Anda di halaman 1dari 13

sumber:www.oseanografi.lipi.go.

id

ISSN 0125 9830

DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON PADA KOLAM


SISTEM ALIRAN TERTUTUP BERARUS DERAS
oleh
TJANDRA CHRISMADHA DAN FAUZAN ALI
Pusat Penelitian LimnologiLIPI
Received 2 May 2007, Accepted 9 October 2010

ABSTRAK
Hingga saat ini masih belum ada teknologi yang memadai untuk mengontrol komunitas
fitoplankton dalam air kolam. Upaya pemahaman yang lebih komprehensif terhadap mekanisme
ekologis dan fisiologis perkembangan komunitas fitoplankton masih perlu terus dilakukan untuk
mendukung pengembangan konsep teknologi kontrol komunitas perairan tersebut. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengamati perkembangan komunitas fitoplankton dalam kolam sistem
aliran tertutup arus deras yang digunakan untuk budidaya pendederan anakan udang galah.
Kolam yang digunakan berupa kolam semen berbentuk rolet volume 6x2x1,2 m3, dilengkapi
sebuah kincir pengaduk untuk memutar airnya. Dasar kolam diisi tanah setinggi 20 cm.
Pemupukan air kolam dilakukan dengan pupuk kompos secara reguler. Pengamatan
perkembangan fitoplankton, kualitas air, dan pakan alami dilakukan setiap minggu selama 42
hari masa pendederan udang galah tersebut. Hasil penelitian memperlihatkan suksesi 35 jenis
fitoplankton yang tumbuh dan berkembang silih berganti di dalam air kolam, meliputi 4 jenis
cyanophyta, 1 jenis euglenophyta, 16 jenis chlorophyta, 1 jenis pyrophyta, dan 13 jenis
bacillariophyceae (diatom). Masa awal perkembangan fitoplankton ditandai dengan pertumbuhan
cepat dari jenis-jenis cyanophyta, namun setelah melewati minggu pertama komunitas
fitoplankton didominasi oleh jenis-jenis dari klas bacillariophyceae. Dominasi kelompok diatom
dikaitkan dengan kondisi arus deras serta nilai rasio N:P yang lebih menguntungkan
pertumbuhan kelompok tersebut. Perkembangan komunitas fitoplankton juga memperlihatkan
korelasi yang sangat erat dengan kondisi pakan alami.
Kata kunci: Komunitas fitoplankton, kolam, kualitas air, pakan alami.

ABSTRACT
DYNAMICS OFPHYTOPLANKTON COMMUNITY IN AHIGH RATE CLOSED
RECIRCULATION SYSTEM POND. Up to recent time, there is no suitable technology
available to control phytoplankton community in ponds. Efforts to attain a comprehensive
understanding on the ecological and physiological mechanisms of phytoplankton community
development in the water have still to be conducted to establish the technology. The present
study aims to investigate phytoplankton community development in an experimental flowing
water closed resirculation pond which was apllied for rearing juvenile of giant prawn. The

325

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

TJANDRA CHRISMADHA DAN FAUZAN ALI

3
experimental pond was a rollete form concrete pond of 6x2x1,2 m volume,
provided with a
paddle wheel to circulate the water. The pond bottom was overlied by 20 cm thick natural
soil. Organic fertiliser was also apllied regularly. Observation on phytoplankton, water
quality, and natural feed development was carried out every week in 42 days culture period.
The result showed succession of 35 phytoplankton species grew sporadically in the pond
water. They consisted of 4 cyanophyte, 1 euglenophyte, 16 chlorophyte, 1 pyrophyte, and 13
bacillariophyceae (diatom). Early development of the phytoplankton community was
dominated by cyanophytes which made up to 60% of total species. After the first week,
however, the domination was moved toward the diatom in accordance with the development
of species diversity in the pond. Diatom domination is associated with the flowing water
condition as well as the high value of N:P ratio which more favored the growth of the diatom.
It is also showed that the phytoplankton development was closely correlated with the natural
feed productivity in the pond.

Key words: Phytoplankton community, pond, water quality, natural feed.

