Anda di halaman 1dari 21

ILMU KESEHATAN MATA

TRAUMA
PENETRASI OKULI
Oleh :
Kisenda Bagus Widodi
Novita Dwi Cahyanti
Rosa Kristiansen

G99121022
G99121033
G99121042

STATUS PENDERITA
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Suku
Kewarganegaraan
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tgl pemeriksaan
No. CM

: Tn. W
: 25 Tahun
: Laki-laki
: Jawa
: Indonesia
: Islam
: buruh
: Jumantono, Karanganyar
: 16 November 2013
: 01228931

Keluhan utama : pandangan mata kiri gelap

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan pandangan mata kiri menjadi gelap sejak 2 jam sebelum
masuk rumah sakit, yaitu segera setelah mata kiri terkena serpihan kayu. Peristiwa
tersebut terjadi saat pasien sedang membelah kayu dengan kapak. Mata kiri terasa
nyeri dan mengeluarkan darah. Tidak ada keluhan di mata kanan. Sebelum dibawa ke
IGD RSDM, pasien sudah dibawa ke RSUD Karangnyar, dilakukan cuci mata kiri.
Kemudian pasien langsung dikirim ke RSDM.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi
Riwayat kencing manis
Riwayat alergi obat dan makanan
Riwayat trauma mata

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat kencing manis
: disangkal
Riwayat sakit serupa
: disangkal

Kesimpulan anamnesis

OD

OS

Proses

Trauma penetrasi

Lokalisasi

Kornea, sklera, iris

Sebab

Serpihan kayu

Perjalanan

Akut

Komplikasi

Ruptur kornea
Ruptur sklera
Hifema
Prolaps iris

Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup

Pemeriksaan subyektif

OD

OS

Visus Sentralis
Visus sntralis jauh

>6/60

1/~

Pinhole

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Koreksi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Visus sntralis dekat

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Konfrontasi tes

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Proyeksi sinar

Tidak dilakukan

Baik

Visus perifer

Pemeriksaan Obyektif

Sekitar mata

OD

OS

Tanda radang

Tidak ada

Tidak ada

Luka

Tidak ada

Tidak ada

Parut

Tidak ada

Tidak ada

Kelainan warna

Tidak ada

Tidak ada

Kelainan bentuk
Supercilia

Tidak ada

Tidak ada

a. warna

Hitam

Hitam

b. tumbuhnya

Normal

Normal

c. kulit

Sawo matang

Sawo matang

d. gerakan

Dalam batas
normal

Dalam batas
normal

Ukuran bola mata

OD

OS

Mikro/ makroftalmos

Tidak ada

Tidak ada

Ptosis bulbi

Tidak ada

Tidak ada

Atrofi bulbi

Tidak ada

Tidak ada

Gerakan bola mata

OD

OS

Temporal

Tidak terhambat

Tidak terhambat

Temporal superior/
inferior

Tidak terhambat

Tidak terhambat

Nasal

Tidak terhambat

Tidak terhambat

Nasal superior/ inferior

Tidak terhambat

Tidak terhambat

Tekanan Intra Okuler


Palpasi OD : tidak meningkat
OS : tidak dilakukan
Konjungtiva Fornix :
Edema OD : tidak ada
OS : tidak ada
Hiperemis OD : tidak ada
OS : tidak ada
Sekret
OD : tidak ada
OS : tidak ada.
Konjungtiva bulbi :
Edema OD : tidak ada
OS : ada
Hiperemis OD : ada
OS : tidak ada
Sekret OD : tidak ada
OS : ada / darah (+)

Injeksi Konjungtiva OD : tidak ada


OS : tidak ada
Injeksi Siliar OD : tidak ada
OS : tidak ada

Sklera
warna
OD: putih
OS : kemerahan
Permukaan
OD: rata, mengkilap OS : Ruptur 2 mm
Kornea
Limbus
OD: jernih
OS: jernih
Permukaan
OD: rata, mengkilap OS: Ruptur di inferior 5 mm
Kamera Okuli Anterior
Kejernihan
OD : jernih
OS: Hifema (+)
kedalaman
OD : dangkal
OS: dalam
Iris
Warna
OD : coklat
OS: coklat
Bentuk
OD : tampak lempengan OS : prolaps diarah jam 6
Pupil
Ukuran
OD : 3mm
OS : s.d.e
letak
OD : sentral
OS : s.d.e
Bentuk
OD : bulat
OS : s.d.e
Reflek cahaya
OD : (+) Normal
OS : s.d.e
Lensa
OD : ada
OS : s.d.e
OD : jernih
OD : s.d.e

Kesimpulan Pemeriksaan

OD

OS

6/60

1/~

Konfrontasi tes

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Proyeksi sinar

Baik

Baik

Persepsi warna

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Sekitar mata

Dalam batas
normal

Dalam batas
normal

Supercilium

Dalam batas
normal

Dalam batas
normal

Visus sentralis
jauh
Visus perifer

OD

OS

Konjungtiva bulbi

Dbn

hiperemi

Sklera

Dbn

Ruptur 2 mm

Kornea

Dbn

Ruptur di inferior 5 mm

COA

Kesan normal

Hifema (+)

Iris

Bulat, warna coklat

Sde

Pupil

Diameter 3 mm,
bulat di sentral

Sde

Lensa

Kesan normal

Sde

Gambar : Pasien dg Trauma Okuli

Diagnosis Banding :
OS penetrasi benda asing intraokuler
Diagnosis : OS Ruptur kornea, ruptur sklera, prolaps iris et causa trauma penetrasi.
Terapi :
MRS
Infus RL
Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Injeksi Antrain 1 amp/ 12 jam
Chloramphenicol EO 3x OS + tutup kassa steril
Planning :
Pro toilet luka, repait kornea dan sklera

