Anda di halaman 1dari 118

SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) di Indonesia selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa alokasi risiko
merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan sebuah proyek KPS. Kegagalan proyek KPS dalam
mengidentifikasi, mengukur, dan mengalokasikan risiko telah membuat proyek KPS di masa lalu tidak dapat memenuhi tujuan
yang diharapkan, baik terkait dengan tujuan peningkatan kualitas layanan maupun efisiensi harga. Hal tersebut terlihat pada
pencapaian beberapa proyek KPS terutama pada sektor jalan tol, listrik, dan air, dimana proyek-proyek tersebut tidak dapat
menjamin keberlangsungan penyediaan layanan infrastruktur yang dapat diandalkan dengan harga yang efisien. lsu mengenai
alokasi risiko dalam proyek KPS ini bukan hanya penting dalam kasus Indonesia tetapi juga terbukti menjadi faktor penting dalam
menentukan sukses KPS di beberapa negara.
Alokasi risiko dalam proyek KPS perlu mendapat perhatian secara khusus karena alokasi risiko yang tepat akan menjamin
keberlanjutan penyediaan layanan infrastruktur yang layak dan dapat diandalkan untuk publik. Di sis i lain, alokasi risiko yang baik
juga akan memberikan keyakinan kepada pihak swasta terhadap pengembalian dana mereka dengan return yang wajar. Dari sisi
keuangan negara, pembagian risiko yang baik akan membuat anggaran negara lebih aman karena exposure proyek- proyek KPS
terhadap anggaran negara lebih terukur dan terkendali.
Sebagaimana diamanatkan dalam regulasi penjaminan infrastruktur (Perpres 78 / 2010 dan PMK 260/ 201 0) dan telah
disempurnakan secara berkala sejak diterbitkan pertama kali tahun 2011 lalu, usaha yang dilakukan oleh PT Pll (Persero) untuk
menyusun dan memperbaiki Acuan Kategori dan Alokasi Risiko lnfrastruktur ini menjadi hal yang sangat bermanfaat bagi
pengembangan kebijakan KPS. Hal tersebut karena acuan ini disusun secara profesional oleh PT Pll (Persero) dengan melibatkan
tenaga ahli yang berpengalaman. Manfaat acuan ini akan sangat tergantung dari kesediaan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama
(PJPK) untuk menggunakannya dalam menyusun rencana mitigasi risiko dalam rangka penyediaan infrastruktur yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.

PENGANTAR
PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)/PII dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai suatu institusi yang dapat
mendukung percepatan penyediaan infrastruktur melalui skema KPS/PPP di Indonesia. Peran utama PT PII yang diharapkan adalah:

Sebagai penyedia dukungan fiskal kontinjen untuk proyek infrastruktur KPS melalui penyediaan penjaminan atas risiko
kontraktual terkait tindakan pemerintah;

Meningkatkan kualitas transaksi KPS; dan

Mendorong pendekatan yang baku dan akuntabel untuk implementasi KPS, dengan keberadaannya sebagai pemroses tunggal
bagi penyediaan penjaminan infrastruktur.

Melalui PII, penjaminan disediakan dengan tujuan untuk memberikan kepastian lebih dalam mencapai financial closing proyek,
melalui peningkatan kelayakan kredit atau bankability dari proyek-proyek KPS. Model bisnis PT PII sangat terkait erat dengan
kerangka regulasi KPS dan penjaminan saat ini, yang harus menekankan pada:

Kelayakan proyek (teknis, legal, ekonomi, finansial, sosial dan lingkungan);

Kesiapan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) untuk implementasi skema KPS; dan

Kemampuan PJPK untuk mengelola risiko proyek yang dialokasikan secara wajar kepada mereka.

Sehubungan dengan penekanan pada alokasi risiko yang wajar, keberadaan Acuan Alokasi Risiko ini menjadi sangat penting
sebagai

referensi

utama

dalam

mengevaluasi

dan

mengalokasikan

risiko

untuk

keperluan

penyediaan

penjaminan

infrastruktur,sesuai amanat regulasi. Acuan ini juga dimaksudkan untuk menjadi referensi utama bagi:
PJPK dalam menyiapkan Perjanjian KPS dan Usulan Penjaminan (UP) yang akan dievaluasi PII untuk perolehan penjaminan; dan

Investor dan penyedia dana dalam mengevaluasi potensi investasi dan pembiayaan untuk proyek-proyek KPS di Indonesia.

Namun demikian, perlu dicatat bahwa dalam penerapannya, beberapa alokasi risiko dapat berbeda dari apa yang ada dalam Acuan
ini, mengingat adanya kondisi spesifik suatu proyek atau sektor tertentu, atau terkait posisi komersial yang disepakati para pihak.
Acuan ini selanjutnya akan senantiasa disempurnakan dan ditinjau secara periodik, paling sedikit setiap 12 bulan, dengan
menggalang masukan dari berbagai pemangku kepentingan utama, sebagaimana telah dilakukan pada saat menyusun Acuan ini,
antara lain: Kementerian Keuangan, Kementerian sektor, BKPM, Bappenas, BPPSPAM, BPJT, Pemda, Investor dan Pengembang,
Perbankan, Lembaga Multilateral, serta Konsultan dan Tenaga Ahli di bidang risiko infrastruktur.
Sinthya Roesly
Direktur Utama
ii

PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)

DAFTAR ISI
SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN RI....... i
PENGANTAR DIREKTUR UTAMA, PT PENJAMINAN INFRASTRUKTUR INDONESIA...... ..... iii
DAFTAR ISI............ v
RIWAYAT DOKUMEN DAN TABEL REVISI................. x
DAFTAR GAMBAR...................... viii
DAFTAR TABEL.............. viii
DEFINISI DAN ISTILAH UMUM....... xi
PRAKARSA PEMERINTAH UNTUK PERCEPATAN IMPLEMENTASI KPS/PPP .......................................................................................................... 1
1

KERANGKA REGULASI PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA .................................................................................................... 1

STRUKTUR PROYEK KPS DI INDONESIA ............................................................................................................................................... 2


2.1

STRUKTUR PROYEK KPS SECARA UMUM .......................................................................................................................................................... 3

2.1.1

Struktur berbasis-penggunaan layanan infrastruktur (Usage-based PPP) ....................................................................................... 3

2.1.2

Struktur berbasis-ketersediaan layanan infrastruktur (Availability-based PPP)............................................................................... 4

2.1.3

Kontrak Operasi dan Pemeliharaan (O&M contract) ........................................................................................................................ 5

2.2

STRUKTUR KPS PADA MASING-MASING SEKTOR INFRASTRUKTUR .......................................................................................................................... 6

2.2.1

Struktur KPS sektor Air Minum ....................................................................................................................................................... 6

2.2.1.1.

Struktur Konsesi Penuh Air Minum ............................................................................................................................................................. 6

2.2.1.2.

Struktur BOT Air Minum ............................................................................................................................................................................. 7

2.2.2

Struktur KPS sektor Pengelolaan Limbah ........................................................................................................................................ 8

2.2.2.1.

BOT Persampahan ...................................................................................................................................................................................... 8

2.2.2.2.

BOT Pengelolaan Air Limbah....................................................................................................................................................................... 9

iii

2.2.3

Struktur KPS Sektor Jalan Tol ........................................................................................................................................................ 10

2.2.3.1.

Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol .............................................................................................................................................................. 10

2.2.3.2.

O&M Jalan Tol .......................................................................................................................................................................................... 11

2.2.3.3.

Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M .......................................................................................................................................................... 12

2.2.4

Struktur KPS Sektor Perkeretaapian .............................................................................................................................................. 13

2.2.4.1.

Konsesi Penuh Perkeretaapian .................................................................................................................................................................. 13

2.2.4.2.

O&M Perkeretaapian ................................................................................................................................................................................. 14

2.2.5

Struktur KPS Sektor Ketenagalistrikan .......................................................................................................................................... 15

2.2.5.1.

BOT Ketenagalistrikan .............................................................................................................................................................................. 15

2.2.5.2.

BOT Mulut Tambang ................................................................................................................................................................................ 16

2.2.6

Struktur KPS Sektor Kepelabuhanan ............................................................................................................................................. 17

2.2.6.1.

2.2.7

Konsesi Penuh Kepelabuhanan ................................................................................................................................................................. 17

Struktur KPS Sektor Kebandaraan ................................................................................................................................................. 18

2.2.7.1.

Konsesi Penuh Kebandaraan ..................................................................................................................................................................... 19

2.2.7.2.

O&M Kebandaraan ................................................................................................................................................................................... 20

PENILAIAN ASPEK ALOKASI RISIKO UNTUK PROYEK KPS DAN PENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR ........................................... 21
3.1

PRINSIP ALOKASI RISIKO DALAM KONTEKS IMPLEMENTASI PROYEK KPS ................................................................................................................. 21

3.1.1

Implementasi Alokasi Risiko dalam Penyiapan dan Transaksi Proyek KPS .................................................................................... 22

3.1.2

Implementasi Alokasi Risiko dalam Proses Penyediaan Penjaminan Proyek KPS oleh PT PII .......................................................... 24

ACUAN ALOKASI RISIKO INFRASTRUKTUR ........................................................................................................................................ 25


4.1

KATEGORI RISIKO KPS.............................................................................................................................................................................. 25

4.2

MATRIKS RISIKO KPS PER SEKTOR ............................................................................................................................................................... 29

4.2.1

Matriks Risiko KPS sektor Air Minum ............................................................................................................................................ 29

4.2.1.1.

BOT Air Minum ........................................................................................................................................................................................ 29

4.2.2 Matriks Risiko KPS sektor Pengelolaan Limbah ................................................................................................................................. 41


iv

4.2.2.1. BOT Persampahan ...................................................................................................................................................................................... 41


4.2.2.2. BOT Pengelolaan Air Limbah ...................................................................................................................................................................... 47

4.2.3 Matriks Risiko KPS sektor Jalan Tol .................................................................................................................................................. 52


4.2.3.1

Konsesi Penuh Jalan Tol ............................................................................................................................................................................ 52

4.2.3.2. O&M Jalan Tol ............................................................................................................................................................................................. 58


4.2.3.3. Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M ........................................................................................................................................................... 63

4.2.4

Matriks Risiko KPS sektor Perkeretaapian ..................................................................................................................................... 68

4.2.4.1. Konsesi Penuh Perkeretaapian .................................................................................................................................................................... 68


4.2.4.2. O&M Perkeretaapian .................................................................................................................................................................................. 74

4.2.5

Matriks Risiko KPS sektor Ketenagalistrikan ................................................................................................................................. 78

4.2.5.1. BOT Ketenagalistrikan ................................................................................................................................................................................ 79


4.2.5.2

4.2.6

. BOT Mulut Tambang .............................................................................................................................................................................. 84

Matriks Risiko KPS sektor Kepelabuhanan .................................................................................................................................... 90

4.2.6.1. Konsesi Penuh Kepelabuhanan ................................................................................................................................................................... 90

4.2.7

Matriks Risiko KPS sektor Kebandaraan ....................................................................................................................................... 95

4.2.7.1

Konsesi Penuh Kebandaraan ...................................................................................................................................................................... 95

4.2.7.2

O&M Kebandaraan .................................................................................................................................................................................. 101

RINGKASAN .................................................................................................................................................................................. 106

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Struktur berbasis-penggunaan (Usage-based PPP atau wholesale infrastructure) .............................................................. 3
Gambar 2. Struktur berbasis-ketersediaan (Availability-based PPP atauretail infrastructure) ............................................................. 4
Gambar 3. Struktur Konsesi Penuh Air Minum .................................................................................................................................... 6
Gambar 4. Struktur BOT Air Minum .................................................................................................................................................... 7
Gambar 5. Struktur KPS Pengelolaan Sampah ..................................................................................................................................... 8
Gambar 6. Struktur KPS Pengelolaan Air Limbah ................................................................................................................................ 9
Gambar 7. Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol .................................................................................................................................... 10
Gambar 8. Struktur O&M Jalan Tol .................................................................................................................................................... 11
Gambar 9. Struktur Konsesi Jalan Tol ............................................................................................................................................... 12
Gambar 10. Struktur Konsesi Penuh Perkeretaapian ......................................................................................................................... 13
Gambar 11. Struktur O&M Perkeretaapian ........................................................................................................................................ 14
Gambar 12. Struktur BOT Ketenagalistrikan ..................................................................................................................................... 15
Gambar 13. Struktur BOT Mulut Tambang ........................................................................................................................................ 16
Gambar 14. Struktur Konsesi Penuh Kepelabuhanan ........................................................................................................................ 17
Gambar 15. Struktur Konsesi Penuh Kebandaraan............................................................................................................................ 19
Gambar 16. Struktur O&M Kebandaraan ........................................................................................................................................... 20
Gambar 17. Urutan Logika dalam Alokasi Risiko KPS ...................................................................................................................... 21
Gambar 18. Ilustrasi Alokasi Risiko dalam suatu Perjanjian KPS ....................................................................................................... 23
Gambar 19. Kaitan Acuan Risiko PT PII dan Kerangka Regulasi Penjaminan Infrastruktur ................................................................. 24

vi

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Fitur-fitur dari Opsi Struktur KPS/PPP ................................................................................................................................... 5
Tabel 2. Matriks Risiko untuk BOT Air Minum .................................................................................................................................. 29
Tabel 3. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Air Minum .................................................................................................................. 35
Tabel 4. Matriks Risiko untuk BOT Persampahan .............................................................................................................................. 41
Tabel 5. Matriks Risiko untuk BOT Pengelolaan Air Limbah .............................................................................................................. 47
Tabel 6. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Jalan Tol ..................................................................................................................... 53
Tabel 7. Matriks Risiko untuk O&M Jalan Tol .................................................................................................................................... 58
Tabel 8. Matriks Risiko untuk Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol .................................................................................... 63
Tabel 9. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Perkeretaapian ........................................................................................................... 69
Tabel 10. Matriks Risiko untuk O&M Perkeretaapian ........................................................................................................................ 74
Tabel 11. Matriks Risiko untuk BOT Ketenagalistrikan ..................................................................................................................... 79
Tabel 12. Matriks Risiko untuk BOT Mulut Tambang ........................................................................................................................ 84
Tabel 13. Matrik Risiko untuk Konsesi Penuh Kepelabuhanan .......................................................................................................... 90
Tabel 14. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Kebandaraan ............................................................................................................ 96
Tabel 15. Matriks Risiko untuk O&M Kebandaraan ......................................................................................................................... 101
Tabel 16. Ringkasan Matriks risiko untuk Semua Sektor dan Struktur KPS ..................................................................................... 106

vii

RIWAYAT DOKUMEN DAN TABEL REVISI


Versi

Deskripsi

Catatan

Maret
2011

Edisi pertama

Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan salah satunya melalui suatu lokakarya yang diselenggarakan pada tanggal
25-26 Februari 2011

April
2012

Edisi kedua

Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan salah satunya melalui suatu lokakarya yang diselenggarakan pada tanggal
14-15 Maret 2012. Penyempurnaan terhadap versi sebelumnya termasuk :
pemutakhiran regulasi KPS (sebagaimana terbitnya Peraturan Presiden 56/2011)
tambahan diagram yang menggambarkan framework implementasi alokasi risiko proyek KPS (juga penjaminan) dan
framework yg berkaitan dengan proses manajemen risiko
pemutakhiran dan penambahan kolom Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko) pada matriks risiko
penambahan struktur KPS (dan matriks risiko terkait):
o
Listrik: BOT minemouth
o
Jalan tol: Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M
o
Pengelolaan Limbah: BOT Pengolahan Air limbah

April
2013

Edisi ketiga

Berdasarkan masukan yang terkumpul melalui diskusi-diskusi (tatap muka, surat formal, email dan laman), penyempurnaan
terhadap risiko sebelumnya termasuk:
penambahan dan penajaman) peristiwa risiko dan strategi mitigasi untuk matriks risiko, antara lain:
o
risiko status lahan (duplikasi kepemilikan tanah)
o
risiko budaya lokal
o
risiko operasional kegagalan pengelolaan proyek (oleh Badan Usaha/BU)
o
risiko operasional kegagalan pengendalaian dan pemantauan proyek (oleh BU atau oleh PJPK)

Maret
2014

Edisi keempat

Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan salah satunya melalui suatu lokakarya yang diselenggarakan pada tanggal 2021 Maret 2014. Penyempurnaan terhadap versi sebelumnya termasuk:
pemutakhiran regulasi KPS (sebagaimana terbitnya Peraturan Presiden 66/2013 dan regulasi VGF)
penyempurnaan uraian skema kerjasama untuk sektor Air Minum, Persampahan, Jalan Tol, Perkeretaapian, Pelabuhan
dan Kebandaraan
penambahan (dan penajaman)peristiwa risiko dan strategi mitigasi untuk matriks risiko, antara lain:
o
risiko keterbatasan ruang kerja (untuk proyek yang kebutuhan lokasinya memanjang)
o
risiko budaya lokal risiko sosial dan budaya lokal
o
risiko hit & run dan risiko keusangan teknologi: sektor Kebandaraan
o
risiko terkait tarif: perlunya regulasi yang mendukung (Perda untuk proyek PJPK daerah)
o
risiko terkait permintaan dan pendapatan: program sosialisasi dan dukungan kelayakan
o
risiko ekspopriasi: agar dikontraskan dengan pengambilalihan dengan kompensasi (nasionalisasi)

viii

Versi

Deskripsi

Catatan

Maret
2015

Edisi kelima

Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan, baik tertulis maupun melalui diskusi, pada periode 2-27 Februari 2015.
Penyempurnaan terhadap versi sebelumnya termasuk:
Penjelasan preferensi skema KPS dalam RPJMN 2015-2019, gambaran sektor dan struktur yang mungkin dapat
dikerjasamakan dengan skema KPS sesuai dengan regulasi KPS yang terkini;
Penyesuaian narasi untuk referensi terhadap konteks dihapusnya UU no 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
Penambahan/penyesuaian narasi tentang kerjasama sektor kepelabuhanan dan sektor-sektor lainnya;
Penambahan/penyesuaian narasi tentang bagaimana implementasi alokasi risiko KPS, pada Bagian 3;
Beberapa penyesuaian terhadap konteks spesifik dan typo dalam matriks
Penyesuaian penambahan risiko dalam matriks

ix

DEFINISI DAN ISTILAH UMUM


BOO

Build Operate Own- suatu kontrak KPS/PPP dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi,
operasi dan memiliki suatu fasilitas infrastruktur, baik selama kontrak maupun setelah kontrak tersebut berakhir

BOT

Build Operate Transfer suatu kontrak KPS/PPP dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi
dan operasi suatu fasilitas infrastruktur, termasuk transfer kepemilikan setelah kontrak tersebut berakhir dari pihak
swasta ke pihak pemerintah.

BU

Badan Usaha; Badan usaha swasta yang berbentuk perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), dan koperasi, yang merupakan mitra PJPK/ CA dalam perjanjian KPS. Juga dikenal sebagai Project

Company (PC).
Financial Close

Suatu tanggal dimana semua perjanjian dan dokumentasi finansial proyek ditandatangani para pihak, dan prasyarat
(conditions precedent) untuk penarikan pinjaman telah dipenuhi.

IIGF

Indonesia Infrastructure Guarantee Fund atau PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) suatu entitas
berbentuk BUMN yang berdasarkan regulasi bertanggung jawab dalam penyediaan penjaminan infrastruktur

Konsesi Penuh

Suatu kontrak KPS dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi dan operasi suatu fasilitas
infrastruktur dan pihak pelanggan retail/pengguna akhir (publik) membayar layanan infrastruktur secara langsung
kepada pihak BU yang oleh PJPK diberikan izin pengusahaan selama jangka waktu tertentu.

KPS

Kerjasama Pemerintah Swasta; Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan melalui Perjanjian Kerjasama atau pemberian
Izin Pengusahaan antara Menteri/Kepala Lembaga/ Kepala Daerah dengan Badan Usaha, yang meliputi pekerjaan
konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan
infrastruktur dan/atau pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur. Juga dikenal
sebagai Public-Private Partnership (PPP)

Off-taker
PJPK

Pembeli layanan infrastruktur dalam suatu perjanjian KPS (biasanya berupa suatu perusahaan utilitas sektor publik)
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama; Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, atau BUMN/BUMD dalam hal
berdasarkan peraturan perundang-undangan, penyediaan infrastruktur diselenggarakan atau dilaksanakan oleh
BUMN/BUMD. Dikenal juga sebagai Contracting Agency (CA) atau Public Authority (PA) atau Implementing Agency (IA)

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

PRAKARSA PEMERINTAH UNTUK PERCEPATAN IMPLEMENTASI KPS/PPP


Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pembangunan infrastruktur. Dengan anggaran Pemerintah yang terbatas, ratusan triliun
rupiah diharapkan akan datang dari sektor swasta dalam beberapa tahun ke depan untuk mendukung pembangunan infrastruktur.
Terkait kebutuhan ini, Pemerintah Indonesia telah menyediakan kerangka peraturan dan kelembagaan untuk menarik minat dari sektor
swasta dalam berpartisipasi di proyek-proyek infrastruktur dengan skema kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPS).
Mengutip Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, skema KPS diharapkan menjadi tulang punggung
pembiayaan pembangunan yang bersifat pemulihan pembiayaan (cost-recovery) khususnya di daerah-daerah dimana daya beli
masyarakat sudah mampu untuk melaksanakan prinsip pengguna membayar (user pay principle) seperti di kawasan perkotaan.
Pendanaan publik akan diprioritaskan untuk membiayai pembangunan di daerah-daerah yang masyarakatnya berpenghasilan rendah,
daerah prioritas percepatan pembangunan dan pada layanan yang bersifat sosial atau non-cost recovery. Kebijakan pendanaan juga
akan diarahkan untuk membuka peluang adanya kombinasi pembiayaan (hybrid financing) yang menggabungkan potensi pendanaan
dari sektor publik, swasta maupun masyarakat. Kombinasi pembiayaan tersebut akan dilakukan dalam berbagai skema pembiayaan
kreatif (innovative financing scheme) dalam upaya mempercepat pembangunan di berbagai bidang.
Dalam konteks pemberian dukungan fiskal untuk proyek infrastruktur tersebut, pada bulan Desember 2009 Pemerintah telah
mendirikan PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) (PT PII), atau Indonesia Infrastructure Guarantee Fund (IIGF), sebuah badan
usaha milik negara/BUMN yang diberi tugas menyediakan penjaminan bagi risiko pihak swasta akibat tidak dipenuhinya kewajiban
finansial pihak pemerintah/Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) dalam kontrak KPS/PPP yang dipicu pelanggaran kontrak serta
perubahan peraturan dan perundangan. PT PII dan penjaminan infrastruktur ditujukan untuk membawa kenyamanan investasi bagi
badan usaha dan pemberi pinjaman, sehingga diharapkan dapat mempercepat pelaksanaan proyek KPS di Indonesia.

KERANGKA REGULASI PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA


Dalam rangka meningkatkan kelayakan kredit (creditworthiness) proyek sebagai upaya mendorong partisipasi sektor swasta dalam
penyediaan infrastruktur, Jaminan Pemerintah dapat diberikan kepada proyek infrastruktur yang dilaksanakan berdasarkan skema KPS
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden No.38 tahun 2015 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastrutur (menggantikan Peraturan Presiden No. 67 tahun 2005 dan perubahannya) (Regulasi KPS). Sebagaimana diatur
dalam peraturan tersebut, pemberian jaminan pemerintah dapat diberikan oleh Menteri Keuangan melalui BUMN yang didirikan oleh
Pemerintah untuk melaksanakan penjaminan infrastruktur (Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur/BUPI). Berdasarkan PP No.35/2009,
PT PII didirikan sebagai BUPI melalui penanaman modal negara dengan tujuan menyediakan penjaminan infrastruktur.

