Anda di halaman 1dari 9

urvailence epidemiologi

SURVEILANCE EPIDEMIOLOGI
PENGERTIAN SURVEILANS DAN EPIDEMIOLOGI
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus
menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan

Surveilans epidemiologi Merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah


kesehatan serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit
atau perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti kondisi tanpa gejala
tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya orang terpapar HIV, terpapar logam
berat, radiasi dsb. Sementara masalah kesehatan adalah masalah yang berhubungan dengan
program kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor
determinan adalah kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah
kesehatan.
Surveilans epidemiologi Merupakan kegiatannya yang dilakukan secara sistematis dan terus
menerus. Sistematis melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi
epidemiologi sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus menerus menunjukkan
bahwa kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan setiap saat sehingga program atau unit
yang mendapat dukungan surveilans epidemiologi mendapat informasi epidemiologi secara
terus menerus juga.
KEGUNAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya pemberantasan
penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya
kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, maupun
terhadap upaya kesehatan lainnya.
Untuk mengukur kinerja upaya pelayanan pengobatan juga membutuhkan dukungan
surveilans epidemiologi.
Pada umumnya surveilans epidemiologi menghasilkan informasi epidemiologi yang akan
dimanfaatkan dalam :
1. Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi program
pemberantasan penyakit serta program peningkatan derajat kesehatan masyarakat, baik pada
upaya pemberantasan penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan,
perilaku kesehatan dan program kesehatan lainnya.
2. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit dan keracunan serta
bencana.

3. Merencanakan studi epidemiologi, penelitian dan pengembangan program Surveilans


epidemiologi juga dimanfaatkan di rumah sakit, misalnya surveilans epidemiologi infeksi
nosokomial, perencanaan di rumah sakit dsb.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan surveilans epidemiologi dapat diarahkan
pada tujuan-tujuan yang lebih khusus, antara lain :
a. Untuk menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko terbesar
untuk terserang penyakit, baik berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lainlain
b. Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan karakteristiknya
c. Untuk menentukan reservoir dari infeksi
d. Untuk memastikan keadaankeadaan yang menyebabkan bisa berlangsungnya transmisi
penyakit.
e. Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan
f. Memastikan sifat dasar dari wabah tersebut, sumber dan cara penularannya, distribusinya,
dsb.
LANGKAH-LANGKAH
PENGEMBANGAN
BERBASIS MASYARAKAT

SURVEILANS

EPIDEMIOLOGI

Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besarnya langkahlangkah pokok yang perlu ditempuh adalah dengan melakukan persiapan internal dan
persiapan eksternal. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
Persiapan
1. Persiapan Internal
Hal-hal yang perlu disiapkan meliputi seluruh sumber daya termasuk petugas kesehatan,
pedoman/petunjuk teknis, sarana dan prasarana pendukung dan biaya pelaksanaan.
a. Petugas Surveilans
Untuk kelancaran kegiatan surveilans di desa siaga sangat dibutuhkan tenaga kesehatan yang
mengerti dan memahami kegiatan surveilans. Petugas seyogyanya disiapkan dari tingkat
Kabupaten/Kota, tingkat Puskesmas sampai di tingkat Desa/Kelurahan. Untuk menyamakan
persepsi dan tingkat pemahaman tentang surveilans sangat diperlukan pelatihan surveilans
bagi petugas.
Untuk keperluan respon cepat terhadap kemungkinan ancaman adanya KLB, di setiap unit
pelaksana (Puskesmas, Kabupaten dan Propinsi) perlu dibentuk Tim Gerak Cepat (TGC)
KLB. Tim ini bertanggung jawab merespon secara cepat dan tepat terhadap adanya ancaman
KLB yang dilaporkan oleh masyarakat.
b. Pedoman/Petunjuk Teknis
Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan sangat perlu dibekali buku-buku pedoman
atau petunjuk teknis surveilans.

