Pembimbing:
Mayor CKM dr. Trisihono, Sp.M
Disusun Oleh:
Holy Fitria Ariani 07120100080
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas Rahmat dan HidayahNya penulis dapat menyelesaikan tugas Referat berjudul Ablasio Retina Traksional.
Tugas ini berisi pembahasan mengenai Ablasio Retina, tetapi lebih focus lagi kepada
tipe traksional. Dalam penyusunannya penulis menggunakan beberapa referensi baik
yang bersumber dari buku ataupun mengunduh jurnal serta artikel dari internet.
Dengan demikian penulis berharap tugas ini dapat memenuhi kebutuhan para
pembaca.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam penyusunan makalah ini baik secara moril maupun spiritual,
terutama kepada pembimbing sekaligus moderator yaitu dr. Trisihono, Sp.M yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami dalam penyusunan tugas ini.
Walaupun demikian, penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan maupun
kesempatan penulis dalam menyusun makalah ini sehingga tidak dapat memenuhi
seluruh kebutuhan pembaca. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
perbaikan demi kesempurnaan referat ini untuk kepentingan kita semua. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi para
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
1.2
BATASAN MASALAH
1.3
TUJUAN PENULISAN
1.4
MANFAAT PENULISAN
5
5
7
8
9
10
13
14
17
18
19
BAB I
PENDAHULUAN
meningkat
pada
beberapa
keadaan
seperti
Miop
tinggi,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Retina
Retina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan
dan terdiri atas beberapa lapis yang melapisi bagian dalam dua pertiga
belakang bola mata. Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya
dengan korpus siliare, dan berakhir di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora
serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada sistem
temporal dan 5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar
retina sensorik bertumpuk dengan membrana Bruch, koroid, dan sklera. Retina
menpunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub posterior.
Ditengah-tengah retina posterior terdapat makula. Di tengah makula terdapat
fovea yang secara klinis merupakan cekungan yang memberikan pantulan
khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. 1,2
Gambar 1. Anatomi Retina
Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi dalamnya adalah sebagai berikut:2
1.
vitreous.
2.
3.
4.
5.
Lapisan inti dalam, merupakan badan sel bipolar, sel horizontal dan sel
Muller.
6.
7.
Lapisan inti luar, merupakan lapisan inti sel kerucut dan sel batang.
8.
9.
10.
Lapisan epitel pigmen retina, merupakan batas antara retina dan koroid
atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas
secara embriologis. Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang koroid atau sel
pigmen epitel akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh
darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan
fungsi yang menetap. Ada tiga klasifikasi ablasio retina yaitu ablasi retina
regmatogenosa, ablasi retina eksudatif, ablasi retina traksional (tarikan).4
Tabel 1. Klasifikasi Ablasio Retina4
2.3 Ablasio Retina Traksional
Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan
jaringan parut pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina dan
penglihatan turun tanpa rasa sakit. Pada badan kaca, terdapat jaringan fibrosis
yang dapat disebabkan diabetes mellitus proliferatif, trauma, dan perdarahan
badan kaca akibat bedah atau infeksi. Pengobatan ablasi akibat tarikan di
dalam kaca dilakukan dengan melepaskan tarikan jaringan parut atau fibrosis
di dalam badan kaca dengan tindakan yang disebut sebagai vitrektomi.4
vitreoretinal.
Berkebalikan
dengan
PVD
(Posterior
Vitreous
Detachment) akut pada ablasio retina regmatogenosa, PVD pada ablasio retina
traksional terjadi bertahap dan seringkali tidak sempurna. PVD pada ablasio
traksional disebabkan oleh kebocoran konstituen plasma ke dalam gel vitreous
dari jaringan fibrovaskular yang menempel pada vitreous posterior. Karena
kuatnya adesi dari vitreous kortikal dengan area proliferasi fibrovaskular, PVD
biasanya tidak terjadi sempurna.4,5
Traksi yang dapat terjadi pada ablasio retina traksional adalah traksi
vitreoretinal yang sifatnya statik. Traksi ini terdiri dari tiga jenis, meliputi:5
o Traksi tangensial: disebabkan oleh kontraksi membran fibrovaskular
epiretinal dengan mengkerutnya retina dan distorsi pembuluh darah.
o Traksi anteroposterior: disebabkan oleh kontraksi membran
fibrovaskular yang meluas dari retina posterior menuju basis vitreous
anterior.
o Traksi bridging (trampoline): disebabkan oleh kontraksi membran
fibrovaskular yang teregang dari satu bagian pada retina posterior
menuju bagian lain atau di antara pembuluh-pembuluh darah.
Ablasio retina traksional jarang menimbulkan gejala fotopsia dan
floaters karena traksi vitreoretinal berkembang secara bertahap dan tidak
berhubungan dengan PVD akut. Defek lapang pandang yang terjadi umumnya
berkembang perlahan dan bertahan selama berbulan-bulan atau tahun.5
Ablasio retina traksional memiliki konfigurasi konkaf dan robekan
biasanya tidak ada. Cairan subretina akan ditemukan lebih dangkal dari cairan
subretina pada ablasio regmatogenosa, serta jarang meluas ke ora serrata.
Elevasi retina tertinggi terjadi pada tempat traksi vitreoretinal. Akan tetapi
apabila ablasio traksional memiliki robekan dan menunjukkan ciri-ciri dari
ablasio regmatogenosa serta tanda-tanda kelainan berkembang dengan cepat,
maka ablasionya disebut sebagai ablasio retina traksional-regmatogenosa
(kombinasi). Ablasio traksional dapat dideteksi dengan menggunakan B-scan
ultrasonography, yang mana akan ditemukan kelainan berupa PVD dan retina
yang relatif imobil.4,5
fibroblas, sel glia, atau sel epitel pigmen retina. Awalnya terjadi penarikan
patologis.