PENDAHULUAN
Fitoplankton berperan penting dalam keseimbangan ekosistem kolam perikanan,
karena kemampuannya untuk melakukan fotosintesis dan berperan sebagai produsen
yang menstimulasi proses pertumbuhan organisme pakan alami lainnya melalui
mekanisme rantai makanan (BOYD 1992; SZYPER & EBELING 1993). Di samping
itu fitoplankton juga sangat menentukan keseimbangan oksigen, pH dan tingkat
kekeruhan air, serta berperan aktif dalam siklus nutrien, khususnya N dan P dalam air
kolam (BOYD 1992).
Perkembangan komunitas fitoplankton dalam air kolam pada umumnya dipicu
oleh peningkatan kesuburan air akibat proses pemupukan dan pemberian pakan buatan
(BOYD 1992; HOFMANN & HOFLE 1993; SZYPER & EBELING 1993).
Kadar pemupukan yang optimum dapat mendukung produktivitas kolam perikanan.
Seperti telah dilaporkan oleh BROWN & GRATZEK (1980) bahwa pemupukan
organik bahkan dapat menggantikan fungsi pakan buatan pada uji coba budidaya
berbagai jenis ikan, yaitu ikan mas, mujair, dan koan dan mampu meningkatkan
produktivitas kolam hingga 8 ton/ha. Namun pada tingkat kepadatan yang tinggi,
fitoplankton dapat menjadi kompetitor oksigen yang mematikan ikan, khususnya pada
malam hari serta pada kondisi intensitas cahaya matahari yang sangat rendah (BOYD
1992). Di samping itu kematian masal fitoplankton yang mendadak pada puncak
ledakan populasinya juga telah sering dilaporkan. Umumnya hal itu diikuti oleh proses
dekomposisi yang intensif dan mengkonsumsi habis persediaan oksigen terlarut dalam
air kolam serta tingginya konsentrasi senyawa-senyawa nitrit, ammonia, dan asam
sulfida (SEYMOUR 1980). Berbagai jenis fitoplankton, khususnya dari kelompok

326

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON PADA KOLAM SISTEM


ALIRAN TERTUTUP BERARUS DERAS

alga biru juga telah dilaporkan dapat menimbulkan aroma yang tidak sedap pada
produk perikanan (ZIMBA et al. 2001).
Meskipun banyak penelitian telah menyimpulkan pentingnya kesetimbangan
komunitas fitoplankton untuk mendukung tingkat produktivitas pada badan perairan
kolam, namun hingga saat ini masih belum ada teknologi yang memadai untuk
mengontrol komunitas fitoplankton dalam air kolam tersebut. BOYD (1992)
melaporkan bahwa penggunaan bahan algisida, diantaranya tembaga sulfat dan simazin
kurang efektif untuk mengontrol perkembangan fitoplankton. Bahkan penggunaan
senyawa-senyawa algisida tersebut pada umumnya menyebabkan turunnya konsentrasi
oksigen terlarut dalam air kolam. Sementara itu berbagai laporan menyebutkan
kejadian ledakan populasi fitoplankton tanpa adanya korelasi yang jelas dengan
parameter kualitas air dan hidrologi kolam (RATNA 2001; LIPSEY 1980;
BUFFORD & PEARSON 1998; EVGENIDOU et al. 1999; KOBAYASHI et al.
2005). Kajian terhadap mekanisme kontrol faktor nutrien N, P, dan Si secara ekologis
di lapangan maupun di laboratorium juga belum dapat memberikan penjelasan yang
memadai terhadap mekanisme perkembangan komunitas fitoplankton di suatu badan
perairan (BULGAKOV & LEVICH 1999). WEITHOFF et al. (2000) melaporkan
hubungan kompleks perkembangan komunitas fitoplankton dengan komunitas hewan
planktonik, khususnya yang bersifat herbivor mengikuti kaidah jejaring makanan dalam
suatu ekosistem. Sementara ELLIOTT et al. (2001) mengemukakan hipotesis tentang
pengaruh pergerakan air terhadap pengayaan niche dan keragaman organisme
plankton dalam suatu badan air. Upaya pemahaman yang lebih komprehensif terhadap
mekanisme ekologis dan fisiologis perkembangan komunitas fitoplankton masih perlu
terus dilakukan untuk mendukung pengembangan konsep teknologi kontrol komunitas
perairan tersebut di lapangan.
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap perkembangan komunitas
fitoplankton dalam kolam sistem aliran tertutup arus deras yang digunakan untuk
budidaya pendederan anakan udang galah, dimana pemupukan organik dilakukan
secara rutin untuk menstimulasi pertumbuhan pakan alami di dalamnya. Keuntungan
pengamatan perkembangan komunitas fitoplankton dalam sistem aliran tertutup tersebut
mengeliminasi faktor-faktor tidak terkontrol yang datang bersama dengan air masuk,
seperti faktor masukan nutrien eksternal dan faktor hidrologi lainnya. Sementara itu
dalam sistem arus deras karakter kolam lebih mendekati tipe ekosistem perairan
mengalir (lentik) yang berbeda dengan tipe kolam-kolam perikanan pada umumnya.
Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam
upaya mempercepat upaya pengembangan konsep ataupun teknologi untuk mengontrol
perkembangan komunitas fitoplankton di perairan kolam perikanan pada kondisi yang
paling menguntungkan.

