Anda di halaman 1dari 53

Hidup Bahagia

dengan dengan
Syukur dan Sabar

Alwi Alatas
Persoalan Hidup
Beberapa tahun yang lalu, ada seorang
keturunan Cina di Indonesia yang memiliki
uang cukup banyak sebagai hasil jerih
payahnya bekerja. Ia kemudian
menabungkan uangnya sebesar 2 milyar
rupiah di Bank Harapan Sentosa (BHS Bank),
mungkin karena tergiur oleh suku bunga
tinggi yang ditawarkan oleh bank milik kakak
Edi Tansil itu.
Masalahnya, ia menabung tak lama sebelum
terjadinya likuidasi bank secara besar-
besaran pada tahun 1997 lalu. Bank
Harapan Sentosa termasuk di antara bank
yang dilikuidasi oleh pemerintah. Seluruh
nasabah bank yang dilikuidasi pada saat itu
hanya bisa menerima kembali uang
tabungan mereka tak lebih dari dua juta
rupiah.
Untuk yang memiliki uang tabungan lebih
dari dua juta rupiah, maka pemerintah
berjanji untuk mengembalikan uang mereka
nantinya. Namun, pemerintah belum bisa
menentukan waktu yang pasti untuk
pengembalian uang tersebut.
Apa reaksi Anda bila menghadapi
situasi semacam ini?
(Imaginasikan!)

Anda akan marah, sedih, stress,


atau bersikap santai?
Ingat-ingat Kejadian paling
menyenangkan dan paling
menyakitkan dalam hidup Anda
(masing-masing 1 kejadian)
5 menit
Hidup ini seperti gelombang
Kadang kita berada di atas,
kadang di bawah
Pada satu saat kita senang, di
saat lain kita kesusahan
Sometimes we gain, other times
we pain
Apa yang telah terjadi pada diri
kita, menyenangkan atau
memberatkan, maka semua itu
merupakan ketetapan-Nya

Kita tak bisa menghindari apa


yang telah terjadi
Kalau kita tak bisa
menghindarinya, apa yang mesti
kita lakukan?
Apakah kita akan mengutuk
taqdir?
Apakah itu akan
membuat keadaan
kita membaik?
Ingat, bukan taqdir yang menjadi
masalah utama dalam hidup kita

Kalau begitu apa?


Sukses atau gagalnya Anda
dalam hidup sangat ditentukan
oleh sikap Anda terhadap
berbagai hal yang Anda alami
dalam hidup.
Musibah Sedih, tertekan,
putus asa

Nikmat Senang, bangga,


merasa aman
Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang
berputus asa dari rahmat Tuhan-nya,
kecuali orang-orang yang sesat." (QS 15:
56); … kaum yang kafir (QS 12: 87)

Maka apakah mereka merasa aman


dari azab Allah? Tiada yang merasa
aman dan azab Allah kecuali orang-
orang yang merugi. (QS 7: 99)
Beginilah yang biasa dikatakan
manusia:
Sial, duit gue hilang
Brengsek, kemana aja sih ditungguin nggak
datang
Mampus deh, hidup gue sudah hancur!

Asyik, dosen gue gak masuk


Yes, gue dibeliin mobil sama bonyok
Lo lihat tuh, gak bakal lo menang lawan gue!
Coba kita balik:
Yes, mobil gue tubrukan, ancur berat Man
Asyik banget, duit tabungan gue hilang
Gue gak pernah sebahagia ini, gue dikucilin
sama teman sekampus

Gawat, gue dapat undian 1 M


Gue stres berat nih, nilai gue A semua
Hidup gue gak berarti lagi, semua orang
sayang sama gue
Kita cenderung membenci
musibah dan menyukai nikmat

