Anda di halaman 1dari 27

SEMINAR MATEMATIKA

PENGARUH UKURAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA DITINJAU DARI SUDUT PANDANG GURU

OLEH :
I WAYAN DIPTA SAMSIDIM

(1429051018)

NI LUH MADE DWIJAYANTI

(1429051019)

PUTU NOVITA SANTIKA DEWI (1429051023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul Pengaruh Ukuran Kelas dalam
Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Sudut Pandang Guru
Di dalam penyusunan makalah ini, kami merasa banyak hambatan yang
dihadapi. Namun, berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, hambatanhambatan tersebut dapat kami atasi.Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah turut memberikan motivasi demi terselesaikannya
makalah ini.
Di samping itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sebuah
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di
dalam penulisan makalah ini. Demikian pula halnya kami juga mengharapkan kritik
dan saran demi penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya dapat menjadi lebih
baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini, maka seluruh isi makalah
ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami dan kami harapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Denpasar, Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

ii

ABSTAK...........................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang........................................................................

1.2

Rumusan Masalah...................................................................

1.3

Tujuan Penulisan.....................................................................

TINJAUAN PUSTAKA...................................................................

BAB III PEMBAHASAN..............................................................................

10

BAB II

BAB IV PENUTUP
3.1

Simpulan....................................................................................... 22

3.2

Saran.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii

22

Pengaruh Ukuran Kelas dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Sudut


Pandang Guru
Oleh
I Wayan Dipta Samsidim, Ni Luh Made Dwijayanti, Putu Novita Santika Dewi
Abstak
Makalah ini membahas persepsi guru matematika 'tentang ukuran kelas dan
dampak ukuran kelas pada pengajaran dan pembelajaran di kelas matematika
khususnya di SMP. Penelitian ini berusaha untuk memahami pandangan guru tentang
ukuran kelas yang optimal dan pemikiran mereka tentang variabel pendidikan yang
mempengaruhi pandangan-pandangan ini. Makalah ini mengacu pada tanggapan
kuesioner dari 83 guru matematika SMP serta hasil wawancara dengan 12 guru
tersebut. Meskipun penelitian ini berfokus pada guru matematika, namun studi ini
dikembangkan jauh lebih besar ke semua mata pelajaran. Studi ini menemukan
bahwa ukuran kelas berdampak langsung terhadap perhatian guru kepada masingmasing siswa, kegiatan penelitian dan praktek manajemen kelas khususnya untuk
berprestasi rendah. Namun, variabel lain seperti kemampuan siswa, tingkat kelas dan
kualitas guru tidak dapat digunakan untuk menentukan apa yang bisa dianggap
sebagai ukuran kelas yang 'optimal'. Dalam makalah ini juga dipaparkan mengenai
bagaimana ukuran kelas mempengaruhi pengelolaan kelas, kelas kognitif dan
interaksi sosial, dan pengembangan profesi guru. Implikasi dari ukuran kelas untuk
karakteristik siswa tertentu seperti jenis kelamin, kemampuan dan bakat, latar
belakang sosial ekonomi dan bahasa juga terjalin dalam diskusi. Serta bagaimana
penerapan pendidikan di Indonesia yang berkaitan dengan ukuran kelas.

iii

iv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ukuran kelas adalah subjek yang menarik terutama bagi orang tua, guru,
peneliti dan pemerintah. Dari perspektif 'akal sehat', orang tua akan mengklaim
bahwa ukuran kelas kecil akan secara langsung mempengaruhi belajar anak karena
meningkatkan instruksi pribadi. Guru juga akan menganjurkan kelas kecil dengan
alasan bahwa kelas yang lebih kecil memfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Pada akhirnya, para peneliti menggunakan masalah ini dalam penelitiannya
yang menegaskan bahwa meskipun ukuran kelas merupakan variabel penting dalam
proses belajar mengajar, namun pengaruhnya sangat kecil dibandingkan dengan
variabel pendidikan lainnya. Begitu pula pemerintah melihat program pengurangan
ukuran kelas dari perspektif efisiensi biaya dengan alasan bahwa ada cara yang lebih
efektif untuk meningkatkan kinerja akademik siswa.
Dalam makalah ini pembahasan yang dilakukan berdasarkan sebuah
penelitian yang mengangkat konsep ukuran kelas matematika di SMP dengan
didukung juga oleh beberapa penelitian dan sumber yang terkait dengan masalah
ukuran kelas. Pandangan awal bahwa ukuran kelas tidak mutlak tetapi konsep relatif
yang dapat diperiksa dalam konteks yang lebih luas dari kemampuan siswa dan
konteks sosial budaya. Ukuran kelas yang optimal tidak dapat dibangun melalui
model matematika atau dengan jumlah tetap karena mereka terkait dengan variabel
kelas yang kompleks termasuk kemampuan guru untuk menerapkan strategi yang
efektif.
Makalah ini merupakan bagian dari proyek penelitian yang lebih besar yang
menyelidiki persepsi guru dari ukuran kelas. Makalah ini secara singkat merangkum
studi kuesioner yang dilaporkan di tempat lain (Handal, Watson & Maher, 2014)
sebagai konteks dan kemudian memilih dan membahas temuan kuesioner guru
matematika SMP yang berpartisipasi dalam studi yang lebih besar bersama dengan

