Anda di halaman 1dari 23

OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK

BLOCKING AGENT

Oleh :

Perseptor :
Dr.Nasman Puar Sp.An

BAGIAN ILMU ANESTESI RSUP DR M DJAMIL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2010
KATA PENGANTAR

OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, karena


berkat rahmat dan hidayahNYA penulis dapat meyelesaikan referat yang
berjudul OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT.
Referat ini merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr.Nasman Puar Sp.An
selaku dosen pembimbing beserta semua pihak yang telah membantu
penyusunan referat ini.
Akhir kata penulis berharap agar referat ini bisa bermanfaat bagi
kita bersama, serta dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
pemahaman sebagai klinisi yang nantinya dapat.diaplikasikan untuk
penatalaksanaan pasien dengan lebih baik dan komprehensif.

Padang, 18 Desember
2010

Penulis

2 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..2


DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar

Belakang4
1.2

Batasan

Masalah..5
1.3

Tujuan

Penulisan.5
1.4

Manfaat

Penulisan...5
1.5

Metode

Penulisan5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Obat adrenergic..6
2.2 Klasifikasi Obat adrenergik
10
2.3 Farmakodinamik dan farmakokinetik.21
2.4 Definisi Adrenergik blocking agent..
2.5 Klasifikasi Adrenergik blocking agent.
2.6 Farmakodinamik dan farmakokinetik..
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan28
3.2
Saran..28

3 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

REFERENSI.2
9

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Gastroesofagus reflux disease (GERD) merupakan kelainan saluran

cerna bagian atas yang disebabkan oleh refluks gastroesofagus patologik.


Frekuensinya

cukup tinggi di negara maju, dengan diet dan obesitas

sebagai faktor yang mempengaruhi. Di Indonesia penyakit ini sering tidak


terdiagnosis oleh dokter bila belum menimbulkan keluhan yang berat,
seperti esofagitis.
Refluks gastroesofagus adalah peristiwa masuknya isi lambung ke
dalam esofagus yang

terjadi secara intermiten pada setiap orang,

terutama setelah makan. Refluks yang terjadi tanpa menimbulkan gejala


dan

perubahan

histologik

mukosa

esofagus,

disebut

refluks

gastroesofagus fisiologik. Bila refluks terjadi berulang-ulang, sehingga


4 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

timbul gejala dan komplikasi, disebut refluks gastroesofagus patologik.


Keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam
esophagus , dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan
esofagus, laring dan saluran nafas.

Penyakit

refluks gastroesofagus

memiliki beberapa istilah yang meliputi refluks esofagitis dan refluks


simtomatis.

Pada

refluks

esofagitis

terjadi

perubahan

histologik,

sedangkan refluks simtomatis menimbulkan gejala tanpa perubahan


histologik dinding esofagus.
Manifestasi klinis penyakit refluks gastroesofagus sangat bervariasi
dan gejala yang timbul kadang-kadang sukar dibedakan dengan kelainan
fungsional lain dari traktus gastrointestinal. Gejala refluks juga bisa terjadi
di ekstra esophagus atau bahkan menimbulkan komplikasi seperti striktur,
esophagus Barret hingga adenokarsinoma esophagus.

Penatalaksanaan

penyakit refluks gastroesofagus tergantung dari berat ringannya penyakit


dan terdiri dari beberapa teknik, mulai dari perubahan pola hidup, terapi
farmakologi hingga terapi bedah dan endoskopi. Terapi bedah yang
dilakukan juga tidak terlepas dari efek samping. Sebagai dokter keluarga,
arahan terapi GERD ini lebih banyak di prioritaskan untuk pencegahan
dan pengendalian kebiasaan yang berisiko, serta terapi farmakologi yang
tepat sasaran, agar tidak terjadi komplikasi yang fatal pada pasien.

1.2

Batasan Masalah
Referat OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

ini membahas mengenai definisi, Klasifikasi, farmakokinetik,


farmakodinamik, dan efek samping dari obat adrenergik dan antagonis
adrenergic.
1.3

Tujuan Penulisan

5 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

Referat ini disusun dengan tujuan untuk lebih memahami mengenai


tentang obat adrenergik dan antagonis adrenergik sekaligus sebagai salah
satu pemenuhan sesi pembelajaran dokter muda bagian Ilmu anestesi
RSUP DR M DJAMIL dalam sesi ujian akhir.
1.4

Manfaat Penulisan
Referat

ini

disusun

dengan

harapan

dapat

meningkatkan

pemahaman mengenai obat adrenergic dan antagonist adrenergic,


sehingga nantinya dapat diaplikasikan dengan baik pada kasus di
lapangan sesuai kompetensi dokter keluarga.
1.5

