id
ABSTRAK
Hingga saat ini masih belum ada teknologi yang memadai untuk mengontrol komunitas
fitoplankton dalam air kolam. Upaya pemahaman yang lebih komprehensif terhadap mekanisme
ekologis dan fisiologis perkembangan komunitas fitoplankton masih perlu terus dilakukan untuk
mendukung pengembangan konsep teknologi kontrol komunitas perairan tersebut. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengamati perkembangan komunitas fitoplankton dalam kolam sistem
aliran tertutup arus deras yang digunakan untuk budidaya pendederan anakan udang galah.
Kolam yang digunakan berupa kolam semen berbentuk rolet volume 6x2x1,2 m3, dilengkapi
sebuah kincir pengaduk untuk memutar airnya. Dasar kolam diisi tanah setinggi 20 cm.
Pemupukan air kolam dilakukan dengan pupuk kompos secara reguler. Pengamatan
perkembangan fitoplankton, kualitas air, dan pakan alami dilakukan setiap minggu selama 42
hari masa pendederan udang galah tersebut. Hasil penelitian memperlihatkan suksesi 35 jenis
fitoplankton yang tumbuh dan berkembang silih berganti di dalam air kolam, meliputi 4 jenis
cyanophyta, 1 jenis euglenophyta, 16 jenis chlorophyta, 1 jenis pyrophyta, dan 13 jenis
bacillariophyceae (diatom). Masa awal perkembangan fitoplankton ditandai dengan pertumbuhan
cepat dari jenis-jenis cyanophyta, namun setelah melewati minggu pertama komunitas
fitoplankton didominasi oleh jenis-jenis dari klas bacillariophyceae. Dominasi kelompok diatom
dikaitkan dengan kondisi arus deras serta nilai rasio N:P yang lebih menguntungkan
pertumbuhan kelompok tersebut. Perkembangan komunitas fitoplankton juga memperlihatkan
korelasi yang sangat erat dengan kondisi pakan alami.
Kata kunci: Komunitas fitoplankton, kolam, kualitas air, pakan alami.
ABSTRACT
DYNAMICS OFPHYTOPLANKTON COMMUNITY IN AHIGH RATE CLOSED
RECIRCULATION SYSTEM POND. Up to recent time, there is no suitable technology
available to control phytoplankton community in ponds. Efforts to attain a comprehensive
understanding on the ecological and physiological mechanisms of phytoplankton community
development in the water have still to be conducted to establish the technology. The present
study aims to investigate phytoplankton community development in an experimental flowing
water closed resirculation pond which was apllied for rearing juvenile of giant prawn. The
325
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
3
experimental pond was a rollete form concrete pond of 6x2x1,2 m volume,
provided with a
paddle wheel to circulate the water. The pond bottom was overlied by 20 cm thick natural
soil. Organic fertiliser was also apllied regularly. Observation on phytoplankton, water
quality, and natural feed development was carried out every week in 42 days culture period.
The result showed succession of 35 phytoplankton species grew sporadically in the pond
water. They consisted of 4 cyanophyte, 1 euglenophyte, 16 chlorophyte, 1 pyrophyte, and 13
bacillariophyceae (diatom). Early development of the phytoplankton community was
dominated by cyanophytes which made up to 60% of total species. After the first week,
however, the domination was moved toward the diatom in accordance with the development
of species diversity in the pond. Diatom domination is associated with the flowing water
condition as well as the high value of N:P ratio which more favored the growth of the diatom.
It is also showed that the phytoplankton development was closely correlated with the natural
feed productivity in the pond.
PENDAHULUAN
Fitoplankton berperan penting dalam keseimbangan ekosistem kolam perikanan,
karena kemampuannya untuk melakukan fotosintesis dan berperan sebagai produsen
yang menstimulasi proses pertumbuhan organisme pakan alami lainnya melalui
mekanisme rantai makanan (BOYD 1992; SZYPER & EBELING 1993). Di samping
itu fitoplankton juga sangat menentukan keseimbangan oksigen, pH dan tingkat
kekeruhan air, serta berperan aktif dalam siklus nutrien, khususnya N dan P dalam air
kolam (BOYD 1992).
