DEFINISI : Membantu keadequatan perfusi jaringan pada pasien dengan kehilangan kontraksi
vaskuler berat
AKTIVITAS :
1.
Lakukan pengantian balutan luka (dressing) untuk mencegah terjadinya infeksi dan atau
membantu proses penyembuhan, secara tepat
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Rawat hipertermia dnegan obat anti piretik, menggunakan tempat tidur dingin (tempat tidur
es), atau sponge bath
9.
Cegah
terjadinya
menggigil
dengan
pemberian
obat
atau
dengan
membungkus/menghangatkan ekstremitas
10. Monitoring adanya koagulan, termasuk prothrombin time (PT), partial thromboplastin time
(PTT), fibrinogen, degradasi fibrin/penurunan produksi, dan hitung platelet, dengan tepat.
BACAAN PENDUKUNG :
Cullen, L.M. (1992). Interventions related to circulatory care. In G.M. Bulechek & J.C.
McCloaskey (Eds.), Symposium on Nursing Interventions. Nursing Clinics of North America,
27(2). 445-476.
Hardaway, R. 91988). Vasodilative shock. In R. Hardaway (Ed.). Shock: The Reversible Stage of
Dying. (pp.311-314). Littleton, M.A: PSG Publishing.
Hughes, M. (1990). Critical Care Nursing for the patient with a spinal cord injury. Critical Care
Nursing Clinics of North America. 2(1). 33-40.
Johnson, B.C., Wells,S.J., Hoffmeister, D., & Dungca, C.U. (1988). Standards for critical care (3 rd
ed.). St. Louis : Mosby.
Rice, V. (1991). Shock, a clinical syndrome: An update: 3. Therapeutic management. Critical Care
Nurse, 11(6), 34-39.
Schwenker, D. (1990). Cardiovascular considerations in the critical phase: spinal cord injury
Critical Care Nursing Clinics of north America, 2(3), 363-367.
Tribett, D. (1993). Immulogic data acquisitions. In M. Kinney, D. Pacja, & Dunbar (Eds),
AACNs Clinical Reference for Critical Care Nursing. (3 rd ed.) (pp. 1030-1031). St. Louis :
mosby.