Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No.

1 Januari 2010: 48 -56

ISOLASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI KELOPAK


BUNGA NUSA INDAH (Mussaeda frondosa L.)
Deddi P. Putra, H. Al Fatra dan A. Bakhtiar
Fakultas Farmasi Universitas Andalas
Korespondensi: Drs. Deddi Prima Putra Ph.D.
Jurusan Farmasi Fakultas MIPA, Universitas Andalas
Kampus Limau Manis Padang 25163, Sumatera Barat
Email: putra_aries64@yahoo.com

ABSTRACT
An antioxidant flavonol glycoside isoquercitrin (0.01% w/w) from white petals of Mussaenda
o
frondosa L flowers has been isolated in form of amorf yelowish powder, m.p. 288-230 C.
The structure was established from data of chromatography, UV-Vis spectra with shift
1
13
reagents, infrared as well as the analysis of spectral data of H and C NMR. Antioxidant
activity was performed by inhibition of radical scavenger of 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH)
50M and the compound showed a high persentage inhibition of 93.97% compared to
quersetin (92.92%). The compound was first reported from white petal of Mussaenda
frondosa L.
Keywords: antioxidant, isoquercitrin, flavonoid glycoside, Mussaenda frondosa L

ABSTRAK
Antioksidan isokuersitrin (0,01% b/b) telah diisolasi dari kelopak putih bunga Nusaindah
(Mussaenda frondosa L.), berupa amorf berwarna kuning dengan jarak leleh 228-230C.
Struktur senyawa ini ditetapkan berdasarkan (pola) kromatografi, spektrofotometer ultraviolet
1
dengan berbagai pereaksi geser, spektrum inframerah serta analisis spektrum RMI ( H dan
13
C). Pemeriksaan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (radikal 2,2-difenil1-pikrilhidrazil) 50M dan senyawa (1) memiliki persentase inhibisi sebesar 93,97%
sebanding dengan kuersetin (92,29%). Senyawa ini baru pertama dilaporkan dari kelopak
putih bunga Mussaenda frondosa L
Kata kunci: antioksidan, isokuersitrin, flavonoid glikosida, Mussaenda frondosa L

PENDAHULUAN
Upaya mencari antioksidan alami
yang baru dari rempah-rempah,
tumbuhan obat, maupun buah-buahan
serta sayuran saat ini telah menjadi
perhatian para peneliti. Beberapa hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
antioksidan dapat menurunkan resiko
terhadap penyakit-penyakit degeneratif,
menurunkan stres oksidatif, mencegah
penuaan dini, serta dapat membantu
48

meningkatkan kualitas hidup manusia


(1).
Berbagai penyakit degeneratif ini
dipicu oleh adanya kerusakan jaringan
dalam tubuh akibat paparan senyawa
radikal bebas yang berlebihan pada sel
tubuh manusia walaupun kenyataan
pada sel tubuh manusia juga dihasilkan
radikal bebas namun masih dapat
diatasi oleh metabolisme tubuh normal.
Emisi kendaraan bermotor dan industri,
asap rokok, serta pelepasan senyawa
kimia reaktif ke alam merupakan

Isolasi senyawa antioksidan dari kelopak bunga Nusa indah


(Deddi P. Putra, H. Al Fatra, A. Bakhtiar)

