Anda di halaman 1dari 15

TUGAS SKSO

Nama : Luthfi Naufal Gibrani


Kelas : BM3
Karakteristik Kabel Fiber Optik Secara Umum

Bagian dalam kabel jaringan fiber optik terdiri dari inti yang terbuat dari serat kaca
dan diselubungi oleh beberapa lapisan yang bersifat sebagai pelindung.

Konektor yang umum digunakan untuk kabel jaringan fiber optik adalah konektor ST,
namun baru-baru ini ada konektor lain yang diperkenalkan sebagai pasangan kabel
jaringan fiber optik yakni konektor SC.

Kecepatan transfer data yang mampu dilakukan kabel fiber optik berada di angka 100
Mbps ke atas (bahkan dapat mencapai 1000 Mbps).

Biaya rata-rata pernode cukup mahal.

Diameter kabel jaringan fiber optik dan dan ukuran konektornya relatif kecil sehingga
fleksibel dalam proses instalasi.

Panjang kabel jaringan fiber optik sangat panjang yakni mencapai 2 km (mengalahkan
kabel jaringan lainnya seperti Coaxial dan Twisted Pair).

Kelebihan Kabel Jaringan Fiber Optik

Kabel jaringan fiber optik dapat beroperasi dengan kecepatan yang sangat tinggi
dalam membawa informasi atau data, bahkan lebih tinggi dibanding kabel jaringan
Coaxial ataupun kabel Twisted Pair. Kecepatan transfer data-nya bahkan dapat mencapai
1000 mbps.

Bandwith kabel jaringan fiber optik tak perlu diragukan lagi karena mampu membawa
paket-paket dengan kapasitas besar (bisa tembus 1 gigabit per detik).

Kabel jaringan fiber optik dapat mengirim sinyal lebih jauh dibanding kabel jaringan
jenis lainnya, bahkan tanpa memerlukan perangkat penguat sinyal seperti repeater atau
lainnya. Kalaupun dibutuhkan, penguat sinyal tidak perlu dipasang setiap 5 km seperti
kabel-kabel jaringan lainnya, melainkan cukup dipasang setiap 20 km saja.

Material yang dipakai untuk membuat kabel jaringan fiber optik memiliki keunggulan
untuk bisa bertahan pada banyak gangguan seperti kelembaban udara dan cahaya (panas).

Dengan begitu maka dapat disimpulkan bahwa kabel fiber optik relatif awet karena tidak
gampang rusak.

Kemampuan kabel jaringan fiber optik yang tahan lama dan tidak gampang rusak
membuatnya jadi lebih efisien dibanding kabel jaringan lainnya, karena biaya perawatan
pun jadi kian murah.

Tak berbeda jauh dengan kabel jaringan STP, kabel jaringan fiber optik juga kuat
terhadap interferensi elektromagnetik yang berasal dari sekitar kabel.

Kabel jaringan fiber optik terdiri dari berbagai macam jenis yang dapat menjadi opsi
untuk menyesuaikan dengan lokasi instalasinya. Mulai dari instalasi di dalam gedung, di
bawah tanah hingga di dalam air, semuanya tersedia dengan kriteria dan karakteristik
yang berbeda-beda.

Karena bukan mengirim sinyal listrik melainkan gelombang cahaya, kabel jaringan
fiber optik mampu mengatasi masalah gangguan gelombang frekuensi bahan elektrik.
Dengan bagitu maka kabel jaringan jenis ini sangat ideal untuk digunakan pada kawasan
yang dikelilingi gelombang frekuensi cukup tinggi.

Diameter kabel jaringan fiber optik yang relatif kecil dan tipis, ditambah lagi dengan
bobotbya yang ringan membuat proses instalasi kabel fiber optik relatif mudah karena
bersifat fleksibel.

Berbeda dengan kabel jaringan lainnya yang berpotensi menyebabkan terjadinya


korsleting atau kebakaran, khusus pada kabel fiber optik hal itu tidak akan terjadi karena
menggunakan bahan dasar serat kaca yang aman dan tidak mudah terbakar karena: tidak
mengalirkan listrik.

