Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Tanpa ajaran agama, manusia tidak akan tahu untuk apa sebenarnya hidup ini
dan apa tujuannya, serta bagaimana caranya hidup. Jadi agama memberikan
pengetahuan tentang tujuan dan bagaimana caranya hidup. Seperti seseorang yang
masuk ke dalam gua yang dalam dan gelap, karena tidak dapat melihat apa yang ada
dihadapannya, disamping itu dia akan kesulitan dan lambat bergerak, juga kemungkinan
terperosok dan terjatuh akan lebih besar. Ditambah lagi dengan ketakutan akan gelap,
dan ketakutan tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan. (dalam Cundamani. 1987)
Tujuan agama adalah untuk mendapatkan kesejahteraan di dunia dan moksa di
akhirat. Jadi dua hal ini sebenarnya berbeda tapi saling berkaitan, sebagaimana halnya
tubuh manusia yang terdiri dari benda-benda lahiriah dan benda-benda rohaniah, kita
harus memelihara keduanya agar mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin di dunia
dan akhirat. Seseorang tidak boleh mengabaikan tubuhnya, karena mereka mengetahui
bahwa tujuan akhir adalah moksa, sebab tanpa melalui kelahiran orang tidak dapat
mencapai moksa, dan kelahiran tidak dapat tanpa tubuh. Dunia diumpamakan sekolah
tempat naik tingkat, ujiannya adalah Panca Maha Bhuta yang menjelma menjadi tubuh
manusia, jawabannya adalah subha karma (perbuatan yang baik) dan asubha karma
(perbuatan yang buruk). Dimana demi menciptakan kesejahteraan di bumi ini, manusia
sangat berperan. Karena hanya manusia yang mememiliki Tri Pramana yaitu sabda,
bayu, dan idep. Sehingga hanya manusialah yang bisa berpikir untuk mewujudkan
ketentraman dan kesejahteraan. Agar semua ini tercipta, maka harus dilandasi oleh
ajaran agama. (dalam Cundamani. 1987)
Berdasarkan paparan di atas, maka judul 'Peran Umat Hindu dalam
Mewufudkan Masyarakat Indonesia yang Sefahtera` perlu diangkat dalam penulisan
kali ini.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini. Permasalahan yang
dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Bagaimanakah pedoman hidup umat Hindu dalam mewujidkan kreta


jagadhita?
b. Bagaimanakah peran umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat Indonesia
yang sejahtera?
c. Bagaimanakah implementasi peran umat Hindu dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia yang sejahtera?
1.3Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan kali ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui pedoman hidup umat Hindu dalam mewujudkan kreta
jagadhita
b. Untuk mengetahui peran umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat Indonesia
yang sejahtera
c. Untuk mengetahui implementasi peran umat Hindu dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia yang sejahtera

1.4Manfaat Penulisan
Adapun manIaat yang diperoleh dari penulisan kali ini adalah sebagai berikut.
a. Memperoleh pengetahuan pedoman hidup umat Hindu dalam mewujudkan kreta
jagadhita
b. Memperoleh pengetahuan peran umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat
Indonesia yang sejahtera
c. Dapat memahami implementasi peran umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat
Indonesia yang sejahtera

1.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan kali ini adalah metode kajian pustaka.
Di mana penulis mengumpulkan literatur-literatur yang dapat mendukung penulisan ini.
Literatur tersebut sebagian berasal dari buku maupun artikel yang tersedia di media
internet.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pedoman Hidup Umat Hindu dalam Mewujudkan Kreta 1agadhita
Dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera dalam agama Hindu, kita
menggunakan konsep Tri Hita Karana yaitu tiga hubungan baik atau harmonis yang
menyebabkan masyarakat menjadi sejahtera dan aman. Adapun bagian-bagiannya yaitu:
Tri Hita Karana (dalam Admin, 8) merupakan trilogi konsep ajaran Hidup dimana
Tuhan, manusia dan alam memiliki hubungan yang saling terkait dan tidak dapat
dipisah-pisahkan. Pertama Parahyangan, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia
dengan Tuhan. Kedua Pawongan, yaitu hubungan yang harmonis antara sesama
manusia. Ketiga, Pelemahan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan
lingkungannya. Terselenggaranya keselarasan dan keharmonisan hidup manusia
sebenarnya merupakan keselarasan dari pelaksanaan ketiga dimensi alam yang
terkandung dalam konsep.
Selain konsep Tri Hita Karana, kita juga menggunakan konsep Tat Twam Asi
yaitu aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Konsep ini mengajarkan manusia bahwa
diri kita adalah dirinya juga sehingga apa yang dia rasakan juga saya merasakannya, apa
yang aku miliki adalah miliknya juga. Konsep menyama braya sangat kental dalam hal
ini. Kalau kita benar-benar menerapkan konsep ini kita akan senantiasa mau berbagi
dengan orang lain.
Membangun kehidupan yang sejahtera juga terdapat dalam kitab Arthasastra
atau sering juga disebut Nitisastra. Dalam kitab ini, Resi Kautilya menguraikan
konsepsi pembangunan masyarakat yang sejahtera. Untuk mewujudkan masyrakat
sejahtera ini menurut kitab Arthasastra haruslah dibangun dengan empat macam ilmu
yang disebut Catur Widia yaitu, Anwiksaki, Wedatrayi, Wartta dan Danda Niti. (dalam
Dharmayasa,1995.)
1. Anwiksaki yaitu tahapan untuk merumuskan cita-cita atau pembangunan
ideologi. Cita-cita masyarakat haruslah terarah dengan jelas dan benar.
Tahapan perumusan cita-cita hidup menurut pandangan Hindu harus
dibingkai dengan tiga tahapan yaitu Samkhya, yoga dan lokaytha. Samkya
adalah perumusan cita-cita tidak lepas dari Rwa Bhineda adanya baik-buruk,