penyumbang radikal bebas yang cukup


besar (2). Paparan yang berlebihan
senyawa radikal sering kali tidak dapat
diatasi oleh sistim pertahanan tubuh
dengan antioksidan enzimatis seperti
glutathion
reduktase,
superoksida
dismutase dan katalase. Kebutuhan
asupan antioksidan perlu diimbangi dari
bahan makanan antara lain antioksidan
alami seperti vitamin C, vitamin E, karoten dan senyawa fenolik alam
(flavonoid, proantosianidin dan tanin)
yang dapat diperoleh melalui makanan,
sayuran dan buah-buahan ataupun
suplemen dari herbal (3). Secara
umum, tumbuhan merupakan sumber
senyawa antioksidan seperti fenol
sederhana, flavonoid, curcuminoid,
santon dan asam-asam organik dan
senyawa ini tersebar pada berbagai
bagian tumbuhan seperti akar, batang,
kulit, daun, buah dan biji serta bagian
bunga (4,5).
Nusaindah
putih
(Mussaenda
frondosa L.) dari famili Rubiceae,
tumbuh diberbagai tempat seperti di
pinggir jalan, kebun dan sering juga
ditanam
sebagai
tanaman
hias.
Tumbuhan ini juga digunakan dalam
pengobatan tradisional dan masyarakat
menggunakannya
dengan
cara
meminum air rebusan daun, bunga
atau akar untuk mengobati berbagai
penyakit antara lain penyakit kuning,
batuk dan sakit kepala (5,6). Ekstrak
daun dan batang M. frondosa
dilaporkan memiliki aktifitas antimikroba
(7), namun kandungan kimianya belum
banyak terungkap. Sebaliknya jenis lain
dari genus yang sama (Musaenda spp.)
secara intensif diteliti, kandungan kimia
dan aktifitas biologisnya telah banyak
diulas dalam berbagai literatur (Tabel
1.) (8,9).
Sebagai
kelanjutan
inverstigasi
tumbuhan obat tradisional dan peluang
temuan senyawa aktif antioksidan, M.
frondosa L. yang tersebar cukup
merata di daerah Sumatera Barat
menarik
untuk
diteliti.
Skrining
pendahuluan dengan pereaksi Mg/HCl

terhadap kelopak bunga yang putih


memberikan reaksi positif terhadap test
flavonoid. Tulisan ini mengulas temuan
senyawa antioksidan isokuersitrin (1)
yang juga pertama kali dilaporkan
diisolasi dari bunga M. frondosa L.
HO
OH
HO

O H

O
OH

O
H

OH
H
OH

HO
H

OH

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Bahan tanaman yang digunakan
adalah kelopak bunga M. frondosa
yang berwarna putih dan dikoleksi dari
taman sekitar Kampus Universitas
Andalas
Limau
Manis
PadangSumatera Barat. Spektrum 1H dan 13C
RMI diukur dengan JEOL GX-500
dalam pelarut CD3OD (1H: 500 MHz
dan 13C: 125 MHz). Spektrum IR
diambil dengan Spectrum One FTIR
Spectrofotometer (Perkin Elmer) dan
spektrum UV dengan spektrofotometer
UV-Vis Pharmaspec 1700 (Shimadzu),
alat pengukur titik leleh Fischer-Jhon
Melting Point Apparatus. Kromatografi
kolom silika gel, ODS RP-18 dan
Sephadex-LH20. KLT memakai plat
silika G60 dengan fluoresen 254nm,
pereaksi seperti asam klorida, Mg,
asam sulfat pekat, besi (III) klorida,
asam asetat anhidrat, asam asetat
glasial, sitroborat, natrium hidroksida,
natrium asetat, asam borat, alumunium
klorida, pereaksi neu, glukosa,
kloroform amoniak, larutan 2,2-difenil1-pikrilhidrazil adalah kualitas analitik
(Merck). Pelarut metanol, etanol, nheksana, etil asetat dan n-butanol
digunakan
pelarut
teknis
yang
diredistilasi.
49