Metode Penulisan
Referat ini disusun berdasarkan studi kepustakaan dari berbagai

buku dan jurnal yang membahas mengenai obat adrenergik dan antagonis
adrenergik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi obat adrenergic
Obat golongan disebut obat adrenergik karena efek yang
ditimbulkannya mirip perangsangan saraf adrenergic atau mirip efek
neuro transmitter norepinefrin dan epinefrin.
Kerja obat adrenergic dapat dikelompokkan dalam 7 jenis:
1. Perangsangan organ perifer : otot polos pembuluh darah kulit dan
mukosa,kelenjer liur dan keringat.
2. Penghambatan organ perifer : otot polos usus,bronkus,pembuluh
darah otot rangka
3. Perangsangan jantung dengan akibat peningkatan denyut jantung
dan kekuatan kontraksi
6 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

4. Perangsangan SSP,misalnya perangsangan pernapasan,peningkatan


kewaspadaan,aktivitas psikomotor,pengurangan nafsu makan
5. Efek metabolik misalnya peningkatan glikogenolisis di hati dan
otot,lipolisis dan penglepasan asam lemak bebas dari jaringan
lemak
6. Efek endokrin : mempengaruhi sekresi insulin,renin dan hormon
hipofisis
7. Efek prasinaptik

2.2 Klasifikasi Obat adrenergic


Berdasarkan cara kerjanya obat adrenergic terbagi 2 :
Obat adrenergik kerja langsung

Agonis

/ norepinefrin dan epinefrin


klonidin dan metilnorepnefrin
fenilefrin dan metaraminol

Agonis

/ epinefrin dan isoprenaline


salbutamol dan terbutalin
norepinefrin dan dobutamine
obat yang selektif reseptor
epinefrin dan norepinefrin dirusak dalam usus dan mempunyai durasi
kerja pendek bila di suntikkan karena adanya ambilan dan metabolisme.
Epinefrin meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan frekuensi
dan kekuatan denyut jantung. Stimulasi reseptor pembuluh darah
menyebabkan vasokontriksi (visera,kulit),tetapi stimulasi menyebabkan

7 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

vasodilatasi (otot skelet) dan akhirnya resistensi perifer total bisa


menurun.
Norepinefrin mempunyai sedikit efek atau tidak sama sekali pada reseptor
pembuluh darah dan karena itu vasokonstriksi yang diperantai reseptor
tidak di lawan. Terjadinya peningkatan tekanan darah akibat hal
tersebut akhirnya akn memperlambat jantung,biasanya mengatasi aksi
stimulasi secara langsung pada denyut jantung. Epinefrin yang
diberikan melalui suntikan mempunyai kegunaan penting pada syok
anafilaktik.
Obat selektif reseptor
Isoprenalin menstimulasi semua reseptor , meningkatkan frekuensi dan
kekuatan denyut jantung serta menyebabkan vasodilatasi efek tersebut
menyebabkan penurunan tekanan diastolik dan tekanan arteri rata rata
dengan sedikit perubahan pada tekanan sistolik
Agonist adrenoreseptor adalah obat yang relatif selektif menyebabkan
bronkodilatasi pada dosis yang menyebabkan efek minimal pada jantung.
Agonist ini resisten terhadap MAO dan kemungkinan tidak diambil kembali
ke dalam neuron. Penggunaan utamanya adalah pada terapi asma.
Obat adrenergic kerja tidak langsung
Simpatomimetik yang bekerja secara tidak langsung menyerupai struktur
norepineprin yang ditransport oleh ambilan pertama ke dalam terminal
saraf, dimana simpatomimetik menggeser norepinefrin vasikular ke
dalam sitoplasma beberapa norepinefrin di metabolisme oleh MAO namun
sisanya dilepaskan oleh transport yang diperantarai pembawa untuk
mengaktivasi adrenoseptor.
Contoh obat adrenergic kerja tidak langsung :
o Efedrin
o Amphetamin
o Kokain

8 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

Amphetamine resisten terhadap MAO. Aksi perifer misalnya


takikardi, hipertensi dan aksi stimulan centralnya terutama disebabkan
oleh pelepasan katekolamin.
Kokain selain sebagai anestetik lokal merupakan simpatomimetik
karena kokain menghambat ambilan kembali norepinefrin oleh terminal
saraf. Kokain mempunyai efek stimulan sentral yang kuat.
Efedrin selain menyebabkan pelepasan norepinefrin juga
mempunyai efek bekerja secara langsung. Efek efedrin menyerupai efek
epinefrin namun durasi kerjanya jauh lebih panjang. Efedrin merupakan
suatu stimulan sentral yang ringan tetapi amphetamine lebih mudah
masuk ke dalam otak, mempunyai efek stimulan yang jauh lebih hebat
terhadap mood dan kesigapan serta mempunyai efek depresi pada nafsu
makan.
Farmakodinamik dan farmakokinetik
EPINEFRIN
Farmakodinamik
Kardiovaskuler : pembuluh darah
Dominasi reseptor pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi perifer yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Pada
waktu kadar epi menurun efek pada reseptor lebih dulu menghilang
sedangkan terhadap reseptor menyebabkan hipotensi sekunder pada
pemberian epi secara sistemik. Epi pada dosis yang tidak banyak
mempengaruhi tekanan darah,meningkatkn resistensi pembuluh darah
ginjal,danmengurangi aliran darah ginjal 40%. Eksresi Na,K,Cl
berkurang,volume urin bertambah,berkurang atau tidak berubah.
Epi memperkuat kontraksi dan mempercepat relaksasi. Dalam
mempercepat denyyut jantung dalam kisaran fisiologis,epi
memperpendek waktu sistolik tanpa memperpendek waktu diastolik.
Akibat nya curah jantung bertambah tetapi kerja jantung dan pemakaian
ok

