Flue Gas
Flue Gas
159
Jurnal
Teknologi Proses
Media Publikasi Karya Ilmiah
Teknik Kimia
Abstrak
Kilang Liquid Natural Gas (LNG) adalah salah satu industri pengilangan yang banyak menggunakan
energi dalam proses produksinya. Salah satu peralatan pada kilang LNG yang banyak menggunakan
energi adalah boiler. Efisiensi peralatan ini selalu berubah sesuai bahan operasi. Inefisiensi terjadi
karena banyaknya kemungkinan kehilangan panas pembakaran, padahal apabila efisiensi pembakaran
ini bisa ditingkatkan, dapat menurunkan konsumsi energi yang pada akhirnya akan menurunkan pula
biaya produksi sehingga akan meningkatkan laba perusahaan. Sesuai dengan kebijakan pemerintah di
bidang energi bahwa secara bertahap harga energi baik harga bahan bakar minyak maupun harga listrik
pada saatnya akan mencapai pada harga ekonominya dalam arti bahwa pemerintah tidak akan
memberikan subsidi lagi kepada harga energi. Oleh karena itu sudah saatnyalah industri yang pada
proses produksinya banyak menggunakan energi mulai menjalankan konservasi energi, salah satunya
adalah kilang LNG dengan melakukan peningkatan efisiensi pembakaran kepada boiler melalui
penurunan ekses udara dan pemanfaatan panas buangan. Penelitian tentang peningkatan efisiensi
pembakaran pada boiler dilakukan pada salah satu kilang LNG. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada potensi penghematan energi melalui penurunan ekses udara hingga menjadi 15%, yang bisa
meningkatkan efisiensi boiler hingga 85%, serta pemanfaatan panas buangan.
Kata kunci: konservasi energi, LNG,boiler
Pendahuluan
Salah satu kebijakan pemerintah dalam
bidang energi adalah konservasi energi yang
telah dituangkan dalam KEPPRES No. 41
Tahun 1991 di mana semua pengguna energi
hendaknya melakukan konservasi.
Konservasi energi merupakan salah satu
langkah kebijakan energi yang perlu
mendapatkan
prioritas
dalam
upaya
mengatasi masalah keterbatasan sumbar daya
energi dengan memanfaatkan energi secara
lebih efisien. Dari segi kemudahan
pelaksanaannya, dibanding dengan langkahlangkah yang lain, maka konservasi energi
relatif memerlukan waktu yang lebih singkat
dalam memperoleh hasil, dan memiliki nilai
Darmansyah Dalimunthe / Jurnal Teknologi Proses 5(2) Juli 2006: 156 162
160
161
Darmansyah Dalimunthe / Jurnal Teknologi Proses 5(2) Juli 2006: 156 162
O2
+
2H2
panas
dari bahan bakar
O2
CO2
2H2O
dari udara
dari udara
minimum,
serta
terdapatnya
hasil
pembakaran, seperti CO2, uap air, dan N2.
Rasio udara (air ratio) dan udara berlebih/
ekses udara (excess air)
Untuk
menilai
suatu
pembakaran
berlangsung efisien atau tidak, dapat
diketahui melalui angka perbandingan antara
jumlah udara aktual dengan jumlah udara
teoretisnya
yang
diperlukan
dalam
pembakaran atau dengan melihat seberapa
besar kelebihan udara aktual dari kebutuhan
udara teoretisnya (dalam persen).
Untuk mengetahui jumlah udara aktual
harus diketahui kandungan O2 atau CO2
dalam gas buang (persen volume basis
kering) melalui pengukuran., sedangkan
udara teoretis dihitung dari stokiometrik.
Rasio udara = ( jumlah udara pembakaran aktual)
( jumlah udara pembakaran teoritis)
(21)
(21 % O 2 )
...
(1)
Jumlah udara aktual tergantung pada faktorfaktor berikut:
a. Jenis bahan bakar dan komposisinya
b. Desain ruang bakar (furnace)
c. Kapasitas pembakaran atau firing rate
(optimum 70 90 %)
d. Desain dan pengaturan burner
...(2)
b. Metode tak langsung
Efisiensi (%) = 100 % - (Rugi - rugi) (%)
...(3)
Sedangkan formula untuk menghitung
efisiensi boiler dengan metode tak langsung
dapat dilihat pada Tabel 2.
Darmansyah Dalimunthe / Jurnal Teknologi Proses 5(2) Juli 2006: 156 162
162
Hasil survai
TABEL 1: Problema yang timbul pada pembakaran dan penyebabnya
Problema
Kemungkinan Penyebab
a. Pengoperasian sistem kontrol tidak tepat
b. Tekanan suplai bahan bakar rendah
1. Excess air / ekses udara
tinggi (O2 tinggi)
c. Heating value bahan bakar berubah
d. Viskositas bahan bahan bakar berubah
a. Pengoperasian sistem kontrol tidak tepat
2. Excess rendah (O2
b. Keterbatasan fan blower
rendah)
c. Temperatur udara ambien bertambah
a. Setting pengatur udara tidak tepat
b. minyak burner rusak
Pembakaran
c. Distribusi udara tidak sesuai
d. Penyumbatan pada burner gas
e. Distribusi udara/bahan bakar tidak seimbang
3. Tingginya CO dan emisi
pada boiler multi burner
dari gas combustible (O2
memuaskan atau tinggi)
f. Kerusakan pada refraktori throat burner
g. Sistem udara overfire tidak sesuai
h. Kisi-kisi pada penyala api (stoker)
i. Orientasi distribusi bahan bakar pada penyala
api
a. Timbulnya deposit pada saluran air atau gas
b. Prosedur pengolahan air yang kurang baik
Perpindahan Panas
Temperatur gas buang tinggi
c. Pengoperasian sootblower yang kurang baik
Sistem
Darmansyah Dalimunthe / Jurnal Teknologi Proses 5(2) Juli 2006: 156 162
163
NO
1.