temuan dari wawancara yang dilakukan dengan guru-guru matematika SMP yang
mengajukan diri untuk diwawancarai. Makalah ini juga memaparkan mengenai
ukuran kelas di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang guru matematika percaya tentang pengaruh ukuran kelas pada
pembelajaran matematika?
2. Apa variabel yang mempengaruhi pandangan guru matematika tentang ukuran
kelas yang optimal untuk kelas matematika?
3. Apa yang guru matematika percaya tentang efektifitas dari kebijakan
pengurangan ukuran kelas?
4. Bagaimana pengurangan ukuran kelas dan ukuran kelas yang kecil
mempengaruhi pemilihan strategi pembelajaran matematika?
5. Kelompok sosial ekonomi yang mana mendapatkan manfaat paling banyak
dari kebijakan pengurangan ukuran kelas?
6. Bagaimana pelaksanaan pendidikan di Indonesia, yang berkaiatan dengan
ukuran kelas, serta bagaimana langkah yang dilakukan oleh pemerintah,
pendidik dan tenaga kependidikan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang guru matematika percaya tentang pengaruh
ukuran kelas pada pembelajaran matematika.
2. untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi pandangan guru matematika
tentang ukuran kelas yang optimal untuk kelas matematika.
3. Untuk mengetahui apa yang guru matematika percaya tentang efektifitas dari
kebijakan pengurangan ukuran kelas.
4. Untuk mengetahui pengurangan ukuran kelas dan ukuran kelas yang kecil
mempengaruhi pemilihan strategi pembelajaran matematika.
5. Untuk mengetahui kelompok sosial ekonomi yang mana mendapatkan manfaat
paling banyak dari kebijakan pengurangan ukuran kelas.
2

6. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan di Indonesia, yang berkaiatan


dengan ukuran kelas, serta bagaimana langkah yang dilakukan oleh pemerintah,
pendidik dan tenaga kependidikan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Selama empat dekade terakhir studi ukuran kelas telah difokuskan pada
pencarian ukuran kelas yang ideal. Dimulai dengan Maimonides '(1135-1204),
Aturan Talmud yakni maksimal 40 siswa dalam satu kelas hingga sekarang yakni
teknik statistik yang kompleks dengan 15 siswa dalam satu kelas (Hattie 1999), 17
siswa dalam satu kelas (McRobbie, Finn dan Harman 1998) atau 20 siswa dalam satu
kelas

(Mitchell dan Mitchell, 1999; Stecher dan Borhnstedt, 2000). Pernyataan

terbaru mengklaim bahwa ukuran kelas bukanlah konsep yang mutlak yang
dipengaruhi oleh variabel lain termasuk pelajar (Watson, Handal, Maher dan Mc
Ginty, 2013). Davies (2003) menyatakan bahwa pada umumnya peneliti menyatakan
mendukung penerapan ukuran kelas kecil karena:

memungkinkan siswa lebih dekat dengan guru;


metode pengajaran yang digunakan akan lebih terlaksana dengan baik;
mengurangi timbulnya waktu yang tidak efektif dalam kelas; dan
meningkatkan waktu belajar, karena dapat mengurangi permasalahan
managemen kelas.

Johnson (2000) mengeksplorasi data dari National Assessment of Education


Progress (NAEP) pada tahun 1998 untuk melihat apakah ukuran kelas berpengaruh
terhadap prestasi siswa. Dia menemukan terdapat pengaruh ukuran kelas terhadap
prestasi siswa (Johnson, 2000). Johnson (2000) mengklasifikasikan kelas yang
berukuran kurang dari atau sama dengan 20 siswa sebagai kelas kecil dan kelas yang
berukuran lebih dari atau sama dengan 31 siswa sebagai kelas besar. Johnson (2000)
mengkorelasikan dengan prestasi akademik siswa di kelas 4, 8 dan 12 terhadap enam
faktor: ukuran kelas, ras dan etnis, tingkat pendidikan orang tua, bahan bacaan di
rumah, partisipasi dalam program belajar sore bersubsidi dan jenis kelamin. Ia
menemukan bahwa kelas-kelas kecil tidak meningkatkan prestasi akademik siswa
pada tes NAEP. Sebagai hasil dari ini dan temuan-temuan lainnya, Johnson (2000)