Berbeda dengan kabel jaringan UTP dan STP yang masih menimbulkan kemungkinan
terjadnya penyadapan, hal ini tidak berlaku pada kabel jaringan fiber optik karena dapat
meneruskan data tanpa ada distorsi atau gangguan.

Kabel jaringan fiber optic dapat dengan mudah di-upgrade bahkan tanpa perlu
mengubah sistem kabel yang ada.

Kekurangan Kabel Jaringan Fiber Optik

Harga kabel jaringan fiber optik masih terlalu mahal, terutama jika dibandingkan
dengan kabel jaringan lainnya seperti kabel UTP yang terkenal murah meriah.

Dalam proses instalasi kabel jaringa fiber optik diperlukan beberapa alat khusus
berupa perangkat elektronik yang untuk saat ini memang masih sangat mahal. Alhasil

tidak semua orang bisa ataupun mau menggunakan kabel ini sebagai media pendukung
dalam instalasi sebuah jaringan komputer.

Dalam proses pengiriman sinyal, karena harus dilakukan perubahan sinyal listrik ke
sinyal optik terlebih dahulu maka kabel jaringan fiber optik menunut adanya sumber
cahaya yang kuat untuk melakukan pen-sinyalan seperti alat pembangkit listrik eksternal.

Jika rusak, perbaikan instalasi kabel jaringan fiber optik yang kompleks memerlukan
tenaga yang ahli di bidang ini.

Kabel jaringan fiber optik ditakutkan bisa menyerap hidrogen sehingga dapat
menyebabkan loss data.

Mengingat kabel jaringan fiber optik menggunakan gelombang cahaya untuk


mentransmisikan data, maka kabel jaringan jenis ini tidak dapat diinstal dalam jalur yang
berbelok secara tajam atau menyudut. Jika terpaksa harus berbelok, maka harus dibuat
belokan yang melengkung.
Sumber : http://teknodaily.com/pengertian-kabel-jaringan-fiber-optik-beserta-kelebihankekurangannya/

KARAKTERISTIK KABEL JARINGAN COAXIAL


Singkatnya, karakteristik kabel jaringan Coaxial yakni menggunakan 2 buah konduktor,
dengan pusat berupa inti kawat padat yang dilingkupi oleh sekat yang kemudian dililiti lagi
oleh kawat berselaput konduktor.

Untuk lebih jelasnya, karakteristik kabel jaringan Coaxial dapat dijelaskan dengan
menggunakan gambar sederhana di atas. Dari gambar tersebut dapat dilihat jika kabel
Coaxial terdiri dari :

Kabel tembaga (centre core)


Kabel tembaga (centre core) yang terletak di tengah-tengah ini berfungsi sebagai media
konduktor listrik.

Lapisan plastik (dielectric insulator)


Lapisan plastik (dielectric insulator) ini berfungsi sebagai pemisah antara kabel tembaga
dan lapisan metal (metallic shield) yang melingkupinya.

Lapisan metal (metallic shield)


Lapisan metal (metallic shield) ini berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan
interferensi elektromagnetik yang berasal dari sekeliling kabel.

Lapisan plastik (plastic jacket)


Lapisan plastik (plastic jacket) ini berfungsi sebagai pelindung bagian terluar dari kabel
itu sendiri.

Selain empat komponen di atas, karakteristik kabel jaringan Coaxial secara umum dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :

Kecepatan dan keluaran transmisi data 10 100 MBps.

Biaya rata-rata per node murah.

Media dan ukuran konektor medium (tidak terlalu kecil tapi juga tidak terlalu besar).

Panjang kabel maksimal yang diizinkan yakni 500 meter (cukup panjang).

Kelebihan Kabel Jaringan Coaxial :

Kabel jaringan Coaxial memiliki tingkat keandalan yang tinggi dalam proses
transmisi meskipun terbatas dari segi jangkauan.

Penguatannya dari repeater tidak perlu sebesar kabel Twisted Pair.

Kabel jaringan Coaxial lebih murah dari kabel Fiber Optic.