benar-salah dan lain-lain. Dari kenyataan inilah kita menuju suatu tujuan
tertinggi yaitu kembali pada Tuhan inilah yang disebut Yoga. Menuju yang
tidak terbatas kita mulaI dari kenyataan dunia yang serba terbatas yang
disebut Lokayata.
. 0/a 1rayi yaitu mengaplikasikan ajaran Weda dalam kehidupan sehari-
hari untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Bagaimana
mengaplikasikan ajaran suci Weda itu untuk semua tingkatan masyarakat
agar masyarakat dapat meningkatkan kesucian dirinya.
. artta artinya kemakmuran. Dasar kemakmurn menurut Bhagawadgita ada
tiga hal yaitu seimbangnya kemajuan pertanian (krsi), peternakan (goraksya)
dan perdagangan (vanijyam). Kemajuan pertanian, peternakan dan
perdagangan dalam artian yang seluas-luasnya termasuk industri dan
perdagangan jasa.
. an/a Aiti yaitu penataan kehidupan bersama agar kita dapat hidup secara
layak, wajar dan adil sesuai dengan swadharma kita masing-masing. Dengan
kata lain Danda Niti adalah manajemen kehidupan bersama agar berbagai
kegiatan hidup membangun kesejahteraan bersama dapat diproporsikan
dengan baik, sehingga tiap kegiatan dapat diIungsikan maksimal untuk
kemajuan bersama.
Saling percaya atau keyakinan harus kita tanamkan dalam hidup di masyarakat.
Dalam pelaksanaan ajaran Agama Hindu mengenal suatu keyakinan yang disebut
Sraddha. Sraddha adalah keyakinan umat Hindu. Panca Sraddha terdiri dari lima bagian
yaitu:
1. Widhi Sraddha (Percaya dengan adanya Tuhan),
. Atma Sraddha (Percaya dengan adanya Atman),
. Karmaphala Sraddha (Percaya dengan adanya Karmaphala). Karma Phala berarti
hasil dari perbuatan, karena setiap perbuatan pasti ada akibatnya, berwujud baik
atau buruk, suka maupun duka, penderitaan atau kebahagiaan. Tidak ada suatu
perbuatan yang sia-sia, semua akan membuahkan hasil disadari atau tidak
disadari.
. Samsara Sraddha (Percaya dengan adanya Punarbhawa), dan
5. Moksa Sraddha (Percaya dengan adanya Moksa).
5

Kelima hal tersebut menjadi dasar keyakinan umat Hindu akan adanya
keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan menerapkan ajaran Panca Sradha,
kesejahteraan dalam masyarakat akan tercipta.
Jalan untuk menunjukkan sraddha, yaitu dengan jalan catur marga. Catur Marga
adalah empat cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Adapun pembagian dari catur marga
itu sendiri adalah (dalam Cundamani, 199):
1) Bhakti Marga, yaitu suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
melaksanakan cinta kasih baik secara Parabhakti maupun Aparabhakti.
) Karma Marga, yaitu suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
kerja tanpa pamerih serta melaksanakan perbuatan yang baik.
) Jnana Marga, yaitu suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
mempelajari serta menyebarkan ajaran-ajaran suci.
) Raja Marga, yaitu suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
jalan meditasi (moksa).
Secara harIiah orang sering menterjemahkan ahimsa itu dengan arti tidak
membunuh, tidak menyakiti, atau tidak melakukan kekerasan.

2.2 Hindus Role In Creating Indonesian Prosperous Society
Understanding oI society as a community in the Hindu religion is departing Irom
the conception kula (Iamily), gotra or mahagotra (the set oI large Iamilies or larger) that
surrounds a developing desa area until the establishment oI an arrangement oI living
together, whether they called kula loka dresta, desa loka dresta, or loka dresta , and
sastra loka dresta. Each Kula or Gotra is basically the smallest unit oI the order oI
dharma-karma system in a cosmos that aims to realize the unity Kreta (pakertan),
namely the livelihoods oI its citizens. From concept Kerta (Kreta) was developed to be
keraman, or desa-pakraman as known in the Hindu community in Bali.
Conception Kerta (Kreta) who studied in the context oI this keraman ideally
reIer to the peace and abundance as well as in heaven or heaven; peace and abundance
that is rightly presented Ior all mankind on earth. It is mentioned in the Atharva Veda as
Iollows:
'Janan bibhrati bahudha vivacasam,
nanadharmanam ptitivi yathaukasam.