9 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

2.4 Definisi Adrenergik blocking agent


Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan obat yang
menghambat perangsangan adrenergik. Berdasarkan tempat kerjanya,
golongan obat i ni di bagi atas antagonis adrenoreseptor dan penghambat
saraf adrenergik.
Antagonis adrenoreseptor atau adrenoreseptor bloker ialah obat
yang menduduki adrenoreseptor sehingga menghalanginya untuk
berinteraksi dengan obat adrenergik, dan dengan demekian menghalangi
kerja obat adrenergik pada sel efektornya.Ini berarti edrenoreseptor
blocker mengurangi respons sel efektor adrenergik terhadap
perangsangan saraf adrenergik maupun tehadap obat adrenergik
eksogen. Untuk masing msing adrenoreseptor atau -blocker memblok
hanya reseptor dan tidak menduduki reseptor . Sebaliknya antagonis
reseptor atau -blocker memblok hanya reseptor dan tidak
mempengaruhi reseptor .
Penghambat saraf adrenergik ialah obat yang mengurangi respon
sel efektor terhadap perangsangan saraf adrenergik, tetapi tidak terhadap
obat adrenergik eksogen. Obat golongan ini berkerja pada ujung saraf
adrenergik, mengganggu pengelepasan dan/atau penyimpanan
norepinefrin (NE).

2.5 Klasifikasi Adrenergik blocking agent


Berdasarkan tempat kerjanya :
o Antagonis adrenoreseptor atau adrenoreseptor blocker

Antagonis adrenoreseptor ( Blocker )

- Blocker nonselektif

- Blocker selektif
10 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

- Blocker selektif

Antagonis adrenoreseptor ( Blocker )

o Penghambat saraf adrenergic

2.6 Farmakodinamik dan farmakokinetik


I. Antagonis adrenoreseptor atau adrenoreseptor blocker
Antagonis adrenoreseptor ( Blocker )

- Blocker nonselektif
Ada 3 kelompok :
1. Derivat haloalkilamin
Sebagai haloetilamin tersier, obat obat ini dalam suasana netral
atau basa dalam darah akan kehilangan gugus halogen dan
membentuk cincin etilenimonium yang reaktif dan tidak stabil. Kemudian
cincin etilenimonium ini pecah dan membentuk ion karbonium yang
sangat reaktif, yang akan bereaksi dengan gugus sulfhidril, amino dan
karboksil, membentuk ikatan kovalen yang stabil dengan adrenoreseptor
. Akibatnya, hambatan bersifat ireversible.Obat golongan ini di sebut
blocker yang nonkompetitif dan kerjanya panjang, di samping kerjanya
yang nonselektif pada reseptor maupun . Sebagai contoh dibenamin
dan fenoksibenzamin.
Farmakodinamik. Karena sifat hambatan yang irrevesible, dapat
dianggap bekerja dengan cara mengurangi jumlah adrenoreseptor yang
tesedia untuk dirangsang. Fenoksibenzamin memblok reseptor maupun
pada otot polos arteroil dan vena sehingga menimbulkan vasodilatasi
dan venodilatasi. Akibatnya tekanan darah turun dan terjadi reflek
stimulasi jantung. Hambatan reseptor di ujung saraf adrenergik
meningkatkan pelepasan NE dari ujung saraf, yang meningkatkan
11 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

reseptor pada jantung. Hambatan vasokonstriksi ini juga terjadi pada


hipovolemia dan vasodilatasi akibat anestesia.
Farmakokinetik. Absorpsi fenoksibenzamin dari saluran cerna hanya 20
30 %. Waktu paruhnya kurang dari 24 jam, tetapi lama kerjanya
bergfantung juga pada lamanya sintesis reseptor . Di perlukan waktu
berhari hari sebelum jumlah reseptor pada permukaan sel target
kembali normal. Tetapi lama kerjanya tidak terlalu panjang karena adanya
cadangan reseptor di otot polos pembuluh darah.
Efek samping utama adalah hipotensi postural, yang disertai dengan
reflek takikardia dan aritmia lainnya. Uji Ames meunjukan
fenoksibenzamin bersifat mutagenik, dan pemberian berulang pada
hewan coba menyebabkan sarkoma peritoneal dan tumor paru, tetapi
pada manusia belum diketahui.
Penggunaan utama fenoksibenzamin adalah untuk pengobatan
feokromositoma, yakni tumor anak ginjal yang melepas sebagian besar
NE dan Epi ke dalam sirkulasi dan menimbulkan hipertensi yang episodik
dan berat. Fenoksibenzamin diberikan pada pasien yang tidak dapat
menjalani dioperasi dan yang dalam persiapan untuk di operasi. Obat ini
mengendalikan episode hipertensi berat dan efek buruk NE dan Epi
lainnya, misalnya berkurangnya volume plasma dan kerusakan miokard.
Dosis awal 10 mg 2 kali sehari 1 - 3 minggu sebelum operasi. Dosis di
tingkatkan 2 hari sekali sampai mencapai tekanan darah yang diinginkan.
Dosis total sehari biasanya antara 40 - 120 mg di bagi dalam 2 3
pemberian. Fenoksibenzamin juga efektif untuk pengobatan simptomatik
hiperplasia prostat benigna ( BPH). Pada pria, proses menua disertai
dengan berkurangnya produksi testosteron. Sebagai kompensasi,
dibentuk lebih banya enzim 5 reduktase yang mereduksi testosteron
menjadi dihidrotestosteron ( DHT ) yang lebih aktif. Tetapi DHT
merangsang pertumbuhan prosat. blocker merelaksasi otot otot di
leher kandung kemih dan di kelenjar prostat yang kaya dengan reseptor
sehingga memperbaiki aliran urin dan mengurangi gejala gejala yang