c. Sarana & Prasarana


Dukungan sarana & prasarana sangat diperlukan untuk kegiatan surveilans seperti :
kendaraan bermotor, alat pelindung diri (APD), surveilans KIT, dll.
d. Biaya
Sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan surveilans. Biaya diperlukan untuk bantuan
transport petugas ke lapangan, pengadaan alat tulis untuk keperluan pengolahan dan analisa
data, serta jika dianggap perlu untuk insentif bagi kader surveilans.
2. Persiapan Eksternal
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat, terutama tokoh masyarakat,
agar mereka tahu, mau dan mampu mendukung pengembangan kegiatan surveilans berbasis
masyarakat. Pendekatan kepada para tokoh masyarakat diharapkan agar mereka memahami
dan mendukung dalam pembentukan opini publik untuk menciptakan iklim yang kondusif
bagi kegiatan surveilans di desa siaga. Dukungan yang diharapkan dapat berupa moril,
finansial dan material, seperti kesepakatan dan persetujuan masyarakat untuk kegiatan
surveilans.
Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau
memberikan dukungan. Jika di desa tersebut terdapat kelompok-kelompok sosial seperti
karang taruna, pramuka dan LSM dapat diajak untuk menjadi kader bagi kegiatan surveilans
di desa tersebut.
3. Survei Mawas Diri atau Telaah Mawas Diri
Survei mawas diri (SMD) bertujuan agar masyarakat dengan bimbingan petugas mampu
mengidentifikasi penyakit dan masalah kesehatan yang menjadi problem di desanya. SMD ini
harus dilakukan oleh masyarakat setempat dengan bimbingan petugas kesehatan. Melalui
SMD ini diharapkan masyarakat sadar akan adanya masalah kesehatan dan ancaman penyakit
yang dihadapi di desanya, dan dapat membangkitkan niat dan tekad untuk mencari solusinya
berdasarkan kesepakatan dan potensi yang dimiliki. Informasi tentang situasi
penyakit/ancaman penyakit dan permasalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD
merupakan informasi untuk memilih jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang
diselenggarakan di desa tersebut.
4. Pembentukan Kelompok Kerja Surveilans Tingkat Desa.
Kelompok kerja surveilans desa bertugas melaksanakan pengamatan dan pemantauan setiap
saat secara terus menerus terhadap situasi penyakit di masyarakat dan kemungkinan adanya
ancaman KLB penyakit, untuk kemudian melaporkannya kepada petugas kesehatan di
Poskesdes. Anggota Tim Surveilans Desa dapat berasal dari kader Posyandu, Juru pemantau
jentik (Jumantik) desa, Karang Taruna, Pramuka, Kelompok pengajian, Kelompok peminat
kesenian, dan lain-lain. Kelompok ini dapat dibentuk melalui Musyawarah Masyarakat Desa.
5. Membuat Perencanaan Kegiatan Surveilans

Setelah kelompok kerja Surveilans terbentuk, maka tahap selanjutnya adalah membuat
perencanaan kegiatan, meliputi :
a. Rencana Pelatihan Kelompok Kerja Surveilans oleh petugas kesehatan
b. Penentuan jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang dipantau.
c. Lokasi pengamatan dan pemantauan
d. Frekuensi Pemantauan
e. Pembagian tugas/penetapan penanggung jawab lokasi pemamtauan
f. Waktu pemantauan
g. Rencana Sosialisasi kepada warga masyarakat
h. dll.
B. Tahap pelaksanaan
1. Pelaksanaan Surveilans di Tingkat Desa
1.a. Pelaksanaan Surveilans oleh Kelompok Kerja
Surveilans Desa.
Surveilans penyakit di tingkat desa dilaksanakan oleh kelompok kerja surveilans tingkat desa,
dengan melakukan kegiatan pengamatan dan pemantauan situasi penyakit/kesehatan
masyarakat desa dan kemungkinan ancaman terjadinya KLB secara terus menerus.
Pemantauan tidak hanya sebatas penyakit tetapi juga dilakukan terhadap faktor risiko
munculnya suatu penyakit. Pengamatan dan pemantauan suatu penyakit di suatu desa
mungkin berbeda jenisnya dengan pemantauan dan pengamatan di desa lain. Hal ini sangat
tergantung dari kondisi penyakit yang sering terjadi dan menjadi ancaman di masing-masing
desa.
Hasil pengamatan dan pemantauan dilaporkan secara berkala sesuai kesepakatan (per
minggu/ per bulan/ bahkan setiap saat) ke petugas kesehatan di Poskesdes. Informasi yang
disampaikan berupa informasi :
1). Nama Penderita
2). Penyakit yang dialami/ gejala
3). Alamat tinggal
3). Umur
4). Jenis Kelamin
5). Kondisi lingkungan tempat tinggal penderita, dll.
Faktor faktor resiko yang berkaitan dengan beberapa penyakit ;
Diare
a. Masyarakat kesulitan memperoleh air bersih
b. Masyarakat merasakan kekurangan jamban.
c. Lingkungan tidak bersih (pengelolaan sampah yang tidak baik).
d. Terlihat beberapa tetangga/famili terserang penyakit.
Gizi buruk
a. Merasakan sebagian warganya masih kekurangan pangan.