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 1 Januari 2010: 48 -56

Tabel 1. Kegunaan tradisional, kandungan kimia dan aktivitas biologis


beberapa spesies Mussaenda
Jenis

Kegunaan Tradisional, Kandungan Kimia


dan Aktifitas Biologis
digunakan sebagai diuretik, antiplogistik dan penurun
panas, mengatasi keracunan cendawan dan aktif terhadap
virus-RSV. Mengandung senyawa mussaein A(2), B(3) dan
C(4); iridioid glikosida musssaendosida M(5) dan N(6),
mussaendosida U, V, M, O, P dan Q.
mengandung iridoid glikosida mussaenosida dan shanzisida
metil ester (7) yang aktif antiviral. Iridoid mussaein aktif
sitotoksik.
mengandung aureusidin-4-glukosida (8), aureusidin-6glukosida (9) dan aureusidin-4,6-diglukosida (10)
mengandung sanzilakton(11), mussaenosida, balerin, lupeol
dan -D-glukosa.
mengandung mussaenosida W7(12), aktif terhadap
Pseudomonas gingivalis dan tidak aktif terhadap
Streptococcus mutans
mengandung astragalin, isokuercitrin(1), kaemferol-3-O-bD-rutinosida, melilotosida dan dehidromelilotosida
mengandung kuersetin, glikosida rutin, hiperin, asam
ferulat, asam sinapat dan -sitosterol

M. pubescens

M. parviflora dan
M. shikokiana
M. hirsutissima
M. incana
M. macrophylla

M. arcuata
M. raiatensis
Keterangan:

OMe

HO

O
(7)

O
HO

HO

(2 )

(3 )

(4)

HO

O
O
N
O

H
HO

O
O HO
O

O
HO

OH
HO

OR

O
OH
OH

O
HO

(5) R= H
(6) R= Glu
OH
OH

Cara kerja:
Ekstraksi dan fraksinasi: Sebanyak 1
kg kelopak putih bunga Nusaindah
yang masih segar dirajang halus,
dimaserasi dengan metanol (3 x 2 l x 5
hari). Selanjutnya maserat disaring
50

OMe

O O

HO

(11)

sehingga diperoleh filtrat. Pelarut dari


gabungan 3 kali maserasi digabungkan
dan diuapkan in vacuo sampai kental
hingga didapat ekstrak kental sebanyak
87,8 g (8,78 %). Ekstrak tersebut
ditambahkan air suling sebanyak 500

Isolasi senyawa antioksidan dari kelopak bunga Nusa indah


(Deddi P. Putra, H. Al Fatra, A. Bakhtiar)

ml. Kemudian difraksinasi dengan


pelarut n-heksana sebanyak 4 x 200 ml
dan pelarut n-heksana diuapkan
dengan rotary evaporator sehingga
diperoleh fraksi kental n-heksana
sebanyak 3,9 g. Fraksinasi berikutnya
dengan etil asetat sebanyak 4 x 200 ml
dan n-butanol 4 x 200 ml, setelah
diuapkan masing-masing pelarutnya
diperolah fraksi kental etil asetat
sebanyak 9,8 g dan fraksi kental nbutanol sebanyak 29,9 g. Masingmasing ekstrak dan hasil fraksinasi diuji
aktivitas antioksidan.
Uji aktivitas antioksidan: Aktivitas
antioksidan
ekstrak
dan
fraksi
ditentukan oleh besarnya hambatan
serapan radikal bebas DPPH menurut
metoda Molyneux (10).
DPPH ditambahkan 0,2 ml esktrak,
fraksi, sub-fraksi atau senyawa murni
hasil isolasi dengan konsentrasi 1
mg/ml, dan kemudian dibiarkan selama
30
ditempat
gelap.
Pengukuran
absorban dilakukan pada 517 nm dan
aktivitas antioksidan ditentukan oleh
besarnya hambatan serapan radikal
bebas DPPH melalui penghitungan
persentase inhibisi serapan DPPH
dengan menggunakan rumus :
Absk Absu x 100 %
Absk
Absk = Absorban DPPH 50 m
Absu = Absorban sampel uji

% Inhibisi =

Isolasi dan Pemurnian Isokuersitrin:


Isolasi senyawa (1) dilakukan dari
fraksi n-butanol dimana sebanyak 8
gram dikromatografi cair vakum (flash
chromatography) dengan fasa diam
silika gel 60 ukuran 43-60 m dan fasa
gerak n-heksana, etil asetat dan
metanol yang secara proporsional
dinaikkan sifat kepolarannya (Step
Gradient Polarity). 100 Ml eluat yang
keluar ditampung dan diuapkan dengan
rotary evaporator dan tiap sub-fraksi
dimonitor dengan kromato-grafi kertas
(KKt) dengan menggunakan eluen

asam asetat 15% dan butanol-asam


asetat-air (4:1:5) dan setelah diberi
pereaksi sitroborat, bercak diamati
perobahan warnanya atau bercak
diamati langsung dengan lampu
UV365nm. Sub-fraksi dengan pola
kromatografi
kertas
yang
sama
digabung sehingga diperoleh sub-fraksi
Mf-B1 s/d Mf-B8. Sub-fraksi Mf-B4 (2,4
g) memiliki pola bercak KKt yang sama
dikromatografi kolom dengan silika gel
RP-18 (2,5 x 30 cm). Kolom
dikondisikan dengan sistim eluen
metanol-air (8:2) dan sub-fraksi Mf-B4
dimasukkan ke dalam kolom dan
kemudian dielusi dengan kembinasi
eluent metanol-air (2:8; 3:7; 4:6; 7:3;
8:2; 9:1 dan 10:0) masing-masing 200
ml. Eluat yang ditampung dimonitor
dengan KKt dan pola bercak yang
sama digabungkan dan pelarutnya
diuapkan (Mf-B4-1 s/d Mf-B4-5). Subfraksi Mf-B4-2 (120 mg) masih belum
memberikan bercak tunggal, kemudian
dimurnikan kembali melalui kolom
Sephadex LH20 (2,5 x 40 cm) dengan
eluen metanol. Hasil kolom yang
memberikan bercak tunggal dengan
sitroborat diamati di bawah UV 365 nm
digabung dan pelarutnya diuapkan
sehingga diperoleh serbuk kekuningan
Mf-B4-2-1 (1) sebanyak 25 mg, titik
o
leleh
228-230
C.
Pengukuran
spektrofotometer
UV-Vis
dalam
metanol memberikan serapan pada
256,6 dan 385,2 nm. Spektrum FT-IR
dalam KBr pelet memberikan (%T)
pada bilangan gelombang (cm-1): 3255,
1666, 1608, 1198 dan 1060.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 1 kg kelopak bunga nusa indah,
dimaserasi dengan metanol dan
kemudian difraksinasi diperoleh fraksi
n-heksana sebanyak 3,9 g (0,39%),
fraksi etil asetat sebanyak 9,8 g
(0,98%), fraksi n-butanol sebanyak
29,9 g (2,99%), dan fraksi air sebanyak
44,2 g (4,42%). Ativitas antioksidan
ekstrak metanol, fraksi n-heksana, etil
51

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 1 Januari 2010: 48 -56

asetat, n-butanol, dan air dari bunga


nusa indah putih pada konsentrasi 1
mg/ml memberikan aktivitas berturutturut
93,63%,
36,01%,
94,30%,
94,81%, dan 67,34%. Senyawa polar
merupakan komponen utama (84,4%)
dari total ekstrak (87,8 g) kelopak bunga
nusa indah, namun aktifitas antioksidan
terakumulasi teritama subfraksi butanol
(34%C) dan fraksi etil asetat (11%).
Fraksi sisa lebih kecil aktifitasnya
namun secara kuantitas jumlahnya
lebih banyak, sedangkan fraksi nheksana paling rendah secara kualitas
dan kuantitas aktifitas antioksidannya.
Pemurnian fraksi aktif n-butanol (8
g) secara flash chromatogtaphy dan
selanjutnya dengan kolom silika gel RP18 (reverse phase), dan kemudian
dimurnikan dengan kolom Sephadex
LH20, diperoleh senyawa (1) berbentuk
amorf berwarna kuning sebanyak 25
mg (0,031%). Pengujian aktifitas
antioksidan dengan metode pengikatan
radikal DPPH senyawa (1) pada
konsentrasi 1 mg/ml memberikan daya
hambat
93,37%
dan
aktifitas
antioksidan senyawa ini amat kuat
yang sebanding dengan flavonoid
kuersetin yang memberikan aktifitas
92,29%.
Spektrum ultraviolet senyawa (1)
dalam metanol memberikan dua pita
serapan maksimum pada 256,6 nm dan
358,2 nm yang khas untuk senyawa
flavonoid
golongan
flavonol(18).
Penambahan pereaksi NaOMe pita I
bergeser ke 409,6 nm dan pita II ke
272,4 nm dimana pergeseran pita I
(51,4 nm) ini menunjukkan adanya
gugus 4-OH dan kekuatannya tidak
menurun. Selanjutnya, penambahan
NaOAc
menyebabkan
pergeseran
batokromik 2,4 nm pada pita II
terhadap spektrum (I) dalam metanol
yang menunjukkan adanya gugus 7-OH
dan setelah penembahan asam borat
terjadi pergeseran batokromik 22,8 nm
pada pita I yang memberikan indikasi
adanya gugus ortho di-OH pada cincin
B. Pada penambahan AlCl3 pita I
52