Teknologi yang dianut kabel jaringan Coaxial sudah sangat umum alias tidak asing
lagi karena sudah digunakan selama puluhan tahun untuk berbagai jenis komunikasi data.

Kabel jaringan Coaxial mempunyai kemampuan dalam menyalurkan sinyalsinyal


listrik yang lebih besar dibandingkan saluran transmisi dari kawat biasa.

Kabel jaringan Coaxial memiliki ketahanan arus yang semakin kecil pada frekuensi
yang lebih tinggi.

Meskipun instalasi kabel jaringan Coaxial terbilang rumit, namun kabel jaringan
Coaxial sangat peka terhadap isyarat.

Kabel jaringan Coaxial bisa menampung pengkabelan yang lebih panjang di antara
jaringan dengan perangkat-perangkat lain dibandingkan kabel Twisted Pair.

Kekurangan Kabel Jaringan Coaxial :

Kabel jaringan Coaxial perlu dipasang dengan teliti dan cenderung rumit, terutama
dalam hal mempertimbangkan ukurannya.

Biaya pemeliharaan kabel jaringan Coaxial relatif mahal sehingga berat di ongkos.

Lebar bidang frekuensi dalam kabel jaringan Coaxial hanya terbatas oleh gain
(pengerasan) yang dikehendaki, yang diperlukan untuk mempertahankan mutu sinyal
yang baik.

Jangkauan transmisi kabel jaringan Coaxial terbatas, sehingga dalam suatu jarak
tertentu maka transmisi sinyalsinyal elektromagnetik harus diangkat dengan serangkaian

repeater yang terbuat dari tabung elektron pada jalur tersebut agar penyampaian
komunikasi terjalin lebih baik.
Kabel jaringan Coaxial sangat rentan terhadap perubahan variasi temperatur yang

terjadi dalam kabel.


Sumber : http://teknodaily.com/definisi-dan-fungsi-kabel-jaringan-coaxial/
KARAKTERISTIK JARINGAN WIRELESS

Jaringan Wireless mempunyai karakteristik yang berbeda dengan jaringan kabel pada
umumnya. Pada Jaringan Wireless / Wifi / Nirkabel banyak faktor yang mempengaruhi
kinerja dan kehandalan dari jaringan Wireless. Beberapa hal secara teknisnya adalah Panjang
Gelombang (Wavelength), Frekuensi yang digunakan dalam transmisi
data, Amplitudo (kekuatan sinyal), danEIRP (Effective Isotropic Radiated Power). Hal
tersebut diatas biasa dibicarakan juga pada sinyal gelombang Radio. Tentunya karena
Jaringan Wireless menggunakan Gelombang Radio untuk transmisi datanya.Karena media
transmisinya menggunakan sinyal radio (RF) maka tentunya banyak faktor alam juga yang
mempengaruhi. Beberapa penjelasan dari yang disebutkan diatas adalah sebagai berikut :

*Panjang Gelombang (Wavelength).


Panjang Gelombang adalah jarak antara 1 ujung puncak gelombang dengan puncak lainnya
secara horizontal. Masih ingat pelajaran Fisika dulu ? Gelombang / sinyalnya adalah sinyal
Sinus.
Sinyal ini awalnya di mulai sebagai sinyal AC yang di generate oleh transmitter / pemancar
didalam sebuah Access Point (AP) dan dikirim ke antenna, dimana di radiasikan sebagai
gelombang sinus. Selama proses ini, arus mengubah medan elektromagnetik disekitar antena,
sehingga antena mengirim sinyal elektrik dan magnetik.
*Frekuensi (Hz).
Frekuensi menentukan seberapa sering signal terlihat /muncul. Frekuensi biasa diukur dalam
besaran detik, direferensikan sebagai cycle. Beberapa fakta tentang Frekuensi
1 Cycle = 1 Hz

Frekuensi tinggi memiliki jangkauan jarak lebih pendek


Ketika sinyal muncul 1x dalam 1 detik = 1 Hz
10x dalam 1 detik = 10 Hz
1 Juta x dalam 1 detik = 1 MHz
1 milliar x dalam 1 detik = 1 GHz.