Apakah yang kita benci selalu


buruk dan yang kita sukai selalu
baik?
Diwajibkan atas kamu berperang,
padahal berperang itu adalah
sesuatu yang kamu benci. Boleh
jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.
(QS 2: 216)
Firaun dan Qarun mendapat
nikmat. Tapi apakah itu baik bagi
mereka?
Kisah Pemburu dan Emas
Pada suatu hari yang amat dingin, Ahmad bin
Thulun, Gubernur Mesir, melewati seorang pemburu
yang membawa anaknya. Ia merasa kasihan melihat
keadaan pemburu dan anaknya itu. Lalu ia
memerintahkan pembantunya agar menyerahkan
semua emas yang dibawanya saat itu. Lalu
pembantu itu meletakannya secara diam-diam di
biliknya, dan langsung beranjak pergi. Begitu melihat
emas yang banyak di rumahnya, pemburu itu tidak
bisa melukiskan kegembiraannya dan langsung
meninggal dunia selagi belum beranjak dari
tempatnya.
Sang gubernur kembali lagi dan melihat
pemburu itu sudah meninggal. Sementara anaknya
menangis tersedu di samping kepala bapaknya.
”Siapa yang telah membunuhnya?” tanya
gubernur.
Anak itu menjawab, “Ada seorang laki-laki
melewati tempat kami, lalu dia menuangkan sesuatu
di bilik bapakku, dan bapakku meninggal dunia saat
itu juga.”
“Benar, kamilah yang telah membunuhnya,”
kata gubernur yang baru menyadari dampak negatif
dari maksud baiknya, “Kekayaan datang secara tiba-
tiba, namun dia tidak mampu menguasai jiwanya,
sehingga seketika itu dia meninggal dunia.
Andaikata kita memberikannya sedikit demi sedikit
secara berangsur, tentu tidak akan membunuhnya.”
Gubernur memerintahkan sang anak agar
mengambil semua emas pemberian itu, namun dia
menolaknya. Anak itu berkata, “Demi Allah, saya
tidak sudi memegang sedikit pun sesuatu yang telah
membunuh bapakku
Nabi Ayyub ditimpa musibah dan
penyakit, Nabi Yusuf difitnah dan
masuk penjara. Tapi apakah itu
buruk bagi mereka?
Hajinya Muwaffaq
      Pada suatu masa ketika Abdullah bin Mubarak
berhaji, ia tertidur di Masjidil Haram. Didalam tidurnya
dia bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit lalu
yang satu berkata kepada yang lain, "Berapa banyak
orang-orang yang berhaji pada tahun ini?"
Jawab yang lain, "Enam ratus ribu."
Lalu ia bertanya lagi, "Berapa banyak yang
diterima?"
Jawabnya, "Tidak seorang pun yang diterima,
hanya ada seorang tukang sepatu dari Damsyik
bernama Muwaffaq, dia tidak dapat berhaji, tetapi
diterima hajinya sehingga semua yang haji pada tahun
itu diterima dengan berkat hajinya Muwaffaq."
Ketika Abdullah bin Mubarak mendengar
percakapannya itu, maka terbangunlah ia dari
tidurnya, dan langsung berangkat menuju Damsyik
mencari orang yang bernama Muwaffaq itu sehingga
ia sampailah ke rumahnya. Dan ketika diketuknya
pintunya, keluarlah seorang lelaki dan segera ia
bertanya namanya.
Jawab orang itu, "Muwaffaq."
Lalu Abdullah bin Mubarak bertanya padanya,
"Kebaikan apakah yang telah engkau lakukan
sehingga mencapai derajat yang sedemikian itu?"
Jawab Muwaffaq, "Tadinya aku ingin berhaji tetapi
tidak dapat kerana keadaanku, tetapi mendadak aku
mendapat uang tiga ratus diirham dari pekerjaanku membuat
dan menambal sepatu, lalu aku berniat haji pada tahun ini.
Pada saat itu isteriku sedang hamil, maka suatu hari dia
mencium bau makanan dari rumah tetanggaku dan ingin
makanan itu, maka aku pergi ke rumah tetanggaku dan
menyampaikan tujuanku kepada tetanggaku itu.
Jawab tetanggaku, "Aku terpaksa membuka
rahasiaku, sebenarnya anak-anakku sudah tiga hari tanpa
makanan, kerana itu aku keluar mencari makanan untuk
mereka. Tiba-tiba bertemulah aku dengan bangkai himar di
suatu tempat, lalu aku potong sebahagiannya dan bawa
pulang untuk masak, maka makanan ini halal bagi kami dan
haram untuk makanan kamu."
Ketika aku mendengar jawaban itu, aku segera
kembali ke rumah dan mengambil uang tiga ratus
dirham dan kuserahkan kepada tetanggaku tadi
seraya menyuruhnya membelanjakan uang itu untuk
keperluan anak-anak yatim yang ada dalam
jagaannya itu.
"Sebenarnya hajiku adalah di depan pintu
rumahku." Kata Muwaffaq menutup kisahnya.
Ingat, sikap Anda terhadap
musibah dan nikmat yang
membuat Anda sukses atau
gagal!
Inilah pilihan Anda:
Nikmat/ Karunia

Syukur Merasa aman dari tipu


daya Allah

Iman Kufur

Sabar Berputus asa dari


rahmat Allah

Musibah
Jika Anda beriman, bersyukur
dan bersabar maka hidup Anda
akan selalu bahagia dan sukses
Rasulullah [saw] bersabda:
 