327

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

TJANDRA CHRISMADHA DAN FAUZAN ALI

BAHAN DAN METODE


Pengamatan dilakukan pada kolam sistem sirkulasi tertutup arus deras yang
digunakan untuk pendederan udang galah di Puslit Limnologi LIPI, Cibinong. Kolam
yang digunakan berupa kolam semen berbentuk rolet volume 6 x 2 x31,2 m , dilengkapi
sebuah kincir pengaduk untuk memutar airnya (Gambar 1). Dasar kolam diisi tanah
setinggi 20 cm. Pupuk kompos (Lembah Hijau Multifarm, Solo) sebanyak 4 kg
ditebarkan ke dalam air kolam setiap minggu, mulai 7 hari sebelum benur udang
ditebar dengan kepadatan 35 ekor/m2 . Kincir pengaduk tersusun dari empat plat
fiberglas yang dipasang bersiku melingkar pada poros yang dihubungkan dengan motor
pemutar berkekuatan 1 PK dilengkapi oleh kombinasi pulley untuk mereduksi
kecepatan putarannya. Pada empat minggu pertama uji coba kincir berputar pada
kecepatan 20 rpm dan mendorong air kolam pada kecepatan arus 12 m/detik. Setelah
minggu ke empat kincir mengalami perlambatan karena tali kipasnya aus dan pada
hari ke 40 kincir dimatikan untuk dilakukan perbaikan. Kolam ditempatkan di tempat
terbuka, dimana pada saat uji coba dilakukan, kondisi cuaca relatif terang dengan
intensitas cahaya harian rata-rata tinggi, sementara kejadian hujan tercatat dua kali
dengan intensitas yang sangat rendah. Penambahan air kolam hanya dilakukan untuk
mengganti air kolam yang menguap karena proses evaporasi.
Sampling fitoplankton dilakukan seminggu sekali dengan cara menyaring
sebanyak dua liter air kolam secara komposit melalui net plankton no 25 ke dalam 20
ml botol plankton dan selanjutnya diawetkan dengan penambahan larutan formalin
4%. Identifikasi dan pencacahan fitoplankton dilakukan di Laboratorium Planktonologi
Puslit Limnologi LIPI. Identifikasi jenis fitoplankton dilakukan di bawah mikroskop
pada pembesaran 100 400 kali mengacu pada PATRICK (1959), THOMPSON
(1959), PRESCOTT (1951), dan MIZUNO (1970). Pencacahan dilakukan pada
volume sampel yang bervariasi sesuai dengan kepadatan populasinya, yaitu 50l,
200 l, dan 1000l di dalam Sedgwick-Rafter cell. Analisis jenis-jenis fitoplankton
yang teridentifikasi dikelompokkan kedalam takson masing-masing dan frekuensi
kehadirannya dihitung berdasar hasil pencacahan tersebut.
Bersamaan dengan pengambilan sampel fitoplankton juga dilakukan
pengamatan kualitas air kolam, meliputi pH, oksigen terlarut, konduktivitas, alkalinitas,
turbiditas, padatan tersuspensi (SS), N-NO , 2N-NO , 3N-NH , nitrogen
total,
4
P-PO4, fosfor total, klorofil-a dan protein total. Sampel kualitas air dianalisis di
Laboratorium Dinamika Perairan Puslit Limnologi LIPI berdasar metode seperti pada
Tabel 1. Untuk mengetahui hubungan antara parameter kualitas air dengan
perkembangan fitoplankton dilakukan analisis korelasi berdasar kurva fit pada
perangkat lunak MS-Exel .

328

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON PADA KOLAM SISTEM


ALIRAN TERTUTUP BERARUS DERAS

D
B
C

Gambar 1. Skema rancangan kolam arus deras sistem tertutup; A) alur badan
kolam, B) dinding penyekat, C) baling baling dan D) motor
penggerak.
Figure 1.

Schematic design of the high rate closed recirculation system pond;


A) pond line, B) partition walls, C) paddle wheel, and D) motor.

Tabel 1. Metode analisis kualitas air.