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Pemberian penjaminan infrastruktur melalui PT PII diatur lebih lanjut melalui Peraturan Presiden No.78 tahun 2010 tentang Penjaminan
Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur
(Perpres 78/2010), dan Peraturan Menteri Keuangan No.260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur
dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (PMK 260/2010). Dalam buku ini, kedua regulasi tersebut kemudian
disebut

sebagai

Regulasi

Penjaminan

Infrastruktur.

Selanjutnya,

Pemerintah

melalui

Peraturan

Menteri

Keuangan

No.223/PMK.011/2012 telah menerbitkan regulasi tentang penyediaan dukungan kelayakan ( viability gap fund) sebagai salah satu
bentuk dukungan pemerintah terhadap proyek yang memiliki kelayakan ekonomi yang baik namun kelayakan finansialnya terbatas.
PMK 260/2010 pasal 11 mengamanatkan diterbitkannya suatu acuan mengenai kategori dan distribusi Risiko Infrastruktur antara
sektor publik dan swasta (Acuan Kategori dan Distribusi Risiko Infrastruktur atau singkatnya Acuan), sebagai rujukan utama bagi
PJPK dalam membuat Perjanjian KPS, mengajukan Usulan Penjaminan (UP) untuk Proyek KPS kepada PT PII, serta rujukan bagi Badan
Usaha (BU) untuk ikut menanamkan modal dan perbankan untuk mendanai Proyek KPS.
Acuan Alokasi Risiko Infrastruktur ini disusun melalui konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan utama ( key stakeholders)
antara

lain

Kementerian

Keuangan,

Bappenas,

BKPM,

PJPK

terkait

(Kementerian/Lembaga

dan

Pemerintah

Daerah),

investor/pengembang, perbankan, lembaga multilateral, dan pihak-pihak lain yang mempunyai kompetensi di bidang Risiko
Infrastruktur. Acuan ini juga merupakan bagian dari rangkaian publikasi oleh PT PII dan melengkapi Acuan Penyediaan Penjaminan
Infrastruktur yang juga menjadi referensi utama bagi PT PII dalam penyediaan penjaminan infrastruktur untuk proyek KPS di Indonesia.

STRUKTUR PROYEK KPS DI INDONESIA


Identifikasi risiko-risiko infrastruktur dalam Acuan ini mengacu kepada struktur kerjasama pemerintah dan Badan Usaha (Struktur KPS)
yang dapat berlaku menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dengan demikian, selain dari Struktur KPS secara umum
yang dapat berlaku lintas sektor, diidentifikasi pula secara spesifik sektor-sektor KPS yang termasuk dalam Acuan ini yaitu:
1. Sektor Air Minum

5. Sektor Ketenagalistrikan

2. Sektor Jalan Tol

6. Sektor Kepelabuhanan

3. Sektor Pengelolaan Limbah

7. Sektor Kebandaraan

4. Sektor Perkeretaapian
Untuk penambahan cakupan Acuan ini selanjutnya, mengacu pada Regulasi KPS yang baru, beberapa sektor infrastruktur ekonomi dan
sosial juga berpotensi untuk diterapkan yaitu sektor telekomunikasi, minyak, gas dan energi terbarukan, konservasi energi, fasilitas
perkotaan, pendidikan, olahraga & seni, pengembangan kawasan, pariwisata, kesehatan, penjara dan perumahan rakyat.

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.1

Struktur Proyek KPS secara Umum

Berdasarkan Regulasi KPS, mengacu pada regulasi sektor terkait, PJPK adalah Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, dan dalam hal
peraturan perundang-undangan penyediaan infrastruktur publik diselenggarakan atau dilaksanakan oleh BUMN/BUMD, maka PJPK
proyek sektor tersebut adalah BUMN/BUMD. Untuk keperluan penyusunan acuan ini, struktur KPS diklasifikasikan berdasarkan sifat
dari pelayanan dan pembagian risiko yang termuat dalam kontrak KPS. Modalitas yang merupakan struktur proyek KPS dasar adalah
struktur berbasis-penggunaan layanan infrastruktur (Usage-based PPP) dan struktur berbasis-ketersediaan layanan infrastruktur
(Availability-based PPP), dimana aplikasinya berdasarkan suatu kajian opsi skema kerjasama untuk merumuskan suatu business case
terhadap lingkup proyek.

2.1.1 Struktur berbasis-penggunaan layanan infrastruktur (Usage-based PPP)


Dalam struktur ini, lingkup penyediaan infrastruktur yang dikerjasamakan meliputi seluruh peran atau pekerjaan yang sebelumnya
menjadi tanggung jawab sektor publik. Sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah ini, BU secara langsung menyediakan layanan
infrastruktur kepada pelanggan retail/pengguna akhir, dimana Pemerintah lebih berperan sebagai regulator.
Sektor Publik selain
PJPK
PJPK

Sektor Publik

Konsesi

Sektor Swasta

Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi

Sponsor Proyek

Financial
Close

Kontrak
konstruksi
Transaksi
sesuai
Tarif

Operator

Pembiayaan
Ekuitas

Pembiayaan
Pinjaman

Lenders

Kontrak operasi

Pembiayaan

Konstruksi dan Operasi


Pengguna

Gambar 1.Struktur berbasis-penggunaan (Usage-based PPP atau wholesale infrastructure)

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Struktur ini kerap disebut juga sebagai model Konsesi Penuh (di Indonesia dikenal luas sebagai model Konsesi) dan umumnya
digunakan di sektor perhubungan (misal jalan tol, kereta api) dan sektor utilitas (misal air minum). Dan seperti terlihat dalam diagram
di atas, PJPK secara kontraktual sepakat untuk memberikan suatu hak pengusahaan/konsesi untuk penyediaan layanan infrastruktur
secara keseluruhan selama periode kontrak yang disepakati. Dalam sektor tertentu dimana pengusahaan oleh swasta masih dianggap
sensitif (misalnya: air minum), implementasi skema ini perlu dicermati lebih seksama terutama dalam penyusunan perjanjian
kerjasama termasuk cakupan pengusahaan suatu wilayah tertentu yang belum dijangkau layanan eksisting oleh entitas sektor publik.

2.1.2 Struktur berbasis-ketersediaan layanan infrastruktur (Availability-based PPP)


Dalam struktur ini, lingkup penyediaan infrastruktur yang dikerjasamakan hanya meliputi sebagian dari seluruh peran atau pekerjaan
yang sebelumnya menjadi tanggung jawab sektor publik. Kebanyakan dari layanan jenis ini mencakup penyediaan unit
pembangkit/pemroses (fasilitas), dan sebagian dari lingkup dapat mencakup penyediaan transmisi bahan baku untuk fasilitas atau
konstruksi dan operasi dari fasilitas, atau distribusi output fasilitas menuju jaringan utama ke pelanggan.
Sektor Publik selain
PJPK

PJPK

Transaksi
Tarif

Kontrak BOT
Perjanjian Jual Beli

Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi

Kontrak
konstruksi

Sektor Publik
Sektor Swasta

Pengguna

Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor Proyek

Financial
Close

Pembiayaan
Pinjaman

Operator

Lenders

Kontrak operasi

Konstruksi dan Operasi

Pembiayaan

Gambar 2. Struktur berbasis-ketersediaan (Availability-based PPP atauretail infrastructure)

Seperti terlihat pada diagram, BU menerima pembayaran berkala dari PJPK selama periode kontrak atas ketersediaan layanan
infrastruktur (termasuk biaya operasional yang diteruskan atau pass-through ke PJPK).

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Skema kontraktual tipe ini bisa berupa skema Build Operate Transfer (BOT) atau Build Operate Own (BOO) atau modifikasi keduanya.
Dalam skema tersebut, BU biasanya bertanggung jawab atas desain, konstruksi, pembiayaan dan operasional dan pemeliharaan (O&M)
dari fasilitas yang outputnya digunakan/dibeli oleh PJPK. Perbedaan dari keduanya adalah, berlawanan dengan BOO, skema BOT
mengharuskan pihak swasta (BU) untuk mengalihkan kepemilikan aset ke pihak publik setelah kontrak KPS berakhir.

2.1.3 Kontrak Operasi dan Pemeliharaan (O&M contract)


Sebagai tambahan terhadap 2 struktur dasar proyek KPS/PPP, mengacu juga ke Regulasi KPS dan terkait potensi implementasi
khususnya di sektor transportasi, kontrak Operasi dan Pemeliharaan (O&M contract) juga akan didiskusikan lebih jauh dalam acuan ini.
Karena skema ini tidak mencakup pelaksanaan dan pembiayaan konstruksi fasilitas (biasa disebut sebagai proyek brownfield), kontrak
O&M dapat mengacu pada suatu kontrak dimana BU adalah pihak yang diberikan hak untuk mengelola (dalam kasus tertentu:
menyewa) fasilitas dengan tanggungjawab untuk pengoperasian, pemeliharaan dan peremajaan tertentu dari fasilitas infrastruktur
tersebut.
Selama kontrak berlangsung, pihak swasta (BU)-lah yang menyediakan

layanan infrastruktur, namun kepemilikan dari fasilitas

tersebut berada pada sektor publik sebagai pihak yang melakukan investasi modal (capital investment). Di negara lain, Kontrak O&M
dapat berbentuk sebagai affermage contract dan lease contract.
Berikut ini ringkasan fitur-fitur struktur KPS/PPP dasar yang dibahas di atas.
Tabel 1. Fitur-fitur dari Opsi Struktur KPS/PPP
Kegiatan
Kepemilikan
Investasi
Produksi
Distribusi ke Pelanggan
retail/pengguna akhir

Availability-based

Usage-based

O&M

Pemerintah

Pemerintah

Pemerintah

Swasta

Swasta

Pemerintah

/-

- / sebagian (selama swasta tidak

/-

menanggung risiko permintaan)

Pemeliharaan

/-

Penagihan ke pelanggan

/-

Horison Waktu (tipikal)


Pelanggan
Sumber Arus Kas

20-30 tahun

20-30 tahun

5-15 tahun

Pembeli tunggal/Pemerintah

Pelanggan ritel

Pembeli tunggal/PJPK atau Pelanggan

Pembayaran oleh instansi utilitas

Pembayarandari pelanggan

Bagian dari revenue dari tarif

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2

Struktur KPS pada masing-masing Sektor Infrastruktur

2.2.1 Struktur KPS sektor Air Minum


Struktur KPS di sektor air minum mengacu kepada perundang-undangan yang berlaku terkait
sistem penyediaan air minum serta Regulasi KPS. Struktur KPS dapat melibatkan PDAM sebagai
perusahaan utilitas pemerintah daerah, untuk menjadi PJPK. Jika proyek mencakup wilayah di luar
wilayah pelayanan PDAM, maka akan melibatkan Kepala Daerah untuk memasuki perjanjian KPS
dengan BU. Sejalan dengan regulasi dan implementasi proyek saat ini, ada dua jenis struktur KPS
yang dapat diterapkan, yaitu: struktur Konsesi Penuh (struktur berbasis penggunaan), dan struktur
konsesi sebagian (BOT) (struktur berbasis ketersediaan).

2.2.1.1. Struktur Konsesi Penuh Air Minum


DPRD

Pemda

Badan Regulator

Kepala Daerah
sebagai PJPK

Sektor Publik

PDAM

Konsesi

Sektor Swasta

Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi

Badan Usaha

Sponsor Proyek

Financial
Close

Kontrak
konstruksi
Perjanjian Sambungan
Transaksi sesuai tarif

Operator

Pembiayaan
Ekuitas

Pembiayaan
Pinjaman

Kontrak operasi
Konstruksi dan Operasi

Pelanggan

Pembiayaan

Gambar 3. Struktur Konsesi Penuh Air Minum

Lenders

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Struktur Konsesi Penuh untuk sektor air minum meliputi (hampir) seluruh lingkup yang dapat diberikan pengusahaan oleh pihak
swasta, yaitu Transmisi, Produksi, Operasi dan Pemeliharaan, Distribusi dan Penagihan ke Pelanggan. Biasanya opsi ini digunakan
untuk wilayah layanan baru yang membutuhkan investasi yang signifikan bagi PDAM (sebagai pengelola sektor air minum eksisting).
Risiko pasar dan risiko kenaikan tarif merupakan jenis risiko utama bagi pihak swasta dalam implementasi struktur ini.

2.2.1.2. Struktur BOT Air Minum


Dalam struktur BOT, kredibilitas PJPK memegang peranan penting dalam kesuksesan implementasi proyek. Pihak swasta dapat
mengelola salah satu dari Transmisi, Produksi, Operasi dan Pemeliharaan, Distribusi atau setiap kombinasinya, tetapi tidak
menanggung risiko permintaan atau tugas penagihan biaya ke pelanggan. Dalam konteks perjanjian kerjasama, air hasil dari proses
pengolahan oleh BU kemudian disalurkan kepada PJPK dimana BU akan mendapatkan imbal jasa atas jasa pengolahan air tersebut.
DPRD

Pemda

Badan Regulator

Kepala Daerah
sebagai PJPK

PDAM

Perjanjian Sambungan
Transaksi sesuai tarif

Bangun Guna Serah


(BOT/Built Operate Transfer )

Sektor Publik
Sektor Swasta

Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi

Operator

Badan Usaha

Kontrak
konstruksi

Kontrak operasi

Pelanggan
Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor Proyek

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Konstruksi dan Operasi

Lenders

Pembiayaan

Gambar 4. Struktur BOT Air Minum

Dengan demikian, untuk kesuksesan transaksi proyek dengan struktur ini, pihak swasta (terutama lender) perlu diyakinkan bahwa PJPK
memiliki kelayakan kredit yang baik untuk melakukan pembayaran imbal jasa secara periodik selama masa kontrak.

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.2 Struktur KPS sektor Pengelolaan Limbah


Dalam sektor pengelolaan limbah, baik itu persampahan maupun pengelolaan air limbah, struktur proyek dapat menggunakan skema
KPS berbasis ketersediaan atau struktur BOT. Sebagaimana dalam sektor air minum, mengacu pada regulasi, pihak yang dapat menjadi
PJPK dalam sektor ini adalah Pemerintah Daerah (misal pemerintah kabupaten, kota atau provinsi).

2.2.2.1. BOT Persampahan


Mengacu pada Regulasi KPS saat ini, ruang lingkup yang dapat dikerjasamakan adalah pengolahan
sampah. Artinya, BU dapat mencakup pembangunan dan pengelolaan fasilitas pengolahan sampah
di tempat pembuangan akhir (TPA), namun biasanya tidak termasuk pengumpulan sampah
maupun penagihan ke pelanggan retail/pengguna akhir. Mengacu pada arah kebijakan, lingkup
pengangkutan sampah memiliki potensi untuk dikerjasamakan, namun lingkup tersebut belum
termasuk dalam pengaturan dalam Regulasi KPS.

Gambar 5. Struktur KPS Pengelolaan Sampah

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Pemerintah Daerah selaku PJPK (umumnya selaku penyedia sampah yang mengumpulkan pembayaran dari pelanggan retail/pengguna
akhir dan lokasi lainnya) memberikan pembayaran atas pelayanan yang diberikan BU baik dalam pengangkutan maupun di TPA berupa

tipping fee. Bergantung kepada pemilihan teknologi yang diterapkan pada proyek, output dari proses yang dilakukan oleh BU dapat
dimanfaatkan atau dijual untuk menghasilkan pendapatan tambahan kepada BU (misalnya penjualan listrik ke PLN selaku utilitas listrik
atau penjualan hasil olahan berupa kompos atau batako). Pada akhir masa kontrak BOT, kepemilikan dari TPA dialihkan kepada PJPK.

2.2.2.2. BOT Pengelolaan Air Limbah


Sebagaimana sektor persampahan, proyek pengelolaan air limbah dapat dilaksanakan dengan
struktur BOT. Dalam hal ini BU hanya bertanggung jawab dalam pembangunan dan operasi tempat
pengolahan dan jaringan pengumpul air limbah, namun biasanya tidak termasuk tugas pengumpulan
air limbah dari dan/atau penagihan ke pelanggan retail/pengguna akhir.
DPRD

Pemda

Perusahaan Utilitas
Daerah

Kepala Daerah
sebagai PJPK

Badan Regulator

Bangun Guna Serah

Konsumen
Residensial/Industri

Sektor Publik

(BOT/Built Operate Transfer )

Sektor Swasta

Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi

Badan Usaha

Kontrak
konstruksi

Pembiayaan
Ekuitas

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Operator

Sponsor
Proyek

Lenders

Kontrak operasi
Konstruksi dan Operasi

Pembiayaan

Gambar 6. Struktur KPS Pengelolaan Air Limbah

Pemerintah Daerah selaku PJPK memberikan pembayaran atas pelayanan yang diberikan fasilitas BU. Pada akhir masa kontrak BOT,
kepemilikan dari fasilitas dialihkan kepada PJPK sebagai operator fasilitas sampai akhir usia aset tersebut.

10

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.3 Struktur KPS Sektor Jalan Tol


Pada sektor jalan tol di Indonesia, sejauh ini KPS dilakukan melalui skema berbasis penggunaan. PJPK dalam sektor ini adalah Badan
Pengatur Jalan Tol (BPJT), Kementerian Pekerjaan Umum.

2.2.3.1. Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol


Pada struktur ini, pengguna membayar atas pelayanan jalan tol kepada BU selaku pemegang (hak)
Konsesi Penuh yang bertanggung jawab untuk melakukan desain, konstruksi, operasi dan perawatan
fasilitas hingga akhir masa kontrak. Konsesi biasanya diberikan kepada BU sektor swasta dengan
struktur BOT. Mirip dengan struktur Konsesi Penuh pada sektor lain yang sifatnya greenfield, risiko
permintaan dan risiko terkait tarif adalah risiko yang menjadi fokus perhatian BU. Untuk ruas jalan
baru dimana volume pengguna kendaraan masih terbatas dan tidak pasti, pihak BU biasanya
memerlukan dukungan fiskal terhadap risiko permintaan, baik langsung maupun tidak langsung.
Menteri PU sebagai
Badan Regulator
Badan PengaturJalan Tol (BPJT)
sebagai PJPK a/n Menteri PU

Sektor Publik

Konsesi

Kontrak KPS

Konsultan
Desain

Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi

Sektor Swasta

Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor Proyek

Financial
Close

Kontrak
konstruksi
Transaksi
sesuai
Tarif

Operator

Pembiayaan
Pinjaman

Lenders

Kontrak operasi
Konstruksi dan Operasi

Pengguna
(Kendaraan)

Pembiayaan

Gambar 7. Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol

11

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.3.2. O&M Jalan Tol


Dalam struktur ini, lingkup KPS umumnya adalah untuk proyek brownfield dimana pekerjaan desain, konstruksi dan pembiayaan
fasilitas jalan tol tersebut tidak menjadi lingkup pekerjaan BU. Struktur ini dapat dipilih pada kasus dimana suatu ruas jalan tol tidak
mampu mencapai kelayakan secara komersial yang baik jika biaya investasi termasuk ke dalam lingkup KPS yang ditawarkan.
BU selaku operator (dalam kontrak jenis ini) akan memelihara fasilitas dan menerima pembayaran atas layanan jalan tol sesuai tarif
dari pengguna atas nama pemerintah (sebagai pemilik jalan tol). Dalam praktiknya, BU dapat membayar suatu concession fee kepada
PJPK dan menyimpan sisa pendapatan dari tarif yang sudah diterima, sebagai insentif kepada BU dalam menjaga kualitas pelayanan.
Menteri PU sebagai
Badan Regulator
Badan PengaturJalan Tol (BPJT)
sebagai PJPK a/n Menteri PU

Sektor Publik

Konsesi

Sektor Swasta

Kontrak KPS

Operator

Badan Usaha
Kontrak
operasi

Sponsor Proyek

Financial
Close
Transaksi
sesuai
Tarif

Konstruksi fan Operasi

Pembiayaan
Ekuitas

Pengguna
(Kendaraan)

Pembiayaan
Pinjaman

Pembiayaan

Gambar 8. Struktur O&M Jalan Tol

Lenders

12

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.3.3. Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M


Struktur kombinasi ini bisa diaplikasikan sebagai suatu solusi terhadap suatu jaringan jalan tol yang terdiri dari ruas yang dibangun
dan dibiayai dari berbagai sumber pendanaan terkait profil kelayakan finansial yang berbeda. Dalam struktur ini, lingkup pekerjaan
yang dikerjasamakan dibedakan berdasarkan ruas, namun menjadi lingkup kontrak untuk seluruh jaringan. Dengan demikian profil
risiko para pihak akan sangat berbeda tergantung ruas mana yang menjadi perhatian.
Menteri PU sebagai
Badan Regulator

Kontrak
desain

Konsultan
Desain ruas A
Kontraktor
Konstruksi ruas A

Badan PengaturJalan Tol (BPJT)


sebagai PJPK a/n Menteri PU
Kontrak
konstruksi

Kontrak Konsesi dan


O&M

Kontrak
desain

Konsultan
Desain ruas B

Kontrak
konstruksi

Operator
ruas A dan B

Sektor Swasta

Kontrak KPS

Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi ruas B

Sektor Publik

Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor Proyek

Financial
Close

Kontrak
operasi

Konstruksi fan Operasi

Transaksi
sesuai
Tarif

Pengguna
(Kendaraan)

Pembiayaan
Pinjaman

Pembiayaan

Gambar 9. Struktur Konsesi Jalan Tol

Lenders

13

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.4 Struktur KPS Sektor Perkeretaapian


Seperti halnya dalam sektor transportasi (darat) lainnya, KPS infrastruktur dapat diupayakan dengan skema berbasis penggunaan.
Sesuai regulasi yang berlaku, PJPK dalam sektor ini adalah Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan / Kemenhub).

2.2.4.1. Konsesi Penuh Perkeretaapian


Dalam struktur Konsesi Penuh, Pemerintah dapat memberikan kewenangan bagi BU untuk
mengumpulkan pendapatan langsung dari pelanggan retail/pengguna akhir. Lingkup kerja BU
dapat meliputi, penyediaan dan pengoperasian layanan dan infrastruktur perkeretaapian
terhadap aset rolling stock (kereta api dan gerbong pengangkut), stasiun atau track (jalur
kereta) saja.
Menteri Perhubungan
sebagai Regulator
Dirjen Perkeretaapian
sebagai PJPK a/n Menhub

Sektor Publik

Konsesi

Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi

Sektor Swasta

Kontrak KPS

Konsultan
Desain

Kontrak
konstruksi

Operator
Kontrak operasi
Konstruksi dan Operasi

Transaksi
sesuai Tarif
Pengguna Akhir
(Penumpang/Kargo)

Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor
Proyek

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Lenders

Pembiayaan

Gambar 10. Struktur Konsesi Penuh Perkeretaapian

Terkait biaya investasi yang besar dan pengaturan terhadap tarif (regulated), pengalaman di negara lain menunjukkan proyek akan
sangat sulit memenuhi kelayakan finansial bila lingkup pengusahaan mencakup aset rolling stock, stasiun dan track sekaligus, kecuali
menyertakan lingkup pemanfaatan komersial untuk area sekitar stasiun atau konsep transit-oriented development (TOD).

14

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.4.2. O&M Perkeretaapian


Serupa dengan struktur O&M di proyek jalan tol, skema KPS ini umumnya dirancang untuk proyek brownfield dimana pekerjaan
desain, konstruksi dan pembiayaan fasilitas jalur kereta tersebut tidak menjadi lingkup pekerjaan BU.

Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi

Kontrak
desain

Menteri Perhubungan
sebagai Regulator
Dirjen Perkeretaapian
sebagai PJPK a/n Menhub

Kontrak
konstruksi

Sektor Publik

Konsesi

Sektor Swasta

Kontrak KPS

Operator

Badan Usaha
Kontrak
operasi

Transaksi
sesuai Tarif
Pengguna Akhir
(Penumpang/Kargo)

Konstruksi dan Operasi

Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor
Proyek

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Lenders

Pembiayaan

Gambar 11. Struktur O&M Perkeretaapian

Operator akan memelihara fasilitas dan menerima pembayaran atas layanan sesuai tarif dari pelanggan retail/pengguna akhir atas
nama pemerintah (sebagai pemilik jalur kereta). Pendapatan kemudian dihitung sebagai porsi dari tarif yang sudah diambil.

15

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.5 Struktur KPS Sektor Ketenagalistrikan


Di sektor listrik, KPS telah diterapkan hanya untuk lingkup pembangkitan tenaga listrik, melalui skema
Pembangkit Listrik Independen (Independent Power Producer atau IPP), dan tidak termasuk penyediaan
layanan infrastruktur lainnya (seperti transmisi, distribusi, dan penagihan tarif). Meskipun dapat
menggunakan skema BOT dan BOO, sebagai proyek KPS di Indonesia cenderung menggunakan struktur
BOT saja dimana kepemilikan aset pembangkit ditransfer ke sektor publik (PLN) setelah berakhirnya
kontrak KPS (dimana selama masa kontrak pembangkit tersebut dimiliki oleh pihak IPP swasta).

2.2.5.1. BOT Ketenagalistrikan


Secara kontraktual, badan usaha swasta atau IPP bertanggung jawab atas desain, konstruksi, pembiayaan serta operasi dan
pemeliharaan dari fasilitas pembangkit tenaga listrik (pembangkit). Tenaga listrik yang dihasilkan kemudian dijual oleh BU kepada PLN
sebagai badan usaha milik negara (juga sebagai PJPK) melalui sebuah perjanjian pembelian listrik (Power Purchase Agreement / PPA).
Kementerian ESDM
sebagai Regulator
PT PLN
sebagai PJPK

Perjanjian Sambungan
Transaksi sesuai tarif

Jual Beli Listrik


(BOT/Built Operate Transfer)

Sektor Publik
Sektor Swasta

Kontrak KPS
Pelanggan

Konsultan
Desain

Badan Usaha

(Independent Power Producer)


Kontraktor
Konstruksi

Operator

Sponsor Proyek

Financial
Close

Kontrak
konstruksi

Kontrak operasi

Konstruksi dan Operasi

Pembiayaan
Ekuitas

Pembiayaan
Pinjaman

Lenders

Pembiayaan

Gambar 12. Struktur BOT Ketenagalistrikan

PLN sebagai pembeli tunggal listrik (single off-taker) akan membayar listrik dari BU secara berkala dengan dasar pembayaran ambilatau-bayar (take-or-pay) selama masa PPA. Sehingga, risiko pemenuhan kewajiban finansial PLN selalu menjadi risiko utamanya.

16

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.5.2. BOT Mulut Tambang


Proyek pembangkit listrik mulut tambang adalah proyek PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap/batubara) dengan fitur berikut:
-

Dibangun dengan alasan utama untuk meminimalkan risiko ketidakpastian suplai dan risiko kenaikan harga batubara;

Komponen biaya transportasi batubara yang relatif rendah karena lokasi tambang batubara dekat dengan pembangkit;

Kualitas batubara yang dipasok relatif rendah sehingga dibutuhkan fasilitas/teknologi yang dapat meningkatkan kualitas batubara
tersebut yang mengakibatkan biaya kontruksi pembangkit yang relatif tinggi dibandingkan dengan PLTU lainnya; dan

Lokasi pembangkit relatif terpencil dari jalur transmisi utama sehingga membutuhkan biaya untuk fasilitas transmisi tambahan
Kementerian ESDM
sebagai Regulator
Kepemilikan
Badan Usaha
Pemasok Batubara

Perjanjian Sambungan
Transaksi sesuai tarif

Jual Beli Listrik

Sektor Publik

Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi
Operator
Pembangkit

Kontrak KPS
Pelanggan

(Independent Power Producer)

Kontrak desain
Kontrak konstruksi

Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor Proyek

variasi

terhadap

skema

alokasi

risiko

dalam

Pembiayaan
Pinjaman

mulut

tambang

ini

tidak

dipilih.

Faktor

kepemilikan

tambang

batubara, penentuan lokasi tambang dan


pembangkit

sangat
risiko

menentukan

dialokasikan

pada

proyek jenis ini. Sebagai ilustrasi dalam


menyusun matriks risiko, opsi struktur

Financial
Close

proyek yang dipilih adalah jenis kontrak


Lenders

BOT (karena pertimbangan teknologi yang


relatif tinggi) dan dimana lokasi tambang
pemasok batu bara pembangkit swasta

Kontrak operasi

Konstruksi dan Operasi

KPS,

bagaimana

Badan Usaha

Operator
Tambang

proyek

hanya tergantung dari struktur KPS yang

Sektor Swasta

Kontrak
Suplai
Batubara

suatu

pembangkit

PT PLN
sebagai PJPK

(BOT/Built Operate Transfer )


Kontrak
operasi

Sebagai

Pembiayaan

ditentukan oleh (dan kemudian dimiliki


oleh) PLN yang juga sebagai PJPK.

Gambar 13. Struktur BOT Mulut Tambang

Seperti terlihat dari struktur di atas, lingkup pekerjaan yang dikerjasamakan tidak berbeda dengan tipikal struktur BOT yaitu pekerjaan
detail desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan fasilitas pembangkit dalam rangka penyediaan listrik untuk kemudian dibeli secara
berkala dan didistribusikan oleh PLN ke pelanggan. Perbedaan utamanya adalah pada profil risiko bagi para pihak, terutama risiko
ketidakpastian suplai dan kenaikan harga batubara (selain risiko dalam akuisisi dan pengoperasian tambang bagi PLN dalam opsi ini).

17

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.6 Struktur KPS Sektor Kepelabuhanan


Dalam sektor ini, kerangka regulasi sektor pelabuhan di Indonesia memungkinkan struktur
KPS berbasis penggunaan (atau Konsesi Penuh), dimana PJPK pada sektor ini adalah Otoritas
Pelabuhan (OP) di bawah Kemenhub.

2.2.6.1. Konsesi Penuh Kepelabuhanan


Dalam struktur Konsesi Penuh, pelanggan retail/pengguna akhir dari KPS ini dapat
merupakan penumpang, perusahaan pelayaran, dan / atau perusahaan ekspedisi barang
(kargo atau kontainer).
Menteri Perhubungan
sebagai Regulator
Otoritas Kepelabuhanan
sebagai PJPK a/n Menhub

Sektor Publik

Konsesi

Kontrak KPS

Konsultan
Desain

Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi

Sektor Swasta

Kontrak
konstruksi

Operator
Kontrak operasi

Transaksi
sesuai Tarif
Pengguna
(Penumpang/Kargo)

Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor
Proyek

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Konstruksi dan Operasi

Lenders

Pembiayaan

Gambar 14. Struktur Konsesi Penuh Kepelabuhanan

Dalam sektor ini, dimana proyek Tanah Ampo diupayakan sebagai KPS, belum ada proyek yang berhasil dilaksanakan dengan skema
berdasarkan Regulasi KPS. Mengacu pada model bisnis yang lazim sebagai skema KPS di sektor ini, skema yang dapat menjadi opsi
implementasi adalah model LPA (Landlord Port Authority) dimana pemerintah dapat menyewakan lahan (greenfield) atau mendapatkan

concession fee atas pengusahaan pelabuhan yang sudah ada beserta fasilitasnya (brownfield) kepada BU swasta. Dalam hal ini, BU

18

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

dapat membangun atau mengembangkan infrastruktur kepelabuhanan yang ada (misalnya: pergudangan, penumpukan) untuk
meningkatkan layanan infrastruktur dalam pengoperasiannya, dan mendapatkan pembayaran dari pengguna atas layanan pelabuhan.
Dalam skema ini, dimana risiko permintaan umumnya akan diserap oleh swasta. Pemerintah (sebagai landlord) dapat menerima
pembayaran atas sewa tersebut atau concession fee dari BU sehingga, , dapat dimanfaatkan untuk memulihkan sebagian atau seluruh
biaya pengadaan tanah dan fasilitas pendukung (misalnya break water, akses jalan dan fasilitas pendukung lainnya) yang menjadi
kewajiban pemerintah dalam skema KPS ini. Besarnya sewa atau concession fee tersebut biasanya menjadi kriteria penentuan
pemenang lelang KPS; dengan kata lain, ditentukan oleh seberapa besar minat para investor.
Terhadap model LPA ini, khususnya untuk kondisi saat ini di Indonesia masih agak sulit diterapkan. Selain kapasitas anggaran
Pemerintah yang terbatas untuk membiayai investasi infrastruktur dasar yang besar, penentuan instansi Pemerintah yang menjadi

landlord (misalnya antara OP atau BUMN pelabuhan) juga harus dikaji lebih jauh dalam menyusun skema transaksi KPS tersebut.
2.2.7 Struktur KPS Sektor Kebandaraan
Dalam sektor ini, sejauh ini belum ada proyek yang dilaksanakan dengan skema
berdasarkan Regulasi KPS. Mengacu pada UU No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan
pasal 235, pelayanan jasa kebandarudaraan dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha Bandar
Udara (BUBU) berdasarkan konsesi dan atau bentuk lainnya (termasuk BOT dan kontrak
manajemen) dimana PJPK adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud),
Kemenhub.
Secara umum, lingkup pekerjaan dan jenis infrastrukturnya dapat terbagi menjadi:

Infrastruktur bandara, terdiri atas:


o

Air-side: landasan pacu, taxyway, apron, air traffic control (ATC)


Land-side: terminal

Area komersial sekitar bandara

Infrastruktur akses transportasi


o

Akses kereta api

Akses jalan

Terhadap opsi kerjasama melalui skema KPS, karena jenis infrastruktur tertentu sifatnya tidak komersial (khususnya Air-side), perlu
evaluasi terhadap kebutuhan peran BU swasta, baik untuk area brownfield (terhadap bandara yang sudah beroperasi) atau area

19

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

greenfield (bandara di lokasi baru). Sebagai contoh, untuk melibatkan BU swasta dalam area greenfield, Pemerintah perlu terlebih dulu
menyiapkan infrastruktur akses transportasi yang memadai termasuk membangun infrastruktur Air-side dari sumber pendanaan lain.

2.2.7.1. Konsesi Penuh Kebandaraan


Dalam struktur Konsesi Penuh, KPS pada sektor kebandaraan dapat meliputi penyediaan dan pengoperasian layanan dan infrastruktur.
Pemerintah dapat memberikan kewenangan bagi BU untuk memperoleh pendapatan langsung dari pelanggan retail/pengguna akhir
yaitu penumpang, maskapai penerbangan dan/atau perusahaan ekspedisi barang seperti kargo.
Menteri Perhubungan
sebagai Regulator
Dirjen Perhubungan Udara
sebagai PJPK a/n Menhub

Sektor Publik

Konsesi

Kontrak KPS

Konsultan
Desain

Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi

Sektor Swasta

Kontrak
konstruksi

Operator
Kontrak operasi

Transaksi
sesuai Tarif
Pengguna
(Penumpang/Kargo)

Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor
Proyek

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Konstruksi dan Operasi

Lenders

Pembiayaan

Gambar 15. Struktur Konsesi Penuh Kebandaraan

Konsesi penuh biasanya diberikan kepada BU sektor swasta menggunakan struktur BOT, khususnya dalam konteks ekspansi di area

brownfield. Lingkup kerja dari BU, seperti yang diatur dalam peraturan yang berlaku, adalah mengembangkan dan mengoperasikan
baik prasarana bandara maupun jasa-jasa yang ada sehingga juga dimungkinkan untuk menyertakan lingkup pemanfaatan komersial
untuk area bandara kepada BU. Untuk area greenfield, skema KPS lebih dimungkinkan untuk tidak menyertakan pembangunan
infrastruktur Air-side sebagai lingkup yang dikerjasamakan dengan BU.

20

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.7.2. O&M Kebandaraan


Serupa dengan struktur O&M di proyek transportasi lainnya, skema KPS ini umumnya dirancang untuk proyek brownfield dimana
pekerjaan desain, konstruksi dan pembiayaan fasilitas kebandaraan tersebut tidak menjadi lingkup pekerjaan BU.
Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi

Kontrak
desain

Menteri Perhubungan
sebagai Regulator
Dirjen Perhubungan Udara
sebagai PJPK a/n Menhub

Kontrak
konstruksi

Sektor Publik

Konsesi

Sektor Swasta

Kontrak KPS

Operator

Badan Usaha
Kontrak
operasi

Transaksi
sesuai Tarif
Pengguna Akhir
(Penumpang/Kargo)

Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor
Proyek

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Konstruksi dan Operasi

Lenders

Pembiayaan

Gambar 16. Struktur O&M Kebandaraan

Operator akan memelihara fasilitas dan menerima pembayaran atas layanan sesuai tarif dari pelanggan retail/pengguna akhir atas
nama pemerintah (sebagai pemilik infrastruktur). Pendapatan kemudian dihitung sebagai porsi dari tarif yang sudah diambil.

21

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

PENILAIAN ASPEK ALOKASI RISIKO UNTUK PROYEK KPS DAN PENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR
3.1

Prinsip Alokasi Risiko dalam konteks Implementasi Proyek KPS

Pada tahap penyiapan proyek KPS, kesesuaian alokasi risiko menjadi substansi analisis risiko dalam studi kelayakan proyek
Dalam konteks transaksi proyek KPS, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian Kerjasama (Perjanjian KPS) perlu memenuhi
prinsip Alokasi Risiko. Alokasi risiko secara kontraktual yang optimal berbanding lurus dengan value for money yang maksimal.

Prinsip yang lazim diterapkan untuk alokasi risiko adalah bahwa (lihat gambar 17),
Risiko sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang relatif lebih mampu mengelolanya atau dikarenakan memiliki biaya terendah
untuk menyerap risiko tersebut. Jika prinsip ini diterapkan dengan baik, diharapkan dapat menghasilkan premi risiko yang
rendah dan biaya proyek yang lebih rendah sehingga berdampak positif bagi pemangku kepentingan proyek tersebut.
Langkah 1: "Kemungkinan Keterjadian Risiko"
Risiko harus dapat dialokasikan Langkah 2: "Dampak Risiko"
kepada pihak yang paling
mampu mengendalikan
kemungkinan keterjadiannya

Risiko harus dapat dialokasikan


kepada pihak yang paling
mampu mengendalikan dampak
risiko terhadap proyek

Langkah 3: 'Biaya Risiko Terendah"


Risiko harus dapat dialokasikan kepada
pihak yang paling mampu menyerap risiko
dengan biaya terendah jika kemungkinan
dan dampak tidak dapat dikendalikan

Gambar 17. Urutan Logika dalam Alokasi Risiko KPS

Secara konseptual, penerapan prinsip tersebut di proyek KPS adalah sebagai berikut (lihat juga Kotak Teks 1):

Risiko yang berdasarkan pengalaman sulit untuk dikendalikan pemerintah agar memenuhi asas efektivitas biaya (konstruksi,
operasi), sebaiknya ditanggung pihak swasta;

Risiko yang berada di luar kendali kedua belah pihak, atau sama-sama dapat dipengaruhi kedua belah pihak sebaiknya
ditanggung bersama (kejadian kahar);

Risiko yang dapat dikelola pemerintah, karena posisinya lebih baik atau lebih mudah mendapatkan informasi dibandingkan
swasta (risiko peraturan atau legislasi) sebaiknya ditanggung pemerintah;

Risiko yang walaupun sudah ditransfer, tetap memberikan eksposur kepada pemerintah atau PJPK (menghambat tersedianya
layanan penting ke masyarakat), dimana jika BU gagal memenuhi kewajiban maka pemerintah dapat mengambil alih proyek.

22

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Potensi kasus proyek: penyediaan infrastruktur sosial yang kritikal dan jasa terkait.

Kotak Texs 1: Pertanyaan Kunci dalam Menentukan Alokasi Risiko


Beberapa pertanyaan perlu dijawab dari perspektif baik lembaga publik maupun entitas swasta; Awalnya dapat dengan menanyakan: Sejauh mana pihak publik

Mengelola kemungkinan risiko terjadi?

Mengelola dampak risiko tersebut?

Menyerap/menanggung dampak risiko?

Mengambil langkah-langkah spesifik dalam mengelola risiko tersebut?


Logikanya, pertanyaan yang sama dapat diajukan atas kemampuan entitas swasta dalam KPS. Yang pada akhirnya, kita dapat menjawab:: Siapa yang paling mampu
mengelola dan menyerap risiko ini?
Sebagai tambahan pertimbangan diatas, perlu dijawab untuk menjawab beberapa hal berikut:

Kontrak yang serupa: Adakah alasan khusus untuk berbeda dari alokasi risiko tertentu dalam transaksi sebelumnya dan tercermin dalam perjanjian KPS?

Marketability: Apakah ada alasan untuk berasumsi bahwa sektor swasta tidak akan menerima risiko atau juga menentukan nilai risiko yang terlalu tinggi?

Insentif: Apakah ada mekanisme alokasi risiko yang berpotensi menciptakan unintended incentives untuk sektor swasta?

Pendekatan holistik: Apakah ada mekanisme alokasi risiko yang berpotensi menciptakan daerah abu-abu dalam hal tanggung jawab?

3.1.1 Implementasi Alokasi Risiko dalam Penyiapan dan Transaksi Proyek KPS
Umumnya, sebagaimana dalam Kotak Teks 2, penerapan alokasi risiko mulai dilakukan sejak penyiapan proyek KPS, melalui suatu
analisi risiko proyek sebagai bagian studi kelayakan proyek (kemudian menjadi dasar penyusunan draft Perjanjian KPS).
Kotak Teks 2: Proses, waktu, informasi, dan keahlian yang dibutuhkan dalam alokasi risiko KPS

Proses: Alokasi risiko merupakan inti dari penstrukturan berbagai metode penyediaan, serta membutuhkan pengalaman transaksi dan pengetahuan pasar.
Waktu: Alokasi risiko awal perlu ditentukan sebelum penyusunan perjanjian KPS selesai. Dalam prakteknya, proses penyusunan perjanjian tersebut sering
memicu diskusi tentang alokasi risiko, dan hal ini dapat difasilitasi dengan suatu penilaian risiko.
Informasi: Alokasi risiko yang optimal dalam suatu KPS adalah spesifik terhadap proyek dan berkembang dari waktu ke waktu. Sebuah titik awal yang baik
adalah dengan melihat transaksi sebelumnya untuk memahami pertimbangan dalam alokasi risiko. Alokasi risiko yang optimal dalam PPP berkembang dari
waktu ke waktu; perlu melihat kontrak yang lebih terkini.
Keahlian: Seperti dalam langkah lainnya dalam penilaian risiko, alokasi risiko membutuhkan masukan dari berbagai disiplin ilmu:
o
Tenaga ahli teknis, lingkungan, perijinan, dan lalu lintas dan pendapatan untuk menentukan ukuran dan kemampuan pengelolaan berbagai tipe risiko.
o
Tenaga ahli biaya, untuk menentukan biaya upaya mitigasi risiko.
o
Tenaga ahli asuransi, untuk menentukan kemungkinan asuransi dari sejumlah risiko (memfasilitasi transfer risiko ke sektor swasta).
o
Tenaga ahli hukum, untuk menyediakan kerangka alokasi risiko yang didefinisikan dalam perjanjian KPS.
o
Tenaga ahli keuangan, untuk menentukan marketability dari suatu risiko.
Lebih diminati tenaga ahli tersebut telah terlibat dalam identifikasi risiko proyek untuk memastikan pemahaman yang baik atas risiko tertentu.

23

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Dalam mengevaluasi alokasi risiko, sebagai bagian dari dokumen tender dalam tahap transaksi proyek, draft Perjanjian KPS
tersebut akan mencerminkan bagaimana alokasi risiko-risiko yang diidentifikasi dan dievaluasi sebelumnya kepada para pihak
terkait (BU dan PJPK) dalam bentuk klausul kontraktual.

Dari klausul kontrak tersebut, risiko dapat digambarkan berdasarkan peristiwa pemicunya, periode terjadinya dan konsekuensi
bagi para pihak apabila risiko tersebut terjadi, baik berupa kewajiban fisik ataupun kewajiban finansial sebagaimana dapat
diilustrasikan secara sederhana dalam Gambar 18. berikut:
Alokasi Risiko dalam Perjanjian KPS
PJPK

Bersama

BU

A
B*
C
D*
E
F*

*: Risiko yang mengarah pada kewajiban finansial tertentu dari pihak yang menanggungnya
Gambar 18. Ilustrasi Alokasi Risiko dalam suatu Perjanjian KPS

Sebagai catatan, kewajiban finansial secara kontraktual muncul dari peristiwa risiko yang merupakan compensation event dan

bukan dari yang sifatnya relief event (hanya perlu perpanjangan waktu saja, tanpa kompensasi finansial).

Menentukan alokasi risiko yang optimal dapat cukup menantang. Dalam suatu diskusi alokasi risiko, peserta diminta untuk
bersama-sama menjawab pertanyaan kunci seperti yang dijelaskan dalam Kotak Teks 1. Hal ini penting untuk bersama-sama
menentukan argumen yang meyakinkan bagi alokasi risiko untuk masing-masing risiko.

Langkah selanjutnya adalah menentukan mekanisme yang mencerminkan alokasi risiko ini. Kebanyakan mekanisme seperti
definisi, dan kompensasi, supervening events, adalah standar, dan telah digunakan di sebagian besar transaksi KPS sebelumnya.
Namun, pertimbangan spesifik proyek dapat membawa penyesuaian dalam mekanisme ini.

Secara umum, pengalokasian risiko dalam suatu kontrak KPS kepada para pihak adalah sebagai berikut:
o

BU biasanya menanggung risiko terkait financing, design, construction, procurement, operation dan maintenance (kemudian
menalihkan sebagian risiko ke peserta lainnya, konsultan desainer/kontraktor/pemasok/operator/pengguna).

PJPK mewakili Pemerintah biasanya menanggung risiko politik, termasuk perubahan peraturan perundangan yang faktor
pemicunya (relatif atau lebih dapat) dikendalikan oleh pemerintah.

Keduanya berbagi risiko terkait Keadaan Kahar/Force Majeure.

24

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

3.1.2 Implementasi Alokasi Risiko dalam Proses Penyediaan Penjaminan Proyek KPS oleh PT PII
Pada dasarnya, penjaminan infrastruktur oleh PT PII mencakup kewajiban finansial PJPK dalam suatu perjanjian KPS, dimana alokasi
penganggaran PJPK dan mekanisme keuangannya perlu ditetapkan dalam memastikan pemenuhan kewajiban finansialnya tersebut.
Dalam menentukan cakupan penjaminan risiko infrastruktur dalam suatu proyek KPS tersebut, sesuai mandat dalam regulasi, PT PII
mengevaluasi, antara lain, kesesuaian draft perjanjian KPS dengan prinsip alokasi risiko, sebagaimana digambarkan sebagai berikut.
PROSES PENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR OLEH PII

1. Consultation
and Guidance

2. Screening

3. Appraisal

4. Structuring

Evaluasi aspek lainnya

Evaluasi aspek lainnya

Evaluasi Aspek Risiko

Evaluasi Dampak Penjaminan

Usulan Penjaminan (UP)


Draft Perjanjian KPS
Matriks Risiko dan
Rencana Mitigasi Risiko
Jenis risiko yang
diminta untuk dijamin

Sesuai
Prinsip
Alokasi
Risiko?

