IIGF Risk Allocation ID 2015
IIGF Risk Allocation ID 2015
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) di Indonesia selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa alokasi risiko
merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan sebuah proyek KPS. Kegagalan proyek KPS dalam
mengidentifikasi, mengukur, dan mengalokasikan risiko telah membuat proyek KPS di masa lalu tidak dapat memenuhi tujuan
yang diharapkan, baik terkait dengan tujuan peningkatan kualitas layanan maupun efisiensi harga. Hal tersebut terlihat pada
pencapaian beberapa proyek KPS terutama pada sektor jalan tol, listrik, dan air, dimana proyek-proyek tersebut tidak dapat
menjamin keberlangsungan penyediaan layanan infrastruktur yang dapat diandalkan dengan harga yang efisien. lsu mengenai
alokasi risiko dalam proyek KPS ini bukan hanya penting dalam kasus Indonesia tetapi juga terbukti menjadi faktor penting dalam
menentukan sukses KPS di beberapa negara.
Alokasi risiko dalam proyek KPS perlu mendapat perhatian secara khusus karena alokasi risiko yang tepat akan menjamin
keberlanjutan penyediaan layanan infrastruktur yang layak dan dapat diandalkan untuk publik. Di sis i lain, alokasi risiko yang baik
juga akan memberikan keyakinan kepada pihak swasta terhadap pengembalian dana mereka dengan return yang wajar. Dari sisi
keuangan negara, pembagian risiko yang baik akan membuat anggaran negara lebih aman karena exposure proyek- proyek KPS
terhadap anggaran negara lebih terukur dan terkendali.
Sebagaimana diamanatkan dalam regulasi penjaminan infrastruktur (Perpres 78 / 2010 dan PMK 260/ 201 0) dan telah
disempurnakan secara berkala sejak diterbitkan pertama kali tahun 2011 lalu, usaha yang dilakukan oleh PT Pll (Persero) untuk
menyusun dan memperbaiki Acuan Kategori dan Alokasi Risiko lnfrastruktur ini menjadi hal yang sangat bermanfaat bagi
pengembangan kebijakan KPS. Hal tersebut karena acuan ini disusun secara profesional oleh PT Pll (Persero) dengan melibatkan
tenaga ahli yang berpengalaman. Manfaat acuan ini akan sangat tergantung dari kesediaan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama
(PJPK) untuk menggunakannya dalam menyusun rencana mitigasi risiko dalam rangka penyediaan infrastruktur yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
PENGANTAR
PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)/PII dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai suatu institusi yang dapat
mendukung percepatan penyediaan infrastruktur melalui skema KPS/PPP di Indonesia. Peran utama PT PII yang diharapkan adalah:
Sebagai penyedia dukungan fiskal kontinjen untuk proyek infrastruktur KPS melalui penyediaan penjaminan atas risiko
kontraktual terkait tindakan pemerintah;
Mendorong pendekatan yang baku dan akuntabel untuk implementasi KPS, dengan keberadaannya sebagai pemroses tunggal
bagi penyediaan penjaminan infrastruktur.
Melalui PII, penjaminan disediakan dengan tujuan untuk memberikan kepastian lebih dalam mencapai financial closing proyek,
melalui peningkatan kelayakan kredit atau bankability dari proyek-proyek KPS. Model bisnis PT PII sangat terkait erat dengan
kerangka regulasi KPS dan penjaminan saat ini, yang harus menekankan pada:
Kesiapan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) untuk implementasi skema KPS; dan
Kemampuan PJPK untuk mengelola risiko proyek yang dialokasikan secara wajar kepada mereka.
Sehubungan dengan penekanan pada alokasi risiko yang wajar, keberadaan Acuan Alokasi Risiko ini menjadi sangat penting
sebagai
referensi
utama
dalam
mengevaluasi
dan
mengalokasikan
risiko
untuk
keperluan
penyediaan
penjaminan
infrastruktur,sesuai amanat regulasi. Acuan ini juga dimaksudkan untuk menjadi referensi utama bagi:
PJPK dalam menyiapkan Perjanjian KPS dan Usulan Penjaminan (UP) yang akan dievaluasi PII untuk perolehan penjaminan; dan
Investor dan penyedia dana dalam mengevaluasi potensi investasi dan pembiayaan untuk proyek-proyek KPS di Indonesia.
Namun demikian, perlu dicatat bahwa dalam penerapannya, beberapa alokasi risiko dapat berbeda dari apa yang ada dalam Acuan
ini, mengingat adanya kondisi spesifik suatu proyek atau sektor tertentu, atau terkait posisi komersial yang disepakati para pihak.
Acuan ini selanjutnya akan senantiasa disempurnakan dan ditinjau secara periodik, paling sedikit setiap 12 bulan, dengan
menggalang masukan dari berbagai pemangku kepentingan utama, sebagaimana telah dilakukan pada saat menyusun Acuan ini,
antara lain: Kementerian Keuangan, Kementerian sektor, BKPM, Bappenas, BPPSPAM, BPJT, Pemda, Investor dan Pengembang,
Perbankan, Lembaga Multilateral, serta Konsultan dan Tenaga Ahli di bidang risiko infrastruktur.
Sinthya Roesly
Direktur Utama
ii
DAFTAR ISI
SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN RI....... i
PENGANTAR DIREKTUR UTAMA, PT PENJAMINAN INFRASTRUKTUR INDONESIA...... ..... iii
DAFTAR ISI............ v
RIWAYAT DOKUMEN DAN TABEL REVISI................. x
DAFTAR GAMBAR...................... viii
DAFTAR TABEL.............. viii
DEFINISI DAN ISTILAH UMUM....... xi
PRAKARSA PEMERINTAH UNTUK PERCEPATAN IMPLEMENTASI KPS/PPP .......................................................................................................... 1
1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.2
2.2.1
2.2.1.1.
2.2.1.2.
2.2.2
2.2.2.1.
2.2.2.2.
iii
2.2.3
2.2.3.1.
2.2.3.2.
2.2.3.3.
2.2.4
2.2.4.1.
2.2.4.2.
2.2.5
2.2.5.1.
2.2.5.2.
2.2.6
2.2.6.1.
2.2.7
2.2.7.1.
2.2.7.2.
PENILAIAN ASPEK ALOKASI RISIKO UNTUK PROYEK KPS DAN PENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR ........................................... 21
3.1
3.1.1
Implementasi Alokasi Risiko dalam Penyiapan dan Transaksi Proyek KPS .................................................................................... 22
3.1.2
Implementasi Alokasi Risiko dalam Proses Penyediaan Penjaminan Proyek KPS oleh PT PII .......................................................... 24
4.2
4.2.1
4.2.1.1.
4.2.4
4.2.5
4.2.6
4.2.7
4.2.7.1
4.2.7.2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Struktur berbasis-penggunaan (Usage-based PPP atau wholesale infrastructure) .............................................................. 3
Gambar 2. Struktur berbasis-ketersediaan (Availability-based PPP atauretail infrastructure) ............................................................. 4
Gambar 3. Struktur Konsesi Penuh Air Minum .................................................................................................................................... 6
Gambar 4. Struktur BOT Air Minum .................................................................................................................................................... 7
Gambar 5. Struktur KPS Pengelolaan Sampah ..................................................................................................................................... 8
Gambar 6. Struktur KPS Pengelolaan Air Limbah ................................................................................................................................ 9
Gambar 7. Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol .................................................................................................................................... 10
Gambar 8. Struktur O&M Jalan Tol .................................................................................................................................................... 11
Gambar 9. Struktur Konsesi Jalan Tol ............................................................................................................................................... 12
Gambar 10. Struktur Konsesi Penuh Perkeretaapian ......................................................................................................................... 13
Gambar 11. Struktur O&M Perkeretaapian ........................................................................................................................................ 14
Gambar 12. Struktur BOT Ketenagalistrikan ..................................................................................................................................... 15
Gambar 13. Struktur BOT Mulut Tambang ........................................................................................................................................ 16
Gambar 14. Struktur Konsesi Penuh Kepelabuhanan ........................................................................................................................ 17
Gambar 15. Struktur Konsesi Penuh Kebandaraan............................................................................................................................ 19
Gambar 16. Struktur O&M Kebandaraan ........................................................................................................................................... 20
Gambar 17. Urutan Logika dalam Alokasi Risiko KPS ...................................................................................................................... 21
Gambar 18. Ilustrasi Alokasi Risiko dalam suatu Perjanjian KPS ....................................................................................................... 23
Gambar 19. Kaitan Acuan Risiko PT PII dan Kerangka Regulasi Penjaminan Infrastruktur ................................................................. 24
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Fitur-fitur dari Opsi Struktur KPS/PPP ................................................................................................................................... 5
Tabel 2. Matriks Risiko untuk BOT Air Minum .................................................................................................................................. 29
Tabel 3. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Air Minum .................................................................................................................. 35
Tabel 4. Matriks Risiko untuk BOT Persampahan .............................................................................................................................. 41
Tabel 5. Matriks Risiko untuk BOT Pengelolaan Air Limbah .............................................................................................................. 47
Tabel 6. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Jalan Tol ..................................................................................................................... 53
Tabel 7. Matriks Risiko untuk O&M Jalan Tol .................................................................................................................................... 58
Tabel 8. Matriks Risiko untuk Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol .................................................................................... 63
Tabel 9. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Perkeretaapian ........................................................................................................... 69
Tabel 10. Matriks Risiko untuk O&M Perkeretaapian ........................................................................................................................ 74
Tabel 11. Matriks Risiko untuk BOT Ketenagalistrikan ..................................................................................................................... 79
Tabel 12. Matriks Risiko untuk BOT Mulut Tambang ........................................................................................................................ 84
Tabel 13. Matrik Risiko untuk Konsesi Penuh Kepelabuhanan .......................................................................................................... 90
Tabel 14. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Kebandaraan ............................................................................................................ 96
Tabel 15. Matriks Risiko untuk O&M Kebandaraan ......................................................................................................................... 101
Tabel 16. Ringkasan Matriks risiko untuk Semua Sektor dan Struktur KPS ..................................................................................... 106
vii
Deskripsi
Catatan
Maret
2011
Edisi pertama
Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan salah satunya melalui suatu lokakarya yang diselenggarakan pada tanggal
25-26 Februari 2011
April
2012
Edisi kedua
Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan salah satunya melalui suatu lokakarya yang diselenggarakan pada tanggal
14-15 Maret 2012. Penyempurnaan terhadap versi sebelumnya termasuk :
pemutakhiran regulasi KPS (sebagaimana terbitnya Peraturan Presiden 56/2011)
tambahan diagram yang menggambarkan framework implementasi alokasi risiko proyek KPS (juga penjaminan) dan
framework yg berkaitan dengan proses manajemen risiko
pemutakhiran dan penambahan kolom Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko) pada matriks risiko
penambahan struktur KPS (dan matriks risiko terkait):
o
Listrik: BOT minemouth
o
Jalan tol: Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M
o
Pengelolaan Limbah: BOT Pengolahan Air limbah
April
2013
Edisi ketiga
Berdasarkan masukan yang terkumpul melalui diskusi-diskusi (tatap muka, surat formal, email dan laman), penyempurnaan
terhadap risiko sebelumnya termasuk:
penambahan dan penajaman) peristiwa risiko dan strategi mitigasi untuk matriks risiko, antara lain:
o
risiko status lahan (duplikasi kepemilikan tanah)
o
risiko budaya lokal
o
risiko operasional kegagalan pengelolaan proyek (oleh Badan Usaha/BU)
o
risiko operasional kegagalan pengendalaian dan pemantauan proyek (oleh BU atau oleh PJPK)
Maret
2014
Edisi keempat
Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan salah satunya melalui suatu lokakarya yang diselenggarakan pada tanggal 2021 Maret 2014. Penyempurnaan terhadap versi sebelumnya termasuk:
pemutakhiran regulasi KPS (sebagaimana terbitnya Peraturan Presiden 66/2013 dan regulasi VGF)
penyempurnaan uraian skema kerjasama untuk sektor Air Minum, Persampahan, Jalan Tol, Perkeretaapian, Pelabuhan
dan Kebandaraan
penambahan (dan penajaman)peristiwa risiko dan strategi mitigasi untuk matriks risiko, antara lain:
o
risiko keterbatasan ruang kerja (untuk proyek yang kebutuhan lokasinya memanjang)
o
risiko budaya lokal risiko sosial dan budaya lokal
o
risiko hit & run dan risiko keusangan teknologi: sektor Kebandaraan
o
risiko terkait tarif: perlunya regulasi yang mendukung (Perda untuk proyek PJPK daerah)
o
risiko terkait permintaan dan pendapatan: program sosialisasi dan dukungan kelayakan
o
risiko ekspopriasi: agar dikontraskan dengan pengambilalihan dengan kompensasi (nasionalisasi)
viii
Versi
Deskripsi
Catatan
Maret
2015
Edisi kelima
Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan, baik tertulis maupun melalui diskusi, pada periode 2-27 Februari 2015.
Penyempurnaan terhadap versi sebelumnya termasuk:
Penjelasan preferensi skema KPS dalam RPJMN 2015-2019, gambaran sektor dan struktur yang mungkin dapat
dikerjasamakan dengan skema KPS sesuai dengan regulasi KPS yang terkini;
Penyesuaian narasi untuk referensi terhadap konteks dihapusnya UU no 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
Penambahan/penyesuaian narasi tentang kerjasama sektor kepelabuhanan dan sektor-sektor lainnya;
Penambahan/penyesuaian narasi tentang bagaimana implementasi alokasi risiko KPS, pada Bagian 3;
Beberapa penyesuaian terhadap konteks spesifik dan typo dalam matriks
Penyesuaian penambahan risiko dalam matriks
ix
Build Operate Own- suatu kontrak KPS/PPP dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi,
operasi dan memiliki suatu fasilitas infrastruktur, baik selama kontrak maupun setelah kontrak tersebut berakhir
BOT
Build Operate Transfer suatu kontrak KPS/PPP dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi
dan operasi suatu fasilitas infrastruktur, termasuk transfer kepemilikan setelah kontrak tersebut berakhir dari pihak
swasta ke pihak pemerintah.
BU
Badan Usaha; Badan usaha swasta yang berbentuk perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), dan koperasi, yang merupakan mitra PJPK/ CA dalam perjanjian KPS. Juga dikenal sebagai Project
Company (PC).
Financial Close
Suatu tanggal dimana semua perjanjian dan dokumentasi finansial proyek ditandatangani para pihak, dan prasyarat
(conditions precedent) untuk penarikan pinjaman telah dipenuhi.
IIGF
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund atau PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) suatu entitas
berbentuk BUMN yang berdasarkan regulasi bertanggung jawab dalam penyediaan penjaminan infrastruktur
Konsesi Penuh
Suatu kontrak KPS dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi dan operasi suatu fasilitas
infrastruktur dan pihak pelanggan retail/pengguna akhir (publik) membayar layanan infrastruktur secara langsung
kepada pihak BU yang oleh PJPK diberikan izin pengusahaan selama jangka waktu tertentu.
KPS
Kerjasama Pemerintah Swasta; Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan melalui Perjanjian Kerjasama atau pemberian
Izin Pengusahaan antara Menteri/Kepala Lembaga/ Kepala Daerah dengan Badan Usaha, yang meliputi pekerjaan
konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan
infrastruktur dan/atau pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur. Juga dikenal
sebagai Public-Private Partnership (PPP)
Off-taker
PJPK
Pembeli layanan infrastruktur dalam suatu perjanjian KPS (biasanya berupa suatu perusahaan utilitas sektor publik)
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama; Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, atau BUMN/BUMD dalam hal
berdasarkan peraturan perundang-undangan, penyediaan infrastruktur diselenggarakan atau dilaksanakan oleh
BUMN/BUMD. Dikenal juga sebagai Contracting Agency (CA) atau Public Authority (PA) atau Implementing Agency (IA)
Pemberian penjaminan infrastruktur melalui PT PII diatur lebih lanjut melalui Peraturan Presiden No.78 tahun 2010 tentang Penjaminan
Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur
(Perpres 78/2010), dan Peraturan Menteri Keuangan No.260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur
dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (PMK 260/2010). Dalam buku ini, kedua regulasi tersebut kemudian
disebut
sebagai
Regulasi
Penjaminan
Infrastruktur.
Selanjutnya,
Pemerintah
melalui
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.223/PMK.011/2012 telah menerbitkan regulasi tentang penyediaan dukungan kelayakan ( viability gap fund) sebagai salah satu
bentuk dukungan pemerintah terhadap proyek yang memiliki kelayakan ekonomi yang baik namun kelayakan finansialnya terbatas.
PMK 260/2010 pasal 11 mengamanatkan diterbitkannya suatu acuan mengenai kategori dan distribusi Risiko Infrastruktur antara
sektor publik dan swasta (Acuan Kategori dan Distribusi Risiko Infrastruktur atau singkatnya Acuan), sebagai rujukan utama bagi
PJPK dalam membuat Perjanjian KPS, mengajukan Usulan Penjaminan (UP) untuk Proyek KPS kepada PT PII, serta rujukan bagi Badan
Usaha (BU) untuk ikut menanamkan modal dan perbankan untuk mendanai Proyek KPS.
Acuan Alokasi Risiko Infrastruktur ini disusun melalui konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan utama ( key stakeholders)
antara
lain
Kementerian
Keuangan,
Bappenas,
BKPM,
PJPK
terkait
(Kementerian/Lembaga
dan
Pemerintah
Daerah),
investor/pengembang, perbankan, lembaga multilateral, dan pihak-pihak lain yang mempunyai kompetensi di bidang Risiko
Infrastruktur. Acuan ini juga merupakan bagian dari rangkaian publikasi oleh PT PII dan melengkapi Acuan Penyediaan Penjaminan
Infrastruktur yang juga menjadi referensi utama bagi PT PII dalam penyediaan penjaminan infrastruktur untuk proyek KPS di Indonesia.
5. Sektor Ketenagalistrikan
6. Sektor Kepelabuhanan
7. Sektor Kebandaraan
4. Sektor Perkeretaapian
Untuk penambahan cakupan Acuan ini selanjutnya, mengacu pada Regulasi KPS yang baru, beberapa sektor infrastruktur ekonomi dan
sosial juga berpotensi untuk diterapkan yaitu sektor telekomunikasi, minyak, gas dan energi terbarukan, konservasi energi, fasilitas
perkotaan, pendidikan, olahraga & seni, pengembangan kawasan, pariwisata, kesehatan, penjara dan perumahan rakyat.
2.1
Berdasarkan Regulasi KPS, mengacu pada regulasi sektor terkait, PJPK adalah Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, dan dalam hal
peraturan perundang-undangan penyediaan infrastruktur publik diselenggarakan atau dilaksanakan oleh BUMN/BUMD, maka PJPK
proyek sektor tersebut adalah BUMN/BUMD. Untuk keperluan penyusunan acuan ini, struktur KPS diklasifikasikan berdasarkan sifat
dari pelayanan dan pembagian risiko yang termuat dalam kontrak KPS. Modalitas yang merupakan struktur proyek KPS dasar adalah
struktur berbasis-penggunaan layanan infrastruktur (Usage-based PPP) dan struktur berbasis-ketersediaan layanan infrastruktur
(Availability-based PPP), dimana aplikasinya berdasarkan suatu kajian opsi skema kerjasama untuk merumuskan suatu business case
terhadap lingkup proyek.
Sektor Publik
Konsesi
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi
Sponsor Proyek
Financial
Close
Kontrak
konstruksi
Transaksi
sesuai
Tarif
Operator
Pembiayaan
Ekuitas
Pembiayaan
Pinjaman
Lenders
Kontrak operasi
Pembiayaan
Struktur ini kerap disebut juga sebagai model Konsesi Penuh (di Indonesia dikenal luas sebagai model Konsesi) dan umumnya
digunakan di sektor perhubungan (misal jalan tol, kereta api) dan sektor utilitas (misal air minum). Dan seperti terlihat dalam diagram
di atas, PJPK secara kontraktual sepakat untuk memberikan suatu hak pengusahaan/konsesi untuk penyediaan layanan infrastruktur
secara keseluruhan selama periode kontrak yang disepakati. Dalam sektor tertentu dimana pengusahaan oleh swasta masih dianggap
sensitif (misalnya: air minum), implementasi skema ini perlu dicermati lebih seksama terutama dalam penyusunan perjanjian
kerjasama termasuk cakupan pengusahaan suatu wilayah tertentu yang belum dijangkau layanan eksisting oleh entitas sektor publik.
PJPK
Transaksi
Tarif
Kontrak BOT
Perjanjian Jual Beli
Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi
Kontrak
konstruksi
Sektor Publik
Sektor Swasta
Pengguna
Pembiayaan
Ekuitas
Sponsor Proyek
Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman
Operator
Lenders
Kontrak operasi
Pembiayaan
Seperti terlihat pada diagram, BU menerima pembayaran berkala dari PJPK selama periode kontrak atas ketersediaan layanan
infrastruktur (termasuk biaya operasional yang diteruskan atau pass-through ke PJPK).
Skema kontraktual tipe ini bisa berupa skema Build Operate Transfer (BOT) atau Build Operate Own (BOO) atau modifikasi keduanya.
Dalam skema tersebut, BU biasanya bertanggung jawab atas desain, konstruksi, pembiayaan dan operasional dan pemeliharaan (O&M)
dari fasilitas yang outputnya digunakan/dibeli oleh PJPK. Perbedaan dari keduanya adalah, berlawanan dengan BOO, skema BOT
mengharuskan pihak swasta (BU) untuk mengalihkan kepemilikan aset ke pihak publik setelah kontrak KPS berakhir.
tersebut berada pada sektor publik sebagai pihak yang melakukan investasi modal (capital investment). Di negara lain, Kontrak O&M
dapat berbentuk sebagai affermage contract dan lease contract.
Berikut ini ringkasan fitur-fitur struktur KPS/PPP dasar yang dibahas di atas.
Tabel 1. Fitur-fitur dari Opsi Struktur KPS/PPP
Kegiatan
Kepemilikan
Investasi
Produksi
Distribusi ke Pelanggan
retail/pengguna akhir
Availability-based
Usage-based
O&M
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Swasta
Swasta
Pemerintah
/-
/-
Pemeliharaan
/-
Penagihan ke pelanggan
/-
20-30 tahun
20-30 tahun
5-15 tahun
Pembeli tunggal/Pemerintah
Pelanggan ritel
Pembayarandari pelanggan
2.2
Pemda
Badan Regulator
Kepala Daerah
sebagai PJPK
Sektor Publik
PDAM
Konsesi
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi
Badan Usaha
Sponsor Proyek
Financial
Close
Kontrak
konstruksi
Perjanjian Sambungan
Transaksi sesuai tarif
Operator
Pembiayaan
Ekuitas
Pembiayaan
Pinjaman
Kontrak operasi
Konstruksi dan Operasi
Pelanggan
Pembiayaan
Lenders
Struktur Konsesi Penuh untuk sektor air minum meliputi (hampir) seluruh lingkup yang dapat diberikan pengusahaan oleh pihak
swasta, yaitu Transmisi, Produksi, Operasi dan Pemeliharaan, Distribusi dan Penagihan ke Pelanggan. Biasanya opsi ini digunakan
untuk wilayah layanan baru yang membutuhkan investasi yang signifikan bagi PDAM (sebagai pengelola sektor air minum eksisting).
Risiko pasar dan risiko kenaikan tarif merupakan jenis risiko utama bagi pihak swasta dalam implementasi struktur ini.
Pemda
Badan Regulator
Kepala Daerah
sebagai PJPK
PDAM
Perjanjian Sambungan
Transaksi sesuai tarif
Sektor Publik
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi
Operator
Badan Usaha
Kontrak
konstruksi
Kontrak operasi
Pelanggan
Pembiayaan
Ekuitas
Sponsor Proyek
Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman
Lenders
Pembiayaan
Dengan demikian, untuk kesuksesan transaksi proyek dengan struktur ini, pihak swasta (terutama lender) perlu diyakinkan bahwa PJPK
memiliki kelayakan kredit yang baik untuk melakukan pembayaran imbal jasa secara periodik selama masa kontrak.
Pemerintah Daerah selaku PJPK (umumnya selaku penyedia sampah yang mengumpulkan pembayaran dari pelanggan retail/pengguna
akhir dan lokasi lainnya) memberikan pembayaran atas pelayanan yang diberikan BU baik dalam pengangkutan maupun di TPA berupa
tipping fee. Bergantung kepada pemilihan teknologi yang diterapkan pada proyek, output dari proses yang dilakukan oleh BU dapat
dimanfaatkan atau dijual untuk menghasilkan pendapatan tambahan kepada BU (misalnya penjualan listrik ke PLN selaku utilitas listrik
atau penjualan hasil olahan berupa kompos atau batako). Pada akhir masa kontrak BOT, kepemilikan dari TPA dialihkan kepada PJPK.
Pemda
Perusahaan Utilitas
Daerah
Kepala Daerah
sebagai PJPK
Badan Regulator
Konsumen
Residensial/Industri
Sektor Publik
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi
Badan Usaha
Kontrak
konstruksi
Pembiayaan
Ekuitas
Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman
Operator
Sponsor
Proyek
Lenders
Kontrak operasi
Konstruksi dan Operasi
Pembiayaan
Pemerintah Daerah selaku PJPK memberikan pembayaran atas pelayanan yang diberikan fasilitas BU. Pada akhir masa kontrak BOT,
kepemilikan dari fasilitas dialihkan kepada PJPK sebagai operator fasilitas sampai akhir usia aset tersebut.
10
Sektor Publik
Konsesi
Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi
Sektor Swasta
Pembiayaan
Ekuitas
Sponsor Proyek
Financial
Close
Kontrak
konstruksi
Transaksi
sesuai
Tarif
Operator
Pembiayaan
Pinjaman
Lenders
Kontrak operasi
Konstruksi dan Operasi
Pengguna
(Kendaraan)
Pembiayaan
11
Sektor Publik
Konsesi
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Operator
Badan Usaha
Kontrak
operasi
Sponsor Proyek
Financial
Close
Transaksi
sesuai
Tarif
Pembiayaan
Ekuitas
Pengguna
(Kendaraan)
Pembiayaan
Pinjaman
Pembiayaan
Lenders
12
Kontrak
desain
Konsultan
Desain ruas A
Kontraktor
Konstruksi ruas A
Kontrak
desain
Konsultan
Desain ruas B
Kontrak
konstruksi
Operator
ruas A dan B
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi ruas B
Sektor Publik
Pembiayaan
Ekuitas
Sponsor Proyek
Financial
Close
Kontrak
operasi
Transaksi
sesuai
Tarif
Pengguna
(Kendaraan)
Pembiayaan
Pinjaman
Pembiayaan
Lenders
13
Sektor Publik
Konsesi
Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Kontrak
konstruksi
Operator
Kontrak operasi
Konstruksi dan Operasi
Transaksi
sesuai Tarif
Pengguna Akhir
(Penumpang/Kargo)
Pembiayaan
Ekuitas
Sponsor
Proyek
Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman
Lenders
Pembiayaan
Terkait biaya investasi yang besar dan pengaturan terhadap tarif (regulated), pengalaman di negara lain menunjukkan proyek akan
sangat sulit memenuhi kelayakan finansial bila lingkup pengusahaan mencakup aset rolling stock, stasiun dan track sekaligus, kecuali
menyertakan lingkup pemanfaatan komersial untuk area sekitar stasiun atau konsep transit-oriented development (TOD).
14
Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi
Kontrak
desain
Menteri Perhubungan
sebagai Regulator
Dirjen Perkeretaapian
sebagai PJPK a/n Menhub
Kontrak
konstruksi
Sektor Publik
Konsesi
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Operator
Badan Usaha
Kontrak
operasi
Transaksi
sesuai Tarif
Pengguna Akhir
(Penumpang/Kargo)
Pembiayaan
Ekuitas
Sponsor
Proyek
Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman
Lenders
Pembiayaan
Operator akan memelihara fasilitas dan menerima pembayaran atas layanan sesuai tarif dari pelanggan retail/pengguna akhir atas
nama pemerintah (sebagai pemilik jalur kereta). Pendapatan kemudian dihitung sebagai porsi dari tarif yang sudah diambil.
15
Perjanjian Sambungan
Transaksi sesuai tarif
Sektor Publik
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Pelanggan
Konsultan
Desain
Badan Usaha
Operator
Sponsor Proyek
Financial
Close
Kontrak
konstruksi
Kontrak operasi
Pembiayaan
Ekuitas
Pembiayaan
Pinjaman
Lenders
Pembiayaan
PLN sebagai pembeli tunggal listrik (single off-taker) akan membayar listrik dari BU secara berkala dengan dasar pembayaran ambilatau-bayar (take-or-pay) selama masa PPA. Sehingga, risiko pemenuhan kewajiban finansial PLN selalu menjadi risiko utamanya.
16
Dibangun dengan alasan utama untuk meminimalkan risiko ketidakpastian suplai dan risiko kenaikan harga batubara;
Komponen biaya transportasi batubara yang relatif rendah karena lokasi tambang batubara dekat dengan pembangkit;
Kualitas batubara yang dipasok relatif rendah sehingga dibutuhkan fasilitas/teknologi yang dapat meningkatkan kualitas batubara
tersebut yang mengakibatkan biaya kontruksi pembangkit yang relatif tinggi dibandingkan dengan PLTU lainnya; dan
Lokasi pembangkit relatif terpencil dari jalur transmisi utama sehingga membutuhkan biaya untuk fasilitas transmisi tambahan
Kementerian ESDM
sebagai Regulator
Kepemilikan
Badan Usaha
Pemasok Batubara
Perjanjian Sambungan
Transaksi sesuai tarif
Sektor Publik
Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi
Operator
Pembangkit
Kontrak KPS
Pelanggan
Kontrak desain
Kontrak konstruksi
Pembiayaan
Ekuitas
Sponsor Proyek
variasi
terhadap
skema
alokasi
risiko
dalam
Pembiayaan
Pinjaman
mulut
tambang
ini
tidak
dipilih.
Faktor
kepemilikan
tambang
sangat
risiko
menentukan
dialokasikan
pada
Financial
Close
Kontrak operasi
KPS,
bagaimana
Badan Usaha
Operator
Tambang
proyek
Sektor Swasta
Kontrak
Suplai
Batubara
suatu
pembangkit
PT PLN
sebagai PJPK
Sebagai
Pembiayaan
Seperti terlihat dari struktur di atas, lingkup pekerjaan yang dikerjasamakan tidak berbeda dengan tipikal struktur BOT yaitu pekerjaan
detail desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan fasilitas pembangkit dalam rangka penyediaan listrik untuk kemudian dibeli secara
berkala dan didistribusikan oleh PLN ke pelanggan. Perbedaan utamanya adalah pada profil risiko bagi para pihak, terutama risiko
ketidakpastian suplai dan kenaikan harga batubara (selain risiko dalam akuisisi dan pengoperasian tambang bagi PLN dalam opsi ini).
17
Sektor Publik
Konsesi
Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi
Sektor Swasta
Kontrak
konstruksi
Operator
Kontrak operasi
Transaksi
sesuai Tarif
Pengguna
(Penumpang/Kargo)
Pembiayaan
Ekuitas
Sponsor
Proyek
Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman
Lenders
Pembiayaan
Dalam sektor ini, dimana proyek Tanah Ampo diupayakan sebagai KPS, belum ada proyek yang berhasil dilaksanakan dengan skema
berdasarkan Regulasi KPS. Mengacu pada model bisnis yang lazim sebagai skema KPS di sektor ini, skema yang dapat menjadi opsi
implementasi adalah model LPA (Landlord Port Authority) dimana pemerintah dapat menyewakan lahan (greenfield) atau mendapatkan
concession fee atas pengusahaan pelabuhan yang sudah ada beserta fasilitasnya (brownfield) kepada BU swasta. Dalam hal ini, BU
18
dapat membangun atau mengembangkan infrastruktur kepelabuhanan yang ada (misalnya: pergudangan, penumpukan) untuk
meningkatkan layanan infrastruktur dalam pengoperasiannya, dan mendapatkan pembayaran dari pengguna atas layanan pelabuhan.
Dalam skema ini, dimana risiko permintaan umumnya akan diserap oleh swasta. Pemerintah (sebagai landlord) dapat menerima
pembayaran atas sewa tersebut atau concession fee dari BU sehingga, , dapat dimanfaatkan untuk memulihkan sebagian atau seluruh
biaya pengadaan tanah dan fasilitas pendukung (misalnya break water, akses jalan dan fasilitas pendukung lainnya) yang menjadi
kewajiban pemerintah dalam skema KPS ini. Besarnya sewa atau concession fee tersebut biasanya menjadi kriteria penentuan
pemenang lelang KPS; dengan kata lain, ditentukan oleh seberapa besar minat para investor.
Terhadap model LPA ini, khususnya untuk kondisi saat ini di Indonesia masih agak sulit diterapkan. Selain kapasitas anggaran
Pemerintah yang terbatas untuk membiayai investasi infrastruktur dasar yang besar, penentuan instansi Pemerintah yang menjadi
landlord (misalnya antara OP atau BUMN pelabuhan) juga harus dikaji lebih jauh dalam menyusun skema transaksi KPS tersebut.
2.2.7 Struktur KPS Sektor Kebandaraan
Dalam sektor ini, sejauh ini belum ada proyek yang dilaksanakan dengan skema
berdasarkan Regulasi KPS. Mengacu pada UU No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan
pasal 235, pelayanan jasa kebandarudaraan dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha Bandar
Udara (BUBU) berdasarkan konsesi dan atau bentuk lainnya (termasuk BOT dan kontrak
manajemen) dimana PJPK adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud),
Kemenhub.
Secara umum, lingkup pekerjaan dan jenis infrastrukturnya dapat terbagi menjadi:
Akses jalan
Terhadap opsi kerjasama melalui skema KPS, karena jenis infrastruktur tertentu sifatnya tidak komersial (khususnya Air-side), perlu
evaluasi terhadap kebutuhan peran BU swasta, baik untuk area brownfield (terhadap bandara yang sudah beroperasi) atau area
19
greenfield (bandara di lokasi baru). Sebagai contoh, untuk melibatkan BU swasta dalam area greenfield, Pemerintah perlu terlebih dulu
menyiapkan infrastruktur akses transportasi yang memadai termasuk membangun infrastruktur Air-side dari sumber pendanaan lain.
Sektor Publik
Konsesi
Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi
Sektor Swasta
Kontrak
konstruksi
Operator
Kontrak operasi
Transaksi
sesuai Tarif
Pengguna
(Penumpang/Kargo)
Pembiayaan
Ekuitas
Sponsor
Proyek
Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman
Lenders
Pembiayaan
Konsesi penuh biasanya diberikan kepada BU sektor swasta menggunakan struktur BOT, khususnya dalam konteks ekspansi di area
brownfield. Lingkup kerja dari BU, seperti yang diatur dalam peraturan yang berlaku, adalah mengembangkan dan mengoperasikan
baik prasarana bandara maupun jasa-jasa yang ada sehingga juga dimungkinkan untuk menyertakan lingkup pemanfaatan komersial
untuk area bandara kepada BU. Untuk area greenfield, skema KPS lebih dimungkinkan untuk tidak menyertakan pembangunan
infrastruktur Air-side sebagai lingkup yang dikerjasamakan dengan BU.
20
Kontrak
desain
Menteri Perhubungan
sebagai Regulator
Dirjen Perhubungan Udara
sebagai PJPK a/n Menhub
Kontrak
konstruksi
Sektor Publik
Konsesi
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Operator
Badan Usaha
Kontrak
operasi
Transaksi
sesuai Tarif
Pengguna Akhir
(Penumpang/Kargo)
Pembiayaan
Ekuitas
Sponsor
Proyek
Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman
Lenders
Pembiayaan
Operator akan memelihara fasilitas dan menerima pembayaran atas layanan sesuai tarif dari pelanggan retail/pengguna akhir atas
nama pemerintah (sebagai pemilik infrastruktur). Pendapatan kemudian dihitung sebagai porsi dari tarif yang sudah diambil.
21
PENILAIAN ASPEK ALOKASI RISIKO UNTUK PROYEK KPS DAN PENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR
3.1
Pada tahap penyiapan proyek KPS, kesesuaian alokasi risiko menjadi substansi analisis risiko dalam studi kelayakan proyek
Dalam konteks transaksi proyek KPS, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian Kerjasama (Perjanjian KPS) perlu memenuhi
prinsip Alokasi Risiko. Alokasi risiko secara kontraktual yang optimal berbanding lurus dengan value for money yang maksimal.
Prinsip yang lazim diterapkan untuk alokasi risiko adalah bahwa (lihat gambar 17),
Risiko sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang relatif lebih mampu mengelolanya atau dikarenakan memiliki biaya terendah
untuk menyerap risiko tersebut. Jika prinsip ini diterapkan dengan baik, diharapkan dapat menghasilkan premi risiko yang
rendah dan biaya proyek yang lebih rendah sehingga berdampak positif bagi pemangku kepentingan proyek tersebut.
Langkah 1: "Kemungkinan Keterjadian Risiko"
Risiko harus dapat dialokasikan Langkah 2: "Dampak Risiko"
kepada pihak yang paling
mampu mengendalikan
kemungkinan keterjadiannya
Secara konseptual, penerapan prinsip tersebut di proyek KPS adalah sebagai berikut (lihat juga Kotak Teks 1):
Risiko yang berdasarkan pengalaman sulit untuk dikendalikan pemerintah agar memenuhi asas efektivitas biaya (konstruksi,
operasi), sebaiknya ditanggung pihak swasta;
Risiko yang berada di luar kendali kedua belah pihak, atau sama-sama dapat dipengaruhi kedua belah pihak sebaiknya
ditanggung bersama (kejadian kahar);
Risiko yang dapat dikelola pemerintah, karena posisinya lebih baik atau lebih mudah mendapatkan informasi dibandingkan
swasta (risiko peraturan atau legislasi) sebaiknya ditanggung pemerintah;
Risiko yang walaupun sudah ditransfer, tetap memberikan eksposur kepada pemerintah atau PJPK (menghambat tersedianya
layanan penting ke masyarakat), dimana jika BU gagal memenuhi kewajiban maka pemerintah dapat mengambil alih proyek.
22
Potensi kasus proyek: penyediaan infrastruktur sosial yang kritikal dan jasa terkait.
Kontrak yang serupa: Adakah alasan khusus untuk berbeda dari alokasi risiko tertentu dalam transaksi sebelumnya dan tercermin dalam perjanjian KPS?
Marketability: Apakah ada alasan untuk berasumsi bahwa sektor swasta tidak akan menerima risiko atau juga menentukan nilai risiko yang terlalu tinggi?
Insentif: Apakah ada mekanisme alokasi risiko yang berpotensi menciptakan unintended incentives untuk sektor swasta?
Pendekatan holistik: Apakah ada mekanisme alokasi risiko yang berpotensi menciptakan daerah abu-abu dalam hal tanggung jawab?
3.1.1 Implementasi Alokasi Risiko dalam Penyiapan dan Transaksi Proyek KPS
Umumnya, sebagaimana dalam Kotak Teks 2, penerapan alokasi risiko mulai dilakukan sejak penyiapan proyek KPS, melalui suatu
analisi risiko proyek sebagai bagian studi kelayakan proyek (kemudian menjadi dasar penyusunan draft Perjanjian KPS).
Kotak Teks 2: Proses, waktu, informasi, dan keahlian yang dibutuhkan dalam alokasi risiko KPS
Proses: Alokasi risiko merupakan inti dari penstrukturan berbagai metode penyediaan, serta membutuhkan pengalaman transaksi dan pengetahuan pasar.
Waktu: Alokasi risiko awal perlu ditentukan sebelum penyusunan perjanjian KPS selesai. Dalam prakteknya, proses penyusunan perjanjian tersebut sering
memicu diskusi tentang alokasi risiko, dan hal ini dapat difasilitasi dengan suatu penilaian risiko.
Informasi: Alokasi risiko yang optimal dalam suatu KPS adalah spesifik terhadap proyek dan berkembang dari waktu ke waktu. Sebuah titik awal yang baik
adalah dengan melihat transaksi sebelumnya untuk memahami pertimbangan dalam alokasi risiko. Alokasi risiko yang optimal dalam PPP berkembang dari
waktu ke waktu; perlu melihat kontrak yang lebih terkini.
Keahlian: Seperti dalam langkah lainnya dalam penilaian risiko, alokasi risiko membutuhkan masukan dari berbagai disiplin ilmu:
o
Tenaga ahli teknis, lingkungan, perijinan, dan lalu lintas dan pendapatan untuk menentukan ukuran dan kemampuan pengelolaan berbagai tipe risiko.
o
Tenaga ahli biaya, untuk menentukan biaya upaya mitigasi risiko.
o
Tenaga ahli asuransi, untuk menentukan kemungkinan asuransi dari sejumlah risiko (memfasilitasi transfer risiko ke sektor swasta).
o
Tenaga ahli hukum, untuk menyediakan kerangka alokasi risiko yang didefinisikan dalam perjanjian KPS.
o
Tenaga ahli keuangan, untuk menentukan marketability dari suatu risiko.
Lebih diminati tenaga ahli tersebut telah terlibat dalam identifikasi risiko proyek untuk memastikan pemahaman yang baik atas risiko tertentu.
23
Dalam mengevaluasi alokasi risiko, sebagai bagian dari dokumen tender dalam tahap transaksi proyek, draft Perjanjian KPS
tersebut akan mencerminkan bagaimana alokasi risiko-risiko yang diidentifikasi dan dievaluasi sebelumnya kepada para pihak
terkait (BU dan PJPK) dalam bentuk klausul kontraktual.
Dari klausul kontrak tersebut, risiko dapat digambarkan berdasarkan peristiwa pemicunya, periode terjadinya dan konsekuensi
bagi para pihak apabila risiko tersebut terjadi, baik berupa kewajiban fisik ataupun kewajiban finansial sebagaimana dapat
diilustrasikan secara sederhana dalam Gambar 18. berikut:
Alokasi Risiko dalam Perjanjian KPS
PJPK
Bersama
BU
A
B*
C
D*
E
F*
*: Risiko yang mengarah pada kewajiban finansial tertentu dari pihak yang menanggungnya
Gambar 18. Ilustrasi Alokasi Risiko dalam suatu Perjanjian KPS
Sebagai catatan, kewajiban finansial secara kontraktual muncul dari peristiwa risiko yang merupakan compensation event dan
bukan dari yang sifatnya relief event (hanya perlu perpanjangan waktu saja, tanpa kompensasi finansial).
Menentukan alokasi risiko yang optimal dapat cukup menantang. Dalam suatu diskusi alokasi risiko, peserta diminta untuk
bersama-sama menjawab pertanyaan kunci seperti yang dijelaskan dalam Kotak Teks 1. Hal ini penting untuk bersama-sama
menentukan argumen yang meyakinkan bagi alokasi risiko untuk masing-masing risiko.
Langkah selanjutnya adalah menentukan mekanisme yang mencerminkan alokasi risiko ini. Kebanyakan mekanisme seperti
definisi, dan kompensasi, supervening events, adalah standar, dan telah digunakan di sebagian besar transaksi KPS sebelumnya.
Namun, pertimbangan spesifik proyek dapat membawa penyesuaian dalam mekanisme ini.
Secara umum, pengalokasian risiko dalam suatu kontrak KPS kepada para pihak adalah sebagai berikut:
o
BU biasanya menanggung risiko terkait financing, design, construction, procurement, operation dan maintenance (kemudian
menalihkan sebagian risiko ke peserta lainnya, konsultan desainer/kontraktor/pemasok/operator/pengguna).
PJPK mewakili Pemerintah biasanya menanggung risiko politik, termasuk perubahan peraturan perundangan yang faktor
pemicunya (relatif atau lebih dapat) dikendalikan oleh pemerintah.
24
3.1.2 Implementasi Alokasi Risiko dalam Proses Penyediaan Penjaminan Proyek KPS oleh PT PII
Pada dasarnya, penjaminan infrastruktur oleh PT PII mencakup kewajiban finansial PJPK dalam suatu perjanjian KPS, dimana alokasi
penganggaran PJPK dan mekanisme keuangannya perlu ditetapkan dalam memastikan pemenuhan kewajiban finansialnya tersebut.
Dalam menentukan cakupan penjaminan risiko infrastruktur dalam suatu proyek KPS tersebut, sesuai mandat dalam regulasi, PT PII
mengevaluasi, antara lain, kesesuaian draft perjanjian KPS dengan prinsip alokasi risiko, sebagaimana digambarkan sebagai berikut.
PROSES PENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR OLEH PII
1. Consultation
and Guidance
2. Screening
3. Appraisal
4. Structuring
Sesuai
Prinsip
Alokasi
Risiko?
Ya
Tidak
Tidak dapat
dijamin
Analisis
Kelayakan
Penjaminan
Tidak Layak
Layak
Analisis
Kapasitas
Penjaminan
Cakupan risiko
penjaminan PII
Cakupan risiko
Co-guarantor
Perpres 78/2010
(Penjaminan
Infrastruktur)
PMK 260/2010
(Juklak Perpres
78/2010)
Prinsip
Alokasi
Risiko
Gambar 19. Kaitan Acuan Risiko PT PII dan Kerangka Regulasi Penjaminan Infrastruktur
Terhadap cakupan penjaminan infrastruktur oleh PT PII, Regulasi Penjaminan Infrastruktur mendefinisikan bahwa kewajiban finansial
PJPK dalam kontrak KPS tersebut timbul akibat risiko yang disebabkan oleh peristiwa penyebab (triggering events) sebagai berikut:
25
a) tindakan atau tiadanya tindakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK dalam hal-hal yang menurut hukum atau peraturan
perundangan -PJPK atau Pemerintah selain PJPK memiliki kewenangan atau otoritas untuk melakukan tindakan tersebut;
b) kebijakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK;
c) keputusan sepihak dari PJPK atau Pemerintah selain PJPK;
d) ketidakmampuan PJPK dalam melaksanakan suatu kewajiban yang ditentukan kepadanya oleh Badan Usaha berdasarkan Perjanjian
Kerjasama (breach of contract).
4.1
Checklist Kategori Risiko KPS dikembangkan sebagai suatu daftar kelompok risiko yang generik, yang diharapkan dapat digunakan
untuk membantu mengidentifikasi peristiwa-peristiwa risiko spesifik kepada setiap proyek KPS. Peristiwa-peristiwa risiko yang
teridentifikasi tersebut dapat digunakan lebih jauh untuk tahapan penilaian risiko dan pengembangan matriks/strategi alokasi risiko.
Kategori risiko ini tidak bermaksud untuk menjadi suatu daftar risiko yang kaku untuk setiap proyek KPS. Situasi dan kondisi spesifik
dalam suatu proyek KPS perlu juga dipertimbangkan.
1. Risiko Lokasi adalah kelompok risiko dimana lahan proyek tidak tersedia atau tidak dapat digunakan sesuai jadwal yang sudah
ditentukan dandalam biaya yang diperkirakan, atau bahwa lokasi dapat menimbulkan suatu beban atau kewajiban bagi pihak
tertentu. Dengan demikian, risiko-risiko yang termasuk kategori ini adalah:
a). Risiko pembebasan lahan: risiko-risiko yang terkait proses pembebasan lahan yang dibutuhkan proyek, yang dapat melibatkan
potensi tambahan biaya dan keterlambatan;
b). Risiko ketidaksesuaian lokasi lahan: risiko bahwa lokasi lahan yang diusulkan tidak dapat digunakan untuk proyek, dimana
penyebabnya dapat meliputi kontaminasi, penemuan artefak, keterlambatan/penolakan perolehan persetujuan perencanaan,
status lahan, dan lainnya;
c). Risiko lingkungan: risiko kerugian terkait kerusakan lingkungan yang terjadi (1) akibat kegiatan konstruksi dan operasi selama
masa proyek, atau (2) dari kegiatan sebelum pengalihan lahan proyek dari PJPK kepada BU atau pihak sub-kontraktor.
26
2. Risiko Desain, Konstruksi dan Uji Operasi adalah risiko desain, konstruksi atau uji operasi suatu fasilitas proyek atau elemen dari
prosesnya, dilakukan dengan cara yang menyebabkan dampak negatif terhadap biaya dan pelayanan proyek. Dengan demikian,
risiko yang termasuk dalam kategori ini adalah:
a). Risiko perencanaan: risiko bahwa penggunaan lokasi proyek yang diusulkan dalam perjanjian KPS dan, khususnya, konstruksi
fasilitas yang dibangun tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku terkait perencanaan, tata guna lahan atau bahwa perijinan
terlambat (atau tidak dapat) diperoleh atau, kalaupun diperoleh, hanya dapat dilaksanakan dengan biaya yang lebih besar dari
yang diperkirakan;
b). Risiko desain: risiko dimana desain dari BU tidak dapat memenuhi spesifikasi output yang ditentukan;
c). Risiko penyelesaian: risiko dimana penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan suatu proyek dapat (1) terlambat sehingga
penyediaan layanan infrastruktur tidak dapat dimulai sesuai Commercial Operation Date (COD) yang sudah ditetapkan, atau (2)
terlambat, kecuali biaya lebih besar harus dikeluarkan untuk mempertahankan COD yang sudah terjadwal, atau (3) terlambat
karena perubahan/variasi yang terjadi;
d). Risiko kenaikan biaya: risiko dimana pada tahap desain dan konstruksi, biaya realiasi proyek melebihi proyeksi biaya proyek;
e). Risiko uji operasi: risiko dimana uji operasi terlambat atau hasilnya tidak memenuhi spesifikasi PJPK atau pihak otoritas lainnya.
3. Risiko sponsor adalah risiko dimana BU dan/atau sub-kontraktornya tidak dapat memenuhi kewajiban kontraktualnya kepada PJPK
akibat tindakan pihak investor swasta sebagai sponsor proyek.
4. Risiko finansial adalah risiko-risiko terkait aspek kelayakan finansial proyek. Risiko-risiko tersebut dapat berupa:
a). Risiko ketidakpastian pembiayaan: risiko bahwa pihak penyedia dana (debt dan equity) tidak akan atau tidak dapat melanjutkan
komitmen untuk menyediakan pendanaan proyek;
b). Risiko parameter finansial: risiko yang disebabkan berubahnya parameter finansial (misalnya tingkat inflasi, nilai tukar, kondisi
pasar) sebelum kontraktor sepenuhnya berkomitmen untuk proyek ini, berpotensi memberikan dampak buruk terhadap biaya
proyek;
c). Risiko struktur finansial: risiko bahwa struktur keuangan tidak cukup baik untuk memberikan hasil yang optimal sesuai porsi
hutang dan ekuitas selama periode proyek dan karenanya dapat mengganggu keberlanjutan kelayakan proyek;
d). Risiko asuransi: (i) bahwa risiko-risiko yang sebelumnya dapat diasuransikan (insurable) pada tanggal penandatanganan sesuai
dengan asuransi proyek yang telah disepakati tetapi kemudian menjadi uninsurable atau (ii) tetap insurable tetapi dengan
kenaikan premi asuransi yang signifikan.
27
5. Risiko Operasional adalah risiko dimana proses penyediaan layanan infrastruktur sesuai kontrak - atau suatu elemen dari proses
tersebut (termasuk input yang digunakan atau sebagai bagian dari proses itu) - akan terpengaruh dengan cara yang menghalangi
BU dalam menyediakan layanan kontrak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati dan/atau sesuai proyeksi biaya. Dengan
demikian, risiko termasuk dalam kategori ini adalah:
a). Risiko pemeliharaan: risiko dimana (i) realisasi biaya pemeliharaan aset proyek lebih tinggi/berubah dari biaya pemeliharaan
yang diproyeksikan, atau (ii) terdapat dampak negatif akibat pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik;
b). Risiko cacat tersembunyi (latent defect): risiko kehilangan atau kerusakan yang timbul akibat cacat tersembunyi pada fasilitas
yang termasuk sebagai aset proyek;
c). Risiko teknologi, dimana (i) teknologi yang digunakan berpotensi gagal menghasilkan spesifikasi output yang diperlukan, atau
(ii) perkembangan teknologi membuat teknologi yang digunakan menjadi usang (risiko keusangan teknologi);
d). Risiko utilitas: risiko dimana (i) utilitas (misalnya air, listrik atau gas) yang diperlukan untuk operasi proyek tidak tersedia, atau
(ii) keterlambatan proyek karena keterlambatan akibat pemindahan atau relokasi utilitas yang terletak di lokasi proyek;
e). Risiko sumber daya atau input: risiko kegagalan atau kekurangan dalam penyediaan input atau sumber daya (misalnya,
batubara atau bahan bakar lainnya) yang diperlukan untuk operasi proyek, termasuk dalam hal kualitas pasokan yang tersedia;
f). Risiko hubungan industri: risiko setiap bentuk aksi industri - termasuk demonstrasi, larangan bekerja, pemblokiran, tindakan
perlambatan dan pemogokan - yang terjadi dengan cara yang, secara langsung atau tidak langsung, berdampak negatif
terhadap uji operasi, penyediaan layanan atau kelayakan proyek.
6. Risiko pendapatan (revenue) adalah risiko bahwa pendapatan proyek tidak dapat memenuhi proyeksi tingkat kelayakan finansial,
karena perubahan yang tak terduga baik permintaan layanan atau tarif yang disepakati atau kombinasi keduanya. Dalam hal risiko
dimana pendapatan BU yang diperoleh dari pembayaran layanan oleh PJPK (contoh, skema BOT/Konsesi Sebagian, skema
Performance Based Availability Scheme atau skema Availability Payment), risiko non-payment tersebut dapat termasuk ke dalam
kategori risiko politik (risiko sub sovereign atau parastatal). Dengan demikian, risiko termasuk dalam kategori ini adalah:
a). Risiko permintaan: risiko bahwa realisasi permintaan penyediaan layanan secara tak terduga lebih rendah dari proyeksi, karena:
1) faktor pemicu (tindakan, keputusan/kebijakan, regulasi) dari pihak Pemerintah, atau 2) kesalahan yang dilakukan pihak
swasta baik dalam estimasi volume permintaan dan yang terkait penurunan kualitas layanan; dan
b). Risiko tarif: risiko bahwa tarif layanan lebih rendah dari proyeksi, karena: 1) penyesuaian tarif secara periodik tidak dilakukan
sesuai rencana atau tingkat tarif disesuaikan lebih rendah dari proyeksi, atau 2) kesalahan estimasi tarif atau tidak terpenuhinya
standar yang disyaratkan untuk permintaan penyesuaian tarif.
28
7. Risiko konektivitas jaringan adalah risiko terjadinya dampak negatif terhadap ketersediaan layanan dan kelayakan finansial proyek
akibat perubahan dari kondisi jaringan saat ini atau rencana masa depan. Risiko yang termasuk dalam kategori ini adalah:
a). Risiko konektivitas dengan jaringan eksisting: risiko bahwa akses ke jaringan eksisting tidak (akan) dibangun sesuai rencana;
b). Risiko pengembangan jaringan: risiko bahwa jaringan tambahan yang dibutuhkan tidak (jadi) dibangun sesuai rencana;
c). Risiko fasilitas pesaing: risiko bahwa dibangunnya fasilitas/infrastruktur serupa yang kemudian menyaingi output penyediaan
layanan sesuai kontrak.
8. Risiko interface adalah risiko dimana metode atau standar penyediaan layanan akan menghalangi atau mengganggu penyediaan
layanan yang dilakukan sektor publik atau sebaliknya. Risiko ini termasuk ketika kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah
tidak sesuai/tidak cocok dengan yang dilakukan oleh BU, atau sebaliknya.
9. Risiko politik adalah risiko yang dipicu tindakan/tiadanya tindakan PJPK yang tidak dapat diprediksi sebelumnya yang merugikan
secara material dan mempengaruhi pengembalian ekuitas dan pinjaman. Risiko yang termasuk kategori ini adalah:
a). Risiko mata uang yang tidak dapat dikonversi atau ditransfer: risiko bahwa pendapatan/profit dari proyek tidak bisa dikonversi
ke mata uang asing dan/atau direpatriasi ke negara asal investor;
b). Risiko pengambilalihan: risiko tindakan pengambilalihan aset proyek (termasuk nasionalisasi) oleh pemerintah, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang dapat memicu pengakhiran kontrak proyek.
c). Risiko perubahan regulasi dan perundangan, yang bersifat diskriminatif dan spesifik sehingga secara langsung dapat
mengurangi tingkat kelayakan finansial proyek (dapat dipicu oleh tindakan PJPK atau Pemerintah di luar PJPK);
d). Risiko sub-sovereign atau parastatal: risiko bahwa PJPK tidak mampu/bersedia melaksanakan kewajiban pembayaran kontrak
atau kewajiban material lainnya dipicu hal yang terkait status sebagai entitas pemerintah;
e). Risiko perijinan: risiko dimana perijinan yang diperlukan dari suatu otoritas pemerintah lainnya tidak dapat diperoleh atau, jika
diperoleh, diperlukan biaya yang lebih besar dari proyeksi;
f). Risiko perubahan tarif pajak: risiko perubahan tarif pajak yang berlaku (tarif pajak penghasilan, PPN) atau pajak baru yang
dapat menurunkan pengembalian ekuitas yang diharapkan.
10. Risiko kahar (force majeure) adalah risiko terjadinya kejadian kahar yang sepenuhnya di luar kendali kedua belah pihak (misalnya
bencana alam atau akibat manusia) dan akan mengakibatkan penundaan atau default oleh BU dalam pelaksanaan kewajiban
kontraknya.
11. Risiko kepemilikan aset adalah risiko terjadinya peristiwa seperti kejadian kehilangan (misalnya hilangnya kontrak, force majeure),
perubahan teknologi, dan lainnya, yang menyebabkan nilai ekonomi aset menurun, baik selama atau pada akhir masa kontrak.
29
4.2
Setelah penggunaan Kategori Risiko KPS, peristiwa-peristiwa risiko yang telah diidentifikasi kemudian dievaluasi menggunakan
matriks alokasi risiko yang dibuat untuk setiap sektor dan struktur (Matriks Risiko KPS). Dalam mengembangkan matriks tersebut,
prinsip alokasi risiko, best practice dan kerangka regulasi terkait di Indonesia menjadi referensi yang digunakan. Namun, sebagaimana
disampaikan pada bagian 3.1.1, matriks ini hanya merupakan referensi dan tidak bersifat kaku, mengingat alokasi suatu risiko yang
akhirnya dianggap optimal perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi spesifik dalam proyek yang ditinjau.
4.2.1 Matriks Risiko KPS sektor Air Minum
Matriks risiko ini dibuat untuk 2 jenis struktur KPS dalam sektor ini sebagaimana diidentifikasi pada bagian 2.2.1, yaitu BOT Air Minum
dan Konsesi Penuh Air Minum.
Deskripsi
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan
kenaikan biaya
pembebasan lahan
berkepanjangan
pengadaan BU
transmisi sudah
diidentifikasi dengan jelas
dibebaskan
menjadi kendala
Proses pemukiman
pemukiman kembali
30
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
kepemilikan lahan;
Dukungan dari otoritas terkait
(BPN, Dinas Kependudukan)
kondisi lokasi
Gagal menjaga
Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusike
lingkungan lokasi
output
Kesalahan desain
konstruksi
3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor
yang buruk
Default sub-kontraktor
Default BU
31
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Default sponsor proyek
Publik
Swasta
x
konsorsium)
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai
financial close
potential lenders
x
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Rebasing tarif
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
bunga
bunga
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi
Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas
tersedianya layanan
Aksi industri
subkontraktor atau
penyuplai
lokal
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;
proyek
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat
x
32
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
secara professional
monitoring proyek
atau PJPK
Kenaikan biaya O&M
dan pelaksanaan
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin
Tidak teraturnya
ketersediaan utilitas
Berkurangnya kuantitas
input
Ketidakpastian kontinuitas
input
Berkurangnya kuantitas
output
air
Menurunnya kualitas
output
6. RISIKO PENDAPATAN
Penurunan volume
tariff
terlambat
inflasi
rebasing tarif
x
x
x
33
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Kesalahan perhitungan
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
estimasi tarif
7. RISIKO KONEKTIFITAS JARINGAN
Risiko jaringan (1)
Kebocoran/kontaminasi dalam
jaringan eksisting
Risiko jaringan (2)
Peningkatan kapasitas
8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface
(1)
operasional
dikerjakan BU.
Risiko interface (3)
yang digunakan
9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak
dapat dikonversi
Rupiah
Mata uang asing tidak
dapat direpatriasi
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Pembiayaan domestik
Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan dari bank sentral
Mediasi,negosiasi
Asuransi Risiko Politik
Penjaminan pemerintah
34
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Perubahan regulasi (dan
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
dan spesifik
Keterlambatan perolehan
persetujuan perencanaan
Gagal/terlambatnya
perolehan persetujuan
Keterlambatan perolehan
Penjaminan pemerintah
termasuk kompensasinya
x
x
termasuk kompensasinya
perencanaan
Penjaminan pemerintah
Mediasi,negosiasi
Penjaminan pemerintah
PJPK
10. RISIKO FORCE MAJEURE
Bencana alam
Force majeure
berkepanjangan
terminasi dini
tertentu
Asuransi
Sebagaimana tercantum dalam matriks di atas, terdapat beberapa peristiwa risiko spesifik sektoral dalam struktur ini, sementara ada
yang lain yang berlaku di setiap sektor. Risiko-risiko sektoral yang spesifik terhadap struktur ini adalah risiko interface (tidak
terserapnya output pada awal tahun operasi), risiko yang terkait input air baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas), risiko parastatal
35
(cidera janji kewajiban kontraktual off-taker dan privatisasi off-taker) dan risiko permintaan yang pada dasarnya dapat diminimalkan
melalui suatu klausul take or pay dalam perjanjian jual beli air dengan PDAM sebagai PJPK.
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan
kenaikan biaya
pembebasan lahan
yang berkepanjangan
pengadaan
transmisi sudah
diidentifikasi dengan
jelas
dibebaskan
yang rumit
pemukiman kembali
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
kondisi lokasi
masyarakat Pemerintah
dapat membantu
36
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Gagal menjaga
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusi ke
lingkungan lokasi
output
Kesalahan desain
x
x
konstruksi
Biasanya teridentifikasi
3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang
buruk
Default sub-kontraktor
Default BU
konsorsium)
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai
financial close
potential lenders
conditions precedence
tidak terpenuhi
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
37
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Risiko tingkat inflasi
Publik
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Rebasing tarif
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
bunga
bunga
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
pasaran
Risiko asuransi (2)
keadaan kahar
Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas
tersedianya layanan
Aksi industri
subkontraktor atau
penyuplai
lokal
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;
Pemberdayaan masyarakat
Kegagalan manajemen
proyek
Menerapkan program
Kerjasama
profesional
monitoring proyek
atau PJPK
Kenaikan biaya O&M
dan pelaksanaannya
x
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin
38
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Tidak teraturnya
up listrik/utilitas lainnya
ketersediaan utilitas
diantisipasi sedini
mungkin
Berkurangnya kuantitas
input
input
Berkurangnya kuantitas
output
Tergantung lokasi
sumber air
Menurunnya kualitas
output
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan volume
model sebelumnya
membayar
Regulasi yang
mendukung dapat
berbentuk Perda
Kegagalan memungut
pembayaran tarif
Kegagalan mengajukan
penyesuaian tarif
Sistem pemungutandan
kinerja operasi yang baik
Regulasi yang
mendukung dapat
terlambat
inflasi
berbentuk Perda
x
Regulasi yang
mendukung dapat
berbentuk Perda
Regulasi yang
mendukung dapat
39
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Kesalahan perhitungan
estimasi tarif
7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN
Risiko jaringan (1)
Kebocoran/kontaminasi dalam
jaringan
bagian risiko
pendapatan
Peningkatan kapasitas
pengelolaan jaringan distribusi
8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)
periode operasional
Risiko interface (2)
dikerjakan BU.