Table 1. Water quality analysis methods.
No

Parameters

Methods

pH

Pengukuran langsung dengan WQC

Suhu

Pengukuran langsung dengan WQC

Konduktivitas

Pengukuran langsung dengan WQC

Turbiditas

Pengukuran langsung dengan WQC

DO

Winkler (titrimetri; APHA 1998)

BOD(5)

Winkler (titrimetri, APHA 1998)

Alkalinitas

Acidimetri (titrimetri, APHA 1998)

Padatan tersuspensi (SS)

Gravimetri (APHA 1975)

Total fosfor

Ascorbic acid (spektrofotometri; APHA 1998)

10

P-fosfat

Ascorbic acid (spektrofotometri; APHA 1998)

11

Total nitrogen

Brucine (spektrofotometri; APHA 1975)

12

N-ammonia

Phenate (spektrofotometri; APHA 1998)

13

N-nitrat

Brucine (spektrofotometri; APHA 1975)

14

N-nitrit

Kolorimetri (spektrofotometri; APHA 1998)

15

Klorofil-a

Aseton 90% (spektrofotometri; APHA 1975)

16

Protein

Folin-fenol (spektrofotometri; LOWRY et al.


1951)

329

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

TJANDRA CHRISMADHA DAN FAUZAN ALI

HASIL DAN PEMBAHASAN


Terdapat 35 jenis fitoplankton yang teridentifikasi dari dalam air kolam sistem
aliran tertutup arus deras selama 42 hari masa pengamatan, terdiri dari 4 jenis
cyanophyceae, 1 jenis euglenophyta, 16 jenis chlorophyta, 1 jenis pyrophyta, dan 13
jenis bacillariophyceae. Masa awal perkembangan fitoplankton ditandai oleh
pertumbuhan yang cepat dari jenis-jenis cyanophyta yang mendominasi hingga lebih
dari 60% total jenis yang ada. Namun setelah melewati minggu pertama dominasi
jenis bergeser ke arah jenis-jenis dari klas bacillariophyceae seiring dengan
bertambahnya jumlah jenis yang muncul mengisi struktur komunitas fitoplankton di
dalam air kolam tersebut.
Beberapa faktor dapat menjadi pertimbangan untuk menjelaskan fenomena
perkembangan komunitas fitoplankton di atas, antara lain faktor-faktor operasional
kolam, seperti pemupukan, pemberian pakan, dan pengadukan air dan faktor
lingkungan (intensitas cahaya matahari, suhu, curah hujan, dan sebagainya). Dominasi
cyanophyceae pada minggu pertama masa uji coba memperlihatkan kemampuan
pertumbuhannya yang cepat pada lingkungan perairan baru yang subur. Fenomena
ini sejalan dengan berbagai laporan sebelumnya yang memperlihatkan dominasi
kelompok cyanophyceae pada kondisi intensitas cahaya tinggi dan suhu air hangat
(BRUNSON et al. 1994). Sementara berbagai laporan lainnya menunjukkan
penurunan tingkat kompetisi kelompok cyanophyta terhadap kelompok alga lainnya
pada kondisi air mengalir dan teraduk (JONES & POPLAWSKI 1998; WEBSTER
et al. 2000; MITROVIC et al. 2006). Sejalan dengan laporan-laporan tersebut,
pergeseran dominasi kelompok alga pada tahap lanjut uji coba ini dapat dikaitkan
dengan kondisi aliran air kolam yang deras.
ELLIOTT et al. (2001) melaporkan bahwa pengadukan kolom air pada
intensitas sedang dapat menstimulasi puncak keragaman jenis fitoplankton, sementara
menurut WEITHOFF et al. (2000) pengadukan pada kolom air danau yang dangkal
secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton melalui proses
peningkatan ketersediaan nutrien akibat pengadukan dalam kolom air tersebut. Hasil
uji coba ini memperlihatkan bahwa putaran arus deras pada kolam sistem aliran tertutup
menstimulasi perkembangan keragaman jenis yang tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah
jenis yang muncul selama minggu ke-3 dan ke-4 yang mencapai 24 jenis dengan
proporsi keberadaan masing-masing jenis relatif seimbang (Tabel 2). Yang perlu
menjadi catatan dari hasil uji coba ini adalah kehadiran marga Fragillaria yang
berukuran relatif besar dalam kelimpahan yang relatif tinggi pada kondisi air mengalir.
Hal ini mengindikasikan peran pengadukan atau arus air dalam mendukung
perkembangan jenis-jenis fitoplankton berukuran besar. Pada saat putaran arus
melemah keragaman jenis fitoplankton berkurang dan dominasi jenis bergeser ke