*Amplitudo.
Jarak Vertikal antara satu puncak gelombang dengan gelombang lainnya adalah
amplitudo. Amplitudo adalah jumlah energi yang di berikan dalam sebuah signal. Orangorang di FCC dan ETSI (European Telecommunications Standards Institute) mengatur
Amplitudo yang boleh digunakan.
dalam sebuah Wireless Wide Area Network WWAN yang di operasikan di sebuah kota,
sangat penting untk menjamin bahwa frekuensi dapat digunakan kembali untuk jarak tertentu.
Seperti di dijelaskan sebelumnya bahkan antenna omni memungkinkan kita untuk mengcover
jarak 4-5 km (diameter 8-10 km). Sedang dengan antenna sektoral pada Access Pointkita
dapat mengcover 6-8 km. Oleh karenanya, sesudah 4-10 km kita dapat me-reuse (memakai
ulang) frekuensi untuk rekan lain yang ingin menggunakannnya.
Untuk menjamin bahwa frekuensi reuse dapat digunakan dengan baik, kita perlu membatasi
maksimum daya yang diijinkan untuk terbang dari antenna. Salah satu batasan yang biasa
digunakan adalah Effective Isotropic Radiated Power (EIRP). Jadi , EIRP adalah total energi
yang di keluarkan oleh sebuah access point dan antenna. Saat sebuah Access Point mengirim
energinya ke antena untuk di pancarkan, sebuah kabel mungkin ada diantaranya. Beberapa
pengurangan besar energi tersebut akan terjadi di dalam kabel. Untuk mengimbangi hal
tersebut, sebuah antena menambahkan power / Gain, dengan demikian power
bertambah. Jumlah penambahan power tersebut tergantung tipe antena yang
digunakan. FCC dan ETSI mengatur besar power yang bisa dipancarkan oleh antena.
EIRP inilah yang digunakan untuk memperkirakan area layanan sebuah alat wireless
Effective Isotropics Radiated Power (EIRP) dapat dihitung dengan mudah menggunakan
rumus berikut,
Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) dalam dBm
= daya di input antenna [dBm] + penguatan antenna [dBi]

Effective Radiated Power (ERP) dalam dBm


= daya di input antenna [dBm] + penguatan antenna [dBd]
.Rumus dari EIRP adalah :
EIRP = Power Output Transmitter (AP) - Cable loss + Antenna Gain
Perhitungan EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)
EIRP = Ptx + Gtx Ltx
dimana :
PTX = daya pancar (dBm)
GTX = penguatan antena pemancar (dB)
LTX = rugi-rugi pada pemancar (dB)
Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) biasanya kita gunakan. Kita biasanya
membatasiEIRP sekitar 36dBm.
Batas Legal
Batas EIRP yang legal pada frekeunsi 2.4GHz di Indonesia adalah:

Untuk Point-to-Point (P2P) 36dBm

Untuk Point-to-Multi-Point (P2MP) 30dBm

Daya pancar maksimum 100mW (20dBm).

Bagi mereka yang melanggar peraturan ini kemungkinan akan di kenakan ancaman merusak
system komunikasi dengan denda Rp. 600 juta dan atau penjara 6 tahun.
Contoh perhitungan daya Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)
TX

TX Power

Power

(dBm)

1 Watt

(+30 dBm)

Power Gain / Loss

Input Power ke

Antenn

Antenna

-1 dB loss via 1 m + 29 dBm

EIRP

+6 dBi +35

Legal (Yes /
No)
Yes

coax

dBm

100 mW (+20 dBm)

+14 dB Amplifier +34 dBm

+8 dBi

25 mW (+14 dBm)