b. Anak balita banyak yang tidak naik berat badannya.


c. Anak balita banyak yang belum mendapat Imunisasi dan Vitamin A.
d. Terlihat beberapa anak yang terserang campak.
Demam Berdarah
a. Masyarakat melihat dan merasakan banyak nyamuk di wilayahnya.
b. Masyarakat melihat dan merasakan banyak air yang tergenang.
c. Banyak kaleng-kaleng bekas yang tidak dikubur.
d. Banyak menemukan jentik pada tempat-tempat penampungan air.
Flu Burung
a. Melihat beberapa tetangga atau famili terserang demam.
b. Masyarakat melihat dan merasakan timbulnya kasus batuk pilek yang menjurus pada sesak
nafas terutama pada anak-anak.
c. Terjadinya kebakaran hutan yang mengakibatkan kabut asap dan mengganggu pernafasan.
d. Terdapat kematian unggas secara mendadak dalam jumlah banyak.
e. Ditemukan warga yang menderita demam panas ? 38 C disertai dengan satu atau lebih
gejala berikut : batuk, sakit tenggorokan, pilek dan sesak nafas/ nafas pendek yg sebelumnya
pernah kontak dengan unggas yang mati mendadak.
Apabila ditemukan faktor risiko seperti tersebut diatas, maka perlu dilakukan tindakan
perbaikan oleh masyarakat dan apabila ditemukan kondisi di luar dari biasanya, misalnya
ditemukan jumlah kasus penderita meningkat atau ditemukan kondisi lingkungan sumber
air yang memburuk maka diharapkan masyarakat melapor kepada petugas untuk bersamasama mengatasi masalah tersebut.
Pelaksanaan Surveilans oleh Petugas Surveilans Poskesdes
Kegiatan surveilans di tingkat desa tidak lepas dari peran aktif petugas petugas
kesehatan/surveilans Poskesdes. Kegiatan surveilans yang dilakukan oleh petugas kesehatan
di Poskesdes adalah :
1) Melakukan pengumpulan data penyakit dari hasil kunjungan pasien dan dari laporan warga
masyarakat.
2) Membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dengan menggunakan data laporan
tersebut diatas dalam bentuk data mingguan. Melalui PWS akan terlihat kecenderungan
peningkatan suatu penyakit. PWS dibuat untuk jenis penyakit Potensial KLB seperti DBD,
Campak, Diare, Malaria, dll serta jenis penyakit lain yang sering terjadi di masyarakat desa
setempat.
PWS merupakan bagian dari sistem kewaspadaan dini KLB yang dilaksanakannoleh
Poskesdes. Sebaiknya laporan masyarakat tidak dimasukkan dalam data W2, karena dapat
membingungkan saat analisis. Laporan masyarakat dapat dilakukan analisis terpisah. Setiap
desa/kelurahan memiliki beberapa penyakit potensial KLB yang perlu diwaspadai dan
dideteksi dini apabila terjadi. Sikap waspada terhadap penyakit potensial KLB ini juga diikuti
dengan sikap siaga tim profesional, logistik dan tatacara penanggulangannya, termasuk
sarana administrasi, transportasi dan komunikasi.