330

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON PADA KOLAM SISTEM


ALIRAN TERTUTUP BERARUS DERAS

arah Cyclotella (>60%) yang berukuran lebih kecil. Pada saat arus berhenti pada
hari ke-42, semua jenis diatom hilang, kemungkinan mengendap, sementara yang
masih teramati adalah beberapa jenis alga dari kelompok cyanophyta dan chlorophyta
(Tabel 2).
Disamping faktor arus air seperti diuraikan di atas, perkembangan komunitas
fitoplankton juga terkait dengan kesuburan air kolam yang cenderung meningkat
akibat beban pemupukan dan pemberian pakan udang secara reguler (Gambar 2).
Fenomena meningkatnya konsentrasi senyawa nitrogen dalam air kolam yang dipupuk
secara reguler telah dilaporkan sebelumnya (BOYD 1992; LIN et al. 2000). Sejalan
dengan itu EVGENIDOU et al. (1999) melaporkan respon perkembangan komunitas
fitoplankton yang cenderung didominasi oleh kelompok diatom sentrik pada kondisi
perairan estuarin yang mengalami beban nitrogen tinggi. Demikian juga bila diperhatikan
nilai rasio N:P air kolam yang pada umumnya di atas 10, fenomena dominasi kelompok
diatom tersebut sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah mengamati
kecenderungan dominasi kelompok diatom pada kondisi perairan dengan nilai rasio
N:P relatif tinggi (BULGAKOV & LEVICH 1999). Namun bila melihat nilai korelasi
(r2) parameter senyawa N dan P dengan keberadaan fitoplankton dalam air kolam
tingkat korelasi yang paling tinggi teramati pada parameter fosfat (Tabel 3). Hal ini
menunjukkan bahwa senyawa fosfat lebih menjadi faktor pembatas terhadap
pertumbuhan komunitas fitoplankton dalam air kolam dibandingkan dengan elemen
nutrien lainnya.Hal ini sekaligus dapat menjelaskan fenomena rendahnya laju
peningkatan kandungan senyawa fosfor dalam air kolam pada saat terjadi penurunan
perkembangan komunitas fitoplankton.
Hasil penelitian ini juga mencatat kemampuan komunitas fitoplankton untuk
mengendalikan penumpukan senyawa nitrogen dan fosfor dalam air kolam dan
memanfaatkannya untuk pertumbuhan dan produksi biomassa yang dapat berguna
sebagai pakan alami bagi organisme lain yang tumbuh dalam kolam tersebut.
Konsentrasi nitrogen total, nitrat dan fosfat dalam air kolam nampak relatif stabil
selama empat minggu pertama ketika perkembangan komunitas fitoplankton
berlangsung pesat. Sementara itu pada saat pertumbuhan komunitas fitoplankton
menurun, terjadi peningkatan konsentrasi nitrogen total dan nitrat yang sangat pesat.
Fenomena yang sama terjadi pada konsentrasi senyawa fosfor namun tingkat
lonjakannya tidak setinggi senyawa nitrogen. Hasil ini mendukung laporan sebelumnya
yang mengamati kemampuan assimilasi senyawa nitrogen komunitas fitoplankton pada
perairan dengan beban moderat di tambak udang (LORENZEN et al. 1977). LAI
& LAM (2004) juga melaporkan peran serupa tentang pentingnya fitoplankton pada
proses pencucian senyawa nitrogen pada kolam stabilisasi sistem pengolah limbah.

331

Tu r bi di
t y&SS
u

80

Tabel 2.

Turbid NTU

0,6

SS mg/l

0,5

Cond mS/cm
60

0,4

TJANDRA CHRISMADHA DAN FAUZAN ALI

0,3

40

0,2

20
Komposisi

dan keberadaan (frekuensi; % total) fitoplankton dalam


perairan kolam sistem aliran tertutup arus deras.
0

Table 2. Composition and abundance (frequency; % total) of phytoplankton


TP
0,5
in a high rate closed recirculation
system pond water.
PO4

TP & P- P
O4 ( m g/
l)
P
4

0,4 Species
Group and

N:P

2 7 14 21 25

0,1

kti vi t y

100

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

ondu
C
ndu
du
u

DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON PADA KOLAM SISTEM


ALIRAN TERTUTUP BERARUS DERAS

0
20

Days
35 42

15

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007

332

N:P

NNO 2 & NH4


N- ( mg/l )
O
H4
4

T N& NNO 3( mg/l )