+14 dB Amplifier +28 dBm

+8 dBi

+42
dBm
+36
dBm

No

Yes

Kemudian ada beberapa faktor yang mempengaruhi transmisi sinyal wireless di udara, seperti
Free Path Loss, Penyerapan Sinyal, Pemantulan Sinyal, Pemecahan Sinyal, Pembelokan
Sinyal dan Line of Sight (LOS).Apa itu Free Path Loss dan kawan-kawannya yang
disebutkan diatas berikut penjelasan singkatnya :
~ Free Path Loss.
Model dimana sebuah sinyal yang menjauhi sumbernya makin lama akan menghilang.
Ilustrasinya seperti saat anda menjatuhkan batu secara vertikal ke sebuah kolam air, akan
terbentuk gelombang yang menjauhi titik batu dijatuhkan dan semakin jauh semakin
menghilang, namun tidak berhenti, hanya menghilang. Sama halnya seperti sinyal
Gelombang Radio.
~ Absorption ( Penyerapan/Peredaman Sinyal ).
Seperti diketahui semakin besar Amplitudo gelombang (Power) Semakin jauh sinyal dapat
memancar. Ini baik karena dapat menghemat acess point dan menjangkau lebih luas. Dengan
mengurangi besar amplitudo (Power) suatu sinyal, maka jarak jangkauan sinyal tersebut akan
berkurang. Faktor yang mempengaruhi transmisi wireless dengan mengurangi Amplitudo
(Power) disebut Absorption (Penyerapan sinyal). Efek dari Penyerapan adalah panas.
Masalah yang dapat dihadapi ketika signal di serap seluruhnya adalah, sinyal berhenti.
Namun efek ini tidak mempengaruhi ato merubah panjang gelombang dan frekuensi dari
sinyal tersebut.
Anda pasti bertanya-tanya, benda apa yang dapat menyerap signal. Tembok, tubuh manusia,
dan karpet dapat menyerap ato meredam sinyal. Benda yang dapat menyerap ato meredam
suara dapat meredam sinyal. Peredaman sinyal ini perlu diperhitungkan juga saat akan
mendeploy jaringan wireless dalam gedung, terutama bila ada kaca dan karpet. karena dalam
hal ini peredaman sinyal akan terjadi.

~ Pemantulan Sinyal.
Sinyal radio bisa memantul bila menemui cermin/kaca. Biasanya banyak terjadi pada ruangan
kantor yang di sekat. PemantulanI pun tergantung dari frekuensi signalnya. Ada beberapa
frekuensi yang tidak terpengaruh sebanyak frekuensi yang lainnya. Dan salah satu efek dari
pemantulan sinyal ini adalah terjadinya Multipath.Multipath artinya singnal datang dari 2
arah yang berbeda. Karakteristiknya adalah penerima kemungkinan menerima signal yang
sama beberapa kali dari arah yang berbeda. Ini tergantung dari panjang gelombang dan posisi
penerima. Karakteristik lainnya adalh Multipath dapat menyebabkan sinyal yang = nol,
artinya saling membatalkan, atau dikenal dengan istilah Out Of Phase signal.
~ Pemecahan Sinyal / Scattering.
Isu dari pemecahan sinyal terjadi saat sinyal dikrim dalam banyak arah. Hal ini dapat
disebabkan oelh beberapa objek yang dapat memantulkan signal dan ujung yang lancip,
seperti partikel debu di air dan udara. Ilustrasinya dalah menyinari lampu ke pecahan kaca.
Cahaya akan dipantulkan ke banyak arah dan menyebar. Dalam skala besar adalah bayangkan
saat cuaca hujan. Hujan yang besar mempunyai kemampuan memantulkan sinyal. oleh
karena itu disaat Hujan , sinyal wireless dapat terganggu.
~ Pembelokan Sinyal [Refraction..]
Refraction adalah perubahan arah, atau pembelokan dari sinyal disaat sinyal melewati sesuatu
yang beda massanya. Sebagai contoh sinyal yang melewati segelas air. Sinyal ada yang di
pantulkan dan ada yang dibelokkan.
~ LOS (Line of Sight).
Line of Sight artinya suatu kondisi dimana pemancar dapat melihat secara jelas tanpa
halangan sebuah penerima. Walaupun terjadi kondisi LOS, belum tentu tidak ada gangguan
pada jalur tersebut. Dalam hal ini yang harus diperhitungkan adalah Penyerapan sinyal,
pemantulan sinyal, pemecahan sinyal. Bahkan dalam jarak yang lebih jauh bumi menjadi
sebuah halangan, seperti kontur bumi, gunung, pohon, dan halangan lingkungan lainnya.
Untuk menentukan pengaruh dari kekuatan sinyal wireles, ada beberapa hal dan metoda yang
dapat digunakan yaitu :
Fresnel Zone.