menyimpulkan bahwa ukuran kelas mempunyai sedikit pengaruh terhadap prestasi


siswa jika dibandingkan dengan banyak faktor lain termasuk kualitas guru dan
metode pembelajaran.
Studi kuantitatif skala besar seperti proyek Student-Teacher Achievement Ratio
(STAR) (Finn & Achiles 1990; Pritchard 1999); proyek Student Achievement
Guarante in Education (SAGE) (Molnar, Smith & Zahorik, 2000) dan California
Class Size Reduction Program (CSRP) (Stecher & Borhstedt, 2000) menunjukkan
bahwa kelas yang ukurannya lebih kecil berhubungan dengan kecilnya peningkatan
kinerja akademik. Dampak ukuran kelas yang kecil jelas terlihat bagi siswa di tahuntahun awal sekolah dan orang-orang dari latar belakang sosio-ekonomi yang kurang
beruntung. Mengikuti dominansi tiga ukuran kelas U.S. dari penelitian kuantitatif
pada tahun 1990-an (STAR, SAGA dan CSRP), berdampak pada kecilnya pergeseran
metodologis ke arah kaum positivis dan lebih cenderung pergeseran terjadi ke arah
metode kualitatif. Studi-studi kualitatif menemukan berbagai dampak ukuran kelas
kecil pada pembelajaran siswa. Termasuk dampak positif pada pengelolaan kelas
(Blatchford, Basett dan Brown, 2008), interaksi guru-siswa (Blatchford, Baines,
Kutnick dan Martin 2001,), kerja kelompok (Bascia, Connelly, Flessa, & Mascall,
2010), ruang fisik , pembelajaran individu (Blatchford, Russell, Bassett, Brown &
Martin, 2007), beban kerja guru dan kepuasan mengajar guru (Bascia, Connelly,
Flessa dan Mascall, 2010) serta keterlibatan siswa (Casbon, DeMeester, dan Nalley,
2002).
Hattie (2009) mengemukakan bahwa kinerja siswa lebih dipengaruhi oleh
kualitas guru dibandingkan ukuran kelas. Salah satu alasan mengapa kebijakan atau
pengaruh ukuran kelas dikurangi yakni karena tidak memberikan dampak keuntungan
yang jelas terhadap akademik siswa. Evertson dan Randolph, (1989) dan Hattie
(2006; 2009) mencatat, sangat sering guru dari kelas kecil menerapkan pedagogi
konvensional seperti di kelas besar hanya karena mereka tidak terbiasa dengan
pedagogi yang mendorong pembelajaran di lingkungan kelas dengan ukuran lebih
kecil. Mereka menggunakan pedagogi yang melibatkan kerja kelompok dan kerja
pada proyek-proyek daripada menggunakan pedagogi yang disebut pembelajaran

kolaboratif serta sistem dan struktur yang diperlukan untuk bekerja secara efektif
dalam konteks pembelajaran kolaboratif yang tertanam dalam langkah-langkah yang
cermat dari kegiatan yang mengikuti desain khusus untuk mendorong proses
pembelajaran. Dengan kata lain, guru bersikap tidak peduli daripada mencari dan
menggunakan sesuatu yang baru dan berbeda. Kesimpulan ini didukung oleh
pernyataan dari Bascia dan Fredua-Kwarteng (2008) bahwa "ukuran kelas tidak
mempengaruhi prestasi siswa secara langsung: tapi dipengaruhi oleh apa yang guru
dan siswa lakukan di kelas yang lebih kecil". Seperti yang disarankan oleh
Blatchford, Russell, Bassett, Brown dan Martin (2007), dalam pembelajaran kelas
kecil guru harus mendorong perilaku/kebiasaan saling membantu dan lebih banyak
menerapkan strategi pembelajaran berbeda, memberi pengalaman belajar non-rutin
yang membutuhkan investigasi, pekerjaan proyek, menerapkan pendekatan penemuan
dan pembelajaran kolaboratif.
Davies (2003) berpendapat bahwa kunci dari masalah mengenai pengurangan
ukuran kelas yakni selalu pada efektivitas biaya/penghematan jika dibandingkan
dengan intervensi kebijakan lainnya. Dia mengutip intervensi kebijakan lain seperti
kualitas guru, manajemen sekolah, peer effects, status sosial-ekonomi dan lingkungan
tempat tinggal. Kunci dari isu yang menjadikan pengurangan ukuran kelas sebagai
strategi efektifitas biaya/penghematan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Terdapat banyak literatur tentang kualitas guru dan dampaknya terhadap prestasi
siswa (Darling-Hammond, 2000). Hal tersebut ditemukan setelah pelaksanaan
pengurangan ukuran kelas berdasarkan pengalaman di California (Mitchell &
Mitchell, 1999; Stecher & Borhnstedt, 2000), banyak sekolah harus mempekerjakan
guru baru. Beberapa guru yang dipekerjakan diberikan darurat kredensial dengan
hasil bahwa guru tanpa kredensial penuh meningkat dari 1,8 persen menjadi 12,5
persen (Davies 2003) pada tahun tersebut, setelah program dilaksanakan dan naik
menjadi 14 persen pada tahun 2002.
Hal tersebut telah dinyatakan bahwa dirancangnya secara khusus pedagogi untuk
mengajar kelas yang lebih kecil, meskipun kadang-kadang tumpang tindih dengan
pedagogi yang digunakan ketika mengajar kelas yang lebih besar, terdapat

karakteristik berbeda yang membedakan guru yang mengajar kelas kecil dari guru
yang bekerja ketika mengajar kelas yang lebih besar. Blatchford dkk. (2007)
berpendapat bahwa untuk kelas kecil agar pembelajaran lebih efektif harus ada
pergeseran ke arah instruksi individual. Blatchford dkk. (2007) tidak mengacu pada
metode tradisional yang didukungan oleh satu kesatuan saja, tetapi untuk pendekatan
secara personal lebih mendalam ditanamkan dalam rencana belajar siswa secara
individu. Pedagogi kelas kecil dapat mencakup kegiatan proyek di mana siswa secara
individual dipantau dan diberikan umpan balik terus menerus berupa tugas-tugas
investigasi yang dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
(Hattie, 2006, 2009; Siap & Lee, 2006). Selain itu, keuntungan yang dapat diambil
oleh kelas dengan siswa yang lebih kecil untuk memberikan pengalaman belajar yang
memfasilitasi peningkatan kerjasama dan komunikasi antara siswa, memberikan
kesempatan belajar remedial dan keterampilan metakognitif siswa melalui
pengembangan perilaku dalam mencari informasi dan kebiasaan saling membantu.
Hattie (2009) mengklaim bahwa bukan ukuran kelas yang menyebabkan peningkatan
prestasi akademik siswa tapi kualitas pengajaran yang terjadi merupakan
penyebabnya. Hattie (2009) mencatat bahwa ketika para guru terus menggunakan
strategi pengajaran kelas besar, bahkan ketika mengajar kelas kecil, ada sedikit tanda
bahwa proses pembelajaran ditingkatkan. Betts dan Shkolnic (1999) menyatakan
bahwa "tidak ada jaminan bahwa kelas yang lebih kecil secara otomatis akan
menyebabkan kerja yang lebih produktif dalam kelompok."
Pada akhirnya, ketiadaan penelitian mengenai ukuran kelas yang menggunakan
data Australia dalam tiga dekade terakhir merupakan bentuk kekecewaan dan tidak
membantu untuk menginformasikan kebijakan yang mengingatkan bahwa penelitian
ukuran kelas tersebut sangat kontekstual. Akibatnya, keperluab untuk studi Australia
sangat penting untuk memahami hubungan antara ukuran kelas, prestasi siswa dan
variabel lainnya.
Peraturan Departemen Pendidikan dan Komunitas di New South Wales (NSW
DEC) menyatakan ukuran kelas maksimum yakni 30 siswa untuk umur 7 sampai 10
tahun. Pengecualian untuk beberapa mata pelajaran berbasis teknologi memiliki