‫والذي نفسى بيده اليقضي هللا للمؤمنين قضاء اال كان خيرا له‬
‫ وإن أصابته ضراء‬,‫إن أصابته سراء شكرفكان خيراله‬
‫صبرفكان خيراله و ليس ذلك اال للمؤمن‬
 
Demi yang diriku ada di Tangan-Nya,
tidaklah Allah menetapkan suatu takdir bagi
orang mu’min, melainkan takdir itulah yang
terbaik baginya. Jika mendapat
kesenangan dia bersyukur dan jika ditimpa
mudharat dia bersabar dan itu merupakan
kebaikan baginya, dan yang demikian itu
tidak terjadi kecuali bagi orang mu’min. (HR
Muslim dan Ahmad)
Orang yang sabar mampu
menetralisir musibah dan
karenanya gagal untuk
menderita
Orang sabar itu:

Mereka tidak menjadi lemah karena


bencana yang menimpa mereka di jalan
Allah, dan tidak lesu dan tidak menyerah.
Allah menyukai orang-orang yang sabar.
(QS 3: 146)
Sebabnya berputus asa
Saat mendapat musibah seseorang cenderung
berputus asa karena:

1.Rasa kehilangan

2.Pandangan dan perasaannya tertuju dan dikuasai


oleh musibah yang baru saja terjadi
Kalau begitu apa jalan keluarnya?
orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa
innaa ilaihi raaji'uun." (QS 2: 156)

Kami menyebut ini:


Zero Possessiveness
Apakah Anda akan merasa tertekan
karena kehilangan sesuatu kalau Anda
merasa tidak memiliki apa-apa?
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan. (QS 94: 6)

Kami menyebut ini:


Opposite Possibilities in the
Future
Apakah Anda akan kehilangan optimisme jika Anda
tahu setelah musibah yang menimpa akan ada
kemudahan?
Abdullah bin Alwi al-Haddad, ”Jika
dengan hikmah Allah suatu jalan
dipalang di hadapanmu, maka dengan
rahmat-Nya Dia akan membuka jalan lain
bagimu yang lebih bermanfaat dari jalan
pertama.”
Karena itu, orang yang sabar
selalu merasa tenang dan relatif
bebas dari tekanan

Karena sabar adalah “obat”


penetralisir musibah dan
penderitaan
Bahkan orang yang sabar
mampu melihat hikmah
dan nikmat di dalam
musibah, dan mereka
bersyukur karenanya.

Kalau terhadap musibah


saja seseorang mampu
bersyukur, maka
bagaimana lagi terhadap
nikmat dan karunia?
Urwah bin Zubair, seorang tabi’in, terkena musibah di
Damaskus yang menyebabkan seorang anaknya
meninggal dunia dan salah satu kakinya diamputasi.
Ketika kembali ke Madinah ia berkata pada keluarganya,
”Janganlah kalian berduka cita atas musibah yang
menimpa ini ... sesunguhnya Allah telah memberikan
kepadaku empat orang anak, yang satu diambil dan
masih ada tiga orang anak lagi yang disisakan
untukku ... Alhamdulillah. Allah telah memberikan
kepadaku empat anggota badan, satu di antaranya telah
diambil dan yang tiga lagi masih disisakan untukku ...
Alhamdulillah. Demi Allah, kalaupun Ia mengambil
sedikit dariku, Ia telah memberikan kepadaku yang lebih
banyak .... Kalaupun Ia mengujiku sekali, Ia telah
memberikan keselamatan kepadaku berkali-kali ....
“Tidaklah seorang Muslim menderita karena
kesedihan, kedudukan, kesusahan,
kepayahan, penyakit, dan gangguan duri yang
menusuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah
mengampuni dosa-dosanya.” (HR Bukhari)
 
Tiadalah suatu musibah yang menimpa
seorang Muslim, melainkan dengannya Allah
menghapus kesalahan-kesalahannya hingga
duri yang mengenainya. (HR. Bukhari dan
Muslim dari Aisyah).
 