Risiko interface(3)
yang digunakan
9. RISIKO POLITIK
Pembiayaan domestik
dapat dikonversi
Rupiah
dapat direpatriasi
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Pembiayaan domestik
Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan
pajak) yang umum
40
Deskripsi
Publik
Swasta
Bersama
dan spesifik
Best Practice
Mediasi,negosiasi
Penjaminan pemerintah
termasuk
kompensasinya
Keterlambatan perolehan
persetujuan perencanaan
Gagal/terlambatnya
perolehan persetujuan
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
Force majeure
berkepanjangan
terminasi dini
risiko tertentu
Asuransi
Dibandingkan struktur BOT, beberapa risiko spesifik sektoral dialokasikan kepada pihak yang sama, seperti peristiwa risiko yang
terkait input air baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas). Tetapi, karena struktur Konsesi Penuh mencakup layanan keseluruhan, BU
biasanya menanggung risiko permintaan dan risiko interface (tidak terserapnya output pada awal tahun operasi). Selain itu, BU juga
lebih rentan terhadap risiko penyesuaian tarif karena tarif ke pelanggan retail/pengguna akhir seringkali menjadi isu politis
dibandingkan sebagai isu komersial pada saat mekanisme penyesuaian tarif tersebut harus dilakukan.
41
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan
kenaikan biaya
pembebasan lahan
yang berkepanjangan
pengadaan,
diidentifikasi jelas
dibebaskan
yang rumit
pemukiman kembali
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
kondisi lokasi
42
BOT Persampahan
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Keresahan masyarakat
Publik
Swasta
x
terhadap proses/output
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Kegagalan implementasi
AMDAL
output
practice
Kesalahan desain
konstruksi
lokasi
3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang
buruk
Default sub-kontraktor
Default BU
terminasi/step-in olehfinancier
Default sponsor proyek
konsorsium)
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai
financial close
potential lenders
conditions precedence
tidak terpenuhi
Pemerintah apabila
43
BOT Persampahan
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Rebasing tarif
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
bunga
bunga
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Khususnya untuk
broker asuransi
pasaran
Risiko asuransi (2)
keadaan kahar
Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas
tersedianya layanan
Aksi industri
subkontraktor atau
penyuplai
lokal
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;
proyek
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat
x
profesional
monitoring proyek
atau PJPK
Kenaikan biaya O&M
dan pelaksanaannya
x
44
BOT Persampahan
Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko
Deskripsi
Publik
Swasta
x
life cycle
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin
Tidak teraturnya
ketersediaan utilitas
x
Terganggunya kepastian
rute dan jadwal angkut
up listrik/utilitas lainnya
mungkin
Pemerintah dapat
membantu meski
pengangkutan oleh BU
Berkurangnya kuantitas
input (sampah)
x
merubah komposisi
sampah
Mengakibatkan penurunan
membayar
terlambat
Regulasi yang
mendukung dapat
berbentuk Perda
Regulasi yang
mendukung dapat
berbentuk Perda
Regulasi yang
mendukung dapat
berbentuk Perda
Kesalahan perhitungan
estimasi tarif
45
BOT Persampahan
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)
dikerjakan BU
9. RISIKO POLITIK
Pembiayaan domestik
dapat dikonversi
Rupiah
dapat direpatriasi
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Pembiayaan domestik
Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan
dan spesifik
Mediasi,negosiasi
Penjaminan pemerintah
termasuk
kompensasinya
Keterlambatan perolehan
persetujuan perencanaan
Gagal/terlambatnya
perolehan persetujuan
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
46
BOT Persampahan
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Publik
Keterlambatan perolehan
Peristiwa Risiko
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
termasuk kompensasinya
Asuransi Risiko Politik
Penjaminan pemerintah
Asuransi Risiko Politik
Penjaminan pemerintah
default PJPK
Terminasi - default PJPK
Penjaminan pemerintah
Force majeure
berkepanjangan
terminasi dini
Asuransi
Pada sektor persampahan, risiko spesifik sektor adalah risiko lingkungan (misal ketidaknyamanan masyarakat akibat adanya potensi
gangguan dari proses/output, kegagalan menerapkan AMDAL, risiko operasi (misal kuantitas sampah sebagai input rendah, risiko
komposisi sampah,ketidaksesuaian kualitas output), risiko jaringan (misal ketidakpastian jaringan pengumpulan sampah eksiting,
tidak dipenuhinya kewajiban pihak berwenang untuk menjaga jaringan pengumpulan sampah yang ada dan untuk mengembangkan
fasilitas yang diperlukan) dan risiko interface (misal ketidakseimbangan antara input dan kapasitas pengolahan di tahun awal operasi).
Ditemukan pula hal yang menarik terkait tindakan sah dari pemerintah untuk mengurangi produksi sampah (misal program 3RP
Recycle, Reuse, Reduce) yang pada kenyataannya menghambat BU memperoleh volume sampah yang cukup untuk diolah. Dari sisi
tarif, pemerintah menarik dua jenis tarif, yaitu tarif retribusi sampah (untuk jasa pengelolaan sampah) dalam menutup biaya
operasional dari adanya fasilitas pembuangan sampah, dan kompensasi terhadap dampak negatif dari lingkungan. Kedua jenis tarif ini
dapat didukung dengan subsidi operasional dari anggaran Pemda sebagai bagian dari sumber dana untuk pembayaran tipping fee dari
PJPK kepada BU.
47
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan
kenaikan biaya
pembebasan lahan
yang berkepanjangan
pengadaan,
sudah diidentifikasi
dengan jelas
Lahantidak dapat
dibebaskan
yang rumit
pemukiman kembali
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
kondisi lokasi
masyarakat Pemerintah
dapat membantu
Implementasi prosedur
48
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Best Practice
Kontaminasi/polusi ke
lingkungan lokasi
Keresahan masyarakat
Bersama
terhadap proses/output
Kegagalan implementasi
AMDAL
output
Terlambatnya penyelesaian
konstruksi
lokasi
x
x
Biasanya teridentifikasi
3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang
buruk
Proses pemilihan
subkontraktor yang kredibel
Default sub-kontraktor
Proses pemilihan
subkontraktor yang kredibel
Default BU
konsorsium)
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai
financial close
potential lenders
conditions precedence
tidak terpenuhi
49
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Risiko nilai tukar mata
Publik
Swasta
x
uang
Bersama
Best Practice
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Rebasing tarif
Pemerintah apabila
cycle cost
Risiko suku bunga
fluktuasinya ekstrim
bunga
bunga
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
pasaran
Risiko asuransi (2)
keadaan kahar
Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas
tersedianya layanan
Aksi industri
subkontraktor atau
penyuplai
lokal
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;
proyek
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat
x
profesional
monitoring proyek
atau PJPK
Kenaikan biaya O&M
50
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
x
life cycle
Bersama
Best Practice
Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin
Tidak teraturnya
ketersediaan utilitas
diantisipasi sedini
mungkin
Berkurangnya kuantitas
input (limbah)
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan volume
Mengakibatkan penurunan
bagi BU
Pelanggan akhir tidak
membayar
Regulasi yang
mendukung dapat
berbentuk Perda
terlambat
Regulasi yang
mendukung dapat
berbentuk Perda
Regulasi yang
mendukung dapat
berbentuk Perda
Kesalahan perhitungan
estimasi tarif
7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN
Risiko jaringan (1)
51
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Risiko jaringan (3)
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
diperlukan
8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)
Perjanjian/kesepakatan suplai
limbah
x
dikerjakan BU
lebih rendah
9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak
dapat dikonversi
Pembiayaan domestik
Rupiah
Mata uang asing tidak
dapat direpatriasi
Pembiayaan domestik
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Mediasi,negosiasi
Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan
dan spesifik
Mediasi,negosiasi
Penjaminan pemerintah
termasuk
kompensasinya
Keterlambatan perolehan
persetujuan perencanaan
Gagal/terlambatnya
perolehan persetujuan
Keterlambatan perolehan
x
x
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
52
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Risiko parastatal (2)
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Penjaminan pemerintah
default PJPK
Terminasi akibat default
Penjaminan pemerintah
PJPK
10. RISIKO FORCE MAJEURE
Bencana alam
Force majeure
berkepanjangan
terminasi dini
tertentu
Asuransi
Pada sektor pengelolaan air limbah, risiko spesifiknya mirip dengan apa yang ditemukan dalam sektor persampahan. Di sektor volume
dan kualitas suplai limbah yang diperoleh biasanya tidak terlalu bervariasi. Selain itu, tergantung dari teknologi yang digunakan dan
persepsi dari calon pengguna output (air bersih olahan), output yang dihasilkan sifatnya tidak komersial.
4.2.3 Matriks Risiko KPS sektor Jalan Tol
Matriks risiko ini dibuat untuk 2 jenis struktur KPS dalam sektor ini sebagaimana diidentifikasi pada bagian 3.2.3, yaitu: Konsesi Penuh
jalan tol dan O&M jalan tol.
53
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan
Kebutuhan lahan
kenaikan biaya
pembebasan lahan
yang berkepanjangan
pengadaan,
dibebaskan
yang direncanakan
x
menjadi kendala
yang rumit
pemukiman kembali
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
kondisi lokasi
masyarakat Pemerintah
dapat membantu
Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik
54
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
output
practice
Kesalahan desain
konstruksi
Biasanya teridentifikasi
3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang
buruk
Default sub-kontraktor
Default BU
konsorsium)
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai
financial close
potential lenders
conditions precedence
tidak terpenuhi
uang
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
55
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
cycle cost
Risiko suku bunga
fluktuasinya ekstrim
bunga
bunga
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
pasaran
Risiko asuransi (2)
keadaan kahar
Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas
tersedianya layanan
Aksi industri
subkontraktor atau
penyuplai
lokal
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;
proyek
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat
x
professional
monitoring proyek
atau PJPK
isu keselamatan
life cycle
Kecelakaan lalu lintas atau
Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin
56
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
Mengakibatkan penurunan
volume permintaan
jaminan permintaan
minimum dapat
dipertimbangkan
model sebelumnya
kelayakan
Kegagalan memungut
pembayaran tarif
Kegagalan mengajukan
penyesuaian tarif
terlambat
Kesalahan perhitungan
estimasi tarif
pihak pemerintah
8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)
57
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
dikerjakan BU.
Best Practice
Alokasi Risiko
lebih rendah
pihak pemerintah
yang digunakan
9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak
dapat dikonversi
Pembiayaan domestik
Rupiah
Mata uang asing tidak
dapat direpatriasi
Pembiayaan domestik
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Mediasi
Penjaminan pemerintah
dan spesifik
Keterlambatan perolehan
persetujuan perencanaan
Gagal/terlambatnya
perolehan persetujuan
Mediasi,negosiasi
Penjaminan pemerintah
termasuk kompensasinya
termasuk kompensasinya
x
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
Force majeure
berkepanjangan
terminasi dini
tertentu
58
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Asuransi
Risiko spesifik sektor jalan tol adalah risiko lokasi (misal yang terkait pembebasan lahan), risiko permintaan (misal risiko permintaan
lalu lintas dan risiko tarif) dan risiko jaringan (misal isu konektivitas dan rute pesaing).
Satu hal tambahan, jenis peristiwa risiko yang dibahas masih dibatasi pada proyek proyek jalan tol yang menggunakan teknologi at-
grade atau di atas tanah dan fly-over atau layang (belum termasuk under-ground, seperti struktur terowongan).
4.2.3.2. O&M Jalan Tol
Dalam kontrak O&M ini, BU mengoperasikan dan memelihara fasilitas dan menagih pembayaran dari pelanggan retail/pengguna akhir
(penumpang) atas nama pemerintah. Pendapatan diperhitungkan sebagai bagian dari pembayaran yang dikumpulkan untuk insentif BU
dalam menjaga kualitas pelayanan. BU juga akan memperhatikan baik masalah lalu lintas maupun tarif.