Shasram dhara dravinasya me duham,


dhruveva dhenur anapasphuranti`
(Atharva Veda XII. 1.5)
Meaning:
Bumi yang memikul beban, bagaikan sebuah keluarga, semua orang berbicara dengan
bahasa berbeda-beda dan memeluk kepercayaan (agama) yang berbeda pula, semoga ia
melimpahkan kekayaan kepada kita tumbuhkan penghargaan di antara anda seperti
seekor sapi betina (kepada anak-anaknya)
`Samani prapa saha vo-annabhagah,
samane yoktre saha vo-yunafmi.
Samyanco-agnim saparyata.
Ara nabhim iva-abitah`
(Atharva Veda III..)
Meaning:
Engkau mengambil makanan dan airmu di tempat yang sama. Aku menyatukan anda
semua dengan suatu ikatan saling pengertian. Sembahlah Tuhan Yang Maha Esa dengan
kebulatan hati (musyawarah) dan tujulah kehidupan yang bersatu seperti sebuah as roda
yang dikelilingi oleh jari-jarinya.
Desa Pekraman is Hinduistis social unit in which there are religious people who
engage in religious practices directly, so Desa Pekraman is Hinduism institute as a place
to practice the teachings oI Hindu religion. In the Atharva Veda III..5 mentioned:
`Jyayavantas Cittino ma vi yausta,
sam radhayantah sadhuras caran-tah.
Anyo anyasmai algu vadanta eta.
Sadhicinan vah sammanasaskraomi`
Meaning:
'Wahai umat manusia, dengan berjalan kearah depan anda seharusnya tidak saling
bertentangan, karena anda adalah para pengikut tujuan yang sama yang hormat kepada
para orang tua yang memiliki pemikiran-pemikiran yang mulia dan ikut serta di dalam
pikiran yang sama. Majulah lebih lanjut bercakap-cakap dengan kata-kata yang manis.
Aku mempersatukan anda dan memberkahimu dengan pikiran-pikiran yang mulia.
'Afyesthaso akanisthasa ete,
7

sam bhrataro vav rdhuh saubhagaya`


(Rg Veda V..5)
Meaning:
'Para Dewa Marut bertingkah laku seperti sesama saudara dan mereka membenci orang
yang membedakan tinggi dan rendah, majulah dikau menuju kemakmuran.
'Sagdhis ca me saptitas ca me`
(Yayur Veda XVIII 9)
Meaning:
'Hendaknya terdapat tempat makan umum, untuk makan dan minum.
`Indram vardhanto apturah
krnavanto visvam aryanam.
Apaghnanto Aravnah`
(Rg Veda IX..5)
Meaning:
'Semoga semua dari anda menjadi giat dan bijak. Buatlah seluruh masyarakat menjadi
mulia dan hancurkan orang-orang yang kikir.
From the above quotation can be understood that any Hindus who are part oI a
Iamily member, gotra, mahagotra, and theologically desa pakraman is Hinduism
institute has provided a socio-economic cultural awareness to contribute to condition
and build a civil society / welIare. This eIIort does not just depend on the leaders oI the
state, but relying on each individual. This is in harmony with the Hindu philosophical
concept which holds that every Hindus is a leader, Iirst oI all is the sense-Iaculties to
control lead to something positive, so that he will also be able to lead the Iamily and
society Ior the creation oI the common welIare. WelIare in principle a religious as well
as dharma oI state and dharma oI society.


