Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN
2.1

Morfologi
Tanaman kelapa sawit memiliki klasifikasi:

Divisi : Embryophyta Siphonagama


Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)
Sub famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : E.guineensis. Jacq, E.oleifera (HBK) Cortes, E.odora.
2.1.1 Daun
Seperti tanaman palma lainnya daun kelapa sawit merupakan daun
majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda.
Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang
tidak terlalu keras dan tajam. bentuk daunnya menyirip, tersusun rozet pada ujung
batang.
Biasanya tanaman kelapa sawit memiliki 40 hingga 55 daun, jika tidak
dipangkas dapat mencapai 60 daun. Tanaman kelapa sawit tua membentuk 2-3
daun setiap bulannya. Sedangkan yang lebih muda menghasilkan 3-4 daun
perbulan. Produksi daun ini dipengaruhi oleh faktor umur, lingkungan, musim,
iklim, dan genetik. Produksi daun meningkat hingga umur 6-7 tahun, kemudian

menurun pada usia 12 tahun, selanjutnya produksi daun tetap berkisar antara 2224 daun pertahun.

Menurut Sianturi (1990) dikebun percobaan RISPA Pagar Merbaujenis Dura


menghasilakan 12,5 daun dalam 6 bulan. Jadi hal ini menujukan ada pengaruh
genetik terhadap produksi daun. umur fungsional daun 2 tahun setelah terbuka.
2.1.2 Pelepah
Pelepah kelapa sawit meliputi helai daun, setiap helainya mengandung
lamina dan midrib, racis tengah, petiol dan kelopak pelepah. Helai daun berukuran
55 cm hingga 65 cm dan menguncup dengan lebar 2,5 cm hingga 4 cm. Setiap
pelepah mempunyai lebih kurang 100 pasang helai daun. Jumlah pelepah yang
dihasilkan meningkat sehingga 30 hingga 40 ketika berumur tiga hingga empat
tahun dan kemudiannya menurun sehingga 18 hingga 25 pelepah. Stomata atau
rongga daun terbuka untuk menerima cahaya dalam proses fotosintesis pada
permukaan helai daun. Pelepah matang berukuran hingga 7,5 cm dengan petiol
lebih kurang satu perempat dari pada panjang pelepah serta mempunyai duri.

Panjang pelepah daun bisa mencapai 9 m, namun kebanyakan hanya 5-7 m.


Jumlah anakan daun (Pinnae) dalam setiap pelepah berkisar antara 100-160
pasang yang tumbuh di kedua sisi pelepah. Biasanya anak daun lebih panjang
dibagian tengah dari pada dibagian pangkal dan ujung pelepah. Pada anak daun
terdapat tulang daun yang sering disebut lidi, dan pada kedua sisi lidi ini terdapat
jaringan daun. Daun yang masih muda yang sudah terbuka akan sangat rapat
kedaun yang belum terbuka serta mempunyai anak daun yang belum terbuka.
2.1.3 Batang
Batang kelapa sawit berdiameter 25-75 cm, namun di perkebunan umumnya
45-65 cm, pangkal batang lebih besar pada tanaman yang lebih tua. Batang kelapa
sawit merupakan batang tunggal yang tidak bercabang. Laju pertumbuhan batang
di pengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Di Indonesia dan Malaysia
pertumbuhan tinggi batang rata-rata 45 cm/tahun dan bisa mencapai 100 cm/tahun
bila berada pada kondisi yang sangat cocok. Tinggi batang bisa mencapai 20 m
lebih namun umumnya diperkebunan hanya berkisar antara 15-18 m.

Batang kelapa sawit biasanya terbungkus oleh pelepah daun sehingga


batang tampak lebih besar, bila dipangkas maka akan terlihat berbentuk spiral
yang mengarah keatas biasanya sisa pelepah ini akan lepas setelah usia 10 tahun.
2.1.4 Akar
Akar serabut tanaman Kelapa Sawit mengarah ke bawah dan samping.
Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping
atas untuk mendapatkan tambahan aerasi. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari
akar serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke
samping dan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah dan akhirnya
cabang-cabang ini pun bercabang lagi yang disebut dengan akar tersier. Akar
kelapa sawit dapat mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal.