bergeser sejauh 64,2 nm menunjukkan


adanya 5-OH dan pita I kembali lagi
terhadap spktrum metanol setelah
ditambahkan HCl yang memperkuat
adanya ortho di-OH pada cincin B.
Dari data sprktrum ultraviolet tersebut
dapat diketahui adanya gugus OH
pada posisi 5, 7, 3 dan 4 (11,12,13).
Data spektrum indramerah mendukung
informasi senyawa (1) adalah flavonoid
dengan adanya serapan lebar pada
3235 cm-1 (vibrasi -OH) dan regangan
C=O pada 1608 cm-1. Pada 1666 dan
1493 cm-1 juga menunjukkan adanya
vibrasi C=C aromatik dan fibrasi tekuk
C-O-C pada 1060 cm-1 (14, 15).
Spektrum 1H RMI senyawa (1) (tabel
3 dan gambar 1) dalam pelarut CD3OD
memperlihatkan tiga sinyal khas pada
daerah aromatik yaitu doublet (d) pada
pergeseran kimia 7,7 ppm, inegrasi
1,00 (1H) dengan konstanta kopling (J)
2,4 Hz dan 7,6 ppm doublet of doublet
(dd) integrasi 1H dengan konstanta
kopling 8,5 Hz serta 6,9 ppm doublet
dengan integrasi 1H dengan konstanta
kopling 8,5 Hz. Pola ini menunjukkan
adanya 3 proton aromatis pada cincin B
dari flavonol dimana H-2 (7,7 ppm)
terkopling meta terhadap H-6 (7,6
ppm), sedangkan H-6 juga terkopling
pada H-5 (6,9 ppm) diposisi ortho dan
meta dengan H-2. Proton H-5 hannya
memberikan konstanta 8,5 Hz yang
bersebelahan pada posisi ortho dengan
H-6. Dua dinyal doublet dengan
inegrasi 1H pada 6,4 ppm (J=2,4 Hz)
menunjukkan adanya dua proton
aromatik cincin A flavonol yang
merupakan proton pada C-8 dan C-6
yang saling bertetangga posisi meta.
Data ini menunjukkan bahwa aglikon
dari senyawa (1) sama dengan agikon
dari kuersetin(12,13). Sinyal 1H RMI
pada 5,2 ppm doublet (d) dan 3,7 s/d
3,35 ppm memperkuat adanya gugus
gula pada senyawa (1), dan dengan
tidak adanya sinyal siglet lain
menunjukkan ikatan diena pada C-2
dan C-3 serta 3-OH tidak bebas,
diduga merupakan tempat terikatnya

Isolasi senyawa antioksidan dari kelopak bunga Nusa indah


(Deddi P. Putra, H. Al Fatra, A. Bakhtiar)

gula dimaksud. Sinyal pada 5,2 ppm (dJ= 7,3 ppm) merupakan proton
anomerik yang terikat pada C-1 dan
terkopling pada H-2 yang terikat pada

C-2 (3,71 ppm, dd, J=9,1; 1,8 Hz).