2.3 Implementasi Peran Umat Hindu Dalam Mewujudkan Masyarakat Indonesia
yang Sejahtera

..1 Tri Hita Karana
8

Agama dan ilmu pengetahuan merupakan dua hal yang saling berkaitan satu
sama lain dan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling
mengimbangi dan melengkapi, sehingga keduanya harus diselaraskan untuk mencapai
kehidupan yang harmonis ( Tri Hita Karana ) dalam kehidupan bermasyarakat di era
globalisasi ini.
Dalam pemanIaatannya dalam kehidupan kita sehari-hari tekhnologi memang
sangat berguna untuk kesejahteraan umat manusia, namun perlu dicermati lagi bahwa
tekhnologi juga memiliki eIek samping yang dapat merugikan manusia dan
lingkungannya apalagi jika tehknologi dimaanIaatkan oleh orang-orang yang tidak
bertanggungjawab, orang-orang yang hanya menuruti egonya untuk mencelakai orang
lain.
Dalam realita kehidupan sekarang ini, banyak kita jumpai hal-hal yang
menyimpang dari tatanan kehidupan dimasyarakat karena kurangnya pemahaman
tentang ilmu pengetahuan dan agama. Pesatnya perkembangan tekhnologi dewasa ini
jarang sekali diimbangi dengan pikiran akan dampak yang diakibatkan. Contoh,
pemanIaatan AC dan alat pendingin makanan, hampir disetiap rumah tangga memiliki
alat tersebut namun banyak orang tidak menyadari bahwa dari alat-alat tersebut dapat
menghasilkan gas CFC (Cloro Floro Chloride) dimana gas ini bereaksi dengan sinar
UV. Sehingga lapisan ozon menipis, hal ini mengakibatkan suhu rata-rata bumi makin
meningkat. Hal ini sering kita sebut sebagai pemanasan global (global warming). Selain
itu kendaraan bermotor memberikan dampak yang sama dari sisa pembuangan yang
berupa CO

yang menyebabkan eIek rumah kaca. Jika semakin banyak gas ini, maka
bumi akan terasa semakin panas. Selain itu tenaga nuklir yang seharusnya memberikan
manIaat bagi kehidupan manusia sebagai sumber energi, malah disalahgunakan untuk
membunuh dan berperang antar manusia itu sendiri. Belum lekang dari ingatan kita
tragedi-tragedi pengeboman oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dibeberapa
kota besar di Indonesia, khususnya di Bali. Apalagi tekhnologi tersebut digunakan
untuk membunuh sesama, mengintervensi Negara lain ( Irak-AS, Israel-Palestina ),
terlebih lagi agama dijadikan alasan untuk membenarkan perbuatan bejat itu. Tentunya
semua hal diatas sangat bertentangan dengan konsep Tri Hita Karana dan Tat Twam
Asi.
9

Karena itu betapa pentingnya agama dalam menuntun jalannya ilmu


pengetahuan, sebab ilmu tersebut harus dikembangkan dan diaplikasikan untuk
kesejahteraan manusia yang tentunya harus diselaraskan dengan ajaran Agama. Begitu
juga ajaran Agama harus selalu diselaraskan dengan perkembangan IPTEK. Karena
pada hakekatnya agama dan ilmu tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan untuk mensejahterakan rakyatnya.

.. Tat Twan Asi
Dalam Hindu untuk menciptakan kesejahteraan dalam kehidupan bermasyarakat
didasari atas konsepsi Tat Twam Asi yang mengisyaratkan pentingnya solidaritas dalam
kehidupan bermasyarakat sehingga terbentuk kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Seperti dalam kitab Dalam Bhagawata Purana : 1..5 disebutkan:
'Adalah kewafiban bagi setiap orang untuk mendedikasikan (membaktikan) hidupnya,
intelefensi (kepandaiannya), kekayaannya, kata-katanya, dan pekerfaannya bagi
kesefahteraan mahluk lain`
Namun dalam kenyataannya tidak banyak orang dapat melakukan hal tersebut,
masih banyak orang lebih mengutamakan kepentingan pribadi yaitu memenuhi
kepuasan pribadinya dibandingkan dengan kepentingan sosial atau bersama. Salah satu
contoh nyata misalnya, ketika terjadi bencana di suatu daerah kepedulian umat untuk
menolong sesamanya masih sangat rendah hal ini dapat diketahui dari peran serta umat
untuk ikut membantu korban yang tertimpa bencana sangat kurang. Dari sana dapat
diketahui bahwa mereka masih mengutamakan kepentingan pribadinya tanpa
mempedulikan bagaimana nasib mereka yang tertimpa bencana. Hal itu dikarenakan
tingginya ego pribadi dibandingkan dengan sikap solidaritas dalam kehidupan
bermasyarakat yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan sosial yang berujung pada
ketimpangan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu ketimpangan dalam kehidupan
bermasyarakat juga terjadi karena sikap Ianatisme yang berlebihan, dimana seseorang
tidak mau bergaul dengan orang yang tidak sepadan atau tidak sederajat dengan
derajatnya dan memilah-milah teman dalam bergaul. Tindakan tersebut sudah sangat
bertentangan ajaran Tat Twam Asi yaitu membedakan kedudukan atau derajat setiap
manusia. Karena itu melaui ajaran Tat Twam Asi mari kita tingkatkan solidaritas dalam
1

kehidupan bermasyarakat sehingga tercipta kehidupan bermasyarkat yang sejahtera dan