TABEL 2: Formula untuk menghitung efisiensi boiler dengan metode tak langsung
Hilang panas
Formula
LDG
K(TFG TA )
Dry fuel gas
CO 2
1a
(O 2 )
CO 2 = 1
(CO 2 ) maks
21
1b
(CV G )3
L H 2O
(CV G1 )
LCO
CO tak terbakar
LRC
Radiasi & konveksi
L
LBD
Rugi blowdown
7
8
9
1
CV G
2a
69.7 C fuel CV N )
Nilai
LTotal
Hilang panas total (Rugi-rugi)
Efisiensi
Excess Air / Ekses udara
(TBD TH 2O ) BD (100 - L)
(TBD TH 2O ) BD + (100 - BD) (660 - TH 2O )
L +BD
%
%
%
%
%
E = 100 LTotal
Keterangan:
LDG
= % panas hilang dalam gas buang kering,
TFG
= Temperatur gas buang (0C),
L H 2O = % panas hilang uap air dalam gas buang,
TA
LCO
LBD
LRC
L H 2O
=
=
=
=
=
LBD
Tfuel
(O2)
(CO2)
CAP
K
CV
CVG
=
=
=
=
=
=
=
=
Pembahasan
Dilihat dari besarnya intensitas energi, yaitu 20.6% merupakan suatu nilai intensitas yang
cukup besar untuk industri gas alam cair. Sebagai gambaran, kilang minyak yang dioperasikan
di Indonesia rata-rata mempunyai intensitas antara 5 7% refinery fuel per crude intake.
Memang hal ini tidak bisa dibandingkan secara langsung begitu saja karena berbagai faktor dan
kondisi setempat yang berbeda, tetapi setidaknya dapat dipakai sebagai gambaran.
Melihat tingginya intensitas menunjukkan bahwa terdapat ketidakefisienan pemakaian energi,
dengan demikian terdapat potensi penghematan energi yang cukup besar bila dapat menurunkan
intensitas energinya.
Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat adanya ekses udara yang cukup besar, yaitu di atas
20%, serta konsumsi energi yang cukup besar, yaitu sebesar 108,516 MMCF dibandingkan
produksi yang dihasilkan, yaitu sebesar 525,495 MMCF.
Salah satu penyebabnya mungkin banyaknya panas yang hilang pada saat proses pembakaran
untuk menghasilkan uap. Untuk itu, perlu dilihat proses pembakaran pada boilernya.
Melalui perhitungan efisiensi boiler dapat diperkirakan besarnya ekses udara, panas yang
terbuang, dan tingkat efisiensi boilernya.
Perhitungan efisiensi boiler dilakukan dengan menggunakan metode tak langsung sebagai
berikut:
Efisiensi boiler = 100 % - rugi-rugi panas
Rugi-rugi panas dicari dengan menggunakan grafik rugi-rugi panas dan ekses udara untuk
bahan bakar gas alam.
a.
b.
c.
d.
e.
Dengan mengacu pada nilai kalor dari gas alam dan temperatur ambien 200C, dengan nilai
kandungan O2 sebesar 5%, diperoleh nilai ekses udara sebesar 29% dan nilai kandungan CO2
sebesar 9%. Berdasarkan teori untuk bahan bakar gas ekses udara cukup 1015%. Oleh karena
itu, ekses udara sebesar 29% termasuk besar.
Oleh karena temperatur ambien sebesar 300C, maka beda temperatur gas buang 2600C
30 C = 2300C. Beda temperatur ini sama untuk temperatur gas buang 2500C dengan ambien
200C. Oleh karena itu, hilang panas oleh gas buang sesuai dengan garis temperatur 2500C adalah
sebesar 24%, dengan demikian:
0
Konsumsi energi cukup besar, yaitu setara 108,516.15 MMCF dibandingkan total produksi,
yaitu setara 525,495 MMCF atau intensitas energi cukup besar 20.6%
Ekses udara cukup besar, yaitu 29%
Kehilangan panas oleh gas buang sebesar 24%
Efisiensi boiler sebesar 71% termasuk kurang efisien
Ketidakefisienan boiler, kemungkinan disebabkan oleh akses udara yang cukup besar serta
kehilangan panas oleh gas buang, untuk itu efisiensi boiler perlu ditingkatkan lagi hingga
mencapai tingkat efisiensinya.
Saran
Karena ketidakefisienan boiler tersebut, kemungkinan disebabkan oleh ekses udara yang
cukup besar, serta hilangnya panas pada gas buang, maka ekses udara harus ditekan sampai
menjadi 15% (untuk bahan bakar gas akses udara cukup 1015%). Hal ini dapat dikendalikan
dari ruang kontrol dengan mengatur O2 sebesar 3 %. Sedangkan panas yang terbuang disarankan
untuk ditingkatkan efisiensinya dengan memanfaatkan panas buangan tersebut, misalnya untuk
cogeneration.
Daftar Pustaka
Albert Thumann, PE, C.E.M. & Paul Mehta, D. Handbook of Energi Engineering. 1995. The
Fairmont Press, Inc. Linburn, GA 30247. USA.
Annonimous. 1987. Combustion of Gas, Gas Engineers Handbook, Industrial Pers Inc.
Conforth, J.R. 1992. Combustion Engineering and Gas Utilisation. E & FN Spon, an imprint of
Chapman & Hall. London, UK.
Sirait J.K. 2001. Konservasi Energi pada Boiler, Konsep dan Teori. Jakarta.