KATA PENGANTAR
Tidak ada tutur kata yang patut peneliti ucapkan, kecuali ucapan alhamdulillah.
Karena atas rahmad, hidayah, dan nikmat-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan penelitian
yang berjudul Penggunaan Celemek Cerita Untuk Meningkatkan Kemandirian Anak TK
Kelompok A (Penelitan Tindak Kelas di TK Barona Desa Tanoh Manyang Kecamatan
Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun Pelajaran 2014/2015). Sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan.
Penelitian ini tidak akan dapat terlaksana sesuai dengan harapan peneliti, tanpa
adanya pengarahan-pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu ucapan
terimaksih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada :
1. Guru guru TK Barona Desa Tanoh Manyang Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya
yang bersedia membantu dalam kegiatan penelitian ini.
2. Kepada Murid-murid TK Barona Desa Tanoh Manyang Kecamatan Teunom Kabupaten
Aceh Jaya yang telah menjadi sabjek dalam penelitian.
Insya Allah partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak di atas akan selalu mendapat
taufik, hidayah, dan rida dari Allah Swt. Amin!
Akhirnya karena peneliti hanya manusia biasa yang penuh dengan kekhilafan, tentu
dalan penyusunan penulisan ini terdapat kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan.
Oleh karena itu saran dan kritik datangnya dari mana saja dan kapan saja akan penuliti terima
dengan senang hati
Peneliti,
Rohani,A.Ma.Pd
DAFTAR ISI
ii
ABSTRAK .................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR.................................................................................
iv
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN.......................................................................
D. Hipotsis ..................................................................................
F. Definisi Oprasional..................................................................
10
10
B. Pendekatan Penelitian
.........................................................
10
11
11
14
15
G. Lokasi Penelitian....................................................................
15
17
17
B. Pembahasan .........................................................................
21
25
A. Kesimpulan ............................................................................
25
B. Saran .....................................................................................
26
27
LAMPIRAN LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan pendidikan yang menyenangkan
dengan prinsip belajar sambil bermain, bermain sambil belajar. Berangkat dari sinilah
pembelajaran yang ada di TK harus dicermati, sehinga apa yang diharapkan, yakni agar anakanak lebih mandiri dalam segala hal sesuai dengan kapasitas anak bisa tercapai. Metode
pengajaran yang tepat dan cermat akan mengarahkan anak-anak pada hasil yang optimal.
Macam-macam metode pengajaran di antaranya adalah metode bercerita, permainan
bahasa, sandiwara boneka, bercakap-cakap, dramatisasi, bermain peran,
karya wisata,
demontrasi, metode pemikiran dan perasaan terbuka, dan pemanasan atau apersepsi
Tiap-tiap metode tentu mempunyai tujuan secara khusus sekalipun kadang-kadang
antara metode yang satu dengan metode yang lain mempunyai tujuan yang sama. Hal itu
dapat dilihat dalam buku Pedoman Guru Bidang Pengembangan Berbahasa di Taman
Kanak-Kanak yang dijelaskan:
Metode bercerita mempunyai tujuan melatih daya tangkap, melatih daya pikir, melatih
daya konsentrasi, membantu perkembangan fantasi, menciptakan suasana menyenangkan,
dan akrab di kelas.
Metode permainan bahasa mempunyai tujuan anak mengerti apa yang dikatakan
kepadanya, anak pandai memusatkan perhatiannya pada apa yang didengarnya, anak pandai
menarik kesimpulan apa yang sudah didengarnya, dan anak suka mendengarkan pembicaraan
orang lain.
Metode sandiwara boneka mempunyai tujuan melatih daya tangkap, melatih daya
pikir, melatih daya konsentrasi, melatih membuat kesimpulan, membantu perkembangan
intelegensi, membantu perkembangan fantasi, dan menciptakan suasana senang di kelas.
Kemandirian adalah Hal atau keadaan dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung pada orang
lain. (Tim.1996:555). Oleh karena itu metode bercerita dengan menggunakan alat peraga
celemek cerita adalah sebuah pilihan yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah metode pembelajaran bercerita dengan menggunakan alat peraga
celemek cerita di TK Barona Desa Tanoh Manyang Kecamatan Teunom Kabupaten
Aceh Jaya Tahun Pelajaran 2014 / 2015?