harmonis.
Sebenarnya, kita sebagai masyarakat hindu yang lebih beruntung dibandingkan
saudara-saudara kita yang tinggal dijalanan ( yang merupakan gelandangan, pengemis,
yatim piatu) mesti ringan tangan untuk membantu mereka. Bukankah sedah jelas tertera
dalam kitab weda bahwa sedah merupakan kewajiban kita untuk berbagi kepada
sesama. Namun ironisnya masih banyak dari kita yang tidak acuh pada kaum duapa,
jangankan untuk membantu, melirik mereka pun kita enggan. Tidak jarang pula mereka
dapat cemoohan, pandangan sinis dan raut muka jijik, tatapan penuh curiga dan benci,
bahkan sampai ke tingkat yang anarkis, mereka dipukuli dan dianiaya. Tanpa kita sadari
siIat-siIat itulah yang menyebabkan konsep Tat Twam Asi semakin memudar, yang
kemudian konsep Tri Kaya Parisuda semakin asing bagi kita.
Dari Ienomena ini tidak sedikit masyarakat kita yang hidupnya jauh di bawah
garis kemiskinan tidak yakin lagi akan jati dirinya sebagai masyarakat hindu. Ada yang
berpandangan bahwa tidak ada lagi yang peduli pada diri mereka, tidak percaya lagi
akan konsep-konsep hindu, dan bahkan terlintas pikiran ingin meninggalkan agama
hindu.
Sebagai contoh nyata, di salah satu panti asuhan yang ada di kota Singaraja,
Buleleng, yang merupakan panti asuhan non-hindu, banyak menampung para kaum
duapa yang beragama hindu. Ironis memang, namun itulah kenyataan, kurangnya
kepedulian kita terhadap 'lingkungan sekitar kita menyebabkan kita buta akan hal-hal
seperti ini. Tidak sedikit dari saudara-saudara kita disana yang pindah agama, yang
tadinya hindu beralih ke agama yang melandasi panti asuhan tersebut. Itu semua karena
kita sebagai masyarakat hindu yang lebih beruntung jarang sekali mau peduli pada
mereka.
.. Nitisastra
Kepala Negara sebagai pemimpin dalam suatu bangsa pada hakikatnya dipilih
oleh rakyat, karena tujuan memilih pemimpin adalah untuk menyelenggarakan
pemerintahan dalam upaya mensejahterakan rakyatnya. Pemimpin dalam melaksanakan
kewajibannya harus berlandaskan pada etika politik, dengan menerapkan etika politik di
dalam pemerintahan maupun masyarakat akan tercipta stabilitas politik dalam suatu
negara. Namun dalam prakteknya, banyak pemimpin tapi bukan pemimpin, artinya:
11

seseorang pemimpin itu dipilih dengan cara money politik, dan pada saat menjabat
bukannya mensejahterakan masyarakat tapi malah 'mensejahterakan dirinya sendiri.
Sebenarnya hal tersebut dapat dihindari jika pemimpin mampu menerapkan, yang
pertama adalah 'konsep cukup, di mana seorang pemimpin mampu mengendalikan
siIat lobha terhadap materi, dan bisa menggunakan materi tersebut untuk kesejahteraan
masyarakat. Kedua, bagaimana seorang pemimpin mampu memimpin dirinya sendiri,
karena jika pemimpin mampu memimpin dirinya sendiri maka otomatis dia mampu
memimpin orang lain. Ketiga, pemimpin mampu menerapkan Tut Wuri Handayani,
yaitu: pemimpin mampu sebagai leader dalam suatu pemerintahan, sebagai motivator di
dalam masyarakat, dan sebagai pengayom masyarakat. Jika ketiga aspek tersebut telah
dilaksanakan oleh seorang pemimpin maka beliau telah menjalankan Dharmaning Raja
dan membawa rakyatnya menuju jagadhita.
Diatas pundak seorang pemimpin terletak tanggung jawab yang berat. Ditangan
pemimpin tergenggam nasib segenap rakyat atau kelompok yang dipimpinnya. Nasehat
Rama kepada Wibhisana dalam Kekawin Ramayana (XXIV, 51-1) yang disebut Asta
Brata merupakan cerita pemimpin yang ideal. Asta Brata itu sesungguhnya ajaran dari
Manawa Dharmasastra VII.- yang digubah dalam bentuk yang indah sehingga
menjadi populer di Indonesia. Adapun terjemahan isi dari Astabrata dalam Kekawin
Ramayana adalah:
"Dan ia disuruh untuk menghormatinya, karena Ida Bhatara ada pada dirinya,
delapan banyaknya berkumpul pada diri sang Prabhu, itulah sebabnya ia amat kuasa
tiada bandingnya. Hyang Indra, Yama, Surya, Candra, Bayu, Kuwera, Baruna, Agni,
demikian delapan jumlahnya, beliau-beliau itulah sebagai pribadi sang raja, itulah
sebabnya disebut Asta Brata"
1. Indra brata, Sang Hyang, Beliau menfatuhkan hufan menyuburkan bumi, inilah
hendaknya engkau contoh lndrabrata, sumbangan-sumbanganmu itulah bagaikan
hufan membanfiri rakyat. Dalm hal ini pemerintah sudah mengusahakan dan
menjalankan program-program yang memudahkan rakyat, Kebijakan-kebijakan yang
pro-rakyat, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat di bidang ekonomi
dan pendidikian ( BLT, PMPN Mandiri, Sekolah gratis, Beras miskin, tunjangan
pendidikan dan rencananya akan terus ditingkatkan seiring pertumbuhan
ekonomi yang semakin baik, perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan guru).
1