ukuran kelas terendah yakni 15 siswa. Batas kelas untuk siswa berumur 11 sampai 12
tahub adalah 24 siswa (NSW Desember, 2012).
Begitupula dengan yang diterapkan di indonesia pada Standar Sarana dan
Prasarana, yang diatur dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Indonesia No. 24
Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs),
dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), sudah jelas dipaparkan
ketentuan prasarana dan sarana untuk masing-masing jenjang pendidikan. Beberapa
ketentuan prasarana dan sarana yang diatur dalam standar sebagai berikut,
1. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
a. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar.
b. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 28 peserta didik.
c. Rasio minimum luas ruang kelas adalah 2 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas adalah 30 m2. Lebar minimum ruang kelas
adalah 5 m.
2. Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs)
a. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar.
b. Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.
c. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m 2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m.
3. Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)
a. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar.
b. Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.
c. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m 2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Ukuran Kelas pada Pembelajaran Matematika


Boris Handal, Kevin Watson dan Marguerite Maher dari University of Notre
Dame Australia melakukan penelitian dengan judul Multi-positioning
Mathematics Class Size: Teachers Views. Pada penelitian tersebut diambil
1.119 responden untuk penelitian yang lebih besar, dimana 83 orang adalah
guru matematika sekolah menengah yang telah

dilatih. Beberapa guru

tersebut dilatih untuk mengajar subjek disamping matematika. Dalam survei


dengan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada seluruh responden,
hampir 50% dari guru matematika sekolah menengah ini memiliki gelar
sarjana dengan diploma pendidikan. Dua puluh empat persen memiliki
sarjana pendidikan dan 16% memiliki master pendidikan. Hampir sepertiga
telah mengajar selama lebih dari 30 tahun. Tiga belas persen telah mengajar
antara 26 sampai 30 tahun, 11% telah mengajar selama antara 20 sampai 25
tahun dan 10% telah mengajar antara 11 sampai 15 tahun.
Kecenderungan ukuran kelas yang dipilih

guru sekolah menengah

ditunjukkan pada Tabel 1. Berbagai ukuran kelas yang optimal dipilih


berdasarkan persentase terbesar dari guru adalah 16 sampai 20 siswa sesuai
dengan distribusi sampel secara keseluruhan.
Tabel 1. Kecenderungan ukuran kelas yang dipilih guru matematika sekolah
menengah
Banyak
siswa
1-5
6-10
11-15
16-20
21-25
26-30

Persentase untuk guru matematika


sekolah menengah (N = 83)
2
8
18
40
28
4

Persentase dari sampel


keseluruhan (N = 1.119)
1
3
16
52
26
2

Demikian pula, untuk pertanyaan "indikasi apa yang anda rasakan tentang
dampak ukuran kelas pada kinerja siswa", pada skala dari 1 (tidak penting)
sampai 10 (penting) guru matematika sekolah menengah memberikan skor
ukuran kelas pada rata-rata 9.10 sedangkan sisanya dari sampel diberikan
skor rata-rata lebih tinggi dari 9.37, kedua skor tersebut menunjukkan
bagaimana tingginya tingkat ukuran kelas dari kedua kelompok sebagai faktor
yang mempengaruhi kinerja siswa. Perlu dicatat bahwa ada perbedaan
statistik yang signifikan antara kedua kelompok (t = 2,032, df = 1103,

0,42).
3.2 Variabel yang Mempengaruhi Pandangan Guru Matematika tentang
Ukuran Kelas yang Optimal untuk Kelas Matematika
Secara umum menurut B. Handal (2015), tema atau variabel berikut telah
teridentifikasi memberikan pengaruh terhadap perspektif guru, pandangan
dan keyakinan tentang ukuran kelas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kualitas pengajar dan kemampuan siswa;


Daya saing siswa, interaksi kognitif, sosialisasi dan kehadiran;
Bakat, jenis kelamin, bahasa dan latar belakang etnis;
Sumber daya dan ruang fisik;
Pengembangan profesional; dan
Pemahaman pedagogi kelas kecil.