2. Sejauh manakah kemandirian anak kelompok A di TK Barona Desa Tanoh Manyang
Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun Pelajaran 2014 / 2015?
3. .Sejauh manakah metode pembelajaran bercerita dengan menggunakan alat peraga
celemek cerita anak kelompok A di TK Barona Desa Tanoh Manyang Kecamatan
Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun Pelajaran 2014 / 2015 dalam meningkatkan
kemandirian anak?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pembelajaran bercerita dengat alat peraga celemek cerita di TK
Barona Desa Tanoh Manyang Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun
Pelajaran 2014 / 2015?
2. Untuk mengetahui kemandirian anak TK kelompok A di TK Barona Desa Tanoh
Manyang Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun Pelajaran 2014 / 2015.
3. Untuk mengetahui sejauh mana metode bercerita dengan alat peraga celemek cerita
dalam meningkatkan kemandirian anak TK kelompok A di TK Barona Desa Tanoh
Manyang Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun Pelajaran 2014 / 2015.
D. Hipotesis
Berdasar atas rumusan masalah sebagai mana di atas dapat dirumuskan hipotesis
sebagai beriku:
Menggunakan metode pembelajaran bercerita dengan alat peraga celemek cerita dapat
meningkatkan kemandirian anak TK kelompok A di Barona Desa Tanoh Manyang
Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun Pelajaran 2014 / 2015.
E. Lingkup Penelitian
Agar dalam pembehasan ini tidak terlalu meluas, maka pembahasan hanya difokuskan
pada penggunaan metode pmbelajaran bercerita dengan menggunakan alat peraga celemek
cerita kaitannya dengan kemandirian anak TK kelompok A. Penelitian ini dilakukan di TK
Barona Desa Tanoh Manyang Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun Pelajaran
2014 / 2015.
F. Definisi Oprasional
Agar tidak terjadi perbedaan arti, maka dalam penelitian ini diperlukan pendefinisian
hal-hal sebagai berikut:
1. Penggunaan celemek cerita yang diajarkan di TK Kelompok A TK Barona Desa
Tanoh Manyang Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun Pelajaran 2014 /
2015 adalah pengembangan atau variasi dari metode bercerita di bidang
pengembangan kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak yang menggunakan
alat peraga tidak langsung, yakni benda tiruan, gambar guntingan-guntingan yang
ditempelkan pada celemek yang terbuat dari kain flanel.
2. Yang dimaksud dengan kemandirian dalam penelitian ini adalah siswa dapat
melakukan sesuatu yakni dapat memakai sepatu dan baju tanpa bantuan orang lain
atau guru (pada saat di sekolah).
G. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis kegunaan penelitian ini dapat memperbanyak atau memperkaya
tentang variasi metode pengajaran bercerita dengan penggunaan alat peraga tidak
langsung di bidang pengembangan kemampuan berbahasa di taman kanak-kanak..
2. Bisa dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengajar dalam rangka
untuk memberikan variasi pengajaran agar tidak menjenuhkan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG METODE PENGAJARAN CELEMEK CERITA DAN
KEMANDIRIAN ANAK
4. Metode bermain peran, yaitu permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau bendabenda sekitar anak sehingga dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan
penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan.
5. metode demontrasi, yaitu cara mempertunjukkan atau memeragakan suatu objek atau
proises dari suatu kejadian atau peristiwa.
6. Metode bercerita (ceramah), yaitu cara bertutur dan menyampaikan cerita atau
memberikan penerangan secara lisan.
7. Metode sosiodrama, yaitu suatu cara memerankan beberapa peran dalam suatu cerita
tertentu yang menuntut integrasi di antara para pemerannya.
8. Metode bercakap-cakap, yaitu suatu cara bercakap-cakap dalam bentuk Tanya jawab
antara anak dengan anak, atau anak dengan guru.
B. Konsepsi Metode Pengajaran Celemek Cerita
Bercerita dengan alat peraga dalam pelaksanaannya kegiatan ini dipergunakan alat
peraga dengan maksud untuk memberikan kepada anak suatu tanggapan yang tepat
mengenai hal-hal yang didengar dalam cerita. Dengan demikian dapat dihindarkan
bahwa tanggapan fantasi anak terlalu menyimpang dari apa sebenarnya yang
dimaksud oleh guru.
