antara 2,5 sampai dengan 3,2 dan memenuhi
kelecakan yang disyaratkan.
5. Agregat gabungan, harus dilakukan perhitungan secara teliti untuk
memperoleh suatu gradasi yang baik dan kompak sesuai dengan
persyaratan.
2.3.4.3. Air
Air yang digunakan harus memenuhi SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi
bahan bangunan A (bahan bangunan bukan logam).
2.3.4.4. Bahan tambahan
1. Superplasticizer
Harus memenuhi SNI 03-2495-1991 tentang spesifikasi bahan tambahan
untuk beton, bila superplasticizer berbentuk cair, maka kadarnya dinyatakan
dalam satuan mL/kg semen, dan bila berbentuk serbuk (powder) kadarnya
dinyatakan dalam berat kering g/kg semen.

2. Abu terbang
19

Abu terbang harus memenuhi SNI 03-2460-1991, tentang spesifikasi abu


terbang sebagai bahan tambahan untuk campuran beton. Abu terbang yang
disarankan untuk digunakan dalam pembuatan beton mutu tinggi adalah
mempunyai nilai hilang pijar maksimum 3% mempunyai kehalusan butir yang
tinggi dan berasal dari suatu sumber dengan mutu seragam.
2.3.5. Faktor yang harus diperhatikan
Pada umumnya jika berhubungan dengan tuntutan mutu dan keawetan
yang tinggi diinginkan, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dan
diperhatikan dalam menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi meliputi
faktor air semen (FAS), kualitas agregat halus, kualitas agregat kasar, dan
penggunanaan bahan tambah baik admixture (kimia) maupun aditif (mineral).
2.3.5.1. Faktor Air Semen
Secara umum, semakin besar nilai FAS, semakin rendah mutu kekuatan
beton. Dengan demikian, untuk menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi
FAS dalam beton haruslah rendah. Sayangnya hal ini menyebabkan kesulitan
dalam pengerjaannya. Umumnya nilai FAS minimum untuk beton normal sekitar
0.4 dan nilai maksimumnya 0.65. Tujuan pengurangan FAS ini adalah untuk
mengurangi hingga seminimal mungkin porositas beton yang dibuat sehingga
akan dihasilkan beton mutu tinggi. Pada beton mutu tinggi atau sangat tinggi, FAS
dapat diartikan sebagai water to cementious ratio, yaitu rasio berat air terhadap
berat total semen dan aditif cementious yang umumnya ditambahkan pada
campuran beton mutu tinggi (Supartono, 1998).
2.3.5.2. Kualitas Agregat Halus (Pasir)
Bentuk agregat halus akan mempengaruhi kualitas mutu beton yang dibuat.
Agregat berbentuk bulat mempunyai rongga udara minimum 33% lebih kecil dari
rongga udara yang dipunyai oleh agregat berbentuk lainnya. Dengan semakin
berkurangnya rongga udara yang terbentuk, beton yang dihasilkan akan
mempunyai rongga udara yang lebih sedikit.
Tekstur permukaan agregat halus yang bertekstur halus akan lebih sedikit
membutuhkan air dibandingkan dengan agregat dengan permukaan kasar. Agregat
ini terbentuk akibat pengikisan oleh air atau akibat patahya batuan (rocks) berbutir
halus atau batuan yang berlapis-lapis. Dengan semakin sedikitnya air yang

20

dibituhkan kemungkinan menghasilkan beton yang bermutu tinggi lebih besar jika
menggunakan agregat kasar.
Modulus halus butir (finnes modulus) atau yang biasa disingkat MHB ialah
suatu indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir
agregat. MHB didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari butir agregat
yang tertinggal diatas satu set ayakan (38, 19, 9.6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, dan 0.15
mm), kemudian nilai tersebut dibagi 100 (Abrams, 1918). Semakin besar nilai
MHB suatu agregat, semakin besar butiran agregatnya. Umumnya agregat halus
mempunyai MHB sekitar 1.50 3.8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
MHB 2.5 < MHB < 3.0 umumnya menghasilkan beton mutu tinggi dengan FAS
yang rendah dan mempunyai kekuatan tekan dan kelecakan yang optimal
(Larrard, 1990).
Gradasi yang baik dan teratur (continous) dari agregat halus besar
kemungkinan akan menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan tinggi
dibandingkan dengan agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradasi yang
baik adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat halus tidak
boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45%
dan

tertahan

pada

ayakan

berikutnya.