Berikut pembahasan mengenai enam tema atau variabel tersebut,


3.2.1

Kualitas Pendidik dan Kemampuan Siswa


Kualitas Pendidik
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualitas
pendidik akan tercermin dari kualfikasi akademik yang dimiliki tenaga
kependidikan tersebut.
Kualifikasi akademik yang dimaksud di atas adalah tingkat pendidikan
minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan lampiran
Permen No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

10

Kompetensi Guru, dinyatakan bahwa kualifikasi akademik guru


SMP/MTs dan SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan/siampu, dan diperoleh dari
program studi yang terakreditas. Selain itu diatur bahwa guru harus
memenuhi standar kompetensi guru yang menyangkut mengenai
empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional. Berdasarkan hal tersebut kualitas pendidik
yang baik akan memiliki kemampuan dalam mengkoordinasikan
pembelajaran di dalam kelas dan mampu mengatasi berbagai
permasalahan serta kondisi yang terjadi di dalam kelas salah satunya
seperti ukuran kelas. Para guru diharapkan mampu mengelola kelas
dengan ukuran kelas yang kecil atau besar.
Kemampuan Siswa
Kemampuan juga bisa disebut dengan kompetensi. Kata
kompetensi berasal dari bahasa Inggris competence
yang berarti ability, power, authority, skill, knowledge, dan
kecakapan, kemampuan serta wewenang. Jadi kata
kompetensi dari kata competent yang berarti memiliki
kemampuan

dan

keterampilan

dalam

bidangnya

sehingga ia mempunyai kewenangan atau atoritas


untuk

melakukan

sesuatu

dalam

batas

ilmunya

tersebut. Kompetensi merupakan perpaduan dari tiga


domain pendidikan yang meliputi ranah pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang terbentuk dalam pola
berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Atas dasar ini, kompetensi dapat berarti pengetahuan,
ketrampilan

dan

kemampuan

yang

dikuasai

oleh

seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya


sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif,
afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya (Suja,
2008).

Dari

pengertian-pengertian

tersebut,

dapat
11

disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah potensi


atau suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak
lahir atau merupakan hasil belajar, latihan atau praktek
dan

digunakan

untuk

mengerjakan

sesuatu

yang

diwujudkan melalui tindakannya.


Berdasarkan pemaparan diatas kemampuan siswa juga akan
mempengaruhi bagaimana suatu pembelajaran dapat terlaksana
dengan baik. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada guru
dalam penelitian yang dilakukan B. Handal, guru menyatakan dengan
kemampuan siswa yang kurang maka diperlukan perhatian khusus
pada setiap siswa yang berkemampuan kurang, sehingga guru
beranggapan

bahwa

dengan

ukuran

kelas

yang

kecil

akan

mempermudah manajemen kelas sehingga guru dapat lebih mudah


memberikan perhatian pada setiap siswa.
3.2.2

Daya Saing Siswa, Interaksi Kognitif, Sosialisasi dan Kehadiran


Ukuran kelas memiliki dampak positif dan negatif, hal tersebut
dibedakan berdasarkan kemampuan siswa. Dengan kemampuan siswa
yang rendah maka sebaiknya mereka belajar pada kelas dengan
ukuran kelas yang kecil, karena dengan ukuran kelas yang kecil
perbedaan kemampuan siswa tidak terlalu signifikan jadi dapat
meningkatkan daya saing siswa karena mereka merasa menjadi bagian
nyata dari kelas sehingga mereka merasa memiliki peran yang sama
besar dalam kelas dan tidak malu dalam menyampaikan isi pikiran
mereka maka interaksi sosialisasi akan terjadi dengan baik apabila ada
kesulitan gurupun akan lebih mudah memfasilitasi mereka, namun hal
tersebut akan berbeda apabila dengan kemampuan yang rendah
ditempatkan pada ukuran kelas yang kecil. Dengan ukuran kelas yang
besar maka perbedaan kemampuan akan terlihat signifikan, jadi siswa
yang merasa dirinya tidak pintar akan semakin cenderung diam dan
takut untuk berpendapat karena takut sehingga akan terdapat tekanan
bagi siswa tersebut maka interaksi dan sosialisasipun akan sulit terjadi
dan kelas akan didominasi oleh siswa yang mampu saja. Hal yang

12

berbeda akan terjadi pada kemampuan siswa menengah keatas,


mereka akan lebih memiliki daya saing apabila pada ukuran kelas
yang lebih besar,karena mereka akan memiliki banyak perbedaan
dalam pemikiran, sehingga hal tersebut akan menjadi bahan diskusi
yang baik untuk mengkonstruksi pengetahuannya, jadi pada kelas
yang besar dibutuhkan usaha yang keras dari masing-masing individu
siswa dalam pembelajaran, mereka mampu untuk menyampaikan
pendapat, menanggapi dan mempertahankan pendapat yang dimiliki,
sehingga daya saing, interaksi dan sosialisasi akan terjadi dengan baik
dan tugas guru pada kondisi tersebut sebagai fasilitator dalam
pembelajaran tidak lagi harus membimbing setiap individu. Jika
dilihat dari sisi kehadiran, dengan ukuran kelas yang kecil maka akan
lebih mudah bagi guru untuk mengetahui siswa yang tidak hadir,
walaupun dengan daftar absen bisa dilihat tentang kehadiran, namun
dengan ukuran lebih kecil maka guru akan lebih dekat dengan setiap
anggota kelas, dibanding dengan ukuran kelas yang lebih besar.
3.2.3

Bakat, Jenis Kelamin, Bahasa dan Latar Belakang Etnis


Perbedaan Bakat, jenis kelamin, bahasa dan latar belakang etnis pasti
tidak akan bisa dipisahkan dalam intraksi di dalam kelas, hal tersebut
juga pasti akan mempengaruhi pengelolaan kelas, pengelolaan kelas
adalah usaha yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana kelas
yang efektif dengan mengurangi sikap negatif siswa tanpa harus
membatasi kebebasan siswa serta menciptakan iklim sosio-emosional
yang positif didalam kelas (Najamuddin,2014). Berdasarkan hal
tersebut,

ukuran

kelas

sangat

berpengaruh

pada

bagaimana

pengelolaan kelas yang dilakukan guru.