12 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

ditimbulkan akibat obstruksi prostat tersebut. Pengobatan ini tidak lagi


digunakan karena menimbulkan hipotensi ortostatik.
2. Derivat Imidazolin
Fentolamin dan tolazolin memiliki efek yang sama terhadap sistem
kardiovaskular dengan fenoksibenzamin. Obat obat ini juga
menghambat reseptor serotonin, melepaskan histamin dari sel mast,
merangsang reseptor muskarinik di saluran cerna, merangsang sekresi
asam lambung, saliva, keringat dan air mata.
Efek samping yang utama adalah hipotensi. Refleks stimulasi jantung
menyebabkan takikardi yang hebat, aritmia jantung dan iskemia miokard,
sampai infark miokard. Stimulasi ke saluran cerna menyebabkan nyeri
lambung, mual dan eksaserbasi ulkus peptikum. Fentolamin tersedia
dalam vial 5 mg untuk pemberian IV dan IM, sedangkan tolazolin dalam
kada 25 mg/ml untuk suntikan IV. Fentolamin digunakan untuk mengatasi
episode akut hipertensi pada feokromositoma dengan dosis 5 mg
diberikan sebagai infus yang lambat, mengatasi pseudo obstruksi usus
pada feokromositoma, mencagah nekrosis kulit akibat ekstravasasi
agonis, krisis hipertensi dan disfungsi ereksi.

3. Alkaloid ergot
Ialah blocker yang pertama di temukan. Sifat farmakologisnya
kompleks, sebagai agonis atau antagonis parsial pada reseptor
adrenergik, reseptor dopamine dan reseptor serotonin. Ergotamine dan
derivat dehydrogenat tertentu memiliki efek anti adrenaline yang lemah
tetapi dapat memperkuat efek dari obat pressor yang lain terutama pada
pasien dengan hipertensi. Efek vasokonstriksinya adalah akibat stimulasi
adrenergik

blocker selektif
Derivat kuinazolin
13 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

Dalam kelompok ini termasuk prazosin, terazosin, alfulozin, dan


tamsulozin. Semuanya merupakan antagonis kompetitif pada reseptor
yang sanga poten dan selektif.
Farmakodinamik. Efek yang utama adalah hasil hambatan reseptor
pada otot polos arteriol dan vena, yang menimbulkan vaso- dan
venodilatasi sehingga menurunkan resistensi perifer dan aliran balik vena.
Penurunan resistensi perifer menyebabkan penurunan tekanan darah
tetapi biasanya tidak menimbulkan efek takikardia. Hsil ini disebabkan
karena - blocker tidak memblokreseptor prasinaps sehingga tidak
meningkatkan pengelepasan NE dari ujung saraf , penurunan aliran balik
vena menyebabkan berkurangnya peningkatan curah jantungdan denyut
jantung, bekerja sentral untuk mengurangi pengelepasan NE dari ujung
saraf di perifer dan menekan fungsi baroreseptor pada pasien hipertensi.
Karena efek vasodilatasinya, maka aliran darah di organ organ vital
dapat dipertahankan, demikian juga dengan aliran darah perifer di
ekstrimitas. Kelompok obat inicenderung mempunyai efek yang baik
terhadap lipid serum, menurunkan kolesterol LDL dan trigliserida serta
meningkatkab kolesterol HDL.
Farmakokinetik. Semua derivat kuinazolin di absorpsi dengan baik
pada pemberian oral,terikat kuat pada protein plasma(terutama -glikoprotein),mengalami metabolisme yang ekstensif di hati,dan hanya sedikit
yang diekskresi utuh melalui ginjal.
Perbedaan utama terletak pada waktu paruh eliminasinya.Prazosin
mempunyai waktu paruh 2-3 jam sehingga harus diberikan 2-3 kali
sehari.Terazosin

mempunyai

waktu

paruh

12

jam

sehingga

harus

diberikan 1-2 kali sehari.Sedangkan doksazosin dengan waktu paruh 2022jam dapat diberikan sekali sehari.Tamsulozin mempunyai waktu paruh
5-10 jam,alfulozin 3-5 jam.
Sediaan. Semua derivat kuinazolin diberikan per oral.Prazosin dalam
bentuk