Alat peraga yang dipergunakan, yaitu:
1. Alat peraa langsung (binatang atau benda yang sebenarnya).
2. Alat peraga tak langsung, yakni benda tiruan, gambar terlepas atau dalam buku
dan guntingan-guntingan yang ditempelkan pada papan flanel. (Saleh, 1988: 9).
Dari kutipan di atas dapat dianalogikan bahwa pengajaran dengan clemek cerita
adalah bentuk-bentuk bercerita yang merupkan dari metode pengajaran dengan alat peraga
tak langsung, yakni seorang guru memekai celemek yang terbuat dari kain flanel dengan
ditempeli gambar-gambar sesuai dengan cerita yang bisa dipasang dan dilepas sesuai dengan
kebutuhan.
C. Konsepsi Kemandirian
Kemandirian adalah Hal atau keadaan dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung pada
orang lain. (Tim, 1996: 555).
Dalam buku Membentuk Anak Mandiri, Bermotivasi Tinggi dan Percaya Diri
dijelaskan anak disebut mandiri apabila :
1.
2.
3.
4.
5.
Banyak sekali anak usia TK kelompok A utamanya yang segala sesuatunya masih
sangat tergantung kepada orang lain. Semua aktivitas selalu masih harus dibantu orang lain.
Di rumah masih harus dibantu oleh kakak, ibu, ayah, nenek, atau pembantu. Misalkan anak
ingin memakai sepatu, anak masih harus dibantu mencari sepatu di mana berada, kemudian
memakaikan sepatu. Begitu juga pada saat anak ingin memakai baju anak masih harus
dibantu dengan segala hal sampai baju tersebut betul-betul terpakai. Anak yang masih
demikian, yakni masih sangat tergantung kepada orang lain, tidak mau berusaha atau tidak
mau melakukan setiap suatu kegiatan untuk kepentingan diri sendiri adalah anak yang belum
mandiri.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Sesuai dengan judul Penelitian, maka subjek penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal
sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilaksanakan Pada kelompok A TK Barona
2. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni Juli 2014
3. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelompok A TK Barona Desa Tanoh
Manyang Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun Pelajaran 2014 /
2015
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan sifat penelitian adalah
pendekatan kualitatif karena dalam penelitian ini lebih mengutamakan deskreftif analitik
untuk memecahkan konsep-konsep di dalamnya bukan menggunakan numeric statistik.
Penelitian kualitatif mengandalkan pengamatan, berperan serta (participant
observation), dan wawancara pendalaman (indepth interview) sebagai instrumen.(Bogdan,
1982:13)
Penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan
data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi,
catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. (Moleong, 19993:5).
Dalam kesempatan lain juga dijelaskan, Penelitian sendiri atau dengan bantuan orang
lain akan berperan sebagai alat pengumpul data utama. Peneliti disebut instrumen kreatif,
artinya ia sendiri yang harus rajin dan giat untuk menggali beberapa informasi dan sekaligus
peneliti
juga
sebagai
pengumpul,
penganalisis,
dan
pembuat
laporan
penelitian.(Moleong.1994:17).
C. Model Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Rangkaian tindakan akan melalui
tahapan-tahapan, yakni tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, analisis dan refleksi.
Dari hasil analisis dan refleksi setiap akhir kegiatan dilakukan perbaikan pada siklus
berikutnya.
Adapun metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
cerita dengan penggunaan alat peraga clemek cerita untuk menarik perhatian siswa pada saat
pembelajaran.
D. Rancangan Penelitian
Siklus I Perencanaan
- Menentukan tema
Identifikasi masalah
dan penetapan
alternatif masalah
Tindakan
Pengamatan
Refeksi
Siklus
Perencanaa
II
alat
peraga
celemek
cerita,
Pengamatan
memakai sepatu.