Kebersihan

agregat

juga

akan

mempengaruhi dari mutu beton yang akan dibuat terutama dari zat-zat yang dapat
merusak baik pada saat beton muda maupun brton sudah mengeras.
2.3.5.3. Kualitas Agregat Kasar
Kekuatan agregat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir agregat
dapat bersifat kurang kuat karena dua hal. Pertama, karena terdiri dari bahan yang
lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik dalam hal pengikatan
(interlocking). Granite misalnya, terdiri dari bahan yang kuat dan keras yaitu
kristal quarts dan feldspar, tetapi bersifat kurang kuat dan modulus elastisitasnya
lebih rendah daripada gabbros dan diabeses karena butir-butir granite tidak terikat
dengan baik. Kedua, porositas yang besar yang akan menpengaruhi keuletan atau
ketahanan terhadap beban kejut. Dalam hal pemilihan agregat kasar, porositas
yang rendah merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menghasilkan
suatu adukan beton yang seragam, dalam artian mempunyai keteraturan dan
keseragaman yang baik pada mutu maupun parameter lain yang dibutuhkan. Akan
21

sangat baik jika akan digunakan untuk membentuk beton mutu tinggi daya seram
air sebesar tidak lebih dari satu persen. Karena hal ini akan sangat berhubungan
dengan pengendalian kandungan air pada campuran beton, yang dapat
mengakibatkan ketidakaturan atau deviasi yang sangat besar pada mutu yang akan
dihasilkan.
Kekerasan atau kekuatan dari butir-butir agregat bergantung pada
bahannya dan tidak dipengaruhi oleh lekatan antara butir satu dengan lainnya.
Agregat yang lebih kuat biasanya mempunyai modulus elastisitas (sifat dalam
pengujian beban uniaxial) yang lebih tinggi. Butir-butir yang lemah (lebih rendah
dari pasta semen) tidak dapat menghasilkan kekuatan beton yang dapat
diandalkan. Untuk yang sedang atau cukup mungkin dapat lebih menguntungkan,
karena dapat mengurangi konsentrasi tegangan yang terjadi, atau pembasahan dan
pengeringan, atau pemanasan dan pendinginan, dengan demikian membantu
mengurangi bahaya terhadap retakan dalam beton. Jadi, dalam membentuk suatu
beton yang akan mempunyai mutu yang tinggi kualitas kekuatan tekannya perlu
menjadi perhatian, dalam hal ini ditentukan dengan suatu pengujian kuat tekan
dan ketahanan akan abrasinya.
Bentuk fisik dari agregat kasar yang bersudut. Agregat ini mempunyai
sudut-sudut yang tampak jelas yang terbentuk di tempat-tempat perpotongan
bidang-bidang dengan permukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini berkisar
antara 38% - 40%, dengan demikian membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen
agar mudah di kerjakan untuk mengurangi rongga ini dikombinasikan dengan
butiran agregat halus yang berbentuk bulat. Beton yang dihasilkan dengan
menggunakan agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan
atau untuk beton mutu tinggi karena ikatan antar agregat baik dan kuat.
Ukuran butir maksimum agregat juga akan mempengaruhi mutu beton
yang akan dibuat. Hasil penelitian Larrard (1990) menyebutkan bahwa butiran
maksimum yang memberikan arti nyata untuk membuat beton mutu tinggi tidak
boelh lebih dari 15 mm. Namun demikian pemakaian butiran agregat sampai
dengan 25 mm masih memungkinkan diperolehnya beton mutu tinggi dalam
prosrs produksinya.

