BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Tanpa ajaran agama, manusia tidak akan tahu untuk apa sebenarnya hidup ini
dan apa tujuannya, serta bagaimana caranya hidup. Jadi agama memberikan
pengetahuan tentang tujuan dan bagaimana caranya hidup. Seperti seseorang yang
masuk ke dalam gua yang dalam dan gelap, karena tidak dapat melihat apa yang ada
dihadapannya, disamping itu dia akan kesulitan dan lambat bergerak, juga kemungkinan
terperosok dan terjatuh akan lebih besar. Ditambah lagi dengan ketakutan akan gelap,
dan ketakutan tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan. (dalam Cundamani. 1987)
Tujuan agama adalah untuk mendapatkan kesejahteraan di dunia dan moksa di
akhirat. Jadi dua hal ini sebenarnya berbeda tapi saling berkaitan, sebagaimana halnya
tubuh manusia yang terdiri dari benda-benda lahiriah dan benda-benda rohaniah, kita
harus memelihara keduanya agar mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin di dunia
dan akhirat. Seseorang tidak boleh mengabaikan tubuhnya, karena mereka mengetahui
bahwa tujuan akhir adalah moksa, sebab tanpa melalui kelahiran orang tidak dapat
mencapai moksa, dan kelahiran tidak dapat tanpa tubuh. Dunia diumpamakan sekolah
tempat naik tingkat, ujiannya adalah Panca Maha Bhuta yang menjelma menjadi tubuh
manusia, jawabannya adalah subha karma (perbuatan yang baik) dan asubha karma
(perbuatan yang buruk). Dimana demi menciptakan kesejahteraan di bumi ini, manusia
sangat berperan. Karena hanya manusia yang mememiliki Tri Pramana yaitu sabda,
bayu, dan idep. Sehingga hanya manusialah yang bisa berpikir untuk mewujudkan
ketentraman dan kesejahteraan. Agar semua ini tercipta, maka harus dilandasi oleh
ajaran agama. (dalam Cundamani. 1987)
Berdasarkan paparan di atas, maka judul 'Peran Umat Hindu dalam
Mewufudkan Masyarakat Indonesia yang Sefahtera` perlu diangkat dalam penulisan
kali ini.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini. Permasalahan yang
dimaksud adalah sebagai berikut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pedoman Hidup Umat Hindu dalam Mewujudkan Kreta 1agadhita
Dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera dalam agama Hindu, kita
menggunakan konsep Tri Hita Karana yaitu tiga hubungan baik atau harmonis yang
menyebabkan masyarakat menjadi sejahtera dan aman. Adapun bagian-bagiannya yaitu:
Tri Hita Karana (dalam Admin, 8) merupakan trilogi konsep ajaran Hidup dimana
Tuhan, manusia dan alam memiliki hubungan yang saling terkait dan tidak dapat
dipisah-pisahkan. Pertama Parahyangan, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia
dengan Tuhan. Kedua Pawongan, yaitu hubungan yang harmonis antara sesama
manusia. Ketiga, Pelemahan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan
lingkungannya. Terselenggaranya keselarasan dan keharmonisan hidup manusia
sebenarnya merupakan keselarasan dari pelaksanaan ketiga dimensi alam yang
terkandung dalam konsep.
Selain konsep Tri Hita Karana, kita juga menggunakan konsep Tat Twam Asi
yaitu aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Konsep ini mengajarkan manusia bahwa
diri kita adalah dirinya juga sehingga apa yang dia rasakan juga saya merasakannya, apa
yang aku miliki adalah miliknya juga. Konsep menyama braya sangat kental dalam hal
ini. Kalau kita benar-benar menerapkan konsep ini kita akan senantiasa mau berbagi
dengan orang lain.