- Melakukan observasi dengan menggunakan format
Perencanaan
Melaksanakan
kegiatan
kelompok
praktik
Tindakan
Pengamata
Refleksi
mempraktikkan
memakai
sepatu
dan
G. Lokasi Penelitianp
Lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti adalah TK Barona Desa Tanoh Manyang
Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh. Pemilihan lokasi ini didasarkan
pada hasil observasi bahwa lokasi tersebut sangat strategis dan mudah di jangkau. Selain itu
sekolah ini satu-satunya sekolah TK yang ada di desa Tanoh Manyang yang dianggap
bermutu dan difavoritkan oleh masyarakat desa Tanoh Manyang, sehingga animo masyarakat
untuk menyekolahkan putra-putrinya sangat-sangatlah tinggi. Sekalipun dalam kegiatan
sehari-harinya dalam kegiatan pembelajaran masih banyak dijumpai siswa yang belum bisa
mandiri untuk melakukan kegiatan yang berkenaan dengan dirinya sendiri. Misalkan anak
masih harus dibantu memakai sepatu, yang seharusnya sudah tidak perlu dibantu lagi, begitu
juga dengan kegiatan yang lain misalkan memakai baju, anak masih mencari guru-gurunya
untuk membantu memakaikan. Oleh karena itu perlu adanya variasi pembelajaran yang lebih
menarik, lebih hidup, dan tidak menjenuhkan.
BAB IV
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. PAPARAN DATA
Berdasarkan data observasi dan hasil diskusi guru atau pengajar kelompok A di TK
Barona Desa Tanoh Manyang Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun Pelajaran
2014 / 2015 ternyata pada umumnya masih banyak pembelajaran yang terfokus pada
petunjuk-petunnjuk atau teknik-teknik yang telah ada pada buku-buku pedoman ke-TK-an.
Hal tersebut sebetulnya sudah bagus. Akan tetapi untuk mengurangi kejenuhan anak dalam
tiap pembelajaran, guru harus kaya dengan metode pembelajaran dan kaya dalam
mengoptimalkan penggunaan alat peraga, sehingga hasil pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan, yakni agar anak bisa lebih mandiri bisa tercapai sesuai dengan harapan.
Agar permasalahan keterpakuan penggunaan alat peraga sangat bergantung pada
buku-buku yang ada akhirnya menimbulkan kejenuhan segera dapat teratasi, salah satunya
adalah perlun adanya pengayaan metode bercerita dengan penggunaan alat peraga celemek
cerita.
Dalam penelitian ini terbagi atas dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II yang masingmasing siklus terbagi atas bagian-bagian, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi dan masing-masing bagian terbagi atas beberapa bagian lagi.
Siklus I
1. Perencanaan
Dalam penelitian ini peneliti selain sebagai subjek penelitian juga sebagai objek
penelitian, yang dibantu oleh guru lain. Dengan demikian objek penelitian selain peneliti
sendiri juga terdapat guru lain. Oleh karena itu pemahaman konseptual sampai dengan
persiapan-persiapan administrasi pengajaran harus tertata dengan baik. Adapun yang perlu
dipahami dan disiapkan adalah penentuan tema yang harus diajarkan, kemudian pembuatan
program mingguan, dilanjutkan dengan satuan kegiatan harian, setelah itu persiapan alat
peraga atau sumber belajar yang dalam bagian alat peraga ini harus diperjelas tentang alat
peraga yang digunakan, yakni celemek cerita, sedangkan selanjutnya adalah persiapan
instrumen observasi.
2. Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran ini dilakukan sebanyak empat kali
pertemuan. Dalam pembelajaran ini selalu menggunakan alat peraga celemek cerita dengan
gambar anak pandai memakai sepatu dan anak pandai memakai baju.
Pertemuan I
Guru bercerita tentang anak yang memakai sepatu dan baju
Pertemuan II
Mengelompokkan anak 10 menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok ada 5 anak.
Pertemuan III
Pemberian contoh pemakaian sepatu dan pemakain baju dari masing-masing kelompok dua
anak.
Pertemuan IV
Guru memandu kepada anak secara bersama-sama untuk memakai sepatu dan baju yang
benar.
3. Pengamatan
Pertemuan I
Melaksanakan observasi dengan menggunakan format data obserfasi tindakan kelas dengan
kreteria penilan sebagai berikut:
1 = belum mampu
2 = mampu dengan bantuan
3 = mampu tanpa bantuan
4 = mampu melebihi program guru
Hasil di lapangan setelah guru bercerita tentang anak memakai sepatu dan memakai baju
dengan menggunakan alat perga celemek cerita bergambar anak mempraktikkan memakai
sepatu dan memakai baju dengan dipandu oleh dua guru dengan jumlah 10 murid. Hasilnya
anak masih belum mampu.