22

Gradasi yang baik dan teratur (continous) dari agregat kasar besar
kemungkinan akan menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan tinggi
dibandingkan dengan agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradasi yang
baik adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat halus tidak
boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45%
dan tertahan pada ayakan berikutnya. Kebersihan agregat juga akan sangat
mempengaruhi dari mutu beton yang akan dibuat terutama dari zat-zat yang dapat
merusak baik pada saat beton muda maupun beton sudah mengeras.
2.3.5.4. Bahan Tambahan
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan
bahan tambah yang bersifat mineral (additive). Bahan tambah admixture
ditambahkan saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan pengecoran (placing).,
sedangkan bahan tambah additive ditambahkan saat pengadukan dilaksanankan.
Bahan tambah additive merupakan bahan tambah yang lebih banyak bersifat
penyemenan, jadi bahan tambah additive lebih banyak digunakan untuk perbaikan
kinerja kekuatannya.
Bahan tambah kimia yang banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja
beton mutu tinggi umumnya yang bersifat memperbaiki kelecakan. Bahan tambah
ini dikelompokkan kedalam High Range Water Reducing Admixtures. Water
reducing adminixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. WaterReducing Admixture digunakan antara lain untuk dengan tidak mengurangi kadar
semen dan nilai slump untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau
faktor air semen (WCR) yang rendah. Dengan tidak merubah kadar semen yang
digunakan dengan faktor air semen yang tetap maka nilai slump yang dihasilkan
dapat lebih tinggi. Pada kasus pertama, pengurangan faktor air semen secara tidak
langsung akan meningkatkan kekuatan tekannya karena dalam banyak kasus
dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan kekuatan tekan beton.
Pada kasus kedua, tingginya nilai slump yang didapatkan akan memudahkan
penuangan adukan (placing) atau dengan hal ini waktu penuangan adukan dapat

23

diperlambat. Kasus ketiga dimaksudkan untuk mengurangi biaya karena


penggunaan semen yang lebih kecil (Mather, Bryant., 1994:494-495).
Penggurangan kadar air dalam pembuatan beton mutu tinggi menjadi
perhatian penting. Dengan bahan tambah yang dapat mengurangi kadar air sangat
tinggi seperti superplasticizer diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan lebih
tinggi dengan air yang sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan juga lebih
tinggi. Penggunaannya disesuaikan dengan standar ASTM C.494 Tipe F.
Penggunaan bahan tambah mineral (additive) untuk membentuk beton
mutu tinggi pada saat ini sudah merupakan bagian yang mutlak. Bahan tambah
pada umumnya digunakan dan popular adalah abu terbang yang merupakan hasil
residu pembangkit listrik tenaga uap yang menggunakan batu bara jenis antrasit
atau bitumen. Karena sifatnya yang mengandung pozzolan maka bahan ini sangat
baik jika digunakan membentuk beton mutu tinggi. Pozzolan adalah bahan yang
mempunyai kandungan utama silica dan alumina dan didapat dari sumber alam
maupun buatan. Seperti dijelaskan diatas, bagian interface merupakan bagian yang
terlemah dari beton. Penambahan abu terbang yang mengandung CSH maka akan
memberikan beberapa keuntungan yaitu:
1. Mengurangi keberadaan unsur kalsium-hidroksida di dalam beton,
yang merupakan bagian yang lemah beton, serta menggantikannya
setelah bereaksi dengan SiO2 menjadi kalsium-silikat-hidrat (CSH gel)
yang selanjutnya akan memberikan peningkatan kekuatan beton.
2. Pozzolan yang berbutir halus akan mengisi pori-pori sehingga
porositasnya menjadi rendah.
3. Pengurangan kalsium-hidroksida