Ya

Cakupan risiko yang


dipertimbangkan untuk
dijamin oleh PII

Tidak

Tidak dapat
dijamin

Analisis
Kelayakan
Penjaminan

Tidak Layak

Acuan Risiko PII


Kategori Risiko KPS
& Matriks Risiko KPS

Layak

Cakupan risiko untuk


evaluasi struktur
penjaminan

Analisis
Kapasitas
Penjaminan

Cakupan risiko
penjaminan PII

Cakupan risiko

Co-guarantor

Kerangka Regulasi KPS dan Penjaminan infrastruktur


Perpres 67/2005
j.o. 13/2010 j.o
56/2011
(Infrastruktur KPS)

Perpres 78/2010
(Penjaminan
Infrastruktur)

PMK 260/2010
(Juklak Perpres
78/2010)

Prinsip
Alokasi
Risiko

Gambar 19. Kaitan Acuan Risiko PT PII dan Kerangka Regulasi Penjaminan Infrastruktur

Terhadap cakupan penjaminan infrastruktur oleh PT PII, Regulasi Penjaminan Infrastruktur mendefinisikan bahwa kewajiban finansial
PJPK dalam kontrak KPS tersebut timbul akibat risiko yang disebabkan oleh peristiwa penyebab (triggering events) sebagai berikut:

25

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

a) tindakan atau tiadanya tindakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK dalam hal-hal yang menurut hukum atau peraturan
perundangan -PJPK atau Pemerintah selain PJPK memiliki kewenangan atau otoritas untuk melakukan tindakan tersebut;
b) kebijakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK;
c) keputusan sepihak dari PJPK atau Pemerintah selain PJPK;
d) ketidakmampuan PJPK dalam melaksanakan suatu kewajiban yang ditentukan kepadanya oleh Badan Usaha berdasarkan Perjanjian
Kerjasama (breach of contract).

ACUAN ALOKASI RISIKO INFRASTRUKTUR


Acuan Alokasi Risiko Infrastruktur ini terdiri atas 1) Kategori Risiko dan 2) Matriks Alokasi Risiko untuk dapat digunakan oleh PJPK
dalam menyiapkan alokasi risiko untuk proyek KPS, yang berlaku sebagai basis bagi PJPK dalam menyiapkan usulan penjaminan ke PT
PII. serta dapat berperan meningkatkan penerapan dari kerangka manajemen risiko suatu proyek KPS.

4.1

Kategori Risiko KPS

Checklist Kategori Risiko KPS dikembangkan sebagai suatu daftar kelompok risiko yang generik, yang diharapkan dapat digunakan
untuk membantu mengidentifikasi peristiwa-peristiwa risiko spesifik kepada setiap proyek KPS. Peristiwa-peristiwa risiko yang
teridentifikasi tersebut dapat digunakan lebih jauh untuk tahapan penilaian risiko dan pengembangan matriks/strategi alokasi risiko.
Kategori risiko ini tidak bermaksud untuk menjadi suatu daftar risiko yang kaku untuk setiap proyek KPS. Situasi dan kondisi spesifik
dalam suatu proyek KPS perlu juga dipertimbangkan.
1. Risiko Lokasi adalah kelompok risiko dimana lahan proyek tidak tersedia atau tidak dapat digunakan sesuai jadwal yang sudah
ditentukan dandalam biaya yang diperkirakan, atau bahwa lokasi dapat menimbulkan suatu beban atau kewajiban bagi pihak
tertentu. Dengan demikian, risiko-risiko yang termasuk kategori ini adalah:
a). Risiko pembebasan lahan: risiko-risiko yang terkait proses pembebasan lahan yang dibutuhkan proyek, yang dapat melibatkan
potensi tambahan biaya dan keterlambatan;
b). Risiko ketidaksesuaian lokasi lahan: risiko bahwa lokasi lahan yang diusulkan tidak dapat digunakan untuk proyek, dimana
penyebabnya dapat meliputi kontaminasi, penemuan artefak, keterlambatan/penolakan perolehan persetujuan perencanaan,
status lahan, dan lainnya;
c). Risiko lingkungan: risiko kerugian terkait kerusakan lingkungan yang terjadi (1) akibat kegiatan konstruksi dan operasi selama
masa proyek, atau (2) dari kegiatan sebelum pengalihan lahan proyek dari PJPK kepada BU atau pihak sub-kontraktor.

26

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2. Risiko Desain, Konstruksi dan Uji Operasi adalah risiko desain, konstruksi atau uji operasi suatu fasilitas proyek atau elemen dari
prosesnya, dilakukan dengan cara yang menyebabkan dampak negatif terhadap biaya dan pelayanan proyek. Dengan demikian,
risiko yang termasuk dalam kategori ini adalah:
a). Risiko perencanaan: risiko bahwa penggunaan lokasi proyek yang diusulkan dalam perjanjian KPS dan, khususnya, konstruksi
fasilitas yang dibangun tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku terkait perencanaan, tata guna lahan atau bahwa perijinan
terlambat (atau tidak dapat) diperoleh atau, kalaupun diperoleh, hanya dapat dilaksanakan dengan biaya yang lebih besar dari
yang diperkirakan;
b). Risiko desain: risiko dimana desain dari BU tidak dapat memenuhi spesifikasi output yang ditentukan;
c). Risiko penyelesaian: risiko dimana penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan suatu proyek dapat (1) terlambat sehingga
penyediaan layanan infrastruktur tidak dapat dimulai sesuai Commercial Operation Date (COD) yang sudah ditetapkan, atau (2)
terlambat, kecuali biaya lebih besar harus dikeluarkan untuk mempertahankan COD yang sudah terjadwal, atau (3) terlambat
karena perubahan/variasi yang terjadi;
d). Risiko kenaikan biaya: risiko dimana pada tahap desain dan konstruksi, biaya realiasi proyek melebihi proyeksi biaya proyek;
e). Risiko uji operasi: risiko dimana uji operasi terlambat atau hasilnya tidak memenuhi spesifikasi PJPK atau pihak otoritas lainnya.
3. Risiko sponsor adalah risiko dimana BU dan/atau sub-kontraktornya tidak dapat memenuhi kewajiban kontraktualnya kepada PJPK
akibat tindakan pihak investor swasta sebagai sponsor proyek.
4. Risiko finansial adalah risiko-risiko terkait aspek kelayakan finansial proyek. Risiko-risiko tersebut dapat berupa:
a). Risiko ketidakpastian pembiayaan: risiko bahwa pihak penyedia dana (debt dan equity) tidak akan atau tidak dapat melanjutkan
komitmen untuk menyediakan pendanaan proyek;
b). Risiko parameter finansial: risiko yang disebabkan berubahnya parameter finansial (misalnya tingkat inflasi, nilai tukar, kondisi
pasar) sebelum kontraktor sepenuhnya berkomitmen untuk proyek ini, berpotensi memberikan dampak buruk terhadap biaya
proyek;
c). Risiko struktur finansial: risiko bahwa struktur keuangan tidak cukup baik untuk memberikan hasil yang optimal sesuai porsi
hutang dan ekuitas selama periode proyek dan karenanya dapat mengganggu keberlanjutan kelayakan proyek;
d). Risiko asuransi: (i) bahwa risiko-risiko yang sebelumnya dapat diasuransikan (insurable) pada tanggal penandatanganan sesuai
dengan asuransi proyek yang telah disepakati tetapi kemudian menjadi uninsurable atau (ii) tetap insurable tetapi dengan
kenaikan premi asuransi yang signifikan.

27

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

5. Risiko Operasional adalah risiko dimana proses penyediaan layanan infrastruktur sesuai kontrak - atau suatu elemen dari proses
tersebut (termasuk input yang digunakan atau sebagai bagian dari proses itu) - akan terpengaruh dengan cara yang menghalangi
BU dalam menyediakan layanan kontrak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati dan/atau sesuai proyeksi biaya. Dengan
demikian, risiko termasuk dalam kategori ini adalah:
a). Risiko pemeliharaan: risiko dimana (i) realisasi biaya pemeliharaan aset proyek lebih tinggi/berubah dari biaya pemeliharaan
yang diproyeksikan, atau (ii) terdapat dampak negatif akibat pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik;
b). Risiko cacat tersembunyi (latent defect): risiko kehilangan atau kerusakan yang timbul akibat cacat tersembunyi pada fasilitas
yang termasuk sebagai aset proyek;
c). Risiko teknologi, dimana (i) teknologi yang digunakan berpotensi gagal menghasilkan spesifikasi output yang diperlukan, atau
(ii) perkembangan teknologi membuat teknologi yang digunakan menjadi usang (risiko keusangan teknologi);
d). Risiko utilitas: risiko dimana (i) utilitas (misalnya air, listrik atau gas) yang diperlukan untuk operasi proyek tidak tersedia, atau
(ii) keterlambatan proyek karena keterlambatan akibat pemindahan atau relokasi utilitas yang terletak di lokasi proyek;
e). Risiko sumber daya atau input: risiko kegagalan atau kekurangan dalam penyediaan input atau sumber daya (misalnya,
batubara atau bahan bakar lainnya) yang diperlukan untuk operasi proyek, termasuk dalam hal kualitas pasokan yang tersedia;
f). Risiko hubungan industri: risiko setiap bentuk aksi industri - termasuk demonstrasi, larangan bekerja, pemblokiran, tindakan
perlambatan dan pemogokan - yang terjadi dengan cara yang, secara langsung atau tidak langsung, berdampak negatif
terhadap uji operasi, penyediaan layanan atau kelayakan proyek.
6. Risiko pendapatan (revenue) adalah risiko bahwa pendapatan proyek tidak dapat memenuhi proyeksi tingkat kelayakan finansial,
karena perubahan yang tak terduga baik permintaan layanan atau tarif yang disepakati atau kombinasi keduanya. Dalam hal risiko
dimana pendapatan BU yang diperoleh dari pembayaran layanan oleh PJPK (contoh, skema BOT/Konsesi Sebagian, skema

Performance Based Availability Scheme atau skema Availability Payment), risiko non-payment tersebut dapat termasuk ke dalam
kategori risiko politik (risiko sub sovereign atau parastatal). Dengan demikian, risiko termasuk dalam kategori ini adalah:
a). Risiko permintaan: risiko bahwa realisasi permintaan penyediaan layanan secara tak terduga lebih rendah dari proyeksi, karena:
1) faktor pemicu (tindakan, keputusan/kebijakan, regulasi) dari pihak Pemerintah, atau 2) kesalahan yang dilakukan pihak
swasta baik dalam estimasi volume permintaan dan yang terkait penurunan kualitas layanan; dan
b). Risiko tarif: risiko bahwa tarif layanan lebih rendah dari proyeksi, karena: 1) penyesuaian tarif secara periodik tidak dilakukan
sesuai rencana atau tingkat tarif disesuaikan lebih rendah dari proyeksi, atau 2) kesalahan estimasi tarif atau tidak terpenuhinya
standar yang disyaratkan untuk permintaan penyesuaian tarif.

28

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

7. Risiko konektivitas jaringan adalah risiko terjadinya dampak negatif terhadap ketersediaan layanan dan kelayakan finansial proyek
akibat perubahan dari kondisi jaringan saat ini atau rencana masa depan. Risiko yang termasuk dalam kategori ini adalah:
a). Risiko konektivitas dengan jaringan eksisting: risiko bahwa akses ke jaringan eksisting tidak (akan) dibangun sesuai rencana;
b). Risiko pengembangan jaringan: risiko bahwa jaringan tambahan yang dibutuhkan tidak (jadi) dibangun sesuai rencana;
c). Risiko fasilitas pesaing: risiko bahwa dibangunnya fasilitas/infrastruktur serupa yang kemudian menyaingi output penyediaan
layanan sesuai kontrak.
8. Risiko interface adalah risiko dimana metode atau standar penyediaan layanan akan menghalangi atau mengganggu penyediaan
layanan yang dilakukan sektor publik atau sebaliknya. Risiko ini termasuk ketika kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah
tidak sesuai/tidak cocok dengan yang dilakukan oleh BU, atau sebaliknya.
9. Risiko politik adalah risiko yang dipicu tindakan/tiadanya tindakan PJPK yang tidak dapat diprediksi sebelumnya yang merugikan
secara material dan mempengaruhi pengembalian ekuitas dan pinjaman. Risiko yang termasuk kategori ini adalah:
a). Risiko mata uang yang tidak dapat dikonversi atau ditransfer: risiko bahwa pendapatan/profit dari proyek tidak bisa dikonversi
ke mata uang asing dan/atau direpatriasi ke negara asal investor;
b). Risiko pengambilalihan: risiko tindakan pengambilalihan aset proyek (termasuk nasionalisasi) oleh pemerintah, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang dapat memicu pengakhiran kontrak proyek.
c). Risiko perubahan regulasi dan perundangan, yang bersifat diskriminatif dan spesifik sehingga secara langsung dapat
mengurangi tingkat kelayakan finansial proyek (dapat dipicu oleh tindakan PJPK atau Pemerintah di luar PJPK);
d). Risiko sub-sovereign atau parastatal: risiko bahwa PJPK tidak mampu/bersedia melaksanakan kewajiban pembayaran kontrak
atau kewajiban material lainnya dipicu hal yang terkait status sebagai entitas pemerintah;
e). Risiko perijinan: risiko dimana perijinan yang diperlukan dari suatu otoritas pemerintah lainnya tidak dapat diperoleh atau, jika
diperoleh, diperlukan biaya yang lebih besar dari proyeksi;
f). Risiko perubahan tarif pajak: risiko perubahan tarif pajak yang berlaku (tarif pajak penghasilan, PPN) atau pajak baru yang
dapat menurunkan pengembalian ekuitas yang diharapkan.
10. Risiko kahar (force majeure) adalah risiko terjadinya kejadian kahar yang sepenuhnya di luar kendali kedua belah pihak (misalnya
bencana alam atau akibat manusia) dan akan mengakibatkan penundaan atau default oleh BU dalam pelaksanaan kewajiban
kontraknya.
11. Risiko kepemilikan aset adalah risiko terjadinya peristiwa seperti kejadian kehilangan (misalnya hilangnya kontrak, force majeure),
perubahan teknologi, dan lainnya, yang menyebabkan nilai ekonomi aset menurun, baik selama atau pada akhir masa kontrak.

29

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2

Matriks Risiko KPS per Sektor

Setelah penggunaan Kategori Risiko KPS, peristiwa-peristiwa risiko yang telah diidentifikasi kemudian dievaluasi menggunakan
matriks alokasi risiko yang dibuat untuk setiap sektor dan struktur (Matriks Risiko KPS). Dalam mengembangkan matriks tersebut,
prinsip alokasi risiko, best practice dan kerangka regulasi terkait di Indonesia menjadi referensi yang digunakan. Namun, sebagaimana
disampaikan pada bagian 3.1.1, matriks ini hanya merupakan referensi dan tidak bersifat kaku, mengingat alokasi suatu risiko yang
akhirnya dianggap optimal perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi spesifik dalam proyek yang ditinjau.
4.2.1 Matriks Risiko KPS sektor Air Minum
Matriks risiko ini dibuat untuk 2 jenis struktur KPS dalam sektor ini sebagaimana diidentifikasi pada bagian 2.2.1, yaitu BOT Air Minum
dan Konsesi Penuh Air Minum.

4.2.1.1. BOT Air Minum


Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek dengan kontrak BOT (Built, Operate, Transfer) yang meliputi Transmisi atau
Produksi atau Operasi dan Pemeliharaan atau Distribusi atau kombinasi diantaranya, di luar Pemungutan Tarif ke pelanggan akhir.
Tabel 2. Matriks Risiko untuk BOT Air Minum
BOT Air Minum
Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan lokasi

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan yang

proyek sebelum proses

intake, WTP dan jaringan

pembebasan lahan

berkepanjangan

pengadaan BU

transmisi sudah
diidentifikasi dengan jelas

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum

dibebaskan

proyek karena proses pembebasan

prosedur yang jelas dalam

dan tata ruang lahan bisa

lahan yang sulit

pembebasan lahan proyek

menjadi kendala

Kompensasi yang wajar dan

Kebutuhan lahan proyek

Proses pemukiman

Keterlambatan dan kenaikan biaya

kembali yang rumit

karena rumitnya isu proses

komunikasi yang baik dengan

jenis ini biasanya tidak luas

pemukiman kembali

pihak yang terkena dampak

dan dampak sosial relatif


kecil

Risiko Status Tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan validasi status

30

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

ditemukan saat proyek dilaksanakan

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

kepemilikan lahan;
Dukungan dari otoritas terkait
(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

Keterbatasan ruang kerja

Terkait penyediaan lahan untuk ruang

/working space konstruksi

kerja pada masa konstruksi

Data historis penggunaan lahan

Karena lahan tidak luas

dan penyelidikan tanah

risiko geoteknis relatif bisa


dikelola

Metode konstruksi yang baik;

Bila ada penolakan

Sosialisasi oleh pemerintah

masyarakat Pemerintah dapat


membantu

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi

Data historis penggunaan lahan


dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga

keselamatan dalam lokasi

Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

Kesesuaian dengan studi Amdal


yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

output

akibat spesifikasi output tidak jelas

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Klarifikasi saat proses tender;

Spesifikasi output PJPK

Kapasitas desain yang baik

harus mengacu ke best


practice

yang diminta operator


Terlambatnya penyelesaian

Dapat termasuk terlambatnya

konstruksi

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi saat

berpengalaman dan baik

uji operasi teknis

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi


harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

Koordinasi kontraktor dan


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor

yang buruk

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

31

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Publik

Swasta
x

konsorsium)

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Proses PQ untuk memperoleh


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

potential lenders
x

proyek yang tidak optimal


Risiko nilai tukar mata uang

Fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Koordinasi yang baik dengan

Bisa karena conditions


precedence tidak terpenuhi

Konsorsium didukung sponsor


/lender yang kredibel

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

Faktor indeksasi tarif;

Bisa dibagi dengan

Rebasing tarif

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran


Risiko asuransi (2)

Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

Konsultansi dengan

Khususnya untuk cakupan

spesialis/broker asuransi

risiko terkait keadaan kahar

Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

tersedianya layanan
Aksi industri

Spesifikasi output yang jelas


Aksi mogok, larangan kerja,dsb

kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau
penyuplai

Risiko sosial danbudaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;

dalam implementasi proyek


Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Menerapkan program

Pemberdayaan masyarakat
x

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan oleh

32

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

operasional Proyek Kerjasama

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

secara professional

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

monitoring serta evaluasi berkala

dan monitoring oleh Badan Usaha

terhadap efektivitas rancangan

atau PJPK
Kenaikan biaya O&M

Menyusun rencana kontrol dan

dan pelaksanaan

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin

Kenaikan biaya energi

karena inefisiensi unit

Kualitas dan spesifikasi unit


yang baik

Tidak teraturnya

ketersediaan utilitas

Berkurangnya kuantitas
input

Defisit air baku karena alasan dalam

Menurunnya kualitas input

Kualitas air turun karena alasan dalam

Biasanya sudah harus

back up listrik/utilitas lainnya

diantisipasi sedini mungkin

Regulasi dan koordinasi yang

kendali sektor publik

baik antar instansi terkait


x

Regulasi dan koordinasi yang

kendali sektor publik

Ketidakpastian kontinuitas
input

Tindakan antisipasi: fasilitas

baik antar instansi terkait


x

Berkurangnya kuantitas

output

Regulasi dan koordinasi yang

Tergantung lokasi sumber

baik antar instansi terkait

air

Operator yang handal;


Mekanisme penalti

Menurunnya kualitas

output

Operator yang handal;


Mekanisme penalti

6. RISIKO PENDAPATAN
Penurunan volume

Mengakibatkan penurunan pendapatan

permintaan output proyek

penjualan air dan defisit bagi PJPK

Kegagalan penetapan awal

Akibat user affordability and willingness

tariff

di bawah tingkat kelayakan

Penyesuaian tarif periodik

pada indeksasi tarif terhadap tingkat

terlambat

inflasi

Tingkat penyesuaian tarif

khususnya setelah indeksasi tarif dan

lebih rendah dari proyeksi

rebasing tarif

Program sosialisasi yang baik;


Program penurunan NRW;
Pengelolaan keuangan PDAM

x
x
x

Dukungan kelayakan (VGF);

Regulasi yang mendukung

Regulasi yang mendukung

dapat berbentuk Perda

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang mendukung

Regulasi yang mendukung

dapat berbentuk Perda

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang mendukung

Regulasi yang mendukung

dapat berbentuk Perda

33

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Kesalahan perhitungan

Swasta
x

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Survei user affordability and

willingness yang handal

estimasi tarif
7. RISIKO KONEKTIFITAS JARINGAN
Risiko jaringan (1)

Kebocoran/kontaminasi dalam

Standar kinerja operasi dan

jaringan eksisting
Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas membangun dan

pengawasan yang baik


x

Pemahaman kontrak yang baik

memelihara jaringan yang diperlukan


Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk

oleh sektor publik


x

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas penghubung


Risiko jaringan (4)

Ingkar janji otoritas untuk tidak

oleh sektor publik


x

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas pesaing


Risiko jaringan (5)

Keterbatasan pengelolaan jaringan

oleh sector publik


x

Peningkatan kapasitas

distribusi yang dibangun swasta

pengelolaan jaringan distribusi

8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface

Output tidak terserap di awal periode

(1)

operasional

Risiko interface (2)

Ketimpangan kualitas pekerjaan

klausul take or pay dalam

perjanjian jual beli air


x

dukungan pemerintah dan yang

yang kualitas pekerjaannya

dikerjakan BU.
Risiko interface (3)

Pekerjaan perbaikan oleh pihak


lebih rendah

Rework yang substantial terkait

Kesepakatan standar/ metode

perbedaan standar / metode layanan

yang akan diterapkan para

yang digunakan

pihak sedini mungkin

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral

Rupiah
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Pembiayaan domestik

Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan dari bank sentral

kompensasi (yang memadai)

Mediasi,negosiasi
Asuransi Risiko Politik
Penjaminan pemerintah

34

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Perubahan regulasi (dan

Publik

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

dan spesifik
Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

akses ke lokasi proyek

/tidak wajar dari otoritas terkait

Risiko parastatal (1)

Wanprestasi kewajiban kontraktual

Akibat privatisasi offtaker atau default

Selain memiliki provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas

Penjaminan pemerintah

termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

x
x

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu selain

termasuk kompensasinya

perencanaan

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya
Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

PJPK sebagai offtaker

Risiko parastatal (2)

Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

PJPK
10. RISIKO FORCE MAJEURE
Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

gangguan keamanan masyarakat


Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi tdk

berkepanjangan

mengganggu aspek ekonomis pihak

kontrak dan memicu

tersedia untuk risiko

yang terkena dampak (terutama bila

terminasi dini

tertentu

asuransi tidak ada)


11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET
Risiko nilai aset turun
Transfer aset setelah
kontrak KPS berakhir

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Studi kelayakan bisnis yang baik


dan lengkap (dalam PFS)

Sebagaimana tercantum dalam matriks di atas, terdapat beberapa peristiwa risiko spesifik sektoral dalam struktur ini, sementara ada
yang lain yang berlaku di setiap sektor. Risiko-risiko sektoral yang spesifik terhadap struktur ini adalah risiko interface (tidak
terserapnya output pada awal tahun operasi), risiko yang terkait input air baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas), risiko parastatal

35

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

(cidera janji kewajiban kontraktual off-taker dan privatisasi off-taker) dan risiko permintaan yang pada dasarnya dapat diminimalkan
melalui suatu klausul take or pay dalam perjanjian jual beli air dengan PDAM sebagai PJPK.

