OLEH :
I WAYAN DIPTA SAMSIDIM
(1429051018)
(1429051019)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul Pengaruh Ukuran Kelas dalam
Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Sudut Pandang Guru
Di dalam penyusunan makalah ini, kami merasa banyak hambatan yang
dihadapi. Namun, berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, hambatanhambatan tersebut dapat kami atasi.Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah turut memberikan motivasi demi terselesaikannya
makalah ini.
Di samping itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sebuah
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di
dalam penulisan makalah ini. Demikian pula halnya kami juga mengharapkan kritik
dan saran demi penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya dapat menjadi lebih
baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini, maka seluruh isi makalah
ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami dan kami harapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Denpasar, Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
ii
ABSTAK...........................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang........................................................................
1.2
Rumusan Masalah...................................................................
1.3
Tujuan Penulisan.....................................................................
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
10
BAB II
BAB IV PENUTUP
3.1
Simpulan....................................................................................... 22
3.2
Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
22
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
temuan dari wawancara yang dilakukan dengan guru-guru matematika SMP yang
mengajukan diri untuk diwawancarai. Makalah ini juga memaparkan mengenai
ukuran kelas di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang guru matematika percaya tentang pengaruh ukuran kelas pada
pembelajaran matematika?
2. Apa variabel yang mempengaruhi pandangan guru matematika tentang ukuran
kelas yang optimal untuk kelas matematika?
3. Apa yang guru matematika percaya tentang efektifitas dari kebijakan
pengurangan ukuran kelas?
4. Bagaimana pengurangan ukuran kelas dan ukuran kelas yang kecil
mempengaruhi pemilihan strategi pembelajaran matematika?
5. Kelompok sosial ekonomi yang mana mendapatkan manfaat paling banyak
dari kebijakan pengurangan ukuran kelas?
6. Bagaimana pelaksanaan pendidikan di Indonesia, yang berkaiatan dengan
ukuran kelas, serta bagaimana langkah yang dilakukan oleh pemerintah,
pendidik dan tenaga kependidikan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang guru matematika percaya tentang pengaruh
ukuran kelas pada pembelajaran matematika.
2. untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi pandangan guru matematika
tentang ukuran kelas yang optimal untuk kelas matematika.
3. Untuk mengetahui apa yang guru matematika percaya tentang efektifitas dari
kebijakan pengurangan ukuran kelas.
4. Untuk mengetahui pengurangan ukuran kelas dan ukuran kelas yang kecil
mempengaruhi pemilihan strategi pembelajaran matematika.
5. Untuk mengetahui kelompok sosial ekonomi yang mana mendapatkan manfaat
paling banyak dari kebijakan pengurangan ukuran kelas.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Selama empat dekade terakhir studi ukuran kelas telah difokuskan pada
pencarian ukuran kelas yang ideal. Dimulai dengan Maimonides '(1135-1204),
Aturan Talmud yakni maksimal 40 siswa dalam satu kelas hingga sekarang yakni
teknik statistik yang kompleks dengan 15 siswa dalam satu kelas (Hattie 1999), 17
siswa dalam satu kelas (McRobbie, Finn dan Harman 1998) atau 20 siswa dalam satu
kelas
terbaru mengklaim bahwa ukuran kelas bukanlah konsep yang mutlak yang
dipengaruhi oleh variabel lain termasuk pelajar (Watson, Handal, Maher dan Mc
Ginty, 2013). Davies (2003) menyatakan bahwa pada umumnya peneliti menyatakan
mendukung penerapan ukuran kelas kecil karena:
kolaboratif serta sistem dan struktur yang diperlukan untuk bekerja secara efektif
dalam konteks pembelajaran kolaboratif yang tertanam dalam langkah-langkah yang
cermat dari kegiatan yang mengikuti desain khusus untuk mendorong proses
pembelajaran. Dengan kata lain, guru bersikap tidak peduli daripada mencari dan
menggunakan sesuatu yang baru dan berbeda. Kesimpulan ini didukung oleh
pernyataan dari Bascia dan Fredua-Kwarteng (2008) bahwa "ukuran kelas tidak
mempengaruhi prestasi siswa secara langsung: tapi dipengaruhi oleh apa yang guru
dan siswa lakukan di kelas yang lebih kecil". Seperti yang disarankan oleh
Blatchford, Russell, Bassett, Brown dan Martin (2007), dalam pembelajaran kelas
kecil guru harus mendorong perilaku/kebiasaan saling membantu dan lebih banyak
menerapkan strategi pembelajaran berbeda, memberi pengalaman belajar non-rutin
yang membutuhkan investigasi, pekerjaan proyek, menerapkan pendekatan penemuan
dan pembelajaran kolaboratif.