Tabel 7. Matriks Risiko untuk O&M Jalan Tol
O&M Jalan Tol
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI
Gagal menjaga
Kontaminasi/polusi ke
lingkungan lokasi
Risiko Status Tanah
Implementasi prosedur
Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
59
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Terlambatnya
penyelesaian konstruksi
Publik
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Kesalahan desain
3. RISIKO SPONSOR
Default BU
konsorsium)
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai
financial close
potential lenders
conditions precedence
tidak terpenuhi
uang
Risiko tingkat inflasi
bunga
x
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas
tersedianya layanan
60
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Aksi industri
Publik
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
subkontraktor atau
penyuplai
lokal
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;
proyek
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat
x
professional
monitoring proyek
atau PJPK
Kenaikan biaya O&M
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin
Pemerintah, jaminan
isu keselamatan
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan
permintaan minimum
dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi
Pemerintah, jaminan
awal
pendapatan minimum
dapat dipertimbangkan
membayar
kelayakan
Kegagalan memungut
pembayaran tarif
61
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Kegagalan mengajukan
penyesuaian tarif
Publik
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
periodikterlambat
jelas;
jelas;
Kesalahan perhitungan
estimasi tarif
7. RISIKO JARINGAN
Risiko jaringan (1)
penghubung
Risiko jaringan (3)
8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)
pihak pemerintah
dikerjakan BU.
lebih rendah
maupun BU harus
selaras dalam kualitas
pekerjaan
pihak pemerintah
yang digunakan
maupun BU harus
selaras dalam kualitas
pekerjaan
9. RISIKO POLITIK
x
Pembiayaan domestik
dapat dikonversi
Rupiah
62
Deskripsi
Publik
dapat direpatriasi
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Peristiwa Risiko
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan bank sentral
Mediasi,negosiasi
Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan
dan spesifik
Mediasi,negosiasi
Penjaminan pemerintah
termasuk
kompensasinya
Keterlambatan perolehan
persetujuan perencanaan
Gagal/terlambatnya
perolehan persetujuan
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
Force majeure
berkepanjangan
terminasi dini
tertentu
Asuransi
eksisting
eksisting
63
Risiko spesifik dalam struktur O&M jalan tol ini (dibandingkan struktur Konsesi Penuh), adalah risiko lokasi (misal terkait pembebasan
lahan), desain konstruksi dan risiko uji operasi serta risiko transfer aset/bisnis jalan tol. Pada risiko sektoral spesifik lainnya (risiko
permintaan, risiko jaringan dan risiko interface), masih menjadi perhatian BU. Khusus risiko interface, eksposurnya relatif lebih besar.
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan
Kebutuhan lahan
kenaikan biaya
pembebasan lahan
berkepanjangan
pengadaan,
dibebaskan
Proses pemukiman
pemukiman kembali
masih produktif
Risiko status tanah
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
kondisi lokasi
64
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Keterbatasan ruang kerja
Publik
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
masyarakat Pemerintah
dapat membantu
Gagal menjaga
Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusi ke
lingkungan lokasi
Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik
output
practice
Kesalahan desain
penyelesaian konstruksi
Biasanya teridentifikasi
3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor
yang buruk
Default sub-kontraktor
Default BU
4. RISIKO FINANSIAL
65
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Kegagalan mencapai
financial close
Publik
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
potential lenders
conditions precedence
tidak terpenuhi
uang
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Rebasing tarif
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
bunga
bunga
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas
tersedianya layanan
Aksi industri
subkontraktor atau
penyuplai
lokal
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat
Kegagalan manajemen
proyek
profesional
66
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
monitoring proyek
PJPK
Kenaikan biaya O&M
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin
isu keselamatan
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan
Mengakibatkan penurunan
pendapatan tarif tol dan
Pemerintah, jaminan
permintaan minimum
defisit bagi BU
dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi
Pemerintah, jaminan
awal
membayar
Kegagalan memungut
pembayaran tarif
Kegagalan mengajukan
penyesuaian tarif
Penyesuaian tarif
periodikterlambat
Implementasi regulasi
Implementasi regulasi
Kesalahan perhitungan
estimasi tarif
67
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Best Practice
Alokasi Risiko
Bersama
8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)
dikerjakan BU.
lebih rendah
yang digunakan
9. RISIKO POLITIK
Pembiayaan domestik
dapat dikonversi
Rupiah
dapat direpatriasi
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Pembiayaan domestik
Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan
dan spesifik
Keterlambatan perolehan
persetujuan perencanaan
Gagal/terlambatnya
perolehan persetujuan
Mediasi,negosiasi
Kejelasan provisi
kontrak termasuk
Penjaminan pemerintah
kompensasinya
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
68
Deskripsi
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Force majeure
berkepanjangan
terminasi dini
tertentu
Asuransi
Dalam struktur kombinasi ini, sedikit berbeda dengan matriks dengan 2 struktur sebelumnya, risiko interface akan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab BU. Karenanya, kontrakkonstruksi kepada kontraktor dari pihak pemerintah maupun BU harus selaras dalam
menetapkan kualitas pekerjaan yang diinginkan terhadap jaringan jalan tol secara keseluruhan sebagai satu kesatuan.
4.2.4
Ada dua matriks risiko disediakan untuk struktur KPS yang diidentifikasi untuk sektor ini sebagaimana diuraikan pada subbab 2.2.4,
yaitu: Konsesi Penuh perkeretaapian dan O&M perkeretaapian.
Risiko yang teridentifikasi lebih relevan untuk proyek perkeretaapian yang memberikan jasa transportasi penumpang (dibandingkan
kargo). Risiko desain dan konstruksi di sektor ini biasanya lebih tinggi dibandingkan moda transportasi lain (misalnya jalan dan
jembatan) karena kompleksitas teknologi yang diterapkan dan spesifikasi yang diperlukan untuk tingkat pelayanan tertentu dari jasa
yang diberikan. Untuk risiko yang terkait lingkup kerjama dengan skema TOD, tidak menjadi lingkup risiko proyek yang utama.
69
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LAHAN
Keterlambatan dan
kenaikan biaya
pembebasan lahan
berkepanjangan
pengadaan
rencana
dibebaskan
pemukiman kembali
Melaksanakan
validasi
status
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
kondisi lokasi
masyarakat Pemerintah
dapat membantu
Kontaminasi/polusi ke
lingkungan lokasi
Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik
output
70
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Kesalahan desain
Publik
Swasta
x
penyelesaian konstruksi
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Biasanya teridentifikasi
3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor
yang buruk
Default sub-kontraktor
Default BU
terminasi/step-in olehfinancier
Default sponsor proyek
konsorsium)
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai
financial close
potential lenders
conditions precedence
tidak terpenuhi
uang
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
bunga
bunga
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
71
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Risiko asuransi (2)
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas
tersedianya layanan
Aksi industri
subkontraktor atau
penyuplai
Menerapkan program
lokal
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;
proyek
Pemberdayaan masyarakat
Menyusun rencana manajemen
profesional
monitoring proyek
PJPK
Kesepakatan/kontrak dengan
life cycle
isu keselamatan
ketiga
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan
Pemerintah, jaminan
permintaan minimum
dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi
pendapatan dari model
72
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
awal
pendapatan minimal
dapat dipertimbangkan
membayar
Kegagalan memungut
pembayaran tarif
Kegagalan mengajukan
penyesuaian tarif
Penyesuaian tarif
periodikterlambat
Kesalahan perhitungan
estimasi tarif
diperlukan
Risiko jaringan (2)
8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)
dikerjakan BU.
Risiko Interface (2)
yang digunakan
9. RISIKO POLITIK
x
Pembiayaan domestik
dapat dikonversi
Rupiah
73
Deskripsi
dapat direpatriasi
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Pembiayaan domestik
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Mediasi,negosiasi
Penjaminan Pemerintah
Perubahan regulasi (dan
dan spesifik
Mediasi,negosiasi
Penjaminan pemerintah
termasuk
kompensasinya
Keterlambatan perolehan
persetujuan perencanaan
Gagal/terlambatnya
perolehan persetujuan
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
Force majeure
berkepanjangan
terminasi dini
tertentu
Asuransi
Sebagaimana terlihat dalam tabel di atas, struktur Konsesi Penuh perkeretaapian memiliki sejumlah risiko sektoral (yang mirip dengan
risiko dalam Konsesi Penuh jalan tol), yaitu: risiko pembebasan lahan, risiko permintaan, risiko tarif dan risiko interface.
74
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI
Gagal menjaga keselamatan
dalam lokasi
Kontaminasi/polusike
lingkungan lokasi
Risiko status tanah
Implementasi prosedur
Kesesuaian dengan studi Amdal
yang baik
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
penyelesaian konstruksi
Kesalahan desain
3. RISIKO SPONSOR
Default BU
4. RISIKO FINANSIAL
75
O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Kegagalan mencapai
financial close
Publik
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
potential lenders
conditions precedence
tidak terpenuhi
uang
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
bunga
bunga
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
5. .RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas
tersedianya layanan
Aksi industri
subkontraktor atau
penyuplai
lokal
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;
proyek
Pemberdayaan masyarakat
x
monitoring proyek
Implementasi rencana
manajemen operasi secara
Menerapkan program
profesional
x
76
O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
PJPK
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin
Pemerintah, jaminan
isu keselamatan
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan
permintaan minimum
dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi
Pemerintah, jaminan
awal
pendapatan minimum
dapat dipertimbangkan
membayar
Kegagalan memungut
pembayaran tarif
Kegagalan mengajukan
penyesuaian tarif
terlambat
Tingkat penyesuaian tarif
77
O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Risiko jaringan (1)
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
yang diperlukan
Risiko jaringan (2)
penghubung
Risiko jaringan (3)
8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)
dikerjakan BU.
rendah
yang digunakan
9. RISIKO POLITIK
Pembiayaan domestik
dapat dikonversi
Rupiah
dapat direpatriasi
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Pembiayaan domestik
Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan
dan spesifik
-Mediasi,negosiasi
-Penjaminan pemerintah
termasuk
kompensasinya
78
O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Publik
Keterlambatan perolehan
persetujuan perencanaan
Gagal/terlambatnya
perolehan persetujuan
Peristiwa Risiko
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
Force majeure
berkepanjangan
terminasi dini
tertentu
Asuransi
Transfer bisnis KA
Studi
eksisting
kelayakan
bisnis yang
Seperti sektor jalan tol, risiko khusus dalam struktur O&M perkeretaapian ini (dibandingkan dengan Konsesi Penuh perkeretaapian)
adalah risiko lokasi (yaitu yang berhubungan dengan pembebasan tanah), risiko desain konstruksi & uji-operasi dan risiko
kepemilikan/pengalihan aset. Pada risiko sektoral spesifik lainnya (risiko permintaan, risiko jaringan dan risiko interface), masih
menjadi perhatian BU, hanya eksposurnya mungkin tidak sebesar pada proyek Konsesi Penuh.
4.2.5
Matriks risiko disediakan untuk 2 struktur KPS yang diidentifikasi untuk sektor ini sebagaimana dijelaskan pada subbab 2.2.5 yaitu:
BOT Ketenagalistrikan dan BOO Ketenagalistrikan.
79
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LAHAN
Keterlambatan dan
kenaikan biaya
pembangkit sudah
pembebasan lahan
yang berkepanjangan
pengadaan,
diidentifikasi dengan
jelas
dibebaskan
Proses pemukiman
pemukiman kembali
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
kondisi lokasi
Kerusakan artefak
lokasi
Gagal menjaga keselamatan
dalam lokasi
Kontaminasi/polusike
Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik
Kesesuaian dengan
80
BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
lingkungan lokasi
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
output
practice
Kesalahan desain
konstruksi
Biasanya teridentifikasi
3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang
buruk
Default sub-kontraktor
Default BU
konsorsium)
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai
financial close
potential lenders
conditions precedence
tidak terpenuhi
uang
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
81
BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
bunga
bunga
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas
tersedianya layanan
Aksi industri
subkontraktor atau
penyuplai
lokal
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;
Pemberdayaan masyarakat
proyek
Menerapkan program
profesional
monitoring proyek
atau PJPK
Kenaikan biaya O&M
life cycle
Kenaikan biaya energi
Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin
82
BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Tidak teraturnya
Swasta
x
ketersediaan utilitas
Gangguan (downtime)
Bersama
Best Practice
Biasanya diantisipasi
sedini mungkin
berkepanjangan
x
bakar
Menurunnya kualitas
bahan bakar
Ketidakpastian tersedianya
bahan bakar
jangka panjang
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan volume
handal
membayar
kelayakan
Penyesuaian tarif periodik
terlambat
Tingkat penyesuaian tarif
Kesalahan perhitungan
estimasi tarif
8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)
9. RISIKO POLITIK
Alokasi Risiko
83
BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Mata uang asing tidak
dapat dikonversi
Publik
Swasta
Bersama
dapat direpatriasi
Best Practice
Alokasi Risiko
Pembiayaan domestik
Rupiah
Mata uang asing tidak
Pembiayaan domestik
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Mediasi,negosiasi
Penjaminan Pemerintah
Perubahan regulasi (dan
dan spesifik
Mediasi,negosiasi
Penjaminan Pemerintah
termasuk
kompensasinya
Keterlambatan perolehan
persetujuan perencanaan
Gagal/terlambatnya
perolehan persetujuan
Keterlambatan perolehan
x
x
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
Penjaminan pemerintah
Penjaminan pemerintah
PJPK
10. RISIKO FORCE MAJEURE
Bencana alam
Force majeure
berkepanjangan
terminasi dini
84
BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Asuransi
Umumnya dalam struktur BOT Ketenagalistrikan, risiko spesifiknya adalah risiko pengalihan aset setelah berakhirnya perjanjian jual
beli listrik (PPA). Risiko sektor spesifik lainnya adalah risiko parastatal (pelanggaran kontrak oleh off-taker dan privatisasi off-taker).