Pertemuan II
Setelah guru bercerita di depan anak dengan menggunakan celemek cerita yang ditempeli
gambar anak pandai memakai sepatu dan gambar anak pandai memakai baju, anak disuruh
mempraktikkan memakai sepatu dan memakai baju dengan dipandu oleh satu guru dari 10
murid yang dikelompokkan menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok 5 anak,
hasilnya anak mampu, tetapi masih dengan bantuan.
Pertemuan III
Setelah guru bercerita tentang anak memakai sepatu dan memakai baju dengan
menggunakan alat peraga celemek cerita bergambar anak mempraktikkan memakai sepatu
dan memakai baju dengan dipandu oleh satu guru dengan pengelompokkan dari 10 murid
menjadi
Pertemuan IV
Setelah guru bercerita tentang anak memakai sepatu dan memakai baju dengan
menggunakan alat peraga celemek cerita bergambar anak pandai memakai sepatu dan
gambar anak pandai memakai baju, selanjutnya anak disuruh mempraktikkan memakai
sepatu dan memakai baju dengan dipandu oleh satu guru dengan pengelompokkan dari 10
murid menjadi tiga kelompok masing-masing kelompok 3 anak, dan satu kelompok empat
anak hasilnya anak mampu melakukan tanpa bantuan.
4. Refleksi
Pertemuan I
Objek penelitian sebanyak 10 anak dalam pelaksanaan pembelajaran konsentrasi anak tidak
bisa maksimal, sehingga pelaksanaan kegiatan praktik memakai baju dan memakai sepatu
belum berhasil.
Pertemuan II
Pelaksanaan kegiatan praktik anak memakai baju dan memakai sepatu dapat dikatakan anak
masih belum mampu meskipun sudah dikelompokkan dua kelompok dari sepuluh anak.
Pertemuan III
Pelaksanaan kegiatan praktik anak memakai baju dan memakai sepatu sudah mulai mampu,
meskipun masih dengan bantuan guru. Adapun pembagian kelompoknya adalah 10 murid
masih dikelompokkan menjadi dua kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri atas 5
anak seperti pada pertemuan ke dua.
Pertemuan IV
Dalam pelaksanaan kegiatan praktik anak memakai sepatu dan memakai baju ternyata anak
sudah mampu memakai baju dan memakai sepatu tampa bantuan guru dari 10 murid.
Sedangkan pembagian kelompoknya adalah dibagi menjadi tiga kelompok, yang masingmasing kelompok terdiri atas tiga anak, satu kelompok terdiri atas empat anak.
Siklus II
Siklus kedua ini sistematika yang peneliti gunakan sama tidak jauh berbeda dengan
siklus pertama. Pada siklus ini juga terdapat empat tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap
tindakan. tahap pengamatan, dan tahab refleksi. Pada tiap-tiap tahap tebagi atas beberapa
pertemuan. Adapun perbedaan yang paling signifikan dari siklus II bila dibandingkan dengan
siklus I adalah pada penekanan kualitas hasil, pada siklus I kemandirian anak masih tergolong
longgar, yakni yang penting anak mau memakai sepatau atau baju dan waktu yang digunakan
tidak mutlak sebagai tolok ukur, Sedangkan pada
pandai memakai sepatu dan gambar anak yang pandai memakai baju. Penempelan gambar
tersebut dilakukan secara bergantian, mula-mula gambar yang ditempelkan adalah gambar
anak yang pandai memakai sepatu dan yang selanjutnya adalah gambar anak yang pandai
memakai baju. Pada awal masuk ini guru hanya ingin menarik perhatian anak-anak agar
kegiatan pembelajaran segera terkondisikan. Untuk menguji apakah anak-anak secara
mayoritas atau minoritas sudah bisa memakai sepatu dan baju tanpa bantuan orang lain, maka
guru tanpa banyak komentar tentang bagaimana cara memakai sepatu atau baju. Akan tetapi
guru secara langsung memerintahkan kepada anak agar melapas sepatu yang dikenakan
kemudian memakainya kembali. Selain itu guru juga memerintahkan agar anak memakai baju
yang telah disiapkan dari rumah. Hasilnya dapat diketahui dari 10 anak yang bisa memakai
sepatu hanya satu anak dan yang bisa memakai baju hanya satu anak. Cara tersebut
tampaknya kurang berhasil, maka selanjutnya cara yang digunakan oleh guru agar siswa bisa
memakai sepatu dan baju tanpa bantuan orang lain adalah dengan cara mempraktikan. Yaitu
memanggil dua anak ke depat sebagai peragaan untuk mempraktikkan cara memakai sepatu
dan cara memakai baju secara bergantian dengan bantuan seorang guru.. Setelah itu seluruh
anak dengan cara dikelompokkan mempraktikkan cara memakai sepatu dan cara memakai
baju. Dari 10 anak yang disuruh untuk memakai sepatu dan memakai baju 2 anak yang bisa
memakai sepatu 2 anak yang bisa memakai baju. Cara mempraktikan memakai sepatu dan
memakai baju ini diulang-ulang sampai dengan empat kali dan hasil akhir menunjukkan dari
10 anak yang bisa memakai sepatu 10 anak dan anak yang bisa memakai baju 10 anak.