Akar serabut sekunder merupakan cabang akar serabut primer yang


bercabang keatas dan kebawah. Akar serabut tersier merupakan cabang akar
sekunder yang selanjutnya bercabang lagi merupakan bulu-bulu akar (pilus
radicalis) dan akar inilah yang akan banyak menyerap unsur hara dan juga
berfungsi sebagi alat pernapasan. Sedangkan tudung akar (calypatra) yaitu bagian
akar yang paling ujung, terdiri atas jaringan yang berguna untuk melindungi ujung
akar yang masih muda dan lemah.
Sistem perakaran cenderung tumbuh kearah bawah (geotropis positif)
penembusan selanjutnya dibatasi oleh bentuk permukaan tanah. Pada tanah yang
bertekstur halus akar memadat kurang baik bila dibandingkan dengan
perkembangan akar pada tanah yang berareasi baik dan bertekstur longgar.
2.1.5 Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman kelapa sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril
sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih
unggul digunakan sebagai tetua jantan.

Jantan

Betina

Bunga jantan maupun bunga betina tumbuh di ketiak daun, keduanya


tumbuh pada pohon yang sama. Bunga hemaprodit sering terdapat pada tanaman
kelapa sawit terutama pada masa pembungaan. Ada daur pembentukan tipe bunga
tertentu yang dipengaruhi oleh teknik budidaya dan lingkungan misalnya
pemangkasan daun yang terlalu berat dapat mengakibatkan terbentuk inflorisensi
jantan yang lebih banyak, sedangkan kekeringan dapat mengakibatkan absorsi
kuncup tandan bunga. Tandan bunga jantan terdiri atas sejumlah spliket yang
panjangnya 12-20 cm, yang tumbuh dari tangkai bunga. Setiap spliket terdapat
600-1200 bunga yang sangat kecil, berwarna kuning dengan bau yang khas.
Jumlah serbuk sari yang dihasilkan 25-50 gram, yang terbentuk dalam 2-3 hari.
Tandan bunga betina terbungkus dalam seludang (Spadiks) yang panjangnya 2425 cm, terdapat ribuan bunga yang tersusun secara spiral pada sumbu sentral. Saat
bunga resetif berwarna putih hingga kuning pucat, garis merah berkembang
sepanjang tiga tingkat (Lob), mulai dari kepala putik (Sigma), kemudian bunga

kemerah-merahan dan akhirnya berubah menjadi keunguan-unguan setelah


melewati masa resetif (Sianturi, 1990).
2.1.6 Buah
Buah Kelapa Sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga
merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang
muncul dari tiap pelapah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah
setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid)
akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah dengan
daging buah yang tipissehingga kadar minyak dalam perikarp hanya mencapai
sekitar 34-40 % (Satyawibawa, 2008).

2.2

Teknik Budidaya

2.2.1

Syarat Tumbuh
Curah hujan yang ideal bagi kelapa sawit yakni 2.000 2.500 mm per

tahun dan tersebar merata setiap tahun. Musim kemarau selama tiga bulan atau
lebih dapat menurunkan produksi kelapa sawit. Sedangkan curah hujan yang

10

tinggi tidak berpengaruh buruk terhadap produksi kelapa sawit, asalkan drainase
dan penyinaran matahari cukup baik. Tanaman kelapa sawit termasuk tanama
heliofil atau menyukai cahaya matahari. Tanaman yang ternaungi karena jarak
tanam yang sempit, pertumbuhannya akan terhambat karena hasil asimilasinya
kurang. Selain itu, tanaman dewasa yang ternaungi produksi bunga betinanya
sedikit sehingga perbandingan bunga betina dengan bunga jantan (Sex Ratio)
kecil.
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah,
yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air
pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (drainase baik).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4 6.5.
2.2.2 Pembibitan

Kecambah dimasukkan polibag 1223 atau 1523 cm berisi 1,5-2,0 kg


tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di
polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120
cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan.
Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 4050 cm setebal 0,11 mm
yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram
tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam
posisi segitiga sama sisi dengan jarak 9090 cm. Penyiraman dilakukan dua kali
sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.