Perkembangan komunitas fitoplankton dalam air kolam pada umumnya dipicu
oleh peningkatan kesuburan air akibat proses pemupukan dan pemberian pakan buatan
(BOYD 1992; HOFMANN & HOFLE 1993; SZYPER & EBELING 1993).
Kadar pemupukan yang optimum dapat mendukung produktivitas kolam perikanan.
Seperti telah dilaporkan oleh BROWN & GRATZEK (1980) bahwa pemupukan
organik bahkan dapat menggantikan fungsi pakan buatan pada uji coba budidaya
berbagai jenis ikan, yaitu ikan mas, mujair, dan koan dan mampu meningkatkan
produktivitas kolam hingga 8 ton/ha. Namun pada tingkat kepadatan yang tinggi,
fitoplankton dapat menjadi kompetitor oksigen yang mematikan ikan, khususnya pada
malam hari serta pada kondisi intensitas cahaya matahari yang sangat rendah (BOYD
1992). Di samping itu kematian masal fitoplankton yang mendadak pada puncak
ledakan populasinya juga telah sering dilaporkan. Umumnya hal itu diikuti oleh proses
dekomposisi yang intensif dan mengkonsumsi habis persediaan oksigen terlarut dalam
air kolam serta tingginya konsentrasi senyawa-senyawa nitrit, ammonia, dan asam
sulfida (SEYMOUR 1980). Berbagai jenis fitoplankton, khususnya dari kelompok
326
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
alga biru juga telah dilaporkan dapat menimbulkan aroma yang tidak sedap pada
produk perikanan (ZIMBA et al. 2001).
Meskipun banyak penelitian telah menyimpulkan pentingnya kesetimbangan
komunitas fitoplankton untuk mendukung tingkat produktivitas pada badan perairan
kolam, namun hingga saat ini masih belum ada teknologi yang memadai untuk
mengontrol komunitas fitoplankton dalam air kolam tersebut. BOYD (1992)
melaporkan bahwa penggunaan bahan algisida, diantaranya tembaga sulfat dan simazin
kurang efektif untuk mengontrol perkembangan fitoplankton. Bahkan penggunaan
senyawa-senyawa algisida tersebut pada umumnya menyebabkan turunnya konsentrasi
oksigen terlarut dalam air kolam. Sementara itu berbagai laporan menyebutkan
kejadian ledakan populasi fitoplankton tanpa adanya korelasi yang jelas dengan
parameter kualitas air dan hidrologi kolam (RATNA 2001; LIPSEY 1980;
BUFFORD & PEARSON 1998; EVGENIDOU et al. 1999; KOBAYASHI et al.
2005). Kajian terhadap mekanisme kontrol faktor nutrien N, P, dan Si secara ekologis
di lapangan maupun di laboratorium juga belum dapat memberikan penjelasan yang
memadai terhadap mekanisme perkembangan komunitas fitoplankton di suatu badan
perairan (BULGAKOV & LEVICH 1999). WEITHOFF et al. (2000) melaporkan
hubungan kompleks perkembangan komunitas fitoplankton dengan komunitas hewan
planktonik, khususnya yang bersifat herbivor mengikuti kaidah jejaring makanan dalam
suatu ekosistem. Sementara ELLIOTT et al. (2001) mengemukakan hipotesis tentang
pengaruh pergerakan air terhadap pengayaan niche dan keragaman organisme
plankton dalam suatu badan air. Upaya pemahaman yang lebih komprehensif terhadap
mekanisme ekologis dan fisiologis perkembangan komunitas fitoplankton masih perlu
terus dilakukan untuk mendukung pengembangan konsep teknologi kontrol komunitas
perairan tersebut di lapangan.
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap perkembangan komunitas
fitoplankton dalam kolam sistem aliran tertutup arus deras yang digunakan untuk
budidaya pendederan anakan udang galah, dimana pemupukan organik dilakukan
secara rutin untuk menstimulasi pertumbuhan pakan alami di dalamnya. Keuntungan
pengamatan perkembangan komunitas fitoplankton dalam sistem aliran tertutup tersebut
mengeliminasi faktor-faktor tidak terkontrol yang datang bersama dengan air masuk,
seperti faktor masukan nutrien eksternal dan faktor hidrologi lainnya. Sementara itu
dalam sistem arus deras karakter kolam lebih mendekati tipe ekosistem perairan
mengalir (lentik) yang berbeda dengan tipe kolam-kolam perikanan pada umumnya.
Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam
upaya mempercepat upaya pengembangan konsep ataupun teknologi untuk mengontrol
perkembangan komunitas fitoplankton di perairan kolam perikanan pada kondisi yang
paling menguntungkan.
327
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
328
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
D
B
C
Gambar 1. Skema rancangan kolam arus deras sistem tertutup; A) alur badan
kolam, B) dinding penyekat, C) baling baling dan D) motor
penggerak.
Figure 1.
Parameters
Methods
pH
Suhu
Konduktivitas
Turbiditas
DO
BOD(5)
Alkalinitas
Total fosfor
10
P-fosfat
11
Total nitrogen
12
N-ammonia
13
N-nitrat
14
N-nitrit
15
Klorofil-a
16
Protein
329
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
330
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
arah Cyclotella (>60%) yang berukuran lebih kecil. Pada saat arus berhenti pada
hari ke-42, semua jenis diatom hilang, kemungkinan mengendap, sementara yang
masih teramati adalah beberapa jenis alga dari kelompok cyanophyta dan chlorophyta
(Tabel 2).
Disamping faktor arus air seperti diuraikan di atas, perkembangan komunitas
fitoplankton juga terkait dengan kesuburan air kolam yang cenderung meningkat
akibat beban pemupukan dan pemberian pakan udang secara reguler (Gambar 2).
Fenomena meningkatnya konsentrasi senyawa nitrogen dalam air kolam yang dipupuk
secara reguler telah dilaporkan sebelumnya (BOYD 1992; LIN et al. 2000). Sejalan
dengan itu EVGENIDOU et al. (1999) melaporkan respon perkembangan komunitas
fitoplankton yang cenderung didominasi oleh kelompok diatom sentrik pada kondisi
perairan estuarin yang mengalami beban nitrogen tinggi. Demikian juga bila diperhatikan
nilai rasio N:P air kolam yang pada umumnya di atas 10, fenomena dominasi kelompok
diatom tersebut sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah mengamati
kecenderungan dominasi kelompok diatom pada kondisi perairan dengan nilai rasio
N:P relatif tinggi (BULGAKOV & LEVICH 1999). Namun bila melihat nilai korelasi
(r2) parameter senyawa N dan P dengan keberadaan fitoplankton dalam air kolam
tingkat korelasi yang paling tinggi teramati pada parameter fosfat (Tabel 3). Hal ini
menunjukkan bahwa senyawa fosfat lebih menjadi faktor pembatas terhadap
pertumbuhan komunitas fitoplankton dalam air kolam dibandingkan dengan elemen
nutrien lainnya.Hal ini sekaligus dapat menjelaskan fenomena rendahnya laju
peningkatan kandungan senyawa fosfor dalam air kolam pada saat terjadi penurunan
perkembangan komunitas fitoplankton.
Hasil penelitian ini juga mencatat kemampuan komunitas fitoplankton untuk
mengendalikan penumpukan senyawa nitrogen dan fosfor dalam air kolam dan
memanfaatkannya untuk pertumbuhan dan produksi biomassa yang dapat berguna
sebagai pakan alami bagi organisme lain yang tumbuh dalam kolam tersebut.
Konsentrasi nitrogen total, nitrat dan fosfat dalam air kolam nampak relatif stabil
selama empat minggu pertama ketika perkembangan komunitas fitoplankton
berlangsung pesat. Sementara itu pada saat pertumbuhan komunitas fitoplankton
menurun, terjadi peningkatan konsentrasi nitrogen total dan nitrat yang sangat pesat.
Fenomena yang sama terjadi pada konsentrasi senyawa fosfor namun tingkat
lonjakannya tidak setinggi senyawa nitrogen. Hasil ini mendukung laporan sebelumnya
yang mengamati kemampuan assimilasi senyawa nitrogen komunitas fitoplankton pada
perairan dengan beban moderat di tambak udang (LORENZEN et al. 1977). LAI
& LAM (2004) juga melaporkan peran serupa tentang pentingnya fitoplankton pada
proses pencucian senyawa nitrogen pada kolam stabilisasi sistem pengolah limbah.
331
Tu r bi di
t y&SS
u
80
Tabel 2.
Turbid NTU
0,6
SS mg/l
0,5
Cond mS/cm
60
0,4
0,3
40
0,2
20
Komposisi
TP & P- P
O4 ( m g/
l)
P
4
0,4 Species
Group and
N:P
2 7 14 21 25
0,1
kti vi t y
100
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
ondu
C
ndu
du
u
0
20
Days
35 42
15
332
N:P
0,3
Cyanophyceae
10
Anacystis
28,57 9,04 4,34 3,29 1,21 0,32
0,2
Coccochloris
21,43
1,31
0,32
Microsystis
0,66
1,62 7,04 5
0,1
Oscillatoria
21,43 6,02 7,38 1,31 0,72 1,29 49,30
Euglenophyta
0
0
Euglena
0,60 0,09 0,13
1,41
5
TN
0,2
Chlorophyta
N- NO3 7,14 3,01 1,30 1,31
Actinastrum
4
Botryococcus
1,29
0,15
N- NH4
Chaetophora
N- NO2
3
Chlamydomonas
0,43
1,31
0,1
Chlorella 2
7,14
3,48 1,97
0,65 7,04
Closteriopsis
0,87
3,29
0,00
0,05
Coelastrum
2
,61
1,97
0,97
1,29
1
Cosmarium
7,04
Dictyosphaerium
0,43
1,21
0
0
Franceia
7,14
3,29 0,24
Micractinium
5,91 5,80 0,97
Palmella
3,01
1,74
0,32
Pleurodiscus
0,43
5,26
Scenedesmus
0
,43
0,48deras
1,29
28,17
Gambar 2. Dinamika kualitas air kolam sistem aliran tertutup arus
selama
masa
Selenastrum
0,66 0,48
pengamatan.
Uronema
2,61
Pyrrophyta
Figure 2.
Water quality dynamics of the high rate closed recirculation system pond during
Peridinium
1,62
observation.
Bacillariophyceae
Amphora
0,87
Caloneis
7,14 54,22 19,11
0,24 4,53
Selama
masa uji coba nilai konduktivitas
air kolam cenderung naik secara
Cyclotella
15,06 4,78 15,77 61,11 35,60
stabil, sementara
keterkaitan yang
Cymbella uji korelasi memperlihatkan tingkat
1,30
2,59tinggi antara
keberadaan
fitoplankton dengan nilai konduktivitas
perairan tersebut. Nilai
Denticula
Diatomella
1
,74
1,31
0,24
1,62
konduktivitas dapat diartikan sebagai tingkat ketersediaan mineral dalam perairan
23,02 9,20
8,70
kolam. Fragillaria
Dari aspek fisiologis berbagai mineral dikenal
sebagai
unsur33,66
mikro, yaitu
Frustullia
4,85
unsur nutrien
yang diperlukan dalam jumlah
sangat
sedikit oleh tumbuhan, termasuk
Gomphoneis
9,04
14,34
Mastogloia
0,43
5,26
1,21
Navicula
1,74
28,91 14,01 6,15
Pinnularia
1,30
Stauroneis
5,21
7,88
3,38
333
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Table 3.
334
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Ph yt o pl a n kton ( i nd/ m
n
d/
2500
2000
1500
Total
Cyanophyta
Euglenophyta
Chlorophyta
Pyrrophyta
Bacillariophyceae
1000
500
0
40
0,120
Protein
Klorofil
0,100
Pr ote i n(m
e
m
g/
l)
35
30
0,080
25
0,060
20
15
0,040
10
45
0,020
5
0
0,000
14
21
28
35
42
Hari
KESIMPULAN
Pengamatan kolam sistem aliran tertutup arus deras memperlihatkan suksesi
35 jenis fitoplankton yang tumbuh dan berkembang silih berganti di dalam air kolam
tersebut, meliputi 4 jenis cyanophyta, 1 jenis euglenophyta, 16 jenis chlorophyta, 1
jenis pyrophyta, dan 13 jenis bacillariophyceae (diatom). Masa awal perkembangan
fitoplankton ditandai dengan pertumbuhan cepat dari jenis-jenis cyanophyta, namun
setelah melewati minggu pertama komunitas fitoplankton didominasi oleh jenis-jenis
dari klas bacillariophyceae. Dominasi kelompok diatom diduga berkaitan dengan
kondisi arus deras serta nilai rasio N:P yang lebih menguntungkan pertumbuhan
kelompok tersebut. Perkembangan komunitas fitoplankton juga memperlihatkan
korelasi yang sangat erat dengan kondisi pakan alami di dalam kolam sistem aliran
tertutup.