Davies (2003) berpendapat bahwa kunci dari masalah mengenai pengurangan
ukuran kelas yakni selalu pada efektivitas biaya/penghematan jika dibandingkan
dengan intervensi kebijakan lainnya. Dia mengutip intervensi kebijakan lain seperti
kualitas guru, manajemen sekolah, peer effects, status sosial-ekonomi dan lingkungan
tempat tinggal. Kunci dari isu yang menjadikan pengurangan ukuran kelas sebagai
strategi efektifitas biaya/penghematan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Terdapat banyak literatur tentang kualitas guru dan dampaknya terhadap prestasi
siswa (Darling-Hammond, 2000). Hal tersebut ditemukan setelah pelaksanaan
pengurangan ukuran kelas berdasarkan pengalaman di California (Mitchell &
Mitchell, 1999; Stecher & Borhnstedt, 2000), banyak sekolah harus mempekerjakan
guru baru. Beberapa guru yang dipekerjakan diberikan darurat kredensial dengan
hasil bahwa guru tanpa kredensial penuh meningkat dari 1,8 persen menjadi 12,5
persen (Davies 2003) pada tahun tersebut, setelah program dilaksanakan dan naik
menjadi 14 persen pada tahun 2002.
Hal tersebut telah dinyatakan bahwa dirancangnya secara khusus pedagogi untuk
mengajar kelas yang lebih kecil, meskipun kadang-kadang tumpang tindih dengan
pedagogi yang digunakan ketika mengajar kelas yang lebih besar, terdapat
karakteristik berbeda yang membedakan guru yang mengajar kelas kecil dari guru
yang bekerja ketika mengajar kelas yang lebih besar. Blatchford dkk. (2007)
berpendapat bahwa untuk kelas kecil agar pembelajaran lebih efektif harus ada
pergeseran ke arah instruksi individual. Blatchford dkk. (2007) tidak mengacu pada
metode tradisional yang didukungan oleh satu kesatuan saja, tetapi untuk pendekatan
secara personal lebih mendalam ditanamkan dalam rencana belajar siswa secara
individu. Pedagogi kelas kecil dapat mencakup kegiatan proyek di mana siswa secara
individual dipantau dan diberikan umpan balik terus menerus berupa tugas-tugas
investigasi yang dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
(Hattie, 2006, 2009; Siap & Lee, 2006). Selain itu, keuntungan yang dapat diambil
oleh kelas dengan siswa yang lebih kecil untuk memberikan pengalaman belajar yang
memfasilitasi peningkatan kerjasama dan komunikasi antara siswa, memberikan
kesempatan belajar remedial dan keterampilan metakognitif siswa melalui
pengembangan perilaku dalam mencari informasi dan kebiasaan saling membantu.
Hattie (2009) mengklaim bahwa bukan ukuran kelas yang menyebabkan peningkatan
prestasi akademik siswa tapi kualitas pengajaran yang terjadi merupakan
penyebabnya. Hattie (2009) mencatat bahwa ketika para guru terus menggunakan
strategi pengajaran kelas besar, bahkan ketika mengajar kelas kecil, ada sedikit tanda
bahwa proses pembelajaran ditingkatkan. Betts dan Shkolnic (1999) menyatakan
bahwa "tidak ada jaminan bahwa kelas yang lebih kecil secara otomatis akan
menyebabkan kerja yang lebih produktif dalam kelompok."