11

Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang.
Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.
2.2.3 Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm dan dibiarkan selama
2 minggu Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang
berjarak 1,5 m dari sisi lereng. Sebelum ditanami di beri pupuk Rock Fosfat yang
merupakan jenis pupuk fosfat alam. Dosis 1 kg per lubang dan diaplikasikan
setelah lubang tanam dibuat atau bersamaan dengan kegiatan menanam.
2.2.4 Penanaman
Bibit yang ditanam di lapangan sebaiknya telah berumur 12 14 bulan.
Kedalaman lubang tanam harus diatur agar suhu dengan tinggi polybag ditambah
5 cm. Misalnya tinggi polybag 45 cm kedalaman lubang menjadi 50 cm.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan agar tanaman tidak
kekurangan air. Tanaman yang mati harus segera disulam agar pertumbuhan
tanaman tersebut tidak ketinggalan dari tanaman lainnya.
2.2.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan ketika tanaman sudah di pindahkan dari polybag ke
lahan terbuka.
a. Pengendalian Gulma
Gulma (rumput pengganggu) di perkebunan kelapa sawit harus dikendalikan
karena gulma menjadi pesaing tanaman kelapa sawit alam menyerap unsur

12

hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang hama dan
penyakit.
b. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk dalam piringan yang
dibuat melingkar di sekitar tanaman.
c. Pemangkasan daun
Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:
Pemangkasan pasir
Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman

berumur 16-20 bulan.


Pemangkasan produksi
Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua)

untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.


Pemangkasan pemeliharaan
Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok

tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.


d. Kastrasi
Kastrasi yaitu membuang semua bunga yang ada pada tanaman kelapa sawit
muda atau TBM (Tanamam Belum Menghasilkan). Kastrasi dilakukan kirakira
ketika tanaman berumur 20 30 bulan.
Kastrasi perlu dilakukan karena buah yang dihasilkan berat tandannya hanya
0,5 1 kg. Kadar minyak sangat kecil, dan secara fisiologis, kastrasi
menguntungkan karena semua hasil fotosintesis akan tersalurkan untuk
pertumbuhan batang sehingga batang lebih tegap dan sehat.
2.3

Panen dan Pasca Panen


Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2

- 3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5 - 6 bulan setelah penyerbukan.

13

Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit
buahnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah
masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang,
buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh
tersebut disebut membrondol.
Proses panen dan penanganan pasca panen meliputi pekerjaan memotong
tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke
tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu
diperhatikan adalah matang panen, alat panen, rotasi, sistem panen, serta mutu
panen.
2.3.1 Aspek Teknis
a. Persiapan Pemanenan
Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi
dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam
mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu (1) persiapan kondisi
areal, (2) penyediaan tenaga potong buah, (3) pembagian seksi potong buah, dan
(4) penyediaan alat-alat kerja.
Persiapan kondisi areal meliputi perbaikan jalan dan jembatan, pembersihan
piringan, pemasangan titi panen, pasar tikus, pembuatan TPH, dan pembuatan
tapal kuda untuk areal berbukit. Kebutuhan tenaga potong buah harus mengacu
pada kebutuhan tenaga pada saat panen puncak. Jumlah tenaga potong buah dapat
diperoleh dengan tetap memperhitungkan faktor umur tanaman dan kerapatan
buah.
14

b. Pelaksanaan Panen
Dalam pelaksaan panen, semua pemanen harus sudah tiba di ancak dan siap
memotong buah paling lambat 06.30 waktu setempat. Sebelum bekerja, seluruh
pemenen harus diberi pengertian tentang pentingnya peralatan yang terbaik agar
dapat mencapai hasil yang maksimal, baik kualitas maupun kuantitas.
2.3.2 Aspek Manajerial
a. Kriteria matang panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu anda agar
dapat memotong buah pada saat yang tepat di masa panen. Pada saat ini, kriteria
umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman
berumur kurang dari 10 tahun dengan jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan
tanaman berumur lebih dari 10 tahun dengan jumlah brondolan sekitar 15-20
butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg
tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan.
b. Rotasi dan sistem panen
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai
panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia
pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu areal panen harus
diancak oleh pemetik tiap 7 hari. Rotasi panen dianggap lebih baik bila buah tidak
lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7. Artinya, dalam satu minggu

15

terdapat 5 hari panen dan masing-masing ancak panen diulangi (dipanen) 7 hari
berikutnya. Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu :
Sistem giring, Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen,
pemanen pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, segitu
seterusnya. Sistem tetap, Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan
yang sempit, topografi berbukit atau curam, dan dengan tahun tanam yang
berbeda. Pada sistem ini pemanen diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak
berpindah-pindah.
c. Kerapatan panen
Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukan tingkat kerapatan
pohon matang panen di dalam suatu areal, baik itu pada sistemm blok maupun
pada sistem group. Agar lebih akurat dalam menentukan kerapatan panen, dapat
ditentukan selama 1 hari sebelum panen buah. Perhitungan dilakukan khususnya
pada areal-areal yang keesokan harinya akan dipanen.

16

Anda mungkin juga menyukai