Deskripsi
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LAHAN
Keterlambatan dan
kenaikan biaya
pembebasan lahan
yang berkepanjangan
pengadaan,
yang dipilih
dibebaskan
Kompleksitas
bertambah apabila
kesepakatan harga
yang rumit
85
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Best Practice
pihak yang terkena dampak
pemukiman kembali
Risiko status tanah
Bersama
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
kepemilikan tambang
oleh sektor publik
Kerusakan artefak
lokasi
Gagal menjaga
Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusi
ke lingkungan lokasi
Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik
output
Kesalahan desain
Biasanya teridentifikasi
practice
x
konstruksi
3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang
buruk
86
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Default sub-kontraktor
Publik
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Default BU
konsorsium)
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai
financial close
potential lenders
conditions precedence
tidak terpenuhi
uang
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
bunga
bunga
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas
tersedianya layanan
Aksi industri
operator,subkontraktor
atau penyuplai
87
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
lokal
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;
proyek
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat
x
profesional
monitoring proyek
PJPK
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin
Tidak teraturnya
ketersediaan utilitas
diantisipasi sedini
mungkin
Gangguan (downtime)
berkepanjangan
Kenaikan biaya bahan
bakar
jangka panjang;
menurunnya kualitas
bahan bakar
pasar ekspor
jangka panjang;
88
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Ketidakpastian tersedianya
bahan bakar
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
jangka panjang;
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan volume
handal
membayar
terlambat
jelas;
jelas;
Kesalahan perhitungan
estimasi tarif
8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)
operasional
9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak
dapat dikonversi
Rupiah
Mata uang asing tidak
dapat direpatriasi
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Pembiayaan domestik
Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan bank sentral
Mediasi,negosiasi
89
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Penjaminan Pemerintah
Perubahan regulasi (dan
dan spesifik
Mediasi,negosiasi
Penjaminan Pemerintah
termasuk
kompensasinya
Keterlambatan perolehan
persetujuan perencanaan
terkait
Gagal/terlambatnya
perolehan persetujuan
Keterlambatan perolehan
x
x
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
Penjaminan pemerintah
Penjaminan pemerintah
PJPK
10. RISIKO FORCE MAJEURE
Bencana alam
Force majeure
berkepanjangan
terminasi dini
x
x
Asuransi
90
Dari matriks risiko di atas, terkait dengan opsi struktur proyek KPS mulut tambang yang dipilih, terlihat bahwa ada beberapa risiko
baru yang muncul akibat kepemilikan tambang batubara oleh PJPK yaitu risiko lahan (terkait biaya dan proses akuisisi tambang, risiko
geoteknik tambang). Selain itu, meskipun struktur ini dipilih untuk meminimalkan risiko ketersediaan bahan bakar pembangkit (subset
dari risiko operasi), risiko kenaikan biaya dan ketersediaan suplai batubara sangat terkait operasional tambang. Lebih jauh, risiko
suplai bahan bakar bisa juga dipicu tidak selarasnya kesiapan produksi tambang dengan kesiapan operasional pembangkit.
Sebagai langkah mitigasi, selain keterlibatan operator tambang yangkredibeldankontrak suplai jangka panjang, pengaturan suplai dan
harga batubara mulut tambang juga diperlukan terkait potensi pengalihan suplai sebagai dampak akibat kenaikan harga batubara di
pasar ekspor atau industri lainnya.
4.2.6
Deskripsi
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan
Kebutuhan lahan
kenaikan biaya
pembebasan lahan
berkepanjangan
pengadaan,
dibebaskan
yang direncanakan
x
yang rumit
pemukiman kembali
91
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Risiko status tanah
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
kondisi lokasi
Gagal menjaga
Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusi ke
lingkungan lokasi
Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik
output
practice
Kesalahan desain
konstruksi
Biasanya teridentifikasi
3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang
buruk
Default sub-kontraktor
Default BU
92
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Default sponsor proyek
Publik
Swasta
x
konsorsium)
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai
financial close
potential lenders
conditions precedence
tidak terpenuhi
uang
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
bunga
bunga
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas
tersedianya layanan
Aksi industri
subkontraktor atau
penyuplai
Menerapkan program
lokal
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;
Pemberdayaan masyarakat
93
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Kegagalan manajemen
proyek
Publik
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
profesional
monitoring proyek
PJPK
Kenaikan biaya O&M
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan
supplier sedini mungkin
isu keselamatan
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan
Pemerintah, jaminan
permintaan minimum
dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi
Pemerintah, jaminan
awal
pendapatan minimal
dapat dipertimbangkan
membayar
Kegagalan memungut
Kegagalan mengajukan
penyesuaian tarif
pembayaran tarif
Penyesuaian tarif
x
x
periodikterlambat
Tingkat penyesuaian tarif
jelas;
x
jelas;
x
94
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
estimasi tarif
7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN
Risiko jaringan (1)
sesuai rencana
Risiko jaringan (2)
8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)
pihak pemerintah
dikerjakan BU.
rendah
maupun BU harus
selaras dalam kualitas
pekerjaan
pihak pemerintah
yang digunakan
maupun BU harus
selaras dalam kualitas
pekerjaan
9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak
dapat dikonversi
Pembiayaan domestik
Rupiah
Mata uang asing tidak
dapat direpatriasi
Pembiayaan domestik
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Mediasi,negosiasi
Penjaminan Pemerintah
Perubahan regulasi (dan
pajak) yang umum
95
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Perubahan regulasi (dan
Publik
Swasta
Bersama
dan spesifik
Best Practice
Alokasi Risiko
Mediasi,negosiasi
Penjaminan pemerintah
termasuk
kompensasinya
Keterlambatan perolehan
persetujuan perencanaan
Gagal/terlambatnya
perolehan persetujuan
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
Force majeure
berkepanjangan
terminasi dini
tertentu
Asuransi
Profil alokasi risiko pada struktur Konsesi Penuh pelabuhan laut ini mirip dengan Konsesi Penuh perkeretaapian, dimana risiko
spesifiknya juga adalah risiko pembebasan tanah, risiko operasi tertentu (misalnya kecelakaan lalu lintas atau masalah keselamatan
umum), risiko permintaan, risiko tarif, dan resiko interface (terhadap standar layanan dan teknologi).
4.2.7
96
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan
Kebutuhan lahan
kenaikan biaya
pembebasan lahan
berkepanjangan
pengadaan,
dibebaskan
yang direncanakan
x
yang rumit
pemukiman kembali
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
kondisi lokasi
Kerusakan artefak
lokasi
Gagal menjaga
Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusike
lingkungan lokasi
output
Kesalahan desain
x
x
konstruksi
Biasanya teridentifikasi
97
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Kenaikan biaya konstruksi
Publik
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang
buruk
Default sub-kontraktor
Default BU
anggotakonsorsium)
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai
financial close
potential lenders
conditions precedence
tidak terpenuhi
uang
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
bunga
bunga
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi
98
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas
tersedianya layanan
Aksi industri
subkontraktor atau
penyuplai
lokal
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;
Pemberdayaan masyarakat
Kegagalan manajemen
Kegagalan atauketidakmampuan
proyek
Menerapkan program
profesional
monitoring proyek
PJPK
Kenaikan biaya O&M
life cycle
keusangan teknologi
yang digunakan
Kesepakatan/kontrak dengan
supplier sedini mungkin
isu keselamatan
Risiko hit and run
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan
Pemerintah, jaminan
permintaan minimum
dapat dipertimbangkan
99
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Kesalahan estimasi
Swasta
x
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Pemerintah, jaminan
awal
pendapatan minimal
dapat dipertimbangkan
membayar
Kegagalan memungut
pembayaran tarif
Kegagalan mengajukan
penyesuaian tarif
Penyesuaian tarif
periodikterlambat
estimasi tarif
8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)
pihak pemerintah
dikerjakan BU.
lebih rendah
maupun BU harus
selaras dalam kualitas
pekerjaan
pihak pemerintah
yang digunakan
maupun BU harus
selaras dalam kualitas
100
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
pekerjaan
9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak
dapat dikonversi
Pembiayaan domestik
Rupiah
Mata uang asing tidak
dapat direpatriasi
Pembiayaan domestik
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Mediasi,negosiasi
Penjaminan Pemerintah
Perubahan regulasi (dan
dan spesifik
Keterlambatan perolehan
persetujuan perencanaan
Gagal/terlambatnya
perolehan persetujuan
Mediasi,negosiasi
Kejelasan provisi
kontrak termasuk
Penjaminan pemerintah
kompensasinya
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
Force majeure
berkepanjangan
terminasi dini
tertentu
Asuransi
101
Mirip dengan Konsesi Penuh kepelabuhanan laut dan perkeretaapian, risiko spesifik yang melekat pada Konsesi Penuh kebandaraan
adalah risiko pembebasan lahan, risiko permintaan dan tarif, dan resiko interface yaitu atas standar penyerahan dan teknologi.
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI
Gagal menjaga
keselamatan di lokasi
Kontaminasi/polusike
lingkungan lokasi
Risiko status tanah
Implementasi prosedur
Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
konstruksi
Kesalahan desain
3. RISIKO SPONSOR
Default BU
102
O&M Kebandaraan
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Default sponsor proyek
Publik
Swasta
x
konsorsium)
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai
financial close
potential lenders
conditions precedence
tidak terpenuhi
uang
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
bunga
bunga
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas
tersedianya layanan
Aksi industri
subkontraktor atau
penyuplai
lokal
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;
proyek
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat
x
103
O&M Kebandaraan
Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko
Deskripsi
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
profesional
monitoring proyek
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin
isu keselamatan
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan
Pemerintah, jaminan
permintaan minimum
dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi
Pemerintah, jaminan
awal
pendapatan minimum
dapat dipertimbangkan
membayar
Kegagalan memungut
pembayaran tarif
Kegagalan mengajukan
penyesuaian tarif
terlambat
Tingkat penyesuaian tarif
lebih rendah dari proyeksi
104
O&M Kebandaraan
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Kesalahan perhitungan
Swasta
x
estimasi tarif
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
diperlukan
Risiko jaringan (2)
8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)
pihak pemerintah
dikerjakan BU.
lebih rendah
pihak pemerintah
yang digunakan
9. RISIKO POLITIK
Pembiayaan domestik
dapat dikonversi
Rupiah
dapat direpatriasi
Pembiayaan domestik
Risiko ekspropriasi
Mediasi,negosiasi
Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan
Mediasi,negosiasi
Asuransi Risiko Politik
105
O&M Kebandaraan
Kategori Risiko dan
Deskripsi
Publik
Keterlambatan perolehan
persetujuan perencanaan
Gagal/terlambatnya
perolehan persetujuan
Peristiwa Risiko
Swasta
Bersama
Best Practice
Alokasi Risiko
Penjaminan pemerintah
dan spesifik
termasuk kompensasinya
perencanaan
Force majeure
berkepanjangan
terminasi dini
tertentu
Asuransi
Transfer bisnis KA
Studi
eksisting
kelayakan
bisnis yang
Seperti sektor jalan tol, risiko khusus dalam struktur O&M kebandaraan ini (dibandingkan dengan Konsesi Penuh perkeretaapian)
adalah risiko lokasi (yaitu yang berhubungan dengan pembebasan tanah), risiko desain konstruksi & uji-operasi dan risiko
kepemilikan/pengalihan aset. Pada risiko sektoral spesifik lainnya (risiko permintaan, risiko jaringan dan risiko interface), masih
menjadi perhatian BU, hanya eksposurnya mungkin tidak sebesar pada proyek Konsesi Penuh.
106
RINGKASAN
Dari diskusi di atas, khususnya pada alokasi risiko pada setiap sektor dan struktur KPS, ada beberapa persamaan dan perbedaan
dalam bagaimana alokasi setiap peristiwa risiko antara sektor publik dan sektor swasta, termasuk saat risiko harus ditanggung
bersama oleh kedua pihak. Ringkasan dari matriks-matriks risiko tersebut ditampilkan pada Tabel 16 berikut ini.
Tabel 16. Ringkasan Matriks risiko untuk Semua Sektor dan Struktur KPS
Alokasi
Persamaan
Perbedaan
Sektor Publik
- Risiko pendapatan
- Risiko permintaan (BOT Air Minum, BOT Persampahan, BOT
Ketenagalistrikan, BOT Mulut Tambang)
Sektor Swasta
- Risiko pendapatan
- Risiko permintaan (Konsesi Penuh air minum,
Kebandaraan,Pelabuhan)
Bersama
- Risiko pendapatan
- Risiko permintaan (Konsesi Penuh dan O&M sektor Jalan
tol, keretaapi, kebandaraan) tergantung pemicu risiko