O

0,3
Cyanophyceae
10
Anacystis
28,57 9,04 4,34 3,29 1,21 0,32
0,2
Coccochloris
21,43
1,31
0,32
Microsystis
0,66
1,62 7,04 5
0,1
Oscillatoria
21,43 6,02 7,38 1,31 0,72 1,29 49,30
Euglenophyta
0
0
Euglena
0,60 0,09 0,13
1,41
5
TN
0,2
Chlorophyta
N- NO3 7,14 3,01 1,30 1,31
Actinastrum
4
Botryococcus
1,29
0,15
N- NH4
Chaetophora
N- NO2
3
Chlamydomonas
0,43
1,31
0,1
Chlorella 2
7,14
3,48 1,97
0,65 7,04
Closteriopsis
0,87
3,29
0,00
0,05
Coelastrum
2
,61
1,97
0,97
1,29
1
Cosmarium
7,04
Dictyosphaerium
0,43
1,21
0
0
Franceia
7,14
3,29 0,24
Micractinium
5,91 5,80 0,97
Palmella
3,01
1,74
0,32
Pleurodiscus
0,43
5,26
Scenedesmus
0
,43
0,48deras
1,29
28,17
Gambar 2. Dinamika kualitas air kolam sistem aliran tertutup arus
selama
masa
Selenastrum
0,66 0,48
pengamatan.
Uronema
2,61
Pyrrophyta
Figure 2.
Water quality dynamics of the high rate closed recirculation system pond during
Peridinium
1,62
observation.
Bacillariophyceae
Amphora
0,87
Caloneis
7,14 54,22 19,11
0,24 4,53
Selama
masa uji coba nilai konduktivitas
air kolam cenderung naik secara
Cyclotella
15,06 4,78 15,77 61,11 35,60
stabil, sementara
keterkaitan yang
Cymbella uji korelasi memperlihatkan tingkat
1,30
2,59tinggi antara
keberadaan
fitoplankton dengan nilai konduktivitas
perairan tersebut. Nilai
Denticula
Diatomella
1
,74
1,31
0,24
1,62
konduktivitas dapat diartikan sebagai tingkat ketersediaan mineral dalam perairan
23,02 9,20
8,70
kolam. Fragillaria
Dari aspek fisiologis berbagai mineral dikenal
sebagai
unsur33,66
mikro, yaitu
Frustullia
4,85
unsur nutrien
yang diperlukan dalam jumlah
sangat
sedikit oleh tumbuhan, termasuk
Gomphoneis
9,04
14,34
Mastogloia
0,43
5,26
1,21
Navicula
1,74
28,91 14,01 6,15
Pinnularia
1,30
Stauroneis
5,21
7,88
3,38

333

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

TJANDRA CHRISMADHA DAN FAUZAN ALI

fitoplankton. Hasil penelitian ini menunjukkan peran penting mineral-meneral tersebut


dalam mendukung produktivitas perairan kolam. Kecenderungan nilai konduktivitas
yang terus naik secara stabil dapat diartikan sebagai kondisi ketersediaan mineralmineral tersebut dalam jumlah yang melimpah melebihi keperluan untuk pertumbuhan
organisme fitoplankton dalam air kolam.
Selain fenomena-fenomena di atas, secara fisik fitoplankton terlihat
mempengaruhi parameter turbiditas, padatan terlarut (SS), pH dan oksigen terlarut
dalam perairan kolam. Hal ini terlihat dari nilai korelasi keempat parameter tersebut
dengan keberadaan komunitas fitoplankton (Tabel 3). Hubungan erat antara tingkat
kekeruhan air dan konsentrasi padatan terlarut dengan perkembangan komunitas
fitoplankton di dalam perairan kolam budidaya telah banyak dilaporkan sebelumnya
(HOFMANN & HOFLE 1993; BOYD 1992). Sementara itu siklus transfer oksigen
dan karbondioksida yang terjadi sejalan dengan proses fotosintesis dalam kolom
perairan juga sangat menentukan kondisi pH dan kandungan oksigen terlarut dalam
perairan tersebut (BOYD 1992; SZYPER & EBELING 1993).
Gambar 3 memperlihatkan pola dinamika konsentrasi klorofil dan protein
dalam air kolam yang selaras dengan perkembangan komunitas fitoplankton,
menunjukkan peran signifikan organisme planktonik dalam menyusun kondisi kedua
parameter tersebut. Klorofil pada umumnya digunakan sebagai indikator produktivitas
primer (SZYPER & EBELING 1993), sedangkan protein dapat dianggap mewakili
status ketersediaan pakan alami dalam perairan kolam. Hasil penelitian ini juga
memperlihatkan peran penting fitoplankton dalam produktivitas primer perairan kolam
dan mendukung ketersediaan pakan alami di dalam perairan kolam sistem aliran tertutup
arus deras.
Tabel 3.