Prognosis :

OD

OS

Ad vitam

Bonam

Bonam

Ad fungsionam

Bonam

Dubia et malam

Ad Sanam

Bonam

Dubia et malam

Ad Kosmetikum

Bonam

Dubia et bonam

Tinjauan Pustaka
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya
penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Trauma dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita.
Jenis trauma pada mata :
1. Trauma tumpul
2. Trauma tembus bola mata
3. Trauma kimia
4. Trauma radiasi
Trauma tersebut dapat mengenai jaringan mata: kelopak, konjungtiva, kornea, uvea,
lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.

Trauma tembus Okuli :


rauma tembus bola mata dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja. Bila
robekan konjungtiva ini tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan.
Bila robekan konjungtiva lebih dari 1 cm diperlukan tindakan penjahitan untuk
mencegah terjadinya granuloma.
Pada setiap robekan konjungtiva perlu diperhatikan terdapatnya robekan sklera
bersama-sama dengan robekan konjungtiva tersebut.1
Tanda trauma tembus bola mata diantaranya :
Tajam penglihatan yang menurun
Tekanan bola mata rendah
Bilik mata dangkal
Bentuk dan letak pupil yang berubah
Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sclera
Terdapatnya jaringan yang prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca,atau
retina
Konjungtiva kemotis

Ruptur Sklera
Ruptur sklera paling sering mengenai lapisan sklera paling tipis yaitu pada insersi
otot ekstra okular (rektus), limbus dan daerah sekitar N.II.
Biasa ditandai dengan perdarahan periokuler dan intraokuler, ketajaman penglihatan
sama ataukurang dari kemampuan melihat lambaian tangan, tekanan intraokuler < 5
mmHg, kedalaman COA asimetris dan atau kesulitan menilai fundus, pada
pemeriksaan slit lamp biomicroscopy tampak kekeruhan vitreus pada sisi yang ruptur
dan pada pemeriksaan tambahan dengan Echography akan tampak vitreus yang
inkarserata, penebalan atau pelepasan retina, kontur sklera yang irreguler,
penurunan refleks sklera, perdarahan episkleral.
Perbaikan terhadap ruptur sklera harus segera dilakukan begitu ditemukan dengan
menjahit sklera. Kemungkinan untuk mengembalikan penglihatan sangat kurang
pada ruptur sklera posterior yang luas, tetapi dengan instrumentasi bedah dan
pemahaman patofisiologi yang lebih baik, memungkinkan untuk mempertahankan
penglihatan pada derajat tertentu.

Prolaps Iris
Prolaps iris dapat terjadi saat perforasi kornea akibat beberapa sebab, yaitu setelah
trauma, setelah operasi, akibat perforasi ulkus kornea atau corneal melt.
Prolaps iris merupakan kondisi serius yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan
infeksi dan hilangnya bola mata. Jika prolaps iris itu tereksposur, seperti pada
laserasi kornea, tindakan bedah segera diperlukan, karena infeksi dapat menyebar
melalui iris menuju bola mata.
Jika prolaps iris tertutupi oleh konjungtiva, misal pada luka post operasi, maka
intervensi bedah segera tidak terlalu diperlukan.
Iris merupakan jaringan yang sensitif pada mata. Jika terjadi prolaps iris maka pasien
sering mengeluhkan nyeri. Iris dapat mengalami prolaps setelah operasi (operasi
katarak, transplantasi kornea), trauma (laserasi kornea, laserasi sklera), akibat
perforasi ulkus kornea dan corneal melt yang berhubungan dengan rheumatoid
arthritis.
Pada pasien dengan perforasi kornea, prolaps iris akan tereksposur. Tampilan iris
dapat bermacam-macam tergantung dari lamanya prolaps. Pada prolaps iris yang
baru saja terjadi iris masih viable, namun seiring berjalannya waktu iris akan
mengering dan akan menjadi non viable.

HIFEMA
Hifema / terdapatnya darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat
trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan blefarospasme.
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Jika pasien duduk, hifema akan
terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat
memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang
ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulasi, dan mata ditutup.
Pasien anak yang gelisah dapat diberi obat penenang.
Asetazolamida diberikan jika ada penyulit glaukoma. Hifema akan hilang
sempurna. Jika penyakit tidak berjalan demikian, maka sebaiknya
penderita dirujuk.

Parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien
dengan hifema jika terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema
penuh dan berwarna hitam atau jika setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema
akan berkurang.
Kadang setelah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi perdarahan
atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat
karena perdarahan lebih sukar hilang.1
Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu reses
sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata. Zat besi dalam
bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat
menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan. Hifema spontan pada anak sebaiknya
dipikirkan kemungkinan leukemia dan retinoblastoma.1

DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, S. (2009). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Aaberg & Stenberg (eds). Blunt and Penetrating Ocular Injuries. Dalam : Vitreoretinal
Disease The Essentials, Regillo (ed). New York : Thieme Medical Publisher. 1999. 511535.
Arunagiri G. Iris Prolapse. http://emedicine.medscape.com/article/1209310.
Michelson. Globe Rupture. 2007. http://www.emedicine.com.
Vaughan, D. (2010). Oftalmologi Umum, Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Anda mungkin juga menyukai