oleh

SiO2

akan

mengurangi

sensitivitas terhadap ketahanan sulfat, yang juga didukung oleh


meningkatnya kerapatan beton yang pada akhirnya akan meningkatkan
kekedapan terhadap air.
Pozzofume atau super fly ash dapat juga digunakan sebagai bahan tambah
alternatif selain abu terbang. Secara garis besar, pozzofume sama dengan abu
terbang akan tetapi ada beberapa perbedaan yang meliputi ukuran partikel dengan
besarnya prosentase kandungan silika dan alumina, dimana umumnya pozzofume
memiliki partikel yang lebih kecil dari abu terbang biasa dan kandungan silikanya
yang lebih dari 70%.

24

Mikrosilika atau silica fume merupakan produk sampingan industry silicon


(silicon metal). Kandungan silikanya lebih dari 90%, dengan butiran yang sangat
halus (sekitar 1/100 ukuran butir partikel semen).
2.3.5.5. Kontrol Kualitas
Selain hal di atas, untuk dapat menghasilkan beton yang bermutu tinggi
faktor kontrol terhadap kualitas proses penakaran sampai perawatan mutlak
menjadi perhatian penting. Pengawasan dan pengendalian yang tepat dari
keseluruhan prosedur dan mutu pelaksanaan yang didukung oleh koordinasi
operasional yang optimal akan lebih meningkatkan kualitas mutu beton yang
dihasilkan.
2.3.6. Kendala dan permasalahan yang sering dihadapi
Pelaksanaan untuk membentuk beton yang mutu tinggi di Indonesia saat
ini masih menunjukkan banyak kendala dan permasalahan, terutama yang
berhubungan dengan kekuatan tekannya. Berdasarkan pengamatan di lapangan,
permasalahan tersebut pada umumnya dapat dikelompokkan dalam beberapa
aspek yaitu (Supartono, 1998):
1. Kegagalan mutu beton mencapai target kuat tekan sebagaimana yang
disyaratkan, terutama untuk beton cor ditempat dengan kuat tekan
lebih dari 60 MPa.
2. Keseragaman untuk suatu elemen yang dihasilkan masih sangat kecil.
3. Kehilangan nilai slump antara saat pengadukan sampai penuangan
beton.
Beton dengan kuat tekan lebih besar dari 60 MPa, bahkan 100 MPa sudah
dapat dihasilkan dilaboratorium. Akan tetapi, saat diimplementasikan di lapangan
dan nilai efisiensi dianggap 0.85, kekuatan tekan yang dihasilkan belum mencapai
85% dari kekuatan tekan yang dihasilkan dilaboratorium. Permasalahan terutama
terletak pada permasalahan pengendalian mutu proses produksi beton, yang
semestinya dilaksanakan secara menyeluruh dan sangat ketat, mulai dari saat
pengendalian dan control pengadaan dan pengujian material sampai saat
penuangan dan pekerjaan akhir.
Keseragaman mutu beton yang dihasilkan amat penting dicapai dalam
pembuatan beton mutu tinggi. Dalam hal ini, ACI Committee Report 363R-92,
memberikan batas kontrol kualitas keseragaman beton dalam devisi standart
25