Tingkat korelasi (r )2perkembangan fitoplankton dengan berbagai parameter


kualitas air kolam.

Table 3.

Correlation (r )2 between phytoplankton development and the pond Water quality.

334

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON PADA KOLAM SISTEM


ALIRAN TERTUTUP BERARUS DERAS

Ph yt o pl a n kton ( i nd/ m
n
d/

2500
2000
1500

Total
Cyanophyta
Euglenophyta
Chlorophyta
Pyrrophyta
Bacillariophyceae

1000
500
0

40

0,120

Protein
Klorofil

0,100

Pr ote i n(m
e
m

g/
l)

35
30

0,080

25

0,060

20
15

0,040

10

Chl oroph yl l ( mg/


h

45

0,020

5
0

0,000

14

21

28

35

42

Hari

Gambar 3. Perkembangan fitoplankton serta kandungan klorofil dan protein


dalam air kolam sistem aliran tertutup arus deras.
Figure 3.

Development of phytoplankton, chlorophyll and protein content


in the high rate closed resirculation system pond water.

KESIMPULAN
Pengamatan kolam sistem aliran tertutup arus deras memperlihatkan suksesi
35 jenis fitoplankton yang tumbuh dan berkembang silih berganti di dalam air kolam
tersebut, meliputi 4 jenis cyanophyta, 1 jenis euglenophyta, 16 jenis chlorophyta, 1
jenis pyrophyta, dan 13 jenis bacillariophyceae (diatom). Masa awal perkembangan
fitoplankton ditandai dengan pertumbuhan cepat dari jenis-jenis cyanophyta, namun
setelah melewati minggu pertama komunitas fitoplankton didominasi oleh jenis-jenis
dari klas bacillariophyceae. Dominasi kelompok diatom diduga berkaitan dengan
kondisi arus deras serta nilai rasio N:P yang lebih menguntungkan pertumbuhan
kelompok tersebut. Perkembangan komunitas fitoplankton juga memperlihatkan
korelasi yang sangat erat dengan kondisi pakan alami di dalam kolam sistem aliran
tertutup.

335

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

TJANDRA CHRISMADHA DAN FAUZAN ALI

UCAPAN TERIMA KASIH


Penelitian ini didanai oleh anggaran APBN Puslit Limnologi LIPI tahun anggaran
2002/2003. Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dra. Yayah Mardiati yang telah
mengkoordinasi analisis kimia, serta Bambang T. Sudiyono dan Muid yang telah
mempersiapkan dan memelihara kolam percobaan pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
APHA, 1975. Standard methods for the examination of water and wastewater.
20th ed. Washington DC: 1231 pp.
APHA. 1998. Standard methods for the examination of water and wastewater.
20th ed. Washington DC: 1231 pp.
BOYD, C.E. 1992. Water quality management for pond fish culture. Elsevier.
Amsterdam: 318 pp.
BROWN, E.E. and J.B. GRATZEK 1980. Fish farming hand book. Van Nostrand
Reinhold Company. New York: 391 pp.
BRUNSON, M.W., C.G. LUTZ, and R.M. DURBORROW 1994. Algae bloom
in commercial fish production ponds. SRAC Publication. No. 466: 43
pp.
BUFFORD, M.A. and D.C. PEARSON 1998. Effect of different nitrogen sources
on phytoplankton composition in aquaculture ponds. Aquatic Microbial
Ecology 15: 277 284.
BULGAKOV, N.G. and A.P. LEVICH 1999. The Nitrogen:phosphorous ratio as a
factor of regulating phytoplankton community struckture. Archiv fur
Hydrobiologie 146 (1): 3 22.
ELLIOT, J.A., E. IRISH and C.S. REYNOLD 2001. The effects of vertical mixing
on a phytoplankton community: a modelling approach to intermediate
disturbance hyphothesis. Fresh Water Biology 46: 1291 1297.

336

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

DINAMIKA KOMUNITAS FITOPLANKTON PADA KOLAM SISTEM


ALIRAN TERTUTUP BERARUS DERAS

EVGENIDAU, A., A. KONKLE, A. DAMBROSIO, A. CORCORAN, J.