3.2.4

Sumber Daya dan Ruang Fisik


Ukuran kelas merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada sumber
daya dan ruang fisik, semakin besar ukuran kelas maka ruang fisik
yang diperlukan juga akan lebih besar, dengan adanya pengurangan
ukuran kelas maka akan mempengaruhi sumber daya yang ada di
sekolah tersebut semakin kecil ukuran kelas maka akan terdapat
13

banyak rombongan belajar, tentu saja hal tersebut akan berpengaruh


pada ruang fisik seperti kelas, buku pelajaran dan sumber daya seperti
staf dan guru serta memperbesar biaya kebutuhan sekolah.
3.2.5

Pengembangan Keprofesional
Ukuran kelas sangat mempengaruhi bagaimana pengelolaan kelas
salah satunya strategi yang digunakan guru, sehingga pengembangan
keprofesionalan sangat dibutuhkan oleh guru sehingga bisa mengelola
kelas dalam berbagai jenis situasi. Dalam hasil penelitian B. Handel
juga disebutkan bahwa terdapat pengakuan dari guru bahwa
manajemen kelas serta proses pemebelajaran berbeda tergantung dari
ukuran kelas sehingga dirasa perlu dilakukan pengembangan
keprofesionalan guru dalam manajemen kelas. Manajemen kelas
merupakan upaya mengelola siswa didalam kelas yang dilakukan
untuk menciptakan dan mempertahankan suasana/kondisi kelas yang
menunjang program pengajaran dengan jalan menciptakan dan
mempertahankan motivasi siswa untuk selalu ikut terlibat dan
berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah.

3.2.6

Pemahaman Pedagogi Kelas Kecil


Dalam penelitian yang dilakukan B. Handel diperoleh bahwa guru
mengakui terdapat perbedaan kemampuan pedagogi saat mengajar di
kelas ukuran besar dan kelas dengan ukuran kelas kecil. Saat
wawancara guru tidak menyatakan secara spesifik strategi apa yang
cocok diterapkan dikelas ukuran kecil, dan bahkan menurut mereka
sebagian besar strategi pembelajaran dapat diterapkan pada ukuran
kelas kecil dan kelas besar.

3.3 Efektifitas dari Kebijakan Pengurangan Ukuran Kelas


Pada penilitian yang dilakukan oleh B. Handal dkk. (2015) tersebut,
responden juga diminta untuk menunjukkan, jika ukuran kelas kecil lebih
efektif dalam meningkatkan hasil siswa untuk sepuluh kelompok tertentu
siswa dengan menggunakan skala 'Ya' (3 poin), 'Tidak Yakin' (2 poin) dan
'Tidak' (1 poin). Item diawali dengan pernyataan "Menurut saya ukuran kelas
kecil lebih efektif untuk ..." Tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata untuk guru
14

matematika (N = 83) dibandingkan dengan skor rata-rata untuk seluruh


sampel (N = 1.119) untuk sepuluh kelompok tertentu. Kedua guru matematika
dan total sampel ditempatkan pada kelompok dalam urutan yang sama dengan
berprestasi rendah ditempatkan pertama serta siswa berbakat dan bertalenta
ditempatkan terakhir.
Tabel 2. Efektivitas ukuran kelas memberikan makna untuk jenis siswa
Keseluruhan sampel (N =
1.119)
2.96 (0.26)
2.91 (0.34)

Guru Matematika (N = 83)

Prestasi rendah
2.98 (0.22)
Bahasa lain selain
2.80 (0.44)
bahasa Inggris
SES rendah
2.89 (0.38)
2.88 (0.40)
Seluruh siswa
2.89 (0.40)
2.79 (0.52)
Etnic
2.84 (0.44)
2.77 (0.48)
Pribumi
2.83 (0.46)
2.78 (0.47)
Anak laki-laki
2.80 (0.52)
2.76 (0.58)
Perempuan
2.68 (0.61)
2.56 (0.66)
Siswa pedesaan dan
2.64 (0.62)
2.58 (0.63)
terpencil
Siswa berbakat dan
2.61 (0.71)
2.36 (0.83)
bertalenta
Catatan: standard deviasi diberikan pada tanda kurung.
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa guru menghubungkan ukuran
kelas yang optimal untuk bakat belajar, merasa nyaman dengan kelas besar
bagi siswa kemampuan tinggi dan kelas kecil untuk kemampuan siswa yang
rendah.
3.4 Pengaruh Pengurangan Ukuran Kelas dan Ukuran Kelas yang Kecil
terhadap Pemilihan Strategi Pembelajaran Matematika
Laporan wawancara dalam makalah ini berusaha untuk menelaah dari sudut
pandangan guru tentang ukuran kelas optimal dan pemikiran mereka tentang
siswa, sekolah, kelas dan variabel kontekstual lainnya yang mempengaruhi
pandangan mereka. Wawancara adalah tindak lanjut dari respon kuesioner
dan berusaha untuk mengeksplorasi enam tema yang diidentifikasi di atas.
Oleh karena itu, tujuan dari pertanyaan semi-terstruktur wawancara adalah
untuk mengeksplorasi secara lebih mendalam tanggapan guru matematika ke
15

bagian open-ended dari kuesioner. Wawancara dilakukan melalui telepon.