Sebagai latar belakang, Augustin-Jean Fresnel adalah seorang fisikawan Prancis dan sarjana
sipil yang hidup di tahun 1788 ~ 1827. Beliau secara tepat mengasumsikan bahwa cahaya
bergerak seperti gelombang. Dan karena penemuan beliau, sebuah metoda untuk menentukan
dimana pemantulan akan terjadi di antara pengirim dan penerima, dan diberi nama seperti
namanya. Inilah yang disebut Fresnel Zone. Rumus Fresnel Zone ini dapat menentukan posisi
ketinggian antena dengan Jarak yang dapat di tembus oleh sinyal Wireless. Dengan
perhitungan yang tepat akan didapatkan hasil yang memuaskan dan tentunya diperhitungkan.
Namun penerapan di Indoor sinyalnya terlalu pendek sehingga tidak terlalu berefek dalam
jaringan wifi indoor.
Received Signal Strength Indicator (RSSI).
RSSI ini menggunakan nilai yang spesifik untuk tiap vendor. Oleh karena itu penilaian
vendor A belum tentu sama dengan vendor B. RSSI biasa diukur dalam besaran dBm. Salah
satu alat untk menentukan RSSI adalah software Network Stumbler.
Signal to Noise Ratio (SNR).
SNR adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seberapa kuat sinyal dibandingkan
dengan gangguan di sekeliling yang menggangu sinyal. Bila Sinyal lebih kuat daripada
gangguan / Noise maka sinyal dapat di tankap oleh receiver lebih baik, dan sebaliknya
demikian. Blla Noise sekitar terlalu besar, maka yang akan di tangkap oleh receiver adalah
sinyal yang samr-samar dan transmisi data tidak dimengerti. Bila Aplikasi yang anda gunakan
dapat melaporkan pengukuran SNR, lebih baik bila mendapatkan angka yang lebih tinggi,
namun juga dibuat berdasar nilai RSSI nya, sehingga juga ditentukan sendiri oleh vendor.
Link Budget.
Link Budget adalah nilai yang menghitung semua gain dan loss antara pengirim dan
penerima, termasuk atenuasi, penguatan / gain antena, dan loss lainnya yang dapat terjadi.
Link Budget dapat berguna untuk menentukan berapa banyak power yang dibutuhkan untuk
mengirimkan sinyal agar dapat di mengerti oleh penerima sinyal.Berikut
adalah rumus sederhana untuk menentukan Link Budget :
Received Power (dBm) = Transmitted Power (dBm) + Gains (dB) - Losses (dB)