Disamping itu diharapkan juga seorang pemimpin mau terjun langsung kemasyarakat
guna mendengar dan melihat keluhan-keluhan serta kesulitan yang dihadapi
rakyatnya.
. amabrata menghukum segala perbuatan fahat, Beliau memukul pencuri sampai
mati, demikianlah engkau ikut memukul perbuatan fahat, setiap yang merintangi
usahakan musnahkan. Dimana seorang pemimpin hendaknya menegakkan hukum,
tidak pilih kasih, semua orang sama dihadapan hukum. Sebagai contoh,
pemberantasan korupsi oleh KPK, selain itu kejaksaan dan polri sebagai aparat
penegak hukum. Sudah terbukti senergi KPK, Kejaksaan, dan Polri dalam
pemberantasan korupsi dan tindak pelanggaran hukum lainnya (kasus suap Artalita
Suryani dan Jaksa Urip Tri Gunawan, Kasus suap Bank Indonesia yang menyeret
besan SBY ke meja hijau, pelimpahan dana Bank Century, dan banyak lagi). Ini
suatu bukti bahwa pemerintah sungguh-sungguh memerangi tindak pelanggaran
hukum, tanpa pilih kasih, meski perlu banyak perubahan kearah yang lebih baik.
. Bhatara Surya selalu menghisap air, tiada rintangan, pelan-pelan olehnya,
demikianlah engkau mengambil keputusan, tiada cepat-cepat demikian Surya Brata.
Sudah menjadi kewajiban seorang pemimpin untuk selalu mengambil keputusan
yang tepat demi kesejahteraan rakyatnya. Maka dari itu, perlu pemikiran yang
matang, memikirkan segala keuntungan dan resiko dari suatu kebijakan agar tepat
guna dan tepat sasaran (bagaikan sinar matahari yang mampu menerangi dan
menghangatkan). Walau terkesan lambat namun harus tepat. Jangan menjadi
pemimpin yang 'grasa-grusu, tidak sabar, cepat-cepat mengambil keputusan namun
tidak tepat guna. Prisip inilah yang diteladani oleh pemerintah sekarang di bawah
kendali seorang creator bertangan dingin, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
walau terkesan lambat namun tepat.
. Chandra Brata adalah menyenangkan rakyat semuanya, perilaku lemah lembut
tampak, senyummu manis bagaikan amerta, setiap orang tua dan pendeta hendaknya
engkau hormati. Seorang pemimpin hendaknya selalu berperingai riang, bertutur kata
yang baik, selalu bertegur sapa, selalu murah senyum, karena senyum adalah jendela
kebahagian, serta salam, senyum, tegur dan sapa merupakan perbuatan yang baik.
Sabar, saling menghormati, mengayomi serta mengasihi orang lain merupakan
keteladanan yang patut dipetik dari Chandra Brata.
1

5. Bagaikan anginiah engkau waktu mengamati perangai orang, hendaklah engkau


mengetahui pikiran rakyat semua, dengan falan yang baik sehingga pengamatanmu
tidak kentara, inilah Bayu brata, tersembunyi namun mulia. Sudah sepantasnya
seorang pemimpin mengerti akan keinginan rakyat, mendengar suara rakyat, karena
pemimpin terpilih oleh rakyat. Ini telah dibuktikan oleh pemerintahan sekarang
dengan program-program dan kebijakan-kebijakan pro-rakyat, yang bertujuan untuk
mensejahterakan rakyat. Tentunya juga seorang pemimpin mampu memberikan
kesejukan layaknya angin yang berhembus.
. Nikmatilah hidup dengan nikmat, tidak membatasi makan dan minum, berpakaian
dan berhiaslah, yang demikian disebut Kuwerabrata patut diteladani. Seorang
pemimpin harus bisa memberikan kecukupan pada rakyatnya. Sandang dan papan
harus terpenuhi. Tentunya dengan pemerintahan yang bersih, birokrasi yang baik,
transparan, dan anti korup semua ini dapat terwujud. Hal inilah yang telah
diusahakan oleh pemerintahan sekarang, membenahi pemerintahan sebelumnya yang
dianggap kurang mampu memenuhi kebutuhan rakyat, walaupun harus kita sadari
masih dibutuhkan banyak perubahan kearah yang lebih baik.
7. Bhatara Baruna memegang senfata yang amat beracun berupa Nagapasa yang
membelit, itulah engkau tiru Pasabrata, engkau mengikat orang-orang fahat.
Tegaknya hukum, kuatnya Militer dan Polri diharapkan mampu mejaga tegaknya
NKRI. Jika dipandang dari perspektiI lain, laut merupakan hilir dari pertemuan
segala limbah, entah itu limbah rumah tangga dan pabrik. Diharapkan seorang
pemimpin yang memimpin pemerintahan mampu melenyapkan segala kesengsaraan,
dan penderitaan rakyat, tentunya dengan program-program yang mensejahterakan
rakyat.
8. Selalu membakar musuh itu perilaku api, kefammu pada musuh itu usahakan, setiap
engkau serang cerai berai dan lenyap, demikianlah yang disebut Agnibrata. Seorang
pemimpin haruslah tegas dalam memerangi kejahatan, tidak kenal ampun bagi para
pelanggar hukum, dan tidak pilih kasih dalam pengambilan keputusan.
Dari uraian diatas, tentunya kesejahteraan tidak akan terwujud bila pemimpin
yang baik tidak didukung oleh rakyat atau anggota dari suatu kelompok. Pemimpin dan
rakyat seharusnya bersinergi, bersatu, berdampingan untuk mewujudkan kehidupan
yang sejahtera bagi dirinya sendiri dan orang lain. Rakyat atau anggota kelompok suatu
1