Tidak terlihat sinyal dibawah 1 ppm
(integrasi 3H) memberikan indikasi
terdapat glukosa pada C-3 sinyawa (1)

Tabel 2. Sinyal 1H-RMI senyawa (1) dlm CD3OD


(, No. H, multiplicity, kopling konstan)
Proton Senyawa(1) M. frondosa
Isokuersitrin (17)
H-6
6,19 (1H, d, J= 2,4 Hz)
6,10 (1H,d, J= 1,9 Hz)
H-8
6,38 (1H, d, J= 2,4 Hz)
6,29 (1H,d, J= 1,9 Hz)
H-2
7,71 (1H, d, J= 2,4 Hz)
7,62 (1H,d, J= 2,0 Hz)
H-5
6,86 (1H, d, J= 8,5 Hz)
6,77 (1H,d, J= 8,2 Hz)
H-6
7,57 (1H, dd, J= 8,5; 2,4 7,49 (1H,dd,J=8,2; 2,0
H-1
Hz)
Hz)
H-2
5,25 (1H, d, J= 7,3 Hz)
5,17 (1H, d, J= 7,2 Hz)
H-3
3,48 (1H, t, J= 9,2 Hz)
H-4
3,35 (1H, t, J= 9,2 Hz)
H-5
3,34 (1H, t, J= 8,6 Hz)
H-6a 3,23 (1H, qd, J=4,9; 1,8
H-6b Hz)
3,71 (1H, dd, J=12,1 2,4
Hz)
3,58 (1H, dd, J=11,6; 4,9
Hz)

Gambar 1. Spektrum 1H NMR Senyawa (1) dalam CD3OD

53

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 1 Januari 2010: 48 -56

Tabel 3. Sinyal 13C-RMI senyawa (1) dan


Isokuersitrin D. teres dalam CD3OD
C No
C-2
C-3
C-4
C-5
C-6
C-7
C-8
C-9
C-10
C-1
C-2
C-3
C-4
C-5
C-6
C-1
C-2
C-3
C-4
C-5
C-6

Flavonoid (1)
159,10
135,69
179,57
163,12
99,97
166,10
94,80
158,54
105,77
123,28
116,06
149,93
145,99
117,65
123,15
104,38
75,81
78,19
71,29
78,46
62,63

Isokuersitrin (17)
157,4
134,5
178,4
162,1
99,1
165,5
93,8
158,2
104,5
122,1
115,1
149,0
145,0
116,6
122,1
103,5
74,8
77,2
70,4
77,5
61,6

Gambar 2. Spektrum 13C NMR Senyawa MF-B421 dalam CD3OD

54

Isolasi senyawa antioksidan dari kelopak bunga Nusa indah


(Deddi P. Putra, H. Al Fatra, A. Bakhtiar)

Spektrum 13C RMI senyawa (1)


(gambar 2) memperlihatkan adanya 21
buah atom karbon yang identk dengan
jumlah atom C pada flavonoid yang
terikat padanya satu unit gula
monosakarida. Sinyal 6 buah atom
karbon pada gugus gula muncul pada
geseran kimia () 104,4; 75,8; 78,5;
71,3; 78,2 dan 62,6 ppm yang
menunjukkan bahwa senyawa (1)
merupakan
kuersetin-3-O- -glukosa
atau isokuersitrin.
Data
yang
didapatkan
mengindikasi-kan bahwa senyawa dari
M. frondosa ini identik dengan sinyal 1H
dan 13C yang diperoleh dari aglikon
kuersitrin dari tumbuhan Elytranthe
retusa(16), maupun denyawa senyawa
isokuersitrin (m.p. 234-235oC) yang
dilaporkan dari Diodia teres (17).

3.

4.

5.

6.

7.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kelopak
bunga
Mussaenda
frondosa L mengandung senyawa
aktif
antioksidan
yang
dikarakterisasi sebagai flavonoid
isokuercitrin (I).
2. Senyawa ini dapat dipergunakan
sebagai marker bioaktif antioksidan
pada formulasi sediaan yang
mengandung
ekstrak
kelopak
bunga Mussaenda frondosa L.

8.

9.

10.

11.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih
diucapkan
kepada
Sdr Darmawan dari LIPI Serpong yang
telah membantu pengukuran spektrum
( 1H dan 13C) RMI.
DAFTAR PUSTAKA
1. Silalahi
J.
Free
Radicals
and
Antioxidant Vitamins in Degenerative
Disease. J Indo Med Assoc 2001; II (5)
August: 1-13.
2. Rezk M, Haenen BGRMM., van Der
Vijgh WJF, Bast A. The Antioxidant
Activity of Phloretin : The Disclosure of

12.

13.

14.

A New Antioxidant Pharmacopore in


Flavonoids. J Biochem Biophy Res
Comm 2002; 295: 9-13.
Karadeniz F, Burdurlu HS, Koca N,
Soyer Y. Antioxidant Activity of
Selected Fruits and Vegetables Grown
in Turkey. Turk J Agric For 2005; 29:
297-303.
Backer CA, van den Brink RCB. Flora
of Java: Spermatophytes Only Vol. II.
Groningen-Netherlands:NVP Noordhoff;
1965.
Lemmens RHMJ, Bunyapraphatsara N,
editors. Plant Resources of Southeast
Asia no. 12 (3). Medicinal and
Poisonous Plants 3. Bogor- Indonesia:
Prosea Foundation; 2003.
Heyne
K.
Tumbuhan
Berguna
Indonesia. Jilid III. cetakan ke-1,
Jakarta: Yayasan Sarana Wanajaya;
1987.
Jayasinghe LB, Jayasooriya CP,
Bandara BMR. Antimicrobial activity of
some Sri Lankan Rubiaceae and
Meliaceae. Fitoterapia 2002; 73(5):
424-7.
Vidyalakshmi
KS,
Vasanthi
HR
Rajamanickam
GV.
Ethnobotany,
Phytochemistry and Pharmacology of
Mussaenda
Species
(Rubiaceae).
Ethnobotanical Leaflets 2008; 12:469475.
Harborne JB, Baxter H. The Handbook
of Natural Flavonoid Vol.2. England:
John Wiley & Sons; 1999.
Molyneux P. The Use of Stable Free
Radical Diphenyl-picrylhydrazyl (DPPH)
for Estimating Antioxidant Activity. J.
Sci. Tecnol 2004; 26 (2): 211-219.
Harborne J B, Mabry TJ, Mabry H. The
Flavonoid, London; Chapman & Hall:
1974.
Markham KR. Techniques of Flavonoid
Identification (Cara Meng-identifikasi
Flavonoid). diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata, Bandung; Penerbit ITB:
1988.
Mabry TJ, Markham KR, Thomas MB.
The
Systematic
Identification
of
Flavonoids. Heidenberg, Berlin (NY);
Springer-Verlag: 1970.
Silverstein RM, Bassler GC, Morill TC.
Spectrometric Identification of Organic
th
Compounds, 4 ed, USA; John Wiley
and Sons: 1981.
55

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 1 Januari 2010: 48 -56

15. Shriner R, Fuson C, Curtin D, Moril TC.


The Systematic Identification of Organic
th
Compounds, 4 ed. Singapore; John
Willey and Sons: 1981.
16. Putra DP, Fitria, Tamin R, Mahyuddin.
Flavonol glycoside from Elytranthe

56

retusa on Mangrove plants. Jumpa


2004; 13(1): 61-64.
17. Lee JH, Ku CH, Baek N-I, Kim S-H,
Park HW, Kim DK. Phytochemical
constituents from Diodia teres. Arch
Pharm Res 2004; 27(1): 40-43.

Anda mungkin juga menyukai