tablet

mg

dan

mg,demikian

juga

terazosin

dan

doksazosin.Tamsulozin kapsul 0,2 mg,sedangkan alfuzosin tablet ER 10


mg.
14 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

Efek samping. Efek samping utama yang potensial dapat terjadi pada
pemberian -bloker adalah fenomen dosis pertama,yakni hipotensi
postural yang hebat dan sinkop yang terjadi 30-90 menit setelah
pemberian dosis pertama.Hal ini disebabkan oleh penurunan tekanan
darah yang cepat pada posisi berdiri akibat mula kerja yang cepat tanpa
disertai refleks takikardia sebagai kompensasi,bahkan diperkuat oleh
kerja sentral yang mengurangi aktivitas simpatis;di samping dosis awal
yang terlalu besar.Fenomen ini juga terjadi pada peningkatan dosis yang
telalu cepat atau pada penambahan antihipertensi kedua pada pasien
yang telah mendapat -bloker dosis besar.Toleransi terhadap fenomen
ini terjadi dengan cepat,mekanismenya tidak diketahui.Risiko terjadinya
fenomen ini dapat dikurangi dengan memberi dosis awal yang rendah (1
mg prazosin) sebelum tidur,meningkatkan dosis dengan perlahan,dan
menambahkan antihipertensi kedua dengan hati-hati.Pada pemberian bloker,tekanan darah harus diukur pada waktu berdiri maupun berbaring
untuk melihat adanya efek postural ini.Fenomen dosis pertama ini kecil
kemungkinan

terjadinya

pada

pemberian

doksazosin,kerena

selain

dilakukan titrasi dosis yang hati-hati,obat ini mempunyai mula kerja yang
lambat

(yang

menyertai

masa

kerjanya

yang

panjang)

sehingga

penurunan tekanan darah terjadi secara perlahan (gradual).


Efek

samping

yang

paling

sering

berupa

pusing

(hipotensi

postural),sakit kepala,ngantuk,palpitasi,edema perifer,dan mual.


Penggunaan Terapi
Hipertensi.

Semua

derivat

kuinazolin

diindikasikan

untuk

hipertensi,yang merupakan penggunaan utama dari kelompok obat ini.


Gagal

jantung

sistolik

(GJS).

Sebagai

vasodilator,-bloker

telah

digunakan untuk pengobatan GJK.-bloker menyebabkan dilatasi arteriol


dan vena,sehingga mengurangi afterload dan preload.Akibatnya,curah
jantung meningkat dan kongesti paru berkurang,sehingga kemampuan
melakukan

aktivitas

fisik

meningkat

dan

gejala

sesak

napas

berkurang.Pada penggunaan jangka panjang dengan prazosin,efek terapi


ini menetap tetapi jumlah kematian tidak berkurang.Lain halnya dengan
15 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

penggunaan penghambat ACE atau kombinasi hidralazin dengan nitrat


yang dapat memperpanjang hidup pasien GJK.-bloker lainnya,karena
relatif masih baru,belum diteliti efek jangka panjangnya untuk GJK.
Penyakit

vaskuler

perifer.

Prazosin

dapat

mengurangi

insiden

vasospasme digital pada pasien penyakit Raynaud.Pemberian doksazosin


pada pasien dengan hipertensi ringan sampai sedang dengan klaudikasio
intermiten dapat memperbaiki gejala penyakit tersebut.
Hiperplasia prostat benigna (BPH). Pemberian -bloker pada BPH
menyebabkan relaksasi otot-otot trigon dan sfingter di leher kandung
kemih

serta

otot

polos

kelenjar

prostat

yang

membesar,sehingga

memperbaiki aliran urin serta gejala-gejala lain yang menyertai obstruksi


prostat tersebut.

- Blocker selektif
Sebagai selektif hanya dikenal yohimbin, yang ditemukan di
dalam kulit batang pohon Pausinystalia yohimbe dan dalam akar
Rauwolfia. Yohimbin masuk SSP dengan mudah, disitu memblok reseptor

pascasinaps

dan

menyebabkan

peningkatan

aktivitas

neuron

adrenergik sentral, sehingga meningkatkan pelepasan NE dari ujung saraf


adrenergik di perifer. Akibatnya, terjadi peningkatan tekanan darah dan
denyut jantung serta aktivitas motorik, dan juga terjadi tremor. Yohimbin
juga merupakan antagonis serotonin. Dulu, obat ini banyak dipakai untuk
penyakit disfungsi ereksi pada pria.
Antagonis adrenoreseptor ( Blocker )
Antagonis adrenoreseptor yang sekarang terdapat di pasaran :
1. Propanolol ( tab 10 dan 40 mg )

11. Atenolol ( 50 dan 100

mg )
2. Nadolol ( tab 40 dan 80 mg )

12. Bisoprolol ( tab 2,5 dan

5 mg )
3. Pindolol ( tab 5 dan 10 mg )

13. Esmolol

16 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

4. Timolol ( tetes mata 0,25 % dan 0,5 % )

14. Karvedilol ( tab 6,25

dan 25 mg )
5. Alprenolol

15. Labetalol

6. Oksprenolol

16. Karteolol ( tab 5 mg)

7. Penbutolol

17. Betaksolol ( Tetes mata 0,5

%)
8. Sotalol ( tab 80 mg )

18. Seliprolol

9. Asebutolol ( kap 200 dan tab 400 mg )


10.