organisasi harus mendukung segala program pemerintah atau pemimpinnya, selain itu
rakyat juga harus menjadi pengawas kinerja pemerintah atau pemimpinnya, mengontrol
setiap kinerjanya, memberikan aspirasi, kritik dan saran yang membangun bagi
kelangsungan pemerintahan yang baik. Begitu juga sebaliknya pemerintah harus
bertanggung jawab terhadap rakyatnya atas program-program dan kebijakan-kebijakan
yang dibuat. Dengan demikian diharapkan mampu menciptakan kehidupan yang
harmonis, serasi, selaras, seimbang, bahagia dan sejahtera.

.. Panca Sradha
Berbagai masalah juga muncul tentang sraddha. Banyak orang menganggap
bahwa Agama Hindu merupakan agama yang polytheisme atau percaya dengan banyak
Tuhan. Sebenarnya hal tersebut keliru, karena dewa-dewa yang kita puja begitu
banyaknya adalah merupakan maniIestasi dari Tuhan. Tuhan tetap tidak ada duanya
seperti yang disebutkan dalam Weda. Ada juga yang mengatakan bahwa Agama Hindu
menyembah berhala karena disetiap pura terdapat patung atau pelinggih yang dipuja.
Sebenarnya hal tersebut tidaklah benar, karena Palinggih atau arca tersebut hanya
merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita ketahui bersama bahwa
Tuhan Maha Tak Terpikirkan (Acintya), maka dibangunlah arca sebagai perwujudan
Beliau.
Menyikapi permasalahan tersebut, sebaiknya kita lebih memperbanyak lagi
mempelajari tentang agama. Dengan mempelajari agama secara kontinu melalui Weda,
maka kita dapat mengintropeksi diri dan dapat mencegah maupun menyelesaikan
berbagai permasalahan terutama masalah yang diuraikan di atas. Dengan mempelajari
dan mengamalkan ajaran agama maka kita telah melaksanakan sraddha dan bhakti kita
terhadap Tuhan dengan baik. Sehingga perlu cermati lagi bahwa Tuhan itu hanya satu,
jadi konsep tentang banyak Tuhan tesebut hanya sebuah kekeliruan. Jadi janganlah
miskonsepsi tentang Tuhan, karena hal tersebut membuat kita bimbang tentang
keberadaan Tuhan. Selain itu, sekarang banyaknya terjadi kepercayaan terhadap
pesugihan. Seharusnya sebagai umat yang Beragama, kita seharusnya kita percaya
kepada Tuhan dan meminta rejeki kehadapan-Nya. Tidak seharusnya kita menyembah
hal lain selain Tuhan. Sehingga dengan kepercayaan yang teguh terhadap satu Tuhan,
maka tidak terdapat kericuhan lagi tentang hal-hal lain. Ini mengakibatkan
15

kesejahteraan bathin akan tegoyahkan. Sebelum kita merasakan kesejahteraan dunia,