Penggunaan celemek cerita dipakai oleh guru sejak sebelum masuk ke dalam kelas,
sehingga masuk ke kelas guru sudah dalam keadam memakai celemek cerita dengan maksud
sebagaimana yang telah disampaikan bagian awal agar menarik perhatian anak dan kegiatan
belajar mengajar segera terkondisikan.
Aktivitas dan reaksi siswa dalam penggunaan peraga celemek cerita ini bermacammacam. Ada yang melihat saja dari kejauhan sambil memperhatikan gerak-gerik gurunya, ada
yang ingin melihat dari dekat sambil memperhatikan gambar secara seksama sambil
berkomentar macam-macam, O, gambar orang dan ini gambar sepatu. Ini gambar siapa
Bu? Bu, Bu, mengapa memakai ini Ibu masak ya? Mengapa Ibu memakai celemek?
dan lain-lain.
c. Gambaran Metode
No.
Pertemuan
1
2
3
4
Pertemuan I
Pertemuan II
Pertemuan III
Pertemuan IV
Siswa yang
bisa memakai
sepatu
1
4
7
10
Presentasi
Kebehasilan
10%
30 %
60 %
100 %
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KEIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran bercerita dengan alat peraga celemek cerita yang dilakukan di
TK Barona Desa Tanoh Manyang Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun
Pelajaran 2014 / 2015 dalam rangka untuk meningkatkan kemandirian anak adalah
suatu pilihan yang tepat dan cermat.
2. Kemandirian anak kelompok A di TK Barona Desa Tanoh Manyang Kecamatan
Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun Pelajaran 2014 / 2015 masih perlu ditingkatkan,
karena tingkat kemandirian mereka untuk melakukan sesuatu sehari-hari untuk
kepentingan diri sendiri masih sangat rendah. Hal itu dapat dilihat seperti pada saat
memakai sepatu masih harus dibantu oleh guru, begitu juga memakai baju anak masih
harus dibantu oleh guru.
3. Metode Pembelajaran Bercerita dengan alat peraga celemek cerita dapat meningkatkan
kemandirian anak, hal ini dapat dilihat dari paparan data perkembangan dari siklus I
ke siklus berikutnya yang terdapat perkembangan secara signifikan. Dapat dengan
jelas dilihat dari kemandirian anak yang semula hanya mencapai 10% untuk anak yang
memakai sepatu dan 10% untuk anak yang memakai baju. Dengan penggunaan
metode tepat dan cermat akhirnya baik memakai sepatu maupun baju berubah menjadi
100%.
B. SARAN
1. Agar pembelajaran menjadi menarik seorang pengajar harus pandai-pandai memilih
metode yang tepat dan cermat dalam setiap melaksanakan kegiatan belajar megajar,
jangan hanya terpaku pada metode dan penggunaan alat peraga yang ada dalam buku,
maka pada giliran selanjutnya adalah siswa merasa bosan dan jenuh karena metode
yang digunakan oleh guru monoton.