19. Nebivolol

Metoprolol ( tab 50 dan 100 mg )

Farmakodinamik. Blocker menghambat secara kompetitif efek obat


adrenergic, baik NE dan Epi endogen maupun obat adrenergic eksogen
pada adrenoreseptor . Potensi hambatan dilihat dari kemampuan obat
tersebut dalam menghambat takikardia yang ditimbulkan oleh
isoproterenolatau oleh exercise. Karena hambatan ini bersifat kompetitif
reversible, maka dapat diatasi dengan meningkatkan kadar obat
adrenergic. Asebutolol, Nebivolol, Metoprolol, Atenolol, Bisoprolol,
Esmolol, Betaksolol dan Seliprolol memiliki sifat kardioselektif yang
artinya aftinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor di bandingkan
reseptor .
Kardiovaskular. Efek terhadap sistem kardiovaskular merupakan efek
Blocker yang terpenting. Blocker mengurangi denyut jantung dan
kontraktilitas miokard. Pemberian jangka pendek mengurangi curah
jantung, resistensi perifer meningkat akibat reflek simpatis yang
merangsang reseptor pembuluh darah. Aliran darah ke semua jaringan
berkurang. Penurunan aliran darah ginjal dan dengan penurunan laju
iltrasi glomerulus. Pada pemberian kronik, resistensi perifer kembali ke
nilai awal atau menurun pada pasien hipertensi.
Tekanan darah. Blocker tidak menurunkan tekanan darah pada
pasien normotensi, tetapi menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi. Blocker yang nonselektif misalnya propanolol, menghambat

17 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

efek vasodilatasi melalui reseptor . Akbatnya terjadi hambatan efek


vasodepresor isoproterenol dan peningkatan efek pressor epinefrin.
Saluran nafas. Bronkodilatasi adrenergik di perantarai oleh
adrenoreseptor , efek bronkokonstriksi ini kecil pada orang normal tapi
bisa membahayakan untuk pasien asma dan PPOM. Blocker dapat
memperkuat bronkospasme oleh serotonin dan efek potensiasi ini lebih
kuat pada pasien asma dibanding dengan orang normal. Oleh karena itu
Blocker dikontra indikasikan untuk pasien asma dan PPOM.
Metabolik. Propanolol menghambat glikogenolisis di sel hati dan rangka
sehingga mengurangi efek hiperglikemia dari epinefrin eksogen maupun
epinefrin endogen yang dilepaskan oleh adanya hipoglikemia. Akibatnya
kadar gula darah pada hipoglikemia di perlambat. Selain itu, stimulasi
sekresi insulin oleh obat adrenergik juga dihambat oleh propanolol.
Hormon. Blocker menghambat sekresi renin pada jukstaglomerulus
ginjal oleh obat adrenergik atau aktivitas sistem adrenergik dan sebagian
sekresi yang ditimbulkan oleh diet rendah garam.

Lain lain. Blocker menghambat tremor yang ditimbulkan oleh


epinefrin atau obat adrenergik lainnya. Blocker menghambat relaksasi
uterus yang ditimblkan oleh katekolamin tetapi tidak mempengaruhi
kontraksinya oleh katekolamin. Blocker juga memblok hambatan
degranulasi sel mast oleh katekolamin.
Farmakokinetik. Blocker yang mudah larut dalam lemak, yakni
propanolol, alprenolol, labetalol, karvedilol, oksprenolol dan metoprolol.
Semuanya diabsorbsi dengan baik ( > 90 % ) dari saluran cerna, tetapi
bioavailabilitasnya rendah karena mengalami metabolisme lintas pertama
yang ekstensif di hati. Eliminasinya melalui metabolisme di hati sangat
ekstensif sehingga obat utuh yag di eksresikan melaui ginjal sangat
sedikit. Blocker yang mudah larut dalam air, yakni sotalol, nadolol, dan
atenolol. Sotalol diabsorbsi dengan baik di saluran cerna dan tidak
mengalami metabolisme lintas pertama yang berarti sehingga diperoleh
18 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

bioavailabilitas yang tinggi. Nadolol dan atenolol kurang baik absorbsinya


di saluran cerna sehingga bioavailabilitasnya rendah. Mempunyai waktu
paruh yang panjang yakni > 12 jam, kecuali atenolol hanya 6 7 jam.
Blocker yang kelarutannya antara air dan lemak, yakni timolol, bisoprolol,
betaksolol, asebutolol, pindolol dan karteolol. Obat obat ini diabsorbsi
dengan baik di saluran cerna. Eliminasinya melalui ginjal dan hati sama
banyak atau hampir sama banyak kecuali untuk timolol hanya 10 20 %
melalui ginjal.
Distribusinya ke dalam SSP sejajar dengan kelarutannya dalam lemak.
Oleh