sebesar 3.5-5 MPa. Hasil pengujian beton mutu tinggi yang diproduksi untuk
proyek-proyek di Jakarta menunjukkan bahwa syarat keseragaman ini masih sulit
di capai. Standar deviasi yang dihasilkan masih additive dan admixture dalam
memproduksi beton mutu tinggi juga mempengaruhi keseragaman beton yang
dihasilkan (Supartono, 1998).
Kehilangan nilai slump dalam produksi beton akan menyebabkan masalah
dalam beton segar yaitu: kelekaan beton akan menurun, pengecoran beton yang
tidak sempurna, pemadatan yang tidak optimal, kemungkinan akan terjadi
sugregasi, kesulitan pemompaan untuk produksi yang besar dan bertingkat tinggi.
Sedangkan permasalahan pada beton yang sudah mengeras adalah kuat tekan yang
disyaratkan tidak tercapai, mutu pengerjaan akan turun, kepadatan akan
berkurang, mengurangi keawetan dan ketahanan beton terhadap pengaruh luar
yang agresif , kekedapan beton berkurang, terjadinya keropos, dan terjadinya
keretakan akibat proses penyusutan.
2.3.7. Alat
1. Timbangan
Timbangan harus mempunyai ketentuan 0,3% dari berat yang ditimbang
atau 0,1% dari kapasitas maksimum timbangan.
2. Alat pengaduk
Alat pengaduk atau mesin pengaduk harus dapat berputar sesuai dengan
kecepatan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat mesin tersebut. Pengaduk
beton berupa drum dengan tenaga penggerak, wadah adukan yang dapat
berjungkit, atau wadah yang dapat berputar dengan baik/wadah dengan
pendayung yang berputar. Alat ini harus dapat mengaduk secara langsung sesuai
dengan banyaknya adukan dengan tingkat kelecakan/slump yang diperlukan.
3. Alat pengangkut
Alat angkut yang digunakan dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus mampu menyediakan beton dengan lancer tanpa mengakibatkan
terjadinya segregasi, hilangnya plastisitas atau perubahan sifat beton yang telah
direncanakan.
4. Wadah adukan

26

Bila adukan harus ditempatkan di sebuah wadah terlebih dahulu sebelum


dicorkan, maka wadah tersebut harus terbuat dari plat yang datar dari bahan yang
sejenis metal, kedap air dan licin sehingga mudah dalam pengadukan dengan
menggunakan sendok aduk atau sekop.
5. Alat uji slump
Alat uji slump harus sesuai dengan SNI 03-1972-1990 tentang metode
pengujian slump beton.
6. Alat uji kadar udara
Alat uji kadar udara harus sesuai dengan SK SNI M-13-1993-03 tentang
metode pengujian kandungan udara pada beton segar.
7. Batang penusuk
Batang penusuk terdiri dari 2 jenis:
a. Batang penusuk besar dengan diameter 16 mm dan panjang 610 mm.
b. Batang penusuk kecil dengan diameter 10 mm dan panjang 305 mm.
8. Palu atau pemukul

Palu atau pemukul untuk pemadatan beton harus terbuat dari bahan karet,
plastic atau bahan lain yang lunak dengan berat antara 0,34-0,8 kg.
9. Penggetar
a. Penggetar Internal
Penggetar internal dapat membentuk tongkat yang fleksibel dengan tujuan
ujung yang kaku berdiameter antara 19 mm sampai dengan 38 mm. Digerakkan
dengan tenaga motor listrik. Frekuensi getaran pada saat digunakan minimal 7000
getaran per menit dengan panjang elemen penggetar harus melampaui kedalaman
bagian yang digetar sedikitnya 76 mm.
b. Penggetar Eksternal
Alat penggetar eksternal dapat berbentuk meja getar atau alat papan getar
dengan frekuensi getar tidak kurang dari 3600 per menit dan dilengkapi dengan
alat penjepit untuk menahan cetakan.
2.3.8. Proporsi campuran
2.3.8.1. Ratio air semen
Rasio air semen harus dihitung berdasarkan perbandingan berat, dengan
rentang antara 0,20 sampai dengan 0,50
2.3.8.2. Kelecakan
27

Untuk mendapatkan beton yang stabil dan kuat, kandungan agregat kasar
disarankan sbesar mungkin, namun untuk memberikan kemudahan dan pemadatan
yang baik, maka perlu perlu dilakukan penetapan aspek secara optimum sehingga
semua persyaratan dapat dipenuhi.
2.3.8.3. Kandungan agregat kasar
Kandungan agregat kasar dalam campuran beton dapat dipilih dari ukuran
agregat berdasarkan tabel berikut:
Tabel 1 Perkiraan Kandungan Agregat Kasar dalam Beton
Ukuran Agregat Maksimum