kita harus mensejahterahkan bahtin terlebih dahulu.
Selain kepercayaan kepada Tuhan, kita harus percaya dengan adanya
karmaphala. Jika melakukan hal yang baik maka akan kita akan mendapakan hal yang
baik pula. Hal ini dapat diibaratkan kita menanam pohon pisang. Tentunya kita tidak
akan mendapatkan buah yang lain selain buah pisang. Begitu juga tentang kehidupan
kita. Misalnya sancita karmaphala, yaitu karmaphala yang dinikmati pada masa
sekarang. Jika seorang pencuri melakukan pencurian maka dia akan mendapatkan
karmanya yaitu dengan tertangkapanya dia oleh polisi. Jadi tananmlah kebaikan maka
kita akan mendapatkan kebaikan pula.
Atman sradha merupakan kepercayaan terhadap atman, dimana atman
merupakan percikan dari Ida Sang Hyang Widhi. Maka dari itu baik-baiklah menjaga
diri kita sendiri. Kita seharusnya menjaga dan merawat diri dengan baik. Misalnya
seorang PSK, tidak dapat menjaga dirinya sendiri. Melainkan dia menjual tubuhnya
demi uang. Hal ini harus ditanggulangi, karena di dalam tubuh kita terdapat atman yang
tidak lain adalah Tuhan. Kita juga percaya dengan lahir berulang-ulang (punarbhawa).
Dengan kepercayaan ini maka akan terus berbuat baik demi tercapainya mokshartam
fagadhita ya ca iti dharma. Misalnya, pada cerita Bhagawan Biasa. Beliau melakukan
sukla brahmacari dan tidak terikat kepada keduniawian. Selain itu selama hidupannya
beliau melakukan kebaikkan terhadap sesama maupun lingkungannya. Sehingga ketika
Beliau bertapa, akhirnya Beliau mencapai moksa tanpa jasad yang tertinggal.
Dengan menerapkan Sradha dalam kehidupan ini, maka sulit terjadi
percekcokan, permusuhan, dan keslahpahaman, serta hal ini pula yang menyebabkan
perpecahan diantara umat beragama.

..5 Tri Kaya Parisuda
1. Manacika, dengan berpikir yang baik dan positiI terhadap orang lain, maka tidak
akan terjadi prasangka atau curiga yang berlebihan terhadap orang lain. Dengan
demikian tidak akan ada permusuhan yang terjadi antara sesama, dengan
demikian akan tercipta kerukunan di dalam kehidupan kita.
. Wacika, terkadang sekarang ini banyak yang menyebar Iitnah atau menjadi
penjilat untuk mendapat 'muka. Hal ini sebenarnya bertentangan dengan
1

konsep Tri Kaya Parisuda, dan hal ini yang banyak menyebabkan perpecahan di
antara sesama. Kita sering mendengar ungkapan 'mulutmu harimaumu, selain
itu kita juga sering mendengar:
asita nimitanta manemu sukha
asita nimitanta manemu dukha
asita nimitanta manemu mitra
asita nimitanta manemu pati

Dari ungkapan tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kata-
kata dari mulut kita memegang peranan yang sangat penting di dalam hidup kita
ini. Sehingga, sebaiknya kita berhati-hati di dalam berbicara agar tidak
menimbulkan eIek yang negatiI bagi diri kita sendiri dan orang lain. Karena
seperti yang telah diungkapkan pada petikan sloka tadi, kita dapat memetik
hikmah bahwa jika kita benar di dalam berucap atau berkata, maka kebahagiaan
dan temanlah yang akan kita dapatkan, namun apabila kita salah dalam berucap
maka tidak segan-segan kesedihanlah yang akan menghampiri kita, bahkan bisa
saja kematian yang akan kita temui.
. Kayika, seperti yang kita ketahui bahwa sekarang ini banyak ditemukan kasus
pembunuhan, pemerkosaan, tindak penyuapan, korupsi, dan lain sebagainya. Hal
tersebut tentunya sangat bertentangan dengan kayika. Peristiwa seperti inilah
salah satu penyebab terjadinya kekacauan, maka akan sulit tercipta kehidupan
yang damai. Sebaiknya kita dapat mengontrol perbuatan kita. Jangankan sampai
berbuat jahat, baru berpikir yang jahat saja kita sudah berdosa.
Dari paparan diatas, sebenarnya yang menjadi kunci utama terciptanya
pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik adalah pengendalian diri. Dengan
kita mengontrol diri kita, maka segala hawa naIsu indria akan terminimalisir dan
bahkan lenyap. Disini tergantung dari kesadaran diri kita sebagai umat beragama
untuk mengendalikan hawa naIsu negatiI kemudian menerapkan konsep-konsep
Tri Kaya Parisuda, sehingga akan tercipta kehidupan yang bahagia lahir batin.
17

BAB III
PENUTUP

3.1Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai
berikut:
1. Pedoman hidup umat Hindu dalam mencapai kreta jagadhita adalah konsep Tri
Hita Karana, konsep Tat Twam Asi, Arthasastra, Panca Sraddha, dan Catur
Marga.
. Setiap manusia Hindu yang merupakan bagian dari anggota keluarga, gotra,
mahagotra, dan desa pakraman secara teologis telah dibekali sebuah kesadaran
sosial-ekonomi kultural untuk berperan mengkondisikan dan membangun
sebuah masyarakat yang kertaraharja (Civil Society) atau masyarakat
madani/sejahtera.
. Implementasi peran umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat indonesia yang
sejahtera adalah dengan mengamalkan konsep pedoman hidup umat Hindu
dalam mewujidkan kreta jagadhita.

3.2Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan sehubung dengan penulisan
ini yaitu sebagai mahasiswa yang sekaligus umat beragama hendaknya wajib
mewujudkan kesejahteraan hidup beragama demi terwujudnya kreta jagadhita.

Anda mungkin juga menyukai