Daya Pemancar
Semua radio akan mempunyai daya pancar tertentu. Daya pancar ini menentukan energi yang
ada sepanjang lebar bandwidth tertentu. Biasanya di ukur dengan salah satu satuan berikut:
dBm daya relative terhadap satu (1) milliwatt
W daya linier sebagai Watts
Hubungan antara dBm dan Watts dapat dihitung melalui persamaan berikut:
Daya (dBm) = 10 x log[Daya (W) / 0.001W]
Daya (W) = 0.001 x 10^[Daya (dBm) / 10 dBm]
Di dunia amatir radio, pemancar sering di sebut sebagai Tx, Daya pemancar sering di sebut
sebagai "Tx Power". Di Indonesia, secara peraturan kita dibatasi untuk menggunakan
maksimum TX power 100mW (20 dBm). Jika anda melanggar hal ini, maka anda akan di
ancam oleh undang-undang telekomunikasi sebagai merusak system telekomunikasi dengan
ancaman denda Rp. 600 juta dan atau penjara 6 tahun.
Sensitivitas Penerima Radio
Rx adalah kependekan dari Receive atau penerima. Semua radio mempunyai titik minimal,
dimana jika sinyal yang diterima lebih rendah dari titik minimal tersebut maka data yang
dikirim tidak dapat di terima. Titik minimal sensitifitas RX didefinisikan dalam dBm atau W.
Bagi sebagian besar radio, sensitifitas RX di definisikan sebagai level dari Bit Error Rate
(BER). Biasanya kita mengunakan standard Bit Error Rate (BER) sama dengan 10^-5
(99.999%).
Pada peralatan WiFi, sensitifitas penerima ini biasanya dalam range -79 sampai -80-an dBm.
Biasanya sinyal yang di terima lebih tinggi dari sensitifitas penerima dan akan berubah-ubah
tergantung pada banyak factor.
Noise / derau harus jauh lebih rendah dari sensitifitas penerima. Para peralatan WiFi, noise /
derau biasanya sekitar -90 sampai -96 dBm. Noise di definisikan sebagai sinyal yang tidak
kita inginkan yang di terima oleh pesawat penerima kita.
Penguatan Antenna
Pada system radio / wireless, kita menggunakan antenna untuk mengkonversikan gelombang
listrik menjadi gelombang elektromagnetik yang akan merambat di udara. Penguatan antenna
adalah besarnya penguatan energi yang dapat dilakukan oleh antenna pada saat memancarkan
dan menerima sinyal. Penguatan antenna diukur dalam:
dBi: relative terhadap antenna isotropic (antenna titik).
dBd: relative terhadap sebuah antenna dipole.

Hubungan antara dBd dan dBi adalah sebagai berikut:


0 dBd = 2.15 dBi
Kita biasanya menggunakan dBi di perhitungan yang dilakukan.
Redaman
Dalam sebuah sistem komunikasi radio ada banyak hal yang memungkinkan terjadinya
redaman pada kekuatan sinyal. Beberapa diantaranya adalah kabel, konektor, anti-petir, udara
(free space), maupun berbagai halangan lain seperti pohon. Semua ini akan menyebabkan
turunnya kemampuan jika tidak di install dengan baik. Dalam system komunikasi low
power seperti WiFi yang rata-rata hanya mempunyai daya pancar 30-100mW saja, maka
setiap dB yang dapat kita hemat akan sangat penting artinya. Ingat 3 dB Rule.
Untuk setiap 3 dB gain/loss kita akan double daya (gain) atau kehilangan setengah daya
(loss). Contoh,
-3 dB = 1/2 daya (kehilangan setengah daya)
-6 dB = 1/4 daya (kehilangan seperempat daya)
+3 dB = 2x daya (double daya)
+6 dB = 4x daya (naik daya empat kali)
Radiasi Daya Pancar
Daya yang dipancarkan dari antenna dapat di ukur dengan dua (2) cara yaitu:
Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) dalam dBm
= daya di input antenna [dBm] + penguatan antenna [dBi]
Effective Radiated Power (ERP) dalam dBm
= daya di input antenna [dBm] + penguatan antenna [dBd]
Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) biasanya kita gunakan. Kita biasanya membatasi
EIRP sekitar 36dBm. Di Indonesia, kita mengadopsi batasan EIRP yang berbeda bagi
sambungan Point-to-Point (P2P) dan sambungan Point-to-Multi-Point (P2MP), menjadi 36
dBm dan 30 dBm.
Contoh perhitungan daya Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)
Propagasi di Udara (Free Space)
Pada saat sinyal meninggalkan antenna, sinyal akan berpropagasi atau lepas ke udara.
Antenna yang kita gunakan akan menentukan bagaimana propagasi akan terjadi. Pada
frekuensi 2.4 GHz sangat penting sekali untuk menentukan agar jalur antara dua antenna ini
tidak ada penghalang. Kita kemungkinan besar akan melihat adanya degradasi dari sinyal
yang berpropagasi di udara jika ada hambatan di jalur. Pohonan, bangunan, tiang PLN, tower,

gunung semua merupakan contoh dari penghalang.