Kandungan Agregat kasar (%) Volume

(mm)
10
65
15
68
20
72
25
75
Catatan: Berdasarkan berat jenuh kering permukaan
2.3.8.4. Estimasi kadar air
Jumlah kebutuhan air dalam adukan dipengaruhi oleh target slump yang
akan dicapai. Untuk mengurangi penggunaan air dengan slump yang tetap
biasanya dilakukan dengan cara menggunakan bahan pembantu seperti
superplasticizer, sedangkan untuk beton normal, estimasi kebutuhan air
ditunjukan dalam tabel 2.
Tabel 2 Estimasi Kebutuhan Air dalam Campuran
Target Slump
(mm)
25-50
50-75
75-100

10
184
190
196

Kebutuhan Air (Liter/m3)


Ukuran Agregat Kasar Maksimum (mm)
15
20
175
169
184
175
190
181

25
166
172
178

2.3.8.5. Penentuan Proporsi Campuran Optimum


Proporsi Campuran optimum ditentukan berdasarkan rancangan campuran
awal dan hasil dari campuran coba di laboratorium dengan menggunakan bahan
yang sesuai dengan bahan yang digunakan di dalam lapangan. Setelah campuran

28

coba yang dikoreksi menghasilkan nilai kelecakan dan kekuatan yang diinginkan,
maka proporsi ini dapat digunakan acuan dalam produksi beton selanjutnya
dengan melakukan penyelesaian terhadap kondisi lapangan.
Untuk mempermudah proses produksi dan pengendalian mutu, maka
pelaksanaan pembuatan contoh uji harus dilakukan oleh personil yang memiliki
keahlian dalam bidangnya dengan menggunakan peralatan yang sesuai dengan
ketentuan.
2.3.9. Perancangan campuran beton mutu tinggi
Rumus untuk memperkirakan kuat tekan mortar dan beton mutu tinggi
secara empiris telahdibuat oleh Rene Feret. Rumusan beton mutu tinggi yang
dibuat menggunakan silica fume dan semen Portland adalah sebagai berikut (De
Larrard, 1990).

fc =
dan fc = Kg x Bc dengan

Bc =
dimana
fc = kuat tekan silinder beton pada umur 28 hari (dalam MPa).
Rc = kuat tekan mortar semen umur 28 hari (dalam MPa) berdasarkan material
lokal yang dibuat dengan campuran 1 Portland Cement: 3 pasir: 0,5 bagian
air dalam berat.
w/c = rasio air semen dalam berat
s/c = rasio kadar microsilika (silica fume) terhadap berat semen
Bc = Besar dasar kuat tekan beton
Kg = Konstanta dasarcampuran beton yang besarnya tergantung dari tipe agregrat
yang digunakan dan kondisi lokal lainnya. Untuk Jakarta nilai Kg ditetapkan
sebesar 4.64 ( Supartono, 1998).
Secara empiris rumusan Feret digunakan untuk membuat campuran beton
dengan kekuatan antara 90 100 MPa. Secara teori, komposisi campuran untuk
menghasilkan beton mutu tinggi menurut rumusan Feret tercantum 14.1, untuk

29

setiap bahan dalam kg/m. Akan tetapi,pada saat dilakukan pencampuran akan
terjadi penambahan kadar air akibat sumbangan dari material lainnya, sehingga
perlu dilakukan koreksi komposisi teoritis ini. Hasil empiris pelaksanaan di
lapangan disajikan pada Tabel 14.2, dengan pengujian slump yang dilakukan
memberikan nilai 200 mm dan kekuatan tekan pada umur 28 hari adalah 101 MPa
yang di uji dengan silinder beton diameter 160 mm dan tinggi 320 mm (De
Larrard, 1990).
Tabel 14.1 Komposisi Teoritis untuk Menghasilkan Beton Mutu Tinggi
Batu

Pasir

Semen

Silica

Superplast

pecah

Sungai

Portland

Fume

i cizer

428

42.3

8.5

(mm)
(mm)
20
12.5
5
5
855
412
326
326
Sumber: De Larrard, 1990, p.51.