Contoh PWS Penyakit Diare dari data mingguan :


3) Menyampaikan laporan data penyakit secara berkala ke Puskesmas (mingguan/bulanan).
4) Membuat peta penyebaran penyakit. Melalui peta ini akan diketahui lokasi penyebaran
suatu penyakit yang dapat menjadi focus area intervensi.
5) Memberikan informasi/rekomendasi secara berkala kepada kepala desa tentang situasi
penyakit desa/kesehatan warga desa atau pada saat pertemuan musyawarah masyarakat desa
untuk mendapatkan solusi permasalah terhadap upaya-upaya pencegahan penyakit.
6) Memberikan respon cepat terhadap adanya KLB atau ancaman akan terjadinya KLB.
Respon cepat berupa penyelidikan epidemiologi/investigasi bersama-sama dengan Tim Gerak
Cepat Puskesmas.
7) Bersama masyarakat secara berkala dan terjadwal melakukan upaya-upaya pencegahan
dan penanggulangan penyakit.
Pelaksanaan Surveilans di Tingkat Puskesmas
Kegiatan surveilans di tingkat Puskesmas dilaksanakan oleh petugas surveilans puskesmas
dengan serangkaian kegiatan berupa pengumpulan data, pengolahan, analisis dan interpretasi
data penyakit, yang dikumpulkan dari setiap desa siaga. Petugas surveilans puskesmas
diharuskan:
1) Membangun sistem kewaspadaan dini penyakit, diantaranya melakukan Pemantauan
Wilayah Setempat dengan menggunakan data W2 (laporan mingguan). Melalui PWS ini
diharapkan akan terlihat bagaimana perkembangan kasus penyakit setiap saat.
2) Membuat peta daerah rawan penyakit. Melalui peta ini akan terlihat daerah-daerah yang
mempunyai risiko terhadap muncul dan berkembangnya suatu penyakit. Sehingga secara
tajam intervensi program diarahkan ke lokasi-lokasi berisiko.
3) Membangun kerjasama dengan program dan sektor terkait untuk memecahkan kan
permasalah penyakit di wilayahnya.
4) Bersama Tim Gerak Cepat (TGC) KLB Puskesmas, melakukan respon cepat jika terdapat
laporan adanya KLB/ancaman KLB penyakit di wilayahnya.
5) Melakukan pembinaan/asistensi teknis kegiatan surveilans secara berkala kepada petugas
di Poskesdes.
6) Melaporkan kegiatan surveilans ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara berkala
(mingguan/bulanan/tahunan).
PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
A. Pengertian Wabah/KLB serta Kriteria KLB
1. Wabah
Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan mala petaka (UU No.4,
1984). Menteri menetapkan jenis-jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah.
Menteri menetapkan dan mencabut penetapan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang
terjangkit wabah sebagai daerah wabah.

2. KLB
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna
secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri
Kesehatan RI, Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989). KLB penyakit menular merupakan
indikasi ditetapkannya suatu daerah menjadi suatu wabah, atau dapat berkembang menjadi
suatu wabah.
3. Kriteria Kerja KLB
Kepala wilayah/daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah (KLB penyakit
menular) di wilayahnya atau tersangka penderita penyakit menular yang dapat menimbulkan
wabah, wajib segera melakukan tindakan-tindakan penanggulangan seperlunya, dengan
bantuan unit kesehatan setempat, agar tidak berkembang menjadi wabah (UU 4, 1984 dan
Permenkes 560/Menkes/Per/VIII/1989).
Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sbb:
1. Timbulnya suatu penyakit/ menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturutturut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu), seperti contoh berikut:
3. Peningkatan kejoadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih
dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6. Case Fatality rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
7. Proportional Rate (PR) penderita dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua
atau lebih diabnding periode, kurun waktu atau tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus : kholera dan demam berdarah
dengue
a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).
b. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah
tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan 1 (satu) kasus atau lebih sebagai KLB.
a. Keracunan makanan
b. Keracunan pestisida
Kriteria-kriteria diatas dalam penggunaan sehari-hari harus didasarkan pada akal sehat atau
common sense. Sebab belum tentu suatu kenaikan dua kali atau lebih merupakan KLB.
Sebaliknya suatu kenaikan yang kecil dapat saja merupakan KLB yang perlu ditangani seperti
penyakit : poliomyelitis dan tetanus neonatorum, kasus dianggap KLB dan perlu penanganan
khusus.