Pada akhirnya, ketiadaan penelitian mengenai ukuran kelas yang menggunakan
data Australia dalam tiga dekade terakhir merupakan bentuk kekecewaan dan tidak
membantu untuk menginformasikan kebijakan yang mengingatkan bahwa penelitian
ukuran kelas tersebut sangat kontekstual. Akibatnya, keperluab untuk studi Australia
sangat penting untuk memahami hubungan antara ukuran kelas, prestasi siswa dan
variabel lainnya.
Peraturan Departemen Pendidikan dan Komunitas di New South Wales (NSW
DEC) menyatakan ukuran kelas maksimum yakni 30 siswa untuk umur 7 sampai 10
tahun. Pengecualian untuk beberapa mata pelajaran berbasis teknologi memiliki
ukuran kelas terendah yakni 15 siswa. Batas kelas untuk siswa berumur 11 sampai 12
tahub adalah 24 siswa (NSW Desember, 2012).
Begitupula dengan yang diterapkan di indonesia pada Standar Sarana dan
Prasarana, yang diatur dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Indonesia No. 24
Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs),
dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), sudah jelas dipaparkan
ketentuan prasarana dan sarana untuk masing-masing jenjang pendidikan. Beberapa
ketentuan prasarana dan sarana yang diatur dalam standar sebagai berikut,
1. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
a. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar.
b. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 28 peserta didik.
c. Rasio minimum luas ruang kelas adalah 2 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas adalah 30 m2. Lebar minimum ruang kelas
adalah 5 m.
2. Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs)
a. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar.
b. Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.
c. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m 2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m.
3. Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)
a. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar.
b. Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.
c. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m 2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m.
BAB III
PEMBAHASAN
Demikian pula, untuk pertanyaan "indikasi apa yang anda rasakan tentang
dampak ukuran kelas pada kinerja siswa", pada skala dari 1 (tidak penting)
sampai 10 (penting) guru matematika sekolah menengah memberikan skor
ukuran kelas pada rata-rata 9.10 sedangkan sisanya dari sampel diberikan
skor rata-rata lebih tinggi dari 9.37, kedua skor tersebut menunjukkan
bagaimana tingginya tingkat ukuran kelas dari kedua kelompok sebagai faktor
yang mempengaruhi kinerja siswa. Perlu dicatat bahwa ada perbedaan
statistik yang signifikan antara kedua kelompok (t = 2,032, df = 1103,
0,42).
3.2 Variabel yang Mempengaruhi Pandangan Guru Matematika tentang
Ukuran Kelas yang Optimal untuk Kelas Matematika
Secara umum menurut B. Handal (2015), tema atau variabel berikut telah
teridentifikasi memberikan pengaruh terhadap perspektif guru, pandangan
dan keyakinan tentang ukuran kelas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
10
dan
keterampilan
dalam
bidangnya
melakukan
sesuatu
dalam
batas
ilmunya
dan
kemampuan
yang
dikuasai
oleh
Dari
pengertian-pengertian
tersebut,
dapat
11
digunakan
untuk
mengerjakan
sesuatu
yang
bahwa
dengan
ukuran
kelas
yang
kecil
akan
12
ukuran
kelas
sangat
berpengaruh
pada
bagaimana
Pengembangan Keprofesional
Ukuran kelas sangat mempengaruhi bagaimana pengelolaan kelas
salah satunya strategi yang digunakan guru, sehingga pengembangan
keprofesionalan sangat dibutuhkan oleh guru sehingga bisa mengelola
kelas dalam berbagai jenis situasi. Dalam hasil penelitian B. Handel
juga disebutkan bahwa terdapat pengakuan dari guru bahwa
manajemen kelas serta proses pemebelajaran berbeda tergantung dari
ukuran kelas sehingga dirasa perlu dilakukan pengembangan
keprofesionalan guru dalam manajemen kelas. Manajemen kelas
merupakan upaya mengelola siswa didalam kelas yang dilakukan
untuk menciptakan dan mempertahankan suasana/kondisi kelas yang
menunjang program pengajaran dengan jalan menciptakan dan
mempertahankan motivasi siswa untuk selalu ikut terlibat dan
berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah.