Air

108

Tabel 14.2 Komposisi Aktual untuk Menghasilkan Beton Mutu Tinggi


Batu

Pasir

Semen

Silica

Superplast

pecah

Sungai

Portland

Fume

i cizer

421

42.1

7.59

(mm)
(mm)
20
12.5
5
5
854
411
326
326
Sumber: De Larrard, 1990,p.51.

Air

112

Berdasarkan rumusan Feret (De Larrart, 1990), komposisi campuran dan


kekuatan tekan beton mutu tinggi pada umur 28 dengan kekuatan tekan mortar
sebesar 55 MPa, dan konstanta, Kg = 4,91, disajikan dalam Tabel 14.3.
Tabel 14.3 Perkiraan Komposisi Campuran Beton Mutu Tinggi dengan
Total Volume 257.6 Liter
Semen

Silica

Super-

Air

Portland

Fume

plasticizer

(liter)

(kg)

(kg)

(kg)

444
428
411

21.6
42.3
61.5

7.6
8.5
9.1

w/c

s/c

Kekuatan
Tekan
Rata-rata

103
97
93

0.25
0.25
0.25

0.02
0.1
0.15

(MPa)
95
102
106
30

2.3.10. Metode Pelaksanaan


Pencampuran bahan bahan penyusun beton dilakukan agar diperoleh
suatu komposisi yang solid dari bahan bahan penyusun berdasarkan rancangan
campuran beton. Agar tetap terjaga konsistensi rancangannya, tahapan lebih lanjut
dalam pengolahan beton perlu diperhatikan. Tahapan pelaksanaan dilapangan
meliputi persiapan, penakaran, pengadukan (mixing), penuangan atau pengecoran
(placing), pemadatan (vibrating), penyelesaian akhir (finishing), dan perawatan
(curing).
2.3.10.1. Persiapan
Sebelum pembuatan beton kekuatan tinggi dimulai, harus dilakukan
pengerjaan persiapan yang mencakup:
1. Seluruh bahan harus ditempatkan diruangan yang terlindung.
2. Kualitas bahan harus diuji sebelum digunakan, untuk memastikan bahwa
bahan-bahan tersebut memiliki syarat.
3. Penentuan proporsi campuran optimal berdasarkan rancangan campuran
awal dan hasil koreksi setelah campuran coba dilakukan.
4. Seluruh peralatan yang digunakan harus dalam kondisi baik dan bersih.
5. Seluruh bidang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran.
6. Bidang acuan harus diberi bahan pelumas seperti minyak mineral, bahan
kimia, bahan khusus, lapisan plastik atau bahan lain yang disetujui.
7. Besi tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala penutup
yang dapat merusak beton atau mengurangi kelekatan antara beton dan
tulangan.
8. Air yang ada diruang yang akan diisi beton harus segera dibuang, agar
tidak merubah kadar air adukan, kecuali bila pengecoran dilakukan dengan
tremie dan diizinkan tenaga ahli.
2.3.10.2. Penakaran bahan
Penakaran bahan lebih baik dilakukan berdasarkan berat, bila dilakukan
dengan volume, teknik penakaran volume harus dilakukan dengan cara proporsi
campuran dalam berat yang dikonversikan dalam berat satuan volume dari
masing-masing bahan.
2.3.10.3. Pengadukan