4.2.1.2. Konsesi Penuh Air Minum


Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek air minum dengan struktur Konsesi Penuh yang mencakup kombinasi atau
keseluruhan Transmisi, Produksi, Operasi dan Pemeliharaan, Distribusi, termasuk Pemungutan Tarif ke pelanggan akhir.
Tabel 3. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Air Minum
Konsesi Penuh Air Minum
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Pemerintah memperoleh lahan

Kebutuhan lahan untuk

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

proyek sebelum proses

WTP dan jaringan

pembebasan lahan

yang berkepanjangan

pengadaan

transmisi sudah
diidentifikasi dengan
jelas

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

dibebaskan

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum

proyek karena proses pembebasan

prosedur yang jelas dalam

dan tata ruang lahan

lahan yang sulit

pembebasan lahan proyek

bisa menjadi kendala

Kompensasi yang wajar dan

Kebutuhan lahan proyek

Proses pemukiman kembali

Keterlambatan dan kenaikan biaya

yang rumit

karena rumitnya isu proses

komunikasi yang baik dengan

jenis ini biasanya tidak

pemukiman kembali

pihak yang terkena dampak

luas dan dampak sosial


relatif kecil

Risiko Status Tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

Keterbatasan ruang kerja

Terkait penyediaan lahan untuk

/working space konstruksi

ruang kerja pada masa konstruksi

Data historis penggunaan lahan

Karena lahan tidak luas

dan penyelidikan tanah

risiko geoteknis relatif


bisa dikelola

Metode konstruksi yang baik;

Bila ada penolakan

Sosialisasi oleh pemerintah

masyarakat Pemerintah
dapat membantu

Kerusakan artefak dan


barang kuno pada lokasi

Data historis penggunaan lahan


dan penyelidikan tanah

36

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Gagal menjaga

Swasta
x

keselamatan dalam lokasi

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusi ke

lingkungan lokasi

Kesesuaian dengan studi Amdal


yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

output

akibat spesifikasi output tidak jelas

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

x
x

yang diminta operator


Terlambatnya penyelesaian

Dapat termasuk terlambatnya

konstruksi

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Klarifikasi saat proses tender;

Spesifikasi output PJPK

Kapasitas desain yang baik

mengacu ke best practice

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi

berpengalaman dan baik

saat uji operasi teknis

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi


harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

Koordinasi kontraktor dan


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang

buruk

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier


Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

konsorsium)

Proses PQ untuk memperoleh


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Koordinasi yang baik dengan

Bisa juga karena

potential lenders

conditions precedence
tidak terpenuhi

proyek yang tidak optimal


Risiko nilai tukar mata
uang

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Konsorsium didukung sponsor


/lender yang kredibel

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

37

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Risiko tingkat inflasi

Publik

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Swasta
x

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Faktor indeksasi tarif;

Bisa dibagi dengan

Rebasing tarif

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia di

Konsultansi dengan

Khususnya untuk

spesialis/broker asuransi

cakupan risiko terkait

pasaran
Risiko asuransi (2)

keadaan kahar

Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

tersedianya layanan
Aksi industri

Spesifikasi output yang jelas


kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau
penyuplai

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;

dalam implementasi proyek

Pemberdayaan masyarakat

Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan BU

proyek

dalam mengelola operasional Proyek

Menerapkan program

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara

Kerjasama

profesional

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

monitoring serta evaluasi berkala

dan monitoring oleh Badan Usaha

terhadap efektivitas rancangan

atau PJPK
Kenaikan biaya O&M

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

dan pelaksanaannya
x

atau kenaikan tidak terduga


Kesalahan estimasi biaya

life cycle

Menyusun rencana kontrol dan

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin

38

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Kenaikan biaya energi

Swasta
x

karena inefisiensi unit

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Kualitas dan spesifikasi unit


yang baik

Tidak teraturnya

Tindakan antisipasi: fasilitas back Biasanya sudah harus

up listrik/utilitas lainnya

ketersediaan utilitas

diantisipasi sedini
mungkin

Berkurangnya kuantitas

Defisit air baku karena alasan dalam

input

kendali sektor publik

Menurunnya kualitas input

Kualitas air turun karena alasan

Regulasi dan koordinasi yang


baik antar instansi terkait

Regulasi dan koordinasi yang

dalam kendali sektor publik


Ketidakpastian kontinuitas

baik antar instansi terkait


x

input
Berkurangnya kuantitas

output

Regulasi dan koordinasi yang

Tergantung lokasi

baik antar instansi terkait

sumber air

Operator yang handal;


Mekanisme penalti

Menurunnya kualitas

output

Operator yang handal;


Mekanisme penalti

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan volume

Mengakibatkan penurunan pendapatan

permintaan output proyek

penjualan air dan defisit bagi BU

Survei permintaan yang handal


Program sosialisasi yang baik

Kesalahan estimasi dari

model sebelumnya

Survei volume permintaan yang


handal

Pelanggan akhir tidak

Useraffordability and willingness di

membayar

bawah tingkat kelayakan

Dukungan kelayakan (VGF);

Regulasi yang

Regulasi yang mendukung

mendukung dapat
berbentuk Perda

Kegagalan memungut

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

pembayaran tarif

sistem pemungutan tarif

Kegagalan mengajukan

Gagalnya penyesuaian tarif karena

penyesuaian tarif

BU tidak mampu memenuhi standar

Sistem pemungutandan
kinerja operasi yang baik

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang

Regulasi yang mendukung

mendukung dapat

minimal yang disepakati


Penyesuaian tarif periodic

pada indeksasi tarif terhadap tingkat

terlambat

inflasi

Tingkat penyesuaian tarif

khususnya setelah indeksasi tarif

lebih rendah dari proyeksi

dan rebasing tarif

berbentuk Perda
x

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang

Regulasi yang mendukung

mendukung dapat
berbentuk Perda

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang

Regulasi yang mendukung

mendukung dapat

39

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko
berbentuk Perda

Kesalahan perhitungan

Survei user affordability and


willingness yang handal

Standar kinerja operasi dan

estimasi tarif
7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN
Risiko jaringan (1)

Kebocoran/kontaminasi dalam
jaringan

Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk tidak

pengawasan yang baik


x

membangun fasilitas pesaing

Pemahaman kontrak yang baik

Dapat juga menjadi

oleh sektor publik

bagian risiko
pendapatan

Risiko jaringan (3)

Keterbatasan pengelolaan jaringan

distribusi yang dibangun swasta

Peningkatan kapasitas
pengelolaan jaringan distribusi

8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)

Output tidak terserap di awal

periode operasional
Risiko interface (2)

Ketimpangan kualitas pekerjaan

dukungan pemerintah dan yang

yang kualitas pekerjaannya lebih

dikerjakan BU.
Risiko interface(3)

Pekerjaan perbaikan oleh pihak


rendah

Rework yang substantial terkait

Kesepakatan para pihak sedini

perbedaan standar / metode layanan

mungkin tentang standar /

yang digunakan

metode yang akan diterapkan

9. RISIKO POLITIK
Pembiayaan domestik

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah

Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral
Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

kompensasi (yang memadai)

Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan
pajak) yang umum

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

40

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Air Minum


Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

Publik

Swasta

Bersama

dan spesifik

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Mediasi,negosiasi

Selain memiliki provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas

Penjaminan pemerintah

termasuk
kompensasinya

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu

termasuk kompensasinya

selain perencanaan

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Force majeur politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

gangguan keamanan masyarakat


Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi

berkepanjangan

mengganggu aspek ekonomis pihak

kontrak KPS dan memicu

tidak tersedia untuk

yang terkena dampak (terutama bila

terminasi dini

risiko tertentu

asuransi tidak ada)


11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET
Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Transfer bisnis eksisting

Ketidakpastian kondisi bisnis setalah

Studi kelayakan bisnis yang baik

transfer dari operator sebelumnya


Transfer aset eksisting

Tidak terantisipasinya kondisi


fasilitas yang dibangun

dan lengkap (dalam PFS)


x

Studi kelayakan aset yang baik


dan lengkap (dalam PFS)

Dibandingkan struktur BOT, beberapa risiko spesifik sektoral dialokasikan kepada pihak yang sama, seperti peristiwa risiko yang
terkait input air baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas). Tetapi, karena struktur Konsesi Penuh mencakup layanan keseluruhan, BU
biasanya menanggung risiko permintaan dan risiko interface (tidak terserapnya output pada awal tahun operasi). Selain itu, BU juga
lebih rentan terhadap risiko penyesuaian tarif karena tarif ke pelanggan retail/pengguna akhir seringkali menjadi isu politis
dibandingkan sebagai isu komersial pada saat mekanisme penyesuaian tarif tersebut harus dilakukan.

41

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2.2 Matriks Risiko KPS sektor Pengelolaan Limbah

4.2.2.1. BOT Persampahan


Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek dengan kontrak BOT dimana BU bertanggung jawab atas Produksi, Operasi dan
Pemeliharaan (konstruksi dan operasi fasilitas TPA), tapi tidak bertanggung jawab untuk pengumpulan bahan baku sampah dan
pembayaran tarif dari pelanggan akhir.
Tabel 4. Matriks Risiko untuk BOT Persampahan
BOT Persampahan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan untuk

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

proyek sebelum proses

TPS dan TPA sudah

pembebasan lahan

yang berkepanjangan

pengadaan,

diidentifikasi jelas

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum

dibebaskan

proyek karena proses pembebasan

prosedur yang jelas dalam

dan tata ruang lahan

lahan yang sulit

pembebasan lahan proyek

bisa menjadi kendala

Kompensasi yang wajar dan

Kebutuhan lahan biasanya

Proses pemukiman kembali

Keterlambatan dan kenaikan biaya

yang rumit

karena rumitnya isu proses

komunikasi yang baik dengan

tidak luas dan dampak

pemukiman kembali

pihak yang terkena dampak

sosial relatif kecil

Risiko Status Tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

Data historis penggunaan lahan

Karena lahan tidak luas

dan penyelidikan tanah

risiko geoteknis relatif


bisa dikelola

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi


Gagal menjaga

dan penyelidikan tanah


x

keselamatan dalam lokasi


Kontaminasi/polusi ke
lingkungan lokasi

Data historis penggunaan lahan


Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik

Kesesuaian dengan studi Amdal


yang baik

42

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Persampahan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Keresahan masyarakat

Publik

akibat potensi ketidaknyamanan

Swasta
x

terhadap proses/output

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Sosialisasi pada masyarakat


yang terkena dampak

Kegagalan implementasi

AMDAL

Konsultan spesialis aspek


lingkungan yang handal

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

output

akibat spesifikasi output tidak jelas

Klarifikasi saat proses tender;

Spesifikasi output PJPK

Kapasitas desain yang baik

harus mengacu ke best

practice
Kesalahan desain

Uji operasi teknis mengarah ke

penemuan kesalahan desain


Terlambatnya penyelesaian

Termasuk mengembalikan akses

konstruksi

lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Konsultan desain yang


berpengalaman dan baik

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi


harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

Koordinasi kontraktor dan


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang

buruk

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in olehfinancier
Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

konsorsium)

Proses PQ untuk memperoleh


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Koordinasi yang baik dengan

Bisa juga karena

potential lenders

conditions precedence
tidak terpenuhi

proyek yang tidak optimal


Risiko nilai tukar mata
uang

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Konsorsium didukung sponsor


/lender yang kredibel

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila

43

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Persampahan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko
fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

Faktor indeksasi tarif;

Bisa dibagi dengan

Rebasing tarif

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia di

Konsultansi dengan spesialis/

Khususnya untuk

broker asuransi

cakupan risiko terkait

pasaran
Risiko asuransi (2)

keadaan kahar

Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

Spesifikasi output yang jelas

tersedianya layanan
Aksi industri

kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau
penyuplai

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;

dalam implementasi proyek


Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Menerapkan program

Pemberdayaan masyarakat
x

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara

operasional Proyek Kerjasama

profesional

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

monitoring serta evaluasi berkala

dan monitoring oleh Badan Usaha

terhadap efektivitas rancangan

atau PJPK
Kenaikan biaya O&M

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M


atau kenaikan tidak terduga

Menyusun rencana kontrol dan

dan pelaksanaannya
x

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

44

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Persampahan
Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Publik

Kesalahan estimasi biaya

Swasta
x

life cycle

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin

Kenaikan biaya energi

karena inefisiensi unit

Kualitas dan spesifikasi unit


yang baik

Tidak teraturnya

ketersediaan utilitas
x

Terganggunya kepastian
rute dan jadwal angkut

Tindakan antisipasi fasilitas back

Perlu diantisipasi sedini

up listrik/utilitas lainnya

mungkin

Pengelolaan yang baik terkait

Pemerintah dapat

sistem pengangkutan sampah

membantu meski
pengangkutan oleh BU

Pencemaran polusi air licit


dalam pengangkutan

Berkurangnya kuantitas

Kriteria tingkat pelayanan;

Dalam hal BU telah

Prosedur sistem pengangkutan

memenuhi tingkat layanan

Jaminan suplai limbah; Sosialisasi


pengelolaan limbah

input (sampah)
x

Menurunnya kualitas input


(komposisi sampah)

Membatasi peran pemulung

Peran pemulung dapat

terhadap komposisi sampah

merubah komposisi
sampah

Kualitas output olahan

Spesifikasi yang baik


dari teknologi yang digunakan

tidak memenuhi standar


6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan volume

Mengakibatkan penurunan

permintaan output proyek

pendapatan dan defisit bagi PJPK

Pelanggan akhir tidak

User affordability and willingness di

membayar

bawah tingkat kelayakan

Penyesuaian tarif periodik

Kebijakan yang konsisten dan


sejalan dengan sasaran proyek

terlambat

Program sosialisasi yang baik

Regulasi yang

Dukungan kelayakan (VGF);

mendukung dapat

Regulasi yang mendukung

berbentuk Perda

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang

Regulasi yang mendukung

mendukung dapat
berbentuk Perda

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang

Regulasi yang mendukung

mendukung dapat
berbentuk Perda

Kesalahan perhitungan
estimasi tarif

Survei user affordability and


willingness yang handal

45

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Persampahan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ketidakpastian dalam jaringan

pemungutan sampah eksisting


Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas terkait jaringan

Ingkar janji otoritas untuk

Bisa berupa ketidakpastian

pengawasan yang baik

rute dan jadwal angkut

Pemahaman kontrak yang baik

pengumpul sampah yang diperlukan


Risiko jaringan (3)

Standar kinerja operasi dan

oleh sektor publik


x

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas yang diperlukan

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

Input dan kapasitas pengolahan di

Klausul take or pay dalam

awal masa operasi tidak seimbang


Risiko Interface (2)

Ketimpangan kualitas hasil

kontrak suplai sampah


x

pekerjaan pemerintah dan yang

Perbaikan dari pihak yang mutu


pekerjaannya lebih rendah

dikerjakan BU
9. RISIKO POLITIK
Pembiayaan domestik

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedia dan/

dapat dikonversi

atau tidak bisa dikonversi dari

Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah

Penjaminan dari Bank Sentral

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral
Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

kompensasi (yang memadai)

Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

dan spesifik

Mediasi,negosiasi

Selain memiliki provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas

Penjaminan pemerintah

termasuk
kompensasinya

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu

termasuk kompensasinya

selain perencanaan

46

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Persampahan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Publik

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

akses ke lokasi proyek

/tidak wajar dari otoritas terkait

Risiko parastatal (1)

Wanprestasi kewajiban kontraktual

Peristiwa Risiko

Swasta

Bersama

akibat privatisasi offtaker atau

Best Practice

Alokasi Risiko

termasuk kompensasinya
Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah
Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

default PJPK
Terminasi - default PJPK

Kondisi Spesifik terkait

Provisi kontrak yang jelas

PJPK sebagai offtaker


Risiko parastatal (2)

Strategi Mitigasi Sesuai

Penjaminan pemerintah

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Force majeur politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri

gangguan keamanan masyarakat


Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika >6-12 bulan,dapat mengganggu

berkepanjangan

aspek ekonomis pihak terdampak

kontrak KPS dan memicu

(terutama bila asuransi tidak ada)

terminasi dini

11. ASET KEPEMILIKAN ASET


Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Pada sektor persampahan, risiko spesifik sektor adalah risiko lingkungan (misal ketidaknyamanan masyarakat akibat adanya potensi
gangguan dari proses/output, kegagalan menerapkan AMDAL, risiko operasi (misal kuantitas sampah sebagai input rendah, risiko
komposisi sampah,ketidaksesuaian kualitas output), risiko jaringan (misal ketidakpastian jaringan pengumpulan sampah eksiting,
tidak dipenuhinya kewajiban pihak berwenang untuk menjaga jaringan pengumpulan sampah yang ada dan untuk mengembangkan
fasilitas yang diperlukan) dan risiko interface (misal ketidakseimbangan antara input dan kapasitas pengolahan di tahun awal operasi).
Ditemukan pula hal yang menarik terkait tindakan sah dari pemerintah untuk mengurangi produksi sampah (misal program 3RP

Recycle, Reuse, Reduce) yang pada kenyataannya menghambat BU memperoleh volume sampah yang cukup untuk diolah. Dari sisi
tarif, pemerintah menarik dua jenis tarif, yaitu tarif retribusi sampah (untuk jasa pengelolaan sampah) dalam menutup biaya
operasional dari adanya fasilitas pembuangan sampah, dan kompensasi terhadap dampak negatif dari lingkungan. Kedua jenis tarif ini
dapat didukung dengan subsidi operasional dari anggaran Pemda sebagai bagian dari sumber dana untuk pembayaran tipping fee dari
PJPK kepada BU.

47

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2.2.2. BOT Pengelolaan Air Limbah


Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek dengan kontrak BOT dimana BU bertanggung jawab atas Produksi, Operasi dan
Pemeliharaan (konstruksi dan operasi fasilitas pengolahan limbah/waste treatment plant/WTP, bisa termasuk jaringan transmisi), tapi
tidak bertanggung jawab untuk pengumpulan air limbah dan pembayaran tarif dari pelanggan akhir.
Tabel 5. Matriks Risiko untuk BOT Pengelolaan Air Limbah
BOT Pengelolaan Air Limbah
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan WTP

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

proyek sebelum proses

dan jaringan transmisi

pembebasan lahan

yang berkepanjangan

pengadaan,

sudah diidentifikasi
dengan jelas

Lahantidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum

dibebaskan

proyek karena proses pembebasan

prosedur yang jelas dalam

dan tata ruang lahan

lahan yang sulit

pembebasan lahan proyek

bisa menjadi kendala

Kompensasi yang wajar dan

Kebutuhan lahan proyek

Proses pemukiman kembali

Keterlambatan dan kenaikan

yang rumit

biayakarenarumitnya isu proses

komunikasi yang baik dengan

biasanya tidak luas dan

pemukiman kembali

pihak yang terkena dampak

dampak sosial relatif


kecil

Risiko Status Tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

Keterbatasan ruang kerja

Terkait penyediaan lahan untuk

/working space konstruksi

ruang kerja pada masa konstruksi

Data historis penggunaan

Karena lahan tidak luas,

lahan dan penyelidikan tanah

risiko geoteknis relatif


bisa dikelola

Metode konstruksi yang baik;

Bila ada penolakan

Sosialisasi oleh pemerintah

masyarakat Pemerintah
dapat membantu

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi


Gagal menjaga

Data historis penggunaan


lahan dan penyelidikan tanah

Implementasi prosedur

48

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Pengelolaan Air Limbah


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

keselamatan dalam lokasi

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusi ke

lingkungan lokasi
Keresahan masyarakat

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kesesuaian dengan studi


Amdal yang baik

Akibat potensi ketidaknyamanan

terhadap proses/output

Sosialisasi kepada masyarakat


yang terkena dampak

Kegagalan implementasi

AMDAL

Konsultan spesialis aspek


lingkungan yang handal

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI


Kesalahan desain

Uji operasi teknis mengarah ke

penemuan kesalahan desain


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

output

akibatspesifikasi output tidak jelas

Terlambatnya penyelesaian

Termasuk mengembalikan akses

konstruksi

lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

x
x

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi

berpengalaman dan baik

saat uji operasi teknis

Klarifikasi saat proses tender;

Spesifikasi output PJPK

Kapasitas desain yang baik

mengacu ke best practice

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi


harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

Koordinasi kontraktor dan


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang

buruk

Proses pemilihan
subkontraktor yang kredibel

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan
subkontraktor yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier


Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

konsorsium)

Proses PQ untuk memperoleh


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Koordinasi yang baik dengan

Bisa juga karena

potential lenders

conditions precedence
tidak terpenuhi

proyek yang tidak optimal

Konsorsium didukung sponsor


/lender yang kredibel

49

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Pengelolaan Air Limbah


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Risiko nilai tukar mata

Publik

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Swasta
x

uang

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat

inflasi terhadap asumsi dalam life-

Faktor indeksasi tarif;

Bisa dibagi dengan

Rebasing tarif

Pemerintah apabila

cycle cost
Risiko suku bunga

fluktuasinya ekstrim

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia di

Konsultansi dengan

Khususnya untuk

spesialis/broker asuransi

cakupan risiko terkait

pasaran
Risiko asuransi (2)

keadaan kahar

Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

Spesifikasi output yang jelas

tersedianya layanan
Aksi industri

kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau
penyuplai

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;

dalam implementasi proyek


Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Menerapkan program

Pemberdayaan masyarakat
x

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara

operasional Proyek Kerjasama

profesional

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

monitoring serta evaluasi

dan monitoring oleh Badan Usaha

berkala terhadap efektivitas

atau PJPK
Kenaikan biaya O&M

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M


atau kenaikan tidak terduga

Menyusun rencana kontrol dan

rancangan dan pelaksanaannya


x

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

50

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Pengelolaan Air Limbah


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Kesalahan estimasi biaya

Swasta
x

life cycle

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin

Kenaikan biaya energi

karena inefisiensi unit

Kualitas dan spesifikasi unit


yang baik

Tidak teraturnya

ketersediaan utilitas

Tindakan antisipasi: fasilitas

Biasanya sudah harus

back up listrik/utilitas lainnya

diantisipasi sedini
mungkin

Berkurangnya kuantitas

Perjanjian suplai limbah;

input (limbah)

Sosialisasi pengelolaan limbah

Kualitas output olahan

tidak memenuhi standar

Spesifikasi yang baik


dari teknologi yang digunakan

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan volume

Mengakibatkan penurunan

permintaan output proyek

pendapatan penjualan air dan defisit

Kebijakan yang konsisten dan


sejalan dengan sasaran proyek

bagi BU
Pelanggan akhir tidak

User affordability and willingness di

membayar

bawah tingkat kelayakan

Dukungan kelayakan (VGF);

Regulasi yang

Regulasi yang mendukung

mendukung dapat
berbentuk Perda

Penyesuaian tarif periodik

terlambat

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang

Regulasi yang mendukung

mendukung dapat
berbentuk Perda

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang

Regulasi yang mendukung

mendukung dapat
berbentuk Perda

Kesalahan perhitungan

Survei user affordability and

willingness yang handal

estimasi tarif
7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN
Risiko jaringan (1)

Ketidakpastian dalam jaringan

Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk menjaga


jaringan pengumpul limbah yang
diperlukan

Standar kinerja operasi dan


pengawasan yang baik

pemungutan limbah eksisting


x

Pemahaman kontrak yang baik


oleh sektor publik

51

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Pengelolaan Air Limbah


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas yang

oleh sektor publik

diperlukan
8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

Input dan kapasitas pengolahan di

Perjanjian/kesepakatan suplai

awal masa operasi tidak seimbang


Risiko Interface (2)

Ketimpangan kualitas pekerjaan

limbah
x

Pekerjaan perbaikan oleh pihak

dukungan pemerintah dan yang

yang kualitas pekerjaannya

dikerjakan BU

lebih rendah

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Rupiah
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

kompensasi (yang memadai)

Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

dan spesifik

Mediasi,negosiasi

Selain memiliki provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas

Penjaminan pemerintah

termasuk
kompensasinya

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

akses ke lokasi proyek

/tidak wajar dari otoritas terkait

Risiko parastatal (1)

Wanprestasi kewajiban kontraktual


PJPK sebagai offtaker

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

x
x

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu

termasuk kompensasinya

selain perencanaan

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Asuransi Risiko Politik


Penjaminan pemerintah

52

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Pengelolaan Air Limbah


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Risiko parastatal (2)

akibat privatisasi offtaker atau

Publik

Swasta

Bersama

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

default PJPK
Terminasi akibat default

Strategi Mitigasi Sesuai

Penjaminan pemerintah

PJPK
10. RISIKO FORCE MAJEURE
Bencana alam

Force majeur politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

gangguan keamanan masyarakat


Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi

berkepanjangan

mengganggu aspek ekonomis pihak

kontrak KPS dan memicu

tdk tersedia untuk risiko

yang terkena dampak (terutama bila

terminasi dini

tertentu

asuransi tidak ada)


11. ASSET KEPEMILIKAN ASET
Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Pada sektor pengelolaan air limbah, risiko spesifiknya mirip dengan apa yang ditemukan dalam sektor persampahan. Di sektor volume
dan kualitas suplai limbah yang diperoleh biasanya tidak terlalu bervariasi. Selain itu, tergantung dari teknologi yang digunakan dan
persepsi dari calon pengguna output (air bersih olahan), output yang dihasilkan sifatnya tidak komersial.
4.2.3 Matriks Risiko KPS sektor Jalan Tol
Matriks risiko ini dibuat untuk 2 jenis struktur KPS dalam sektor ini sebagaimana diidentifikasi pada bagian 3.2.3, yaitu: Konsesi Penuh
jalan tol dan O&M jalan tol.