karena

itu

terdapat

perbedaan

individual

dalam

kapasitas

metabolisme hati, maka Blocker yang mengalami eliminasi presistemik


di hati memperlihatkan kadar plasma yang sangat bervariasi setelah
pemberian dosis oral yang sama pada pasien. Waktu paruh obat yang
dieliminasi di ginjal diperpanjang pada pasien yang mengalami gagal
ginjal. Penyakit hati juga mengurangi kapasitas metabolisme hati dari
obat obat tersebutsehingga meningkatkan bioavailabilitasnya pada
pemberian oral.
Efek samping. Blocker dapat menyebabkan atau mencetuskan
gagal jantng pada pasien dengan gangguan fungsi miokard, misalnya
gagal jantung yang terkompensasi, infark miokard akut atau kardiomegali.
Bradiaritmia merupakan respon yang normal terhadap Blocker dan
obat dihentikan hanya pada pasien dengan keluhan. Tetapi Blocker
dapat menimbulkan disosiasi AV dan henti jantung pada pasien yang
sudah mengalami gangguan konduksi AV. Bronkospasme yang terjadi
karena Blocker meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapar
menimbulkan asma pada pasien dengan riwayat asma, bronkitis kronis
ataupun alergi berat. Blocker dapat menyebabkan ekstrimitas dingin,
mencetuskan

atau

memperberat

gejala

penyakit

raynaud

dan

menyebabkan kambuhnya klaudikasio intermiten. Pada beberapa pasien,


gangguan vaskular ini dapat sedemikian hebat sampai menimbulkan
sianosis dan ganggren. Penggunaan kronik Blocker menimbulkan
supersensitivitas

terhadap

Agonis

karena

diperkirakan

19 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

terjadi

peningkatan jumlah reseptor sebagai mekanisme adaptasi. Pada


penyakit jantung koroner gejala putus Blocker berupa serangan angina
yang dapat berakibat infark miokard, aritmia ventrikuler dan bahkan
kematian. Blocker menghambat glikogenolisis dan akan menimbulkan
takikardia

sebagai

tanda

penting

pada

hipoglikemia.

Akibatnya,

pemberian Blocker dapat memperberat dan memperpanjang fase


hipoglikemia akibat insulin atau hipoglikemik oralpada pasien diabetes.
Blocker nonselektif dapat menurunkan kadar kolesterol HDL dan
meningkatkan

trigliserida

dalam

serum.

Blocker

juga

dapat

menimbulkan rasa lelah, gangguan tidur dan depresi. Blocker dapat


menyebabkan gangguan saluran cerna walaupun jarang dan gangguan
fungsi seksual, alopesia, miopati dan atropati juga dapat terjadi.
Penggunaan klinik
1. Angina pectoris
2. Aritmia. Blocker menghambat efek katekolamin pada reseptor
di jantung
3. Hipertensi. Blocker adalah obat antihipertensi yang efektif.
4. Infark miokard
5. Gagal jantung sistolik. Blocker pada gagal jantung sistolik akan
menghambat

aktivitas

simpatis

sehingga

akan

menghambat

progresi gagal jantung dan mengurangi resiko terjadinya aritmia.


6. Kardiomiopati obstruktif hipertrofik
7. Feokromositoma
8. Tirotoksitosis
9. Migren
10.

Glaukoma. Timolol topikal efektif untuk pengobatan glaukoma

sudut terbuka.

Blocker mengurangi tekanan intraokuler,

mungkin dengan mengurangi produksi cairan bola mata oleh badan


siliaris.
11.

Ansietas. Blocker nonselektif sama efektifnya dengan

benzodiazepin untuk ansietas dengan gejala gejala somatik yang


jelas.
20 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

12.

Sirosis dengan varises.

II. Penghambat saraf adrenergik


Penghambat

saraf

adrenergik

menghambat

aktivitas

saraf

adrenergik berdasarkan gangguan sintesis, atau penyimpanan dan


penglepasan

neurotransmiter

di

ujung

saraf

adrenergik.

Dalam

kelompok ini termasuk guanetidin, guanadrel, reserpin dan metirosin.

Guanetidin dan guanadrel

Guanetidin
Adalah penghambat saraf adrenergik. Efek utamanya adalah
penghambat respon terhadap stimulasi saraf adrenergik dan obar
adrenergik yang bekerja secara tidak langsung. Tempat hambatan ini
adalah prasinaps. Mula mula pada dosis terapi akan menstabilkan
membran ujung saraf adrenergik sehingga ujung saraf ini tidak
responsif terhadap stimulasi saraf adrenergik. Di dalam ujung saraf
adrenergik,