3.2.6
Prestasi rendah
2.98 (0.22)
Bahasa lain selain
2.80 (0.44)
bahasa Inggris
SES rendah
2.89 (0.38)
2.88 (0.40)
Seluruh siswa
2.89 (0.40)
2.79 (0.52)
Etnic
2.84 (0.44)
2.77 (0.48)
Pribumi
2.83 (0.46)
2.78 (0.47)
Anak laki-laki
2.80 (0.52)
2.76 (0.58)
Perempuan
2.68 (0.61)
2.56 (0.66)
Siswa pedesaan dan
2.64 (0.62)
2.58 (0.63)
terpencil
Siswa berbakat dan
2.61 (0.71)
2.36 (0.83)
bertalenta
Catatan: standard deviasi diberikan pada tanda kurung.
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa guru menghubungkan ukuran
kelas yang optimal untuk bakat belajar, merasa nyaman dengan kelas besar
bagi siswa kemampuan tinggi dan kelas kecil untuk kemampuan siswa yang
rendah.
3.4 Pengaruh Pengurangan Ukuran Kelas dan Ukuran Kelas yang Kecil
terhadap Pemilihan Strategi Pembelajaran Matematika
Laporan wawancara dalam makalah ini berusaha untuk menelaah dari sudut
pandangan guru tentang ukuran kelas optimal dan pemikiran mereka tentang
siswa, sekolah, kelas dan variabel kontekstual lainnya yang mempengaruhi
pandangan mereka. Wawancara adalah tindak lanjut dari respon kuesioner
dan berusaha untuk mengeksplorasi enam tema yang diidentifikasi di atas.
Oleh karena itu, tujuan dari pertanyaan semi-terstruktur wawancara adalah
untuk mengeksplorasi secara lebih mendalam tanggapan guru matematika ke
15
Wanita
Laki-laki
Wanita
Laki-laki
Laki-laki
Daerah
Pantai Tengah
(Central Coast)
Pantai Tengah
(Central Coast)
Pantai Utara (North
Coast)
Pantai Utara (North
Coast)
Pantai Tengah
(Central Coast)
Bagian Utara Sydney
Kualifikasi
Sarjana dalam
suatu disiplin ilmu
serta diploma
pendidikan
Sarjana pendidikan
Pengalaman
Mengajar (Tahun)
26-30
30
Magister
pendidikan
Sarjana pendidikan
30
Magister
pendidikan
Sarjana dalam
21-25
16-20
30
16
Laki-laki
Wanita
Laki-laki
Barat Sydney
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Pantai Tengah
(Central Coast)
26-30
Sarjana dalam
suatu disiplin ilmu
serta diploma
pendidikan
Sarjana dalam
suatu disiplin ilmu
serta diploma
pendidikan
Pengajar diploma
0-5
Sarjana dalam
suatu disiplin ilmu
serta diploma
pendidikan
Sarjana dalam
suatu disiplin ilmu
serta diploma
pendidikan
21-25
30
30
30
Bowen(2008), Model analisis tematik dan saturasi serta enam isu yang
muncul dari komentar kuisioner open-ended digunakan untuk mengatur
diskusi.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa tidak ada ukuran kelas yang
optimal, melainkan guru lebih berfokus pada kualitas guru dibanding ukuran
kelas. Karena guru yang berkualitas memiliki kemampuan mengelola kelas
dengan baik maka akan tercipta pembelajaran yang efektif. Dengan
kemampuan siswa yang berbeda diperoleh guru lebih cenderung untuk
memilih ukuran kelas kecil untuk siswa dengan kemampuan siswa rendah
karena alasan pengelolaan kelas jadi mereka berpendapat ukuran kelas
diperhitungkan berdasarkan kemampuan siswa dan pengelolaan kelas seperti
bakat, daya saing, interaksi kognitif dan kehadiran. Selain itu mereka juga
tidak membedakan pedagogi untuk kelas ukuran kecil atau ukuran kelas
besar.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan diperoleh bahwa kebijakan
pengurangan ukuran kelas akan berpengaruh pada kenyamanan siswa dalam
17
belajar, selain itu yang lebih berpengaruh pada ketersediaan tenaga pengajar,
staf dan biaya yang digunakan untuk biaya pendidikan yang dikeluarkan
sekolah.