4.2.3.1 Konsesi Penuh Jalan Tol


Matriks risiko ini relevan untuk proyek jalan/jembatan tol yang mencakup desain, konstruksi, pembayaan dan operasi dan
pemeliharaan seluruh fasilitas tol serta menarik pembayaran atas layanan langsung dari pengguna (tipe user- charge).

53

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Tabel 6. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Jalan Tol


Konsesi Penuh Jalan Tol
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

proyek sebelum proses

biasanya masif dan

pembebasan lahan

yang berkepanjangan

pengadaan,

dipengaruhi dari trase

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

dibebaskan

yang direncanakan
x

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum

proyek karena proses pembebasan

prosedur yang jelas dalam

dan tata ruang lahan bisa

lahan yang sulit

pembebasan lahan proyek

menjadi kendala

Proses pemukiman kembali

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Kompensasi yang wajar dan

Dampak sosial relatif luas

yang rumit

karena rumitnya isu proses

komunikasi yang baik dengan

bila lahan di perkotaan

pemukiman kembali

pihak yang terkena dampak

dan sifatnya masih


produktif

Risiko Status Tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

Data historis penggunaan lahan Potensi risiko geoteknis


dan penyelidikan tanah

bisa signifikan karena


volume pekerjaan tanah
relatif besar

Keterbatasan ruang kerja

Terkait penyediaan lahan untuk

/working space konstruksi

ruang kerja pada masa konstruksi

Metode konstruksi yang baik;

Bila ada penolakan

Sosialisasi oleh pemerintah

masyarakat Pemerintah
dapat membantu

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi


Gagal menjaga

dan penyelidikan tanah


x

keselamatan dalam lokasi


Kontaminasi/polusi ke
lingkungan lokasi

Data historis penggunaan lahan


Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik

Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik

54

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

output

akibat spesifikasi output tidak jelas

Klarifikasi saat proses tender;


Kapasitas desain yang baik

Spesifikasi output PJPK


harus mengacu ke best

practice
Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator


Terlambatnya penyelesaian

Dapat termasuk terlambatnya

konstruksi

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi

berpengalaman dan baik

saat uji operasi tekni

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi


harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

Koordinasi kontraktor dan


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang

buruk

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier


Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

konsorsium)

Proses PQ untuk memperoleh


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Koordinasi yang baik dengan

Bisa juga karena

potential lenders

conditions precedence
tidak terpenuhi

proyek yang tidak optimal


Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Konsorsium didukung sponsor


/lender yang kredibel

uang

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat


inflasi terhadap asumsi dalam life-

Faktor indeksasi tarif;

Bisa dibagi dengan


Pemerintah apabila

55

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

cycle cost
Risiko suku bunga

fluktuasinya ekstrim

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia di

Konsultansi dengan

Khususnya untuk

spesialis/broker asuransi

cakupan risiko terkait

pasaran
Risiko asuransi (2)

keadaan kahar

Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

Spesifikasi output yang jelas

tersedianya layanan
Aksi industri

kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau
penyuplai

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;

dalam implementasi proyek


Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Menerapkan program

Pemberdayaan masyarakat
x

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara

operasional Proyek Kerjasama

professional

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

terdeteksiakibat kegagalan kontrol

monitoring serta evaluasi

dan monitoring oleh Badan Usaha

berkala terhadap efektivitas

atau PJPK

rancangan dan pelaksanaan

Kenaikan biaya O&M

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga


Kesalahan estimasi biaya

isu keselamatan

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

life cycle
Kecelakaan lalu lintas atau

Menyusun rencana kontrol dan

Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin

Asuransi kewajiban pihak


ketiga

56

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi

Mengakibatkan penurunan

volume permintaan

pendapatan dan defisit bagi BU

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi Pemerintah,

Pinjaman lunak di awal operasi

jaminan permintaan
minimum dapat
dipertimbangkan

Kesalahan estimasi dari

Survei lalu lintas yang handal;

model sebelumnya

Bila dipicu aksi Pemerintah,


jaminan pendapatan
minimal dapat
dipertimbangkan

Pelanggan akhir tidak


membayar

Akibat user affordability and

Subsidi (khususnya tarif)

willingness di bawah tingkat

Sosialisasi yang baik ke publik

kelayakan
Kegagalan memungut

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

pembayaran tarif

sistem pemungutan tarif

Kegagalan mengajukan

Akibat BU tidak mampu memenuhi

penyesuaian tarif

standar minimal yang disepakati

Penyesuaian tarif periodik

Sistem pemungutan dan


kinerja operasi yang baik

Kinerja operasi yang baik;


Regulasi yang mendukung

Kinerja operasi yang baik;

terlambat

Regulasi yang mendukung

Tingkat penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik;

lebih rendah dari proyeksi

Regulasi yang mendukung

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

Survei user affordability and


willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk

Standar kinerja operasi dan

membangun dan memelihara

pengawasan yang baik

jaringan yang diperlukan


Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas penghubung


Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk tidak

membangun fasilitas pesaing

Pemahaman kontrak yang baik

Dapat juga menjadi

oleh sektor publik

bagian risiko pendapatan

Pemahaman kontrak yang baik

Dapat juga menjadi

oleh sektor publik

bagian risiko pendapatan

Pekerjaan perbaikan oleh pihak

Kontrak konstruksi dari

yang kualitas pekerjaannya

pihak pemerintah

8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

Ketimpangan kualitas pekerjaan


dukungan pemerintah dan yang

57

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

dikerjakan BU.

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

lebih rendah

maupun BU harus selaras


dalam kualitas pekerjaan

Risiko Interface (2)

Rework yang substantial terkait

Kesepakatan para pihak sedini

Kontrak konstruksi dari

perbedaan standar / metode layanan

mungkin tentang standar /

pihak pemerintah

yang digunakan

metode yang akan diterapkan

maupun BU harus selaras


dalam kualitas pekerjaan

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Rupiah
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Mediasi

Penjaminan pemerintah

kompensasi (yang memadai)


Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

dan spesifik
Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Mediasi,negosiasi

Selain memiliki provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas

Penjaminan pemerintah

termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya
x

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu

termasuk kompensasinya

selain perencanaan

10. RISIKO KEADAAN KAHAR


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

gangguan keamanan masyarakat


Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi

berkepanjangan

mengganggu aspek ekonomis pihak

kontrak KPS dan memicu

tdk tersedia untuk risiko

yang terkena dampak (terutama bila

terminasi dini

tertentu

58

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

asuransi tidak ada)


11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET
Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Risiko spesifik sektor jalan tol adalah risiko lokasi (misal yang terkait pembebasan lahan), risiko permintaan (misal risiko permintaan
lalu lintas dan risiko tarif) dan risiko jaringan (misal isu konektivitas dan rute pesaing).
Satu hal tambahan, jenis peristiwa risiko yang dibahas masih dibatasi pada proyek proyek jalan tol yang menggunakan teknologi at-

grade atau di atas tanah dan fly-over atau layang (belum termasuk under-ground, seperti struktur terowongan).
4.2.3.2. O&M Jalan Tol
Dalam kontrak O&M ini, BU mengoperasikan dan memelihara fasilitas dan menagih pembayaran dari pelanggan retail/pengguna akhir
(penumpang) atas nama pemerintah. Pendapatan diperhitungkan sebagai bagian dari pembayaran yang dikumpulkan untuk insentif BU
dalam menjaga kualitas pelayanan. BU juga akan memperhatikan baik masalah lalu lintas maupun tarif.
Tabel 7. Matriks Risiko untuk O&M Jalan Tol
O&M Jalan Tol
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Gagal menjaga

keselamatan dalam lokasi

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusi ke

lingkungan lokasi
Risiko Status Tanah

Implementasi prosedur
Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI

59

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Terlambatnya

Dapat termasuk terlambatnya

penyelesaian konstruksi

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Publik

Swasta
x

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi


harga tertentu dalam kontrak

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Kesepakatan faktor eskalasi

yang diminta operator


Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

harga tertentu dalam kontrak


x

Koordinasi kontraktor dan

dalam uji operasi teknis

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Default BU

Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier


Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

konsorsium)

Proses PQ untuk memperoleh


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Koordinasi yang baik dengan

Bisa juga karena

potential lenders

conditions precedence
tidak terpenuhi

proyek yang tidak optimal


Risiko nilai tukar mata

Konsorsium didukung sponsor


/lender yang kredibel

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Instrumen lindung nilai

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

Lindung nilai tingkat suku

uang
Risiko tingkat inflasi

terhadap asumsi dalam life-cycle cost


Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku


bunga

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

bunga
x

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran

Konsultansi dengan

Khususnya untuk

spesialis/broker asuransi

cakupan risiko terkait


keadaan kahar

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

tersedianya layanan

Spesifikasi output yang jelas

60

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Aksi industri

Publik

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

Swasta
x

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau
penyuplai

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;

dalam implementasi proyek


Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Menerapkan program

Pemberdayaan masyarakat
x

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara

operasional Proyek Kerjasama

professional

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

monitoring serta evaluasi

dan monitoring oleh Badan Usaha

berkala terhadap efektivitas

atau PJPK
Kenaikan biaya O&M

Menyusun rencana kontrol dan

rancangan dan pelaksanaannya

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau

Asuransi kewajiban pihak ketiga

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi

Pinjaman lunak di awal operasi

Pemerintah, jaminan

isu keselamatan
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan

permintaan minimum
dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi

pendapatan dari model

Pemerintah, jaminan

awal

pendapatan minimum
dapat dipertimbangkan

Pelanggan akhir tidak

Akibat user affordability and

membayar

willingness di bawah tingkat

Subsidi (khususnya tarif)


Sosialisasi yang baik ke publik

kelayakan
Kegagalan memungut
pembayaran tarif

Akibat kegagalan / tidak optimalnya


sistem pemungutan tarif

Survei user affordability and


willingness yang handal

61

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Kegagalan mengajukan

Gagalnya penyesuaian tarif karena BU

penyesuaian tarif

tidak mampu memenuhi standar

Publik

Swasta
x

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Kinerja operasi yang baik dan


jelas;

minimal yang disepakati


Penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik dan

periodikterlambat

jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik dan

lebih rendah dari proyeksi

jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

Survei user affordability and


willingness yang handal

7. RISIKO JARINGAN
Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk

Standar kinerja operasi dan

membangun dan memelihara

pengawasan yang baik

jaringan yang diperlukan


Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas jalan

oleh sektor publik

penghubung
Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk tidak

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas pesaing

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

Ketimpangan kualitas pekerjaan

Pekerjaan perbaikan oleh pihak

Kontrak konstruksi dari

pengadaan pemerintah dan yang

yang kualitas pekerjaannya

pihak pemerintah

dikerjakan BU.

lebih rendah

maupun BU harus
selaras dalam kualitas
pekerjaan

Risiko Interface (2)

Rework yang substantial terkait

Kesepakatan para pihak sedini

Kontrak konstruksi dari

perbedaan standar / metode layanan

mungkin tentang standar /

pihak pemerintah

yang digunakan

metode yang akan diterapkan

maupun BU harus
selaras dalam kualitas
pekerjaan

9. RISIKO POLITIK
x

Pembiayaan domestik

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah

Penjaminan bank sentral

62

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Publik

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Peristiwa Risiko

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan bank sentral
Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

kompensasi (yang memadai)

Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

dan spesifik

Mediasi,negosiasi

Selain memiliki provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas

Penjaminan pemerintah

termasuk
kompensasinya

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu

termasuk kompensasinya

selain perencanaan

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

gangguan keamanan masyarakat


Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi

berkepanjangan

mengganggu aspek ekonomis pihak

kontrak KPS dan memicu

tdk tersedia untuk risiko

yang terkena dampak (terutama bila

terminasi dini

tertentu

asuransi tidak ada)


11. ASET OWNERSHIP RISKS
Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Transfer bisnis jalan tol

Ketidakpastian kondisi bisnis setalah

Studi kelayakan bisnis yang

eksisting

transfer dari operator sebelumnya

Transfer aset jalan tol

Tidak terantisipasinya kondisi jalan

eksisting

tol yang dibangun

baik dan lengkap (dalam PFS)


x

Studi kelayakan bisnis yang


baik dan lengkap (dalam PFS)

63

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Risiko spesifik dalam struktur O&M jalan tol ini (dibandingkan struktur Konsesi Penuh), adalah risiko lokasi (misal terkait pembebasan
lahan), desain konstruksi dan risiko uji operasi serta risiko transfer aset/bisnis jalan tol. Pada risiko sektoral spesifik lainnya (risiko
permintaan, risiko jaringan dan risiko interface), masih menjadi perhatian BU. Khusus risiko interface, eksposurnya relatif lebih besar.

4.2.3.3. Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M


Matriks risiko ini diperuntukkan untuk struktur kombinasi Konsesi Penuh dan O&M pada proyek jalan tol yang terdiri dari lebih dari
satu ruas,Terkait kondisi bahwa lingkup pekerjaan yang dikerjasamakan dibedakan berdasarkan ruas,skema alokasi risiko para pihak
juga akan merupakan kombinasi dari matriks risiko dari kedua struktur tersebut.
Tabel 8. Matriks Risiko untuk Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol
Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan yang

proyek sebelum proses

biasanya masif dan

pembebasan lahan

berkepanjangan

pengadaan,

dipengaruhi dari trase


yang direncanakan

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum

dibebaskan

proyek karena proses pembebasan

prosedur yang jelas dalam

dan tata ruang lahan

lahan yang sulit

pembebasan lahan proyek

bisa menjadi kendala

Kompensasi yang wajar dan

Dampak sosial relatif

Proses pemukiman

Keterlambatan dan kenaikan biaya

kembali yang rumit

karena rumitnya isu proses

komunikasi yang baik dengan

luas bila lahan di

pemukiman kembali

pihak yang terkena dampak

perkotaan dan sifatnya

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan validasi status

masih produktif
Risiko status tanah

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

Data historis penggunaan lahan

Potensi risiko geoteknis

dan penyelidikan tanah

bisa besar karena


volume pekerjaan tanah
relatif besar

64

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Keterbatasan ruang kerja

Terkait penyediaan lahan untuk ruang

/working space konstruksi

kerja pada masa konstruksi

Publik

Swasta
x

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Metode konstruksi yang baik;

Bila ada penolakan

Sosialisasi oleh pemerintah

masyarakat Pemerintah
dapat membantu

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi

Data historis penggunaan lahan


dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga

keselamatan dalam lokasi

Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusi ke

lingkungan lokasi

Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

output

akibat spesifikasi output tidak jelas

Klarifikasi saat proses tender;


Kapasitas desain yang baik

Spesifikasi output PJPK


harus mengacu ke best

practice
Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator


Terlambatnya

Dapat termasuk terlambatnya

penyelesaian konstruksi

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi

berpengalaman dan baik

saat uji operasi teknis

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi


harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

Koordinasi kontraktor dan


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor

yang buruk

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier


Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota


konsorsium)

4. RISIKO FINANSIAL

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

Proses PQ untuk memperoleh


sponsor yang kredibel

65

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Publik

Swasta
x

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Koordinasi yang baik dengan

Bisa juga karena

potential lenders

conditions precedence
tidak terpenuhi

proyek yang tidak optimal


Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Konsorsium didukung sponsor


/lender yang kredibel

uang

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

Faktor indeksasi tarif;

Bisa dibagi dengan

Rebasing tarif

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko tertentu

tidak lagi tersedia di pasaran

Konsultansi dengan

Khususnya untuk

spesialis/broker asuransi

cakupan risiko terkait


keadaan kahar

Risiko asuransi (2)

Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

tersedianya layanan
Aksi industri

Spesifikasi output yang jelas


kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau
penyuplai

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;

dalam implementasi proyek

Menerapkan program

Pemberdayaan masyarakat

Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

operasi dan dijalankan secara

operasional Proyek Kerjasama

profesional

Menyusun rencana manajemen

66

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

monitoring serta evaluasi

dan monitoring oleh Badan Usaha atau

berkala terhadap efektivitas

PJPK
Kenaikan biaya O&M

Menyusun rencana kontrol dan

rancangan dan pelaksanaan

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau

isu keselamatan

Asuransi kewajiban pihak


ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan

Mengakibatkan penurunan
pendapatan tarif tol dan

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi

Pinjaman lunak di awal operasi

Pemerintah, jaminan
permintaan minimum

defisit bagi BU

dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi

pendapatan dari model

Pemerintah, jaminan

awal

pendapatan minimal dapat


dipertimbangkan

Pelanggan akhir tidak

Akibat user affordability and

membayar

willingness di bawah tingkat kelayakan

Kegagalan memungut

Sosialisasi yang baik ke publik

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

pembayaran tarif

sistem pemungutan tarif

Kegagalan mengajukan

Akibat BU tidak mampu memenuhi

penyesuaian tarif

standar minimal yang disepakati

Penyesuaian tarif

Subsidi (khususnya tarif)


x

Survei user affordability and


willingness yang handal

Kinerja operasi yang baik;


Implementasi regulasi

Kinerja operasi yang baik;

periodikterlambat

Implementasi regulasi

Tingkat penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik;

lebih rendah dari proyeksi

Implementasi regulasi

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

Survei user affordability and


willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas membangun dan

Standar kinerja operasi dan

67

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

memelihara jaringan yang diperlukan


Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk


Ingkar janji otoritas untuk tidak

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

pengawasan yang baik


x

membangun fasilitas penghubung


Risiko jaringan (3)

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

membangun fasilitas pesaing

Pemahaman kontrak yang baik

Dapat juga menjadi

oleh sektor publik

bagian risiko pendapatan

Pemahaman kontrak yang baik

Dapat juga menjadi

oleh sektor publik

bagian risiko pendapatan

8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

Ketimpangan kualitas pekerjaan

Pekerjaan perbaikan oleh pihak Kontrak konstruksi dari

dukungan pemerintah dan yang

yang kualitas pekerjaannya

pihak pemerintah maupun

dikerjakan BU.

lebih rendah

BU harus selaras dalam


kualitas pekerjaan

Risiko Interface (2)

Rework yang substantial terkait

Kesepakatan para pihak sedini

Kontrak konstruksi pihak

perbedaan standar / metode layanan

mungkin tentang standar /

pemerintah dan BU harus

yang digunakan

metode yang akan diterapkan

selaras dalam kualitas


pekerjaan

9. RISIKO POLITIK
Pembiayaan domestik

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah

Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral
Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

kompensasi (yang memadai)

Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

dan spesifik
Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Mediasi,negosiasi

Kejelasan provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak termasuk

Penjaminan pemerintah

kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu

termasuk kompensasinya

selain perencanaan

68

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

10. RISIKO KEADAAN KAHAR


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

gangguan keamanan masyarakat


Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi

berkepanjangan

mengganggu aspek ekonomis pihak

kontrak KPS dan memicu

tdk tersedia untuk risiko

yang terkena dampak (terutama bila

terminasi dini

tertentu

asuransi tidak ada)


11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET
Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Dalam struktur kombinasi ini, sedikit berbeda dengan matriks dengan 2 struktur sebelumnya, risiko interface akan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab BU. Karenanya, kontrakkonstruksi kepada kontraktor dari pihak pemerintah maupun BU harus selaras dalam
menetapkan kualitas pekerjaan yang diinginkan terhadap jaringan jalan tol secara keseluruhan sebagai satu kesatuan.
4.2.4

Matriks Risiko KPS sektor Perkeretaapian

Ada dua matriks risiko disediakan untuk struktur KPS yang diidentifikasi untuk sektor ini sebagaimana diuraikan pada subbab 2.2.4,
yaitu: Konsesi Penuh perkeretaapian dan O&M perkeretaapian.
Risiko yang teridentifikasi lebih relevan untuk proyek perkeretaapian yang memberikan jasa transportasi penumpang (dibandingkan
kargo). Risiko desain dan konstruksi di sektor ini biasanya lebih tinggi dibandingkan moda transportasi lain (misalnya jalan dan
jembatan) karena kompleksitas teknologi yang diterapkan dan spesifikasi yang diperlukan untuk tingkat pelayanan tertentu dari jasa
yang diberikan. Untuk risiko yang terkait lingkup kerjama dengan skema TOD, tidak menjadi lingkup risiko proyek yang utama.

4.2.4.1. Konsesi Penuh Perkeretaapian


Berikut ini matriks risiko untuk proyek perkeretaapian dengan struktur Konsesi Penuh yang melibatkan desain, konstruksi,
pembiayaan, pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas transportasi perkeretaapian secara keseluruhan, termasuk penagihan tiket
kepada pelanggan retail/pengguna akhir (penumpang).