B. Penyakit-penyakit Menular yang Berpotensi Wabah/KLB


Penyakit-penyakit menular yang wajib dilaporkan adalah penyakit-penyakit yang
memerlukan kewaspadaan ketat yang merupakan penyakit-penyakit wabah atau yang
berpotensi wabah atau yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Penyakit-penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut:
1. Penyakit karantina atau penyakit wabah penting antara lain adalah:
DHF
Campak
Rabies
Tetanus Neonatorum
Diare
Pertusis
Poliomyelitis
2. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau mempunyai mortalitas
tinggi, dan penyakit yang telah masuk program eradikasi/eliminasi dan memerlukan tindakan
segera:
Malaria
Frambosia
Influenza
Anthrax
Hepatitis
Typhus abdominalis
Meningitis
Keracunan
Encephalitis
Tetanus
4. Penyakit-penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting.
5. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi menimbulkan wabah dan KLB tetapi
diprogramkan, ditingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui RR terpadu Puskesmas
ke Kabupaten, dan seterusnya secara berjenjang sampai ke tingkat pusat. Penyakit-penyakit
tersebut meliputi : Cacing, Lepra, Tuberculosa, Syphilis, Gonorhoe, Filariasis & AIDS, dll.
Sehingga petugas Poskesdes diharapkan melaporkan kejadian-kejadian penyakit ini ke
tingkat Kecamatan/Puskesmas jika.
Dari penyakit-penyakit diatas, pada keadaan tidak ada wabah/KLB secara rutin hanya yang
termasuk kelompok 1 dan kelompok 2 yang perlu dilaporkan secara mingguan. Bagi penyakit
kelompok 3 dan kelompok 4 bersama-sama penyakit kelompok 1 dan 2 secara rutin
dilaporkan bulanan ke Puskesmas.
Jika peristiwa KLB atau wabah dari penyakit yang bersangkutan sudah berhenti (incidence
penyakit sudah kembali pada keadaan normal), maka penyakit tersebut tidak perlu dilaporkan

secara mingguan lagi. Sementara itu, laporan penyakit setiap bulan perlu dilaporkan ke
Puskesmas oleh Bidan desa/petugas di Poskesdes.
C. Laporan Kewaspadaan (dilaporkan dalam 24 jam)
Laporan kewaspadaan adalah laporan adanya penderita, atau tersangka penderita penyakit
yang dapat menimbulkan wabah. Yang diharuskan menyampaikan laporan kewaspadaan
adalah:
Orang tua penderita atau tersangka penderita, orang dewasa yang tinggal serumah dengan
penderita atau tersangka penderita, Kepala Keluarga, Ketua RT, RW, Kepala Desa.
Dokter, petugas kesehatan yang memeriksa penderita, dokter hewan yang memeriksa hewan
tersangka penderita.
Laporan kewaspadaan disampaikan kepada Lurah atau Kepala Desa dan atau Poskesdes/unit
pelayanan kesehatan terdekat selambat-lambatnya 24 jam sejak mengetahui adanya penderita
atau tersangka penderita atau tersangka penderita (KLB), baik dengan cara lisan maupun
tertulis. Kemudian laporan kewaspadaan tersebut harus diteruskan kepada Poskesdes untuk
diteruskan ke Puskesmas setempat.
Isi laporan kewaspadaan antara lain:
1. Nama atau nama-nama penderita atau yang meninggal
2. Golongan Umur
3. Tempat dan alamat kejadian
4. Waktu kejadian
5. Jumlah yang sakit dan meninggal
Diharapkan setelah adanya laporan kewaspadaan dari desa ke Puskesmas maka pihak
Puskesmas dapat segera merespon dengan melaporkan ke Dinkes Kabupaten/Kota dengan
menggunakan format W1 (laporan KLB) selama kurang dari 24 jam dan ditindaklanjuti
dengan melakukan penyelidikan epidemiologi. Penyelidikan Epidemiologi dapat dilakukan
oleh Tim Gerak Cepat (TGC) Puskesmas bekerjasama TGC Desa dan TGC Kabupaten.
Bersamaan Penyelidikan Epidemiologi dilakukan juga upaya-upaya penanggulangan dengan
melibatkan masyarakat setempat.

Anda mungkin juga menyukai