Hanya dua belas dari 83 guru matematika sekolah menengah yang
berpartisipasi dalam kuesioner sukarela untuk diwawancarai.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini digunakan untuk mengarahkan percakapan
antara peneliti dan peserta dan untuk memperoleh elaborasi yang lebih rinci
dari pandangan yang diungkapkandi bagian open ended dari kuesioner:
Jelaskan populasi siswa disekolah anda?
Apa ukuran kelas yang ideal untuk kelas matematika dan mengapa?
Bagaimana bisa ukuran kelas yang besar dan kecil berbeda dalam strategi
mengajar yang digunakan?
Kelompok sosial-ekonomi yang mana yang akan mendapatkan keuntungan
besar dari kebijakan pengurangan ukuran kelas?
Bagaimana seharusnya program pengurangan ukuran kelas dilaksanakan
untuk memaksimalkan keberhasilan?
Ketika anda mengajar kelas kecil, apakah anda mengubah cara anda
mengajar? Bagaimana?
Sepertiga dari 12 guru yang diwawancarai adalah perempuan yang
merepresentasikan lima dari sepuluh daerah NSW. Guru yang diwawancarai
yakni dari beragam kualifikasi pendidikan dengan mayoritas telah mengajar
selama lebih dari dua puluh tahun meskipun guru dengan pengalaman
mengajar kurang juga diantara mereka yang diwawancarai.
Tabel 3. deskripsi demografis sosial dari hasil wawancara dengan guru.
Jenis
Kelamin
Wanita

Wanita
Laki-laki
Wanita
Laki-laki
Laki-laki

Daerah
Pantai Tengah
(Central Coast)
Pantai Tengah
(Central Coast)
Pantai Utara (North
Coast)
Pantai Utara (North
Coast)
Pantai Tengah
(Central Coast)
Bagian Utara Sydney

Kualifikasi
Sarjana dalam
suatu disiplin ilmu
serta diploma
pendidikan
Sarjana pendidikan

Pengalaman
Mengajar (Tahun)
26-30

30

Magister
pendidikan
Sarjana pendidikan

30

Magister
pendidikan
Sarjana dalam

21-25

16-20

30

16

Laki-laki
Wanita

Pantai Utara (North


Coast)
Barat NSW

Laki-laki

Barat Sydney

Laki-laki

Pantai Utara (North


Coast)
Pantai Utara (North
Coast)

Laki-laki

Laki-laki

Pantai Tengah
(Central Coast)

suatu disiplin ilmu


serta diploma
pendidikan
Sarjana pendidikan

26-30

Sarjana dalam
suatu disiplin ilmu
serta diploma
pendidikan
Sarjana dalam
suatu disiplin ilmu
serta diploma
pendidikan
Pengajar diploma

0-5

Sarjana dalam
suatu disiplin ilmu
serta diploma
pendidikan
Sarjana dalam
suatu disiplin ilmu
serta diploma
pendidikan

21-25

30

30

30

Bowen(2008), Model analisis tematik dan saturasi serta enam isu yang
muncul dari komentar kuisioner open-ended digunakan untuk mengatur
diskusi.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa tidak ada ukuran kelas yang
optimal, melainkan guru lebih berfokus pada kualitas guru dibanding ukuran
kelas. Karena guru yang berkualitas memiliki kemampuan mengelola kelas
dengan baik maka akan tercipta pembelajaran yang efektif. Dengan
kemampuan siswa yang berbeda diperoleh guru lebih cenderung untuk
memilih ukuran kelas kecil untuk siswa dengan kemampuan siswa rendah
karena alasan pengelolaan kelas jadi mereka berpendapat ukuran kelas
diperhitungkan berdasarkan kemampuan siswa dan pengelolaan kelas seperti
bakat, daya saing, interaksi kognitif dan kehadiran. Selain itu mereka juga
tidak membedakan pedagogi untuk kelas ukuran kecil atau ukuran kelas
besar.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan diperoleh bahwa kebijakan
pengurangan ukuran kelas akan berpengaruh pada kenyamanan siswa dalam

17

belajar, selain itu yang lebih berpengaruh pada ketersediaan tenaga pengajar,
staf dan biaya yang digunakan untuk biaya pendidikan yang dikeluarkan
sekolah.
3.5 Kelompok Sosial Ekonomi yang mana Mendapatkan Manfaat Paling
Banyak dari Kebijakan Pengurangan Ukuran Kelas
Dilihat dari kelompok sosial ekonomi maka studi ini juga menemukan bahwa
guru matematika berpikir siswa dari latar belakang sosial ekonomi rendah
akan mendapat manfaat besar dari kelas yang lebih kecil. Temuan ini terdapat
ekstrapolasi yang konsisten dengan penelitian sebelumnya (Watson, Handal,
Maher & McGinty, 2013). Hal tersebut dikarenakan dengan ukuran yang lebih
kecil maka akan mendapatkan kenyamanan yang lebih dan memperkecil
tekanan yang mungkin terjadi pada diri siswa terhadap sosialisasi yang ada
didalam kelas.
Selain itu kebijakan pengurangan ukuran kelas tidak dapat secara langsung
disimpulkan untuk meningkatkan prestasi belajar, tetapi hal yang pertama
dirasakan adalah untuk meningkatkan kinerja akademik.
3.6 Pelaksanaan Pendidikan di Indonesia
Pelaksanaan