2. Semoga TK Barona Desa Tanoh Manyang Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya
minimal bisa mempertahankan metode-metode yang cermat dan tepat dalam setiap
melaksanakan kegiatan pembelajarannya dan lebih baik lagi bila selalu berusaha dan
belajar untuk meningkatkan demi kebaikan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
DATA OBSERVASI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS SIKLUS I
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Anak
Muhammad Iqbal
Naufal wabil
Imam Maulana Fikri
Salwatul
Safrina
Sultan Al- Afkar
Putri Dhahara
Alia fata
Rani Selvia
Putri Muzairah
Jenis Kegiatan
Dapat
Dapat
Memakai
Memakai
Sepatu
Baju
1 2 3 4 1 2 3 4
Keterangan
Kreteria Nilai:
1 : belum mampu
2 : mampu dengan bantuan
3 : mampu tanpa bantuan
4 : mampu melebihi program guru
(ROHANI, A.Ma.Pd)
NIP.19680808 199110 2 001
DATA OBSERVASI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS SIKLUS I
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Anak
Muhammad Iqbal
Naufal wabil
Imam Maulana Fikri
Salwatul
Safrina
Sultan Al- Afkar
Putri Dhahara
Alia fata
Rani Selvia
Putri Muzairah
Jenis Kegiatan
Dapat
Dapat
Memakai
Memakai
Sepatu
Baju
1 2 3 4 1 2 3 4
Keterangan
Kreteria Nilai:
1 : belum mampu
2 : mampu dengan bantuan
3 : mampu tanpa bantuan
4 : mampu melebihi program guru
(ROHANI,A.Ma.Pd)
NIP.19680808 199110 2 001
DATA OBSERVASI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS SIKLUS I
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Anak
Muhammad Iqbal
Naufal wabil
Imam Maulana Fikri
Salwatul
Safrina
Sultan Al- Afkar
Putri Dhahara
Alia fata
Rani Selvia
Putri Muzairah
Jenis Kegiatan
Dapat
Dapat
Memakai
Memakai
Sepatu
Baju
1 2 3 4 1 2 3 4
Keterangan
Kreteria Nilai:
1 : belum mampu
2 : mampu dengan bantuan
3 : mampu tanpa bantuan
4 : mampu melebihi program guru
(ROHANI,A.Ma.Pd)
NIP.19680808 199110 2 001
DATA OBSERVASI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS SIKLUS I
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Anak
Muhammad Iqbal
Naufal wabil
Imam Maulana Fikri
Salwatul
Safrina
Sultan Al- Afkar
Putri Dhahara
Alia fata
Rani Selvia
Putri Muzairah
Jenis Kegiatan
Keterangan
Dapat
Dapat
Memakai
Memakai
Sepatu
Baju
1 2 3 4 1 2 3 4
Kreteria Nilai:
1 : belum mampu
2 : mampu dengan bantuan
3 : mampu tanpa bantuan
4 : mampu melebihi program guru
(ROHANI, A.Ma.Pd)
NIP.19680808 199110 2 001
DATA OBSERVASI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS SIKLUS II
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Anak
Muhammad Iqbal
Naufal wabil
Imam Maulana Fikri
Salwatul
Safrina
Sultan Al- Afkar
Putri Dhahara
Alia fata
Rani Selvia
Putri Muzairah
Jenis Kegiatan
Dapat
Dapat
Memakai
Memakai
Sepatu
Baju
1 2 3 4 1 2 3
Keterangan
4
Kreteria Nilai:
1 : belum mampu
2 : mampu dengan bantuan
3 : mampu tanpa bantuan
4 : mampu melebihi program guru
(ROHANI, A.Ma.Pd)
NIP.19680808 199110 2 001
DATA OBSERVASI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS SIKLUS II
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Anak
Muhammad Iqbal
Naufal wabil
Imam Maulana Fikri
Salwatul
Safrina
Sultan Al- Afkar
Putri Dhahara
Alia fata
Rani Selvia
Putri Muzairah
Jenis Kegiatan
Dapat
Dapat
Memakai
Memakai
Sepatu
Baju
1 2 3 4 1 2 3
Keterangan
4
Kreteria Nilai:
1 : belum mampu
2 : mampu dengan bantuan
3 : mampu tanpa bantuan
4 : mampu melebihi program guru
(ROHANI,A.Ma.Pd)
NIP.19680808 199110 2 001