31

Semua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan beton harus


dilengkapi dengan sertifikasi mutu dari produsen. Jika tidak terdapat sertifikasi
mutu, harus tersedia data uji dari laboratorium yang diakui. Jika tidak dilengkapi
dengan sertifikasi mutu atau data uji hasil, harus berdasarkan bukti dari hasil
pengujian khusus atau pemakaian nyata yang dapat menghasilkan beton yang
kekuatan, ketahanan, dan keawetannya memenuhi syarat.
Peralatan yang digunakan untuk mengaduk harus memenuhi syarat
standar. Alat harus dalam keadaan bersih dan baik, putarannya sesuai dengan
rekomendasi, peralatan angkut dan pengecoran dalam kondisi baik dan lancar.
Pengadukan beton harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Beton harus diaduk secara merata sehingga tercampur secara homogen dan
semua hasil adukannya harus dikeluarkan sebelum mesin pengaduk diisi
kembali.
2. Lama pengadukan harus dilakukan tidak kurang dari 1

menit untuk

volume adukan dampai dengan 1 m3, dan harus ditambahkan waktu


menit untuk setiap penambahan 1 m3.
3. Bila akan digunakan superplasticizer,

superplasticizer tersebut haru

dicampurkan terlebih dahulu air pencampur hingga homogen dan


selanjutnya dimasukkan kedalam adukan beton.
4. Sisa air pencampur dimasukan sedikit demi sedikit sambil diaduk terus.
5. Pengadukan harus dilanjutkan minimal 1

menit setelah semua bahan

dimasukkan dalam mesin pengaduk, atau sesuai dengan spesifikasi mesin


pengaduk.
6. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan harus diawasi terus
menerus dengan cara memesiksa slump pada adukan beton yang baru.
7. Nilai slump beton harus disesuaikan dengan rencana dan jarak
pengangkutan.
8. Perekaman data pengadukan beton harus dilakukan dengan rinci sekurangkurangnya terhadap:
a. Waktu dan tanggal pengadukan

32

b. Proporsi bahan yang digunakan


c. Jumlah batch yang dihasilkan
d. Lokasi pengecoran dan lain-lain
2.3.10.4. Pengangkutan
Pengangkutan adukan beton harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga ketempat pengecoran
harus dilakukan sedemikian untuk mencegah terjadinya segregasi atau
pemisahan bahan.
2. Pengangkutan harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengakibatkan
perubahan sifat beton yang telah direncanakan seperti slump, faktor air
semen dan keseragaman adukan.
3. Alat angkut yang digunakan harus mampu menyediakan beton ditempat
penyinpanan akhir dengan lancar tanpa mengakibatkan pemisahan dari
bahan yang telah dicampur dan tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan
hilangnya plastisitas beton antara pengangkutan yang berurutan. Alat
angkut bisa berupa ember, dolak, gerobak mdorong, talang, truck mixer,
belt conveyor, pompa, dan tower crane.
4. Pengangkutan dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 30 menit. Bila
menggunakan truck mixer (agitator), waktu pengangkutan tidak boleh
lebih dari 1

jam. Apabila diperlukan waktu yang lama, maka

digunakan bahan penghambat pengikatan dengan seizin pengawas yang


ahli.
2.3.10.5. Pengecoran dan pemadatan
Pengecoran dan pemadatan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Beton yang akan dicorkan harus berada pada posisi sedekat mungkin
dengan acuan dengan tinggi jatuh maksimum 100 cm, untuk mencegah
terjadinya segresasi dan mempermudah pengisian acuan.
2. Tingkat kecepatan pengecoran beton harus selalu diatur agar beton dalam
keadaan plastis dan dapat mengisi dengan mudah pada sela-sela tulangan.

33

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

34

DAFTAR RUJUKAN
Mulyono, Ir. Tri. 2003. Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi.
F.X Supartono, Beton Berkinerja Tinggi, Keunggulan dan Permasalahannya,
Jakarta: Seminar HAKI Tanggal 25 Agustus 1998.
M.S Besari, Refleksi Masa Lalu, Prosiding Seminar Sehari: 70 Tahun M. Sahari
Besari, Bandung: Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Institut Teknologi Bandung. 2003, h. 1-21.
Engineeringsipil.blogspot.com. 2008. Beton Mutu Tinggi, 6 August 2008 (Online),
diakses pada 25 Februari 2013.
Fakultas Teknik. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas
Negeri Malang.

35

Anda mungkin juga menyukai