335
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
DAFTAR PUSTAKA
APHA, 1975. Standard methods for the examination of water and wastewater.
20th ed. Washington DC: 1231 pp.
APHA. 1998. Standard methods for the examination of water and wastewater.
20th ed. Washington DC: 1231 pp.
BOYD, C.E. 1992. Water quality management for pond fish culture. Elsevier.
Amsterdam: 318 pp.
BROWN, E.E. and J.B. GRATZEK 1980. Fish farming hand book. Van Nostrand
Reinhold Company. New York: 391 pp.
BRUNSON, M.W., C.G. LUTZ, and R.M. DURBORROW 1994. Algae bloom
in commercial fish production ponds. SRAC Publication. No. 466: 43
pp.
BUFFORD, M.A. and D.C. PEARSON 1998. Effect of different nitrogen sources
on phytoplankton composition in aquaculture ponds. Aquatic Microbial
Ecology 15: 277 284.
BULGAKOV, N.G. and A.P. LEVICH 1999. The Nitrogen:phosphorous ratio as a
factor of regulating phytoplankton community struckture. Archiv fur
Hydrobiologie 146 (1): 3 22.
ELLIOT, J.A., E. IRISH and C.S. REYNOLD 2001. The effects of vertical mixing
on a phytoplankton community: a modelling approach to intermediate
disturbance hyphothesis. Fresh Water Biology 46: 1291 1297.
336
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
337
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
MITROVIC, S.M., B.C. CHESSMAN, L.C. BOWLING and R.H. COOKE 2006.
Modelling suppression of cyanobacterial blooms by flow management in a
lowland river. River Research and Applications 22: 109 114.
MIZUNO, T., 1970. Illustration of the freshwater plankton of Japan.Hoikusha
Publishing Co. Ltd. Osaka, Japan: 42 pp.
PATRICK, R. 1959. Bacillariophyceae. In: EDMONSON, W.T. (ed.), Freshwater
Biology. 2nd ed. John Willey, New York: 171.
PRESCOTT, G.W. 1951. Algae of the western Great Lakes area. Cranbrook
Institute of Science, Bulletin No. 31: 946 pp.
RATNA, E. 2001. Hubungan fitoplankton dengan kualitas air pada perairan
tambak udang di Serang, Banten. Skripsi Jurusan Biologi, F.MIPA
UNPAD: 52 hal.
SEYMOUR, E.A. 1980. The effect and control of algal blooms in fish ponds.
Aquaculture 19: 55 74.
SZYPER, J.P. and J.M. EBELING 1993. Photosynthesis and community respiration
at three depths during a period of stable phytoplankton stock in a eutrophic
brackish water culture pond. Marine Ecology Progress Series 94: 229
238.
THOMPSON, R.H. 1959. Algae. In: EDMONSON W.T. (ed.). Freshwater
Biology. 2nd ed. John Willey, New York: 115 170.
WEBSTER, I.T., B.S. SHERMAN, M. BORMANS and G. JONES 2000.
Management strategies for cyanobacterial blooms in an impounded lowland
river. Regulated Rivers: Research and Management 16 (5):513 525.
WEITHOFF, G., A. LORKE and N. WALZ 2000. Effect of water-column mixing
on bacteria, phytoplankton, and rotifers under different levels of herbivory
in a shallow eutrophic lake. Oecologia 125 (1): 91@.
ZIMBA, P.V., C.C. GRIMM, C.P. DIONIGI and C.R. WEIRICH 2001.
Phytoplankton community structure, biomass, and off-flavour: Pond size
relationship in Lousiana cat fish ponds. Journal of the World Aquaculture
Society 32 (1): 96 104.
338