Membangun kehidupan yang sejahtera juga terdapat dalam kitab Arthasastra
atau sering juga disebut Nitisastra. Dalam kitab ini, Resi Kautilya menguraikan
konsepsi pembangunan masyarakat yang sejahtera. Untuk mewujudkan masyrakat
sejahtera ini menurut kitab Arthasastra haruslah dibangun dengan empat macam ilmu
yang disebut Catur Widia yaitu, Anwiksaki, Wedatrayi, Wartta dan Danda Niti. (dalam
Dharmayasa,1995.)
1. Anwiksaki yaitu tahapan untuk merumuskan cita-cita atau pembangunan
ideologi. Cita-cita masyarakat haruslah terarah dengan jelas dan benar.
Tahapan perumusan cita-cita hidup menurut pandangan Hindu harus
dibingkai dengan tiga tahapan yaitu Samkhya, yoga dan lokaytha. Samkya
adalah perumusan cita-cita tidak lepas dari Rwa Bhineda adanya baik-buruk,
benar-salah dan lain-lain. Dari kenyataan inilah kita menuju suatu tujuan
tertinggi yaitu kembali pada Tuhan inilah yang disebut Yoga. Menuju yang
tidak terbatas kita mulaI dari kenyataan dunia yang serba terbatas yang
disebut Lokayata.
. 0/a 1rayi yaitu mengaplikasikan ajaran Weda dalam kehidupan sehari-
hari untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Bagaimana
mengaplikasikan ajaran suci Weda itu untuk semua tingkatan masyarakat
agar masyarakat dapat meningkatkan kesucian dirinya.
. artta artinya kemakmuran. Dasar kemakmurn menurut Bhagawadgita ada
tiga hal yaitu seimbangnya kemajuan pertanian (krsi), peternakan (goraksya)
dan perdagangan (vanijyam). Kemajuan pertanian, peternakan dan
perdagangan dalam artian yang seluas-luasnya termasuk industri dan
perdagangan jasa.
. an/a Aiti yaitu penataan kehidupan bersama agar kita dapat hidup secara
layak, wajar dan adil sesuai dengan swadharma kita masing-masing. Dengan
kata lain Danda Niti adalah manajemen kehidupan bersama agar berbagai
kegiatan hidup membangun kesejahteraan bersama dapat diproporsikan
dengan baik, sehingga tiap kegiatan dapat diIungsikan maksimal untuk
kemajuan bersama.
Saling percaya atau keyakinan harus kita tanamkan dalam hidup di masyarakat.
Dalam pelaksanaan ajaran Agama Hindu mengenal suatu keyakinan yang disebut
Sraddha. Sraddha adalah keyakinan umat Hindu. Panca Sraddha terdiri dari lima bagian
yaitu:
1. Widhi Sraddha (Percaya dengan adanya Tuhan),
. Atma Sraddha (Percaya dengan adanya Atman),
. Karmaphala Sraddha (Percaya dengan adanya Karmaphala). Karma Phala berarti
hasil dari perbuatan, karena setiap perbuatan pasti ada akibatnya, berwujud baik
atau buruk, suka maupun duka, penderitaan atau kebahagiaan. Tidak ada suatu
perbuatan yang sia-sia, semua akan membuahkan hasil disadari atau tidak
disadari.
. Samsara Sraddha (Percaya dengan adanya Punarbhawa), dan
5. Moksa Sraddha (Percaya dengan adanya Moksa).
5
Kelima hal tersebut menjadi dasar keyakinan umat Hindu akan adanya
keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan menerapkan ajaran Panca Sradha,
kesejahteraan dalam masyarakat akan tercipta.
Jalan untuk menunjukkan sraddha, yaitu dengan jalan catur marga. Catur Marga
adalah empat cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Adapun pembagian dari catur marga
itu sendiri adalah (dalam Cundamani, 199):
1) Bhakti Marga, yaitu suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
melaksanakan cinta kasih baik secara Parabhakti maupun Aparabhakti.
) Karma Marga, yaitu suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
kerja tanpa pamerih serta melaksanakan perbuatan yang baik.
) Jnana Marga, yaitu suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
mempelajari serta menyebarkan ajaran-ajaran suci.
) Raja Marga, yaitu suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
jalan meditasi (moksa).
Secara harIiah orang sering menterjemahkan ahimsa itu dengan arti tidak
membunuh, tidak menyakiti, atau tidak melakukan kekerasan.
2.2 Hindus Role In Creating Indonesian Prosperous Society
Understanding oI society as a community in the Hindu religion is departing Irom
the conception kula (Iamily), gotra or mahagotra (the set oI large Iamilies or larger) that
surrounds a developing desa area until the establishment oI an arrangement oI living
together, whether they called kula loka dresta, desa loka dresta, or loka dresta , and
sastra loka dresta. Each Kula or Gotra is basically the smallest unit oI the order oI
dharma-karma system in a cosmos that aims to realize the unity Kreta (pakertan),
namely the livelihoods oI its citizens. From concept Kerta (Kreta) was developed to be
keraman, or desa-pakraman as known in the Hindu community in Bali.
Conception Kerta (Kreta) who studied in the context oI this keraman ideally
reIer to the peace and abundance as well as in heaven or heaven; peace and abundance
that is rightly presented Ior all mankind on earth. It is mentioned in the Atharva Veda as
Iollows:
'Janan bibhrati bahudha vivacasam,
nanadharmanam ptitivi yathaukasam.
Agama dan ilmu pengetahuan merupakan dua hal yang saling berkaitan satu
sama lain dan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling
mengimbangi dan melengkapi, sehingga keduanya harus diselaraskan untuk mencapai
kehidupan yang harmonis ( Tri Hita Karana ) dalam kehidupan bermasyarakat di era
globalisasi ini.
Dalam pemanIaatannya dalam kehidupan kita sehari-hari tekhnologi memang
sangat berguna untuk kesejahteraan umat manusia, namun perlu dicermati lagi bahwa
tekhnologi juga memiliki eIek samping yang dapat merugikan manusia dan
lingkungannya apalagi jika tehknologi dimaanIaatkan oleh orang-orang yang tidak
bertanggungjawab, orang-orang yang hanya menuruti egonya untuk mencelakai orang
lain.
Dalam realita kehidupan sekarang ini, banyak kita jumpai hal-hal yang
menyimpang dari tatanan kehidupan dimasyarakat karena kurangnya pemahaman
tentang ilmu pengetahuan dan agama. Pesatnya perkembangan tekhnologi dewasa ini
jarang sekali diimbangi dengan pikiran akan dampak yang diakibatkan. Contoh,
pemanIaatan AC dan alat pendingin makanan, hampir disetiap rumah tangga memiliki
alat tersebut namun banyak orang tidak menyadari bahwa dari alat-alat tersebut dapat
menghasilkan gas CFC (Cloro Floro Chloride) dimana gas ini bereaksi dengan sinar
UV. Sehingga lapisan ozon menipis, hal ini mengakibatkan suhu rata-rata bumi makin
meningkat. Hal ini sering kita sebut sebagai pemanasan global (global warming). Selain
itu kendaraan bermotor memberikan dampak yang sama dari sisa pembuangan yang
berupa CO
yang menyebabkan eIek rumah kaca. Jika semakin banyak gas ini, maka
bumi akan terasa semakin panas. Selain itu tenaga nuklir yang seharusnya memberikan
manIaat bagi kehidupan manusia sebagai sumber energi, malah disalahgunakan untuk
membunuh dan berperang antar manusia itu sendiri. Belum lekang dari ingatan kita
tragedi-tragedi pengeboman oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dibeberapa
kota besar di Indonesia, khususnya di Bali. Apalagi tekhnologi tersebut digunakan
untuk membunuh sesama, mengintervensi Negara lain ( Irak-AS, Israel-Palestina ),
terlebih lagi agama dijadikan alasan untuk membenarkan perbuatan bejat itu. Tentunya
semua hal diatas sangat bertentangan dengan konsep Tri Hita Karana dan Tat Twam
Asi.
9
seseorang pemimpin itu dipilih dengan cara money politik, dan pada saat menjabat
bukannya mensejahterakan masyarakat tapi malah 'mensejahterakan dirinya sendiri.
Sebenarnya hal tersebut dapat dihindari jika pemimpin mampu menerapkan, yang
pertama adalah 'konsep cukup, di mana seorang pemimpin mampu mengendalikan
siIat lobha terhadap materi, dan bisa menggunakan materi tersebut untuk kesejahteraan
masyarakat. Kedua, bagaimana seorang pemimpin mampu memimpin dirinya sendiri,
karena jika pemimpin mampu memimpin dirinya sendiri maka otomatis dia mampu
memimpin orang lain. Ketiga, pemimpin mampu menerapkan Tut Wuri Handayani,
yaitu: pemimpin mampu sebagai leader dalam suatu pemerintahan, sebagai motivator di
dalam masyarakat, dan sebagai pengayom masyarakat. Jika ketiga aspek tersebut telah
dilaksanakan oleh seorang pemimpin maka beliau telah menjalankan Dharmaning Raja
dan membawa rakyatnya menuju jagadhita.
Diatas pundak seorang pemimpin terletak tanggung jawab yang berat. Ditangan
pemimpin tergenggam nasib segenap rakyat atau kelompok yang dipimpinnya. Nasehat
Rama kepada Wibhisana dalam Kekawin Ramayana (XXIV, 51-1) yang disebut Asta
Brata merupakan cerita pemimpin yang ideal. Asta Brata itu sesungguhnya ajaran dari
Manawa Dharmasastra VII.- yang digubah dalam bentuk yang indah sehingga
menjadi populer di Indonesia. Adapun terjemahan isi dari Astabrata dalam Kekawin
Ramayana adalah:
"Dan ia disuruh untuk menghormatinya, karena Ida Bhatara ada pada dirinya,
delapan banyaknya berkumpul pada diri sang Prabhu, itulah sebabnya ia amat kuasa
tiada bandingnya. Hyang Indra, Yama, Surya, Candra, Bayu, Kuwera, Baruna, Agni,
demikian delapan jumlahnya, beliau-beliau itulah sebagai pribadi sang raja, itulah
sebabnya disebut Asta Brata"
1. Indra brata, Sang Hyang, Beliau menfatuhkan hufan menyuburkan bumi, inilah
hendaknya engkau contoh lndrabrata, sumbangan-sumbanganmu itulah bagaikan
hufan membanfiri rakyat. Dalm hal ini pemerintah sudah mengusahakan dan
menjalankan program-program yang memudahkan rakyat, Kebijakan-kebijakan yang
pro-rakyat, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat di bidang ekonomi
dan pendidikian ( BLT, PMPN Mandiri, Sekolah gratis, Beras miskin, tunjangan
pendidikan dan rencananya akan terus ditingkatkan seiring pertumbuhan
ekonomi yang semakin baik, perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan guru).
1
Disamping itu diharapkan juga seorang pemimpin mau terjun langsung kemasyarakat
guna mendengar dan melihat keluhan-keluhan serta kesulitan yang dihadapi
rakyatnya.
. amabrata menghukum segala perbuatan fahat, Beliau memukul pencuri sampai
mati, demikianlah engkau ikut memukul perbuatan fahat, setiap yang merintangi
usahakan musnahkan. Dimana seorang pemimpin hendaknya menegakkan hukum,
tidak pilih kasih, semua orang sama dihadapan hukum. Sebagai contoh,
pemberantasan korupsi oleh KPK, selain itu kejaksaan dan polri sebagai aparat
penegak hukum. Sudah terbukti senergi KPK, Kejaksaan, dan Polri dalam
pemberantasan korupsi dan tindak pelanggaran hukum lainnya (kasus suap Artalita
Suryani dan Jaksa Urip Tri Gunawan, Kasus suap Bank Indonesia yang menyeret
besan SBY ke meja hijau, pelimpahan dana Bank Century, dan banyak lagi). Ini
suatu bukti bahwa pemerintah sungguh-sungguh memerangi tindak pelanggaran
hukum, tanpa pilih kasih, meski perlu banyak perubahan kearah yang lebih baik.
. Bhatara Surya selalu menghisap air, tiada rintangan, pelan-pelan olehnya,
demikianlah engkau mengambil keputusan, tiada cepat-cepat demikian Surya Brata.
Sudah menjadi kewajiban seorang pemimpin untuk selalu mengambil keputusan
yang tepat demi kesejahteraan rakyatnya. Maka dari itu, perlu pemikiran yang
matang, memikirkan segala keuntungan dan resiko dari suatu kebijakan agar tepat
guna dan tepat sasaran (bagaikan sinar matahari yang mampu menerangi dan
menghangatkan). Walau terkesan lambat namun harus tepat. Jangan menjadi
pemimpin yang 'grasa-grusu, tidak sabar, cepat-cepat mengambil keputusan namun
tidak tepat guna. Prisip inilah yang diteladani oleh pemerintah sekarang di bawah
kendali seorang creator bertangan dingin, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
walau terkesan lambat namun tepat.
. Chandra Brata adalah menyenangkan rakyat semuanya, perilaku lemah lembut
tampak, senyummu manis bagaikan amerta, setiap orang tua dan pendeta hendaknya
engkau hormati. Seorang pemimpin hendaknya selalu berperingai riang, bertutur kata
yang baik, selalu bertegur sapa, selalu murah senyum, karena senyum adalah jendela
kebahagian, serta salam, senyum, tegur dan sapa merupakan perbuatan yang baik.
Sabar, saling menghormati, mengayomi serta mengasihi orang lain merupakan
keteladanan yang patut dipetik dari Chandra Brata.
1
organisasi harus mendukung segala program pemerintah atau pemimpinnya, selain itu
rakyat juga harus menjadi pengawas kinerja pemerintah atau pemimpinnya, mengontrol
setiap kinerjanya, memberikan aspirasi, kritik dan saran yang membangun bagi
kelangsungan pemerintahan yang baik. Begitu juga sebaliknya pemerintah harus
bertanggung jawab terhadap rakyatnya atas program-program dan kebijakan-kebijakan
yang dibuat. Dengan demikian diharapkan mampu menciptakan kehidupan yang
harmonis, serasi, selaras, seimbang, bahagia dan sejahtera.
.. Panca Sradha
Berbagai masalah juga muncul tentang sraddha. Banyak orang menganggap
bahwa Agama Hindu merupakan agama yang polytheisme atau percaya dengan banyak
Tuhan. Sebenarnya hal tersebut keliru, karena dewa-dewa yang kita puja begitu
banyaknya adalah merupakan maniIestasi dari Tuhan. Tuhan tetap tidak ada duanya
seperti yang disebutkan dalam Weda. Ada juga yang mengatakan bahwa Agama Hindu
menyembah berhala karena disetiap pura terdapat patung atau pelinggih yang dipuja.
Sebenarnya hal tersebut tidaklah benar, karena Palinggih atau arca tersebut hanya
merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita ketahui bersama bahwa
Tuhan Maha Tak Terpikirkan (Acintya), maka dibangunlah arca sebagai perwujudan
Beliau.