Tetapi sebagian besar redaman dalam system wireless adalah redaman karena sinyal harus
merambat diudara. Persamaan dari redaman Free Space (Free Space Loss / FSL) adalah
sebagai berikut:
FSL(dB) = 32.45 + 20Log10F(MHz) + 20Log10D(km)
Free Space Loss pada jarak satu (1) km pada frekuensi 2.4 GHz adalah:
FSL(dB) = 32.45 + 20Log10(2400) + 20Log10(1)
= 32.45 + 67.6 + 0
= 100.05 dB
100+ dBm Free Space Loss (FSL) lumayan tinggi. Mengingat Effective Radiated Isotropic
Power (EIRP) yang di ijinkan untuk terbang dari Antenna hanya 30-36 dBm. Oleh karenanya
kita melihat sekitar 70 sampai 80 dBm daya yang di terima. Cukup sempit margin yang ada
mengingat sensitifitas penerima hanya sekitar -85dBm.
Line of Sight
Memperoleh Line of Sight (LOS) yang baik antara antenna pengirim dan antenna penerima
sangat penting sekali baik untuk instalasi Point to Point dan Point to Multipoint. Ada dua (2)
jenis LOS yang biasanya harus di perhatikan dalam instalasi, yaitu:
o Optical LOS berhubungan dengan kemampuan masing-masing untuk melihat.
o Radio LOS berhubungan dengan kemampuan penerima radio untuk melihat sinyal dari
pemancar radio.
Sumber : http://dwikiramadiyan.blogspot.co.id/2011/02/karakteristik-jaringan-wireless.html
Kelebihan lainnya dari jaringan wireless antara lain :

Mobilitas dan Produktivitas Tinggi, jaringan wireless memungkinkan pengguna untuk


mengakses informasi secara realtime sepanjang masih dalam jangkauan jaringan Wi-Fi,
sehingga meningkatkan kualitas layanan dan produktivitas. Pengguna bisa melakukan kerja
dimanapun mereka berada asal dilokasi tersebut masuk dalam coverage area Wi-Fi.

Kemudahan dan kecepatan instalasi, karena infrastrukturnya tidak memerlukan kabel maka
instalasi sangat mudah dan cepat dilaksanakan, tanpa perlu menarik atau memasang kabel
pada dinding atau lantai.

Fleksibel, dengan teknologi Wi-Fi sangat memungkinkan untuk membangun jaringan pada
area yang tidak mungkin atau sulit dijangkau oleh kabel, misalnya dikota-kota besar,
ditempat yang tidak tersedia insfrastruktur kabel.

Menurunkan biaya kepemilikan, dengan satu access point sudah bisa mencakup seluruh
area dan biaya pemeliharaannya murah (hanya mencakup stasiun sel bukan seperti pada
jaringan kabel yang mencakup keseluruhan kabel).
Kelemahan dari jaringan wireless antara lain :

Biaya peralatan mahal (kelemahan ini dapat dihilangkan dengan mengembangkan dan
memproduksi teknologi komponen elektronika sehingga dapat menekan biaya jaringan).

Delay yang besar, adanya masalah propagasi radio seperti terhalang, terpantul dan banyak
sumber interferensi (kelemahan ini dapat diatasi dengan teknik modulasi, teknik antena
diversity, teknik spread spectrum dll).

Kapasitas jaringan menghadapi keterbatasan spektrum (pita frekuensi tidak dapat diperlebar
tetapi dapat dimanfaatkan dengan efisien dengan bantuan bermacam-macam teknik seperti
spread spectrum/DS-CDMA) dan keamanan data (kerahasiaan) kurang terjamin (kelemahan
ini dapat diatasi misalnya dengan teknik spread spectrum).
Sumber : http://cintiaelind.blogspot.co.id/2012/09/kelebihan-dan-kelemahan-jaringan.html
http://dwikiramadiyan.blogspot.co.id/2011/02/karakteristik-jaringan-wireless.html

Anda mungkin juga menyukai