Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Gambaran Umum Perusahaan LQ45
Perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 adalah 45 perusahaan yang
memiliki nilai likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang dipilih
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Indeks LQ45 disesuaikan setiap enam bulan
sekali (Februari dan Agustus).
2.1.2 Laporan Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Peningkatan permintaan perusahaan akan jasa akuntan menandai bahwa
laporan keuangan merupakan produk utama yang dijual perusahaan kepada
investor. Informasi dalam laporan keuangan merupakan kewajiban manajemen
perusahaan dan harus disajikan secara wajar. Laporan keuangan merupakan
komponen utama dalam laporan tahunan perusahaan yang wajib disampaikan
kepada BAPEPAM. Laporan keuangan disajikan dan disusun setahun sekali,
tergantung periode pembukuan masing-masing perusahaan.
Menurut SAK (2009), yang dimaksud laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan, dan laporan
lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian intergral dari laporan
keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri
dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Pelaporan keuangan merupakan cara perusahaan berkomunikasi kepada pihakpihak yang berkepentingan mengenai informasi atas keadaan keuangan dari hasil
operasinya selama periode tertentu.

Universitas Kristen Krida Wacana | 1

Karakteristik laporan keuangan menggambarkan kualitas atas laporan


keuangan tersebut. Laporan keuangan yang berkualitas mampu menyediakan
informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan sekalipun jumlahnya kecil.
Informasi yang berguna harus memenuhi syarat antara lain: relevan, dapat
dipahami, handal, dapat dibandingkan.
2.1.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut SAK (2009) tujuan laporan keuangan adalah meyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan.
2.1.2.3 Peranan Laporan Keuangan
Laporan keuangan menyediakan informasi bagi investor untuk menilai
apakah investasinya pada perusahaan tersebut menguntungkan atau tidak.
Sementara

itu,

manajemen

membutuhkan

dana

dari

investor

untuk

mengembangkan usahanya sehingga membuat manajemen lebih selektif dalam


melakukan pengungkapan sukarela. Hubungan antara investor dan manajemen ini
menimbulkan permasalahan yaitu information problem dan agency problem.
Peranan pelaporan keuangan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
permasalahan tersebut.
1. Information problem
Information problem muncul ketika terjadi perbedaan informasi antara
investor dan manajemen dan munculnya konflik insentif antara kedua
pihak tersebut. Misalnya, perusahaan merencanakan proyek yang setengah
berprospek bagus dan setengahnya lagi berprospek buruk. Kepada
investor, manajemen cenderung mengungkapkan gagasan yang berprospek
buruk sebagai gagasan yang sama bagusnya dengan gagasan yang
setengah baik. Dengan cara pengungkapan seperti ini, investor akan

Universitas Kristen Krida Wacana | 2

menilai keseluruhan gagasan tersebut secara rata-rata. Dalam hal ini,


terjadi perbedaan penilaian antara investor dan manajemen terhadap
gagasan tersebut. Ini akan menyebabkan penilaian yang terlalu rendah
untuk gagasan yang berprospek bagus dan penilaian yang terlalu tinggi
untuk gagasan yang berprospek buruk. Laporan keuangan yang kredibel
dan berkualitas harus mampu meminimalisasi information problem
tersebut.
2. Agency problem
Pihak pemilik dan pihak manajemen mempunyai kepentingan yang
berdeda dalam hal penggunaan dana perusahaan. Hal ini disebut teori
keagenan. Misalnya, manajemen mengeluarkan kebijakan kompensasi
yang besar untuk manajer. Sementara itu, biaya kompensasi yang besar
akan menambah beban perusahaan. Contoh lain yang sedang marak
dilakukan manajemen perusahaan belakangan ini adalah dengan
menginvestasikan uang perusahaan ke proyek yang beresiko tinggi. Jika
hasil proyek menguntungkan, manajer akan mendapat kompensasi yang
besar. Namun jika proyek merugikan, manager

terkesan cuci tangan

karena kerugian ditanggung oleh pemberi dana. Untuk meminimalisasi


agency problem, pelaporan keuangan memiliki peranan besar.
2.1.2.4 Pengguna Laporan Keuangan
Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan bersifat umum.
Artinya, perlu ada penambahan informasi untuk memenuhi kebutuhan pengguna
yang berbeda satu sama lain. Pengguna laporan keuangan berkepentingan
terhadap informasi yang belum tentu sama yang terkandung dalam laporan
keuangan. Pengungkapan sangat membantu para pengguna laporan keuangan

Universitas Kristen Krida Wacana | 3

untuk mengambil keputusan berdasarkan kepentingan masing-masing. Para


pengguna laporan keuangan terdiri dari:
1. Investor
Investor berkepentingan terhadap resiko yang melekat pada investasi
mereka. Mereka harus mengambil keputusan apakah akan membeli,
menahan, atau menjual saham mereka di suatu kondisi keuangan tertentu.
Pemegang saham juga berkepentingan untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen.
2. Karyawan
Karyawan yang merupakan asset bagi perusahaan sangat tertarik dengan
pengungkapan laporan keuangan. Mereka dapat mengukur profitabilitas
perusahaan yang akan berpengaruh terhadap kompensasi, tunjangan, dan
jenjang karir.
3. Pemberi pinjaman
Melalui laporan keuangan, pemberi pinjaman dapat menganalisis apakah
perusahaan dapat mengembalikan pinjaman beserta bunganya pada saat
jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pihak ini berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan untuk
membayar piutang pada waktu jatuh tempo.
5. Pelanggan
Pelanggan berkepentingan untuk memprediksi kelangsungan hidup
perusahaan. Hal ini terutama menyangkut perjanjian jangka panjang
dimana pelanggan bergantung pada perusahaan sebagai pemasok tunggal.
6. Pemerintah
Pemerintah dan jajarannya berkepentingan terhadap alokasi sumber daya
dan karenanya perlu untuk mengetahui aktivitas perusahaan. Selain itu,
pemerintah juga perlu untuk menetapkan berbagai kebijakan yang
berhubungan dengan perekonomian, mengetahui besaran penerimaan
pajak, dan menyusun statistik negara.
7. Masyarakat

Universitas Kristen Krida Wacana | 4

Masyarakat dapat mengamati kecendrungan trend perusahan dan


aktivitasnya yang bisa mempengaruhi kondisi perekonomian setempat.
Termasuk masyarakat di sini adalah media yang terus menyorot laporan
keuangan perusahaan. Media adalah pihak yang menyalurkan informasi
perusahaan kepada pengguna lainnya.
8. Manajemen perusahaan
Walaupun manajemen perusahaan memiliki akses yang mudah dalam
menggunakan laporan keuangan, manajemen berkepentingan terhadap
fungsi manajemen yaitu planning, organizing, activating, controlling,
evaluating.
2.1.3 Pengungkapan Laporan Keuangan
2.1.3.1 Pengertian Pengungkapan
Disclosure berarti tidak menutupi atau menyembunyikan. Apabila
dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung makna untuk tidak
menyembunyikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil operasi
perusahaan. Informasi yang disajikan harus berguna dan tidak membingungkan
pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan. Kualitas informasi dalam
laporan keuangan berbanding lurus dengan tingkat kelengakapannya. Kebijakan
pengungkapan dengan kualitas informasi yang rendah memicu perilaku
oportunitis dalam pasar.
Kieso (2001) menyatakan bahwa pengungkapan yang berlaku bagi laporan
keuangan adalah pengungkapan atas setiap fakta keuangan yang cukup signifikan
untuk mempengaruhi pertimbangan pembaca yang menerima informasi tersebut.
Namun, dalam menentukan seberapa banyak informasi yang layak
diungkapkan, perusahaan harus mempertimbangkan beberapa faktor yaitu
kebutuhan pengguna informasi dan standart yang berlaku.
2.1.3.2 Tujuan Pengungkapan Laporan Keuangan

Universitas Kristen Krida Wacana | 5

Belkaoui (2000) menyatakan tujuan pengungkapan laporan keuangan,


yaitu:
a. Menggambarkan item-item dalam laporan keuangan dan menyediakan
pengukuran-pengukuran yang relevan untuk item-item tersebut, selain
pengukuran-pengukuran dalam laporan keuangan.
b. Menggambarkan unrecognized items dan menyediakan pengukuran yang
berguna atas item-item tersebut.
c. Menyediakan informasi untuk membantu para investor dan kreditor
menilai resiko-resiko dan potensi-potensi dari recognize dan unrecognized
items.
d. Menyediakan informasi penting yang memungkinkan para pemakai
laporan keuangan untuk melakukan perbandingan antar maupun dalam
tahun bersangkutan.
e. Menyediakan informasi mengenai arus kas masuk atau keluar di masa
yang akan datang.
f. Membantu para investor untuk menilai tingkat pengembalian hasil dari
investasi mereka.
2.1.3.3 Metode pengungkapan
Pemilihan metode pengungkapan bergantung pada tingkat kepentingan
suatu informasi, artinya informasi-informasi yang dapat menyebabkan salah
interpretasi apabila informasi tersebut tidak disajikan.
Hendrikson (2002) mengklasifikasikan metode pengungkapan sebagai
berikut:
1. Laporan formal yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, dan dana.
2. Terminologi dan penyajian secara terperinci, yaitu penjelasan atas akunakun dan perincian atas jumlah-jumlah yang ada dalam laporan keuangan.
3. Informasi dalam kurung (parenthetical), contohnya informasi yang
diberikan untuk modal saham yang meliputi modal dasar saham, saham
beredar, dan nilai nominal dalam neraca.
4. Catatan kaki.

Universitas Kristen Krida Wacana | 6

5. Laporan dan bagan-bagan tambahan (supplementary schedule).


6. Laporan audit.
7. Diskusi dan analisa manajemen serta surat pernyataan presiden direktur.
2.1.3.4 Luas Pengungkapan Laporan Keuangan
Menurut Hendrikson (2003), ada 3 konsep mengenai luas pengungkapan
laporan keuangan :
1. Pengungkapan cukup (adequante disclosure)
Pengungkapan cukup adalah pengungkapan minimun yang ditetapkan oleh
peraturan yang berlaku dan bersifat wajib. Pada tingkat ini, sejumlah
angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh
investor.
2. Pengungkapan wajar (fair disclosure)
Pengungkapan wajar secara tidak langsung mengandung sasaran etis untuk
menyediakan laporan keuangan yang layak yang ditujukan kepada
pembaca

potensial.

Jadi,

pengungkapan

dilakukan

dengan

mempertimbangkan kebutuhan seluruh pemakainya.


3. Pengungkapan penuh (full disclosure)
Pengungkapan penuh mengungkapkan semua informasi yang relevan.
Pengungkapan penuh mempunyai kesan pengungkapan informasi secara
melimpah sehingga ada beberapa pihak berpendapat bahwa hal ini
berbahaya.

Informasi

yang

terlalu

melimpah

menjadi

sulit

diinterpretasikan. Selain itu pengungkapan informasi penting (proprietary


information) mengenai strategi dan rencana perusahaan akan memperkuat
pesaing. Oleh karena itu, Ainun dan Fuad Rahman, 2000 dalam Binsar dan
Lusy Widiastuti, 2004 berpendapat pengungkapan yang baik tidak
berlebihan. Ada pertimbangan resiko khusus yang harus menjadi
perhatian.
2.1.3.5 Jenis Pengungkapan Laporan Keuangan

Universitas Kristen Krida Wacana | 7

Chariri, Anis, dan Ghozali (2007) dalam Ardiasih Octaviana (2009)


membedakan jenis pengungkapan laporan keuangan berdasarkan standar yang
ditetapkan yaitu:
1. Pengungkapan wajib (mandatory disclosure)
Pengungkapan wajib adalah pengungkapan minimum berdasarkan
peraturan yang ditetapkan lembaga yang berwenang, dalam hal ini
BAPEPAM. Dalam praktiknya, pengungkapan wajib sama dengan
pengungkapan cukup.
2. Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan melebihi yang diwajibkan
baik berupa informasi akuntansi maupun informasi lainnya. Perusahaan
memiliki keleluasaan dalam melakukan pengungkapan sukarela dalam
laporan tahunnya sehingga menimbulkan adanya keragaman atau variasi
luas ungkapan sukarela dalam perusahaan (Aida Noviani, 2006).
2.1.4 Pengungkapan Sukarela
2.1.4.1 Teori Pengungkapan Sukarela
Henderson (2004) dalam Agustine Setya Ningrum (2007) terdapat
beberapa teori terkait pengungkapan sukarela.
1. Signalling theory
Teori ini menyatakan bahwa sinyal sinyal keberhasilan atau kegagalan
perusahaan dinyatakan melalui pengungkapan yang cukup atas laporan
keuangan. Pengungkapan yang cukup memberikan sinyal positif bagi
pasar. Sebaliknya, pengungkapan yang hanya sebatas pemenuhan
kewajiban kepada lembaga pemerintahan dianggap sebagai sinyal buruk
bagi pasar. Blaccioniare dan Patten (1994) dalam Agustine Setya Ningrum
(2007) melakukan penelitian terhadap Bhopal, salah satu perusahaan kimia
besar di India. Menurut hasil penelitian mereka, Bhopal yang melakukan
pengungkapan terhadap aspek lingkungan mereka, walapun informasi

Universitas Kristen Krida Wacana | 8

yang diungkapkan bukan informasi yang baik, harga sahamnya turun


relatif lebih kecil disbanding perusahaan sejenis yang tidak melakukan
pengungkapan.
2. Political theory
Biaya biaya yang secara langsung tidak berhubungan dengan kegiatan
operasi perusahaan kerapkali dikeluarkan oleh perusahaan dalam jumlah
yang besar. Contohnya, biaya pajak yang berlebih, biaya pelaporan
keuangan yang terlalu tinggi, permintaan karyawan akan kenaikan gaji dan
upah, dan biaya akibat inefisiensinya kegiatan operasi. Semua biaya
biaya ini dapat diminamalisir dengan melakukan pengungkapan sukarela.
3. Legitimacy theory
Perusahaan bertanggung jawab memenuhi keinginan masyarakat agar
dapat mempertahankan eksistensinya. Hal ini merupakan timbal balik atas
penggunaan sumber daya masyarakat sekitar. Namun, terkadang
perusahaan tidak dapat mengoptimalkan pemenuhan keinginan tersebut
sehingga mengikis kepercayaan masyarakat. Melalui pengungkapan
sukarela, perusahaan menginformasikan penyebab ketidakmampuan
perusahaan

memenuhi

keinginan

masyarakat

tersebut.

Ini

juga

menunjukan bahwa sebenarnya perusahaan responsif terhadap keinginan


masyarakat.
4. Stakeholder Theory
Perusahaan harus menjaga hubungan baik dengan stakeholdersnya.
Bagaimanapun juga, stakeholders berperan secara signifikan dalam going
concern sebuah perusahaan. Pengungkapan sukarela merupakan cara yang
tepat untuk menjaga hubungan baik tersebut agar stakeholders dapat
merasakan transparansi dalam pelaporan keuangannya. Mendapatkan
laporan keuangan yang transparan adalah hak setiap stakeholders.

Universitas Kristen Krida Wacana | 9

2.1.5

Item Pengungkapan Sukarela


Pengungkapan sukarela menggambarkan cakupan informasi yang lebih

luas dibandingkan akuntansi konvensional. Belkoui (2000) mengklasifikasikan


enam jenis pengungkapan baru akuntansi yang didasarkan pada prinsip kejujuran
(sukarela), yaitu:
1.
Pelaporan Nilai Tambah (Economic Value Added)
Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan operasional
setelah dikurangi dengan biaya modal. Perusahaan akan benar benar
menguntungkan dan menciptakan nilai jika labanya lebih tinggi dari biaya
modal yang digunakan untuk mendanai operasi. Penciptaan nilai
merupakan kemakmuran yang diciptakan untuk pemegang saham melalui
peningkatan harga saham dan dividen yang dibayarkan.
Di sebagian besar Negara, pelaporan konvensional

tidak

memasukan pelaporan nilai tambah. Padahal, ini merupakan salah satu


informasi tidak wajib tapi penting bagi pengguna laporan keuangan.
Sekarang, beberapa perusahaan sudah mulai menyadari hal ini dan
menambahkan informasi nilai tambah dalam laporan tahunannya.
Alasan menginformasikan laporan nilai tambah antara lain:
a. Dengan mengungkapkan nilai
tambah, perusahaan dapat
mengetahui

nilai

kontribusinya

terhadap

total

kekayaan

perusahaan.
b. Nilai tambah dapat digunakan sebagai dasar untuk menghitung
bonus pegawai.
c. Informasi nilai tambah merupakan prediktor yang baik bagi
kejadian ekonomi dan reaksi pasar.
d. Nilai tambah merupakan pengukuran yang lebih baik daripada
penjualan.
e. Nilai tambah berguna bagi karyawan perusahaan karena dapat
mempengaruhi mereka dalam bernegosisasi.
f. Nilai tambah dipakai dalam analisis laporan keuangan.

Universitas Kristen Krida Wacana | 10

2. Pelaporan Tentang Karyawan


Karyawan tidak lagi dipandang sebagai beban perusahaan
melainkan asset perusahaan. Kepentingan mereka terhadap perusahaan
tidak dapat dinomor duakan lagi.
Alasan melakukan pengungkapan tentang karyawan ini adalah:
a. Sebagai umpan balik atas tuntutan karyawan untuk memberikan
informasi yang lebih banyak tentang kondisi keuangan perusahaan
sehingga dapat meningkatkan kinerja dan motivasi.
b. Partisipasi karyawan menjadi efektif yang berujung pada
peningkatan efisiensi perusahaan.
c. Merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial terhadap
karyawan.
d. Membangkitkan konsep konsultasi bersama baik antar karyawan
maupun dengan manajemen sehingga menghindari pembentukan
kelompok kelompok karyawan.
e. Digunakan untuk pengendalian sumber daya perusahaan.
3. Akuntansi Sumber Daya Manusia
Akuntansi sumber daya manusia adalah proses mengidentifikasi
dan

mengukur

data

mengenai

sumber

daya

manusia

dan

mengkomunikasikan informasi ini kepada pihak pihak yang tertarik.


Alasan melakukan pengungkapan tentang akuntansi sumber daya
manusia ini adalah:
a. Mengidentifikasi nilai sumber daya manusia yang berpengaruh
terhadap cara pandang dan perlakuan manajemen terhadap manusia
itu sendiri.
b. Untuk mengukur cost dan nilai orang pada perusahaan.
c. Untuk pengidentifikasian dampak kognitif dan keperilakuan atas
4.

informasi tersebut.
Pelaporan dan Akuntansi Sosial
CSR atau Corporate Social Responsibility menjadi sangat penting
dalam dunia usaha sekarang ini. CSR ialah sebuah pendekatan yang
mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis. Persetujuan dari

Universitas Kristen Krida Wacana | 11

masyarakat sekitar merupakan motor perusahaan untuk meneruskan


aktivitas operasinya.
Alasan CSR menjadi penting untuk dilakukan dan diungkapkan
adalah:
a. Secara impilisit, perusahaan memiliki kontrak sosial dengan
masyarakat sekitar. Isi kontrak tersebut adalah perusahaan boleh
melakukan kegiatan operasi asalkan memenuhi syarat syarat
yang ditetapkan perusahaan, misalnya memperhatikan aspek
lingkungan.
b. Sebagai bentuk penunjukan moral perusahaan.
c. Memenuhi kebutuahn informasi pemegang saham yang tidak lagi
berfokus pada dividen tapi memandang bahwa CSR adalah salah
satu jalan mendapatkan dividen yang maksimal.
d. Untuk investasi sosial. Maksudnya, dengan diungkapkannya CSR,
investor akan mempertimbangkan dampak negatif dari pengeluaran
kesadaran sosial pada laba per lembar saham, sepanjang
kompensasi dampak positifnya dapat mengurangi risiko yang lebih
besar dari kelompok investor.
5. Pengungkapan Informasi Penganggaran
Anggaran masa yang akan datang diperlukan untuk berbagai
analisis oleh investor. Investor tidak akan mengucurkan dana apabila
perusahaan tidak dapat mengefisienkan anggaran. Anggaran dapat berupa
estimasi atau peramalan dalam laporan keuangan.
6. Pelaporan dan Akuntansi Aliran Kas
Akuntansi aliran kas didefinisi sebagai catatan yang bukan hanya
penerimaan dan pengeluaran kas pada suatu periode (akuntansi berbasis
kas), tetapi juga aliran kas masa datang yang dimiliki atau dipinjam
perusahaan

(akuntansi

berbasis

akrual).

Akuntansi

aliran

kas

menghubungkan kinerja masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang

Universitas Kristen Krida Wacana | 12

sehingga dapat merefleksikan kemampuan perusahaan untuk membayar


kewajibannya.
2.1.6

Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan persentase jumlah kepemilikan saham

oleh manajemen perusahaan terhadap total saham beredar (Ardiasih Octaviana,


2009).
Kepentingan manajemen yang juga sebagai pemegang saham sejalan.
Pelaksanaan monitoring terhadap aktivitas perusahaan dilakukan oleh manajemen
sendiri sekaligus sebagai pemegang saham. Hal ini membuat permintaan akan
pengungkapan yang diperluas semakin kecil.
2.1.7

Kepemilikan Publik
Kepemilikan publik adalah persentase saham biasa perusahaan yang telah

dimiliki oleh publik. Kepemilikannya bisa sebuah oleh grup besar, yang tidak ada
hubungan antar individu dan atau suatu lembaga investasi. Bentuk kepemilikan
publik terdiri dari saham biasa dan saham preferen.
Publik tidak mempunyai akses yang luas dalam memonitor manajemen
selain dari laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan cenderung melakukan
pengungkapan yang lebih rinci untuk membuktikan kinerjanya.
2.1.8

Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing merupakan kepemilikan saham perusahaan yang

digolongkan sebagai investor asing (Ardiasih Octaviana, 2009).


Bahasa dan jarak merupakan kendala utama pemegang saham asing dalam
memonitor kondisi keuangan perusahaan secara langsung. Apabila tidak diatasi,
akan menimbulkan biaya modal yang besar akibat kesalahan tafsir. Oleh karena
itu, manajemen melakukan pengungkapan sukarela supaya informasi yang
diungkapkan dalam laporan keuangan benar benar rinci sehingga menimalisasi
kesalahan tafsir.

Universitas Kristen Krida Wacana | 13

2.1.9

Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh

pihak institusional seperti bank, lembaga asuransi, dan perusahaan

investasi

terhadap jumlah saham beredar (Ardiasih Octaviana, 2009).


Pengalaman insitusi dalam memonitor perusahaan membuat permintaan
akan pengungkapan sukarela meningkat. Insitusi yang menginvetasikan uangnya
untuk tujuan jangka panjang sangat memperhatikan going concern perusahaan,
yang dapat dicapai salah satunya melalui pengungkapan yang lengkap.
2.2

Penelitian Sebelumnya
Agustine Setya Ningrum (2007) melakukan penelitian terhadap tingkat

pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek


Indonesia periode 2005. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa tingkat
pengungkapan sukarela di Indonesia masih rendah. Faktor-faktor yang
berpengaruh signifikan antara lain ukuran perusahaan dan tingkat ROE.
Sementara itu faktor seperti proporsi komisaris dan auditor yang mengaudit
perusahaan berpengaruh negatif terhadap pengungkapan sukarela.
Eng dan Mak (2003) yang dikutip oleh Ardiasih Octaviana (2007)
melakukan penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan dan komposisi
Board of Directors terhadap pengungkapan sukarela perusahaan. Mereka
membagi struktur kepemilikan dalam tiga kategori yaitu kepemilikan manajerial,
kepermilikan terpusat, dan kepemilikan pemerintah. Tingkat pengungkapan
sukarela relatif lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan
manajerial kecil dan pemerintah. Faktor penyebabnya karena pemegang saham
dan manajemen adalah orang yang sama sehingga informasi penting tidak terlalu
riskan bila dibaca oleh pemegang saham.
Lakhal (2005) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan pengungkapan sukarela dan set atribut-atribut corporate governance di

Universitas Kristen Krida Wacana | 14

Perancis. Lakhal (2005) dalam Ardiasih Octaviana (2007) menyebutkan bahwa


perusahaan yang kepemilikan institusional asingnya lebih tinggi cenderung
melakukan pengungkapan sukarela.
Binsar H. Simanjuntak dan Lusy Widiastuti (2004) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa porsi kepemilikan saham oleh investor luar (publik) secara
signifikan positif mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
pada industri manufaktur. Bertolak belakang dengan penelitian Binsar H.
Simanjuntak dan Lusy Widiastuti (2004), Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana
Sularto (2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa tipe kepemilikan
perusahaan yang dinyatakan dalam saham publik tidak berpengaruh terhadap luas
voluntary disclosure.
Sri Ayem (2006) menyimpulkan bahwa tipe kepemilikan publik,
persentase kepemilikan manajemen, persentase kepemilikan institusi asing, dan
persentase kepemilikan institusi domestik tidak berpengaruh signifikan terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
2.3 Pengembangan Hipotesis
Penelitian ini menggunakan 4 variabel bebas yaitu kepemilikan
manajerial, kepemilikan publik, kepemilikan asing, dan kepemilikan institusional
serta menggunakan 1 variabel terikat yaitu pengungkapan sukarela.
Setelah mengemukakan teori yang didapat dari berbagai literatur,
dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Diduga terdapat hubungan yang negatif antara kepemilikan manajerial dan
tingkat pengungkapan sukarela.
Ho1 : b1 = 0 (koefisien regresi b1 non signifikan)
Ha1 : b1 0 (koefisien regresi b1 signifikan)
B1 adalah koefisien regresi variabel x1 yaitu variabel kepemilikan
manajerial.

Universitas Kristen Krida Wacana | 15

2. Diduga terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan publik dan


tingkat pengungkapan sukarela.
Ho2 : b2 = 0 (koefisien regresi b2 non signifikan)
Ha2 : b2 0 (koefisien regresi b2 signifikan)
B2 adalah koefisien regresi variabel x2 yaitu variabel kepemilikan publik.
3. Diduga terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan asing dan
tingkat pengungkapan sukarela.
Ho3 : b3 = 0 (koefisien regresi b3 non signifikan)
Ha3 : b3 0 (koefisien regresi b3 signifikan)
B3 adalah koefisien regresi variabel x3 yaitu variabel kepemilikan asing.
4. Diduga terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan institusional
dan tingkat pengungkapan sukarela.
Ho4 : b4 = 0 (koefisien regresi b4 non signifikan)
Ha4 : b4 0 (koefisien regresi b4 signifikan)
B4 adalah koefisien regresi variabel x4 yaitu variabel kepemilikan
institusional.

Universitas Kristen Krida Wacana | 16

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB4
    BAB4
    Dokumen17 halaman
    BAB4
    yanti
    Belum ada peringkat
  • BAB3
    BAB3
    Dokumen6 halaman
    BAB3
    yanti
    Belum ada peringkat
  • BAB1
    BAB1
    Dokumen12 halaman
    BAB1
    yanti
    Belum ada peringkat
  • BAB5
    BAB5
    Dokumen3 halaman
    BAB5
    yanti
    Belum ada peringkat
  • Abstract
    Abstract
    Dokumen1 halaman
    Abstract
    yanti
    Belum ada peringkat