Untuk
beberapa
alasan,
pasien
sering
g
h
(Shafers sign)
Periksa tekanan bola mata
Lakukan pemeriksaan fundus dengan oftalmoskopi (pupil harus dalam
keadaan dilatasi)
Pada oftalmoskopi, retina yang terlepas akan terlihat putih dan edema
dan kehilangan sifat transparansinya. Pada ablasio regmatogen, robekan retina
berwarna merah terang dapat terlihat. Biasanya muncul pada setengah bagian
atas retina pada regio degenerasi ekuator. Pada ablasio tipe traksi, ablasio
bullosa akan terlihat bersamaan dengan untaian retina berwarna abu-abu. Pada
tipe eksudatif akan terlihat adanya deposit lemak massif dan biasanya disertai
dengan perdarahan intraretina.5
Pada
pemeriksaan
Ultrasound
mata,
jika
retina
tidak
dapat
tetapi tidak dapat membantu untuk menentukan lokasi robekan retina yang
tersembunyi.5,6
2.3.4 Diagnosis5
Regmatogenus
Afakia, myopia,
trauma tumpul,
photopsia, floaters,
gangguan lapangan
pandang yang
progresif, dengan
keadaan umum baik.
Terjadi pada 90-95 %
kasus
Meluas dari oral ke
discus, batas dan
permukaan cembung
tergantung gravitasi
Traksi
Diabetes,
premature,trauma
tembus, penyakit sel
sabit, oklusi vena.
Eksudatif
Factor-faktor sistemik
seperti hipertensi
maligna, eklampsia,
gagal ginjal.
Kerusakan primer
tidak ada
Tidak meluas menuju
ora, dapat sentral atau
perifer
Tidak ada
Pergerakan retina
Bergelombang atau
terlipat
Bukti kronis
Terdapat garis
pembatas, makrosis
intra retinal, atropik
retina
Terlihat pada 70 %
kasus
Sineretik, PVD,
tarikan pada lapisan
yang robek
Jernih
Massa koroid
Tekanan intraocular
Transluminasi
Tidak ada
Rendah
Normal
Tidak ada
Normal
Normal
Keaadan yang
menyebabkan ablasio
Robeknya retina
Retinopati diabetikum
proliferative, post
traumatis vitreous
traction
Riwayat penyakit
Kerusakan retina
Perluasan ablasi
Tergantung volume
dan gravitasi,
perluasan menuju oral
bervariasi, dapat
sentral atau perifer
Smoothly elevated
bullae, biasanya tanpa
lipatan
Tidak ada
Tidak ada
eksudatif post
cryotherapi atau
dyathermi.
2.3.5 Penatalaksanaan
Tujuan dari tatalaksana ablasio retina adalah mengembalikan kontak
antara neurosensorik retina yang terlepas dengan RPE dan eliminasi kekuatan
traksi. Berbagai metode operasi yang akan dilakukan bergantung dari lokasi
robekan, usia pasien, gambaran fundus, dan pengalaman ahli bedah.
Penanganan
ablasio
retina
regmatogen
dilakukan
dengan
tindakan
Scleral
buckling
adalah
metode
pendekatan
cryosurgery
dilakukan
disekitar
lesi.
Dilanjutkan
dengan
memperkirakan bagian dari dinding bola mata yang retinanya terlepas, lalu
dilakukan fiksasi dengan buckle segmental atau circular band (terlingkari
>360 derajat) pada sclera. Keuntungan dari tehnik ini adalah menggunakan
peralatan
dasar, waktu
rehabilitasi
pendek,resiko
iatrogenic
yang
buckling memiliki
b. Pneumatic Retinopexy
Pada metode ini, gas inert atau udara diinjeksi ke dalam vitreus.
Dengan cara ini, retina akan terlekat kembali. Cryosurgery dilakukan
sebelum atau sesudah injeksi gas atau koagulasi laser dilakukan di sekitar
defek retina setelah perlekatan retina. Metode ini sangat cocok digunakan
pada kondisi ablasio dengan satu robekan retina pada bagian atas perifer
fundus (arah jam 10 hingga jam 2).6
Gambar 5. Pnemuatic Retinopexy
c. Pars Plana Vitrektomi (PPV)
Dengan operasi menggunakan mikroskop, korpus vitreus dan semua
terjadi pada mata yang terkena. Komplikasi lain dapat mencakup perdarahan
ke dalam mata (perdarahan vitreous), glaukoma (sudut tertutup), peradangan,
infeksi, dan jaringan parut akibat operasi. Kehilangan persepsi cahaya juga
dapat terjadi.7
Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan
mengalami komplikasi, maka dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous
(vitreoretinopati proliferatif, PVR). PVR dapat menyebabkan traksi pada retina
dan ablasio retina lebih lanjut.7
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. 2010. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
2. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asburys general ophthalmology.
17th ed. McGraw-Hill, 2007.
3. Kanski JJ, Bowling B, editors. Clinical Ophthalmology: a systemic
approach. 7th ed. Elsevier, 2011.
4. Chang Huan J. In : Retinal Detachment. The Journal Of The American
Medical Association. 2012
5. Kwon O. W., Roh M. I., Song J. H. Retinal Detachment and Proliferative
Victreoretinopathy. In. Retinal Pharmacotheraphy. Britain : SaundersElsevier. 2010. Page 148-51.