pendidikan

nasional

harus

menjamin

pemerataan

dan

peningkatan mutu pendidikan ditengah perubahan global, untuk menjamian


tercapainya

tujuan

pendidikan

tersebut

pemerintah

mengamanatkan

penyusunan delapan standar nasional pendidikan yang diatur dalam


PERMEN No. 19 Tahun 2005. Standar nasional pendidikan adalah kriteria
minimum tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI.
Untuk menjamin terwujudnya pelaksanaam pembelajaran dalam pendidikan
nasional yang berpusat pada peserta didik diperlukan adanya sarana dan
prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang memadai tersebut harus
memenuhi ketentuan minimum yang ditetapkan dalam standar sarana dan
prasarana. Berdasarkan lampiran PERMEN No. 24 tahun 2007 mengenai
standar sarana dan prasarana sekolah/ madrasah pendidikan umum, terdapat
beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam penyediaan ruangan kelas di

18

masing-masing jenjang pendidikan. Berikut beberapa ketentuan sarana dan


prasarana khususnya ruang kelas yang harus di penuhi di masing-masing
jenjang pendidikan di Indonesia,
1. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
a. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar.
b. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 28 peserta didik.
c. Rasio minimum luas ruang kelas adalah 2 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas adalah 30 m2. Lebar minimum ruang kelas
adalah 5 m.
2. Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs)
a. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar.
b. Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.
c. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m.
3. Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)
a. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar.
b. Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.
c. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m.
Berdasarkan ketentuan sarana dan prasarana yang telah diatur tersebut, guru
sebagai tenaga pendidik dituntut untuk melaksanakan proses pembelajaran
sebagaimana diatur dalam PERMEN No. 65 Tahun 2013 yakni tentang
standar proses pendidikan dasar dan menengah. Pada BAB III bagian Desain
Pembelajaran untuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dijelaskan
pada poin (i) metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD

19

yang akan dicapai dimana dalam penyusunan RPP atau penentuan metode
pembelajaran harus memperhitungkan beberapa prinsip-prinsip diantaranya,

Perbedaan individual peserta didik antara lain

kemampuan awal,

tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan


sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar

belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.


Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,

motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.


Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.


Penerapan teknologi informasi dan komunikasisecara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi dan lain-lain.

20

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Pada dasarnya tidak ada pengaruh yang signifikan antara ukuran kelas
dengan kemampuan peserta didik dan prestasi peserta didik, namun ukuran kelas ini
lebih berpengaruh pada kenyamanan siswa dalam belajar. Memang berdasarkan
beberapa penelitian yang ada tidak ada ukuran kelas yang optimal agar proses
pendidikan dapat berjalan dengan baik. Kalangan sosial ekonomi menengah kebawah
akan sangat diuntungkan dari kebijakan pengurangan ukuran kelas. Beberapa negara
pemerintah ada yang mengatur jumlah maksimum siswa dalam kelas serta sarana
yang tersedia dalam ruang kelas, seperti di Indonesia yang dengan jelas disebutkan
dalam PERMEN No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk
SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA dan PERMEN No. 65 Tahun 2013 tentang standar
proses pendidikan dasar dan menengah.
4.2 Saran
Berdasarkan hal tersebut adapun tindakan yang dapat dilakukan adalah
adanya tindakan yang tegas dari pemerintah untuk membatasi jumlah maksimum
ataupun minimum penerimaan siswa untuk setiap sekolah, perhitungan jumlah
maksimum/minimum disesuaikan dengan fasilitas yang ada di sekolah tersebut. Jika
memang ukuran kelas yang besar tidak dapat dihindari maka disini diperlukan
kemampuan guru yang lebih dalam mengelola kelas agar guru mampu memfasilitasi
seluruh siswa.

21

DAFTAR PUSTAKA
Handal, Boris. 2015. Multi-positioning Mathematics Class Size: Teacher Views.
International Journal For Mathematic Teaching and Learning 2015:
http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/ .
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Indonesia No. 19 Tahun 2005 Lampiran
dari http://bsnp-indonesia.org/?page_id=109/ . Diakses pada tanggal 3
Desember 2015.
Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Indonesia No. 24 Tahun 2007
Lampiran dari http://bsnp-indonesia.org/?page_id=109/ . Diakses pada
tanggal 3 Desember 2015.
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Indonesia No. 65 Tahun 2013 Lampiran
dari http://bsnp-indonesia.org/?page_id=109/ . Diakses pada tanggal 4
Desember 2015.
Najamuddin.2014. Menerapkan Pendidikan Multikultural Dalam
Pembelajaran
Di
Madrasah
Melalui
Pengelolaan
sumut.kemenag.go.id/file/file/.../atxf1397807086.pdf.

Proses
Kelas:

Permana, Johar. 2001. Bahan Training Of Trainers (TOT) Nasional Pelatihan


Supervisi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah Basic
Education Project (BEP)disajikan pada 27 Juni 2001. Bandung.
Suja. 2008. Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab. Semarang: Walisongo
Press.

Anda mungkin juga menyukai