guanetidin

ditransport

aktif

ke

dalam

vesikel

dan

menggeser NE keluar dari vesikel tersebut. Tetapi sebagian telah


terlebih dahulu di rusak oleh MAO intraneural.
Farmakodinamik. Akibat terjadinya pengosongan NE pada ujung
saraf adrenergik, maka obat ini menyebabkan hambatan reseptor
maupun . Reflek kardiovaskular terganggu sehingga sering dijumpai
hipotensi ortostatik maupun hipotensi sewaktu melakukan kegiatan
fisik. Guanetidin meningkatkan motilitas saluran cerna dan dapat
menyebabkan diare yang cukup berat. Hal ini dihubungkan dengan
dominasi sistem parasimpatis akibat hambatan sistem simpatis.
Farmakokinetik. Bioavailabilitas oral rendah dan bervariasi, antara 3
50 %. Waktu paruh 5 hari. Sekitar 50 % mengalami metabolisme dan
sisanya di eksresikan utuh dalam urin.
Efek samping. Yang paling penting hipotensi ortostatik, hipotensi
dapat disertai gejala gejala iskemia serebral dan iskemia miokard.
Retensi air dan garam menyebabkan edema dan kegagalan terapi jika

21 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

tidak diberikan bersamaan dengan diuretik. Krisis hipertensi dapat


terjadi akibat sensitisasi oleh guanetidin terhadap simpatomimetik.
Indikasi. Satu satu nya sebagai antihipertensi.
Guanadrel
Guanadrel
Perbedaan

dan

guanetidin

yang

utama

bekerja

dengan

cara

antara

keduanya

yang sama.
adalah

sifat

farmakokinetiknya. Bioavailabilitas tinggi dan waktu paruh eleminasi


hanya 10 jam.

Reseprin

Reseprin mengosongkan katekolamin dan 5 HT di berbagai organ


termasuk medula adrenal dan otak. Deplesi di medula adrenal lebih
lambat dan kuranglengkap di bandingkan jaringan lain. Reseprin terikat
dengan kuat pada membran vesikel dalam ujung saraf adrenik perifer
maupun sentral. Ikatan ini menyebabkan hambatan mekanisme
transport aktif NE dan amin lain dari sitoplasma ke dalam vesikel
adrenergik. Hambatan ambilan NE dari sitoplasma menyebabkan NE
yang diambil kembali dari celah sinaps terpapar pada dan dirusak oleh
MAO yang terdapat pada sitoplasma. Demikian juga yang dengan NE
yang mengalami difusi pasif keluar dari vesikel ke sitoplasma akan
dirusak oleh MAO intraneural.
Farmakodinamik. Curah jantung dan resistensi berkurang pada
terapi jangka panjang dengan reseprin. Penurunan tekanan darah
berlangsung dengan lambat. Frekuensi jantung dan sekresi renin
berkurang. Terjadi retensi garam dan air yang sering menimbulkan
pseudotolerance.
Farmakokinetik. Reseprin dimetabolisme seluruhnya, tidak ada
bentuk utuh yang disekresikan melalui urin, Obat ini tersedia dalam
bentuktablet 0,1 mg dan 0,25 mg.
Efek samping. Sedasi dan tidak mampu berkonsentrasi atau
melakukan tugas yang komplek adalah gejala paling ering ditimbulkan
oleh reseprin. Kadang kadang terjadi depresi psikotik sampai akhirnya
22 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

bunuh diri. Efek samping lainnya adalah hidung tersumbat dan


eksaserbasi ulkus peptikum.

Metirosin

Metirosin merupakan penghambat enzim tiroksin hidroksilase yang


mengkatalisis konversi tirosin menjadi DOPA dan yang merupakan
enzim penentu dalam biosintesis NE dan Epi. Pada dosis 1 4 g sehari,
obat ini mengurangi biosintesi NE sebanyak 35 80 % pada pasien
feokromositoma. Metirosin dapat menyebabkan kristaluria, sedasi,
gejala ekstrapiramidal, diare, ansietas, dan gangguan psikis. Karena itu
dosis harus dititrasi untuk mendapatkan efek terapi yang optimal
dengan efek samping yang minimal.

DAFTAR PUSTAKA
1. Haeusler G. Pharmacology of Blocker: classical aspect and recent
development. J Cardiovasc Pharmacol 1990;16 ( suppl 5):S1 S9.
2. MIMS. 103rd ed. 2006.
3. Oates

J.

Antihypertensive

agent

and

the

drug

therapy

of

hypertension. In: Hardman JG, Limbird LE, Molinoff PE, editors.


Goodman & Gilmans the Pharmacological Basis of Therapeutics. 9 th.
New york McGraw-Hill, 1996 p.790-1.
4. Opie LH, Gersh BJ. Drug for the heart. 6 th

ed.Ch. 1. Philadelphia:

Elsevier Saunders; 2005. p.1-32.


5. Physicians Desk Reference. 59th ed. 2005.
6. Westfall TC, Westfall DP, Adrenergic agonist and antagonist. In:
Brunton LL, Lazo JS, Parker KL, editors. Goodman & Gilmans the
Pharmacological Basis of Therapeutics. 11th ed. Ch 10. New
York:McGraw-hill;2006. p.263-95.

23 | OBAT ADRENERGIK DAN ADRENERGIK BLOCKING AGENT

Anda mungkin juga menyukai