BOWEN, E. BROWN, D. CORCORAN, C. DEARHOLT, S. FERN,
A. LAMB, J. MIDALOWSKY, I. RUEGG and J. CEBRION 1999. Effect
of nitrogen loading on the abundance of diatoms and dinoflagellates in
estuarine phytoplanktonic communities. Biology Bulletin 197: 292 294.
HOFMANN, W. and M.G. HOFLE 1993. Rotifer population dynamics in respon to
increased bacterial biomass and nutrients: A mesocosm experiment.
Hydrobiologia 255/256: 171 175.
JONES, G.J. and W. POPLAWSKI 1998. Understanding and management of
cyanobacterial blooms in sub-tropical resevoirs of Queensland, Australia.
Water Science and Technology 37 (2): 161 168.
KOBAYASHI, T., B.G. SANDERSON and G.N.G. GORDON 2005. A
phytoplankton community in a temperate reservoir in New South Wales,
Australia: Relationships between similarity and diversity indices and measures
of hydrological disturbance. Marine and Freshwater Research 56(2): 203
214.
LAI, P.C. and P.K.S. LAM 1997. Major pathway for nitrogen removal in waste
water stabilisation ponds. Water, Air, and soil Pollution 94 (1-2): 125
136.
LIN, C.K., Y. YI, S.H.M..K. RESTA, R.B. SHIVAPPA
and M.A.K.
CHOWDURRY 2000. Management of organic matter and nutrient
th
regeneration in pond bottoms. PD/A CRSP 16
Annual Technical Report:
22-26.
LIPSEY, L.L.JR. 1980. Phytoplankton of selected borrow pit in Northern Illinois.
Ohio Journal of Science 80: 108 113.
LORENZEN, K., J. STRUVE and V.J. COWAN 1997. Impact of farming intensity
and water management on nitrogen dynamics in intensive pond culture: A
mathematical model applied to Thai commercial shrimp ponds. Aquaculture
Research 28: 493 507.
LOWREY, O.H., N.J. ROSENBROUGH, A.L. FARR and R.J. RANDALL 1951.
Protein measurement with the folin phenol reagent. The Journal of
Biological Chemistry 1983: 265275.

337

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

TJANDRA CHRISMADHA DAN FAUZAN ALI

MITROVIC, S.M., B.C. CHESSMAN, L.C. BOWLING and R.H. COOKE 2006.
Modelling suppression of cyanobacterial blooms by flow management in a
lowland river. River Research and Applications 22: 109 114.
MIZUNO, T., 1970. Illustration of the freshwater plankton of Japan.Hoikusha
Publishing Co. Ltd. Osaka, Japan: 42 pp.
PATRICK, R. 1959. Bacillariophyceae. In: EDMONSON, W.T. (ed.), Freshwater
Biology. 2nd ed. John Willey, New York: 171.
PRESCOTT, G.W. 1951. Algae of the western Great Lakes area. Cranbrook
Institute of Science, Bulletin No. 31: 946 pp.
RATNA, E. 2001. Hubungan fitoplankton dengan kualitas air pada perairan
tambak udang di Serang, Banten. Skripsi Jurusan Biologi, F.MIPA
UNPAD: 52 hal.
SEYMOUR, E.A. 1980. The effect and control of algal blooms in fish ponds.
Aquaculture 19: 55 74.
SZYPER, J.P. and J.M. EBELING 1993. Photosynthesis and community respiration
at three depths during a period of stable phytoplankton stock in a eutrophic
brackish water culture pond. Marine Ecology Progress Series 94: 229
238.
THOMPSON, R.H. 1959. Algae. In: EDMONSON W.T. (ed.). Freshwater
Biology. 2nd ed. John Willey, New York: 115 170.
WEBSTER, I.T., B.S. SHERMAN, M. BORMANS and G. JONES 2000.
Management strategies for cyanobacterial blooms in an impounded lowland
river. Regulated Rivers: Research and Management 16 (5):513 525.
WEITHOFF, G., A. LORKE and N. WALZ 2000. Effect of water-column mixing
on bacteria, phytoplankton, and rotifers under different levels of herbivory
in a shallow eutrophic lake. Oecologia 125 (1): 91@.
ZIMBA, P.V., C.C. GRIMM, C.P. DIONIGI and C.R. WEIRICH 2001.
Phytoplankton community structure, biomass, and off-flavour: Pond size
relationship in Lousiana cat fish ponds. Journal of the World Aquaculture
Society 32 (1): 96 104.

338

Anda mungkin juga menyukai