3.5 Kelompok Sosial Ekonomi yang mana Mendapatkan Manfaat Paling
Banyak dari Kebijakan Pengurangan Ukuran Kelas
Dilihat dari kelompok sosial ekonomi maka studi ini juga menemukan bahwa
guru matematika berpikir siswa dari latar belakang sosial ekonomi rendah
akan mendapat manfaat besar dari kelas yang lebih kecil. Temuan ini terdapat
ekstrapolasi yang konsisten dengan penelitian sebelumnya (Watson, Handal,
Maher & McGinty, 2013). Hal tersebut dikarenakan dengan ukuran yang lebih
kecil maka akan mendapatkan kenyamanan yang lebih dan memperkecil
tekanan yang mungkin terjadi pada diri siswa terhadap sosialisasi yang ada
didalam kelas.
Selain itu kebijakan pengurangan ukuran kelas tidak dapat secara langsung
disimpulkan untuk meningkatkan prestasi belajar, tetapi hal yang pertama
dirasakan adalah untuk meningkatkan kinerja akademik.
3.6 Pelaksanaan Pendidikan di Indonesia
Pelaksanaan
pendidikan
nasional
harus
menjamin
pemerataan
dan
tujuan
pendidikan
tersebut
pemerintah
mengamanatkan
18
19
yang akan dicapai dimana dalam penyusunan RPP atau penentuan metode
pembelajaran harus memperhitungkan beberapa prinsip-prinsip diantaranya,
kemampuan awal,
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Pada dasarnya tidak ada pengaruh yang signifikan antara ukuran kelas
dengan kemampuan peserta didik dan prestasi peserta didik, namun ukuran kelas ini
lebih berpengaruh pada kenyamanan siswa dalam belajar. Memang berdasarkan
beberapa penelitian yang ada tidak ada ukuran kelas yang optimal agar proses
pendidikan dapat berjalan dengan baik. Kalangan sosial ekonomi menengah kebawah
akan sangat diuntungkan dari kebijakan pengurangan ukuran kelas. Beberapa negara
pemerintah ada yang mengatur jumlah maksimum siswa dalam kelas serta sarana
yang tersedia dalam ruang kelas, seperti di Indonesia yang dengan jelas disebutkan
dalam PERMEN No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk
SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA dan PERMEN No. 65 Tahun 2013 tentang standar
proses pendidikan dasar dan menengah.
4.2 Saran
Berdasarkan hal tersebut adapun tindakan yang dapat dilakukan adalah
adanya tindakan yang tegas dari pemerintah untuk membatasi jumlah maksimum
ataupun minimum penerimaan siswa untuk setiap sekolah, perhitungan jumlah
maksimum/minimum disesuaikan dengan fasilitas yang ada di sekolah tersebut. Jika
memang ukuran kelas yang besar tidak dapat dihindari maka disini diperlukan
kemampuan guru yang lebih dalam mengelola kelas agar guru mampu memfasilitasi
seluruh siswa.
21
DAFTAR PUSTAKA
Handal, Boris. 2015. Multi-positioning Mathematics Class Size: Teacher Views.
International Journal For Mathematic Teaching and Learning 2015:
http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/ .
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Indonesia No. 19 Tahun 2005 Lampiran
dari http://bsnp-indonesia.org/?page_id=109/ . Diakses pada tanggal 3
Desember 2015.
Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Indonesia No. 24 Tahun 2007
Lampiran dari http://bsnp-indonesia.org/?page_id=109/ . Diakses pada
tanggal 3 Desember 2015.
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Indonesia No. 65 Tahun 2013 Lampiran
dari http://bsnp-indonesia.org/?page_id=109/ . Diakses pada tanggal 4
Desember 2015.
Najamuddin.2014. Menerapkan Pendidikan Multikultural Dalam
Pembelajaran
Di
Madrasah
Melalui
Pengelolaan
sumut.kemenag.go.id/file/file/.../atxf1397807086.pdf.
Proses
Kelas: