Anda di halaman 1dari 33

Tgl.

Penyerahan:
revisi:

Tgl. Pengembalian

LAPORAN PRAKTIKUM
MAL ULIR

Disusun Oleh :
Nama

: Agung Puja Dirandra

NPM

: 3331141284

Kelompok

: 19

Tgl. Praktikum

: 06 Mei 2015

Asisten

: Yogi Pratama

LABORATORIUM PENGUKURAN TEKNIK


JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON - BANTEN
2015

LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM PENGUKURAN TEKNIK

Tanggal
Pengumpulan
Laporan

Tanggal
Pengumpulan
Revisi

Nilai

Keterangan :

KATA PENGANTAR
Agung Puja Dirandra

3331141284

Paraf

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
taufik serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
pengukuran teknik MAL ULIR. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
kepada Nabi besar Muhammad SAW, para sahabatnya, serta para pengikutnya
hingga akhir zaman.
Dalam penyelesaian laporan ini tidak kurang hambatan dan kesulitan
penulis hadapi. Namun berkat adanya motivasi dan dorongan dari berbagai
pihak, maka laporan ini dapat terselesaikan, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada orang orang yang telah membantu dalam
pembuatan laporan ini
.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak

kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
laporan ini.

Cilegon, Mei 2015

Penulis

Agung Puja Dirandra

3331141284

DAFTAR ISI

COVER
.i
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM ..............................................................
ii
KATA PENGANTAR

........................................................................................

iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Mal Ulir .............................................................................
1
1.2 Cara Menggunakan Mal Ulir ............................................................. 7
1.3 Cara Membaca Mal Ulir ....................................................................
11
BAB II TEORI PERHITUNGAN
2.1 Persentase Kesalahan Relatif..............................................................
12
2.2 Rata Rata Persentase Kesalahan Relatif ..........................................
26
BAB III GAMBAR BENDA UKUR
3.1 Gambar 2D .........................................................................................
28
3.2 Gambar 3D .........................................................................................
31
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TUGAS KHUSUS
BLANGKO PERCOBAAN
Agung Puja Dirandra

3331141284

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Mal Ulir
Sistem ulir sudah dikenal dan sudah digunakan oleh manusia sejak beberapa
abad yang lalu. Tujuan diciptakannya sistem ulir ini pada dasarnya adalah
mendapatkan cara yang mudah untuk menggabungkan atau menyambung dua
buah komponen sehingga gabungan ini menjadi satu kesatuan unit yang
bermafaat sesuai dengan fungsinya. Sebelum teknologi industri maju pembuatan
ulir hanya dilakukan dengan tangan dan sudah tentu hasilnya kasar.
Pada abad ke 18 yaitu pada masa Revolusi Industri, Inggris mulai
memproduksi sistem ulir dengan peralatan yang waktu itu sudah dipunyai.
Karena belum ada standarnya maka antara ulir yang satu dengan ulir yang lain
(ulir luar dan ulir dalam) jarang diperoleh kecocokan waktu digabungkan. Pada
tahun 1841 seorang ilmuwan Inggris bernama Sir Joseph Whitworth mulai
mencoba membuat standar ulir yang hasilnya sampai sekarang dikenal dengan
nama ulir yang hasilnya sampai sekarang dikenal nama ulir Whitworth.
Pada tahun 1864, Wiliam Sellars, seorang ilmuwan Amerika
mengembangkan sistem ulir yang kemudian digunakan di Amerika Serikat pada
masa tersebut. Ulir buatan Sellars ini diberi rekomendasi oleh Franklin Institut.
Meskipun demikian, ulir Sellars tidak cocok dipasangkan dengan ulir Whitworth
karena sudut ulirnya berbeda.
Pada tahun 1935, American Standard mulai mengenalkan standar sudut ulir
sebesar 60. Akan tetapi masih juga beluM ada standar yang sama antara
beberapa negara seperti Kanada, Inggris dan Amerika. Akhirnya, pada masa
Agung Puja Dirandra

3331141284

perang dunia kedua, terjadi persetujuan antara Kanada, Inggris dan Amerika
untuk menggabungkan standar ulir Inggris dan Amerika yang sekarang terkenal
dengan nama Ulir Unified. Dengan ulir unified ini penggunaan sistem ulir di
ketiga negara tersebut menjadi fleksibel karena adanya keseragaman dalam
standarnya.
Dari sejarah singkat di atas nampak bahwa sejalan dengan perkembangan
teknologi perindustrian maka penyederhanaan sistem ulir pun mulai dilakukan.
Dalam kaitan ini, Organisasi Standar Internasional (ISO) pun telah membuat
standar tersendiri untuk sistem ulir. Perubahan- perubahan dan pengembangan
sistem standar ulir ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh komponenkomponen yang berulir mempunyai sifat mampu tukar (interchangeability) dan
dapat diproduk dalam jumlah besar. Kini, penggunaan sistem ulir untuk
penyatuan dua komponen hampir terdapat dalam semua hasil teknologi. Dari
hasil teknologi perindustrian yang tingkat ketelitiannya rendah (kasar) sampai
pada hasil industri yang tingkat ketelitiannya sangat tinggi (presisi) tidak bisa
lepas dari yang namanya ulir. Sistem ulir telah menjadi salah satu faktor penting
dalam kemajuan industri pada semua jenis produksi. Makin tinggi tingkat
ketelitian suatu komponen dibuat berarti makin tinggi pula tingkat ketelitian
sistem ulirnya. Untuk dapat membuat komponen yang berulir maka perlu
dipelajari seluk beluk mengenai ulir khususnya dalam hal sistem
pengukurannya. Pengertian ulir adalah alur-alur yang melilit pada sebuat batang
baja /poros dengan ukuran tertentu.
Penggunaan ulir banyak sekali ditemui dalam kehidupan sehari-hari, karena
ulir berfungsi sebagai pengikat, selain itu ulir juga berfungsi sebagai penggerak
suatu benda. sebelum kita mengenal berbagai macam jenis ulir ada baiknya kita
mengenali dulu bagian -bagian ulir.Jenis Ulir dan Fungsinya
Secara umum jenis ulir dapat dilihat dari gerakan ulir, jumlah ulir dalam tiap
gang (pitch) dan bentuk permukaan ulir. Bisa juga jenis ulir ini dilihat dari
standar yang digunakan, rnisalnya ulir Whitworth, ulir metrik dan sebagainya.
1.1.1. Jenis-jenis Ulir
Berikut adalah macam-macam jenis ulir menurut bentuknya:
1. Ulir segitiga
Jenis ulir ini banyak sekali kita temui, dan banyak sekali standar dari ulir
segitiga ini diantaranya adalah
a.Ulir Metris / Metric Standart Thread
Agung Puja Dirandra

3331141284

Merupakan ulir segitiga dengan sudut puncak 60 dan


keseluruhan dimensi dalam satuan metris. Simbol dari ulir ini adalah
"M" contohnya M8 x 1,25 adalah ulir metris dengan diameter 8 mm dan
pitch 1,25 mm

Gambar 1.1. Ulir Metris


b. Ulir Whitworth / Whitworth Standart Thread
Merupakan ulir segitiga dengan sudut puncak 55 dan
keseluruhan dimensi dalam satuan british(inchi). Simbol dari ulir ini
adalah "W", contohnya W " x 20 TPI adalah ulir whitworth dengan
diameter " dan terdapat 20 Thread per Inch (jumlah puncak ulir tiap
jarak 1 inchi)

Gambar 1.2. Ulir whitworth


c. Ulir Pipa / BSP Thread (British Standart Pipe Thread)
Merupakan ulir standart yang digunakan pada sambungan pipa.
disimbolkan dengan huruf "R" contohnya R " yaitu ulir standar pipa
untuk diameter pipa "
d. Ulir UNF / Unified Fine Thread

Agung Puja Dirandra

3331141284

Merupakan jenis ulir dengan dimensi gabungan dari metris dan


british. ulir ini mempunyai sudut puncak ulir 60 dan dimensi ukuran
dalam satuan british (inchi). ulir ini kebanyakan digunakan di negara
Amerika Serikat dan Kanada. simbol yang digunakan adalah "UNF"
contoh UNF " x 24 TPI yaitu ulir UNF dengan ukuran diameter " dan
jumlah ulir tiap inchi 24.
e. Ulir UNC / Unified Coarse Thread
Merupakan versi kasar dari ulir UNF. kasar disini dimaksudkan
adalah jumlah ulir tiap inchi yang lebih sedikit dari ulir UNF sehingga
tampak kasar. simbol yang digunakan adalah "UNC" contohnya - 16
UNC adalah ulir UNC dengan diameter " dan jumlah ulir tiap inchi 16.
2. Ulir Segiempat / Square Thread
Merupakan ulir dengan bentuk profil segi empat, biasanya digunakan
untuk beban berat misalnya pada pembuka pintu air bendungan dan ulir pada
tanggem. ulir segiempat disimbolkan dengan huruf "Sq" dan berdimensi inchi
contohnya Sq " x 8 TPI yaitu ulir segiempat dengan diameter " dan jumlah
ulir tiap inchi adalah 8.
3. Ulir trapesium / Trapezium Thread
Merupakan ulir dengan profil trapesium dengan sudut puncak 30. biasa
digunakan pada ulir penggerak pada eretan dan leadscrew pada mesin bubut. .
ulir ini disimbolkan dengan huruf "Tr" dengan dimensi metris contohnya Tr 18
x 4 adalah ulir trapesium dengan diameter 18 mm dan jarak puncak ulir 4 mm.
4. Ulir Acme / Acme Thread
Merupakan ulir dengan profil trapesium dengan sudut puncak 29, biasa
digunakan pada eretan dan leadscrew. ulir ini disimbolkan dengan "Acme"
dengan dimensi dalam satuan inchi.

Agung Puja Dirandra

3331141284

Gambar 1.3. Ulir acme


5. Ulir Bulat / Round Thread
Merupakan ulir dengan profil setengah lingkaran pada bagian lembah
dan puncak ulir. biasa digunakan untuk mentranmisikan daya/gerakan secara
halus dengan tanpa kelonggaran. jenis lain dari ulirbulat ini adalah ulir edison
yaitu ulir yang digunakan pada lampu bohlam

Gambar 1.4. Ulir bulat


6. Ulir bola / Ball Screw
Merupakan ulir yang biasanya dipasangkan dengan mekanisme bola-bola
baja dan digunakan pada penggerak mesin CNC karena hampir tidak ada
kelonggaran dengan jarak yang presisi.

Agung Puja Dirandra

3331141284

Gambar 1.5. Ulir bola


7. Ulir tanduk./ Buttress Thread
Merupakan ulir berbentuk segitiga tetapi bukan segitiga sama kaki
melainkan berbentuk seperti tanduk. biasa digunakan sebagai pengunci tarikan
seperti pengunci collet dan pada tutup pasta gigi.

Gambar 1.6. Ulir tanduk


8. Ulir majemuk / Multi start Thread
Merupakan ulir yang mempunyai lebih dari satu belitan ulir. biasanya
untuk penggerak dengan kecepatan tinggi. bentuk profil ulir bisa segitiga,
segiempat, trapesium, bola dan sebagainya.

Gambar 1.7. Ulir majemuk


1.1.2. Fungsi Ulir
Dengan adanya sistem ulir memungkinkan kita untuk menggabungkan
atau menyambung beberapa komponen menjadi satu unit produk jadi.
Berdasarkan hal ini maka fungsi dari ulir secara umum dapat dikatakan sebagai
berikut :

Sebagai alat pemersatu, artinya menyatukan beberapa komponen


menjadi satu unit barang jadi. Biasanya yang digunakan adalah ulir-ulir
segi tiga baik ulir yang menggunakan standar ISO, British Standard
maupun American Standard.

Agung Puja Dirandra

3331141284

Sebagai penerus daya, artinya sistern ulir digunakan untuk memindahkan


suatu daya menjadi daya lain misalnya sistern ulir pada dongkrak, sistem
ulir pada poros berulir (transportir) pada mesin-mesin produksi, dan
sebagainya. Dengan adanya sistem ulir ini maka beban yang relatif berat
dapat ditahan/diangkat dengan daya yang relatif ringan. Ulir segi empat

banyak digunakan di sini.


Sebagai salah satu alat untuk mencegah terjadinya kebocoran, terutama
pada sistem ulir yang digunakan pada pipa. Kebanyakan yang dipakai
untuk penyambungan pipa. ini adalah ulir-ulir Whitworth.

1.1.3. Istilah Penting pada Ulir


Penggunaan kata istilah di atas tidak untuk menunjukkan adanya arti-arti
lain dari ulir, melainkan untuk menunjukkan adanya dimensi dimensi yang
penting untuk diketahui setiap kali membicarakan masalah ulir.
1. Diameter mayor (diameter iuar) adalah diameter terbesar dari ulir.
2. Diameter minor (diameter inti) adalah diameter terkencil dari ulir.
3. Diameter pit (diameter tusuk) adalah diameter semu yang letaknya di
antara diameter luar dan diameter inti. Pada radius dari diameter tusuk
inilah letaknya titik-titik singgung antara pasangan dua buah ulir
sehingga pada titik-titik tersebutlah yang akan menerima beban terberat
sewaktu pasangan ulir dikencangkan.
4. Jarak antara puncak ulir yang disebut juga dengan istilah pitch
merupakan dimensi yang cukup besar pengaruhnya terhadap pasangan
ulir. Karena apabila jarak antara puncak ulir yang satu dengan puncak
ulir yang lain tidak sama maka ulir ini tidak bisa dipasangkan dengan ulir
yang lain yang jarak puncak ulirnya masing-masing adalah sama.
Kalaupun bisa tentu dengan jalan dipaksa yang akhirnya juga akan
merusakkan ulir yang sudah betul. Akibatnya pasangan dari beberapa
komponen dalam satu unit pun tidak bisa bertahan lama. Jadi, dalam
proses pembuatan jarak puncak ulir harus diperhatikan betul-betul,
sehingga kesalahan yang terjadi pada jarak puncak ulir masih dalam
batas-batas yang diijinkan.
5. Jarak antara puncak ulirnya masing masing adalah sama. Kalaupun
bisa tentu dengan jalan dipaksa yang akhirnya juga akan merusakkan ulir
Agung Puja Dirandra

3331141284

yang sudah betul. Akibatnya pasangan dari beberapa komponen dalam


satu unit pun tidak bisa bertahan lama. Jadi, dalam proses pembuatan
jarak puncak ulir harus diperhatikan betul betul, sehingga kesalahan
yang terjadi pada jarak puncak ulir masih dalam batas batas yang
diijinkan.
6. Sudut ulir adalah sudut dari kedua sisi permukaan ulir yang satuannya
dalam derajat. Untuk American Standard dan ISO sudut ulirnya adalah
60. Untuk ulir Whitworth sudut ulirnya 55.
7. Kedalaman ulir adalah jarak antara diameter inti dengan diameter luar.
1.1.4 Standar Umum untuk Ulir PITCH (P)
Yang akan dibicarakan di sini adalah ulir menurut ISO Metrik dan MUR
ulir Unified. Ulir ISO metrik satuannya dalam milimeter dan ulir Unified
satuannya dalam inci. Pembuatan ulir bisa dilakukan dengan bermacam cara
antara lain yaitu dengan: mesin bubut, snei, tap, dan kadang-kadang bisa juga
dengan mesin- freis. Yang paling banyak dilakukan adalah dengan mesin bubut
dan dengan snei atau tap. Karena pembuatan ulirnya sebagian besar dengan
mesin maka kesalahan dalam pembuatan bisa saja terjadi.
1.2. Cara Menggunakan Mal Ulir
1. Pengukuran Diameter Mayor Ulir
Untuk pengukuran secara kasar dapat dilakukan dengan menggunakan
mistar ingsut/jangka sorong. Untuk pengukuran yang lebih teliti lagi dapat
digunakan mikrometer yang memang khusus untuk mengukur uhr, biasanya
digunakan mikrometer pana. Untuk mendapat hasil pengukuran yang lebih teliti
lagi, baik dibandingkan dengan menggunakan mistar ingsut maupun dengan
menggunakan mikrometer pana, adalah dengan menggunakan alat yang disebut
Floating Carriage (Bench) Micrometer. Secara sederhana dapat dilihat gambar
dari Bench Micrometer berikut ini.
Untuk melakukan pengukuran menggunakan Bench Micrometer dipe
sebagai silinder standar. Misalnya Silinder standar diukur diameter jarum
penunjuk (fiducial indikator dari mikrometernya) dapat dibaca ukuran Bench
Micrometer, Midilepas dan diganti dengan ulirnya.
Agung Puja Dirandra

3331141284

Diameter mayor ulir dengan mengros atau silinder yang presisi silinder
standar adalah Ds. N Bench Micrometer di mana ys menunjukkan posisi nol
diameter silinder menurut 1. Kemudian silinder standar tidak diukur diameter
mayor dicatat harga penqukuran yang pi nya P2. Dengan demikian ulir yang
besarnya adalah diameter mayor uhr. diameter silinder standart pembacaan
mikrometer igukuran sifinder standar pembacaan mikrometer digukuran
diameter mayor ulir.
2. Pengukuran Diameter Minor
Alat ukur yang bisa digunakan untuk rnengukur diameter minor (inti) ulir
antara lain adalah, ulir yang ujung ukurnya berbentuk runcing dan Bench
Micrometer. Bila pengukurannya dengan mikrometer biasa yang kedua muka
ukurnya memang khusus untuk pengukuran diameter inti ulir maka pembacaan
hasil pengukurannya dapat langsung diibaca pada skala ukur mikrometer
tersebut.
Apabila alat ukur yang digunakan adalah Bench Wicrometer maka cara
pengukurannya juga sama dengan pengukuran diameter mayornya. Ambil
silinder standar dan ukurlah dengan Bench Micrometer. Misalnya diameter
silinder standar adalah Ds, dan hasil pembacaan mikrometer terhadap silinder
standar misalnya Rj. Kemudian silinder standar dilepaskan dari Bench Mikro
meter dan diganti dengan ulir yang akan diukur. Untuk pengukuran diameter inti
diperlukan, alat bantu lain yaitu prisma yang biasanya sudah disediakan sebagai
pelengkap dari Floating Carriage Micrometer. Prismanya diletakkan sedemikian
rupa sehingga bagian yang tajam (sisi prisma) masuk pada sudut ulir. Dengan
memutar mikrometer maka batang prisma yang digunakan tepat menyentuh permukaan ukur dengan catatan babwa kedudukan fiducial indicator harus
betul-betul pada posisi nol. Dengan mikrometer dapat diketahui besarnya harga
pengukuran, misainya R2.
3. Pengukuran Diameter Efektif (Tusuk)
Untuk melakukan pengukuran diameter efektif ulir bisa dilakukan dengan
menggunakan mikrometer ulir dan dengan metode dua atau tiga kawat. diameter
Agung Puja Dirandra

3331141284

poros standar (diketahui) R2 = hasil baca diameter standar (fiducial indicator =


0) R1 = hasil diameter inti ulir (fiducial indicator = 0).
4. Pengukuran Diameter Efektif dengan Mikirometer Ulir
Alat yang digunakan adalah mikrometer biasa, namun ujung dar sensornya
mempunyai bentuk yang khusus sehingga dapat menyentuh muka ukur dengan
posisi yang pas. Dengan adanya ujung kontak (sensor yang kbusus ini maka
hasil pengukurannya dapat dibaca langsung pada skala ukur mikrometer yang
digunakan. Bentuk-bentuk dari ujung sensor mikrometer pengukur diameter
efektif ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Sisi ujung yang diperpendek, bentuk ini sering dipakai.
b. Bentuk ujung penuh, sering digunakan untuk ulir dengar pits yang kecil
c. Bentuk ujung dengan sudut yang kecil, biasa untuk mengukur diameter
inti.
5. Metode Pengukuran dengan Dua Kawat
Cara pengukuran ini adalah dengan jalan meletakkan kawat dengan
diameter tertentu masing-masing pada tempat yang berlawanan. Dengan
menggunakan perhitungan dari beberapa persamaan maka dapat dicari hubungan
antara diameter kawat dengansudutulir dan diameter efektif. Beberapa garis di
gambar sebelah kanan BC merupakan garis diameter BC pitch efektif, BC 112
pitch, BC jarak puncak ulir. Untuk mempermudah pengukuran maka perlu juga
diketahui adanya diameter kawat maksimum dan minimum. Berdasarkan
pengalaman maka dapat disusun suatu tabel tentang ukuran diameter kawat
untuk pengukuran ulir.
6. Metode Pengukuran dengan Tiga Kawat
Untuk pengukuran diameter efektif dengan metode tiga kawat juga
dilakukan

dengan

perhitungan-perhitungan

sehingga

diperoleh

persamaan-persamaan tertentu. Dengan adanya persamaan-persamaan itu maka


dapat dihitung hubungan antara diameter kawat dengan sudut ulir dan diameter
efektif.

Agung Puja Dirandra

3331141284

7. Pengukuran Sudut dan Jarak Puncak Ulir


Untuk pengukuran sudut ulir dan jarak puncak- ulir bisa digunakan alat
ukur pembanding misainya mal ulir, juga bisa digunakan pryektor bentuk
(profile projector). Dengan menggunakan mal ulir kita dapat mengecek langsung
besarnya sudut dan juga besarnya jarak puncak ulir, terutama untuk ulir-ulir
dalam ukuran kecil yang jarak puncak ulirnya berkisar antara 0.25 - 6.00 mm
bagi ulir metrik, di antara 2Y2- 28 gang per inci untuk ulir inci.
Selain dengan mal ulir pengukuran sudut ulir dan jarak puncak ulir bisa juga
dengan menggunakan proyektor bentuk, tetapi untuk ulir-ulir yang berdimensi
relatif kecil dan dengan pertimbangan tidak akan merusak kaca landasan ukur
dari proyektor bentuk.
8. Pengukuran Ulir Dalam
Untuk ulir-ulir bagian dalam (lubang-lubang yang berulir) pengukurannya
adalah lebih sulit dari pada pengukuran ulir luar. Untuk memeriksa diameter
besar dan diameter inti biasanya digunakan alat ukur kaliber batas poros
pengukur ulir (thread plug gauge) yang diberi batasan GO dan NO GO. Kaliber
poros pemeriksa ulir ini mempunyai bentuk ulir yang agak kurus dengan sudut
ulir yang agak kecil serta longgar pada diameter intinya. Untuk memeriksa
diameter efektif ulir dalam dapat digunakan kaliber poros pemeriksa ulir GO
dan NO GO.
Pada bagian diameter puncak dan diameter pembuatannya dilonggarkan,
namun masih tetap mempunyai sudut dan jarak kisar yang tepat. Sedangkan
untuk memeriksa diameter kecilnya bisa digunakan kaliber poros yang lurus
yang permukaannya rata dan halus, disebut juga kaliber poros tirus GO dan NO
GO (plug plain gauge). Untuk mengukur sudut dan jarak puncak ulir dapat
dilakukan dengan cara membuat suatu cetakan sehingga cetakan yang terjadi
menyerupai ulir luar. Bahan untuk membuat cetakan tersebut biasanya adalah
belerang atau lak. Pengukuran yang dilakukan adalah terhadap cetakan yang kita
buat dan alat ukur yang digunakan biasanya dengan proyektor bentuk. Untuk
mencetak ulir dalarn dengan lak maka tidak semua ulirnya di cetak, tetapi cukup
sepertiganya saja. Bila bahan yang dibuat untuk cetakan, adalah lilin rnaka
Agung Puja Dirandra

3331141284

sebaiknya lilin itu dilengkapi pegangan dimasukan dengan dicowak (dikurangi


sebaglan permukaannya), kemudian lilin yang ada di ujung pipa tersebut
ditekankan pada ulir. Dengan cara-cara tersebut akan diperoleh profil-profil dari
ulir dalam yang kemudian dilakukan penqukuran seperti halnya mengukur ulir
luar.
1.3 Cara Membaca Mal Ulir
Pada bilah bilah mal ulir terdapat angka yang menunjukan berapa
ukuran ulir tersebut. Jika dilihat ada huruf G, berarti itu untuk ulir Whitworth
sedangkan yang tidak memiliki huruf atau hanya angka yang tercantum pada
bilah - bilah mal ulir tersebut, maka ulir tersebut adalah ulir metrik.

BAB II
TEORI PERHITUNGAN

Agung Puja Dirandra

3331141284

2.1 Persentase Kesalahan Relatif pada Tiap Tiap Pengukuran


1. Benda Ukur A
Diameter Mayor
Diketahui
: Nilai rata rata diameter mayor benda A= 9,2 mm
Ditanya
: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
9,2

= 0,00272

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00272 x 100% = 0,272%
Diameter Minor
Diketahui
: Nilai rata rata diameter minor pada benda A = 8,5 mm
Ditanya
: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
8,5

= 0,00294

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00294 x 100% = 0,294%
Panjang Ulir
Diketahui
: Nilai rata rata panjang ulir pada benda A= 48,5 mm
Ditanya
: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran

Agung Puja Dirandra

3331141284

SR=

0,025
48,5

= 0,00052

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00052 x 100% = 0,052%
Pitch
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata pitch pada benda A = 1,5 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,25mm = 0,125mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,125
1,5

= 0,0833

c. PK = SR x 100%
PK = 0,0833 x 100% = 8,333%
T1
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata T1 pada benda A= 5,5 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
5,5

= 0,00445

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00445 x 100% = 0,445%
T2
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata T2 pada benda A= 51 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm

Agung Puja Dirandra

3331141284

b.

SR=

SM
Hasil Pengukuran

SR=

0,025
51

= 0,00049

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00049 x 100% = 0,049%
D1
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata D1 pada benda A= 16,7 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
16,7

= 0,0015

c. PK = SR x 100%
PK = 0,0015 x 100% = 0,15%
D2
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata D2 pada benda A= 9,2 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
9,2

= 0,00272

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00272 x 100% = 0,272%
2. Benda Ukur B
Diameter Mayor
Diketahui
: Nilai rata rata diameter mayor pada benda B= 11,5 mm
Ditanya
: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
Agung Puja Dirandra

3331141284

b.

SR=

SM
Hasil Pengukuran

SR=

0,025
11,5

= 0,00214

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00217 x 100% = 0,217%
Diameter Minor
Diketahui
: Nilai rata rata diameter minor pada benda B = 9,98
mm
Ditanya

: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
9,98

= 0,00243

c. PK = SR x 100%
PK = 0,0025 x 100% = 0,25%
Panjang Ulir
Diketahui
: nilai rata rata panjang ulir pada benda B = 33,67 mm
Ditanya
: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
33,67

= 7,265 x 10-4

c. PK = SR x 100%
PK = 0,000742 x 100% = 0,0742%
Pitch
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata pitch pada benda B = 1,75 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,25mm = 0,125mm
Agung Puja Dirandra

3331141284

b.

SR=

SM
Hasil Pengukuran

SR=

0,125
1,75

= 0,0714

c. PK = SR x 100%
PK = 0,0714 x 100% = 7,14%
T1
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata T1 pada benda B = 7,12 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
7,12

= 0,00351

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00351 x 100% = 0,351%
T2
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata T2 pada benda B = 41,65 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
41,65

= 0,0006

c. PK = SR x 100%
PK = 0,0006 x 100% = 0,06%
D1
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata D1 pada benda B = 18,6 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm

Agung Puja Dirandra

3331141284

b.

SR=

SR=

SM
Hasil Pengukuran

0,025
18,6

= 0,00133

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00134 x 100% = 0,134%
D2
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata D2 pada benda B = 11,5 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
11,5

= 0,00217

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00217 x 100% = 0,217%
3. Benda Ukur C
Diameter Mayor
Diketahui
: Nilai rata rata diameter mayor pada benda C = 5,5 mm
Ditanya
: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
5,5

= 0,0045

c. PK = SR x 100%
PK = 0,0045 x 100% = 0,45%
Diameter Minor
Diketahui
: Nilai rata rata diameter minor pada benda C = 5,3mm
Ditanya
: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
Agung Puja Dirandra

3331141284

b.

SR=

SR=

SM
Hasil Pengukuran

0,025
5,3

= 0,00472

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00472 x 100% = 0,472%
Panjang Ulir
Diketahui
: Nilai rata rata Panjang Ulir pada benda C = 29 mm
Ditanya
: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
29

= 0,000862

c. PK = SR x 100%
PK = 0,000862 x 100% = 0,0862%
Pitch
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata Pitch pada benda C = 1 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,25mm = 0,125mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,125
1

= 0,125

c. PK = SR x 100%
PK = 0,125 x 100% = 12,5%
T1
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata T1 pada benda C = 3,5 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm

Agung Puja Dirandra

3331141284

b.

SR=

SR=

SM
Hasil Pengukuran

0,025
3,5

= 0,00714

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00714 x 100% = 0,714%
T2
Diketahui
Ditanya

: Nilai ratarata T2 pada benda C = 33,5 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
33,5

= 0,000746

c. PK = SR x 100%
PK = 0,000746 x 100% = 0,0746%
D1
Diketahui
Ditanya

: Nilai ratarata D1 pada benda C = 9,7 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
9,7

= 0,0026

c. PK = SR x 100%
PK = 0,0026 x 100% = 0,26%
D2
Diketahui
Ditanya

: Nilai ratarata D2 pada benda C = 5,5 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
Agung Puja Dirandra

3331141284

SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm


SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
5,5

= 0,00454

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00454 x 100% = 0,454%
4. Benda Ukur D
Diameter Mayor
Diketahui
: Nilai ratarata diameter mayor pada benda D = 11,58
mm
Ditanya

: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
11,58

= 0,00216

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00216 x 100% = 0,216%
Diameter Minor
Diketahui
: Nilai rata rata diameter minor pada benda D = 10,15
mm
Ditanya

: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
10,15

= 0,00246

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00246 x 100% = 0,246%
Panjang Ulir
Diketahui
: Nilai rata rata Panjang Ulir pada benda D = 15,5 mm
Ditanya
: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
Agung Puja Dirandra

3331141284

c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
15,5

= 0,00161

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00161 x 100% = 0,161%
Pitch
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata pitch pada benda D = 3,5 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,25mm = 0,125mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,125
3,5

= 0,0357

c. PK = SR x 100%
PK = 0,0357 x 100% = 3,57%
T1
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata T1 pada benda D = 10,8mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
10,8

= 0,00231

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00231 x 100% = 0,231%
T2
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata T2 pada benda D = 10,6 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )

Agung Puja Dirandra

3331141284

a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
10,6

= 0,00236

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00236 x 100% = 0,236%
T3
Diketahui
: Nilai rata rata T3 pada benda D = 27,5 mm
Ditanya
: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
27,5

= 0,0009

c. PK = SR x 100%
PK = 0,0009 x 100% = 0,09%
D1
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata D1 pada benda D = 50,3 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
50,3

= 0,0005

c. PK = SR x 100%
PK = 0,0005 x 100% = 0,05%
D2
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata D2 pada benda D = 11,6 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
Agung Puja Dirandra

3331141284

b.

SR=

SM
Hasil Pengukuran

SR=

0,025
11,6

= 0,00215

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00215 x 100% = 0,215%
D3
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata D3 pada benda D = 25,16 mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
25,16

= 0,001

c. PK = SR x 100%
PK = 0,001 x 100% = 0,1%
Dd1
Diketahui
Ditanya

: Nilai rata rata Dd1 pada benda D = 28,85mm


: a. SM ( Salah Mutlak )
b. SR ( Salah Relatif )
c. PK ( Persentase Kesalahan )
a. SM = 0,5 x SPTk
SM = 0,5 x 0,05mm = 0,025mm
SM
SR=
b.
Hasil Pengukuran
SR=

0,025
28,85

= 0,00087

c. PK = SR x 100%
PK = 0,00087 x 100% = 0,087%
2.2 Rata Rata Persentase Kesalahan Relatif
A. Benda Ukur A
Diketahui : PK Diameter Mayor
PK Diameter Minor
PK Panjang Ulir
PK Pitch
Agung Puja Dirandra

= 0,272%
= 0,294%
= 0,052%
= 8,333%

3331141284

PK T1
PK T2
PK D1
PK D2

= 0,445%
= 0,049%
= 0,15%
= 0,272%

Rata rata PK = 1,233%


B. Benda Ukur B
Diketahui : PK Diameter Mayor
PK Diameter Minor
PK Panjang Ulir
PK Pitch
PK T1
PK T2
PK D1
PK D2

= 0,217%
= 0,25%
= 0,074%
= 7,14%
= 0,351%
= 0,06%
= 0,134%
= 0,217%

Rata rata PK = 1,055%


C. Benda Ukur C
Diketahui : PK Diameter Mayor
PK Diameter Minor
PK Panjang Ulir
PK Pitch
PK T1
PK T2
PK D1
PK D2

= 0,45%
= 0,472%
= 0,086%
= 12,5%
= 0,714%
= 0,075%
= 0,26%
= 0,45%

Rata rata PK = 1,876%


D. Benda Ukur D
Diketahui : PK Diameter Mayor
PK Diameter Minor
PK Panjang Ulir
PK Pitch
PK T1
PK T2
PK T3
PK D1
PK D2
PK D3
PK Dd1

= 0,216%
= 0,246%
= 0,161%
= 3,57%
= 0,231%
= 0,236%
= 0,09%
= 0,05%
= 0,215%
= 0,1%
= 0,087%

Rata rata PK = 0,473%

Agung Puja Dirandra

3331141284

BAB III
GAMBAR BENDA UKUR

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Mal ulir merupakan alat untuk mengukur benda yang berulir. Ulir
diciptakan untuk memudahkan dalam menggabungkan atau menyambung dua
buah komponen sehingga menjadi satukesatuan yang dapat bermanfaat sesuai

Agung Puja Dirandra

3331141284

dengan fungsinya. Ulir berfungsi sebagai alat pemersatu, penerus daya, dan juga
sebagai salah satu alat untuk mencegah kebocoran.
Dari praktikum pengukuran teknik modul 3 mal ulir, praktikan dapat
menentukan diameter mayor, diameter minor, panjang ulir, dan pitch pada
sebuah objek nyata dengan menggunakan alat ukur berupa jangka sorong dan
mal ulir.
Dari hasil Praktikum didapatkan data sebagai berikut:
Pada benda A: -Diameter mayor
: 9,2 mm
-Diameter minor
: 8,5 mm
-Panjang Ulir
: 48,5 mm
-Pitch
: 1,5 mm
-D1
: 16,7 mm
-D2
: 9,2 mm
-T1
: 5,5 mm
-T2
: 51 mm
Pada benda B: -Diameter mayor
: 11,5 mm
-Diameter minor
: 9,98 mm
-Panjang Ulir
: 33,67 mm
-Pitch
: 1,75 mm
-D1
: 18,6 mm
-D2
: 11,5 mm
-T1
: 7,12 mm
-T2
: 41,65 mm
Pada benda C: -Diameter mayor
: 5,5 mm
-Diameter minor
: 5,3 mm
-Panjang Ulir
: 29 mm
-Pitch
: 1 mm
-D1
: 9,7 mm
-D2
: 5,5 mm
-T1
: 3,5 mm
-T2
: 33,5 mm
Pada benda D: -Diameter mayor
: 11,58 mm
-Diameter minor
: 10,15 mm
-Panjang Ulir
: 15,5 mm
-Pitch
: 3,5 mm
-D1
: 50,3 mm
-D2
: 11,6 mm
-D3
: 25,16 mm
-T1
: 10,8 mm
-T2
: 10,6 mm
-T3
: 27,5mm
Adapun terjadinya kesalahan/ perbedaan data di dalam pengukuran
disebabkan oleh berbagai faktor seperti, alat ukur, kecermatan pengamat, dll.

Agung Puja Dirandra

3331141284

DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar, Ahmad,dkk. 2015. Modul Praktikum Laboratorium Pengukuran


Teknik.Cilegon:FT. UNTIRTA
http://www.teknikmesin.org/tag/fungsi-mal-ulir/ diakses pada 10 Mei 2015 pukul
09.00
http://id.scribd.com/doc/98964998/Makalah-Metrologi-Ulir#scribd diakses pada
10 Mei 2015 pukul 09.10
http://awankboys.blogspot.com/2009/12/metrologi-ulir.html diakses pada 10 Mei
2015 pukul 09.15
http://singgihenginering.blogspot.com/2012/11/pengertian-ulir.html

diakses

pada 10 Mei 2015 pukul 09.20


http://id.scribd.com/doc/33990814/Bab-4-Praktikum-Metrologi#scribd

diakses

pada 10 Mei 2015 pukul 09.25


http://bangdazul.blogspot.com/2011/04/alat-ukur.html
2015 pukul 09.40

Agung Puja Dirandra

3331141284

diakses pada 10 Mei

Agung Puja Dirandra

3331141284

Anda mungkin juga menyukai