Menyikapi permasalahan tersebut, sebaiknya kita lebih memperbanyak lagi
mempelajari tentang agama. Dengan mempelajari agama secara kontinu melalui Weda,
maka kita dapat mengintropeksi diri dan dapat mencegah maupun menyelesaikan
berbagai permasalahan terutama masalah yang diuraikan di atas. Dengan mempelajari
dan mengamalkan ajaran agama maka kita telah melaksanakan sraddha dan bhakti kita
terhadap Tuhan dengan baik. Sehingga perlu cermati lagi bahwa Tuhan itu hanya satu,
jadi konsep tentang banyak Tuhan tesebut hanya sebuah kekeliruan. Jadi janganlah
miskonsepsi tentang Tuhan, karena hal tersebut membuat kita bimbang tentang
keberadaan Tuhan. Selain itu, sekarang banyaknya terjadi kepercayaan terhadap
pesugihan. Seharusnya sebagai umat yang Beragama, kita seharusnya kita percaya
kepada Tuhan dan meminta rejeki kehadapan-Nya. Tidak seharusnya kita menyembah
hal lain selain Tuhan. Sehingga dengan kepercayaan yang teguh terhadap satu Tuhan,
maka tidak terdapat kericuhan lagi tentang hal-hal lain. Ini mengakibatkan
15
konsep Tri Kaya Parisuda, dan hal ini yang banyak menyebabkan perpecahan di
antara sesama. Kita sering mendengar ungkapan 'mulutmu harimaumu, selain
itu kita juga sering mendengar:
asita nimitanta manemu sukha
asita nimitanta manemu dukha
asita nimitanta manemu mitra
asita nimitanta manemu pati
Dari ungkapan tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kata-
kata dari mulut kita memegang peranan yang sangat penting di dalam hidup kita
ini. Sehingga, sebaiknya kita berhati-hati di dalam berbicara agar tidak
menimbulkan eIek yang negatiI bagi diri kita sendiri dan orang lain. Karena
seperti yang telah diungkapkan pada petikan sloka tadi, kita dapat memetik
hikmah bahwa jika kita benar di dalam berucap atau berkata, maka kebahagiaan
dan temanlah yang akan kita dapatkan, namun apabila kita salah dalam berucap
maka tidak segan-segan kesedihanlah yang akan menghampiri kita, bahkan bisa
saja kematian yang akan kita temui.
. Kayika, seperti yang kita ketahui bahwa sekarang ini banyak ditemukan kasus
pembunuhan, pemerkosaan, tindak penyuapan, korupsi, dan lain sebagainya. Hal
tersebut tentunya sangat bertentangan dengan kayika. Peristiwa seperti inilah
salah satu penyebab terjadinya kekacauan, maka akan sulit tercipta kehidupan
yang damai. Sebaiknya kita dapat mengontrol perbuatan kita. Jangankan sampai
berbuat jahat, baru berpikir yang jahat saja kita sudah berdosa.
Dari paparan diatas, sebenarnya yang menjadi kunci utama terciptanya
pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik adalah pengendalian diri. Dengan
kita mengontrol diri kita, maka segala hawa naIsu indria akan terminimalisir dan
bahkan lenyap. Disini tergantung dari kesadaran diri kita sebagai umat beragama
untuk mengendalikan hawa naIsu negatiI kemudian menerapkan konsep-konsep
Tri Kaya Parisuda, sehingga akan tercipta kehidupan yang bahagia lahir batin.
17
BAB III
PENUTUP
3.1Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai
berikut:
1. Pedoman hidup umat Hindu dalam mencapai kreta jagadhita adalah konsep Tri
Hita Karana, konsep Tat Twam Asi, Arthasastra, Panca Sraddha, dan Catur
Marga.
. Setiap manusia Hindu yang merupakan bagian dari anggota keluarga, gotra,
mahagotra, dan desa pakraman secara teologis telah dibekali sebuah kesadaran
sosial-ekonomi kultural untuk berperan mengkondisikan dan membangun
sebuah masyarakat yang kertaraharja (Civil Society) atau masyarakat
madani/sejahtera.
. Implementasi peran umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat indonesia yang
sejahtera adalah dengan mengamalkan konsep pedoman hidup umat Hindu
dalam mewujidkan kreta jagadhita.
3.2Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan sehubung dengan penulisan
ini yaitu sebagai mahasiswa yang sekaligus umat beragama hendaknya wajib
mewujudkan kesejahteraan hidup beragama demi terwujudnya kreta jagadhita.