Tiadalah seorang Muslim menderita kelelahan,
sakit, kegalauan, kesedihan, siksaan, gelisah
hingga duri yang mengenainya melainkan
Allah menghapus dengannya dosa-dosanya.
(HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Said dan
Abu Hurairah)
 
Seorang Mukmin tidak terkena duri dan yang
lebih besar dari duri kecuali dengannya Allah
mengangkatnya satu derajat dan menghapus
darinya satu kesalahan. (HR. Muslim dari
Aisyah)
Ibnu Mas’ud [ra] berkata, ”Aku pernah duduk-
duduk bersama Rasulullah [shallallahu ’alaihi
wasallam] lalu beliau tersenyum. Kami
bertanya, ’Wahai Rasulullah, kenapa engkau
tersenyum?’ Beliau menjawab, ’Karena heran
terhadap keluh kesah seorang Mukmin karena
sakit yang dideritanya. Jika ia mengetahui apa
yang ada dalam sakit, maka ia akan lebih suka
sakit hingga ia bertemu dengan Allah....’ (HR
Ibnu Abu Dunya)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 
“Tidaklah seorang Muslim mendapatkan musibah kemudian ia
mengucapkan apa yang diperintahkan Allah kepadanya, ’Inna lillahi wa
inna ilaihi raajiun. Ya Allah, berilah pahala atas musibahku dan berilah
ganti untukku yang lebih baik daripada musibah tersebut.’ Melainkan
Allah memberinya ganti yang lebih baik daripada musibah yang
menimpanya.” Ummu Salamah berkata, “Ketika Abu Salamah
meninggal dunia, aku berkata, ‘Adakah kaum Muslimin yang lebih baik
dari Abu Salamah? Dia adalah keluarga pertama yang hijrah kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,’ kemudian aku mengucapkan
do’a di atas lalu Allah memberi ganti untukku berupa Rasul-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Hathib bin Abu
Balta’ah untuk melamarku untuk beliau. Aku mempunyai anak
perempuan dan aku adalah wanita pencemburu. Beliau bersabda,
‘Adapun anak perempuannya, maka aku berdo’a kepada Allah mudah-
mudahan Allah mencukupinya (Ummu Salamah) dengannya, dan aku
berdo’a kepada Allah agar Allah menghilangkan sifat cemburu.’
Kemudian aku menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”
(HR Muslim)
Orang yang bersyukur jiwanya
bahagia karena pandangan
mereka selalu tertuju pada
nikmat

Kalau mereka selalu melihat


nikmat, bukankah mereka akan
selalu merasa sukses dan
bahagia?
Betapa mereka tidak sukses dan
bahagia, sementara nikmat
mereka selalu bertambah?

Dan, tatkala Tuhanmu memaklumkan;


"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah kepadamu, dan
jika kamu mengingkari, maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(QS. Ibrahim [14]: 7)
Jika Anda ingin pandai bersyukur,
maka lakukanlah:
Positive Supposition
(pengandaian positif)

Bayangkanlah kalau Anda


menghadapi keadaan yang
berlawanan dengan nikmat
Hal lain yang bisa Anda lakukan:
Increasing the Value of
Ni’mah

Nikmat yang Anda terima


mungkin kecil, tapi lihatlah
nikmat itu sebagai sesuatu yang
besar
Ibnu Qayyim al-Jawziyah
menjelaskan, “Di antara kehalusan
ubudiyah kepada Allah dalam
kaitannya dengan nikmat,
hendaklah hamba menganggap
nikmat yang sedikit sebagai nikmat
yang banyak, lalu banyak
mensyukurinya.”
Dari Hanasy bin al-Harits, dia berkata,
“Umar bin al-Khattab hampir tak pernah
mencela makanan. Seorang
pembantunya, Yarfa atau Aslam pernah
berkata, ”Aku benar-benar akan membuat
makanan agar Umar mencelanya.” Maka
dia membuat susu yang masam lalu
menyuguhkannya kepada Umar. Ketika
meminumnya, dia mengernyitkan dahi
seraya berkata, ”Alangkah enaknya
minuman dari rizki Allah ini.”
Tidakkah Anda melihat bahwa
orang-orang yang sabar dan
bersyukur senantiasa bahagia
dan sukses dalam hidup?
Mereka tidak terpengaruh oleh
keadaan yang menimpa mereka.
Mereka selalu menyikapi semua itu
dengan cara terbaik: Cara orang-
orang beriman
Ibn Mas’ud [ra] berkata, “Iman
adalah dua paroh, separoh
sabar, dan separoh syukur.”

Umar bin Khattab [ra] berkata,


“Seandainya sabar dan syukur itu
dua ekor unta, maka aku tidak
peduli mana di antara keduanya
yang aku naiki.”
Hidup ini ibarat gelombang
samudera yang mengombang-
ambingkan perjalanan kita

Maka apakah kita sudah


menyiapkan layar syukur dan
sekoci sabar dalam
mengarunginya?

Anda mungkin juga menyukai