69

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Tabel 9. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Perkeretaapian


Konsesi Penuh Perkeretaapian
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LAHAN
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan masif

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan yang

proyek sebelum proses

dan dipengaruhi trase

pembebasan lahan

berkepanjangan

pengadaan

rencana

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum

dibebaskan

proyek karena proses pembebasan

prosedur yang jelas dalam

dan tata ruang lahan

pembebasan lahan proyek

bisa menjadi kendala

Kompensasi yang wajar dan

Dampak sosial relatif

lahan yang sulit


Proses pemukiman

Keterlambatan dan kenaikan biaya

kembali yang rumit

karena rumitnya isu proses

komunikasi yang baik dengan

luas bila lahan di

pemukiman kembali

pihak yang terkena dampak

perkotaan dan sifatnya


masih produktif

Risiko status tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan

validasi

status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

Data historis penggunaan lahan

Potensi risiko geoteknis

dan penyelidikan tanah

bisa signifikan karena


volume pekerjaan tanah
relatif besar

Keterbatasan ruang kerja

Terkait penyediaan lahan untuk ruang

/working space konstruksi

kerja pada masa konstruksi

Metode konstruksi yang baik;

Bila ada penolakan

Sosialisasi oleh pemerintah

masyarakat Pemerintah
dapat membantu

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi

Data historis penggunaan


lahan dan penyelidikan tanah

Kontaminasi/polusi ke

lingkungan lokasi

Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi

Data historis penggunaan lahan


dan penyelidikan tanah

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

output

akibat spesifikasi output tidak jelas

Klarifikasi saat proses tender;

Spesifikasi output PJPK

Kapasitas desain yang baik

mengacu ke best practice

70

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Perkeretaapian


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Publik

Swasta
x

yang diminta operator


Terlambatnya

Dapat termasuk terlambatnya

penyelesaian konstruksi

pengembalian akses lokasi

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi

berpengalaman dan baik

saat uji operasi teknis

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

dalam uji operasi teknis

Koordinasi kontraktor dan


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor

yang buruk

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in olehfinancier
Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

konsorsium)

Proses PQ untuk memperoleh


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Koordinasi yang baik dengan

Bisa juga karena

potential lenders

conditions precedence
tidak terpenuhi

proyek yang tidak optimal


Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Konsorsium didukung sponsor


/lender yang kredibel

uang

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

Bisa dibagi dengan


Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko tertentu


tidak lagi tersedia di pasaran

Konsultansi dengan

Khususnya untuk

spesialis/broker asuransi

cakupan risiko terkait


keadaan kahar

71

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Perkeretaapian


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Risiko asuransi (2)

Publik

Kenaikan substansial tingkat premi

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Konsultansi dengan

terhadap estimasi awal

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

tersedianya layanan
Aksi industri

Spesifikasi output yang jelas


kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau
penyuplai

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

Menerapkan program

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;

dalam implementasi proyek


Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Pemberdayaan masyarakat
Menyusun rencana manajemen

operasi dan dijalankan secara

operasional Proyek Kerjasama

profesional

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

monitoring serta evaluasi

dan monitoring oleh Badan Usaha atau

berkala terhadap efektivitas

PJPK

rancangan dan pelaksanaan

Kenaikan biaya O&M

Akibat kesalahan estimasi biayaO& M

Menyusun rencana kontrol dan

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

atau kenaikan tidak terduga


Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

life cycle

supplier seawal mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau

Asuransi kewajiban pihak

isu keselamatan

ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi

Mengakibatkan penurunan pendapatan

volume permintaan

dan defisit bagi BU

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi

Pinjaman lunak di awal operasi

Pemerintah, jaminan
permintaan minimum
dapat dipertimbangkan

Kesalahan estimasi
pendapatan dari model

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi


Pemerintah, jaminan

72

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Perkeretaapian


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

awal

pendapatan minimal
dapat dipertimbangkan

Pelanggan akhir tidak

Akibat user affordability and

membayar

willingness di bawah tingkat kelayakan

Kegagalan memungut

Sosialisasi yang baik ke publik

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

pembayaran tarif

sistem pemungutan tarif

Kegagalan mengajukan

Akibat BU tidak mampu memenuhi

penyesuaian tarif

standar minimal yang disepakati

Penyesuaian tarif

Subsidi (khususnya tarif)


x

Survei user affordability and

willingness yang handal


x

Kinerja operasi yang baik;


Regulasi yang mendukung

Kinerja operasi yang baik;

periodikterlambat

Regulasi yang mendukung

Tingkat penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik;

lebih rendah dari proyeksi

Regulasi yang mendukung

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

Survei user affordability and


willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk membangun

Standar kinerja operasi dan

& memelihara jaringan KA yang

pengawasan yang baik

diperlukan
Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas trek penghubung


Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk tidak

oleh sektor publik


x

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas pesaing

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

Ketimpangan kualitas pekerjaan

dukungan pemerintah dan yang

yang kualitas pekerjaannya

dikerjakan BU.
Risiko Interface (2)

Pekerjaan perbaikan oleh pihak


lebih rendah

Rework yang substantial terkait

Kesepakatan para pihak sedini

perbedaan standar / metode layanan

mungkin tentang standar /

yang digunakan

metode yang akan diterapkan

9. RISIKO POLITIK
x

Pembiayaan domestik

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah

Penjaminan dari bank sentral

73

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Perkeretaapian


Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

kompensasi (yang memadai)

Penjaminan Pemerintah
Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

dan spesifik

Mediasi,negosiasi

Selain memiliki provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas

Penjaminan pemerintah

termasuk
kompensasinya

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu

termasuk kompensasinya

selain perencanaan

10. RISIKO KEADAAN KAHAR


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

gangguan keamanan masyarakat


Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi

berkepanjangan

mengganggu aspek ekonomis pihak

kontrak KPS dan memicu

tdk tersedia untuk risiko

yang terkena dampak (terutama bila

terminasi dini

tertentu

asuransi tidak ada)


11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET
Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Sebagaimana terlihat dalam tabel di atas, struktur Konsesi Penuh perkeretaapian memiliki sejumlah risiko sektoral (yang mirip dengan
risiko dalam Konsesi Penuh jalan tol), yaitu: risiko pembebasan lahan, risiko permintaan, risiko tarif dan risiko interface.

74

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2.4.2. O&M Perkeretaapian


Serupa dengan Kontrak O&M di sektor jalan tol, BU memelihara fasilitas dan menagih pembayaran dari pelanggan retail/pengguna
akhir (penumpang).Pendapatan diperhitungkan sebagai bagian dari pembayaran yang dikumpulkan untuk insentif BU dalam menjaga
kualitas pelayanan. BU juga akan memperhatikan baik masalah lalu lintas maupun tarif.
Tabel 10. Matriks Risiko untuk O&M Perkeretaapian
O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Gagal menjaga keselamatan

dalam lokasi

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi
Risiko status tanah

Implementasi prosedur
Kesesuaian dengan studi Amdal
yang baik

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Terlambatnya

Dapat termasuk terlambatnya

penyelesaian konstruksi

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi


harga tertentu dalam kontrak

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Kesepakatan faktor eskalasi harga

yang diminta operator


Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

tertentu dalam kontrak


x

Koordinasi kontraktor dan

dalam uji operasi teknis

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Default BU

Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier


Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota


konsorsium)

4. RISIKO FINANSIAL

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

Proses PQ untuk memilih


sponsor yang kredibel

75

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Publik

Swasta
x

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Koordinasi yang baik dengan

Bisa juga karena

potential lenders

conditions precedence
tidak terpenuhi

proyek yang tidak optimal


Risiko nilai tukar mata

Konsorsium didukung sponsor


/lender yang kredibel

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

uang

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

Bisa dibagi dengan


Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko tertentu

tidak lagi tersedia di pasaran

Konsultansi dengan

Khususnya untuk

spesialis/broker asuransi

cakupan risiko terkait


keadaan kahar

5. .RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

tersedianya layanan
Aksi industri

Spesifikasi output yang jelas


kebijakan SDM, hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau
penyuplai

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;

dalam implementasi proyek


Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Pemberdayaan masyarakat
x

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

Implementasi rencana
manajemen operasi secara

operasional Proyek Kerjasama


Kegagalan kontrol dan

Menerapkan program

profesional
x

Menyusun rencana kontrol dan


monitoring serta melakukan

76

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

dan monitoring oleh Badan Usaha atau

evaluasi berkala terhadap

PJPK

efektivitas rancangan dan


pelaksanaan

Kenaikan biaya O&M

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau

Asuransi kewajiban pihak ketiga

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi

Pinjaman lunak di awal operasi

Pemerintah, jaminan

isu keselamatan
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan

permintaan minimum
dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi

pendapatan dari model

Pemerintah, jaminan

awal

pendapatan minimum
dapat dipertimbangkan

Pelanggan akhir tidak

Akibat user affordability and

membayar

willingness di bawah tingkat kelayakan

Kegagalan memungut

Sosialisasi yang baik ke publik

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

pembayaran tarif

sistem pemungutan tarif

Kegagalan mengajukan

Gagalnya penyesuaian tarif karena BU

penyesuaian tarif

tidak mampu memenuhi standar

Subsidi (khususnya tarif)


x

Survei user affordability and


willingness yang handal

Kinerja operasi yang baik;


Regulasi yang mendukung

minimal yang disepakati


Penyesuaian tarif periodik

Kinerja operasi yang baik;

terlambat
Tingkat penyesuaian tarif

Regulasi yang mendukung


x

Kinerja operasi yang baik;

lebih rendah dari proyeksi


Kesalahan perhitungan
estimasi tarif
7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN

Regulasi yang mendukung


x

Survei user affordability and


willingness yang handal

77

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Standar kinerja operasi dan

membangun dan memelihara jaringan

pengawasan yang baik

yang diperlukan
Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas jalan

oleh sektor publik

penghubung
Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk tidak

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas pesaing

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

Ketimpangan kualitas pekerjaan

Pekerjaan perbaikan oleh pihak

Kontrak konstruksi dari

dukungan pemerintah dan yang

yang kualitas pekerjaannya lebih

pihak pemerintah maupun

dikerjakan BU.

rendah

BU harus selaras dalam


kualitas pekerjaan

Risiko Interface (2)

Rework yang substantial terkait

Kesepakatan para pihak sedini

Kontrak konstruksi dari

perbedaan standar / metode layanan

mungkin tentang standar /

pihak pemerintah maupun

yang digunakan

metode yang akan diterapkan

BU harus selaras dalam


kualitas pekerjaan

9. RISIKO POLITIK
Pembiayaan domestik

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah

Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral
Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

kompensasi (yang memadai)

Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

dan spesifik

-Mediasi,negosiasi

Selain memiliki provisi

-Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas

-Penjaminan pemerintah

termasuk
kompensasinya

78

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Publik

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak /

persetujuan perencanaan

tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Peristiwa Risiko

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu

termasuk kompensasinya

selain perencanaan

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

gangguan keamanan masyarakat


Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi

berkepanjangan

mengganggu aspek ekonomis pihak

kontrak KPS dan memicu

tdk tersedia untuk risiko

yang terkena dampak (terutama bila

terminasi dini

tertentu

asuransi tidak ada)


11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET
Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Transfer bisnis KA

Ketidakpastian kondisi bisnis setalah

Studi

eksisting

transfer dari operator sebelumnya

Transfer aset KA eksisting

Tidak terantisipasinya kondisi trek


yang dibangun

kelayakan

bisnis yang

baik dan lengkap (dalam PFS)


x

Studi kelayakan aset yang baik


dan lengkap (dalam PFS)

Seperti sektor jalan tol, risiko khusus dalam struktur O&M perkeretaapian ini (dibandingkan dengan Konsesi Penuh perkeretaapian)
adalah risiko lokasi (yaitu yang berhubungan dengan pembebasan tanah), risiko desain konstruksi & uji-operasi dan risiko
kepemilikan/pengalihan aset. Pada risiko sektoral spesifik lainnya (risiko permintaan, risiko jaringan dan risiko interface), masih
menjadi perhatian BU, hanya eksposurnya mungkin tidak sebesar pada proyek Konsesi Penuh.

4.2.5

Matriks Risiko KPS sektor Ketenagalistrikan

Matriks risiko disediakan untuk 2 struktur KPS yang diidentifikasi untuk sektor ini sebagaimana dijelaskan pada subbab 2.2.5 yaitu:
BOT Ketenagalistrikan dan BOO Ketenagalistrikan.

79

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2.5.1. BOT Ketenagalistrikan


Berikut ini matriks risiko untuk suatu proyek pembangkit listrik dengan kontrak BOT (Build, Operate, Transfer). BU (umumnya dikenal
sebagai IPP) menjual tenaga listrik kepada PLN sebagai pembeli ( off-taker) selama periode perjanjian jual beli listrik (PPA) dan akan
menyerahkan unit pembangkit listrik kepada PLN setelah kontrak tersebut berakhir.
Tabel 11. Matriks Risiko untuk BOT Ketenagalistrikan
BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LAHAN
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan untuk

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

proyek sebelum proses

pembangkit sudah

pembebasan lahan

yang berkepanjangan

pengadaan,

diidentifikasi dengan
jelas

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum

dibebaskan

proyek karena proses pembebasan

prosedur yang jelas dalam

dan tata ruang lahan

lahan yang sulit

pembebasan lahan proyek

bisa menjadi kendala

Proses pemukiman

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Kompensasi yang wajar dan

Kebutuhan lahan proyek

kembali yang rumit

karena rumitnya isu proses

komunikasi yang baik kepada

ini biasanya tidak luas

pemukiman kembali

pihak yang terkena dampak

dan dampak sosial


relatif kecil

Risiko status tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

Data historis penggunaan lahan

Karena lahan tidak luas

dan penyelidikan tanah

risiko geoteknis relatif


bisa dikelola

Kerusakan artefak

danbarang kuno pada

Data historis penggunaan


lahan dan penyelidikan tanah

lokasi
Gagal menjaga keselamatan

dalam lokasi
Kontaminasi/polusike

Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik

Kesesuaian dengan

80

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

lingkungan lokasi

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

output

akibat spesifikasi output tidak jelas

Klarifikasi saat proses tender;


Kapasitas desain yang baik

Spesifikasi output PJPK


harus mengacu ke best

practice
Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator


Terlambatnya penyelesaian

Dapat termasuk terlambatnya

konstruksi

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi

berpengalaman dan baik

saat uji operasi teknis

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi


harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

Koordinasi kontraktor dan


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang

buruk

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier


Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

konsorsium)

Proses PQ untuk memperoleh


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Koordinasi yang baik dengan

Bisa juga karena

potential lenders

conditions precedence
tidak terpenuhi

proyek yang tidak optimal


Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Konsorsium didukung sponsor


/lender yang kredibel

uang

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi


terhadap asumsi life-cycle cost

Faktor indeksasi tarif;

Bisa dibagi dengan


Pemerintah apabila

81

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko
fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran

Konsultansi dengan

Khususnya untuk

spesialis/broker asuransi

cakupan risiko terkait


keadaan kahar

Risiko asuransi (2)

Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

tersedianya layanan
Aksi industri

Spesifikasi output yang jelas


kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau
penyuplai

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;
Pemberdayaan masyarakat

dalam implementasi proyek


Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Menerapkan program

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara

operasional Proyek Kerjasama

profesional

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

terdeteksiakibat kegagalan kontrol

monitoring serta evaluasi

dan monitoring oleh Badan Usaha

berkala terhadap efektivitas

atau PJPK
Kenaikan biaya O&M

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

rancangan dan pelaksanaan


x

atau kenaikan tidak terduga


Kesalahan estimasi biaya

karena inefisiensi unit

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

life cycle
Kenaikan biaya energi

Menyusun rencana kontrol dan

Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin

Kualitas dan spesifikasi unit


yang baik

82

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Tidak teraturnya

Swasta
x

ketersediaan utilitas
Gangguan (downtime)

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Biasanya diantisipasi

back up listrik/utilitas lainnya

sedini mungkin

berkepanjangan
x

bakar
Menurunnya kualitas

bahan bakar
Ketidakpastian tersedianya

Kontrak suplai bahan bakar

bahan bakar

jangka panjang

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan volume

Survei volume permintaan yang

permintaan output proyek

handal

Pelanggan akhir tidak

Akibat user affordability and

membayar

willingness di bawah tingkat

Subsidi (khususnya tarif)


Sosialisasi yang baik ke publik

kelayakan
Penyesuaian tarif periodik

Kinerja operasi yang baik;


Regulasi yang mendukung

terlambat
Tingkat penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik;

lebih rendah dari proyeksi

Regulasi yang mendukung

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

Survei user affordability and


willingness yang handal

7.RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk menjaga

jaringan transmisi yang diperlukan


Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk membangun

Pemahaman kontrak yang baik


oleh sektor publik

fasilitas yang diperlukan

Pemahaman kontrak yang baik


oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)

Output tidak terserap di awal periode


operasional

Perencanaan yang baik


Jaringan distribusi yang
handal

9. RISIKO POLITIK

Alokasi Risiko

Tindakan antisipasi: fasilitas

Berkurangnya suplai bahan

Kondisi Spesifik terkait

83

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Publik

Swasta

Bersama

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan bank sentral

Rupiah
Mata uang asing tidak

Strategi Mitigasi Sesuai

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan bank sentral

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

kompensasi (yang memadai)

Penjaminan Pemerintah
Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

dan spesifik

Mediasi,negosiasi

Selain memiliki provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas

Penjaminan Pemerintah

termasuk
kompensasinya

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

akses ke lokasi proyek

/tidak wajar dari otoritas terkait

Risiko parastatal (1)

Wanprestasi kewajiban kontraktual

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

x
x

akibat privatisasi offtaker atau default

Biasanya terkait isu

termasuk kompensasinya

selain perencanaan

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya
Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

PJPK sebagai offtaker


Risiko parastatal (2)

Provisi kontrak yang jelas

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

PJPK
10. RISIKO FORCE MAJEURE
Bencana alam

Force majeur politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri

gangguan keamanan masyarakat


Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

berkepanjangan

mengganggu aspek ekonomis pihak

kontrak KPS dan memicu

yang terkena dampak (terutama bila

terminasi dini

84

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

asuransi tdk ada)


11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET
Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Transfer aset setelah

Asuransi

kontrak KPS berakhir

Umumnya dalam struktur BOT Ketenagalistrikan, risiko spesifiknya adalah risiko pengalihan aset setelah berakhirnya perjanjian jual
beli listrik (PPA). Risiko sektor spesifik lainnya adalah risiko parastatal (pelanggaran kontrak oleh off-taker dan privatisasi off-taker).

4.2.5.2 . BOT Mulut Tambang


Berikut ini matriks risiko untuk suatu proyek pembangkit listrik mulut tambang dengan kontrak BOT (Build, Operate, Transfer).
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, struktur BOT dipilih karena pertimbangan teknologi yang relatif tinggi dan lokasi tambang
pemasok batu bara pembangkit swasta ditentukan oleh (dan kemudian dimiliki oleh) PLN yang juga sebagai PJPK.
Tabel 12. Matriks Risiko untuk BOT Mulut Tambang
BOT Mulut Tambang
Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LAHAN
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan proyek

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

proyek sebelum proses

juga sangat tergantung

pembebasan lahan

yang berkepanjangan

pengadaan,

dari lokasi tambang

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

yang dipilih
dibebaskan

Status hukum lahan dan

Kompleksitas

proyek karena proses pembebasan

prosedur yang jelas dalam

bertambah apabila

lahan yang sulit

pembebasan lahan proyek

kesepakatan harga

tambang tidak dapat


tercapai
Proses pemukiman kembali

Keterlambatan dan kenaikan biaya

yang rumit

karena rumitnya isu proses

Kompensasi yang wajar dan

Biasanya lokasi tambang

komunikasi yang baik dengan

terpencil sehingga isu

85

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Mulut Tambang


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice
pihak yang terkena dampak

pemukiman kembali
Risiko status tanah

Bersama

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko
ini relatif bisa dikelola

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi, baik pembangkit

Data historis penggunaan

Alokasi risiko ke sektor

lahan dan penyelidikan tanah

publik karena opsi

maupun tambang batubara

kepemilikan tambang
oleh sektor publik

Kerusakan artefak

danbarang kuno pada

Data historis penggunaan


lahan dan penyelidikan tanah

lokasi
Gagal menjaga

keselamatan dalam lokasi

Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusi

ke lingkungan lokasi

Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

output

akibat spesifikasi output tidak jelas

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Klarifikasi saat proses tender;

Spesifikasi output PJPK

Kapasitas desain yang baik

harus mengacu ke best

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi

berpengalaman dan baik

saat uji operasi teknis

practice
x

yang diminta operator


Terlambatnya penyelesaian

Dapat termasuk terlambatnya

konstruksi

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi


harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

Koordinasi kontraktor dan


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang
buruk

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

86

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Mulut Tambang


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Default sub-kontraktor

Publik

Swasta
x

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier


Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel

konsorsium)

Proses PQ untuk memilih


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Koordinasi yang baik dengan

Bisa juga karena

potential lenders

conditions precedence
tidak terpenuhi

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

proyek yang tidak optimal


Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Konsorsium didukung sponsor


/lender yang kredibel

uang

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

dalam estimasi life-cycle cost

Bisa dibagi dengan


Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran

Konsultansi dengan

Khususnya untuk

spesialis/broker asuransi

cakupan risiko terkait


keadaan kahar

Risiko asuransi (2)

Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

tersedianya layanan
Aksi industri

Spesifikasi output yang jelas


Aksi mogok, larangan kerja,dsb

kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf

industrial yang baik

operator,subkontraktor
atau penyuplai

87

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Mulut Tambang


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta
x

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Risiko sosial danbudaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;

dalam implementasi proyek


Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Menerapkan program

Pemberdayaan masyarakat
x

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara

operasional Proyek Kerjasama

profesional

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

monitoring serta evaluasi

dan monitoring oleh Badan Usaha atau

berkala terhadap efektivitas

PJPK

rancangan dan pelaksanaannya

Kenaikan biaya O&M

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

Menyusun rencana kontrol dan

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin

Kenaikan biaya energi

karena inefisiensi unit

Kualitas dan spesifikasi unit


yang baik

Tidak teraturnya

ketersediaan utilitas

Tindakan antisipasi: fasilitas

Biasanya sudah harus

back up listrik/utilitas lainnya

diantisipasi sedini
mungkin

Gangguan (downtime)

berkepanjangan
Kenaikan biaya bahan

Risiko ini bisa dipicu kenaikan harga

bakar

batubara di pasar ekspor

Kontrak suplai bahan bakar

Meski dalam opsi ini

jangka panjang;

tambang dimiliki oleh

Operator tambang yang baik;


Regulasi harga batubara

sektor publik, risiko


suplai bahan bakar erat
terkait operasional
tambang

Berkurangnya suplai atau

Risiko ini bisa dipicu

menurunnya kualitas

kenaikan harga batubara di

bahan bakar

pasar ekspor

Kontrak suplai bahan bakar

Meski dalam opsi ini

jangka panjang;

tambang dimiliki oleh

Operator tambang yang baik;


Regulasi harga batubara

sektor publik, risiko


suplai bahan bakar erat
terkait operasional
tambang

88

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Mulut Tambang


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Ketidakpastian tersedianya

Risiko ini bisa dipicu tidak selaranya

bahan bakar

waktu produksi tambang dengan

Publik

Swasta

masa operasional pembangkit

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Kontrak suplai bahan bakar

Meski dalam opsi ini

jangka panjang;

tambang dimiliki oleh

Operator tambang yang baik;


Regulasi harga batubara

sektor publik, risiko


suplai bahan bakar erat
terkait operasional
tambang

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan volume

Survei volume permintaan yang

permintaan output proyek

handal

Pelanggan akhir tidak

Akibat user affordability and

membayar

willingness di bawah tingkat kelayakan

Penyesuaian tarif periodik

Subsidi (khususnya tarif)


Sosialisasi yang baik ke publik

Kinerja operasi yang baik dan

terlambat

jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik dan

lebih rendah dari proyeksi

jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

Survei user affordability and


willingness yang handal

7.RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk menjaga

jaringan transmisi yang diperlukan


Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk membangun

Pemahaman kontrak yang baik


oleh sektor publik

fasilitas yang diperlukan

Pemahaman kontrak yang baik


oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)

Output tidak terserap di awal periode

Perencanaan yang baik


Jaringan distribusi yang handal

operasional
9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Rupiah
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Pembiayaan domestik

Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan bank sentral

Mediasi,negosiasi

89

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Mulut Tambang


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Asuransi Risiko Politik

kompensasi (yang memadai)

Penjaminan Pemerintah
Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

dan spesifik

Mediasi,negosiasi

Selain memiliki provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas

Penjaminan Pemerintah

termasuk
kompensasinya

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan

persetujuan perencanaan

sepihak/tidak wajar dari otoritas

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

terkait
Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

akses ke lokasi proyek

/tidak wajar dari otoritas terkait

Risiko parastatal (1)

Wanprestasi kewajiban kontraktual

x
x

akibat privatisasi offtaker atau default

Biasanya terkait isu

termasuk kompensasinya

selain perencanaan

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya
Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

PJPK sebagai offtaker


Risiko parastatal (2)

Provisi kontrak yang jelas

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan pemerintah

PJPK
10. RISIKO FORCE MAJEURE
Bencana alam

Force majeur politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri

gangguan keamanan masyarakat


Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

berkepanjangan

mengganggu aspek ekonomis pihak

kontrak KPS dan memicu

yang terkena dampak (terutama bila

terminasi dini

asuransi tidak ada)


11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET
Risiko nilai aset turun
Transfer aset setelah
kontrak KPS berakhir

Kebakaran, ledakan, dsb

x
x

Asuransi

90

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Dari matriks risiko di atas, terkait dengan opsi struktur proyek KPS mulut tambang yang dipilih, terlihat bahwa ada beberapa risiko
baru yang muncul akibat kepemilikan tambang batubara oleh PJPK yaitu risiko lahan (terkait biaya dan proses akuisisi tambang, risiko
geoteknik tambang). Selain itu, meskipun struktur ini dipilih untuk meminimalkan risiko ketersediaan bahan bakar pembangkit (subset
dari risiko operasi), risiko kenaikan biaya dan ketersediaan suplai batubara sangat terkait operasional tambang. Lebih jauh, risiko
suplai bahan bakar bisa juga dipicu tidak selarasnya kesiapan produksi tambang dengan kesiapan operasional pembangkit.
Sebagai langkah mitigasi, selain keterlibatan operator tambang yangkredibeldankontrak suplai jangka panjang, pengaturan suplai dan
harga batubara mulut tambang juga diperlukan terkait potensi pengalihan suplai sebagai dampak akibat kenaikan harga batubara di
pasar ekspor atau industri lainnya.
4.2.6

Matriks Risiko KPS sektor Kepelabuhanan

4.2.6.1. Konsesi Penuh Kepelabuhanan


Matriks risiko berikut ini mengacu pada proyek pelabuhan dengan struktur Konsesi Penuh yang mencakup desain, konstruksi, operasi
dan pemeliharaan fasilitas kepelabuhanan, termasuk pemungutan tarif kepada pelanggan akhir.
Tabel 13. Matrik Risiko untuk Konsesi Penuh Kepelabuhanan
Konsesi Penuh Kepelabuhanan
Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan yang

proyek sebelum proses

biasanya masif dan

pembebasan lahan

berkepanjangan

pengadaan,

dipengaruhi dari trase

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

dibebaskan

yang direncanakan
x

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum

proyek karena proses pembebasan

prosedur yang jelas dalam

dan tata ruang lahan

lahan yang sulit

pembebasan lahan proyek

bisa menjadi kendala

Proses pemukiman kembali

Keterlambatan dan kenaikan

Kompensasi yang wajar dan

Dampak sosial relatif

yang rumit

biayakarenarumitnya isu proses

komunikasi yang baik ke pihak

luas bila lahan di

pemukiman kembali

yang terkena dampak

perkotaan dan sifatnya


masih produktif

91

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kepelabuhanan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Risiko status tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

Data historis penggunaan lahan

Karena lahan tidak luas,

dan penyelidikan tanah

risiko geoteknis relatif


bisa dikelola

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi

Data historis penggunaan lahan


dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga

keselamatan dalam lokasi

Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusi ke

lingkungan lokasi

Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

output

akibatspesifikasi output tidak jelas

Klarifikasi saat proses tender;


Kapasitas desain yang baik

Spesifikasi output PJPK


harus mengacu ke best

practice
Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator


Terlambatnya penyelesaian

Dapat termasuk terlambatnya

konstruksi

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi

berpengalaman dan baik

saat uji operasi teknis

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi


harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

Koordinasi kontraktor dan


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang

buruk

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

92

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kepelabuhanan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Publik

Swasta
x

konsorsium)

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Proses PQ untuk memperoleh


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Koordinasi yang baik dengan

Bisa juga karena

potential lenders

conditions precedence
tidak terpenuhi

proyek yang tidak optimal


Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Konsorsium didukung sponsor


/lender yang kredibel

uang

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

Bisa dibagi dengan


Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran

Konsultansi dengan

Khususnya untuk

spesialis/broker asuransi

cakupan risiko terkait


keadaan kahar

Risiko asuransi (2)

Kenaikan substansial tingkat premi

terhadap estimasi awal

Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

tersedianya layanan
Aksi industri

Spesifikasi output yang jelas


Aksi mogok, larangan kerja,dsb

kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau
penyuplai

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

Menerapkan program

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;

dalam implementasi proyek

Pemberdayaan masyarakat

93

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kepelabuhanan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Publik

Swasta
x

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara

operasional Proyek Kerjasama

profesional

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

terdeteksiakibat kegagalan kontrol

monitoring serta evaluasi

dan monitoring oleh Badan Usaha atau

berkala terhadap efektivitas

PJPK
Kenaikan biaya O&M

Menyusun rencana kontrol dan

rancangan dan pelaksanaannya

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

Kesepakatan/kontrak dengan
supplier sedini mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau

isu keselamatan

Asuransi kewajiban pihak


ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi

volume permintaan

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi

Pinjaman lunak di awal operasi

Pemerintah, jaminan
permintaan minimum
dapat dipertimbangkan

Kesalahan estimasi

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi

pendapatan dari model

Pemerintah, jaminan

awal

pendapatan minimal
dapat dipertimbangkan

Pelanggan akhir tidak

Akibat user affordability and

membayar

willingness di bawah tingkat kelayakan

Kegagalan memungut

sistem pemungutan tariff

Kegagalan mengajukan

Akibat BU tidak mampu memenuhi

penyesuaian tarif

standar minimal yang disepakati

Subsidi (khususnya tarif)


Sosialisasi yang baik ke publik

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

pembayaran tarif

Penyesuaian tarif

x
x

Survei user affordability and


willingness yang handal

Kinerja operasi yang baik dan


jelas;

Kinerja operasi yang baik dan

periodikterlambat
Tingkat penyesuaian tarif

jelas;
x

Kinerja operasi yang baik dan

lebih rendah dari proyeksi


Kesalahan perhitungan

jelas;
x

Survei user affordability and

94

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kepelabuhanan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

willingness yang handal

estimasi tarif
7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN
Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk

Standar kinerja operasi dan

membangun & memelihara jaringan

pengawasan yang baik

sesuai rencana
Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas penghubung


Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk tidak

oleh sektor public


x

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas pesaing

oleh sektor public

8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)

Ketimpangan kualitas pekerjaan

Pekerjaan perbaikan oleh pihak

Kontrak konstruksi dari

dukungan pemerintah dan yang

yang mutu pekerjaannya lebih

pihak pemerintah

dikerjakan BU.

rendah

maupun BU harus
selaras dalam kualitas
pekerjaan

Risiko interface (2)

Rework yang substantial terkait

Kesepakatan para pihak sedini

Kontrak konstruksi dari

perbedaan standar / metode layanan

mungkin tentang standar /

pihak pemerintah

yang digunakan

metode yang akan diterapkan

maupun BU harus
selaras dalam kualitas
pekerjaan

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Rupiah
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan bank sentral

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

kompensasi (yang memadai)

Penjaminan Pemerintah
Perubahan regulasi (dan
pajak) yang umum

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

95

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kepelabuhanan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

Publik

Swasta

Bersama

dan spesifik

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Mediasi,negosiasi

Selain memiliki provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas

Penjaminan pemerintah

termasuk
kompensasinya

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu

termasuk kompensasinya

selain perencanaan

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Force majeur politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

gangguan keamanan masyarakat


Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi

berkepanjangan

mengganggu aspek ekonomis pihak

kontrak KPS dan memicu

tdk tersedia untuk risiko

yang terkena dampak (terutama bila

terminasi dini

tertentu

asuransi tidak ada)


11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET
Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Profil alokasi risiko pada struktur Konsesi Penuh pelabuhan laut ini mirip dengan Konsesi Penuh perkeretaapian, dimana risiko
spesifiknya juga adalah risiko pembebasan tanah, risiko operasi tertentu (misalnya kecelakaan lalu lintas atau masalah keselamatan
umum), risiko permintaan, risiko tarif, dan resiko interface (terhadap standar layanan dan teknologi).
4.2.7

Matriks Risiko KPS sektor Kebandaraan

4.2.7.1 Konsesi Penuh Kebandaraan


Berikut ini matriks risiko untuk proyek kebandaraan dengan struktur Konsesi Penuh yang mencakup desain, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan fasilitas bandara, termasuk penagihan tarif kepada pelanggan.

96

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Tabel 14. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Kebandaraan


Konsesi Penuh Kebandaraan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan yang

proyek sebelum proses

biasanya masif dan

pembebasan lahan

berkepanjangan

pengadaan,

dipengaruhi dari trase

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

dibebaskan

yang direncanakan
x

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum

proyek karena proses pembebasan

prosedur yang jelas dalam

dan tata ruang lahan

lahan yang sulit

pembebasan lahan proyek

bisa menjadi kendala

Kompensasi yang wajar dan

Dampak sosial relatif

Proses pemukiman kembali

Keterlambatan dan kenaikan

yang rumit

biayakarenarumitnya isu proses

komunikasi yang baik dengan

luas bila lahan di

pemukiman kembali

pihak yang terkena dampak

perkotaan dan sifatnya


masih produktif

Risiko status tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

Data historis penggunaan lahan


dan penyelidikan tanah

Kerusakan artefak

danbarang kuno pada

Data historis penggunaan lahan


dan penyelidikan tanah

lokasi
Gagal menjaga

keselamatan dalam lokasi

Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

Kesesuaian dengan studi


Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

output

akibatspesifikasi output tidak jelas

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

x
x

yang diminta operator


Terlambatnya penyelesaian

Dapat termasuk terlambatnya

konstruksi

pengembalian akses lokasi

Klarifikasi saat proses tender;

Spesifikasi output PJPK

Kapasitas desain yang baik

mengacu ke best practice

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi

berpengalaman dan baik

saat uji operasi teknis

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

97

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kebandaraan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Kenaikan biaya konstruksi

Publik

Swasta
x

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Kesepakatan faktor eskalasi


harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

Koordinasi kontraktor dan


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang

buruk

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke

terminasi/step-in oleh financier


Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

anggotakonsorsium)

Proses PQ untuk memilih


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Koordinasi yang baik dengan

Bisa juga karena

potential lenders

conditions precedence
tidak terpenuhi

proyek yang tidak optimal


Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Konsorsium didukung sponsor


/lender yang kredibel

uang

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

Bisa dibagi dengan


Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran

Konsultansi dengan

Khususnya untuk

spesialis/broker asuransi

cakupan risiko terkait


keadaan kahar

Risiko asuransi (2)

Kenaikan substansial tingkat premi


terhadap estimasi awal

Konsultansi dengan
spesialis/broker asuransi

98

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kebandaraan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

Spesifikasi output yang jelas

tersedianya layanan
Aksi industri

kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau
penyuplai

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;

dalam implementasi proyek

Pemberdayaan masyarakat

Kegagalan manajemen

Kegagalan atauketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Menerapkan program

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara

operasional Proyek Kerjasama

profesional

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

terdeteksiakibat kegagalan kontrol

monitoring serta evaluasi

dan monitoring oleh Badan Usaha atau

berkala terhadap efektivitas

PJPK
Kenaikan biaya O&M

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

rancangan dan pelaksanaan


x

atau kenaikan tidak terduga


Kesalahan estimasi biaya

life cycle

Operator yang handal;

Dapat dipicu dari

Faktor eskalasi dalam kontrak;

keusangan teknologi

Bisnis plan yang komprehensif

yang digunakan

Kesepakatan/kontrak dengan
supplier sedini mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau

isu keselamatan
Risiko hit and run

Menyusun rencana kontrol dan

Asuransi kewajiban pihak


ketiga

Cost overrun dari Idle facility akibat


permintaan airline yang pailit

Bisnis plan yang komprehensif;


Operator yang handal;

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan

Survei permintaan yang handal;

Bila dipicu aksi

Pinjaman lunak di awal operasi

Pemerintah, jaminan
permintaan minimum
dapat dipertimbangkan

99

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kebandaraan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Kesalahan estimasi

Swasta
x

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Survei permintaan yang handal;

Bila dipicu aksi

pendapatan dari model

Pemerintah, jaminan

awal

pendapatan minimal
dapat dipertimbangkan

Pelanggan akhir tidak

User affordability and willingness di

membayar

bawah tingkat kelayakan

Kegagalan memungut

Sosialisasi public yang baik

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

pembayaran tarif

sistem pemungutan tarif

Kegagalan mengajukan

Akibat BU tidak mampu memenuhi

penyesuaian tarif

standar minimal yang disepakati

Penyesuaian tarif

Subsidi (khususnya tarif)


x

Survei user affordability and


willingness yang handal

Kinerja operasi yang baik;


Regulasi yang mendukung

Kinerja operasi yang baik;

periodikterlambat

Regulasi yang mendukung

Tingkat penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik;


Regulasi yang mendukung

lebih rendah dari proyeksi


Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

Survei user affordability and


willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk membangun

Standar kinerja operasi dan

& memelihara jaringan sesuai rencana


Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk

pengawasan yang baik


x

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas penghubung


Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk tidak

oleh sektor publik


x

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas pesaing

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)

Ketimpangan kualitas pekerjaan

Pekerjaan perbaikan oleh pihak

Kontrak konstruksi dari

dukungan pemerintah dan yang

yang kualitas pekerjaannya

pihak pemerintah

dikerjakan BU.

lebih rendah

maupun BU harus
selaras dalam kualitas
pekerjaan

Risiko interface (2)

Rework yang substantial terkait

Kesepakatan para pihak sedini

Kontrak konstruksi dari

perbedaan standar / metode layanan

mungkin tentang standar /

pihak pemerintah

yang digunakan

metode yang akan diterapkan

maupun BU harus
selaras dalam kualitas

100

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kebandaraan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko
pekerjaan

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Penjaminan dari bank sentral

Rupiah
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

kompensasi (yang memadai)

Penjaminan Pemerintah
Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

dan spesifik
Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Mediasi,negosiasi

Kejelasan provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak termasuk

Penjaminan pemerintah

kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu

termasuk kompensasinya

selain perencanaan

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

gangguan keamanan masyarakat


Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi

berkepanjangan

mengganggu aspek ekonomis pihak

kontrak KPS dan memicu

tdk tersedia untuk risiko

yang terkena dampak (terutama bila

terminasi dini

tertentu

asuransi tidak ada)


11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET
Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

101

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Mirip dengan Konsesi Penuh kepelabuhanan laut dan perkeretaapian, risiko spesifik yang melekat pada Konsesi Penuh kebandaraan
adalah risiko pembebasan lahan, risiko permintaan dan tarif, dan resiko interface yaitu atas standar penyerahan dan teknologi.

4.2.7.2 O&M Kebandaraan


Serupa dengan Kontrak O&M di sektor jalan tol, BU memelihara fasilitas dan menagih pembayaran dari pelanggan retail/pengguna
akhir (penumpang).Pendapatan diperhitungkan sebagai bagian dari pembayaran yang dikumpulkan untuk insentif BU dalam menjaga
kualitas pelayanan. BU juga akan memperhatikan baik masalah lalu lintas maupun tarif.
Tabel 15. Matriks Risiko untuk O&M Kebandaraan
O&M Kebandaraan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Gagal menjaga

keselamatan di lokasi

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi
Risiko status tanah

Implementasi prosedur
Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Terlambatnya penyelesaian

Dapat termasuk terlambatnya

konstruksi

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi


harga tertentu dalam kontrak

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Kesepakatan faktor eskalasi

yang diminta operator


Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

harga tertentu dalam kontrak


x

Koordinasi kontraktor dan

dalam uji operasi teknis

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Default BU

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

102

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Kebandaraan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko
Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Publik

Swasta
x

konsorsium)

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Proses PQ untuk memperoleh


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Koordinasi yang baik dengan

Bisa juga karena

potential lenders

conditions precedence
tidak terpenuhi

proyek yang tidak optimal


Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Konsorsium didukung sponsor


/lender yang kredibel

uang

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

Bisa dibagi dengan


Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko tertentu

tidak lagi tersedia di pasaran

Konsultansi dengan

Khususnya untuk

spesialis/broker asuransi

cakupan risiko terkait


keadaan kahar

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

tersedianya layanan
Aksi industri

Spesifikasi output yang jelas


kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau
penyuplai

Risiko sosial danbudaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;

dalam implementasi proyek


Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Menerapkan program

Pemberdayaan masyarakat
x

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara

103

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Kebandaraan
Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Publik

Swasta

operasional Proyek Kerjasama

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

profesional

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

terdeteksiakibat kegagalan kontrol dan

Menyusun rencana kontrol dan


monitoring serta evaluasi

monitoring oleh Badan Usaha atau PJPK

berkala terhadap efektivitas


rancangan dan pelaksanaan

Kenaikan biaya O&M

Akibat kesalahan estimasi biayaO&M

atau kenaikan tidak terduga

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

Kesepakatan/kontrak dengan
supplier seawal mungkin

Kecelakaan lalu lintas atau

isu keselamatan

Asuransi kewajiban pihak


ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi

volume permintaan

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi

Pinjaman lunak di awal operasi

Pemerintah, jaminan
permintaan minimum
dapat dipertimbangkan

Kesalahan estimasi

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi

pendapatan dari model

Pemerintah, jaminan

awal

pendapatan minimum
dapat dipertimbangkan

Pelanggan akhir tidak

Akibat user affordability and

membayar

willingness di bawah tingkat kelayakan

Kegagalan memungut

Sosialisasi yang baik ke publik

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

pembayaran tarif

sistem pemungutan tarif

Kegagalan mengajukan

Gagalnya penyesuaian tarif karena BU

penyesuaian tarif

tidak mampu memenuhi standar

Subsidi (khususnya tarif)


x

Survei user affordability and


willingness yang handal

Kinerja operasi yang baik;


Regulasi yang mendukung

minimal yang disepakati


Penyesuaian tarif periodik

terlambat
Tingkat penyesuaian tarif
lebih rendah dari proyeksi

Kinerja operasi yang baik;


Regulasi yang mendukung

Kinerja operasi yang baik;


Regulasi yang mendukung

104

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Kebandaraan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Kesalahan perhitungan

Swasta
x

estimasi tarif

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Survei user affordability and


willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk membangun

Standar kinerja operasi dan

dan memelihara jaringan yang

pengawasan yang baik

diperlukan
Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk membangun

Pemahaman kontrak yang baik

fasilitas jalan penghubung


Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk tidak

oleh sektor publik


x

Pemahaman kontrak yang baik

membangun fasilitas pesaing

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

Ketimpangan kualitas pekerjaan

Pekerjaan perbaikan oleh pihak Kontrak konstruksi dari

dukungan pemerintah dan yang

yang kualitas pekerjaannya

pihak pemerintah

dikerjakan BU.

lebih rendah

maupun BU harus selaras


dalam kualitas pekerjaan

Risiko Interface (2)

Rework yang substantial terkait

Kesepakatan para pihak sedini

Kontrak konstruksi dari

perbedaan standar / metode layanan

mungkin tentang standar /

pihak pemerintah

yang digunakan

metode yang akan diterapkan

maupun BU harus selaras


dalam kualitas pekerjaan

9. RISIKO POLITIK
Pembiayaan domestik

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah

Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi

Proyek bisa juga diambilalih atau

Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

diterminasi akibat defaultPJPK

Penjaminan pemerintah
Perubahan regulasi (dan

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan
pajak) yang diskriminatif

Mediasi,negosiasi
Asuransi Risiko Politik

105

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Kebandaraan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Publik

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak /

persetujuan perencanaan

tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Peristiwa Risiko

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Penjaminan pemerintah

dan spesifik

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu selain

termasuk kompensasinya

perencanaan

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

gangguan keamanan masyarakat


Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi

berkepanjangan

mengganggu aspek ekonomis pihak

kontrak KPS dan memicu

tdk tersedia untuk risiko

yang terkena dampak (terutama bila

terminasi dini

tertentu

asuransi tidak ada)


11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET
Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Transfer bisnis KA

Ketidakpastian kondisi bisnis setalah

Studi

eksisting

transfer dari operator sebelumnya

Transfer aset KA eksisting

Tidak terantisipasinya kondisi trek


yang dibangun

kelayakan

bisnis yang

baik dan lengkap (dalam PFS)


x

Studi kelayakan aset yang baik


dan lengkap (dalam PFS)

Seperti sektor jalan tol, risiko khusus dalam struktur O&M kebandaraan ini (dibandingkan dengan Konsesi Penuh perkeretaapian)
adalah risiko lokasi (yaitu yang berhubungan dengan pembebasan tanah), risiko desain konstruksi & uji-operasi dan risiko
kepemilikan/pengalihan aset. Pada risiko sektoral spesifik lainnya (risiko permintaan, risiko jaringan dan risiko interface), masih
menjadi perhatian BU, hanya eksposurnya mungkin tidak sebesar pada proyek Konsesi Penuh.

106

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

RINGKASAN
Dari diskusi di atas, khususnya pada alokasi risiko pada setiap sektor dan struktur KPS, ada beberapa persamaan dan perbedaan
dalam bagaimana alokasi setiap peristiwa risiko antara sektor publik dan sektor swasta, termasuk saat risiko harus ditanggung
bersama oleh kedua pihak. Ringkasan dari matriks-matriks risiko tersebut ditampilkan pada Tabel 16 berikut ini.
Tabel 16. Ringkasan Matriks risiko untuk Semua Sektor dan Struktur KPS
Alokasi

Persamaan

Perbedaan

Sektor Publik

Risiko lokasi (terkait pembebasan lahan dan status lahan)


Risiko politik
- Currency inconvertibiity & Non transfer
- Ekspropriasi/pengambil alihan
- Perubahan Perundangan (termasuk pajak) diskriminatif & spesifik
- Perijinan
- Risiko parastatal
- Default PJPK
- Risiko operasi
- kuantitas, kualitas & kontinuitas input
- Risiko pendapatan
- kelayakan proyek
- cidera janji penyesuaian tariff
- Risiko konektivitas jaringan
- Fasilitas penyaing dan konektivitas

- Risiko pendapatan
- Risiko permintaan (BOT Air Minum, BOT Persampahan, BOT
Ketenagalistrikan, BOT Mulut Tambang)

Sektor Swasta

- Risiko lokasi (terkait kondisi tanah)


- Risiko desain, konstruksi & uji operasi
- Risiko operasi
- Kuantitas dan kualitas output
- Risiko politik
- Perubahan Perundangan (termasuk pajak) yang umum
- Risiko pendapatan
- Risiko finansial
- Risiko sponsor
- Default BU, default kontraktor

- Risiko pendapatan
- Risiko permintaan (Konsesi Penuh air minum,
Kebandaraan,Pelabuhan)

Bersama

- Risiko force majeure


- Risiko interface
- Perbedaan kualitas pekerjaan antara sektor publik & sektor swasta

- Risiko pendapatan
- Risiko permintaan (Konsesi Penuh dan O&M sektor Jalan
tol, keretaapi, kebandaraan) tergantung pemicu risiko

Anda mungkin juga menyukai